IMPLEMENTASI SUPERVISI MODEL KLINIS DIREKTIF
BERBASIS MANAJEMEN PENDIDIKAN UNTUK
MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI SMP NEGERI KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh :
HOTNAULI NAINGGOLAN NIM : 8136131004
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
ABSTRAK
Hotnauli Nainggolan, 8136131004, Implementasi Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan untuk Meningkatkan Kinerja Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri Kota Medan. Tesis : Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2015.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan dapat Meningkatkan Kinerja Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri Kota Medan. Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2015. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Sekolah dengan analisis deskriptif. Penentuan sampel dengan cara purposive sampling, sehingga diperoleh sampel penelitian 15 guru. Teknik pengumpulan data dengan menerapkan supervisi model klinis model direktif berbasis manajemen pendidikan dengan 3 tahap, yaitu tahap pra siklus, siklus I, dan siklus II dengan menggunakan lembar instrumen penilaian kinerja guru terhadap guru-guru oleh pengawas, kepala sekolah dan peneliti.
Hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) pada tahap Prasiklus, skor rata-rata nilai kinerja guru 28.27 yakni sebesar 50.48 %. (2) pada tahap Siklus I, skor rata-rata nilai kinerja guru 39.42 yakni sebesar 70.40 %. (3) pada tahap Siklus II, skor nilai rata-rata kinerja guru 49.36 yakni 88.13 %, dimana pada tahap siklus II (rencana – tindakan – observasi - refleksi) disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam menyusun RPP tergolong tinggi, memilih metode yang tepat, dan melengkapi instrument, hasil penilaian tersebut memberikan umpan balik terhadap guru. Tahap refleksi disimpulkan bahwa siklus II sudah tuntas dengan nilai ketuntasan ≥ 80 %.
ABSTRACT
Hotnauli Nainggolan, 8136131004, The Implementation of Clinical Directive Supervision Model based on Educational Management to Increase Teachers performance in Indonesian Language Study in Negeri Kota Medan Middle School.
Thesis : Postgraduate Study The University of Medan. 2015.
The purpose of this research is to know the Implementation of Clinical Directive Supervision Model based on Educational Management to Increase Teachers performance in Indonesian Language Study in Negeri Kota Medan Middle School. This research took place from March until May 2015.
This research is a School-based Action Research with descriptive analysis. Data taking is done with purposive sampling, where the total sample of 15 teachers is obtained. The data taking technique used by implementing clinical directive supervision model based on education management is done in 3 stages, which are Pre cycle, cycle I, and cycle II stage with the usage of teachers’ performance instrument sheets which are given to teachers’ supervisors, school principal and researcher.
From this research result, concluded that: (1) At the Pre cycle stage, the average teachers performance score is 28.27, which is 50.48%. (2) At the Cycle I stage, the average teachers performance score is 39.42, which is 70.40%. (3) At the Cycle II stage, the average teachers performance score is 49.36, which is 88.13%, where in this cycle (Planning – Action – Observation – Reflection) concluded that teacher performance in arranging RRP is rather high, where the right method is chosen, and instrument is being fulfilled, the result gave feedback to the teacher. In the reflection process, concluded that in Cycle II has been completed with a score of > 80%.
Therefore, we can conclude that the Implementation of Clinical Directive Supervision Model based on Educational Managementcan Increase Teachers performance.It is advised that clinical directive supervision model based on educational management to be implemented to improve better teachers’ performance.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih untuk pengasihanNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Master Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Adapun tesis ini berjudul “Implementasi Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan untuk Meningkatkan Kinerja Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri Kota Medan”.
Tesis ini merupakan penelitian tindakan sekolah yang terdiri dari variabel Kinerja Guru dan Implementasi Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan. Dimana tesis ini mencari pemecahan masalah kinerja guru yang rendah melalui Implementasi Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan, dimana pelaksanaannya melalui tahap Prasiklus, siklus I dan siklus II. Tiap tahap siklus terdiri dari kegiatan rencana, tindakan, observasi dan refleksi.
Dalam proses penulisan tesis ini tentu menghadapi berbagai kendala yang disebabkan keterbatasan kemampuan dari penulis. Tetapi berkat semangat, doa, dorongan, dan bantuan dari banyak pihak, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati saya menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED yang telah memberi pelayanan kepada mahasiswa.
2. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED, Dr. Arif Rahman, M.Pd selaku Wakil Direktur Program Pascasarjana, dan seluruh Bapak/Ibu dosen, serta segenap pegawai Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah membimbing dan memberi pelayanan kepada mahasiswa.
4. Prof. Dr. Paningkat Siburian, M.Pd selaku pembimbing I dan Dr. Sukarman Purba, M.Pd selaku pembimbing II yang dengan tulus telah meluangkan waktu membimbing dan motivasi dalam proses penulisan tesis ini.
5. Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd selaku Narasumber I, Dr. Darwin, M.Pd, selaku Narasumber II, Dr. Saut Purba, M.Pd, selaku Narasumber II, yang telah banyak memberi kritikan dan masukan dalam perbaikan tesis ini. 6. Prof. Dr. Benjamin Situmorang, M.Pd selaku validator penelitian ini untuk
pengembangan instrument penelitian dalam pengambilan data.
7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan dan tata usaha yang telah banyak memberikan bantuan dan layanan di Program Pascasarjana UNIMED.
8. Abdul Johan, S.Pd selaku Kabid Program dan Pengembangan Mutu Pendidikan yang telah memberikan izin melaksanakan penelitian.
9. Dra. Susianti M.M, selaku Pengawas sekolah binaan bahasa Indonesia kota Medan yang telah banyak membantu untuk melakukan supervisi model klinis direktif berbasis manajemen pendidikan.
10. Syahril Harahap, S.Pd., M.M selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Medan, Dra. Hj. Irnawati, M.M selaku Kepala Sekolah SMPN 16 kota Medan, Drs. Edi Dekrit Siregar, M.Pd., MSi selaku Kepala Sekolah SMPN 32 Kota Medan, pegawai, dan secara khusus kepada seluruh guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang sudah bersedia untuk di supervisi model klinis direktif berbasis manajemen pendidikan.
Drg Heri Nainggolan/ Drg. Fridawati Pardede, Eka Dasa Ria Nainggolan, S.Pd/ R Simanullang SE, yang telah banyak memberi bantuan baik tenaga dan materi.
14. Eva/Riswan, Yosephin, Yessica, Tonggus, Valentina, Sally, Febri, Samuel, Jason, Grace, Alda, Ribka, Kezia, Anggreni, Theo, Felicia, Amel, Hans, Ian, Ester, Gita, Gwen, Metthew, Sava, Tobia serta Keluarga besar Op. Audi Tarihoran br Nainggolan yang memberi bantuan, doa dan semangat yang luar biasa.
15. Kasni, MPd selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan, serta seluruh guru-guru dan staf tata usaha yang telah membantu dan memberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan selama PBM berlangsung di sekolah.
16. Mahasiswa angkatan XXII Prodi Administrasi Pendidikan, Ernita, Tahoma, Philip, Sabar, Novita, Paskalis, Shirley, Rani, Supri, Fitri, Hamid, Asrul dan teman lain yang menjadi keluarga, sahabat yang telah memberi motivasi kepada penulis dari awal hingga akhir perkuliahan yang senantiasa membantu Penulis dalam setiap kesulitan.
Semoga semua pihak yang telah membantu Penulis dan belum dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberi kontribusi dalam penyelesaian pendidikan dan penulisan tesis ini selalu ditambahkan berkat oleh Tuhan Yang Maha Esa dalam segala hal. Akhir kata semoga tesis ini memberi kontribusi yang bermanfaat bagi pendidikan sekarang dan yang akan datang.
Medan, Agustus 2015 Penulis
DAFTAR ISI
BAB II KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoretis ... 17
1. Hakikat Kinerja Guru ... 17
2. Hakikat Supervisi Klinis dengan Pendekatan Directif Berbasis Manajemen Pendidikan ... 23
2.1.Pengawasan dalam Manajemen Pendidikan ... 23
2.2.Arti dan Pentingnya Supervisi ... 26
2.3.Supervisi Model Klinis Direktif ... 29
E. Prosedur Penelitian ... 50
F. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 58
1. Kinerja Guru……… 58
2. Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan ………. . 59
G. Evaluasi Tindakan ... 60
1. Instrumen Penilaian/Alat Pengumpulan data ... 61
2. Teknik Analisis Data ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 64
1. Prasiklus ... 65
2. Siklus I ... 70
3. Siklus II ... 77
B. Pembahasan ... 88
C. Keterbatasan Penelitian ... 92
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 79
B. Implikasi ... 79
C. Saran ... 80
DAFTAR GAMBAR Gambar
2. Hubungan antara Fungsi Manajemen Sekolah ... 25
3. Siklus Penelitian Tindakan Sekolah... 50
4.1 Grafik Skor Kinerja Guru pada Tahap Prasiklus ... 70
4.2 Grafik Skor Kinerja Guru pada Tahap Siklus I ... 76
4.3 Grafik Skor Kinerja Guru pada Tahap Siklus II ... 83
DAFTAR TABEL Tabel
1. Peningkatan Skor rata-rata UKG 2012 ... 25
1.1 Subyek Penelitian... 49
1.2 Skenario Kegiatan Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Menajamenen Pendidikan ... 51
1.3 Penilaian Perencanaan Pembelajaran ... 58
1.4 Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran ... 58
1.5 Penilaian Evaluasi Hasil Belajar ... 59
1.6 Penilaian Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Menajemen Pendidikan... 60
4.1 Skor Total Kinerja Guru tiap Indikator oleh Penilai pada Tahap Prasiklus ... 67
4.2. Statistik Deskriptif Data Kinerja Guru oleh Penilaian pada Tahap Prasiklus ... 68
4.3. Tingkat Kecenderungan Skor Kuantitatif Kriteria Kualitatif Skor Kinerja Guru pada Tahap Prasiklus ... 69
4.4. Tahap Pelaksanaan Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan Pada Tahap Siklus I ... 71
4.5. Skor Total Kinerja Guru tiap Indikator oleh Penilaian pada Tahap Siklus I ... 74
4.6. Statistik Deskriptif Data Kinerja Guru dari Penilaian pada Tahap Siklus I ... 75
4.7. Tingkat Kecenderungan Skor Kuantitatif Kriteria Kualitatif Skor Kinerja Guru pada Tahap Siklus I ... 76
4.8. Tahap pelaksanaan Superviai Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan pada Tahap Siklus II ... 77
4.9. Skor Total Skor Kinerja Guru dari Penilaian pada Tahap Siklus II ... 80
4.10. Statistik Deskriptif Data Kinerja Guru dari Penilaian pada Tahap Siklus II ... 81
4.11. Tingkat Kecenderungan Skor Kuantitatif Kriteria
Kualitatif Skor Kinerja Guru pada Tahap Siklus II ... 82 4.12. Skor Kinerja Guru tiap Indikator pada Tahap Prasiklus,
Siklus I, dan Siklus II ... 84 4.13. Skor Total Kinerja Guru pada Tahap Prasiklus, Siklus
I, dan Siklus II ... 86 4.14. Persentase Penilaian Supervisi Model Klinis Direktif
Berbasis Manajemen Pendidikan pada Tahap Prasiklus,
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
1. Instrument Penilaian Kinerja Guru ... 100 2. Lembar Obsevasi Penilaian Supervisi Model Klinis
Direktif Berbasis Menajemen Pendidikan ... 106 3. Tingkat Kecenderungan Skor Kinerja Guru ... 108 4. Skor Kinerja Guru tiap Indikator oleh Pengawas pada
Prasiklus. ... 109 5. Skor Kinerja Guru tiap Indikator oleh Kepala Sekolah pada Prasiklus 110 6. Skor Kinerja Guru tiap Indikator oleh Peneliti pada Prasiklus... 111 7. Skor Kinerja Guru tiap Indikator oleh Pengawas pada tahap Siklus I . 112
8. Skor Kinerja Guru tiap Indikator oleh Kepala sekolah ... pada Tahap Siklus I………113
9. Skor Kinerja Guru tiap Indikator oleh Peneliti ... pada Tahap Siklus I………114
10. Skor Kinerja Guru tiap Indikator oleh Pengawas pada
Tahap Siklus II ... 115 11. Skor Kinerja Guru tiap Indikator oleh Kepala Sekolah
pada Tahap Siklus II……….. ... 116 12. Skor Kinerja Guru tiap Indikator oleh Peneliti
pada Tahap Siklus II……….. ... 117 13. Skor Kinerja Guru dalam Indikator Perencanaan
Tiap Aspek dari Penilaian pada Tahap Prasiklus………. 118 14. Skor Kinerja Guru dalam Indikator Pelaksanaan
Tiap Aspek oleh Penilaian pada Tahap Prasiklus ... 119 15. Skor Kinerja Guru dalam Indikator Evaluasi
Tiap Aspek oleh Penilaian pada Tahap Prasiklus ... 121 16. Skor Kinerja Guru dalam Indikator Perencanaan
Tiap Aspek oleh Penilaian pada Tahap Siklus I……… ... 122 17. Skor Kinerja Guru dalam Indikator Pelaksanaan
18. Skor Kinerja Guru dalam Indikator Evaluasi
Tiap Aspek dari Penilaian pada Tahap Siklus I………. ... 125 19. Skor Kinerja Guru dalam Indikator Perencanaan
Tiap Aspek dari Penilaian pada Tahap Siklus II ... 126 20. Skor Kinerja Guru dalam Indikator Pelaksanaan
Tiap Aspek dari Penilaian pada Tahap Siklus II ... 127 21. Skor Kinerja Guru dalam Indikator Evaluasi
Tiap Aspek dari Penilaian pada Tahap Siklus I ... 129
22. Skor Rata-rata Kinerja Guru Tiap Indikator
Oleh Penilaian Pada Tahap Prasiklus ... 130
23. Skor Rata-rata Kinerja Guru Tiap Indikator
Oleh Penilaian Pada Tahap Siklus I ... 131
24. Skor Rata-rata Kinerja Guru Tiap Indikator
Oleh Penilaian Pada Tahap Siklus II………... ... 132
25. Dokumentasi Foto-foto Penelitian ... 133
26. Jadwal Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis
Menajemen Pendidikan terhadap Guru di SMP Negeri 1 Medan ... 145
27. Jadwal Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis
Menajemen Pendidikan terhadap Guru di SMP Negeri 16 Medan ... 146
28. Jadwal Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis
Menajemen Pendidikan terhadap Guru di SMP Negeri 32 Medan ... 147
29. Kontrak Pertemuan Supervisi Model Klinis Direktif
Berbasis Menajemen Pendidikan pada Tahap Pra-Siklus ... 148
30. Kontrak Pertemuan Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Menajemen Pendidikan di SMP Negeri Medan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu
negara dalam meningkatkan sumber daya manusia. Sumber daya manusia
(SDM) dalam hal ini yaitu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan
sikap (atitude).
Menurut Subandi (2013) Pemerintah harus bisa meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) dengan cara meningkatkan kualitas
pendidikan. Jika kualitas pendidikan dan SDM sudah mumpuni, maka
Indonesia berpeluang menjadi basis produksi dan menguasai pasar Asean
Economic Community (AEC) 2015. Berdasarkan data United Nations
Development Program (UNDP) 2011, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indonesia berada di urutan 124 dari 187 negara yang disurvei dengan indeks
0,67 %. Sedangkan Singapura dan Malaysia mempunyai indeks yang jauh
lebih tinggi yaitu 0,83 % dan 0,86 %. Indeks tingkat pendidikan tinggi
dan Malaysia yang sudah mempunyai indeks tingkat pendidikan yang lebih
baik yaitu 28 % dan 33 %.
Senada dengan pernyataan Tilaar yang dikutip oleh Ambarita (2013:
21) bahwa guru merupakan faktor dominan dalam upaya pembenahan
kualitas pendidikan melalui proses pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran
bermutu menuntut proses pendidikan yang harus berjalan dengan baik. Hal ini
dapat tercapai apabila ditangani secara profesional. Pernyataan ini
menjelaskan bahwa pencapaian tujuan pendidikan akan sangat dipengaruhi
oleh profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pembimbing dan fasilitator dalam menciptakan iklim kelas yang mampu
meningkatkan motivasi dan prestasi peserta didik.
Tabel 1.1. Peringkat Nilai Rata-rata UKG 2012
Sumber: Mahmun (2012)
Menurut Belferik dalam Mahmun (2012) Buruknya hasil Uji
Kompetensi Guru (UKG) 2012 di Sumatera Utara dengan peringkat ke-25
NO DAERAH PROPINSI NILAI
RATA-RATA UKG
1 DI YOGJAKARTA 50,1
2 DKI Jakarta 49,2
3 BALI 48,9
4 JAWA TIMUR 47,1
5 JAWA TENGAH 45,2
6 RIAU 43,8
7 SUMATERA BARAT 42,7
8 PAPUA 41,1
9 BANTEN 41,1
dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, hal ini menunjukkan rendahnya
kualitas guru dan pendidikan di daerah. Hasil pelaksanaan UKG yang digelar
pada akhir Februari 2012, meraih nilai rata rata 37,4, jauh dari rata-rata
Nasional sebesar 42,25. Sumatera Utara termasuk salah satu kota terbesar di
Indonesia, tetapi hasil ini jauh berbeda dengan provinsi lainnya seperti terlihat
dalam tabel 1.1.
Menurut Nuh dalam Kompas (2012) Selain Penilaian Ujian
Kompetensi Guru (UKG), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) telah menyiapkan instrumen lain untuk menguji dan
mengukur kinerja para guru pada 2013. Pengukuran kinerja guru ini juga
akan dilakukan per individu sama seperti yang diterapkan pada UKG.
Pasalnya, pengukuran kinerja guru ini terkait langsung pada performa
individu guru tersebut. Pengukuran kinerja ini juga tidak bisa sampling, tetapi
bukan berarti juga satu guru diawasi satu orang selama mengajar. Banyak
indikator yang akan digunakan untuk menilai kinerja guru ini. Salah satu
indikator yang akan masuk dalam kriteria penilaian kinerja guru adalah
kedatangan guru untuk mengajar. Tidak cukup hanya datang, terlambat juga
masuk dalam penilaian. Kalau guru terlambat, anak-anak yang rugi, misal
satu jam mata pelajaran 35 atau 40 menit, jika guru telat 10 menit saja sudah
25-30 persen yang hilang. Indikator pengukuran dititikberatkan pada
efektivitas guru mengajar dengan melihat prestasi peserta didik yang diajar
sesuai dengan mata pelajaran atau kelasnya dan sekolah tempat guru tersebut
mengajar. Guru menjadi pemegang peran utama dalam kegiatan belajar
mengajar sangat tergantung daripada mutu dan profesionalisme guru sebagai
tenaga pendidik dalam mengatur segala kegiatan yang berhubungan dengan
aktifitas instruksional.
Berdasarkan pernyataan di atas disimpulkan bahwa keberhasilan
guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik tentu menjadi penentu
kualitas hasil pendidikan itu sendiri. Guru menjadi pihak yang
paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses belajar
mengajar di sekolah, sehingga guru harus memiliki kemampuan dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran di kelas. Guru
harus bekerja sesuai dengan tanggung jawab dan kewajibannya. Dengan
demikian, kemampuan yang dimiliki seorang guru baik dalam kompetensi
maupun kemampuan profesionalnya menjadi penentu tinggi rendahnya
kinerja guru. Kinerja guru di sekolah terlihat dari hasil kompetensi
pedagogik, professional, sosial, dan keperibadian . Keberhasilan dapat juga
dilihat dari perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan peran dan tugas
guru di sekolah, perilaku tersebut terkait dengan proses pencapaian hasil kerja
yang dicapai.
Terkait dengan masalah kinerja menurut Ondi dan Suherman (2009:
21), kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam
melaksanakan tugas dan atau pekerjaannya yakni mengajar. Oleh karena itu
mengajar bagi seorang guru memerlukan tanggung jawab moral yang berat
dan menjadi suatu kewajiban guru dalam melaksanakan tugas profesinya.
Menurut Sagala (2011: 38) kinerja guru selama ini belum optimal,
seharusnya dapat melakukan inovasi pembelajaran. Sebaliknya, inovasi
pembelajaran bagi guru relatif tertutup dan kreatifitas dinilai bukan bagian
dari prestasi. Sehingga kemampuan guru tidak dapat berkembang, hal ini
disebabkan karena guru belum menguasai materi bidang studinya sendiri,
pedagogik, didaktik, dan metodik keahlian pribadi dan sosial, khususnya
berdisiplin dan bermotivasi, kurangnya kerja tim antara sesama guru dan
tenaga pendidik lainnya.
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan
kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam melaksanakan tugas disekolah,
dimana guru dituntut memiliki tanggung jawab dalam pekerjaannya. Namun
kenyataannya kinerja guru saat ini masih belum sesuai dengan harapan semua
pihak, guru belum menunjukkan kemampuan yang optimal, prestasi yang
rendah, kesadaran sebagai seorang pendidik belum terlihat dari perilaku
seorang guru yang mengakibatkan kemampuan guru tidak dapat berkembang.
Kurangnya kemampuan yang dimiliki guru tentu akan berpengaruh juga
terhadap kualitas siswa yang dihasilkan serta mutu pendidikan yang rendah.
Menurut Ambarita dan Siburian (2013: 98) mutu pendidikan yang
dialami bangsa Indonesia pada saat ini tidak terlepas dari masalah manajemen
supervisi akademik yang dilakukan pengawas dan kepala sekolah. Objek
materi manajemen pendidikan merupakan sisi manajemen yang mengatur
seluruh kegiatan pendidikan, yakni perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan. Salah satu fungsi manajemen yang diutarakan
di atas adalah pengawasan (controlling) dalam konteks manajemen
Pengawasan (controlling) menurut Robbins (1997:247) dapat
diartikan sebagai proses kegiatan monitoring untuk meyakinkan bahwa semua
kegiatan organisasi terlaksana seperti yang direncanakan dan sekaligus juga
merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan
adanya penyimpangan yang akan menganggu pencapaian tujuan.
Selanjutnya menurut Aedi (2014: 3) bahwa pengawasan berkenaan
dengan aktivitas memastikan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana dan dapat dicapai tujuan. Dimana pengawasan dalam konteks
manajemen secara umum menjadi rujukan dasar dalam kegiatan pelaksanaan
pengawasan pendidikan. Istilah pengawasan atau supervisi dalam
kelembagaan pendidikan diidentikkan dengan pengawasan professional yang
dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang kerjanya,
memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekedar pengawas
biasa. Dirumuskannya arti dan maksud kepengawasan pendidikan sebagai
usaha memajukan sekolah yang bersifat kontiniu dengan cara membina,
memimpin, dan menilai pekerjaan kepala sekolah, guru dalam usaha mereka
mempertinggi mutu pendidikan yang diberikan kepada murid dengan
perantara perbaikan situasi belajar mengajar kearah terjelmanya tujuan
pendidikan.
Menurut Syaiful (2010: 138) pengawas merupakan jabatan resmi
bidang pendidikan yang ada di Indonesia untuk melakukan pemantauan atas
pelaksanaan manajemen sekolah dan pelaksanaan belajar mengajar di kelas.
Dengan kata lain, pengawas adalah menjaga agar kegiatan pendidikan,
digariskan. Pengawas merupakan tenaga kependidikan yang peranannya
sangat penting dalam membina kemampuan profesional tenaga pendidik.
Menurut Sudjana (2006: 2) pengawas sekolah berfungsi sebagai
supervisor, baik supervisor akademik maupun supervisor manajerial. Sebagai
supervisor akademik, pengawas sekolah berkewajiban untuk membantu
kemampuan profesional guru agar guru dapat meningkatkan mutu proses
pembelajaran. Sedangkan sebagai supervisor manajerial, pengawas
berke-wajiban membantu kepala sekolah agar mencapai sekolah yang efektif. Hal
ini secara tidak langsung kinerja pengawas sekolah tentu akan mempengaruhi
profesionalisme guru di sekolah. Pengawas merupakan orang pertama dari
luar sekolah yang secara tugasnya membimbing guru secara langsung.
Pengawas sekolah punya akses langsung memperbaiki kinerja guru di dalam
kelas. Pengawas dapat melihat bagaimana pendekatan, perangkat dan media
pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam suatu pengajaran.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan menjadi
bagian dari manajemen pendidikan, di mana pengawasan merupakan kegiatan
memonitoring. Kegiatan ini bertujuan meyakinkan atau memastikan bahwa
kegiatan organisasi terlaksana sesuai rencana. Pengawasan juga merupakan
kegiatan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan seseorang, aktivitas
ini memastikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan dapat
dicapai tujuan. Pelaksanaan pengawasan harus dilakukan oleh pengawas
professional yang memahami betul kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang
kerjanya, memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekedar
memajukan sekolah dengan pembinaan atau melakukan penilaian terhadap
pekerjaan seseorang agar sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan.
Pengawasan atau supervisi adalah kegiatan untuk mengetahui
kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
hasil belajar di kelas. Pelaksanaan supervisi berdasarkan aturan yang
disepakati anytara pengawas dengan guru sebelumnya. Beberapa tahap siklus
direncanakan untuk terus memperbaiki kelemahan guru dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran di kelas. Setiap pelaksanaan
supervisi tentu akan dilakukan penilaian berdasarkan instrument penilaian
kompetensi guru. Dari hasil penilaian akan disimpulkan data peningkatan
kinerja guru. Sebelum kinerja belum mencapai criteria yang ditentukan,
pelaksanaan supervisi melalui tahap siklus akan terus dilakukan perbaikan
melalui siklus tahap berikutnya.
Pelaksanaan supervisi yang baik tentu akan terlihat dari kesiapan guru
melaksanakan pembelajaran di kelas. Kelemahan Supervisi yang dilakukan
oleh pengawas berpengaruh terhadap kemajuan seorang guru. Diharapkan
pelaksanaan supervisi dapat bermanfaat dan tepat sasaran, sehingga
permasalahan guru akan terselesaikan berangsur-angsur. Senada dengan hal
tersebut menurut Semiawan dalam Imron (1995) beberapa aspek yang
mengakibatkan kegiatan supervisi kurang bermanfaat karena sistem supervisi
kurang memadai dan sikap mental dari supervisor yang kurang sehat, antara
lain: (1) supervisi masih menekankan pada aspek administratif dan
mengabaikan aspek profesional, (2) tatap muka antara supervisor dan
sehingga banyak dibutuhkan bekal tambahan agar dapat mengikuti
perkembangan baru, (4) pada umumnya masih menggunakan jalur satu arah
dari atas ke bawah, dan (5) potensi guru sebagai pembimbing kurang
dimanfaatkan. Sedangkan dikaji dari sikap mental yang kurang sehat dari
supervisor terlihat beberapa indikasi, yaitu; (1) hubungan profesional yang
kaku dan kurang akrab akibat sikap otoriter dari supervisor, sehingga guru
takut bersifat terbuka kepada supervisor, (2) banyak supervisor dan guru
merasa sudah berpengalaman, sehingga merasa tidak perlu lagi belajar, (3)
supervisor dan guru merasa cepat puas dengan hasil belajar siswa.
Sebelum penelitian ini dilaksanakan peneliti telah melakukan
wawancara dengan beberapa pengawas di Dinas Pendidikan Kota Medan
khususnya pengawas dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Ditemukan
beberapa guru masih memiliki masalah berupa kelemahan dan kekurangan.
Masalah yang ditemukan sangat bervariasi, seperti : (1) Guru cenderung
tertutup, malu dan tidak mau berdiskusi untuk berbagi pengalaman dengan
guru-guru seprofesinya atau atasannya dalam hal ini kepala Sekolah; (2) Guru
kurang mampu merencanakan pembelajaran seperti silabus dan RPP sesuai
kurikulum disekolah; (3) Guru belum mampu menentukan modul/metode
pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran atau kondisi siswa; (4) Guru
belum mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan
ilmu dan pengetahuan; (5) Guru belum mampu mengevaluasi hasil belajar
siswa dengan format yang sudah ditentukan berdasarkan kurikulum yang
sudah diterapkan disekolah masing-masing; (6) Guru jarang mengikuti
pengetahuan; (6) Guru merasa terbebani kehadiran pengawas di kelas pada
saat pelaksanaan supervisi oleh pengawas; (7) Guru kurang respon dengan
penilaian kinerja oleh pengawas atau pun kepala sekolah; dan (8) Guru tidak
memiliki kemampuan untuk meningkatkan kompetensi sebagai guru sehingga
kinerja yang diharapkan tidak terpenuhi.
Masalah yang ditemukan di atas berpengaruh terhadap kinerja guru di
sekolah. Tujuan pendidikan yang diharapkan tidak akan tercapai karena
rendahnya kinerja guru. Pengaruh nyata yang dialami siswa dapat dilihat dari
rendah hasil ujian nasional khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Hasil UN bahasa Indonesia yang rendah jika dibandingkan mata pelajaran
matematika dan Bahasa inggris. Ulasan PAB (2012) nilai UN Bahasa
Indonesia 8,50 lebih rendah dibanding mata pelajaran bahasa Inggris,
matematika yang mencapai nilai 9,43.
Masalah tersebut di atas tentu menjadi tanggung jawab semua pihak,
tetapi guru menjadi pihak paling bertanggung jawab karena pihak
bersentuhan langsung dengan siswa. Namun, guru yang memiliki kinerja
rendah menjadi tanggung jawab pengawas dan kepala sekolah sebagai atasan
guru. Sebagai atasan, tentu mereka harus mengetahui dan memahami
penyebab rendahnya kinerja guru. Pengawas sebagai pihak yang paling
bertanggung jawab membina, membimbing dan mengarahkan setiap masalah
yang dihadapi guru dituntut lebih koperatif dalam hal ini. setiap permasalah
guru menjadi catatan bagi pengawas untuk segera memperbaikinya. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut salah satunya dengan melaksanakan
dikemukakan di atas akan terlihat data peningkatan kinerja setiap guru.
Disamping itu, kegiatan supervisi sangat membantu guru menilai diri sendiri
dan mengetahui kelemahan dan kekurangan guru berdasarkan catatan
pengawas tadi selama supervisi berlangsung.
Supervisi yang diterapkan terhadap guru harus didasari pertimbangan
untuk disepakati antara pengawas dan guru yang bersangkutan. Namun,
sesuai dengan gejala permasalah yang ditemukan berdasarkan hasil
wawancara dan observasi maka peneliti merencanakan supervisi model klinis
dengan pendekatan direktif. Supervisi klinis adalah model supervisi yang
tepat untuk memecahkan dengan upaya memperbaiki kelemahan dan
kekurangan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan evaluasi
pembelajaran di kelas.
Supervisi klinis diartikan sebagai bantuan profesional yang diberikan
kepada guru yang mengalami masalah dalam melaksanakan pembelajaran
agar guru tersebut dapat mengatasi masalah yang dialaminya berkaitan
dengan proses pembelajaran. Waller dalam Solo (1983) berpendapat
bahwa suprvisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan
pembelajaran dengan menjalankan siklus yang sistematis dari tahap
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi dengan analisis yang intensif
terhadap proses pembelajaran. Sedangkan menurut Keith Acheson dan
Meredith D'Gall dalam Mulyana (2015) supervisi klinis adalah proses
membantu guru memperkecil jurang antara tingkah laku mengajar nyata
dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Supervisi klinis merupakan
dalam pemeblajaran agar guru yang bersangkutan dapat mengatasi
masalahnya dengan menempuh langkah yang sistematis mencakup tahap
perencanaan, tahap pengamatan dan tahap analisis dan tindak lanjut, dengan
tujuan secara khusus adalah : (1) guru memiliki keterampilan dalam
mendiagnosis kesulitan pembelajaran dan mencari solusi pemecahannya, (2)
guru memiliki keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan strategi yang efektif, dan (3) guru memiliki sikap yang positif.
Selanjutnya Menurut Sahertian (2008: 44) Pendekatan direktif
merupakan cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung.
Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku
supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman
terhadap psikologi behaviorisme, segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu
respon terhadap rangsangan / stimulus. Oleh karena guru ini mengalami
kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bereaksi. Supervisor
dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment).
Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor seperti :
menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolak
ukur, dan menguatkan.
Nenurut Novita (2014) dalam Jurnal Digital Respository UNIMED
menyimpulkan bahwa: Kinerja guru SMP Negeri Kabupaten Serdang
Bedagai meningkat setelah dilakukannya Supervisi Model Klinis oleh
Pengawas dan Kepala Sekolah. Supervisi tersebut dinilai dapat membantu
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, supervisi model klinis
direktif yang diterapkan dapat menyelesaikan permasalahan guru secara
bertahap melalui beberapa siklus. Masing-masing siklus ini terdari empat
kegiatan, seperti yang dikemukakan menurut Mulyasa (2009: 73) terdiri dari :
Rencana, Tindakan, Observasi, dan Refleksi. Setiap kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan skenario yang disepakati sebelum pelaksanaan supervisi dalam
tiap siklus. Hasil pelaksanaan dilakuan penilaian, hasil penilaian menemukan
kesimpulkan akan perolehan skor ketuntasan sesuai dengan yang ditentukan.
Dengan demikian, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul:
Implementasi Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen
Pendidikan untuk Meningkatkan Kinerja Guru dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia di SMP Negeri Kota Medan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa
masalah yang berkaitan dengan peningkatan kinerja guru: (1) Apakah
rendahnya nilai UKG berpengaruh terhadap kinerja guru yang rendah; (2)
Apakah rendahnya mutu pelaksanaan supervisi berpengaruh terhadap kinerja
guru ?; (3) Apakah rendahnya kemampuan guru merencanakan pembelajaran
di kelas berpengaruh terhadap kompetensi guru ? (4) Apakah pemilihan
teknik model supervisi dan pendekatan yang kurang tepat sesuai masalah
guru berpengaruh terhadap kinerja guru ?; dan (5) Apakah supervisi model
klinis direktif berbasis manajemen pendidikan berpengaruh terhadap
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini banyak hal yang terkait dengan kinerja guru dan
supervisi model klinis direktif, maka yang menjadi batasan masalah
berdasarkan identifikasi masalah di atas adalah : Supervisi Model Klinis
Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan untuk meningkatkan kinerja guru
dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Supervisi Model klinis merupakan
salah satu model yang tepat untuk memperbaiki pengajaran di kelas.
Pendekatan direktif merupakan pendekatan langsung dengan guru,
pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan
arahan langsung, dengan tujuan agar guru yang mengalami problem perlu
diberi rangsangan langsung agar ia bisa bereaks.
Pembatasan ini juga bukan berarti mengabaikan pengaruh faktor lain,
akan tetapi dengan pertimbangan waktu dan kemampuan peneliti yang belum
memungkinkan untuk meneliti keseluruhan variabel yang berpengaruh
terhadap kinerja guru. Yang menjadi objek penelitian adalah guru-guru dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri Kota Medan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah sebagai
berikut: Apakah Implementasi Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis
Manajemen Pendidikan dapat Meningkatkan Kinerja Guru dalam
E. Prosedur Pemecahan Masalah
Dalam penelitian tindakan sekolah ini yang menjadi prosedur
pemecahan masalah adalah Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis
Manajemen Pendidikan direncakana melalui pra siklus, siklus I, siklus II,
setiap siklus mencakup: Rencanaan –Tindakan – Pengamatan – Refleksi.
Melalui Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan ini
diharapkan dapat meningkatkan Kinerja Guru dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia.
F. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk meningkatkan Kinerja
Guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Implementasi Supervisi
Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan.
G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberi manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis.
1. Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang
penelitian khususnya dalam dunia pendidikan.
2. Manfaat praktis
a. Kepala Dinas Pendidikan terus melakukan sosialisasi
pelaksanaan supervisi oleh pengawas, serta lebih mampu
memberikan informasi yang tepat dalam menentukan kebijakan-
b. Pengawas, agar terus menggali ilmu pengetahuan, wawasan
mengenai prosedur, pedoaman dan peraturan pemerintah yang
mengatur pelaksanaan supervisi melalui kelikutsertaan dalam
pelatihan, diskusi, lokakarya yang diadakan oleh pemerintah
atau lembaga, sehingga pengawas lebih memahami pelaksanaan
supervisi model klinis direktif terhadap guru.
c. Kepala sekolah, terus melakukan bimbingan atau pembinaan
terhadap guru-guru di sekolah dengan tujuan mendorong guru
lebih berprestasi agar dapat meningkatkan kinerja guru.
d. Guru terus menyesuaikan diri dengan pelaksanaan supervisi di
sekolah oleh pengawas agar kemampuan guru dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar
dapat tercapai, sehingga kinerja guru semakin baik.
e. Peneliti menjadi termotivasi melakukan kajian lain yang dapat
bermanfaat, sehingga menjadi bahan pertimbangan atau acuan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan hasil Penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :
tahap Pra Siklus skor rata-rata kinerja guru sebesar 28.27 dengan persentase
50.48 %, pada tahap Siklus I skor rata-rata nilai kinerja guru sebesar 39.42
dengan persentse 70.40 %, pada tahap Siklus II skor rata-rata kinerja guru
sebesar 49.36 dengan persentase 88.13 %, di mana pada tahap siklus II
(rencana – tindakan – observasi - refleksi) disimpulkan bahwa kemampuan
guru dalam menyusun RPP tergolong tinggi, memilih metode yang tepat, dan
melengkapi instrument, hasil penilaian tersebut memberikan umpan balik
terhadap guru. Tahap refleksi disimpulkan bahwa siklus II sudah tuntas
dengan nilai ketuntasan ≥ 80 %. Implementasi Supervisi Model Klinis Direktif
Berbasis Manajemen Pendidikan dapat Meningkatkan Kinerja Guru.
B.Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dan temuan pada penelitian bahwa
implementasi supervisi model klinis direktif berbasis manajemen pendidikan
dapat meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
SMP Negeri Kota Medan. Maka implikasi dari penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Jika ingin meningkatkan kinerja guru di sekolah khususnya guru dalam
melakukan penerapan Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen
Pendidikan oleh pengawas maupun kepala sekolah.
2. Jika ingin meningkatkan kinerja guru, maka guru-guru harus berani
melakukan perubahan pandangan terhadap pelaksanaan supervisi di sekolah,
sehingga kekurangan dan kelemahan guru dapat diatasi dengan model dan
pendekatan supervisi yang sesuai.
3. Jika ingin meningkatkan kinerja guru, pengawas sebagai supervisor harus
menerapkan supervisi model klinis direktif sesuai dengan langkah-langkah
supervisi yang sistematik, sehingga setiap siklus dapat dilaksanakan dengan
baik.
4. Jika ingin meningkatkan pengetahuan tentang supervisi model klinis direktif
berbasis manajemen pendidikan, maka pengawas harus menambah
pengetahuan dan wawasan melalui pelatihan, seminar, lokakarya dan diskusi
dengan rekan kerja.
5. Dengan diterapkannya Implementasi Supervisi Model Klinis Direktif
Berbasis Manajemen Pendidikan untuk meningkatkan kinerja guru, maka
perlu kerja sama antara guru, kepala sekolah, pengawas dan dinas
pendidikan sebagai sarana informasi.
C.Saran
Dari hasil temuan Penelitian Tindakan Sekolah diajukan saran sebagai
berikut:
1. Kepala Dinas Pendidikan menjadi sarana informasi bagi guru-guru, di mana
supervisi guru secara berkala, serta tindak lanjut dari penilaian kinerja guru
yang nyata tidak hanya sebatas proyek tahunan.
2. Pengawas harus menggali informasi tentang kebutuhan guru tentang
pelaksanaan supervisi dan mengembangkan pengetahuan, mengikuti
pelatihan tentang pelaksanaan supervisi model klinis direktif yang dapat
membantu guru menyelesaikan permasalahan di kelas, sehingga
permasalahan yang timbul dapat diatasi dengan cepat tidak dibiarkan
berlarut-larut.
3. Kepala sekolah menambah pengetahuan tentang pelaksanaan supervisi di
sekolah agar setiap pelaksanaan supervisi rutin dilaksanakan untuk
mengetahui persoalan yang dialami guru dalam proses belajar mengajar di
kleas.
4. Guru harus menambah wawasan tentang supervisi dengan memperbanyak
referensi buku untuk memperkaya ilmu pengetahuan dalam mempersiapkan
diri pada waktu pelaksanaan penilaian kinerja guru melalui supervisi model
klinis direktif yang nantinya semakin meningkatkan kinerja guru yang lebih
DAFTAR PUSTAKA
Aedi, Nur. 2014. Pengawasan Pendidikan (Tinjauan Teori dan Praktik). Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Ambarita, Biner. ”Pengaruh Kepemimpinan, Manajemen Personalia, Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja
Dosen Di UNIMED”. Disertasi. Medan: Program Doktor UNIMED
Ambarita, Binner dan Paningkat Siburian. “Pengembangan Disain Model Supervisi
Akademik Berbasis Manajemen Pendidikan”. Jurnal Penelitian Bidang
Pendidikan. Medan: Pascasarjana UNIMED
Ambarita, Biner, Dkk.2014. Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta.
---. 2013. Manajemen dalam Kisaran Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-dasar Supervisi.Jakarta: Rieneka Cipta
Burhanudin, Yusak. 1998. Administrasi Pendidikan Untuk Fakultas Tarbiya
Komponen MKNK. Bandung: Pustaka Setia
---. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Harahap, Burhanudin. 1983. Supervisi Pedidikan yang Dilaksanakan oleh Guru,
Kepala Sekolah, Penilik, dan Pengawas. Jakarta: Damai Jaya
Darmadi, Hamid. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta
Depdiknas. 2005.Undang-Undang Guru dan Dosen. Jakarta: Balai Pustaka
---. 2008. Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas. Jakarta:
BalaiPustaka
---. 2014.Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.
Dewi Ristiyani. 2014. “Implementasi Supervisi Akademik Model Klinis Dalam
Meningkatkan kinerja guru SMP di Kota Tebing Tinggi”. Tesis. Medan:
Pascasarjana UNIMED
Dipendikpora. 2014. “Penilaian Kinerja Guru Mata Pelajaran”. Dfat. Deli Serdang: SMK N 1 PercutSei Tuan
Gibson, James. L.1997. Organisasi dan Manajemen,Perilaku Struktur Proses.
Terjemahan Djoerban Wahid. Jakarta : Erlangga.
Hanum, H. 2007. “Implementasi Supervisi Klinis dan pemberian Motivasi Kepala Sekolah untuk Peningkatan Kinerja Guru SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang”. Tesis. Medan:Pascasarjana UNIMED.
Hasibuan. Malayu S.P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: BumiAksara
Imron, Ali. 1995. Pembinaan Guru di Indoensia. Malang: Pustaka Jaya
---. 2012. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Jurnal Asia. 2014. (http://www.jurnalasia.com/2014/10/24/kompetensi-rendah-guru--di-sumut-kejar-setoran/)
Kemendikbud. 2013. Supervisi Pembelajaran pada Kurikulum 2013. Jakarta:
Kemendikbud
Kreitner, Robert; dan Kinicki, Angelo. 2001. Organization Behavior. New York:
McGraw-Hill Companies, Inc.
Lukman, Ali. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Mahmun. 2012. https://mahmun.wordpress.com/2012/03/22/kualitas-guru-rendah-hasiluka-sumut-hanya-di-peringkat-25-dari-33-provinsi/
Manca. 2005. ”Peranan Supervisi Kepala Sekolah Dalam Rangka Meningkatkan
Profesionalisme Guru SMP, SMA, SMK Se Kabupaten Buleleng”. Seminar
Supervisi Klinis. Singaraja: Pascasarjana Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja
Mangku, prawira S dan A Vitalaya Hubeis. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia
Masaong, Kadim. 2013. Supervisi pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas
Mitrani, Alain et. al. 1995. Anajemen Sumber Daya Manusia Berdasarkan Kompetensi. Terjemahan Dadi Pakar. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
Nuh, Muhamad. 2012.
http://edukasi.kompas.com/read/2012/10/23/13080882/Tak.Hanya.Kompetens
i..Kinerja.Guru.Juga.Akan.Diuji
Nurhayati, Djamas. 2000. Pedoman Pelaksanaan Supervisi. Jakarta: Departemen
Agama RI Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
Pidarta, Made. 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Mulyasa, E. 2010. Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Musfah, Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Novita. 2014. “Implementasi Supervisi Klinis dengan Pendekatan Directif untuk Meningkatkan Kinerja Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP
Negeri Kabupaten Serdang Bedagai”. Tesis. Medan: Pascasarjana UNIMED
Permendiknas. 2007. Standart Proses Ketercapaian Instrumen Penilaian Kinerja
Guru. Permendiknas No. 14 tahun 2007. Jakarta: Permendiknas
Permendiknas. 2007. Penugasan Pengawas Satuan Pendidikan. Permendiknas No.
12 tahun 2007. Jakarta: Permendiknas
Purwanto, Ngalim. 2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya
PMPTK. 2008. Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan
Departeman Pendidikan Nasional
Sagala, Syaiful. 2011. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
---. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Alfabeta.
Sagala, Syaiful.,YasaraTodoWau, Irsan Rangkuti. 2014. “Supervisi Pendidikan”
Catatan Perkuliahan. Medan: Pascasarjana UNIMED
Sahertian, Piet. A. 2000. Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam
---. 2008. Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
---. 2010. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sulo, Sulu Lipu La. 1998. Supervisi Klinis Pendekatan Bimbingan dalam Penyelenggaraan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti PPGSM
Ridho Syukro. 2013. (http://m.beritasatu.com/pendidikan/144143-kualitas-pendidikan-di-indonesia-masih-rendah.html)
Robbins, Stephen. P. 1997. Perilaku Organisasi. Terjemahan Indeks Kelompok.
Jakarta: Gramedia
---. 2002. Perilaku Organisasi. Terjemahan Benjamin M. Jakarta: Indeks
Saondi, O dan Suherman. 2009. Etika Profesi Keguruan. Kuningan: PT Refika
Aditama
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Supardi. 2013. Kinerja Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sutisna, Oteng. 1989. Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa
Sulo, Sulu Lipu La. 1998. Supervisi Klinis Pendekatan Bimbingan Dalam
Penyelengaraan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Jakarta:
Depdikbud Dirjen Dikti PPGSM
Tilaar. H. A. R. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta
Usman, Husaini. 2013. Manajemen Teori,Praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta :
Bumi Aksara.
Veithzal, Rivai. 2004. Performance Appraisal. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Widyastuti. Endah. 2013. Supervisi Klinis Non Direktif. Jakarta : Scribd.
William. J. Clifton. 1978. Human Behavior in Organization. Ohio: South Western