• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOPONIMI NAMA JALAN DI PULAU PENYENGAT BERDASARKAN RUPABUMI Toponymy of The Road Names on Penyengat Island

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TOPONIMI NAMA JALAN DI PULAU PENYENGAT BERDASARKAN RUPABUMI Toponymy of The Road Names on Penyengat Island"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BERDASARKAN RUPABUMI

Toponymy of The Road Names on Penyengat Island Ahada Wahyusaria,*, Dessy Gucci Lianab,*, Legi Elfitrac,*

a Ahada Wahyusari

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UMRAH, Jl. Politeknik Senggarang ahadawahyusari@umrah.ac.id

b Dessy Gucci Liana

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UMRAH, Jl. Politeknik Senggarang desygucciliana6@gmail.com

c Legi Elfitra

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UMRAH, Jl. Politeknik Senggarang legi_elfitra@umrah.ac.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan menemukan dan mendeskripsikan toponimi rupabumi nama jalan di Pulau Penyengat. Objek penelitian ini adalah nama jalan Pulau Penyengat yang didapatkan dari informan. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan meng- gunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan, perekaman, pencatatan, wawancara, dan pengalihan wacana. Teknik analisis data dilakukan dengan data rekaman yang diperoleh dari hasil wawancara kepa- da informan, ditranskrip secara kasar ke dalam bahasa tulis, kemudian data yang telah ditranskrip secara kasar disempurnakan. Hasil penyempurnaan disesuaikan kembali dengan hasil rekaman. Setelah transkrip disempurnakan, kata-kata dan kalimat yang masih kurang jelas diberi tanda baca dan tanda lain yang diperlukan. Setelah transkrip sempurna, data dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia. Berikutnya dilakukan analisis sesuai dengan rumusan masalah dan teori yang menjadi acuan. Hasil analisis data yang diperoleh dari toponimi rupabumi nama jalan Pulau Penyengat terdapat asal- usul penamaan jalan dari histori yang pernah terjadi, baik itu dari sejarah di masa lalu, peninggalan-peninggalan berupa bangunan kuno atau bangunan lawas, dan keterlibatan tokoh dalam cerita atau sejarah.

Kata Kunci: toponimi, rupabumi, Pulau Penyengat

Abstract: This study aims to find and describe the toponym the road names on the island of Penyengat. The objects of this research are the names of the road on the Penyengat Island which were obtained from the informant. This research method is descriptive using a qualitative approach. The data collection techniques used were observation, recording, taking notes, interviews, and discursive discourse. The data analysis technique was car- ried out with recorded data obtained from interviews with informants, roughly transcribed into written language. Then, the data that had been roughly transcribed were refined.The results of the refinements were readjusted with the recordings. After the transcript had been completed, unclear words and sentences were then given punctuation marks and other necessary signs. Next, the analysis was carried out in accordance with the problem for- mulation and the theory that became the reference. The results of the analysis of the data obtained from the toponym of the road names on Penyengat Island, there were the origins of naming the road from the history that has occurred, be it from history in the past, relics in the form of ancient buildings or old buildings, and the involvement of characters in stories or history.

Keywords: toponymy, topography, Penyengat Island

(2)

PENDAHULUAN

Toponimi merupakan akar dari terbentuknya sebuah nama di suatu daerah, baik itu tempat tinggal, benda, atau hal-hal yang menjadi suatu identitas di daerah tersebut. Melalui toponimi, suatu daerah akan memiliki sebutan yang tetap dan mudah diingat oleh masyarakat. Hal ini menjadikan toponimi sebagai landasan teori terbentuknya sebuah nama, baik itu menurut sejarah, rupabumi, tokoh masyarakat, dan lain sebagiannya.

Penelitian toponimi dilakukan karena tidak menyebar luas secara umum tentang sebuah nama yang terbentuk di suatu daerah. Penelitian yang dilakukan dengan pemilihan tempat di Pulau Penyengat ini bukan tidak memiliki alasan.

Hal tersebut dipahami dari suatu pemahaman masyarakat setempat, khususnya generasi muda yang diketahui banyak dari mereka tidak tahu tentang asal-usul terbentuknya suatu nama jalan di pulau tersebut. Sementara nama-nama jalan di pulau tersebut cukup menarik untuk ditelusur akarnya karena terdapat nama- nama yang berkaitan dengan tokoh masyarakat dan bahkan sebuah sejarah yang pernah terjadi. Oleh sebab itu, peneliti dengan informasi yang dimiliki melalui informan berusaha mengkaji asal usul nama jalan di Pulau Penyengat dengan landasan teori toponimi berdasarkan bentuk unsur perwujudan rupabumi.

Pulau Penyengat bukanlah tempat yang asing bagi khalayak umum. Sebab pulau tersebut memiliki keistimewaan, nilai histori yang dilindungi dan mem- punyai ciri khas khusus di dalamnya. Begitu juga dengan nama-nama jalan yang ada di pulau tersebut yang memiliki cerita dan sejarah penamaannya. Jelas bahwa daya tarik penamaannya bukan tiba-tiba, melainkan adanya proses pemikiran dan pertimbangan-pertimbangan tertentu berdasarkan apa yang ada di wilayahnya dan pernah terjadi sebelumnya.

Minimnya pengetahuan masyarakat sangat disayangkan seperti yang dika- takan Syarbani dkk. (2012: 145), bahwa masyarakat adalah elemen penting dalam suatu perkembangan daerah untuk memberikan pengetahuan ke masyarakat lain atau pendatang. Hal ini dapat dipahami betapa pentingnya peran masyarakat dalam upaya memberikan interaksi sosial dengan memperkenalkan hal-hal yang menarik di tempat mereka tinggal. Namun, jika pengetahuan masyarakat tersebut tidak dimiliki tidak ada pemahaman yang bisa diberikan melalui interaksi ke orang lain mengenai apa saja yang menarik di daerah terse- but yang salah satunya adalah asal usul nama jalan.

Di sisi lain, peran bahasa juga dibutuhkan untuk memberikan pemahaman tersebut. Hal ini karena bahasa merupakan pijakan utama dalam berkomuni- kasi yang terdapat di dalam kajian linguistik. Sejalan dengan itu Chaer (2007:

30) mengatakan linguistik merupakan ilmu bahasa yang memposisikan bahasa sebagai objek utama yang berperan sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, untuk menentukan suatu asal usul nama jalan yang disebut toponimi juga dibu- tuhkan tatanan bahasa yang mudah dipahami sehingga tidak disalahartikan.

Merujuk dari pernyataan di atas, dalam upaya mengungkap toponimi ber- dasarkan bentuk rupabumi diperlukan keberadaan masyarakat dan peran bahasa.

Keduanya diharapkan mampu memberikan pemahaman yang tepat, sehingga nama yang dibuat tidak dianggap asal-asalan. Hal ini karena nama dianggap sebagai sebuah penanda atau identitas.

Selain itu, nama juga diberikan bukan tanpa sebab yang akhirnya memiliki

(3)

nilai tersendiri. Di dalamnya boleh jadi mengandung arti yang bernilai dan penuh harapan. Oleh karena itu, dengan beragam pengetahuan khalayak, sebuah nama memiliki penilaiannya tersendiri karena pasti ada makna yang terselip dari sebuah nama yang diberi.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa adanya makna dalam sebuah nama tidak lepas dari proses bagaimana bentuk penamaan itu terjadi. Sebagaimana telah diketahui, apa saja yang berhubungan dengan kehidupan memiliki nama, begitu juga bagi sebuah jalan di suatu daerah yang membutuhkan nama. Pada dasarnya nama jalan diperlukan sebagai tanda pengenal suatu objek ke objek lainnya. Adanya nama jalan jelas mempermudah siapapun untuk mengenal dan mengetahui suatu wilayah yang ada di suatu daerah.

Pembentukan nama jalan juga tidak lepas dari peran tanda alam atau sesuatu yang menonjol yang menjadi khas agar mudah diingat kemudian. Namun, terkadang hal ini berdasarkan dari sejarah yang pernah terjadi di daerah terse- but. Berangkat dari ke semua itu dapat dipahami bahwa nama jalan yang diberi menjadi gambaran umum kondisi alam atau histori tempat itu berada. Kemun- culan nama tersebut juga tidak terlepas dari perlibatan aspek sosial lingkungan tersebut.

Dalam sebuah kajian ilmiah, pembentukan nama dari jalan, tempat, kota, dan lain sebagiannya masuk dalam kajian ilmu antropologi dalam cabang ilmu toponimi. Hal ini juga memberi definisi bahwa toponimi bagian dari ilmu yang membahas unsur geografis lingkungan bagi mahluk hidup. Sejalan dengan itu Rais (2008:4), mengatakan bahwa suatu unsur alam seperti pulau, sungai, gunung, dan lain sebagiannya diberikan nama oleh manusia untuk memberi kemudahan orang lain dalam mengenal suatu tempat. Oleh karena itu, jika ditelaah lebih jauh, toponimi berdampingan erat dengan cabang ilmu antropologi yang memberikan pengetahuan mengenai asal usul suatu nama tempat, jalan, dan lain sebagian- nya. Secara tidak langsung prosesnya menunjukkan identitas dasar tempat masyarakat itu tinggal dengan toponimi menjadi jembatan yang memberikan pengetahuan kearifan lokal.

Menurut Rais (2008:4--5) “toponimi dalam bahasa Inggris ’toponym‘ secara harafiah artinya nama tempat di muka bumi (‘topos‘ adalah ’tempat‘ atau ’per- mukaan‘ seperti ’topografi‘ adalah gambaran tentang permukaan atau tempat- tempat di bumi, dan ’nym‘ dari ’onyma‘ adalah ’nama‘), dan dalam bahasa Inggris kadang-kadang disebut ’geographical names‘ (nama geografis) atau place names.

Hubungan toponimi dengan antropologi, dalam hal ini adalah antropologi linguistik, meliputi beberapa unsur yang menjadi tolok ukur pembentukan sebuah nama. Unsur-unsur tersebut ialah perwujudan, kemasyarakatan, dan kebudayaan. Aspek perwujudan berpusat pada situasi bentuk dari alam yang meliputi perairan, rupabumi, dan lingkungan. Selanjutnya, aspek kemasyraka- tan berpusat pada situasi sosial yang meliputi pekerjaan rata-rata masyarakat, tokoh-tokoh yang memiliki historis mengenai daerah tersebut baik di masa kini maupun masa lalu, dan kebudayaan yang berpusat pada bentuk kesusastraan seperti folklor atau budaya lokal setempat (Sudaryat, 2009:10).

Pernyataan di atas memberikan pemahaman betapa pentingnya toponimi berperan untuk suatu identitas. Hal itu menjadikan toponimi tidak terpisah-

(4)

kan dengan onomastis nama geografis dan rupabumi. Oleh karena itu, berkai- tan dengan penelitian ini dengan berbagai rupabumi yang ada di Indonesia, Pulau Penyengat menjadi tempat penelitian ini akan dilakukan dalam mengkaji penamaan jalan dari unsur perwujudan rupabumi.

Membahas rupabumi dalam toponimi tidak bisa menyampingkan peran masyarakat yang terlibat langsung dalam proses pemberian nama. Hal itu dijelas- kan Rais (2008:87) bahwa rupabumi baik daratan maupun lautan mendapat- kan identitasnya karena buatan manusia seperti masyarakat setempat. Sejalan dengan itu, Sudaryat (2009:10) menyebutkan rupabumi berkaitan dengan keadaan permukaan tanah yang mengarah pada permukaan bumi dari objek yang dapat dikenali, baik itu unsur alami maupun buatan, yang dapat dilihat dari suatu histori di dalamnya seperti pulau, jembatan, bangunan, perkantoran, atau kawasan industri. Hal itu jelas melibatkan masyarakat dalam memberikan jaba- ran umum untuk membentuk suatu nama di tempat mereka berada yang pada akhirnya tidak terlepas dari kebudayaan dan sosial. Berkaitan dengan objek penelitian ini, yakni nama jalan di Pulau Penyengat, secara tidak langsung ada hubungan erat dengan histori dan unsur alam yang ada di pulau tersebut.

Merujuk dari uraian sebelumnya, penamaan jalan yang ada di Pulau Penyengat yang menjadi objek penelitian ini tentu menarik dibahas karena jika ditinjau dari asal usul nama pulau tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa begitu juga yang terjadi dengan penamaan jalan. Oleh karena itu, tentu di balik cerita asal usul penamaan jalan terkandung nilai budaya luhur yang bisa menjadi tatanan kehidupan bagi masyarakat setempat maupun pengunjung yang penasa- ran dengan khasnya nama jalan yang ada di pulau tersebut. Sebab, pada hakikat- nya banyak orang dan terutama generasi muda sekadar tahu nama jalannya tetapi tidak mengetahui secara historis bagaimana nama jalan itu dibentuk.

Dalam pengenalan nama jalan di Pulau Penyengat yang secara umum ada hubungannya dengan rupabumi, upaya pelestarian budaya yang identik dengan Pulau Penyengat perlu ditinjau lebih lanjut secara ilmiah dari sisi penamaan jalan. Oleh karena itu, peneliti berpendapat penelitian ini penting untuk dikaji dan ditelaah agar masyarakat mendapatkan referensi asal usul penamaan jalan.

Dari pernyataan di atas, peneliti melakukan penelitian terhadap toponimi unsur perwujudan rupabumi pada nama jalan di Pulau Penyengat. Hal ini diyakini memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat untuk mengenal sejarah dan dapat memberikan pemahaman yang tepat bagi masyarakat lain di masa depan menge- nai nama-nama jalan yang ada di Pulau Penyengat. Peneliti akan mendeskripsikan sebuah nama jalan yang ada di pulau Penyengat agar masyarakat yang bertempat tingal di Pulau Penyengat dan sekitarnya dapat menambah pengetahuan tentang toponimi di daerah tersebut.

METODE

Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis deskriptif kualitatif.

Metode analisisnya adalah analisis deskriptif. Metode tersebut digunakan un- tuk mendeskripsikan suatu fenomena keadaan, bentuk, dan lain sebagiannya (Andalas, 2017:20). Proses yang dilakukan akan mengungkap fenomena yang tersimpan di balik penamaan jalan dengan cara mendeskripsikan bentuk

(5)

toponimi rupabumi dari nama jalan di Pulau Penyengat yang didapatkan melalui informan dan sumber-sumber yang terkait.

Objek dalam penelitian ini adalah nama jalan di Pulau Penyengat. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi nama jalan dan histori penamaannya yakni perekaman, pencatatan, pengamatan, wawancara, dan alih wacana lisan ke teks (Sudikan, 2015:232).

Sumber data penelitian ini diperoleh dari dokumen pemerintahan untuk nama-nama jalan dan informan untuk histori asal usul penamaan jalan. Krite- ria informan yang menjadi pilihan sebagaimana yang disebutkan Djajasudarma (2010: 22--25), (1) informan merupakan penduduk asli, (2) usia informan menengah dan usia lanjut yang kisarannya 40--80 tahun, (3) memiliki pendidikan formal, dan (4) tidak memiliki kelainan dalam pengucapan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan penelitian dari toponimi rupabumi nama jalan di Pulau Penyengat akan dipaparkan sesuai dengan teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini, yakni oleh Sudaryat mengenai penamaan jalan atau toponimi rupabumi yang berpusat pada unsur alam baik itu buatan maupun alami.

Dalam hal ini, peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian dengan upaya menjelaskan asal-usul terbentuknya suatu nama jalan berdasarkan toponimi unsur rupabumi. Oleh karena itu, nama jalan yang terdapat di dalam hasil adalah nama jalan yang dibentuk atau dibuat berdasarkan rupabumi baik itu secara alamiah maupun buatan.

Rupabumi

Rupabumi merupakan bagian dari toponimi kategori perwujudan yang memiliki hubungan dengan manusia sebagai suatu tempat yang dihuni baik itu tempat tinggal, nama jalan, barang, dan lain-lain. Unsur rupabumi dapat dilihat dari ada- nya keberadaan histori pulau, jembatan, bangunan, perkantoran, dan kawasan industri atau yang berkaitan dengan keadaan permukaan tanah yang mengarah pada permukaan bumi dari objek yang dapat dikenali baik itu unsur alami mau- pun buatan (Sudaryat, 2009:10). Berikut ini dipaparkan hasil dan pembahasan asal-usul nama jalan di Pulau Penyengat berdasarkan toponimi rupabumi.

Rupabumi Nama Jalan di Pulau Penyengat

Nama Jalan Balai Adat berasal dari salah satu peninggalan bersejarah yang dijadikan sebagai tempat menyambut tamu. Balai Adat yang ada di Pulau Penyengat itu memiliki sebuah cerita yang ada pada masa lampau. Cerita terse- but menjadi sejarah yang ada hingga saat ini. Ruangan tersebut dihias dan dijadikan untuk acara pernikahan dengan dilengkapi panggung pelaminan.

Selain itu, terdapat juga sebuah sumur air tawar yang airnya sangat jernih sehingga masyarakat setempat menggunakan air untuk keperluannya. Berangkat dari cerita tersebut penamaan jalan ini bagian dari aspek perwujudan pada sisi rupabumi.

Selanjutnya, penamaan Jalan Masjid diambil dari peninggalan berupa bangu- nan yang sudah dibangun sejak dahulu. Bangunan tersebut ada dan dijaga hingga saat ini. Hal tersebut membuktikan bahwa penamaan Jalan Masjid merupakan

(6)

bagian dari aspek perwujudan pada sisi rupabumi.

Kemudian, penamaan Jalan Lapangan Bola berasal dari kawasan yang dijadikan sebagai tempat kegiatan maupun aktivitas lainnya oleh masyarakat setempat. Hal ini membuktikan bahwa penamaan jalan tersebut merupakan nama jalan kawasan yang merupakan lahan luas dan lapang yang ada di Pulau Penyengat. Oleh karena itu, nama Jalan Lapangan Bola masuk dalam aspek perwujudan dengan kategori latar rupabumi. Aspek perwujudan dengan kategori latar rupabumi ini terlihat bahwa manusia dengan lingkungan alam akan memi- liki hubungan.

Nama Jalan Tabib diambil karena di daerah tersebut terdapat bangunan tua yang disebut Gedung Tabib. Pada sebagian jendelanya masih terlihat kayu-kayu.

Pada bangunan yang menghadap ke arah jalan itu terdapat sebuah akar pohon dan pada bagian atas dinding terlihat warna cat yang sudah menghitam, tum- buhnya semak belukar, dan pohon-pohon kecil. Selain itu, di masa lalu juga ada orang yang pekerjaannya mengobati orang sakit dengan cara tradisional yang tinggal di gedung tersebut. Hal tersebut membuktikan bahwa penamaan jalan tersebut merupakan bagian aspek perwujudan pada sisi rupabumi.

Berikutnya Jalan Raja Jakfar yang berasal dari sebuah cerita seseorang yang bergelar Dipertuan Muda VII di Pulau Penyengat, yakni Raja Jakfar. Di daerah tersebut terdapat peninggalan berupa makam Raja Jakfar yang pilar-pilarnya menghiasi kubah kecil yang terletak di kolam dan dijadikan sebagai tempat ber- wudu. Makam yang bercorak kuning dan hijau ini terlihat kokoh dan megah. Dari cerita tersebut, jalan yang terdapat di daerah itu diberi nama Jalan Raja Jakfar.

Jalan Istana Laut pada asal usulnya dari kata istana yang merujuk pada bangu- nan yang besar ataupun mewah. Namun, Istana Laut yang ada di Pulau Penyengat merupakan bangunan yang didiami oleh keluarga kerajaan dahulu. Sejarah nama Jalan Istana Laut berawal dari sejarah di masa lampau. Letak Istana Laut yang ada di Pulau Penyengat berada di daerah pantai. Akan tetapi, bangunannya tidak ada lagi dan hanya tertinggal sisa-sisa tonggaknya saja. Karena letaknya yang be- rada di laut, bangunan tersebut tidak bertahan lama. Sedikit demi sedikit bangu- nan tersebut hancur dengan sendirinya. Oleh sebab itu, Jalan di daerah tersebut diberi nama Istana Laut.

Selanjutnya, Jalan YDM Abdurrahman berasal dari adanya makam Raja Abdurrahman Yang Dipertuan Muda Riau VII. Makam tersebut tidak memiliki atap tetapi dihiasi dengan ukiran-ukiran yang menarik yang tidak melunturkan fakta bahwa beliau adalah Raja yang berjasa besar pada masa Kesultanan Riau di masa itu. Oleh sebab itu, nama jalan daerah tersebut diberi nama Jalan YDM Adurrahman.

Berikutnya, Jalan Engku Putri yang diambil dari cerita Permaisuri Sultan Mahmud Riayat Syah. Di daerah tersebut masih tertinggal alat-alat kebesaran yang ada digunakan untuk pengangkatan sultan. Hal ini karena Engku Putri adalah seorang tokoh perempuan yang memegang teguh adat kerajaan. Namun sejalannya waktu, Engku Putri wafat dan dimakamkan di dalam kawasan istana.

Oleh karena itu, nama jalan daerah tersebut diberi nama Jalan Engku Putri.

Kemudian, Jalan Bukit Penggawa yang berasal dari sebuah cagar budaya yang ada di Pulau Penyengat yaitu Bukit Penggawa. Tempat ini termasuk tem- pat yang tidak terlalu diperhatikan selama ini. Padahal pengunjung bisa melihat

(7)

pemandangan di sana jika kondisi Bukit Penggawa diperhatikan dan dijadikan sebagai destinasi wisata. Bukit Penggawa merupakan benteng pertahanan Kerajaan Melayu pada saat itu. Kini tempat itu sudah dipenuhi dengan lumut dan semak belukar. Oleh karena itu, jalan menuju daerah tersebut yang terletak di atas bukit diberi nama Jalan Bukit Penggawa.

Selanjutnya Jalan Pendidikan. Jalan ini diberi nama tersebut karena ada usaha yang dilakukan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri, pengubahan sikap seseorang atau kelompok orang yang menjadi tuntutan untuk mencapai kebahagiaan setinggi-tingginya. Pemberian nama Jalan Pendi- dikan berawal dari sebuah bangunan yang dibangun sebagai tempat pendidikan masyarakat Pulau Penyengat agar tidak putus dalam menggapai cita-cita. Bangu- nan tersebut menjadi sebuah sekolah yang ada di Pulau Penyengat. Hingga saat ini bangunan sekolah yang sudah dibangun itu masih tetap ada dan terjaga. Oleh karena itu, nama jalan di daerah tersebut diberi nama Jalan Pendidikan.

Berikutnya Jalan Raja Haji Filsabilillah. Nama jalan ini berasal dari cerita pahlawan nasional Indonesia. Beliau dimakamkan di Pulau Penyengat. Selain itu nama Raja Haji Fisabilillah dijadikan sebagi nama bandara yang ada di Kota Tanjungpinang. Raja Haji Fisabilillah merupakan Raja Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga IV. Tugas Raja Haji Fisabilillah ialah mengatur pemerintahan serta menjaga keamanan seluruh wilayah kerajaan. Sewaktu ayah Raja Haji wafat, beliau diperintahkan untuk menjadi Engku Kelana dan terlibat dalam pertempu- ran melawan Belanda. Saat pertempuran, ternyata Belanda mendapat bantuan dari armada sehingga Raja Haji Fisabilillah gugur dalam pertempuran melawan Belanda. Oleh karena itu, nama jalan di daerah tersebut diberi nama Jalan Raja Haji Fisabilillah.

Selanjutnya Jalan Bukit Bahjah. Jalan ini penamaannya berasal dari cerita mengenai reruntuhan bangunan berupa tangga yang menjadi sisa peninggalan istana. Bangunan istana tersebut terletak di atas bukit yang bernama Bahjah.

Bangunan ini bersebelahan dengan Rumah Tabib Istana yang tidak jauh dari Istana Sultan. Oleh karena itu, nama jalan di daerah tersebut diberi nama Jalan Bukit Bahjah.

Selanjutnya Jalan Pelabuhan yang berasal dari wilayah yang terdapat pelabu- han sebagai tempat keluar masuk pulau tersebut. Berawal dari pelabuhan yang dibuat, nama jalan daerah tersebut diberi nama Jalan Pelabuhan.

Kemudian Jalan Istana Sultan Abdurrahman. Jalan ini berasal dari bangu- nan Istana Sultan Abdurrahman Riau-Lingga yang merupakan tokoh sejarah di masa lampau. Dalam ceritanya terdapat sebuah peninggalan yaitu Istana Sultan Abdurrahman. Dahulu di Pulau Penyengat ini berdiri sebuah istana yang megah.

Namun, lokasi ini kini sudah dipenuhi oleh pepohonan dan juga menjadi peka- rangan SD negeri di Pulau Penyengat.

Berikutnya Jalan Bukit Kursi. Nama jalan ini diberi dari histori bangunan benteng pertahanan yang ada di Pulau Penyengat. Sampai saat ini Bukit Kursi menjadi tempat yang ramai oleh pengunjung. Bukit Kursi ini dibuat di daerah tinggi. Karena ketinggiannya, orang-orang bisa melihat pemandangan yang ada di bawahnya. Benteng Pertahanan Bukit Kursi digunakan sebagai alat untuk mem- pertahankan dan menjaga kedaulatan daerah. Benteng ini dibuat di daerah Bukit Kursi karena letaknya yang strategis. Dengan begitu, komplek kerajan dapat ber-

(8)

tahan dari serangan musuh. Oleh karena itu, nama jalan di daerah tersebut diberi nama Jalan Bukit Kursi.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa toponimi rupabumi nama jalan di Pulau Penyengat memiliki asal-usul cerita yang beragam.

Asal usul penamaan jalan tersebut meliputi dari histori yang pernah terjadi, baik itu dari sejarah di masa lalu, peninggalan-peninggalan berupa bangunan kuno atau bangunan lawas, dan keterlibatan tokoh dalam cerita atau sejarah. Ada- pun nama jalan yang ditemukan pada unsur rupabumi, yakni pada Jalan Balai Adat, Jalan Masjid, Jalan Tabib, Jalan Raja Jakfar, Jalan Istana Laut, Jalan YDM Abdurrahman, Jalan Engku Putri, Jalan Bukit Penggawa, Jalan Pendidikan, Jalan Raja Haji Filsabilillah, Jalan Bukit Bahjah, Jalan Pelabuhan, Jalan Istana Sultan Abdurrahman, dan Jalan Bukit Kursi.

DAFTAR PUSTAKA

Andalas, Eggy Fajar. 2017. Sastra Lisan. Jatim: Madani Kelompok Intrans Publishing Wisma kalimetro.

Chaer, Abdul. 2015. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, Fatimah. 2010. Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian, Bandung: PT Refika Aditama.

Junus, Hasan 2011. Pulau Penyengat Indra Sakti. Al-Riawiyah Press.

Rais, Jacub., 2005. Arti Penting Penamaan Unsur Geografi Definisi, Kriteria dan Peranan PBB dalam Toponimi Kasus Nama-Nama Pulau di Indonesia.

Rais, Jacub, at. All; 2008 Toponimi Indonesia Sejarah Budaya Bangsa yang PanjangDari Permukiman Manusia & Tertib Administrasi. Jakarta: Prandnya Paramita.

Setyadiharja, Rendra dan Nugraha, Yoan Sytrisna. 2016. Toponimi Asal Nama Daerah Kota Tanjungpinang. Badan Perpustakaan, Arsip dan Museum Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

Sudaryat, Yayat dkk. 2009. Toponimi Jawa Barat (Berdasarkan Cerita Rakyat).

Bandung: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat.

Sudikan, Setya Yuwana. 2015. Metode Penelitian Sastra Lisan. Lamongan:

CV. Pustaka Ilalang Group.

Syarbaini, Syahrial. 2012. Konsep Dasar Sosiologi dan Antropologi Teori dan Aplikasi. Hartomo Media Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

b. bukan merupakan pengulangan tindak pidana. Meskipun Diversi telah diatur dalam undang-undang, ide Diversi masih terhalang dengan adanya pandangan masyarakat yang

Media kontrol tidak ditambah dengan media tumbuh ampas aren dan batang semu pisang, hal tersebut dimungkinkan mempengaruhi pertumbuhan jumlah badan buah jamur

Surabaya, 2019), hlm.23.. distributoratau pihak reseller sama-sama mengalami keuntungan meski tidak ada ikatan resmi yang terjalin dari kedua belah pihak. Pada dasarnya

Upaya pencegahan kebakaran hutan dengan tingkat kebakaran hutan tergolong sedang-tinggi yaitu pada Desa Sumberrejo dan Desa Kunjoro Wesi dapat dilakukan penambahan

Oleh karena itu nilai Fhitung > Ftabel ( 24,881 > 2,840 ) maka Ho ditolak dan menerima hipotesis dalam penelitian ini yaitu bahwa komitmen organisasi,

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah: 1) Tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah dalam dollar Amerika, 2) Tingkat suku bunga

▪ Subsidi selisih bunga dan bantuan uang muka serta FLPP untuk meningkatkan daya beli MBR; ▪ Sekuritisasi oleh PT.SMF untuk meningkatkan ketersediaan pembiayaan perumahan;4.

Kete- patan waktu dalam pengriman barang untuk memenuhi permintaan konsumen merupakan salah satu variabel penting dalam meningkat- kan kepercayaan pelanggan terhadap