• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

5 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Saluran Pernapasan

a. Anatomi

Secara fungsional saluran pernafasan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu (Santoso, 2007) :

1) Zona Konduksi

Zona konduksi berperan sebagai saluran tempat lewatnya udara pernapasan, serta membersihkan, melembabkan dan menyamakan suhu udara pernapasan dengan suhu tubuh. Di samping itu zona konduksi juga berperan pada proses pembentukan suara.

Zona konduksi terdiri dari hidung, faring, trakea, bronkus, serta bronkiolus terminalis (Eroschenko, 2005).

a) Hidung

Rambut, zat mucus serta silia yang bergerak ke arah faring berperan sebagai sistem pembersih pada hidung. Fungsi pembersih udara ini juga ditunjang oleh konka nasalis yang menimbulkan turbulensi aliran udara sehingga dapat mengendapkan partikel- partikel dari udara yang seterusnya akan diikat oleh zat mucus.

Sistem turbulensi udara ini dapat mengendapkan partikel-partikel yang berukuran lebih besar dari 4 mikron.

(2)

commit to user b) Faring

Faring merupakan bagian kedua dan terakhir dari saluran pernapasan bagian atas. Faring terbagi atas tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, serta laringofaring.

c) Trakea

Trakea berarti pipa udara. Silia pada trakea dapat mendorong benda asing yang terikat zat mucus ke arah faring yang kemudian dapat ditelan atau dikeluarkan. Silia dapat dirusak oleh bahan-bahan beracun yang terkandung dalam asap rokok.

d) Bronkus

Struktur bronkus primer masih serupa dengan struktur trakea. Akan tetapi mulai bronkus sekunder, perubahan struktur mulai terjadi. Pada bagian akhir dari bronkus, cincin tulang rawan yang utuh berubah menjadi lempengan-lempengan. Pada bronkiolus terminalis struktur tulang rawan menghilang dan saluran udara pada daerah ini hanya dilingkari oleh otot polos.

Struktur semacam ini menyebabkan bronkiolus lebih rentan terhadap penyimpatan yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor.

Bronkiolus mempunyai silia dan zat mucus sehingga berfungsi sebagai pembersih udara. Bahan-bahan debris di alveoli ditangkap oleh sel makrofag yang terdapat pada alveoli, kemudian dibawa oleh lapisan mukosa dan selanjutnya dibuang.

(3)

commit to user 2) Zona Respiratorik

Zona respiratorik adalah lanjutan distal bagian konduksi dan terdiri atas saluran-saluran napas tempat berlangsung pertukaran gas atau respirasi yang sebenarnya. Bronkiolus terminalis bercabang menjadi bronkiolus respiratorius yang ditandai dengan mulai adanya kantong-kantong udara (alveoli) berdinding tipis. Bronkiolus respiratorius adalah zona peralihan antara bagian konduksi dan bagian respirasi. Respirasi hanya dapat berlangsung di dalam alveoli karena sawar antara udara yang masuk ke dalam alveoli dan darah vena dalam kapiler sangat tipis. Struktur intrapulmonal lain tempat berlangsung respirasi adalah duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveoli. Jadi unit funsional paru adalah alveoli. Sistem pernafasan memiliki sistem pertahanan tersendiri dalam melawan setiap bahan yang masuk yang dapat merusak.

b. Fisiologi

Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru

(4)

commit to user

dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar (Ganong, 2008).

Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan (Camppbell, 2007).

Proses pergerakan udara keluar masuk ke dalam paru disebut ventilasi. Pada proses ini terdiri dari dua tahap, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Agar proses ventilasi dapat berlangsung secara sempurna diperlukan fungsi yang baik dari saluran pernapasan, otot-otot pernapasan serta elastisitas jaringan paru dan dinding toraks. Gambaran fungsi ventilasi sistem pernapasan dapat dilihat dari volume dan kapasitas pernapasan. Volume pernapasan paru terdiri dari volume tidal, volume cadangan inspirasi, volume cadangan ekspirasi, volume residu, dan volume ekspirasi paksa. Sedangkan kapasitas pernapasan paru terdiri dari kapasitas inspirasi, kapasitas residu fungsional, kapasitas vital, dan kapasitas paru total (Alsagaff, 2010).

Dengan mengetahui besarnya volume dan kapasitas pernapasan dapat diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya kelainan fungsi pada paru. Pemeriksaan fungsi dilakukan dengan alat

(5)

commit to user

spirometer sehingga dapat ditentukan gangguan fungsional ventilasi seseorang. Jenis gangguan dapat dibagi menjadi dua yaitu gangguan fungsi paru obstruktif dan restriktif (Alsagaff, 2010).

Gambar 2.1 Sistem pernapasan bawah

Sumber : Davis, 2007

a. Pernapasan Dada

Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut (Cameron, 2006):

1) Fase Inspirasi

Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam

(6)

commit to user

tulang dada menjadi kecil dari pada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

2) Fase Ekspirasi

Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antartulang rusuk ke posisi semula yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar dari pada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga yang kaya karbondioksida keluar.

b. Pernapasan Perut

Penapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanismenya dapat dibedakan menjadi dua tahap (Cameron, 2006):

1) Fase Inspirasi

Pada fase ini, otot diafragma berkontrasi sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.

2) Fase Ekspirasi

Fase ini merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.

(7)

commit to user

Sebab-sebab utama penyakit pernapasan, yaitu (Price, 2006) :

a) Mikroorganisme pathogen yang mampu bertahan terhadap fagositosis

b) Partikel-partikel mineral yang menyebabkan kerusakan atau kematian makrofag yang menelannya, sehingga menghambat pembersihan dan merangsang reaksi jaringan c) Partikel-partikel organic yang merespons imun

d) Kelebihan beban system akibat paparan terus-menerus terhadap debu respirasi berkadar tinggi yang menumpuk disekitar saluran napas terminal.

e) Stimulasi saluran napas berulang (bahkan mungkin juga oleh partikel-partikel inert), menyebabkan penebalan dinding bronki, meningkatkan sekresi mucus, merendahkan ambang reflex penyempitan dan batuk, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi pernapasan dan gejala-gejala asmatik.

2. Volume udara dalam Paru

Untuk memudahkan pengertian peristiwa ventilasi paru, maka udara dalam paru dapat dibagi menjadi empat volume dan empat kapasitas. Empat macam volume tersebut jika semuanya dijumlahkan, sama dengan volume maksimal paru-paru yang sedang mengembang atau disebut juga total lung

(8)

commit to user

capacity, dan arti dari masing-masing volume tersebut adalah sebagai berikut (Sherwood, 2011) :

a. Volume tidal

Volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernapas normal; besarnya sekitar 500 ml

b. Volume cadangan inspirasi

Volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan di atas volume tidal; besarnya sekitar 3000 ml

c. Volume cadangan ekspirasi

Volume udara ekstra yang dapat diekspirasi secara kuat pada akhir ekspirasi normal; besarnya sekitar 1100 ml

d. Volume residu

Volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat; besarnya sekitar 1200 ml

Sedangkan untuk menguraikan peristiwa-peristiwa dalam siklus paru, kadang-kadang perlu menyatukan dua atau lebih volume di atas.

Kombinasi seperti itu disebut kapasitas paru. Kapasitas paru tersebut dibagi juga menjadi empat yaitu (Sylvia, 2008) :

1) Kapasitas inspirasi

Volume tidal ditambah volume cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum;

sekitar 3500 ml.

(9)

commit to user 2) Kapasitas residu fungsional

Volume cadangan ekspirasi ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal; sekitar 2300 ml.

3) Kapasitas vital (KV)

Volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya ; sekitar 4600 ml.

4) Kapasitas paru total

Volume maksimal di mana paru dapat dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa, jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume residu; sekitar 5800 mL.

Selain itu, kita juga mengenal beberapa istilah lain seperti (Sloane, 2004) :

a) Kapasitas vital paksa (KVP)

Pengukuran kapasitas vital yang didapat pada ekspirasi yang dilakukan secepat dan sekuat mungkin. Volume udara ini dalam keadaan normal nilainya kurang lebih sama dengan kapasitas vital, tetapi pada orang yang menderita obstruksi saluran napas akan mengalami pengurangan yang nyata karena penutupan prematur saluran napas yang kecil dan akibat udara yang terperangkap.

(10)

commit to user b) Volume Ekspirasi Paksa (VEP)

Volume udara yang dapat diekspirasikan dalam waktu standar selama tindakan KVP. Biasanya VEP diukur selama detik pertama ekspirasi yang dipaksakan, ini disebut VEP1. VEP merupakan petunjuk yang sangat berharga untuk mengetahui adanya gangguan kapasitas ventilasi dan nilai yang kurang dari 1L selama detik pertama menunjukkan adanya gangguan fungsi yang berat. VEP sebaiknya selalu dihubungkan dengan KVP atau KV. Individu normal dapat menghembuskan napas sekitar 80% dari kapasitas vitalnya dalam satu detik, dinyatakan sebagai rasio VEP1/KVP. Tidak ba-nyak perbedaan apakah KVP atau KV yang dipergunakan sebagai rasio, hasilnya kurang lebih sama.

Rasio ini besar sekali manfaatnya untuk membedakan antara penyakit-penyakit yang menyebabkan obstruksi saluran napas dan penyakit-penyakit yang menyebabkan paru-paru tidak dapat mengembang sepenuhnya. Pada penyakit obstruktif seperti bronkitis kronik atau emfisema, terjadi pengurangan VEP1 yang lebih besar dibandingkan dengan kapasitas vital (kapasitas vital mungkin normal), sehingga rasio VEP1/KVP kurang dari 80%.

Pada obstruksi saluran napas yang lebih berat, seperti yang sering terjadi pada asma akut, kapasitas ini dapat berkurang menjadi 20%.

Pada penyakit restriktif parenkim paru-paru misalnya sarkoidosis, maka baik VEP1 dan KVP atau KV mengalami penurunan dengan

(11)

commit to user

perbandingan yang kurang lebih sama, dan perbandingan VEP1/KV tetap sekitar 80% atau lebih (Sylvia, 2008).

1. Arus Puncak Ekspirasi (APE)

Dengan mengukur seberapa besar kekuatan seseorang mengeluarkan udara dengan ekspirasi maksimal. Ini adalah salah satu cara mengukur fungsi jalan udara yang pada umumnya dipengaruhi oleh banyak penyakit, seperti asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).

Pada penyakit paru-paru tersebut aliran udara pada saat pengeluaran akan mengalami penurunan karena penyempitan atau obstruksi jalan napas.

APE ini memiliki harga skala yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tinggi badan, umur dan jenis kelamin. Seseorang dikatakan masih dalam batas skala normal, jika nilai prediksi APE-nya antara 80% - 120%. Nilai prediksi adalah hasil bagi nilai aktual APE subyek penelitian dengan nilai normal APE standarnya, lalu dikalikan 100%.

Arus Puncak Ekspirasi (APE) adalah suatu hembusan ekspirasi terbesar yang didapat dengan melakukan tiupan atau manuver maksimal paksa setelah melakukan inspirasi maksimal.

Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi (APE) yaitu pengukuran jumlah aliran udara maksimal yang dapat dicapai saat ekspirasi paksa dalam waktu tertentu yang dilakukan dengan menggunakan Peak Expiratory

(12)

commit to user

flowmeter atau spirometer. Variasi persentase APE sangat dipengaruhi

oleh umur, jenis kelamin, ras, tinggi badan, dan merokok. Angka normal APE pada pria dewasa adalah 500 - 700 l/menit dan pada wanita dewasa 380-500 l/menit (Sherwood, 2011).

Indikasi pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi (APE) adalah sebagai berikut (Sherwood, 2011):

a. Menegakkan diagnosis asma termasuk asma kerja dan pengukuran harus dilakukan secara serial, pagi dan sore setiap hari selama dua minggu

b. Pasien asma dan PPOK dalam keadaan stabil untuk mendapatkan nilai dasar

c. Evaluasi pengobatan pada pasien asma akut, PPOK, dan Sindroma Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SOPT) yang mengalami eksaserbasi akut, sesudah pemberian obat bronkodilator.

d. Mendapatkan variasi harian arus udara pada sluran napas pasien asma dan nilai terbaik dengan cara pemeriksaan APE serial pagi dan sore hari setiap hari selama 2-3 minggu.

e. Monitor faal paru

Pemeriksaan APE dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan alat mini peak flowmeter (Alsagaff, 2003), bentuknya sederhana, mudah dibawa dan mudah pula cara pemeriksaannya. Di sini APE akan mewakili pemeriksaan yang paling sederhana tetapi cukup banyak kegunaannya (Munawaroh, 2008). APE

(13)

commit to user

menggambarkan keadaan saluran pernapasan. APE yang menurun menunjukkan adanya obstruksi pada aliran udara di saluran pernapasan.Ada 3 macam persentase APE, yaitu :

1) APE sesaat.

Nilai ini didapatkan dari nilai tiupan pada waktu yang tidak menentu dan dapat kapan saja. Persentase APE ini berguna untuk :

a) Mengetahui adanya obstruksi pada saat itu

b) Mengetahui derajat obstruksi bila telah diketahui nilai standar normalnya.

2) APE tertinggi.

Nilai ini didapatkan dari hasil tiupan APE tertinggi setelah melakukan evaluasi tiupan sehari 2 kali, pagi dan sore hari pukul 06.00 dan 20.00 selama 2 minggu pada keadaaan asma stabil.

Persentase APE tertinggi digunakan sebagai standar persentase APE seseorang.

3) APE variasi harian.

Nilai ini didapatkan dari hasil tiupan APE selama 2 minggu. Variasi harian berguna untuk mengetahui nilai tertinggi standar normal seseorang (Pradjnaparamita, 1997)

(14)

commit to user

Interpretasi tindakan pemeriksaan APE : a. menurut Menaldi (2003) :

1) Obstruksi : < 80% dari nilai prediksi atau pada orang dewasa jika didapatkan persentase APE < 200 l/menit.

2) Obstruksi akut : < 80% dari nilai terbaik.

3) APE variasi harian = Jika didapat nilai >15%, maka dianggap obstruksi saluran napas yang ada belum terkontrol. Nilai tertinggi – nilai terendah x 100% Nilai tertinggi.

b. menurut Alsagaff et al. (2003) :

1) Untuk menilai seseorang normal atau tidak adalah dengan cara membandingkan nilai faal paru subjek dengan nilai prediksi (nilai normal) yang diperoleh Tim Indonesian Pneumobile Project (IPP) 1992.

2) Besarnya perbedaan ditentukan berdasarka rekomendasi American Thorachic Society (ATS) yaitu 1,64 SEE (673

ml). Perbedaan yang lebih besar dari 1,64 Standars Error Equation (SEE) dianggap abnormal.

3) Untuk melihat nilai normal yang diperoleh tim IPP 1992 dapat dilihat pada tabel nilai normal yang diperoleh tim IPP 1992.

(15)

commit to user

Faktor- faktor yang mempengaruhi nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE):

a. Faktor Host 1) Umur

Faal paru sejak masa kanak-kanak akan bertambah atau meningkat volumenya dan mencapai maksimal pada umur 19 - 21 tahun, setelah itu nilai faal paru terus menurun sesuai bertambahnya umur (Yunus, 2003), karena dengan meningkatnya umur seseorang maka kerentanan terhadap penyakit akan bertambah, khususnya gangguan saluran pernapasan pada tenaga kerja (Yunus, 2003).

2) Jenis Kelamin

Sesudah usia pubertas anak laki – laki menunjukkan kapasitas faal paru yang lebih besar dari pada perempuan.

Kapasitas vital rata – rata pria dewasa muda lebih kurang 4,6 liter dan perempuan muda kurang lebih 3,1 liter, meskipun nilai – nilai ini jauh lebih besar pada beberapa orang dengan berat badan yang sama pada orang lain (Antaruddin, 2003).

3) Ras

Pada orang kulit hitam, hasil faal parunya harus dikoreksi dengan 0,85, dimana sebagai referensinya adalah orang kulit putih. Salah satu alasannya adalah bahwa ukuran thoraks kulit hitam lebih kecil daripada orang kulit putih. Indonesia yang

(16)

commit to user

terdiri dari banyak suku bangsa belum ada data-data antropologis yang dapat menerangkan adanya perbedaan anatomis rongga dada dan tentunya juga mempengaruhi faal parunya.

4) Tinggi Badan

Tinggi badan mempunyai korelasi positif dengan APE, artinya, bertambah tinggi seseorang, APE akan bertambah besar (Alsagaff et al, 2003).

b. Faktor lingkungan 1) Kebiasaan merokok

Merokok faktor utama yang dapat mempercepat penurunan faal paru. Walaupun demikian hanya sebagian kecil dari perokok akan bermanifestasi klinis menjadi penyakit paru obstruksi dan hanya sebahagian kecil yang akan berkembang menjadi kerusakan fungsi paru yang berat. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur jalan nafas maupun parenkim paru. Perubahan struktur jalan nafas besar berupa hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus (Antaruddin, 2003).

2) Pemakaian alat pelindung diri

Alat pelindung diri seperti masker, tidak secara sempurna melindungi tubuh dari potensi bahaya, tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi (Habsari, 2003).

(17)

commit to user 3) Polusi udara

Polusi udara dapat menimbulkan berbagai penyakit dan gangguan fungsi tubuh, termasuk gangguan faal paru (Yunus, 2008).

4) Infeksi saluran pernapasan

Riwayat infeksi saluran napas berat waktu anak-anak menyebabkan penurunan faal paru dan keluhan respirasi waktu dewasa (Maranatha, 2004).

5) Nutrisi

Salah satu akibat kekurangan nutrisi/gizi dapat menurunkan sistem imunitas dan antibodi sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, diare, dan juga berkurangnya kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap benda asing yang masuk dalam tubuh (Almatsier, 2003).

4. Bahan kimia dalam Industri Batik

Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang diproduksi industri keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2,N2,NO2,CO2, H2 dan lain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara (Suparni, 2008).

(18)

commit to user

Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih rnungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume.

Sedangkan pencemaran berbentuk gas hanya dapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon dan lain- lain (Suparni, 2008).

Uap, yaitu bentuk gas dari zat tertentu tidak kelihatan dan dalam ruangan berdifusi mengisi seluruh ruang. Yang harus diketahui adalah jenis uap yang terdapat dalam ruangan karena untuk setiap zat berbeda daya reaksinya. Zat-zat yang mudah menguap adalah amoniak, chlor, nitrit, nitrat dan lain-lain (Suparni, 2008).

Dalam industri Batik sekitar 20 hingga 30 pewarna dan bahan kimia yang berbeda digunakan dalam proses produksi. Zat-zat kimia tersebut dapat membantu dalam membuat produk Batik jika ditangani dengan benar dan hati-hati. Jika produk dan limbahnya tidak ditangani dengan hati-hati, zat-zat kimia tersebut dapat merugikan dan merusak lingkungan hidup di sekitarnya dan pekerja yang terpapar (CBI, 2003).

Kebanyakan pekerja tidak memakai pakaian kerja pengaman apapun, sehingga berkontak langsung dengan zat kimia yang mayoritas agresif. Pekerja mungkin mengalami kerusakan fisik yang serius dan kadang-kadang menderita kulit terbakar, reaksi alergi atau bahkan kecelakaan fatal (CBI, 2003).

(19)

commit to user

Bahan-bahan yang terkandung dalam produksi batik : a. Soda Api (NaOH)

Sodium hidroksida tersedia dalam bentuk serpihan- serpihan (konsentrat 100%) atau dalam bentuk cair dengan konsentrasi yang bermacam-macam. Penghirupan atau penelanan dapat merusak sistem pernapasan dan gastrointestinal dengan penyakit penyumbatan paru-paru yang tidak dapat disembuhkan, batuk-batuk, terbakar, kesulitan bernapas, koma dan bahkan kanker esofagus (Suparni, 2008).

b. Asam Klorida (HCl)

Asam klorida (HCl) mempunyai sifat sangat korosif dan berbahaya bahgi kesehatan manusia bila kontak atau terserap ke dalam tubuh manusia. HCl adalah gas tak berwarna , berbau merangsang menyerang hidung dan tenggorokan. Gas HCl mudah larut dalam air (Sunardi, 2007).

HCl adalah cairan kekuning-kuningan dengan aroma kuat yang menusuk dan bersifat sangat korosif. Ekspos pada tingkatan tinggi mengakibatkan kebutaan, napas cepat, penyempitan bronkiolus, warna biru pada kulit, pengumpulan cairan di paru-paru, pembengkakan dan kejang pada tenggorokan dan bahkan kematian. Ekspos jangka panjang pada tingkatan rendah mengakibatkan masalah pernapasan, iritasi

(20)

commit to user

pada mata dan kulit, serta perubahan warna pada gigi (Suparni, 2008).

c. Sodium Nitrit (NaNO₂)

Sodium nitrit adalah bubuk kristal putih kekuning- kuningan yang dapat dilarutkan dalam air. Senyawanya adalah agen oksidasi yang kuat. Jika dihirup beracun dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan dan keracunan sistemik (Suparni, 2008).

d. Hidrogen Peroksida (H₂O₂)

Hidrogen peroksida berbentuk cairan jernih. Zat ini memiliki sifat oksidasi yang kuat juga mudah terbakar.

Penghirupan zat konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi pada hidung, paru-paru, dan tenggorokan. Gejala-gejala yang khas meliputi: sakit kepala, pusing, muntah, diare, gemetar, mati rasa, edema pada paru-paru dan kehilangan kesadaran (Suparni, 2008).

e. Sodium Karbonat (Na₂CO₃)

Sodium karbonat adalah bubuk kristal putih yang dikenal juga sebagai abu soda. Jika dihirup menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan. Gejala-gejala akibat penghirupan debu yang terlalu banyak dapat berupa batuk-batuk dan kesulitan bernapas. Kontak yang melampaui batas diketahui

(21)

commit to user

menyebabkan kerusakan pada dinding penyekat hidung (Suparni, 2008).

f. Zat Warna Naftol

Zat warna naftol atau azoic adalah zat warna yang warnanya terbentuk di dalam serat pada saat pencelupan dan merupakan hasil reaksi komponen senyawa naftol dengan senyawa diazonium. Zat warna naftol juga disebut ingrain colors karena terbentuk di dalam serat dan tidak larut di dalam air.

Senyawa yang terjadi pada zat warna naftol mempunyai gugusan azo (Cotton dan Wilkinson, 2007).

Pewarna Naftol sifatnya berbahaya dan karsinogen.

Beberapa garam diazonium yang bersifat karsinogenik dapat diserap langsung bahkan melalui kulit yang sehat. Jika dihirup menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan. Gejalanya meliputi batuk-batuk, sesak napas. Penghirupan terekspos dapat menjadi fatal (Suparni, 2008).

g. Sodium Ditionit (Na₂S₂O₄)

Sodium ditionit (juga dikenal dengan sodium hidrosulfit) adalah bubuk kristal putih dengan aroma belerang. Gasnya bersifat korosif dan atau beracun. Jika terhirup, akan menyebabkan cedera parah atau kematian (Suparni, 2008).

(22)

commit to user B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Buruh Industri Batik

Inhalasi polusi produksi batik Buruh bagian

administrasi

Buruh proses pencelupan

Kerusakan jaringan

Obstruksi saluran napas

1. Penyempitan saluran napas

2. Destruksi parenkim 3. Hipersekresi mukus

Penurunan APE Tidak terjadi

kerusakan jaringan

Tidak ada obstruksi saluran napas

Tidak terjadi penurunan APE Tidak ada polusi

produksi batik

Bandingkan hasil APE ukur dengan APE prediksi dan dinyatakan dalam

persentase

(23)

commit to user C. Hipotesis

Terdapat perbedaan persentase nilai APE ukur terhadap APE prediksi buruh administrasi dan buruh proses pencelupan industri batik.

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah digraph D dan 2-digraph D dengan n vertex dapat dinyatakan oleh matriks, yang entri dari matriks tersebut adalah bilangan 1 atau 0, matriks yang demikian disebut sebagai

Oleh karena itu, demokratisasi lokal menghadirkan adanya peran aktor dan atau elite politik lokal yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi proses

Ketika tombol Add di klik maka tombol Save dan tombol Cancel akan aktif, kemudian muncul pesan “Silahkan pilih akses level”, lalu pilih hak akses maka kode petugas

Sehat jasmani dan rohani (kecuali untuk formasi khusus disabilitas dan formasi umum yang bisa dilamar oleh penyandang disabilitas) sesuai dengan persyaratan

Kartika Maya Puspitasari. 7409088, PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN BAGIAN WEAVING 2 DI PT. KUSUMAHADI SANTOSA

Kedua kegiatan tersebut mensosialisasikan materi tentang pola hidup sehat dan pengelolaan stress di masa adaptasi kebiasaan baru dan tanggal 13 Agustus 2020 kegiatan

Dapat memberikan penjelasan hubungan antara status gizi dengan usia Menarche pada remaja, sehingga dokter dapat mengkaitkan kejadian menstruasi yang berbeda-beda

Bunga yang rendah tersebut dikarenakan pembiayaan yang dikhususkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, selain itu marjin yang rendah ini ada dikarenakan