• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS IV SD N 4 YOGYAKARTA KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TP 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS IV SD N 4 YOGYAKARTA KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TP 2013/2014"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PADA SISWA KELAS IV SD N 4 YOGYAKARTA KECAMATAN GADINGREJO

KABUPATEN PRINGSEWU TP 2013/2014

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh MUSTOLIH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD)

PADA SISWA KELAS IV SD N 4 YOGYAKARTA KECAMATAN GADINGREJO

KABUPATEN PRINGSEWU TP 2013/2014

Oleh MUSTOLIH

Berdasarkan hasil observasi awal di SD Negeri 4 Yogyakarta dalam pembelajaran Matematika bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV masih rendah dan masih banyak yang dibawah KKM. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement Divisions (STAD).

Pendekatan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yang terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan observasi dan tes. Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan untuk mengetahui hasil belajar digunakan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari aktivitas siswa, pada siklus I dengan kategori cukup, meningkat menjadi baik pada akhir siklus II. Kinerja guru pada siklus I memperoleh kategori baik, meningkat pada akhir siklus II dengan kategori baik sekali. Sedangkan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 50%, meningkat menjadi 76,67% pada akhir siklus II.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

2.2 Model Pembelajara Cooperative Tipe Student Team Achievement Devisions (STAD) ... 15

2.2.1 Ciri-ciri Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student Team Devisions (STAD) ... 17

2.2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Tipe Student Team Achievement Devisions (STAD) ... 17

2.2.3 Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student Team Achievement Devisions . 22

2.3 Pembelajaran Matematika ... 24

2.3.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 25

2.3.2 Proses Pembelajaran Matematika ... 26

(7)

3.5.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 37

3.5.2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ... 37

3.5.2.2 Tahap Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ... 44

3.6 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 49

4.5.1 Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran Tipe STAD ... 82

4.5.1.1 Kelebihan dan Model Pembelajaran Tipe STAD untuk Mengalikan Dua Bilangan ... 82

4.5.1.2 Keterbatasan dan Model Pembelajaran Tipe STAD untuk Mengalikan Dua Bilangan ... 82

(8)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru, sebagai salah satu unsur pendidik, agar mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah memahami bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peserta didik, serta memahami bagaimana siswa belajar. Untuk dapat memahami proses belajar yang terjadi pada diri siswa, guru perlu memahami hakikat dan konsep dasar belajar. Dengan demikian guru diharapkan mampu menerapkannya dalam kegiatan pebelajaran, karena fungsi utama belajar adalah memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya peserta didik dalam belajar.

Istilah pembelajaran sudah mulai dan dikenal luas dalam masyarakat, hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, yang secara legal formal atau sah dan resmi memberi pengertian tentang pembelajaran. Dalam pasal 1 butir 20 pembelajaran diartikan sebagai”…proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar yang potensial menghasilkan proses belajar yang bermuara pada perkembangan potensi individu sebgai peserta didik”.

(9)

dan pembelajaran terletak pada simpul terjadinya perubahan prilaku dalam diri individu. Keterkaitan fungsional pembelajaran dengan belajar adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan belajar atau parameter pembelajaran. Perlu diingat bahwa proses belajar merupakan konsekuensi dari pembelajaran (Udin, 2005: 1)

Belajar sebagai proses manusiawi memiliki kedudukan dan peran penting, baik dalam kehidupan masyarakat tradisional maupun modern. Dalam pandangan yang lebih komprehensif, konsep belajar dapat digali dari berbagai sumber, seperti filsafat, penelitian empiris, dan teori.

Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting terutama di negara berkembang seperti Indonesia, upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia secara terus-menerus telah dilakukan secara konvensional maupun inovatif, seperti pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya. Walaupun berbagai upaya itu telah dilakukan namun hingga kini mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti, baik pada jenjang pendidikan dasar, menengah, maupun pada jenjang pendidikan tinggi.

(10)

Pembelajaran dikatakan baik jika memungkinkan siswa aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses pembelajaran baik secara mental maupun fisik. Pendidikan Matematika adalah pendidikan yang juga bersifat antis matematikatoris yaitu para siswa harus dapat dipersiapkan untuk menghadapi tiga tugas kehidupan, pertama untuk dapat hidup (to make a living) kedua untuk mengembangkan kehidupan bermakna (to lead u meaningful life), ketiga untuk memuliakan kehidupan (to ennable life) (Buchori, 2001:5).

Pelajaran Matematika berkaitan erat dengan kehidupan langsung anak baik di rumah, sekolah, dan masyarakat serta mampu memberikan pembelajaran yang baik sehingga pembelajaran yang diketahui anak, aktivitas yang diselenggarakan, informasi faktual yang diberikan serta keterampilan yang dilatih harus sesuai dengan realitas hidup dan konteks fungsional di mana siswa hidup.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan menekankan pada pembelajaran kontekstual, pengalaman belajar yang tidak hanya pada ranah kognitif saja tetapi harus mencakup ranah afektif dan psikomotorik yang bertujuan membekali para siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain. Melihat pentingnya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia perlu dilakukan penataan pendidikan yang menyangkut inovasi pembelajaran dan penerapan metode pembelajaran di kelas, yang mampu meningkatkan mutu proses dan hasil belajar siswa.

(11)

Tabel 1.1 Hasil Evaluasi Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 4 Yogyakarta Kecamatan Gadingrejo

No Nilai Siswa Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan

1 60 – 69 11 36,7% Tuntas

2 50 - 59 12 40% Belum Tuntas

3 40 - 49 7 23,3% Belum Tuntas

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 1.1 diketahui proses pembelajaran di kelas IV, siswa yang tuntas atau mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 60,00 hanya 11 orang siswa atau 36,7%, selebihnya 19 orang siswa atau 63,3% belum tuntas.

Penelusuran lebih lanjut diketahui pembelajaran didominasi dan dikuasai oleh guru dan masih berpusat pada buku teks yang mengakibatkan pembelajaran kurang menarik dan hasilnya rendah. Guru kesulitan memilih dan menentukan alat bantu atau alat peraga serta metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran untuk mendukung tercapainya kompetensi siswa. Siswa menganggap pembelajaran Matematika merupakan pelajaran yang sulit, sehingga siswa kesulitan menyelesaikan dan memahaminya.

(12)

yang mempunyai keunggulan dan salah satu keuunggulannya adalah dapat meningkatkan kemajuan belajar (Kunandar, 2007:18). Tipe ini adalah tipe kooperatif yang menekankan aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pembelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Telah banyak penelitian yang membuktikan keefektifan model pembelajaran kooperati tipe STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa sebagaimana simpulan peneliti Winoto (2013) bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Sehubungan dengan permasalahan di atas akan dilakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “ Peningkatam Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaranan kooperatif tipe STAD pada Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Yogyakarta Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.

a. Pembelajaran yang dilaksanakan lebih dominan pada guru, sehingga hasil belajar siswa masih rendah.

b. Guru mengajar berdasarkan buku teks, kurang menarik minat belajar siswa, dan tanpa memperhatikan lingkungan dan kebutuhan siswa.

(13)

d. Siswa menganggap pelajaran Matematika adalah pelajaran yang sulit.

e. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah Matematika karena pemahaman materi yang masih kurang.

f. Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan guru atau peneliti dalam menyampaikan materi pembelajaran.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.

a. “Bagaimanakah meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran Metematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SD Negeri 4 Yogyakarta Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2013/2014?”

b. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar Metematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SD Negeri 4 Yogyakarta Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2013/2014?”

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

(14)

b. Meningkatkan hasil belajar Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SD Negeri 4 Yogyakarta Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2013/2014.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kepentingan pendidikan dan pengajaran Matematika di sekolah

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis, baik untuk siswa, guru, maupun untuk sekolah.

1) Siswa

Menumbuhkan rasa tanggung jawab, kemampuan berkomunikasi dengan baik dan menumbuhkan rasa ketergantungan positif sesama teman.

2) Guru

Meningkatkan kualitas pendekatan pembelajaran di kelas, sehingga konsep-konsep Matematika yang diajarkan guru dapat dikuasai oleh siswa.

3) Sekolah

(15)

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1Pengertian Belajar

Menurut Winkel (2006: 18), belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Sedangkan pengertian belajar menurut Ernest R. Hilgard dalam Suryabrata, (2004: 252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Kemudian menurut Suryabrata (2004: 32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.

Belajar diharapkan dapat mempengaruhi daya pikir seseorang yang bertujuan pada perubahan tingkah laku, untuk menetapkan penguasaaan konsep sesuatu materi perlu alat atau sarana belajar yang memadai, diantaranya adalah buku penunjang yang relevan, baik dari buku paket maupun dari buku penunjang lain.

(16)

secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar sebagai kegiatan inividu sebenarnya merupakan rangsangan. Rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Fontana seperti yang dikutip oleh Winataputra (2005 : 2), dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perlubahan yang relatif tetap dalam prilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.

Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Hakum (2000 : 1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman keterampilan, daya pikir dan lain-lain. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan dalam proses belajar.

(17)

Menurut Sardiman (2006: 19) Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, dan aktivitas-aktivitas lain, sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran.

Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Cronbach memberikan definisi, belajar adalah menunjukkan dengan

pertukaran, seperti hasil pengalaman.

2) Harold Spears memberikan batasan, belajar adalah mencoba untuk membaca, untuk menirukan,untuk mencoba sesuatu dalam diri sendiri, untuk mendengar, untuk mengikuti perhatian.

3) Goach, mengatakan, belajar adalah sebuah pertukaran dalam hasil prestasi dari praktik. (Sardiman, 2006: 27).

Dalam belajar siswa melakukan berbagai aktivitas belajar yang akan mendukung perubahan tingkah laku dalam dirinya. Guru menciptakan kondisi belajar yang dapat mendukung aktivitas belajar siswa. Dalam prakteknya, guru berusaha agar siswa belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran supaya siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Untuk mengetahui pencapaian tujuan tersebut pada siswa dapat dilakukan suatu penilaian. Penilaian ini dapat diukur dengan angka-angka yang bersifat pasti, atau hanya dapat diamati karena berupa perubahan tingkah laku.

(18)

keadaan siswa, materi yang diajarkan, metode yang tepat dan umpan balik untuk proses belajar mengajar disebut sebagai hasil belajar.

Berdasarkan bebarapa teori diatas dapat penulis simpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam proses belajar terjadi perubahan dan peningkatan mutu, kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan siswa, baik dari segi kognitif, psikomotor maupun afektif.

2.1.1 Aktivitas Belajar

(19)

kontinue dan fungsional, positif dan aktif, memiliki tujuan, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Proses perubahan tingkah laku adalah sebuah aktivitas.

(20)

Hamalik (2007: 24) menyatakan, bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan belajar yang dilakukan seorang berupa kegiatan mendengarkan, merenungkan, menganalisis, berpikir, membandingkan, dan menghubungkan dengan masa lampau. Kemudian Sardiman (2006: 101) menggolongkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Matematika sebagai berikut.

1) Kemampuan siswa bekerja sama dalam diskusi dengan siswa lainnya. 2) Keterampilan berargumentasi siswa dalam kelompoknya.

3) Kemampuan pemecahan masalah.

4) Kemampuan penalaran terhadap meteri pembelajaran.

5) Aktivitas mental seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

6) Aktivitas lisan seperti merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, integrasi.

Aktivitas belajar menurut penulis adalah aktivitas visual atau memperhatikan, aktivitas lisan atau menyampaikan pendapat, aktivitas mendengarkan atau menyimak, aktivitas menulis atau mencatat apa yang disampaikan/dijelaskan, aktivitas menggambar, aktivitas motorik atau gerak prilaku, aktivitas mental atau keberanian, aktivitas bertukar pikiran atau berdiskusi, dan aktivitas emosi.

2.1.2 Hasil Belajar

(21)

pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi, individu yang belajar. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi terrtentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif.

Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), ulangan tengah semester (prasumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif), dalam penilaian tindakan kelas ini yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil nilai ulangan harian yang dilakukan setelah selesai proses pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu.

Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), ulangan tengah semester, dan nilai ulangan semester, dalam penilaian tindakan kelas ini yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil nilai ulangan harian yang dilakukan setelah selesai proses pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu.

Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran dan dapat diukur dengan angka-angka yang bersifat pasti, selain itu dapat diamati melalui perubahan tingkah laku siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3) berpendapat bahwa: Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

Abdurahman (2005: 37) menyatakan: “Hasil Belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Melalui hasil belajar siswa maka

(22)

tidak baik artinya selama proses pembelajaran siswa kurang mengikuti dengan baik. Oleh karena itu hasil belajar dapat dikatakan sebagai puncak pembelajaran.

Tim pengembang kurikulum (2005: 32) yaitu: Karakteristik manusia meliputi tipikal berfikir, berbuat dan perasaan. Tipikal berfikir berkaitan dengan ranah koognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dan dalam bidang pendidikan ketiga ranah itu merupakan hasil belajar.

Berdasarkan kajian teori di atas dapat penulis simpulkan, bahwa hasil belajar dapat diperoleh setelah siswa mengikuti pembelajaran yang dapat diukur dengan tes, baik tes lisan maupun tes tertulis. Hasil belajar dapat diukur dengan angka-angka yang bersifat pasti. Jadi, hasil belajar diperoleh setelah siswa mengikuti seluruh proses pembelajaran dan mengikuti evaluasi tentang materi pembelajaran yang telah diikutinya dan hal itu ditunjukkan dengan angka-angka.

2.2 Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)

Menurut Slavin (2009: 74) “Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe kooperatif

yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal”.

(23)

diterapkan dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang yang bersifat heterogen, guru yang menggunakan STAD mengacu kepada belajar kelompok yang menyajikan informasi akademik

baru pada siswa menggunakan presentasi verbal atau teks (Ibrahim dkk, 2000: 10)

Sedangkan pengertian belajar menurut Hamalik (2004: 27) adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing) artinya belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat. akan tetapi lebih luas dari itu, yaitu mengalami.

Menunult Glider (1998: 132) ada lima golongan ragam belajar yaitu informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif. Kelima macam ragam belajar tersebut diperoleh dengan cara yang berlainan. Artinya masing-masing memerlukan keterampilan prasyarat yang berbeda dan perangkat serta langkah yang berbeda. Dalam pembelajaran selalu berpengaruh pada proses dan hasil, Pendapat Djamarah (1994: 24) menyatakan bahwa hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan, kecakapan, keterampilan yang dinyatakan sesudah penilaian.

(24)

Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka penulis dapat menjelaskan bahwa belajar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani

mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat orang lain atau teman, dan saling memberikan pendapat (sharing idea). Selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh karena itu pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan, karena siswa dapat bekerja sama dan saling menolong dalam menghadapi tugas yang dihadapinya.

2.2.1 Ciri-Ciri Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)

Pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Slavin, 2009: 75).

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk kelompok yang terdiri atas siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

2.2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Cooperative Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)

(25)

A.Pengajaran

Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian sesuatu di kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.

1) Pembukaan

a. Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.

b. Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut. c. Ulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan

syarat mutlak.

2) Pengembangan

a. Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.

b. Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan hafalan.

c. Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.

(26)

e. Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.

3) Latihan Terbimbing

a. Menyuruh semua siswa mengerjakan soal yang diberikan.

b. Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal yang bertujuan supaya siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin. c. Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama.

Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.

B.Belajar Kelompok

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.

Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, melihat konsep atau menjawab pertanyaan. Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut.

1) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja atau bangku mereka bersama-sama dan pindah kemeja kelompok.

(27)

4) Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.

5) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada ulangan atau ujian. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar bukan hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi, penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek dirinya dan teman-teman sekelompok saat belajar. Ingatkan siswa jika mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan pada temannya sebelum bertanya guru. 6) Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas.

Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.

C.Kuis atau Ujian

(28)

D.Penghargaan Kelompok

Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut (Slavin, 2009: 81).

1) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 siswa. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya (prestasinya).

2) Guru menyampaikan materi pelajaran.

3) Guru memberikan tugas kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja siswa, dan kemudian di dalam kelompok saling membantu untuk menguasai materi pembelajaraan yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.

4) Guru memberikan pertanyaan atau kuis kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab pertanyaan atau kuis dari guru, siswa tidak boleh saling membantu. 5) Setiap akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui

penguasaan siswa terhadap bahan pembelajaran yang telah dipelajari.

6) Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap materi pelajaran, dan kepada siswa secara individual atau kelompok yang mendapat prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

(29)

1) Meminta anggota tim atau kelompok bekerja sama mengatur meja dan kursi, serta memberikan siswa kesempatan sekitar 10 menit untuk memilih nama tim mereka atau ditentukan menurut kesesuaian.

2) Membagikan lembar kerja siswa (LKS).

3) Menganjurkan siswa pada tiap-tiap tim atau kelompok bekerja berpasangan (dua atau tiga pasangan dalam satu kelompok).

4) Memberikan penekanan kepada siswa bahwa LKS itu untuk belajar, bukan untuk sekedar diisi dan dikumpulkan. Karena itu penting bagi siswa diberi lembar kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan mereka pada saat mereka belajar.

5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling menjelaskan jawaban mereka, tidak hanya mencocokkan jawaban mereka dengan lembar kunci jawaban tersebut.

6) Apabila siswa memiliki pertanyaan, mintalah mereka mengajukan pertanyaan itu kepada teman atau satu timnya sebelum menanyakan kepada guru.

2.2.3 Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran Cooperatve Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)

A.Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) (Kunandar, 2007: 51) adalah sebagai berikut.

1) Meningkatkan harga diri tiap individu.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar. 3) Konflik antar pribadi berkurang.

4) Sikap apatis berkurang.

(30)

6) Retensi atau penyimpanan lebih lama.

7) Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi.

8) Cooperative learning dapat mencegah keagresifan pada sistem kompetisi dan keterasingan pada sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif. 9) Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik).

10) Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif. 11) Menambah motivasi dan percaya diri.

12) Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-teman sekelasnya. Mudah diterapkan dan tidak mahal.

B.Keterbatasan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) (Kunandar, 2007: 52) adalah sebagai berikut.

1) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium, perpustakaan, aula atau di tempat yang terbuka.

(31)

3) Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain. 4) Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil,

bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam cooperative learning pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu.

2.3Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia (Sujana. 2001: 18). Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan Matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan Matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan Matematika yang kuat sejak dini.

(32)

Standar kompetensi dan kompetensi dasar Matematika disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan Matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Berdasarkan uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran Matematika memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep Matematika, menggunakan penalaran pada pola dan sifat, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas masalah.

2.3.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Ruseffendi (2009: 23) menyatakan bahwa Matematika itu terorganisasi dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi aksioma, dan dalil-dalil, dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif. Sedangkan menurut Nasution (2004: 46) bahwa Matematika dapat dipandang sebagai suatu ide yang dihasilkan oleh ahli-ahli Matematika dan objek penalarannya dapat berupa benda-benda atau makhluk, atau dapat dibayangkan dalam alam pikiran kita.

(33)

2.3.2 Proses Pembelajaran Matematika

Beberapa ahli dalam dunia pendidikan meberi definisi belajar secara berbeda, namun pada prinsipnya mempunyai maksud yang sama, seperti yang dinyatakan oleh Hamalik (2007: 204) bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri siswa yang nyata serta latihan yang kontinu, perubahan dari tidak tahu menjadi tahu.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat penulis simpulkan, bahwa belajar merupakan proses individu siswa dalam interaksinya dengan lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya proses tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan tersebut.

Dalam proses pembelajaran yang efektif, sangat diperlukan adanya aktivitas dari siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hamalik (2007: 171) yang mengatakan :”Pengajaran efektif adalah pengajaran yang menyediakan

kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Hal ini yang dipertegaskan oleh Sardiman (2004) yang mengatakan “Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi belajar mengajar”.

(34)

yang telah dimiliki oleh anak, sehingga hasil belajar lebih bermakna bagi siswa.

Rusffendi (2009: 25) bahwa belajar matematika bagi seorang anak merupakan proses yang kontinu sehingga diperlukan pengetahuan dan pengertian dasar Matematika yang baik pada permukaan belajar untuk belajar selanjutnya.

Pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa proses belajar Matematika haruslah diawali dengan mempelajari konsep-konsep yang lebih mendalam menggunakan konsep-konsep sebelumnya. Belajar Matematika adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran dalam interaksi hubungan timbal balik antara siswa dengan guru yang berlangsung dalam lingkungan sekitarnya untuk mencapai tujuan tertentu.

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru yang berlangsung dalam situasi edukatif dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam proses mengajar Matematika terdapat adanya suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan antara guru yang mengajar dan siswa yang belajar. Seperti diungkapkan Usman (2006: 5) bahwa proses mengajar dikatakan sukses apabila anak-anak dapat mengemukakan apa yang dipelajarinya dengan bebas serta penuh kepercayaan berbagai situasi dalam hidupnya.

2.3.3 Teori Belajar Matematika

(35)

Menurut Dienes (2012: 21) bahwa pada dasarnya Matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur- struktur dan mengkategorikan hubungan- hubungan diantara struktur-struktur. Peaget mengemukakan bahwa konsep-konsep Matematika yang disajikan dalam bentuk konkrit akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa benda-benda atau objek dalam bentuk pernmainan sangat berperan bila dilampaui dengan baik dalam pembelajaran Matematika seperti halnya perkembangan mental, bahwa mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir berkembang berkelanjutan.

Tahapan belajar menurut Dienes ada enam tahap secara berurutan sebagai berikut. a. Tahap Bermain Bebas

Pada tahap ini anak-anak bermain bebas tanpa diarahkan dengan menggunakan benda-benda Matematika konkret.

b. Tahap Bermain

Pada tahap ini anak-anak bermain dengan menggunakan aturan yang terdapat dalam suatu konsep tertentu, dengan permainan, siswa diajak untuk memulai mengenal dan memikirkan struktur-struktur Matematika.

c. Tahap Penelaahan Kesamaan Sifat

Pada tahap ini siswa diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang diikuti.

d. Tahap Representasi

(36)

Pada tahap ini, siswa perlu menciptakan simbol Matematika atau rumusan verbal yang cocok untuk menyatakan konsep yang representasinya sudah di ketahui pada tahap keempat.

f. Tahap Formalisasi

Pada tahap ini merupakan tahap yang terakhir dari belajar konsep, menurut Dienes pada tahap ini siswa belajar mengorganisai.

2.4 Kerangka Pikir

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang guru. Model pembelajaran yang digunakan tentu akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Model pembelajaran sebagai salah satu faktor yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran menempati peran penting dalam proses pembelajaran. Kemampuan guru untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat akan menentukan tingkat aktivitas dan prestasi belajar siswa terhadap konsep yang diberikan dalam proses pembelajaran. Selama ini guru belum memanfaatkan model pembelajaran yang ada, sehingga berpengaruh pada aktivitas dan prestasi belajar siswa. Untuk mengetahui bagaimanakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri 4 Yogyakarta, maka dilakukan penelitian terhadap kelas itu.

(37)

didapatkannya dengan berdiskusi, bersama teman-temannya, sehingga materi yang didapat tidak hanya sebatas diingat tetapi juga disampaikannya. Siswa juga menjadi jauh lebih aktif dalam pembelajaran. Siswa akan lebih mudah mengingat materi yang didapat yang akan berpengaruh pada prestasi belajar, tetapi juga ada bebarapa kendala atau kelemahan dari pembelajaran ini, masalah yang sering muncul adalah pembagian waktu yang kurang tepat. Jika pembagian waktu kurang baik, maka pembelajaran dengan model ini justru akan menjadi sulit diterapkan.

Berdasarkan kelemahan dan kelebihan model pembelajaran tersebut, maka dengan penggunaan waktu yang baik pembelajaran kooperatif tipe STAD ini akan mampu meningkatkan hasil belajar Matematika di kelas IV tersebut.

Alur Kerangka Pikir

2.5Hipotesis Tindakan

Jika pembelajaran Matematika menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement Division (STAD) dengan langkah-langkah yang tepat,

maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Yogyakarta Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu

Kondisi Awal Guru belum menggunakan pendekatan tipe STAD

Menentukan hasil perkalian dua bilangan

Model Pembelajaran kooperatif menggunakan

tipe STAD

Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD

Kondisi Akhir Tindakan

(38)

III. METODE PENELITIAN

3.1Setting Penelitian

Setting penelitian meliputi tempat dan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran.

3.1.1 Tempat Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 4 Yogyakarta yang beralamat di Jalan Raya Jogowiryo Yogyakarta Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Sekolah Dasar Negeri 4 Yogyakarta memiliki 6 rombongan belajar.

1.1.2 Waktu Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian telah dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 yang terhitung dari bulan Juli sampai dengan Desember 2013. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas sesuai dengan jadwal pelajaran, dan penelitian akan berlangsung sampai mencapai indikator yang telah ditentukan.

3.2Subjek Penelitian Tindakan Kelas

(39)

3.3Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), ruang lingkupnya adalah pembelajaran di dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik.

Dalam melaksanakan PTK terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat tahap tersebut disatukan kedalam siklus. Adapun kegiatan yang akan dilaksanakan dalam PTK ini adalah sebagai berikut.

dst.

Gambar 3.1 Hubungan Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi (Kusuma, 2009: 141)

3.3.1 Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan tindakan pembelajaran yang tersusun, dan dari segi definisi harus prospektif atau memandang ke depan pada tindakan dengan mempertimbangkan tak terduga, sehingga mengandung sedikit resiko. Rencana

(40)

mesti cukup fleksibel agar dapat diadaptasikan dengan pengaruh yang tak dapat terduga dan kendala yang sebelumnya tidak terlihat. Tindakan yang telah direncanakan harus disampaikan dengan mempertimbangkan risiko yang ada dalam perubahan dinamika kehidupan kelas, dan tindakan yang dipilih karena memungkinkan kita bertindak secara lebih efektif dan bijaksana dalam pembelajaran.

Perencanaan hendaknya disusun berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap pembelajaran di kelas. Perencanaan tindakan perlu dilengkapi dengan pernyataan tentang indikator peningkatan yang akan dicapai (Madya, 2010).

3.3.2 Tindakan (Acting)

Tindakan hendaknya dituntun oleh rencana yang telah dibuat, tetapi perlu diingat bahwa tindakan itu tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana. Oleh karena itu kita harus bersifat fleksibel dan siap mengubah rencana tindakan sesuai dengan keadaan yang ada. Pelaksanaan rencana tindakan memiliki karakter perjuangan materiil, sosial, dan politis kearah perbaikan (Madya, 2010).

3.3.3 Observasi (Observating)

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan bersama prosesnya. Observasi berorientasi ke depan, tetapi memberikan dasar bagi refleksi, lebih lagi ketika putaran siklus terkait masih berlangsung. Observasi harus direncanakan, dilakukan secara cermat, dan bersifat responsif.

(41)

kendala itu menghambat atau mempermudah tindakan yang telah direncanakan dan pengaruhnya, dan (e) persolalan lain yang timbul (Madya, 2010).

3.3.4 Refleksi (Reflecting)

Yang dimaksud dengan refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan seperti yang telah dicatat dalam observasi. Melalui refleksi kita berusaha (a) mermahami proses, masalah, dan kendala yang nyata dalam tindakan, (b) memahami persoalan pembelajaran dan keadaan kelas dimana pembelajaran dilaksanakan. Dalam melaksanakan refleksi sebaiknya berdiskusi dengan teman sejawat atau kolaborator untuk menghasilkan rekontruksi makna situasi pembelajaran kelas.

Refleksi memiliki aspek evaluatif, maka kita hendaknya menimbang-nimbang pengalaman menyelenggarakan pembelajaran di kelas untuk menilai apakah pengaruh (persoalan yang timbul) memang diinginkan, dan memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan pekerjaan (Madya, 2010).

Kesimpulannya bahwa perencanaan, tindakan, observsi, dan refleksi harus disusun dan dilaksanakan secara matang dan fleksibel agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

(42)

Kesimpulannya bahwa perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi harus disusun dan dilaksanakan secara matang dan fleksibel agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

3.4Rencana Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan penekanan terhadap proses pembelajaran siswa kelas IV SD

Negeri 4 Yogyakarta. Pemilihan metode ini untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil belajar yang terjadi pada siswa. Menggunakan metode tersebut, guru mencoba menemukan kelemahan dan kelebihan dari tindakan yang dilakukannya, dan berusaha memperbaiki kelemahan dan mengulangi untuk menyempurnakan tindakan yang dianggap sudah baik. Dengan demikian, data dikumpulkan dari praktik sendiri, bukan dari sumber yang lain. Pengumpulan data adalah guru yang terlibat dalam kegiatan praktek sehingga guru mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai guru dan sebagai peneliti. Guru bukan hanya sebagai pelaksana pembelajaran, tetapi berperan secara aktif dari tahap perencanaan sehingga pada tahap evaluasi dan refleksi hasil tindakan.

Faktor yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Aktivitas dan hasil belajar Matematika siswa selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD.

(43)

3.5Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Tahap penelitian tindakan kelas meliputi tahap pratindakan dan tahap pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

3.5.1 Tahap Pratindakan

Tahap pratindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Menentukan tes awal atau pendahuluan yang skornya digunakan sebagai skor dasar (skor awal). Nilai tes diambil dari nilai semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

b. Skor tes awal kemudian diurutkan dari skor terendah, setelah itu dilakukan pembentukan kelompok yang beranggotakan 4-5 orang dengan beberapa pengaturan sehingga terbentuk kelompok yang heterogen baik dari segi kemampuan akademik maupun jenis kelamin.

c. Mengumpulkan seluruh siswa dan menjelaskan maksud serta langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan menjelaskan ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam kelompok.

Adapun ketentuan-ketentuan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Pada saat pembelajaran, setiap anggota kelompok duduk membentuk lingkaran dan saling berhadapan sesuai dengan kelompoknya. Setiap kelompok berjumlah 4-5 siswa.

(44)

c. Hasil kerja kelompok dicatat dan hasil tersebut dikomunikasikan pada kelompoknya baik secara lisan maupun tulisan.

d. Setiap anggota kelompok harus berani menyampaikan pendapat, gagasan, dan pertanyaan serta mendengarkan dengan baik penjelasan temannya pada saat belajar dalam kelompok.

3.5.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan. Proses mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran yang telah dibuat.

Penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini menggunakan model yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : (a) perencanaan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) evaluasi atau pengamatan, dan (d) refleksi untuk setiap siklusnya (Kusuma, 2009:141).

3.5.2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

Tahap penelitian tindakan kelas siklus I terdiri atas kegiatan sebagai berikut. A.Perencanaan (Planning)

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut.

a. Mendiskusikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan guru mitra dalam setiap siklus berdasarkan silabus.

(45)

c. Membuat lembar observasi aktivitas siswa. d. Membuat LKS (Lembar Kerja Siswa).

e. Membuat kisi-kisi dan membuat soal tes evaluasi siswa sebagai alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar.

f. Membuat instrument penilaian kinerja guru (IPKG).

B.Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Kegiatan yang dilaksanakan adalah mengelola proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga. Tahapan kegiatan mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), antara lain dijabarkan sebagai berikut.

a. Pendahuluan

-Menyiapkan peserta didik secra psikis maupun fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.

-Mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.

-Menjelaskan tujuan pembelajaran/ kompetensi dasar yang akan dicapai. -Menyampaikan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

b. Kegiatan Inti 1) Eksplorasi

(46)

- Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain.

- Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik, serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. - Melibatkan peserta didik secara aktif dalam tiap kegiatan pembelajaran. - Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di loaboratorium,

studio atau lapangan.

- Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.

- Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas diskusi dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru, baik secara lisan atau tulisan. - Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan

masalah dan bertindak tanpa rasa takut.

- Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif /kolaboratif. - Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk

meningkatkan prestasi belajar.

- Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik secara lisan maupun tulisan, secara indivuidu atau kelompok. - Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individu

maupun kelompok.

- Memfasilitasi peserta didik melakukan turnamen, festival terhadap produk yang dihasilkan.

(47)

3) Elaborasi

- Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya terdiri atas 4-5 siswa. - Siswa mengerjakan soal secara berkelompok dengan bimbingan guru. - Masing-masing kelompok mendiskusikan soal yang dibagikan guru. - Wakil kelompok secara bergantian mempersentasikan hasil diskusinya,

yang lain menanggapinya. 4) Konfirmasi

- Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik. - Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta

didik melalui berbagai sumber.

- Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.

- Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.

b. Kegiatan Penutup

1) Bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat rangkuman. 2) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

4) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk remidi, program pengayaan, layanan konseling dan dan memberikan tugas, baik individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar siswa.

(48)

B.Observasi (Observating)

Observasi dilaksanakan terhadap aktivitas siswa, aktivitas guru, dan hasil belajar siswa.

a. Aktivitas Siswa

Indikator aktivitas siswa pada pembelajaran Matematika tentang perkalian dua bilangan adalah sebagai berikut.

1) Kemampuan siswa bekerja sama dalam diskusi dengan siswa lainnya. 2) Keterampilan berargumentasi dalam kelompoknya.

3) Kemampuan pemecahan masalah.

4) Kemampuan penalaran terhadap meteri pembelajaran.

5) Aktivitas mental seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

6) Aktivitas lisan seperti merumuskan, bertanya, mengadakan wawancara, mengeluarkan pendapat, member saran, diskusi, integrasi (Suliani, 2004).

b. Kinerja Guru

1) Persiapan Pembelajaran

a) Persiapan skenario pembelajaran

b) Kesiapan metode yang akan ditampilkan 2) Kegiatan Pendahuluan

a) Melakukan presensi siswa b) Apersepsi

(49)

3) Kegiatan Inti

a) Penguasaan materi pembelajaran b) Penguasaan kelas

c) Mengamati metode atau model pembelajaran

d) Parstisipasi atau aktivitas dalam proses pembelajaran e) Menggunakan bahasa yang baik dan benar

f) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti g) Melakukan pemantauan aktivitas belajar siswa

h) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan

4) Kegiatan Penutup

a) Melaksanakan evaluasi

b) Melibatkan siswa dalam proses menyimpulkan

c) Melaksanakan remidial bagi siswa yang belum mencapai KKM atau kurang dari 60,00.

c. Hasil Belajar Siswa

(50)

Data dikumpulkan melalui tes awal berbentuk objektif tes dan esai pada setiap akhir siklus. Tes awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap konsep yang telah dikuasainya. Hasilnya akan digunakan untuk menentukan keanggotaan kelompok. Tes tiap akhir siklus dilakukaan untuk menentukan poin peningkatan individu yang menentukan status suatu kelompok dalam pemberian penghargaan. Tes dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dari setiap siklusnya.

Pada tahap ini dilaksanakan proses evaluasi dari pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan berupa tes tertulis guna mengetahui hasil belajar siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Pada masing-masing siklus, untuk setiap pertemuannya dilakukan evaluasi berupa penilaian. Evaluasi hasil belajar siswa diperoleh melalui tes kemampuan hasil belajar setiap akhir siklus.

C.Refleksi (Reflecting)

Hal- hal yang dilakukan dalam refleksi adalah sebagai berikut.

a. Menganalisis dan merenungkan kembali pencapaian indikator dari Standar Konpetensi dan Kompetensi Dasar yang telah ditentukan dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, aktivitas siswa, dan hasil belajar yang telah dicapai siswa.

(51)

3.5.2.2 Tahap Penelitian Tindakan Kelas Siklus II

Pada siklus II pelaksanaannya berdasarkan dari refleksi siklus I. Jika hasil yang diperoleh belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan maka penelitian masih tetap dilanjutkan sampai indikator yang diharapkan tercapai. Seperti halnya siklus I, pada siklus II tahapanya pun masih sama yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi atau pengamatan, dan refleksi. Ketika hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan yang diharapkan maka penelitian dihentikan.

3.6 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Data dalam penelitian dikumpulkan melalui teknik observasi dan tes, sedangkan alat pengumpulan data dilakukan melalui lembar observasi dan soal-soal tes.

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Data hasil belajar diperoleh melalui observasi dan tes.

a. Observasi dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajara kooperatif tipe STAD. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

(52)

3.6.2 Alat Pengumpulan Data

a. Lembar Observasi

Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas dan keterampilan proses siswa selama pembelajaran berlangsung. b. Soal Tes

Soal-soal merupakan salah satu alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

3.7 Analisis Data

Dalam menyusun dan mengolah data yang telah terkumpul, dilakukan analisis data yang bertujuan mendapatkan kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Analisis data atau pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif adalah memberikan predikat kepada variabel yang telah diteliti sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Analisis data secara kuantitatif yaitu berujud angka-angka hasil perhitungan dan digunakan pada ketuntasan belajar siswa dan hasil observasi.

Data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah aktivitas siswa, kinerja guru, dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika, yang diperoleh dari tes yang dilaksanakan setiap akhir siklus.

3.7.1 Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran meliputi hal-hal sebagai berikut. a. Kemampuan bekerja sama dalam diskusi.

(53)

c. Kemampuan pemecahan masalah. d. Kemampuan penalaran.

e. Aktivitas mental. f. Aktivitas lisan

Untuk menganalisis data siswa yang aktif, setiap pertemuan dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Skor perolehan Nilai Akhir (NA) = X 100 %

Skor maksimal

Perhitungan nilai akhir aktivitas siswa dalam skala 0-100 dengan kategorin sebagai berikut (Suliani, 2004).

Kategori: 86% - 100% = Baik Sekali 71% - 85% = Baik

56% - 70% = Cukup 41% - 55% = Kurang

0% - 40% = Sangat Kurang 3.7.2 Kinerja Guru

Kinerja guru dalam proses pembelajaran meliputi hal-hal sebagai berikut. A.Persiapan pembelajaran meliputi:

1) Persiapan Skenario pembelajaran; dan 2) Kesiapan metode yang akan ditampilkan. B.Kegiatan pendahuluan meliputi:

1) Melakukan presensi siswa; 2) Apersepsi;

(54)

C.Kegiatan inti meliputi:

1) Penguasaan materi pelajaran; 2) Penguasaan kelas;

3) Mengamati metode atau model pembelajaran; 4) Partisipasi/aktivitas dalam proses pembelajaran; 5) Menggunakan bahasa yang baik dan benar; 6) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti; 7) Melakukan pemantauan aktivitas belajar siswa; dan

8) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah disediakan. D.Kegiatan penutup meliputi:

1) Melaksanakan evaluasi;

2) Melibatkan siswa dalam proses menyimpulkan; dan

3) Melaksanakan remidial bagi siswa yang belum mencapai KKM/ < 60,00.

Skor maksimal untuk masing-masing aspek kinerja guru yang dinilai adalah 5. Apabila semua aktivitas guru dalam proses pembelajaran dilaksanakan secara maksimal akan mendapat skor 100. Perhitungan nilai akhir aktivitas guru dalam skala 0-100 adalah sabagi berikut (Suliani, 2004).

Skor perolehan Nilai Akhir (NA) = X 100 % Skor maksimal

Kategori: 86% - 100% = Baik Sekali 71% - 85% = Baik

56% - 70% = Cukup 41% - 55% = Kurang

(55)

3.7.3 Hasil Belajar

Langkah-langkah analisis data hasil belajar sebagai berikut.

a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa. Setiap kelompok mengerjakan soal-soal tentang perkalian dua bilangan.

b. Peneliti melakukan penilaian tentang perkalian dua bilangan. c. Menjumlahkan skor tentang perkalian dua bilangan.

d. Untuk menentukan persentase nilai peserta didik sudah tuntas pada setiap siklusnya digunakan rumus (Sujana, 2001: 27):

%At = �� �

Keterangan:

%At = Persentase peserta didik tuntas

At = Banyaknya peserta didik yang tuntas

R = Jumlah peserta didik

3.8 Indikator Keberhasilan

Kriteria keberhasilan didasarkan kepada pencapaian peserta didik untuk membangun kemampuan dan pengetahuan difasilitasi guru. Sehingga dengan mata pelajaran Matematika, siswa dapat mempelajari dan memahami lebih mendalam tentang diri sendiri dan alam sekitar, serta mampu menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari secara ilmiah. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini secara umum sebagai berikut.

a. Persentase jumlah siswa yang aktif dalam pembelajaran untuk seluruh aktivitas mencapai ≥ 75%.

(56)

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan

Berdasarkan temuan dan hasil penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran Metematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SD Negeri 4 Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014, dapat disimpulkan sebagai berikut.

a. Aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika tentang mengalikan dua bilangan terlihat meningkat. Siklus I aktivitas siswa dalam pembelajaran 66,67% dan siklus II 76,67% meningkat 10%. Kinerja guru dalam pembelajaran siklus I adalah 72,94% dan siklus II 89,41% meningkat 16,47%. b. Hasil belajar meningkat, ketuntasan pada siklus I ada 15 orang siswa (50%)

dengan nilai rata-rata siswa 58,33. Ketuntasan pada siklus II ada 23 orang siswa (76,67%) dengan nilai rata-rata siswa 73,33. Nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan 15,00 dan siswa yang tuntas bertambah 8 orang (26,67%). Jadi, siswa yang tuntas sudah lebih dari atau sama dengan 75% pada siklus II dan tidak perlu diadakan penelitian siklus berikutnya.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan, peneliti menyarankan sebagai berikut. Untuk Guru

(57)

2) Guru harus lebih cepat tanggap terhadap kesulitan-kesulitan belajar siswa dalam menerima materi pembelajaran yang menyebabkan kemampuan belajar siswa menurun. Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, dianjurkan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, sanggup dan bersedia memberikan motivasi, nasihat, dan bimbingan pada siswa.

b. Untuk Sekolah

1) Sekolah sebaiknya memperbanyak musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) untuk menunjang proses pembelajaran, khususnya Matematika. 2) Memberikan motivasi kepada guru untuk memanfaatkan model-model

pembelajaran, khususnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pembelajaran tertentu.

3) Membantu guru dalam pengadaan media pembelajaran Matematika.

4) Sekolah mempermudah dan memberi kesempatan seluas-luasnya bagi siswa dalam memanfaatkan buku dan perpustakaan sekolah.

5) Sekolah melengkapi sarana belajar lain, seperti televisi, internet, dll.

c. Untuk Siswa

1) Siswa harus instropeksi diri dan harus lebih banyak melakukan pelatihan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang dimiliki.

2) Siswa harus lebih banyak mempelajari materi pelajaran Matematika. 3) Siswa harus terlatih untuk cepat mengalikan dua bilangan.

(58)

Abdurahman. 2005. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Abdurahman dkk. 2005. Penelitian Tindakan Kelas SD. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Buchori. 2001. Senang Matematika 2. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen. Dienes. 2013. Teori Belajar Permainan Dienes dalam Pembelajaran Matematika,

http://www.masbied.com/2010/03/20/teori-belajar-permainan-dienes-dalam-pembelajaran-matematika/ , diakses tanggal : 26 september 2013. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Glider. 1998. Belajar dan Membelajarkan. Penterjemah Munandir. Jakarta: PT.

Raya Grafindo Persada.

Hakum, Thursan. 2000. Belajar secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara. Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hopkins. 2007. Teachers Guide to Classrom Research. Philadelpphia : Open University Press.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajran kooperatif Usaha Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Kunandar. 2007. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Bandung: Rineka Cipta. Kusuma, Wijaya. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks. Madya. (2010). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action research).

Bandung: Alfabeta

Nasution,S.2004.PengertianPrestasiBelajar.http://www.anneahira.com/pengertia n-prestasi-belajar-menurut-para-ahli.htm.diakses pada tanggal 25 Mei 2012.

(59)

Rusffendi, E.T. 2009. Pendidikan Matematika 3.Jakarta: Universitas Terbuka. Sardiman, 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raya

Grafindo Persada.

Slameto, 2008. Belajar dan Faktor yang mempengrauhinya.Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, R,.E, . 2009. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktek. Terjemahan

oleh Nurulita. Bandung: Nusa Media.

Soemanto. 2003. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Pusat Grapika Fajar Iterpratama.

Sujana, Nana. 2001. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suliani, Ni Nyoman Wetty. 2004. Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia (Bahan Ajar). Bandarlampung: Universitas Lampung.

Suryabrata, Sumardi.2004. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Pengembang Kurikulum. 2005. Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdiknas.

Usman, W. 2006 Matematika Manajemen II. Karunika, Jakarta : Universitas Terbuka,.

Winataputra, Udin S. 2005. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Winkel, 2006. Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta:Gramedia.

(60)
(61)
(62)
(63)

Lampiran 4

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI (SK) DAN KOMPETENSI DASAR (KD) Nama Sekolah : SD Negeri 4 Yogyakarta

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : IV (empat)/ 1 (satu)

(64)

Lampiran 5

JADWAL PENELITIAN

Nama Sekolah : Sekolah Dasar Negeri 4 Yogyakarta Mata Pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : IV ( empat ) / 1 (satu ) Waktu Penelitian : Juni hingga Agustus 2013

1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan/ Proposal             

Pelaksanaan siklus 1 

a. Perencanaan tindakan 

b. Tindakan dan observasi 

c. Analisis dan refleksi 

Pelaksanaan siklus 2 

a. Perencanaan tindakan 

b. Tindakan dan observasi 

c. Analisis dan refleksi 

4 Pembuatan laporan penelitian        

November Oktober

September

3 2

Juli Agustus Kegiatan

(65)

Lampiran 6

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus I

Mata pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : IV (empat) / 1 (satu)

Alokasi waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan)

I. Standar Kompetensi: 1. Memahami dan mengguunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah.

II. Kompetensi Dasar: 1.3 Melakukan operasi perkalian dan pembagian. III. Indikator

Setelah materi pembelajaran ini disajikan, siswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara mengalikan bilangan dengan cara bersusun panjang. 2. Menjelaskan cara mengalikan bilangan dengan cara bersusun pendek. 3. Menentukan hasil perkalian bilangan dua angka dengan bilangan dua angka. 4. Menentukan hasil perkalian bilangan tiga angka dengan bilangan dua angka. IV. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat menjelaskan cara mengalikan bilangan dengan cara bersusun panjang.

2. Siswa dapat menjelaskan cara mengalikan bilangan dengan cara bersusun pendek.

3. Siswa dapat menentukan hasil perkalian bilangan dua angka dengan bilangan dua angka.

4. Siswa dapat menentukan hasil perkalian bilangan tiga angka dengan bilangan dua angka.

V. Materi Pembelajaran Operasi hitung bilangan VI. Model Pembelajaran

Model pembelajaran tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) VII.Metode Pembelajaran

Gambar

Tabel 1.1 Hasil Evaluasi Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 4 Yogyakarta Kecamatan Gadingrejo
Gambar 3.1 Hubungan Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi (Kusuma, 2009: 141)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Bagi para pengusaha kecil dan menengah yang memiliki keterbatasan dalam modal usaha untuk promosi dan menjual produk dapat memanfaatkan teknologi e-Commece ini, karena tidak

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemakaian busi berbahan platinum, iridium, serta busi dengan electrode ganda dan multi electrode terhadap

Konsep integrasi vertikal sistem agribisnis kelapa sawit merupakan keterpaduan sistem komoditas secara vertikal yang membentuk suatu rangkaian pelaku-pelaku yang

Kwh meter atau dalam dunia PLN disebut Alat Pembatas dan alat Pengukur (APP) adalah Alat milik PT PLN (Persero) yang berfungsi untuk membatasi daya listrik yang dipakai serta

kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil. Apabila sebagian besar atau

[r]

HASIL EPROF ECCT 2016 - S1 ILMU KOMUNIKASI Berlaku efektif. BAGIAN PUSAT