BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang berpenduduk mayoritas beragama Islam yang dimana jumlahnya kurang lebih 80% dari total 237,6 juta jiwa,1 yang dalam beraktifitas sosialnya saling membutuhkan satu sama lain, baik tolong menolong antar sesama (muamalah), juga dalam menjalankan dan menunaikan perintah dan panggilan-Nya yaitu ibadah sebagai bentuk hubungan antara mahluk ciptaan dan Tuhannya selaku pencipta, seperti yang tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-Dzariyat ayat 56:
“56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”2
Semangat ayat ini pula yang mengilhami umat Islam di Indonesia khususnya ingin segera menyempurnakan rukun Islamnya yang kelima yaitu menunaikan ibadah haji ke tanah suci Makkah al-Mukarramah yang selaras dengan perintah Allah SWT, seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al- Imran ayat 97:
“97. Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.”3
Ayat Wa Lillahi ‘al an-nas.“mengerjakan haji adalah kewajiban manusia”. Demikian semua manusia dipanggil kesana, tetapi Allah Maha Bijaksana.“Bagi yang sanggup mengadakan perjalanan kesana” ini berarti bagi yang tidak sanggup Allah memaafkan dan memaklumi keadaan mereka.
1http://www.kabarmakassar.com/sosial-politik/item/12611-inilah-jumlah-penduduk- indonesia-saat-ini.html diakses 2 Maret 2014 Pkl. 21:09 WIB.
2Departemen Agama RI, Al- Qur’an Tajwid dan Terjemahannya (Bandung: CV.
Diponegoro, 2010), 523.
3Departemen Agama RI, Al- Qur’an Tajwid dan Terjemahannya, 62.
Dari perintah mengenai wajibnya haji bagi yang mampu, sehingga bagi siapa saja yang tidak sanggup untuk menunaikan ibadah haji dan umrah disebabkan karena sudah sangat tua, atau sakit yang tidak diharapkan lagi kesembuhannya, atau badannya mampu, namun, dirinya tidak mempunyai harta yang cukup untuk berhaji dan umrah, maka orang-orang ini tidak wajib melakukan ibadah haji.
Akan tetapi, bagi orang yang tidak mampu badannya namun dirinya mempunyai harta cukup maka dirinya harus mewakilkan pada orang lain supaya menghajikan atau mengumrahkan dirinya. Mewakilkan ibadah haji dan umrah merupakan perkara yang disyari'atkan, berdasarkan haditsnya Abu Razin al-Uqaili radhiyallahu 'anhu, bahwasanya beliau pernah datang kepada Nabi shalallahu 'alahi wa sallam sambil bertanya: "Ya Rasulallah, sesungguhnya bapakku sudah sangat tua, dan dirinya dan sudah tidak mampu untuk melakukan haji tidak pula umrah serta berangkat ke Makkah? Maka Nabi menjawab:
ملسو هيلع الله ىلص الله لوسر لاق ْرِمَتْعاَو َكيِبَأ ْنَع َّجُح :
) يذمترلا هجرخأ (
“Berhajilah kamu untuk ayahmu serta berumrahlah untuknya” (HR. At- Tirmidzi).
Dan bagi yang telah memenuhi syarat wajib melaksanakan haji yakni sehat jasmani dan ruhani, memiliki kemampuan materi berupa biaya perjalanan, serta biaya hidup untuk keluarga yang ditinggal, jalan yang menuju kesana dan kembalipun aman, tidak ada perang tidak ada wabah penyakit, mereka pastilah berdosa. Mereka berdosa karena menolak panggilan Allah swt. “Wa man kafara (barang siapa kafir Maka Allah Maha kaya, tidak butuh kepada seluruh alam).”4 Menjadikan banyak dari kaum muslimin yang ingin menyegerakan menunaikan ibadah haji yang penuh ampunan dan senantiasa mengharapkan keridha’an dari Allah SWT, akan tetapi ada beberapa hal yang mendasari bahwa haji menjadi wajib manakala sudah memenuhi syarat-syarat wajib haji, diantaranya adalah pertama orang yang mengerjakan ibadah haji adalah beragama Islam, yang kedua adalah
4M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Volume 2 (Tangerang: Lentera Hati, 2007), 162.
oarng yang mengerjakan haji adalah orang yang mukallaf, yang ketiga adalah orang yang mengerjakan haji itu merdeka (bukan budak), dan yang keempat adalah orang yang mengerjakan haji itu mempunyai kesanggupan melakukannya.
Pada prinsip kemampuan atau wujud kesanggupan yang sering disebut dengan istitha’ah, yangberarti kemampuan atau kesanggupan. Menurut istilah adalah kemampuan fisik, kemampuan harta, dan kemampuan pada waktu seseorang hendak mengerjakan haji atau umrah menjadi salah satu syarat wajib haji yang barulah di pandang wajib bagi orang yang akan menunaikan ibadah haji apabila telah memenuhi hal-hal berikut. Pertama, yang menghadapi atau yang ingin menunaikan haji hendakalah sehat badan, terlepas baik itu karena sudah tua renta atau yang memiliki penyakit cacat gerak atau lumpuh dan menurut sebagian ulama maka hajinya dengan menyuruh orang lain untuk menunaikan apabila mempunyai harta. Yang kedua perjalanan yang ditempuh adalah aman dari segala bahaya, baik terhadap jiwa ataupun harta. Untuk masalah tidak aman yang dapat membahayakan jiwa dan raga para ulama sependapat, akantetapi mengenai ketidak amanan harta ada perbedaan pendapat mengenai pungutan-pungutan haji dalam perjanan ke Makkah untuk menunaikan haji. Menurut pendapat Imam Asy-Syafi’i dan lain-lain pungutan-pungutan yang dilakukan atas orang-orang yang mengerjakan haji menjadikan udzur atau halangan yang menggugurkan kewajiban mengerjakan haji, walaupun yang dipungut itu tidak banyak, sedangkan menurut Imam Malik hal yang demikian itu tidaklah dipandang udzur, terkecuali kalau sudah sangat memberatkan atau berulang kali dilakukan pungutan. Yang ketiga adalah ada kendaraan untuk berngkatnya dan ketika kembali setelah menunaikan hajinya baik darat, laut maupun udara. Dan yang ke empat adalah memiliki perbelanjaan, dalam hal ini hendaklah ada perbelanjaan yang mencukupi bagi kebutuhannya untuk memelihara kesehatan tubuhnya dan orang-orang yang dipikul belanjanya, yang lebih dari keperluan pokok, yaitu pakaian, tempat tinggal, kendaraan, dan lain-lain hingga selesai melaksanakan atau memnunaikan hajinya atau
berkumpul lagi dengan sanak keluarga yang di tanggungnya.5 Dan apabila seseorang menjadi mampu (memiliki istitha’ah) pada suatu tahun, namun hartanya habis lagi sebelum datangnya musim haji tahun itu (yakni sebelum para jamaah calon haji berangkat) lalu ia meninggal dunia, maka ia menghadap Allah swt tanpa beban (kewajiban) haji atas dirinya.6
Kedudukan berhaji dengan biaya pinjaman, menurut pandangan jumhur ulama menyatakan bahwa orang yang tidak memiliki kemampuan finansial, maka berhutang bukanlah cara yang dibenarkan oleh syara' agar dia menjadi orang yang mampu untuk melakukan haji atau umrah. Di bawah ini ada beberapa pernyataan fuqaha tentang hal itu:7
1. Imam Al-Syaukani berpendapat:
Dan terhadap orang yang mempunyai tanggungan hutang dimakruhkan menunaikan ibadah haji dan ikut berperang jika ia tidak memiliki harta untuk membayarnya, kecuali mendapatkan izin dari orang yang memberi hutang. Jika hutangnya ada yang menanggung, maka ia tidak boleh bepergian (berangkat haji dan ikut berperang) kecuali dengan izin keduanya (pemberi hutang dan penangungnya), dan jika tanpa izinnya, maka cukup dengan izin dari thalib (pihak yang berhak menuntut) saja. [4]
2. Imam Maliki berpendapat:
Seseorang tidak diwajibkan haji dengan biaya berhutang walaupun hutang tersebut dari anaknya, jika tidak memungkinkan untuk melunasinya. [5]
3. Imam Ibnu Taimiyah berpendapat:
Dan seseorang yang tidak memiliki bekal tidak dianggap istitha’ah (berangkat haji atau umrah), sedangkan kebutuhan haji dan umrahnya berasal dari pemberian orang lain, walaupun dia itu bapa ataupun anaknya. [6]
Karena itu berhutang untuk pelaksanaan ibadah haji bukanlah sesuatu yang masyru' (diperbolehkan) dalam syari'at Islam kecuali bagi mereka yang
5Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Haji (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1998), 16.
6http://www.jurnalhaji.com/rukun-haji/ukuran-mampu-istithaah-bagi-orang-yang- berangkat-haji/ di akses 16 April 2014 Pkl. 11.51 WIB.
7 http://sarmidihusna.blogspot.com/2012/01/istithaah-dalam-haji-dan-umrah.html di akses 22 Juli 2014 Pkl. 11.12 WIB.
mempunyai kemampuan untuk melunasinya di saat akan menunaikan karena pada waktu itu dituntut dia memiliki istitha'ah yang di dalamnya adalah terkait dengan finansial.
Dalam hadits riwayat al-Thabarani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, menyatakan sebagai berikut:
َجَرَخ اَذ إ
ىَداَنَ ف ِزْرَغلْا ِفِ ُهَلْجِر َعَضَوَو ٍةَبِ يَط ٍةَقَفَ نِب اًجاَح ُلُجَرلا َكْيَّ بَل
َّمُه للا
َكْيَّ بَل ِءاَمَّسلا َنِم ٍداَنُم ُهَداَن َكْيَّ بَل ٌلَلاَح َكُتَلِحاَرَو ٌلَلاَح َكُداَز َكْيَدْعَسَو
ٍرْوُزْأَم ُرْ يَغ ٌرْوُرْ بَم َكُّجَحَو ِفِ ُهُلْجِر َعَضَوَ ف ِةَثْيِبَلخا ِةَقَفَّ نلاِب ُلُجَّرلا َجَرَخ اَذِإَو .
َل ىَداَنَ ف ِزْرَغلا َكْيَّ ب
َكْيَّ بَل َّمُه للا َكْيَّ بَل َلا ِءاَمَّسلا َنِم ِداَنُم ُهاَداَن
َكْيَدْعَس َلاَو
ٍرْوُرْ بَم ُرْ يَغ َكُّجَحَو ٌماَرَح َكُتَقَفَ نَو ٌماَرَح َكُداَز (.
ةريره بيأ نع نيابرطلا هاور )
[7]
“Ketika seorang yang akan berhaji keluar dari rumah dengan nafakah (ongkos haji) yang baik (halal) kemudian dia meletakkan kakinya di atas kendaraan lalu mengucapkan "Aku sambut panggilan-Mu ya Allah, aku sambut panggilan-Mu", tiba-tiba terdengar suara dari langit, "Aku sambut panggilanmu dan dua kebahagiaanmu, bekalmu dari yang halal dan kendaraanmu halal, hajimu mabrur tidak tercampur dengan dosa". Dan apabila seorang yang akan berhaji keluar dari rumah dengan bekal yang haram maka ketika dia naik kendaraan lalu mengucapkan "Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah" tiba-tiba terdengar suara dari langit "tidak, aku tidak menyambut panggilanmu dan engkau tidak mendapatkan dua kebahagiaan, bekalmu dari harta yang haram dan nafkahmu haram, hajimu tidak mabrur". (HR al-Thabarani dari Abu Hurairah).
Pendapat ulama tentang istitha'ah Imam Malik berpendapat bagi yang sanggup jalan kaki, maka tidak perlu kendaraan dan sudah termasuk mampu, apabila dapat mencari nafkahnya selama dalam perjalanan dan pelaksanaan hajinya, dengan berusaha bekerja walaupun dengan bantuan orang lain serta tanpa meninggalkan biaya yang cukup bagi keluarga yang ditinggalkan. Keamanan yang dimaksud disini adalah aman untuk dirinya pada saat melaksanakan haji dan bagi orang yang ditinggalkan selama kepergiannya, sesuai dengan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
، َلاَق وٍرْمَع ِنْب ِالله ِدْبَع ْنَع َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلوُسَر َلاَق
ِءْرَمْلاِب ىَفَك :
ُتوُقَ ي ْنَم َعِ يَضُي ْنَأ اًْثِْإ (
دواد وبأ هاور
)
“Diriwayatkan dari Abdillah Ibn Amr berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Cukup dosa seseorang yang menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.” (H.R. Abu Daud).
Sedangkan menurut Imam Syafi'i istitha'ah dibagi menjadi dua yaitu, Kemampuan pribadinya langsung, yaitu kemampuan untuk melaksanakan haji oleh dirinya sendiri. Kemampuan dengan bantuan dari orang lain (tidak langsung) yaitu kemampuan untuk melaksanakan haji dengan bantuan orang lain seperti orang tua yang dihajikan oleh anaknya atau orang yang sudah tidak mampu fisik akan tetapi mampu hartanya untuk membiayai orang lain menghajikannya, atau menyertainya berhaji seperti orang buta dengan membiayai seseorang yang akan menuntunnya.[9]
Seseorang yang melaksanakan haji dengan biaya orang lain karena mengharapkan jasanya seperti penuntun orang buta. Petugas haji dapat dikatakan orang yang mampu melaksanakan haji, apabila dianggap cakap dan mampu melaksanakan tugas tersebut. Istitha'ah sebagai salah satu syarat wajib haji memberikan konsekwensi seseorang yang sudah wajib melaksanakan haji sehingga apabila ia tidak melaksanakan haji, maka ia berdosa. Dengan demikian istitha'ah bukanlah dasar ukuran sah atau tidaknya haji seseorang, dimisalkan seorang yang belum istitha'ah karena dalam perjalanannya tidak aman ternyata dapat sampai ke Tanah Suci dan melaksanakan hajinya dengan sempurna, maka hajinya sah walaupun dia tidak termasuk orang yang sudah wajib haji.
Istitha'ah dalam pengertian di atas adalah umum, untuk laki-laki dan perempuan. Sementara istitha'ah untuk perempuan yang akan melaksanakan haji atau umrah akan diuraikan dalam pembahasan tersendiri.
Sebagian ulama mutaakhirin (kontemporer) memandang perlu memasukkan unsur kesehatan, kesempatan, dan keamanan sebagai salah satu unsur yang memungkinkan sampainya seseorang di tempat pelaksanaan haji ituserta segala yang terkait dengan kebijakan pemerintah setempat atau pemerintah Arab Saudi langsung dengan ketentuan perhajian dari negara yang bersangkutan, menjadi salah satu dari unsur kajian istitha’ah.[10]
Pemerintah dalam pengelolaan perjalanan ibadah haji, mengurusi dan mengatur warganya mulai dari urusan ibadah, transportasi, akomodasi,
konsumsi, dan lainnya, melalui kementrian agamayang diamanahkan pada Dirjen Haji dan Umrah, yang kemudian direspon oleh lembaga keuangan syari’ah yang sangat di butuhkan masyarakat mengenai kemudahan untuk mendapatkan porsi seat haji tersebut melalui produk dana talangan haji dengan dasar pelaksanaan produk sesuai yang termaktub pada fatwa dewan syari’ah nasional tentang pembiayaan pengurusan haji lembaga keuangan syari’ah, harapannya pada pelaksana menjadi mudah dan tertib serta dapat membantu masyarakat dalam memacu semangat menunaikan ibadah haji.
Dari antusias masyarakat untuk berhaji yang sangat besar, maka peluang bagi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon untuk meluncurkan produk pembiayaan dana talangan haji, yang juga berbanding lurus sesuai apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pembiayaan ini bertujuan membantu nasabah calon jamaah haji yang belum bisa membayar BPIH sebagai setoran awal untuk mendapatkan seat atau porsi haji.
Berdasarkan fatwa pembiayaan pengurusan haji lembaga keuangan syariah bahwa salaha satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pengurusan haji dan talangan pelunasan biaya perjalanan ibadah haji (BPIH), perbankan syari’ah juga dipandang perlu merespon kebutuhan masyarakat tersebut dalam berbagai produknya, serta pelaksanaan transaksi tersebut sesuai dengan prinsip syari’ah.8 Bank syari’ah dapat memperoleh imbalan atau jasa berupa fee atau ujrah dengan menggunakan prinsip al-Ijarah sesuai fatwa DSN-MUI No. 9/DSN- MUI/IV/2000. Menjelaskan bahwa apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi pembayaran BPIH nasabah dengan menggunakan prinsip al- Qardh sesuai fatwa DSN-MUI No. 19/DSN-MUI/IV/200, Penggunaan akad Qardh pada pembiayaan talangan haji PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon, yang pada dasarnya adalah pinjaman kebajikan atau lunak tanpa imbalan.
Bank tidak mengambil keuntungan dari akad al-qardh, tetapi bank mengambil keuntungan dari penggunaan akad ijarah, dengan mengambil
8Dewan Syari’ah Nasional MUI – Bank Indonesia, Himpunan Fatwa dewan Syari’ah Nasionnal MUI Edisi Revsi Tahun 2006, 171. Perihal Pandangan Perlunya Dewan Syari’ah Nasional dalam Penetapan Fatwa Pembiayaan Haji oleh LKS.
upah jasa (fee atau ujrah) dari biaya-biaya administrasi pengurusan haji.
Apakah jenis pembiayaan yang dijalankan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon sesuai dengan prinsip kedua akad tersebut, sedangkan bank syari’ah juga merupakan salah satu lembaga profit yangmengambil keuntungan pada transaksi yang dijalankan, kemudian dari mana bank syari’ah mendapatkan keuntungan dari pembiayaan produk ini.
Disamping itu ada beberapa dampak atau efek yang muncul beriringan dengan diberlakukannya produk dana talangan haji, yang dimana dana talangan haji ini mampu menarik jumlah peminat calon haji dan mengalami peningkatan. Selain diakibatkan minat yang selalu tinggi, membludaknya keinginan pendaftar haji juga didorong oleh adanya produk dana talangan dari bank tersebut. Adanya dana talangan ini membuat seseorang bisa mendaftar haji dengan mudah. Dengan sistem dana talangan ini, warga yang baru mempunyai uang Rp.2.500.000,- saja sudah bisa mendaftar dan mendapatkan kursi atau seat porsi haji.9
Berdasakan uraian diatas, maka penulis mengambil judul “Analisis Produk Pembiayaan Dana Talangan Haji Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Cirebon.”
B. Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
a. Wilayah Kajian
Wilayah kajian dalam skripsi ini adalah “Manajemen Perbankan Syari’ah” yang dalam penelitian ini berkaitan dengan produk pembiayaan yaitu “Analisisis Produk Pembiayaan Dana Talangan Haji Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Cirebon.”
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan empirik field research (penelitian lapangan) yang dilakukan di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon dan juga analisis
9http://www.republika.co.id/berita/dunia-Islam/umroh-haji/12/02/14/lzdlko-dana- talangan-bank-dinilai-sebabkan-peminat-haji-membludak diakses 15 April 2014 Pkl.16.48 WIB.
terhadap buku-buku bacaan (studi pustaka) yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat.
c. Jenis masalah
Jenis masalah dalam penelitian yang diangkat peneliti adalah berkaitan denganAnalisisis Produk Pembiayaan Dana Talangan Haji yang ada pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon.
2. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian yang akan dilakukan, agar tidak melebar permasalahannya maka penulis membatasi masalah yaitu seputar Analisisis Produk Pembiayaan Dana Talangan Haji Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon.
3. Pertanyaan Penelitian
Dari beberapa tahapan di atas, maka dapat diperoleh rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana mekanisme pembiayaan dana talangan haji pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon dalam membantu nasabah calon jama’ah haji memperoleh seat atau porsi haji?
b. Bagaimana penerapan fatwa DSN-MUI tentang pembiayaan pengurusan haji LKS pada Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon?
c. Bagaimana dampak dari adanya produk dana talangan haji perbankan syari’ah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui mekanisme produk pembiayaan dana talangan haji pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang Cirebon dalam membantu nasabah selaku calon jama’ah haji dalam memperoleh seat atau porsi haji.
2. Untuk menetahui bagaimana kesesuaian dari penerapan fatwa DSN-MUI tentang pembiayaan pengurusan haji LKS pada Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon dari produk dana talangan haji tersebut.
3. Untuk mengetahui dampak atau efek yang berkembang di masyarakat dari adanya produk pembiyaan dana talangan haji pada perbankan syaria’ah.
D. Manfaat penelitian
Dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat ataupun kontribusi baik secara akademis, teoritis, maupun praktisi.
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dalam mengembangkan hal-hal yang berhubungan dengan analisis produk pembiayaan dana talangan haji sebagai upaya merespon kebutuhan masyarakat pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon.
b. Menyumbangkan pemikiran bagi pihak perbankan syariah, khususnya pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon dalam menerapkan fatwa DSN-MUI tentang pembiayaan pengurusan haji LKSdalam menjawab problematika masyarakat.
c. Sebagai referensi atau perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian di masa mendatang yang berkenaan tentang produk pembiyaan dana talangan haji lembaga keuangan syari’ah.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi mengenai penerapan fatwa DSN-MUI terkait produk pembiayaandana talangan haji sehingga pada hakikatnya penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi Perbankan Syariah khususnya upaya meningkatkan kepercayaan masyarakat.
b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Perbankan Syariah dalam meningkatkan manajemen perbankan khususnya pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon.
c. Penelitian ini sebagai implementasi dari fungsi Tri Dharma perguruan tinggi, dan diharapkan dari hasil penelitian ini akan memberi kontribusi yang positif bagi dunia keilmuan yang ada di bidang ekonomi Islam khususnya pada Jurusan Muamalah Ekonomi Perbankan Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
E. Penelitian Terdahulu
Setelah penulis melakukan penelusuran dan mengkroscek untuk mengetahui koleksi skripsi yang ada di jurnal internet dan Jurusan Muamalah Ekonomi Perbankan Islam, penulis tidak menemukan judul yang serupa dengan judul “Analisisis Pembiayaan Dana Talangan Haji Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Cirebon” yang penulis angkat sebagai judul skripsi.
Setelah penulis menelusuri penelitian terdahulu penulis menemukan skripsi dan jurnal yang membahas berkaitan dengan judul penelitian yaitu:
1. Fatria Edinda (2013)10
Skripsi 2013 yang di tulis oleh Fatria Edinda Mahasiswa Muamalah Ekonomi Perbankan Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon yang berjudul Pengaruh Strategi Pemasaran Dan Besaran Ujrah Terhadap Minat Nasabah Pembiayaan Dana Talangan Haji (Al-Qardh) (Penelitian pada Nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Cirebon), penelitian di lakukan pada nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon, dengan metode pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Berdasarkan penelitian tersebut dari analisis regresi diperoleh hubungan yang kuat pada variabel X1, X2 terhadap variabel Y, sehingga dapat disimpulkan strategi pemasaran (X1), besaran ujroh (X2) secara bersama-sama berpengaruh pada minat nasabah (Y).
2. Kartika Diana (2012)11
Skripsi 2012 yang di tulis Kartika Diana Universitas Merdeka Malang dengan judul Analisis Pembiayaan Dana Talangan Haji Dengan Akad Qardh dan Sistem Ujrah Dalam Meningkatkan Fee Based Income Pada PT Bank Syari’ah Mandiri Cabang Malang, menjelaskan Akad yang digunakan ada dua, yaitu akad qardh dan akad ijarah. Al-Qardh adalah
10Fatria Edinda,“Pengaruh Strategi Pemasaran Dan Besaran Ujroh Terhadap Minat Nasabah Pembiayaan Dana Talangan Haji (Al-Qardh)(Penelitian pada Nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Cirebon),.” (Skripsi, Fakultas Syari’ah IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2013), Abstrak.
11Kartika Diana,Analisis Pembiayaan Dana Talangan Haji Dengan Akad Qard dan Sistem Ujrah Dalam Meningkatkan Fee Based Income Pada PT Bank Syari’ah Mandiri Cabang Malang .” (Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Malang, 2013), Abstrak.
pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. Dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan, sedangkan pengertian akad al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa di ikuti dengan pemindahan kepemilikan. Dalam hal ini pemberian dana talangan haji menggunakan kedua akad tersebut akan berpengaruh terhadap peningkatan fee based income, fee based income adalah pendapatan non operasional bank atau pendapatan yang bukan berasal dari pendapatan pokok bank, dalam hal ini ujroh pada pembiayaan dana talangan haji yang diperoleh dari akad ijarah yang disebut sebagai pendapatan non operasional pada bank.
3. Rino Adi Nugroho (2011)12
Sripsi 2011 yang di tulis oleh Rino Adi Nugroho mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang dengan judul Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) Dan Unit Usaha Syariah (UUS), dengan Metode Stochastic Frontier Analysis (Periode 2005-2009), penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi produksi perbankan syariah di Indonesia khususnya Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). Efisiensi merupakan parameter untuk mengukur kinerja perbankan. Ada 9 bank syariah yang digunakan sebagai sampel penelitian ini dan dibagi menjadi 2 kelompok bank yaitu 3 BUS dan 6 UUS. Dalam penelitian ini metode yang digunakan Stochastic Frontier Analysis (SFA) dengan fungsi produksi guna mengukur efisiensi perbankan syariah pada BUS dan UUS di indonesia. Hasil pengukuran metode SFA yang muncul adalah dalam bentuk skor antara 0-1. Semakin mendekati 1 maka semakin efisien bank tersebut. Variabel dipilih berdasarkan pendekatan intermediasi. Variabel input dalam penelitian ini adalah total simpanan, biaya operasional, dan biaya operasional lain dan variabel output berupa total pembiayaan yang merupakan produk utama perbankan syariah. Untuk mengetahui tingkat perbedaan efisiensi tiap
12Rino Adi Nugroho,“Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) Dan Unit Usaha Syariah (UUS), dengan MetodeStochastic FrontierAnalysis (Periode 2005-2009).”
(Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, 2011), Abstrak.
kelompok bank, penelitian ini menggunakan independent samplet-test.
Hasil analisis menggunakan metode SFA menunjukan bahwa selama periode 2005-2009 BUS dan UUS selalu mengalami peningkatan efisiensi dengan rata-rata efisiensi 0.9762 untuk BUS dan 0.9693 untuk UUS. Hal ini menunjukan bahwa BUS di Indonesia sedikit lebih baik dari pada UUS dalam hal efisiensi sehingga BUS lebih optimal dalam tingkat total pembiayaan pada periode 2005- 2009. Rata-rata efisiensi BUS dan UUS yang berkisar pada tingkat 0,9 menunjukan bahwa BUS dan UUS di Indonesia sudah mencapai tingkat efisiensi meskipun belum mencapai tingkat efisiensi penuh atau 1. Dari hasil panel pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel input terhadap variabel output BUS dan UUS didapatkan hasil bahwa total simpanan dan biaya operasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap total pembiayaan, sedangkan biaya operasional lain berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap total pembiayaan. Pada pengujian hipotesis uji beda mengunakan independent samplet-test menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat efisiensi antara BUS dan UUS.
4. Nur Uyun (2010)13
Skripsi 2010 yang di tulis Nur Uyun, metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif dengan judul Analisis Manajemen Pembiayaan Dana Talangan Haji pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Malang. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa manajemen pembiayaan dana talangan haji PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Malang mampu dan efektif dalam membantu nasabah (calon jamaah haji). Untuk menghindari permasalahan pembiayaan dengan prinsip 6 C’s analysis. Faktor selain itu, dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Prinsip penyaluran dana (akad) pembiayaan dana talangan haji PT. Bank Syariah Mandiri cabang Malang menggunakan akad qardh dan akad ijarah. Bank mengambil keuntungan dari penggunaan akad ijarah, dengan mengambil upah jasa
13Nur Uyun,“Analisis Manajemen Pembiayaan Dana Talangan Haji Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Malang.” (Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010), Abstrak.
(feeatau ujrah). Untuk pembayaran upah jasa (fee atau ujrah) harus berdasarkan jumlah akad qardh atau pinjaman nasabah. Batas waktu perlunasan maksimal 1 tahun atau sampai sebelum keberangkatan haji.
5. Novita Sari (2009)14
Skripsi 2009 yang ditulis Novita Sari dengan judul Komunikasi Pemasaran Produk Pembiayaan Dana Talangan Haji pada Bank Syariah Mandiri cabang Malang. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif, dengan pendekatan kualitatif, Sedangkan metode analisis datanya menggunakan analisis deskriptif. Komunikasi pemasaran adalah aspek penting dalam keseluruhan misi pemasaran serta penentu suksesnya pemasraan. Karena dengan melakukan komunikasi maka perusahaan melakukan proses edukasi terhadap pasar dengan produknya. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam kepada Marketing Funding dan Marketing.
Analisis, observasi, dan dokumentasi, karena pada penelitian ini penulis mendiskripsikan komunikasi pemasaraan. Hasil penelitian, menunjukkan bahwa Bank Syariah Mandiri cabang Malang dalam membangun komunikasi pemasaran produk dana talangan haji menggunakan periklanan dengan media Radio Mitra, Poster, Lembar Tauziyah, dan Kartu Nama. Sedangkan penjualan perorangan dilakukan oleh customer service dan eksekutive officer. Untuk promosi penjualan dilakukan dengan memberikan hadiah kepada nasabah barudan nasabah priority-nya. Dan hubungan masyarakat, dilakukan dengan mengadadakan seminar yang bekerjasama dengan DEPAG (Departemen Agama) Kota Malang. Dari sarana komunikasi yang ada, yang paling sering dilakukan oleh Bank Syari’ah Mandiri Cabng Malang melalui penjualan Perorangan, Lembar Tausyiah dan juga melakukan komunikasi Word Of Mouth (WOM).
Dari hasil penelitian di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa penelitian tersebut terdapat kaitan dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis, akan tetapi masalah yang diangkat oleh penulis pada penelitian ini
14Novita Sari,“Komunikasi Pemasaran Produk Pembiayaan Dana Talangan Haji Pada Bank Syariah Mandiri cabang Malang.” (Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2009), Abstrak.
mengangkat adanya permasalahan mengenai penerapan serta kesesuaian fatwa DSN-MUI tentang pembiayaan pengurusan haji lembaga keuangan syari’ah serta dampak yang ditimbulkan oleh adanya produk dana talangan haji tersebut. Dengan demikian, maka penulis mengangkat penelitian pada skripsi ini dengan judul: Analisis Produk Pembiayaan Dana Talangan Haji Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Cirebon.
F. Kerangka Pemikiran
Dana talangan porsi haji yang pada teorinya merupakan pinjaman yang ditujukan untuk membantu nasabah mendapatkan porsi keberangkatan haji lebih awal, meskipun saldo tabungan haji anda belum mencapai syarat pendaftaran porsi. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh produk dana talangan haji yang menjadikan meningkatnya minat masyarakat, serta banyak dari umat Islam yang berlomba-lomba meniatkan dirinya dan mempersiapkan dirinya dalam hal kemampuan dari segi keuangan yaitu ongkos naik haji maupun kepengurusannya serta bersegera mengetahui kapan waktu pemberangkatan hajinya melalui produk dana talangan haji tersebut.
Kerinduan ingin mengunjungi Baitullah ini seperti yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 125, Allah SWT berfirman:
...
“125. Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman (manusia ingin datang padanya akan ingin kembali)..”
Demi mengobati kerinduan untuk mengunjungi dan perintah yang terkandung didalamnya, berbagai cara dilakukan oleh kaum muslimin, ada yang menyisihkan sebagian hartanya sedikit demi sedikit agar terkumpul biaya ongkos naik haji. Dan ada sebuah usaha yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah untuk mengambil alih penghimpunan dana dengan cara memberikan dana talangan haji. Produk ini dilegalkan oleh fatwa DSN No.
29/DSN-MUI/VI/2002 tentang "Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah".
Dari rangkaian pemikiran mengenai kehalalan produk dana talangan haji ini seperti yang diterangkan mengenai permasalahan seputar dana talangan haji berikut, yang dalam prakteknya masih terdapat keraguan akan kehalalan produk ini. Kepastian akan kehalalan atau tidaknya produk ini sangat berhubungan dengan kemabruran haji orang yang mendapatkan dana produk ini. Bentuk akad dana talangan haji yaitu seseorang yang ingin mendaftar haji datang ke lembaga keuangan syariah lalu mendaftarkan diri untuk haji dengan membuka rekening tabungan haji, serta membayar saldo minimal 500 ribu rupiah. Kemudian agar ia mendapatkan kepastian seat untuk tahun berapa maka ia harus melunasi sebanyak 20 juta rupiah. Bank dapat memberikan dana talangan dengan pilihan 10 juta rupiah, 15 juta rupiah, 18 juta rupiah.15
Andai pendaftar memilih talangan 18 juta rupiah berarti ia mengeluarkan dana tunai sebesar 2 juta rupiah. Dan 18 juta rupiah akan ditalangi oleh Lembaga Keuangan Syariah. Utang pendaftar haji ini ke LKS sebanyak 18 juta rupiah akan dibayar secara angsuran selama 1 tahun ditambah dengan biaya administrasi sebanyak 1,5 juta rupiah. Sehingga yang harus dibayarnya ke LKS menjadi 19,5 juta rupiah. Jika dalam setahun tidak terlunasi hutangnya kepada bank maka ia dikenakan biaya administrasi baru.
Andai pendaftar memilih talangan 15 juta rupiah berarti ia mengeluarkan uang tunai sebesar 5 juta rupiah. Dan 15 juta akan ditalangi oleh Lembaga keuangan Syariah. Utang pendaftar haji ini ke LKS sebanyak 15 juta akan dibayar secara angsuran selama 1 tahun ditambah dengan biaya administrasi sebanyak 1,3 juta rupiah. Sehingga yang harus dibayarnya ke LKS menjadi 16,3 juta rupiah. Jika dalam setahun tidak terlunasi hutangnya kepada bank maka ia dikenakan biaya administrasi baru.
Andai pendaftar memilih talangan 10 juta rupiah berarti ia mengeluarkan uang tunai sebesar 10 juta rupiah. Dan 10 juta akan ditalangi oleh Lembaga keuangan Syariah. Utang pendaftar haji ke LKS sebanyak 10 juta rupiah akan dibayar secara angsuran selama 1 tahun ditambah dengan
15Deskripsi ini berdasarkan penelitian Nur Uyun dalam skripsinya yang diajukan ke UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan judul, "Analisis Manajemen Pembiayaan Dana Talangan Haji pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Malang", 2010.
biaya administrasi sebanyak 1 juta. Sehingga yang harus dibayarnya ke LKS menjadi 11 juta rupiah. Jika dalam setahun tidak terlunasi hutangnya kepada bank maka ia dikenakan biaya administrasi baru.
Dari uraian diatas perbankan syari’ah mendapatkan keuntungan dari pinjaman dengan pengenaan jumlah besaran ujrah yang diperoleh disesuaikan dengan julah besaran dana talangan al-qardh, apakah hal ini yang menjadi motifasi atau semata-mata dalam mengamalkan seperti yang terdapat pada fatwa DSN No. 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang "Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah pada ketentuan umum point ke empat yang menyatakan “Besar imbalan jasa al-Ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan al-Qardh yang diberikan LKS kepada nasabah”16 dan juga pada saat pendaftar haji yang berstatus sebagai peminjam tidak mampu melunasi talangannya dalam waktu 1 tahun yang diperjanjikan maka ia akan dikenakan uang administrasi. Ini sama dengan riba jahiliyah, ketika peminjam tidak mampu mengembalikan utang dikenakan denda, hanya saja ini ditukar namanya dengan biaya administrasi. Apakah praktik kebijakan dana talangan haji pada perbankan syari’ah ini di berlakuakan sama atas semua perbankan syari’ah dalam pembiayaann dana talangan haji, hal ini pula yang menjadi konsen penelitian pada penerapan fatwa dengan dana talangan haji yang ada pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon.
Bank syariah melakukan talangan haji dimaksudkan untuk memfasilitasi yang menjadi kebutuhkan (hajat) oleh umat. Talangan haji diharapkan diberikan bagi orang-orang yang sebenar-benarnya mampu membayar atau melunasinya. Bukan orang-orang yang sama sekali tidak mampu secara finansial. Sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diharapkan. Hal ini yang menjadi perhatian banyak pihak mengenai bagaimana mekanisme yang digunakan atau diterapakan oleh perbankan syari’ah dalam melayani masyarakat terkait produk dana talangan haji tersebut.
16Dewan Syari’ah Nasional MUI-Bank Indonesia, Himpunan Fatwa dewan Syari’ah Nasionnal MUI Edisi Revsi Tahun 2006, 171. Perihal Ketentuan Umum Dewan Syari’ah Nasional dalam Penetapan Fatwa Pembiayaan Haji oleh LKS.
Fatwa DSN-MUI tentang pengurusan haji lembaga keuangan syari’ah menjadi dasar dan pola penerapan dana talangan haji. Bagi Muslimin yang mempunyai dana (kekayaan harta) dan berkemampuan (istitha’ah) membayar keberangkatan haji dan ingin bersegera menunaikan ibadah hajinya akan tetapi dengan maraknya dana talangan haji perbankan yang digunakan nasabah atau calon haji banyak yang mendaftar, menyebabkan waktu pemberangkatan ibadah haji akan lebih lama dengan daftar tunggu keberangkatan menjadikan apakah adanya produk dana talangan pada perbankan syari’ah sesuai dengan apa yang telah terfatwakan dalam DSN- MUI tentang pengurusan haji lembaga keuangan syari’ah pada prakteknya.
Indonesia sendiri menggunakan sistem first-come-first-serve, sistem pelayanan dengan mendahulukan orang pertama pendaftar haji yang didahulukan, yang sistem ini juga dianut oleh Malaysia dan beberapa negara, menjadikan alternatif atau cara dalam penyelenggaraan. Hal ini dengan pertimbangan jika menggunakan sistem buka tutup, maka yang banyak dirugikan adalah warga yang berada jauh dari kota besar atau warga yang tidak memiliki akses yang baik terhadap perbankan dan informasi yang masih minim di pedesaan atau daerah tertinggal hal ini dilakukan karena untuk mengurai daftar antrian yang semakin panjang dengan asas keadilan.17 Apakah antrian menjadi dampak dari adanya dana tangan haji perbankkan syari’ah ini menjadi yang terbaik dalam penyelenggaraan yang dimana daftar tunggu antrian sudah semakin panjang.
Dari segala problematika dan kebaikan dana talangan haji yang ditawarkan menimbulka dampak atau efek dari adanya dana talangan haji, sehingga banyak pemikiran atau opini-opini yang berkembang di masyarakat yang tidak selaras dengan nafas atau prinsip dari dana talangan haji itu sendiri. Meskipun produk dana talangan haji tersebut sudah terfatwa DSN- MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002 mengenai pembiayaan pengurusan haji lembaga keuangan syari’ah.
Untuk memberikan penjelasan alur dari kerangka pemikiran, berikut gambaran dari kerangka berpikir:
17http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/14/03/28/n34o7r- anggitopengelolaan-dana-haji-masuki-masa-transisi diakases 1 April 2014 Pkl. 18.34 WIB.
Gambar 1.1 (Kerangka Berpikir)
Dari skema kerangka berpikir diatas dapat di ambil pengertian bahwa bagaimana penerapan produk pembiayaan dana talangan haji yang ada pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon terhadap Fatwa DSN- MUI tentang pengurusan haji lembaga keuangan syari’ah serta dampak dari adanya produk pembiayaan dana talangan haji tersebut.
G. Metodologi Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang dituju dalam penelitian ini adalah PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek serta segala kebaikan yang ada pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon dengan lokasi yang strategis dalam artian dapat dengan mudah dijangkau oleh peneliti dan mempunyai manajemen yang baik. Lokasi Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon terletak di Jl. Siliwangi Kota Cirebon.
Pemilihan Bank Muamalat Indonesia cabang Cirebon sebagai tempat penelitian juga mempertimbangkan berbagai keterbatasan dari si peneliti sendiri seperti, tenaga, biaya dan juga waktu.
Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama satu bulan, penelitian ini dimulai dari tanggal 12 Juni 2014 sampai dengan 28 Juni 2014.
Pengambilan waktu pada penelitian kualitatif pada umumnya jangka waktu penelitian kualitatif cukup lama, karena tujuan penelitian penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan. Bukan sekedar pembuktian hipotesis Dana Talangan Haji PT. Bank Mumalat Indonesia,
Tbk Cabang Cirebon
Fatwa DSN-MUI Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syari’ah
Dampak Dana Talangan Haji
Dana Talangan Haji PT. Bank Mumalat Indonesia, Tbk Cabang Cirebon
seperti dalam penelitian kuantitatif. Namun demikian kemungkinan jangka penelitian berlangsng dalam waktu yang pendek, bila telah ditemukan sesuatu dan datanya telah jenuh. Ibarat mencari provokator, atau mengurai masalah, dan memhami makna, kalau semua itu dapat ditemukan dalam satu minggu dan telah teruji kredibilitasnya, maka penelitian kualitatif dinyatakan selesai, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama.18 2. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yanag alamiah (natural setting), kemudian disebut juga metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, selain itu disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang lebih mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna dalam pengertiannya adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan kepada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif disebut transferability. Dan juga penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, yaitu di dalam penelitian deskriptif ini tidak memerlukan administrasi dan pengontrolan terhadap perlakuan.
Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel.19
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu situasi kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau
18Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), 25.
19 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 234.
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat- sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.20
Pelaksanaan metode deskriptif tidak sebatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, akan tetapi meliputi juga analisa dan interpretasi tentang arti dan makna data itu sendiri. Oleh karena itulah maka dapat terjadi sebuah penyidikan atau penelitian deskriptif membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu kemudian mengambil perbandingan atau mengukur suatu dimensi melalui wawancara atau intervieu dan lain sebagainya, atau mengadakan klasifikasi, penilaian, menetapkan standar hubngan kedudukan antara satu dan yang lain.21
3. Sumber Data
Data adalah bentuk jamak dari datum. Data merupakan keterangan- keterangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui atau yang di anggap atau anggapan. Atau suatu fakta yang digambarkan lewat angka, simbol, kode dan lain.lain.22
Data dikelomokkan menjadi dua menurut sumber pengambilannya yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer ini disebut data asli atau data baru. Karena data primer dilakukan secara langsung di ambil dari sumber aslinya melalui nara sumber yang tepat, misalnya responden yang diperoleh dari wawancara kuesioner, data survey, data observasi, dan sebagainya23
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah ada sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan. Data dapat kita peroleh dengan mudah karena sudah tersedia, misalnya di perpustakaan,
20 Moh Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), 54.
21Winarno Surakhmad, Pengantar penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1990), 139.
22M.Iqbal Hasan, Pokok-pokok MateriMetodologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2002), 82.
23M.Iqbal Hasan, Pokok-pokok MateriMetodologi Penelitian dan Aplikasinya, 82.
perusahaan-perusahaan, organisasi-organisasi perdagangan, biro pusat statistik, atau kantor-kantor pemerintah.24
4. Sumber Informasi (Informan)
Pada tahap pertama yaitu menyusun rancangan penelitian yaitu dengan berupa proposal penelitian, kemudian pengajuan proposal penelitian terhadap tempat penelitian terkait maka dalam hal ini PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon sekaligus mengurus perizinan terhadap lembaga atau tempat penelitian tersebut.
Tahap kedua dalam pengumpulan data peneliti menggali sumber informasi melalui:
a. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.25 Maksud dan tujuan mengadakan wawancara antara lain untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Kebulatan merekontruksi kebulatan- kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu, memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang atau sesuai dengan peramalan, memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi) dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai penegcekan anggota.
Dalam penelitian ini, peneliti dalam mencari informasi dan menemukan solusi dari permasalahan-permasalahan salah satunya menggunakan wawancara pada bagian Account Oficcer, yang bertugas menangani masalah pembiayaan, adapun permasalahan yang terkait dengan produk dana talangan haji diantaranya, yang melatar belakangi
24Sarwono dan Jonathan, Analisis Data Penelitian (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2006), 11.
25Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998), 135.
produk dana talangan haji, mekanisme dana talangan haji, agunan apa yang digunakan, apa yang menjadi standar perbedaan ujrah (fee), apa dampak yang ditimbulkan dari produk dana talangan haji, dan lain sebagainya.
Tabel 1.1 (Daftar Informan)
No Jabatan Jumlah
Informan
Alasan
1. Marketing 1 Marketing adalah seseorang yang menawarkan atau mengenalkan secara langsung suatu produk pembiayaan kepada khalayak masyarakat yang membutuhkan suatu pembiayaan. secara otomatis seorang marketing harus mengetahui segala hal
mengenai produk
pembiayaan khususnya produk pembiayaan dana talangan haji.
2. Account Manager (AM)/Remedial
1 Bagian yang secara langsung melakukan pengawasan terhadap pembiayaan termasuk pembiayaan dana talangan haji.
b. Observasi
Metode pengumpulan data kualitatif lainnya yang juga digunakan serta sangat sering dilakukan adalah dengan melakukan observasi, observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan
organisasi atau institusi yang sesuai dengan yang dituju. Serta mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang hendak dituju dan menjadi tujuan.26 Observasi menjadi kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis terhadap suatu masalah.
Observasi memungkinkan peneliti mengamati dari dekat gejala penelitian, dalam hal ini peneliti dapat mengambil jarak sebagai pengamat semata-mata, atau dapat pula melibatkan diri sendiri didalam situasi yang sering dilakukan dalam penelitian.27 Observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini dilakukan di PT.
Bank Muamalat Indonesia, cabang Cirebon guna memperoleh data dan informasi yang diperlukan terkait dengan analisis produk pembiayaan dana talangan haji.
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsiri, bahkan untuk meramalkan.28 Dokumen- dokumen yang berkaitan dengan judul penelitian yang diangkat oleh peneliti tentang analisis produk pembiayaan dana talangan haji yang ada diperoleh dari PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang Cirebon. Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara, observasi serta pengumpulan dokumen-dokumen yang tersedia kemudian di identifikasikan agar memudahkan peneliti dalam menganalisis sesuai dengan tujuan yang dicapai oleh peneliti.
Sedangkan pada tahap akhir lapangan yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menyajikan data dalam bentuk deskripsi dan menganalisis sesuai dengan tujuan yang dicapai oleh peneliti.
26 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta:
Salemba Humanika, 2010), 131.
27Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, 165.
28Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 161.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Teknik wawancara dapat dibedakan atas dua kategori, yaitu yang dapat dikategorikandan di jelaskan sebagai berikut:29
1) Wawancara berstruktur
Merupakan teknik wawancara dimana ketika wawancara pewawancara (interviuwer) menggunakan (mempersiapkan) daftar pertanyaan, atau daftar isian sebagai pedoman saat melakukan wawancara.
2) Wawancara tidak berstruktur
Merupakan teknik wawancara dimana ketika wawancara pewawancara (interviuwer) tidak menggunakan daftar pertanyaan atau daftar isisan sebagai penuntun selama dalam proses wawancara. Sehingga kreatifitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancaranyapun lebih banyak tergantung dari kreatifitas olahan tata bahasa pertanyaan pewawancaranya.
b. Obsevasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik diantara tekinik yang lain yaitu wawancara dan kuesioner.
Kalau wawancara selalu berkomunaksi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, peneliti berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Dari segi proses peaksanaan pengumpulan data obsevasi dibedakan menjadi dua yaitu:30
1) Obsevasi Berperan Serta (Participant Observation)
Dalam obsevasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari sehingga merasakan suka-dukanya oarang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumberdata penelitian.
29M.Iqbal, Hasan, Pokok-pokok MateriMetodologi Penelitian dan Aplikasinya, 85.
30Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 145.
2) Observasi Tidak Berperan Serta (Non participant)
Dalam observasi non partisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti dalam melakukan observasinya dengan melakukan mencatat, menganalisis, dan membuat kesimpulan.
Dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Observasi Terstrukur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang akan apa yang diamati, kapan dan dimana tempatnya. Dimana peneliti mengetahui variabel apa yang akan diamati dan menggunakan instrumen yang sudah teruji atau menggunakan pedoman dalam melakukan observasinya.
2) Observasi Tidak Terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasinya.
Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tetang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya menggunakan rambu-rambu pengamatan.
c. Analisis atau Telaah Dokumen
Pengertian analisisa data sendiri bersal dari bahasa Greek, yang terdiri dari kata “ana” dan “lysis” yang artinya ana berarti atas(Above), lysis artinya memecahkan atau menghancurkan.31 Sedangkan menurut istilah, analisis atau telaah dokumen adalah teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang dilakukan dengan cara menelaah dokumen yang telah ada atau tersedia guna untuk dipelajari pengetahuannya dan fakta yang hendak diteliti.32 Dalam penelitian kualitatif analisis data yang dilakukan terbatas pada teknik pengolahan datanya, seperti pada pengecekan datanya dan tabulasi, dalam arti
31Moh. Kasiram, Metodologi Penelitan Kualitatif-kualititatif (Yogyakarta: Sukses Offset, 2008), 353.
32 Toto Syatori Nasehuddien, Metodologi Penelitian (Cirebon: CV. Pangger Cirebon, 2011), 102.
sekedar membaca tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang tersedia, yang kemudian melakukan uraian dan tafsiran.33
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, baik data diperoleh dari wawancara, observasi, telaah dokumen atau sebagainya.
Dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus-menerus sampai datanya jenuh.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan.Selama di lapangan, dan setelah di lapangan. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang “grounded”. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses yang terjadi dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang perlu dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Data agar dapat dianalisis maka hendaknya data tersebut dipecah terlebih dahulu menjadi bagian-bagian kecil (menurut elemen atau struktur) kemudian mempadukan hingga memperoleh pemahaman yang baru.
Jadi menganalisis data dalam penelitian ini berarti proses mensistematiskan apa yang sedang diteliti dan mengatur hasil wawancara apa yang telah dilakukan dan dipahami agar peneliti bisa menyajikan apa yang didapat pada subyek yang didapat sebagai hasil dari analisis telaah dokumen tersebut.
Tujuan utama analisis data adalah mencari makna dibalik data, melalui subjek pelakunya. Dengan demikian peneliti menangkap pengakuan subyek pelaku secara obyektif dengan melakukan interview.
Berikut ini merupakan suatu proses atau komponen-komponen yang perlu ada dalam analisis data, yaitu:34
33M.Iqbal, Hasan, Pokok-pokok MateriMetodologi Penelitian dan Aplikasinya, 98.
a. Menelaah semua data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu baik wawancara, pengamatan, observasi dan lain-lain yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan lain sebagainya.
b. Mengadakan reduksi datayang dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi. Dimana abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap di dalamnya.
c. Menyusun dalam satuan-satuan, satuan-satuan tersebut kemudian dikategorisasikan pada langkah selanjutnya. Kategori-kategori itu dibuat sambil melakukan koding.
d. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data (triangulasi). Dimana triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu sendiri untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dapat dicapai dengan melalui:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2) Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan, menengah dan tinggi, orang berada, orang pemerintahan.
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
34Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), 247.
Dari hasil perbandingan tersebut janganlah mengharapkan banyak persamaan pendapat, pandangan atau pemikiran, yang terpenting adalah mengetahui alasan adanya perbedaan-perbedaan tersebut.
Triangulasi dengan teori dijelaskan bahwa berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori yang lainnya. Dalam hal ini, jika analisis telah menguraikan pola, hubungan, dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis maka penting untuk menghadirkan penjelasan atau pembanding lainnya yang sesuai.
Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan.
Setelah tahap ini, kemudian mulailah tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substansif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.
H. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri atas lima bab yang diuraikan berikut ini:
BAB I tentang pendahuluan dalam bab ini diuraikan secara garis besar beberapa permasalahan penelitian yang meliputi: (A) Latar Belakang Masalah. (B) Rumusan Masalah; yang terdiri dari identifikasi masalah, jenis masalah, pembatasan masalah serta pertanyaan penelitian. (C) Tujuan Penelitian. (D) Manfaat Penelitian; yang di dalamnya meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis. (E) Penelitian Terdahulu. (F) Kerangka Pemikiran. (G) Metodologi Penelitian; yang terdiri dari lokasi dan waktu penelitian, metode dan pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. (H) Sistematika Penulisan.
BAB II tentang kajian teoritik atau landasan teori, teori-teori yang membahas mengenai konsep atau variabel-variabel yang relevan dalam penelitian, antara lain: (A) bank syariah: pengertian bank syariah, sejarah bank syariah di Indonesia, prinsip-prinsip operasional bank syariah. (B)
dewan syari’ah nasional: kedudukan dewan syari’ah nasional, dewan pengawas syari’ah, badan arbitrase syari’ah nasional. (C) produk dan jasa perbankan syari’ah: penghimpunan dana (funding), penyaluran dana atau pembiayaan (financing), jasa atau akad pelengkap (service). (D) al-qardh (pinjaman): pengertian al-qardh, landasan syari’ah, rukun dan syarat al- qardh, aplikasi pada perbankan, sumber danaal-qardh, manfaat al-qardh, fatwa dewan syari’ah nasional tentang al-qardh. (E) al-ijarah (sewa):
pengertian ijarah. landasan syari’ah, syarat ijarah, aplikasi pada perbankan, manfaat ijarah, fatwa dewan syari’ah nasional tentang ijarah.
BAB III tentang kondisi obyektif PT Bank Muamalat Indonesia: (A) sejarah dan dasar pemikiran berdirinya Bank Muamalat Indonesia. (B) visi dan misi Bank Muamalat Indonesia. (C) tujuan Bank Muamalat Indonesia.
(D) budaya perusahaan (corporate culture) Bank Muamalat Indonesia. (E) produk-produk Bank Muamalat Indonesia. (F) daerah pemasaran produk. (G) struktur organisasi.
BAB IV tentang temuan serta pembahasan mengenai: (A) dana talangan haji pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang Cirebon. (B) penerapan fatwa DSN-MUI tentang pembiayaan pengurusan haji lks pada PT.
Bank Muamalat Indonesia cabang Cirebon. (C) dampak produk dana talangan haji perbankan syari’ah.
BAB V tentang penutup dan merupakan bab terakhir, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran. Dalam bab ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.