• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. KAJIAN PUSTAKA 1. Kemampuan Berpikir Kritis Menurut (Anggraeni dkk., 2016) kemampuan berpikir (thinking skill) merupakan kemampuan dalam pemikiran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "B. KAJIAN PUSTAKA 1. Kemampuan Berpikir Kritis Menurut (Anggraeni dkk., 2016) kemampuan berpikir (thinking skill) merupakan kemampuan dalam pemikiran"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

6 B. KAJIAN PUSTAKA

1. Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut (Anggraeni dkk., 2016) kemampuan berpikir (thinking skill) merupakan kemampuan dalam pemikiran seseorang dalam menilai dan memberikan respon berdasarkan bukti dan sebab akibat. Secara umum, berpikir adalah suatu kemampuan dimana ide dan konsep dapat berkembang dengan baik.

Dalam matematika berpikir sangat diperlukan untuk dapat memecahkan suatu permasalahan. Dengan berpikir siswa akan mnyampaikan informasi yang didapat untuk memecahkan suatu masalah.

Berpikir kritis adalah kemampuan berpikir secara rasional dalam menentukan dan penilaian terhadap sesuatu (K. Karim & Normaya, 2015).

Menurut (Istianah, 2013) suatu kecakapan berpikir yang berpengaruh dalam menghadapi dan memecahkan suatu persoalan disebut sebagai berpikir kritis (critical thinking. Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan

bahwa kemampuan yang diperlukan siswa untuk membantunya dalam menyelesaikan persoalan sehari-sehari yang akan dihadapi nantinya. Mengingat pentingnya berpikir kritis maka perlu diajarkan kepada siswa sejak SD.

Menurut (Husnidar dkk., 2014) mengatakan bahwa suatu bentuk kegiatan mental atau pikiran manusia yang aktif sehingga dapat mempertimbangkan dan mengevaluasi informasi yang diberikan yang memungkinkan untuk membuat atau menarik keputusan adalah kemampuan berpikir kritis. Menurut (Sumarmo dkk., 2012) kemampuan yang memuat kegiatan analisis dan evaluasi argumen bukti, menyusun klarifikasi, membuat pertimbangan menyusun penjelasan baik yang relevan ataupun yang tidak relevan berdasarkan data, identifikasi dan evaluasi asumsi.

Kemampuan berpikir kritis adalah suatu kecakapan berpikir tingkat tinggi yang memiliki indikator. Gabungan dari beberapa kemampuan berpikir (berpikir kritis, kreatif, dan berpikir pengetahuan dasar) disebut sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi (Kurniasih, 2012). Menurut (Nafiah & Suyanto, 2014) juga berpendapat bahwa berpikir kritis adalah suatu proses perumusan alasan dan penyusunan suatu konsep, pengaplikasian, analisis, pengintegrasian (sintesis),

(2)

7

evaluasi informasi melalaui proses pengamatan, kegiatan refleksi, serta pemberian alasan sebagai dasar dalam menentukan tindakan. Berdasarkan pengertian- pengertian yang ada maka bisa disimpulkan suatu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang diperlukan siswa untuk dapat menyelesaikan persoalan-persoalan dan menarik kesimpulan adalah kemampuan berpikir kritis.

Cahyono (2016) menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kritis memiki karakteristik seperti penyelesaian masalah dengan tujuan tertentu, analisis, menggeneralisasi dan pengorganisasian ide berdasarkan fakta yang ada, penarikan keismpulan, dan penyelesaian permasalahan secara sistematis. dengan argumen yang benar. Semua karakteristik tersebut harus dipenuhi semua tanpa terkecuali.

Berdasarkan pemaparan diatas maka yang dimaksud kemampuan berpikir kritis pada penelitian ini ini adalah suatu kemampuan yang dimiliki siswa dalam menganalisis dan mengevaluasi suatu informasi yang berguna dalam menarik kesimpulan yang valid dan rasional. Indikator kemampuan berpikir krirtis yang digunakan pada penelitian dapat dijelaskan pada uraian tabel dibawah ini.

Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

No Indikator Keterangan Indikator

1. Interpretasi Siswa mampu memahami dan menafsirkan informasi yang terdapat dalam soal kemudian diceritakan kembali menggunakan bahasa yang sederhana.

2. Analisis Siswa dapat mengidentifikasi hubungan hubungan antara informasi yang terdapat dalam soal dengan konsep yang telah diketahui.

3. Evaluasi Siswa mampu menemukan formula untuk menyelesaikan soal yang diberikan.

4. Inference Siswa dapat menarik kesimpulan dari jawaban yang sudah ditemukan

5. Eksplanasi Siswa mampu menyelesaikan soal dengan benar dan dapat memberikan alasan dalam menarik kesimpulan.

6. Pertanggungjawaban diri Siswa mampu menjawab pertanyaan pertanyaan pada pedoman wawancara

(Adaptasi dari Fithriyah, Sa’dijah & Sisworo , 2015) 2. Soal Cerita

Menurut (F Khasanah, N., & Listiawan, T.,2017) terdapat dua kemampuan berpikir yaitu kemampuan berpikir tingkat dasar dan tingkat tinggi. Kemampuan yang dapat membantu siswa dalam mengintepretasi, mengalisis dan memanipulasi informasi yang sudah didapatkan sehingga menjadikan nya tidak monoton adalah

(3)

8

kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Untuk melihat bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa adalah dengan memberi suatu soal cerita matematika yang harus diselesaikan oleh siswa.

Soal yang berbentuk uraian dan berisi aspek kemampuan membaca, penalaran. Analisis dan pencarian solusi dari suatu masalah disebut sebagai soal cerita (Wahyuddin & Ihsan, 2016). Menurut (Aminah & Kurniawati, 2018) suatu soal matematika yang berbentuk cerita baik secara lisan amaupun tertulis disebut sebagai soal cerita matematika. Menurut (Rahmania & Rahmawati, 2016) suatu soal yang berhubungan dengan masalah sehari-hari dan memerlukan kalimat matematika dalam penyelesaiannya disebut sebagai soal cerita. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa soal cerita merupakan soal yang memuat empat aspek yaitu aspek membaca, analisis, penalaran, dan pencarian solusi yang berhubungan dngan masalah sehari-hari adalah soal cerita.

Salah satu kurikulum yang paling utama dalam pembelajaran matematika adalah berfokus pada penyelesaian soal cerita. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Raharjo & Wahyuni (2011) yang menyebutkan bahwa pemecahan masalah dalam matematika berbentuk soal cerita yang berhubungan dengan kehidupan sehri-hari penting diajarkan kepada pesera didik karena dapat melatih peserta didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Menurut (Rindyana & Chandra, 2013) dalam menyelesaikan suatu soal cerita, siswa dituntut untuk dapat mengerti dan memahami isi dalam soal cerita tersebut,menarik kesimpulan dari obyek-obyek yang harus diselesaikan dalam soal, memisalkan obyek-obyek yang terdapat dalam soal dengan simbol-simbol matematika yang sudah ada, dan penyelesaian dari soal tersebut.

Soal cerita dapat digunakan untuk melihat dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Meskipun begitu, namun dalam kenyataannya kemampuan yang dimiliki siswa dalam menyelesaiakan permasalahan dalam bentuk cerita masih rendah. Hal tersebut dikuatkan dengan penelitian (Siswono, 2015) yang menyebutkan bahwa kemampuan siswa SMP dalam menyelesaikan uraian berbentuk cerita masih tergolong rendah. Kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita tersebut dikarenakan beberapa hal diantaranya adalah:

(4)

9

1) siswa kurang memahami kalimat-kalimat yang ada pada soal, 2) siswa kesulitan dalam hal menuliskan informasi pada soal, 3) siswa masih merasa kesulitan dalam mengubah kalimat cerita menjadi suatu kalimat matematika, 4) siswa belum mampu untuk menemukan strategi yang akan digunakan untuk mencari penyelesaiannya, 5) siswa belum mampu untuk menarik keismpulan dari argumen yang ada.

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat diketahui bahwa pada penelitian ini jenis soal yang digunakan adalah soal berbentuk uraian yang berhubungan dengan masalah sehari-hari.

3. Kecerdasan Logis Matematis

Setiap orang memiliki berbagai macam kecerdasan yang sudah melekat pada dirinya. Kecerdasan yang dimiliki pun pasti akan berbeda-beda untuk setiap orang. Menurut (Mujib & Mardiyah, 2017) suatu kecakapan yang terdapat pada diri seseorang yang berguna untuk memahami dan menyelesaikan suatu permasalahan dapat disebut sebagai kecerdasan logis matematis. Kecerdasan terdiri dari delapan bagian menurut (Librianti, 2015) yaitu, 1) kecerdasan linguistic (linguistic intellihence), 2) kecerdasan logis matematis (logical - matematical intelligence), 3) kecerdasan spasial ruang, 4) kecerdasan kinestetik 5) kecerdasan musikal 6) kecerdasan interpersonal, 7) kecerdasan intrapersonal , dan 8) kecerdasan alamiah

Dalam pembelajaran matematika, kecerdasan yang lebih dominan dibutuhkan adalah kecerdasan logis matematis. Hal tersebut dikarenakan kecerdasan logis matematis bisa digunakan untuk mengetahui bagaimana kecakapan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Hal tersebut juga dikuatkan dengan pendapat (Mujiani, 2016) yang mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran matematika membutuhkan suatu kecerdasan yang disebut sebagai kecerdasan logis matematis. Hal tersebut dikarenakan kecerdasan ini bisa membantu siswa dalam memahami pelajaran matematika yang bersifat abstrak.

Selain itu (Yunita, N.W., dkk, 2018) juga mengatakan bahwa kecerdasan yang dominan dibuuthkan dalam matematika adalah kecerdasan logis matematika karena dengan kecerdasan logis matematis siswa dapat diketahui kemampuannya

(5)

10

dalam menyelesaikan permasalahan matematika dan membantu siswa dalam memahakami konsep matematika yang nersifat abstrak.

Kecerdasan logis matematis siswa meliputi kecerdasan dalam hal

mengaplikasikan angka atau bilangan, melakukan penalaran dan logis (Irvaniyah

& Akbar, 2014). Menurut (Yunita, N.W., dkk, 2018) seseorang yang memiliki kecerdasan logis matematis yang tinggi sangat menyukai bilangan dan berhitung, dapat berpikir dengan konsep yang jelas, memiliki kemampuan berpikir terhadap konsep yang abstrak, dan dapat menyelesaikan permasalahan yang membutuhkan pemikiran yang logis. Kecerdasan logis yang dimaksud pada penelitian ini adalah kecerdasan logis matematis yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam mengukur, menghitung, memecahkan soal matematika, berpikir induktif dan deduktif, serta dapat membuat pola yang logis yang berhubungan dengan masalah sehari-hari.

Referensi

Dokumen terkait

“ Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Motivasi Belajar Matematika pada Siswa SMA”.. Tesis SPS

Bagaimana mengembangkan soal-soal matematika serupa TIMSS untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah pada siswa kelas VIII yang valid dan

Tulisan ini diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan bagi guru tentang kemampuan berpikir kritis siswa SMP dalam memecahkan masalah matematika melalui tipe soal open

rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran deep dialogue and critical thinking tidak sama dengan rata-rata kemampuan

Berkaitan dengan hal ini, dalam usaha pencapaian kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis yang memadai melalui PBM, maka aspek kecerdasan emosional perlu diperhatikan..

PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA. Oleh :

Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Kemampuan Matematis Rendah dalam Memecahkan Masalah Matematika Kelas VIII pada Materi Phytagoras di MTs Negeri 1 Kota

PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL HOTS TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS Anisa Fitri1*, Astrid Chandra Sari2, Jamiati Rosita3