• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI SUPERVISI MODEL KLINIS DIREKTIF BERBASIS MANAJEMEN PENDIDIKAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI KOTA MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI SUPERVISI MODEL KLINIS DIREKTIF BERBASIS MANAJEMEN PENDIDIKAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI KOTA MEDAN."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI SUPERVISI MODEL KLINIS DIREKTIF

BERBASIS MANAJEMEN PENDIDIKAN UNTUK

MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DI SMP NEGERI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Pada Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

HOTNAULI NAINGGOLAN NIM : 8136131004

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Hotnauli Nainggolan, 8136131004, Implementasi Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan untuk Meningkatkan Kinerja Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri Kota Medan. Tesis : Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2015.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan dapat Meningkatkan Kinerja Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri Kota Medan. Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2015. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Sekolah dengan analisis deskriptif. Penentuan sampel dengan cara purposive sampling, sehingga diperoleh sampel penelitian 15 guru. Teknik pengumpulan data dengan menerapkan supervisi model klinis model direktif berbasis manajemen pendidikan dengan 3 tahap, yaitu tahap pra siklus, siklus I, dan siklus II dengan menggunakan lembar instrumen penilaian kinerja guru terhadap guru-guru oleh pengawas, kepala sekolah dan peneliti.

Hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) pada tahap Prasiklus, skor rata-rata nilai kinerja guru 28.27 yakni sebesar 50.48 %. (2) pada tahap Siklus I, skor rata-rata nilai kinerja guru 39.42 yakni sebesar 70.40 %. (3) pada tahap Siklus II, skor nilai rata-rata kinerja guru 49.36 yakni 88.13 %, dimana pada tahap siklus II (rencana – tindakan – observasi - refleksi) disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam menyusun RPP tergolong tinggi, memilih metode yang tepat, dan melengkapi instrument, hasil penilaian tersebut memberikan umpan balik terhadap guru. Tahap refleksi disimpulkan bahwa siklus II sudah tuntas dengan nilai ketuntasan ≥ 80 %.

(5)

ABSTRACT

Hotnauli Nainggolan, 8136131004, The Implementation of Clinical Directive Supervision Model based on Educational Management to Increase Teachers performance in Indonesian Language Study in Negeri Kota Medan Middle School.

Thesis : Postgraduate Study The University of Medan. 2015.

The purpose of this research is to know the Implementation of Clinical Directive Supervision Model based on Educational Management to Increase Teachers performance in Indonesian Language Study in Negeri Kota Medan Middle School. This research took place from March until May 2015.

This research is a School-based Action Research with descriptive analysis. Data taking is done with purposive sampling, where the total sample of 15 teachers is obtained. The data taking technique used by implementing clinical directive supervision model based on education management is done in 3 stages, which are Pre cycle, cycle I, and cycle II stage with the usage of teachers’ performance instrument sheets which are given to teachers’ supervisors, school principal and researcher.

From this research result, concluded that: (1) At the Pre cycle stage, the average teachers performance score is 28.27, which is 50.48%. (2) At the Cycle I stage, the average teachers performance score is 39.42, which is 70.40%. (3) At the Cycle II stage, the average teachers performance score is 49.36, which is 88.13%, where in this cycle (Planning – Action – Observation – Reflection) concluded that teacher performance in arranging RRP is rather high, where the right method is chosen, and instrument is being fulfilled, the result gave feedback to the teacher. In the reflection process, concluded that in Cycle II has been completed with a score of > 80%.

Therefore, we can conclude that the Implementation of Clinical Directive Supervision Model based on Educational Managementcan Increase Teachers performance.It is advised that clinical directive supervision model based on educational management to be implemented to improve better teachers’ performance.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih untuk pengasihanNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Master Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Adapun tesis ini berjudul “Implementasi Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan untuk Meningkatkan Kinerja Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri Kota Medan”.

Tesis ini merupakan penelitian tindakan sekolah yang terdiri dari variabel Kinerja Guru dan Implementasi Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan. Dimana tesis ini mencari pemecahan masalah kinerja guru yang rendah melalui Implementasi Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan, dimana pelaksanaannya melalui tahap Prasiklus, siklus I dan siklus II. Tiap tahap siklus terdiri dari kegiatan rencana, tindakan, observasi dan refleksi.

Dalam proses penulisan tesis ini tentu menghadapi berbagai kendala yang disebabkan keterbatasan kemampuan dari penulis. Tetapi berkat semangat, doa, dorongan, dan bantuan dari banyak pihak, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati saya menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED yang telah memberi pelayanan kepada mahasiswa.

2. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED, Dr. Arif Rahman, M.Pd selaku Wakil Direktur Program Pascasarjana, dan seluruh Bapak/Ibu dosen, serta segenap pegawai Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah membimbing dan memberi pelayanan kepada mahasiswa.

(7)

4. Prof. Dr. Paningkat Siburian, M.Pd selaku pembimbing I dan Dr. Sukarman Purba, M.Pd selaku pembimbing II yang dengan tulus telah meluangkan waktu membimbing dan motivasi dalam proses penulisan tesis ini.

5. Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd selaku Narasumber I, Dr. Darwin, M.Pd, selaku Narasumber II, Dr. Saut Purba, M.Pd, selaku Narasumber II, yang telah banyak memberi kritikan dan masukan dalam perbaikan tesis ini. 6. Prof. Dr. Benjamin Situmorang, M.Pd selaku validator penelitian ini untuk

pengembangan instrument penelitian dalam pengambilan data.

7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan dan tata usaha yang telah banyak memberikan bantuan dan layanan di Program Pascasarjana UNIMED.

8. Abdul Johan, S.Pd selaku Kabid Program dan Pengembangan Mutu Pendidikan yang telah memberikan izin melaksanakan penelitian.

9. Dra. Susianti M.M, selaku Pengawas sekolah binaan bahasa Indonesia kota Medan yang telah banyak membantu untuk melakukan supervisi model klinis direktif berbasis manajemen pendidikan.

10. Syahril Harahap, S.Pd., M.M selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Medan, Dra. Hj. Irnawati, M.M selaku Kepala Sekolah SMPN 16 kota Medan, Drs. Edi Dekrit Siregar, M.Pd., MSi selaku Kepala Sekolah SMPN 32 Kota Medan, pegawai, dan secara khusus kepada seluruh guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang sudah bersedia untuk di supervisi model klinis direktif berbasis manajemen pendidikan.

(8)

Drg Heri Nainggolan/ Drg. Fridawati Pardede, Eka Dasa Ria Nainggolan, S.Pd/ R Simanullang SE, yang telah banyak memberi bantuan baik tenaga dan materi.

14. Eva/Riswan, Yosephin, Yessica, Tonggus, Valentina, Sally, Febri, Samuel, Jason, Grace, Alda, Ribka, Kezia, Anggreni, Theo, Felicia, Amel, Hans, Ian, Ester, Gita, Gwen, Metthew, Sava, Tobia serta Keluarga besar Op. Audi Tarihoran br Nainggolan yang memberi bantuan, doa dan semangat yang luar biasa.

15. Kasni, MPd selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan, serta seluruh guru-guru dan staf tata usaha yang telah membantu dan memberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan selama PBM berlangsung di sekolah.

16. Mahasiswa angkatan XXII Prodi Administrasi Pendidikan, Ernita, Tahoma, Philip, Sabar, Novita, Paskalis, Shirley, Rani, Supri, Fitri, Hamid, Asrul dan teman lain yang menjadi keluarga, sahabat yang telah memberi motivasi kepada penulis dari awal hingga akhir perkuliahan yang senantiasa membantu Penulis dalam setiap kesulitan.

Semoga semua pihak yang telah membantu Penulis dan belum dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberi kontribusi dalam penyelesaian pendidikan dan penulisan tesis ini selalu ditambahkan berkat oleh Tuhan Yang Maha Esa dalam segala hal. Akhir kata semoga tesis ini memberi kontribusi yang bermanfaat bagi pendidikan sekarang dan yang akan datang.

Medan, Agustus 2015 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoretis ... 17

1. Hakikat Kinerja Guru ... 17

2. Hakikat Supervisi Klinis dengan Pendekatan Directif Berbasis Manajemen Pendidikan ... 23

2.1.Pengawasan dalam Manajemen Pendidikan ... 23

2.2.Arti dan Pentingnya Supervisi ... 26

2.3.Supervisi Model Klinis Direktif ... 29

(10)

E. Prosedur Penelitian ... 50

F. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 58

1. Kinerja Guru……… 58

2. Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan ………. . 59

G. Evaluasi Tindakan ... 60

1. Instrumen Penilaian/Alat Pengumpulan data ... 61

2. Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 64

1. Prasiklus ... 65

2. Siklus I ... 70

3. Siklus II ... 77

B. Pembahasan ... 88

C. Keterbatasan Penelitian ... 92

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 79

B. Implikasi ... 79

C. Saran ... 80

(11)

DAFTAR GAMBAR Gambar

2. Hubungan antara Fungsi Manajemen Sekolah ... 25

3. Siklus Penelitian Tindakan Sekolah... 50

4.1 Grafik Skor Kinerja Guru pada Tahap Prasiklus ... 70

4.2 Grafik Skor Kinerja Guru pada Tahap Siklus I ... 76

4.3 Grafik Skor Kinerja Guru pada Tahap Siklus II ... 83

(12)

DAFTAR TABEL Tabel

1. Peningkatan Skor rata-rata UKG 2012 ... 25

1.1 Subyek Penelitian... 49

1.2 Skenario Kegiatan Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Menajamenen Pendidikan ... 51

1.3 Penilaian Perencanaan Pembelajaran ... 58

1.4 Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran ... 58

1.5 Penilaian Evaluasi Hasil Belajar ... 59

1.6 Penilaian Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Menajemen Pendidikan... 60

4.1 Skor Total Kinerja Guru tiap Indikator oleh Penilai pada Tahap Prasiklus ... 67

4.2. Statistik Deskriptif Data Kinerja Guru oleh Penilaian pada Tahap Prasiklus ... 68

4.3. Tingkat Kecenderungan Skor Kuantitatif Kriteria Kualitatif Skor Kinerja Guru pada Tahap Prasiklus ... 69

4.4. Tahap Pelaksanaan Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan Pada Tahap Siklus I ... 71

4.5. Skor Total Kinerja Guru tiap Indikator oleh Penilaian pada Tahap Siklus I ... 74

4.6. Statistik Deskriptif Data Kinerja Guru dari Penilaian pada Tahap Siklus I ... 75

4.7. Tingkat Kecenderungan Skor Kuantitatif Kriteria Kualitatif Skor Kinerja Guru pada Tahap Siklus I ... 76

4.8. Tahap pelaksanaan Superviai Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan pada Tahap Siklus II ... 77

4.9. Skor Total Skor Kinerja Guru dari Penilaian pada Tahap Siklus II ... 80

4.10. Statistik Deskriptif Data Kinerja Guru dari Penilaian pada Tahap Siklus II ... 81

(13)

4.11. Tingkat Kecenderungan Skor Kuantitatif Kriteria

Kualitatif Skor Kinerja Guru pada Tahap Siklus II ... 82 4.12. Skor Kinerja Guru tiap Indikator pada Tahap Prasiklus,

Siklus I, dan Siklus II ... 84 4.13. Skor Total Kinerja Guru pada Tahap Prasiklus, Siklus

I, dan Siklus II ... 86 4.14. Persentase Penilaian Supervisi Model Klinis Direktif

Berbasis Manajemen Pendidikan pada Tahap Prasiklus,

(14)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1. Instrument Penilaian Kinerja Guru ... 100 2. Lembar Obsevasi Penilaian Supervisi Model Klinis

Direktif Berbasis Menajemen Pendidikan ... 106 3. Tingkat Kecenderungan Skor Kinerja Guru ... 108 4. Skor Kinerja Guru tiap Indikator oleh Pengawas pada

Prasiklus. ... 109 5. Skor Kinerja Guru tiap Indikator oleh Kepala Sekolah pada Prasiklus 110 6. Skor Kinerja Guru tiap Indikator oleh Peneliti pada Prasiklus... 111 7. Skor Kinerja Guru tiap Indikator oleh Pengawas pada tahap Siklus I . 112

8. Skor Kinerja Guru tiap Indikator oleh Kepala sekolah ... pada Tahap Siklus I………113

9. Skor Kinerja Guru tiap Indikator oleh Peneliti ... pada Tahap Siklus I………114

10. Skor Kinerja Guru tiap Indikator oleh Pengawas pada

Tahap Siklus II ... 115 11. Skor Kinerja Guru tiap Indikator oleh Kepala Sekolah

pada Tahap Siklus II……….. ... 116 12. Skor Kinerja Guru tiap Indikator oleh Peneliti

pada Tahap Siklus II……….. ... 117 13. Skor Kinerja Guru dalam Indikator Perencanaan

Tiap Aspek dari Penilaian pada Tahap Prasiklus………. 118 14. Skor Kinerja Guru dalam Indikator Pelaksanaan

Tiap Aspek oleh Penilaian pada Tahap Prasiklus ... 119 15. Skor Kinerja Guru dalam Indikator Evaluasi

Tiap Aspek oleh Penilaian pada Tahap Prasiklus ... 121 16. Skor Kinerja Guru dalam Indikator Perencanaan

Tiap Aspek oleh Penilaian pada Tahap Siklus I……… ... 122 17. Skor Kinerja Guru dalam Indikator Pelaksanaan

(15)

18. Skor Kinerja Guru dalam Indikator Evaluasi

Tiap Aspek dari Penilaian pada Tahap Siklus I………. ... 125 19. Skor Kinerja Guru dalam Indikator Perencanaan

Tiap Aspek dari Penilaian pada Tahap Siklus II ... 126 20. Skor Kinerja Guru dalam Indikator Pelaksanaan

Tiap Aspek dari Penilaian pada Tahap Siklus II ... 127 21. Skor Kinerja Guru dalam Indikator Evaluasi

Tiap Aspek dari Penilaian pada Tahap Siklus I ... 129

22. Skor Rata-rata Kinerja Guru Tiap Indikator

Oleh Penilaian Pada Tahap Prasiklus ... 130

23. Skor Rata-rata Kinerja Guru Tiap Indikator

Oleh Penilaian Pada Tahap Siklus I ... 131

24. Skor Rata-rata Kinerja Guru Tiap Indikator

Oleh Penilaian Pada Tahap Siklus II………... ... 132

25. Dokumentasi Foto-foto Penelitian ... 133

26. Jadwal Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis

Menajemen Pendidikan terhadap Guru di SMP Negeri 1 Medan ... 145

27. Jadwal Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis

Menajemen Pendidikan terhadap Guru di SMP Negeri 16 Medan ... 146

28. Jadwal Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis

Menajemen Pendidikan terhadap Guru di SMP Negeri 32 Medan ... 147

29. Kontrak Pertemuan Supervisi Model Klinis Direktif

Berbasis Menajemen Pendidikan pada Tahap Pra-Siklus ... 148

30. Kontrak Pertemuan Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Menajemen Pendidikan di SMP Negeri Medan

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu

negara dalam meningkatkan sumber daya manusia. Sumber daya manusia

(SDM) dalam hal ini yaitu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan

sikap (atitude).

Menurut Subandi (2013) Pemerintah harus bisa meningkatkan kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM) dengan cara meningkatkan kualitas

pendidikan. Jika kualitas pendidikan dan SDM sudah mumpuni, maka

Indonesia berpeluang menjadi basis produksi dan menguasai pasar Asean

Economic Community (AEC) 2015. Berdasarkan data United Nations

Development Program (UNDP) 2011, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indonesia berada di urutan 124 dari 187 negara yang disurvei dengan indeks

0,67 %. Sedangkan Singapura dan Malaysia mempunyai indeks yang jauh

lebih tinggi yaitu 0,83 % dan 0,86 %. Indeks tingkat pendidikan tinggi

(17)

dan Malaysia yang sudah mempunyai indeks tingkat pendidikan yang lebih

baik yaitu 28 % dan 33 %.

Senada dengan pernyataan Tilaar yang dikutip oleh Ambarita (2013:

21) bahwa guru merupakan faktor dominan dalam upaya pembenahan

kualitas pendidikan melalui proses pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran

bermutu menuntut proses pendidikan yang harus berjalan dengan baik. Hal ini

dapat tercapai apabila ditangani secara profesional. Pernyataan ini

menjelaskan bahwa pencapaian tujuan pendidikan akan sangat dipengaruhi

oleh profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai

pembimbing dan fasilitator dalam menciptakan iklim kelas yang mampu

meningkatkan motivasi dan prestasi peserta didik.

Tabel 1.1. Peringkat Nilai Rata-rata UKG 2012

Sumber: Mahmun (2012)

Menurut Belferik dalam Mahmun (2012) Buruknya hasil Uji

Kompetensi Guru (UKG) 2012 di Sumatera Utara dengan peringkat ke-25

NO DAERAH PROPINSI NILAI

RATA-RATA UKG

1 DI YOGJAKARTA 50,1

2 DKI Jakarta 49,2

3 BALI 48,9

4 JAWA TIMUR 47,1

5 JAWA TENGAH 45,2

6 RIAU 43,8

7 SUMATERA BARAT 42,7

8 PAPUA 41,1

9 BANTEN 41,1

(18)

dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, hal ini menunjukkan rendahnya

kualitas guru dan pendidikan di daerah. Hasil pelaksanaan UKG yang digelar

pada akhir Februari 2012, meraih nilai rata rata 37,4, jauh dari rata-rata

Nasional sebesar 42,25. Sumatera Utara termasuk salah satu kota terbesar di

Indonesia, tetapi hasil ini jauh berbeda dengan provinsi lainnya seperti terlihat

dalam tabel 1.1.

Menurut Nuh dalam Kompas (2012) Selain Penilaian Ujian

Kompetensi Guru (UKG), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemendikbud) telah menyiapkan instrumen lain untuk menguji dan

mengukur kinerja para guru pada 2013. Pengukuran kinerja guru ini juga

akan dilakukan per individu sama seperti yang diterapkan pada UKG.

Pasalnya, pengukuran kinerja guru ini terkait langsung pada performa

individu guru tersebut. Pengukuran kinerja ini juga tidak bisa sampling, tetapi

bukan berarti juga satu guru diawasi satu orang selama mengajar. Banyak

indikator yang akan digunakan untuk menilai kinerja guru ini. Salah satu

indikator yang akan masuk dalam kriteria penilaian kinerja guru adalah

kedatangan guru untuk mengajar. Tidak cukup hanya datang, terlambat juga

masuk dalam penilaian. Kalau guru terlambat, anak-anak yang rugi, misal

satu jam mata pelajaran 35 atau 40 menit, jika guru telat 10 menit saja sudah

25-30 persen yang hilang. Indikator pengukuran dititikberatkan pada

efektivitas guru mengajar dengan melihat prestasi peserta didik yang diajar

sesuai dengan mata pelajaran atau kelasnya dan sekolah tempat guru tersebut

mengajar. Guru menjadi pemegang peran utama dalam kegiatan belajar

(19)

mengajar sangat tergantung daripada mutu dan profesionalisme guru sebagai

tenaga pendidik dalam mengatur segala kegiatan yang berhubungan dengan

aktifitas instruksional.

Berdasarkan pernyataan di atas disimpulkan bahwa keberhasilan

guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik tentu menjadi penentu

kualitas hasil pendidikan itu sendiri. Guru menjadi pihak yang

paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses belajar

mengajar di sekolah, sehingga guru harus memiliki kemampuan dalam

merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran di kelas. Guru

harus bekerja sesuai dengan tanggung jawab dan kewajibannya. Dengan

demikian, kemampuan yang dimiliki seorang guru baik dalam kompetensi

maupun kemampuan profesionalnya menjadi penentu tinggi rendahnya

kinerja guru. Kinerja guru di sekolah terlihat dari hasil kompetensi

pedagogik, professional, sosial, dan keperibadian . Keberhasilan dapat juga

dilihat dari perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan peran dan tugas

guru di sekolah, perilaku tersebut terkait dengan proses pencapaian hasil kerja

yang dicapai.

Terkait dengan masalah kinerja menurut Ondi dan Suherman (2009:

21), kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam

melaksanakan tugas dan atau pekerjaannya yakni mengajar. Oleh karena itu

mengajar bagi seorang guru memerlukan tanggung jawab moral yang berat

dan menjadi suatu kewajiban guru dalam melaksanakan tugas profesinya.

Menurut Sagala (2011: 38) kinerja guru selama ini belum optimal,

(20)

seharusnya dapat melakukan inovasi pembelajaran. Sebaliknya, inovasi

pembelajaran bagi guru relatif tertutup dan kreatifitas dinilai bukan bagian

dari prestasi. Sehingga kemampuan guru tidak dapat berkembang, hal ini

disebabkan karena guru belum menguasai materi bidang studinya sendiri,

pedagogik, didaktik, dan metodik keahlian pribadi dan sosial, khususnya

berdisiplin dan bermotivasi, kurangnya kerja tim antara sesama guru dan

tenaga pendidik lainnya.

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan

kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam melaksanakan tugas disekolah,

dimana guru dituntut memiliki tanggung jawab dalam pekerjaannya. Namun

kenyataannya kinerja guru saat ini masih belum sesuai dengan harapan semua

pihak, guru belum menunjukkan kemampuan yang optimal, prestasi yang

rendah, kesadaran sebagai seorang pendidik belum terlihat dari perilaku

seorang guru yang mengakibatkan kemampuan guru tidak dapat berkembang.

Kurangnya kemampuan yang dimiliki guru tentu akan berpengaruh juga

terhadap kualitas siswa yang dihasilkan serta mutu pendidikan yang rendah.

Menurut Ambarita dan Siburian (2013: 98) mutu pendidikan yang

dialami bangsa Indonesia pada saat ini tidak terlepas dari masalah manajemen

supervisi akademik yang dilakukan pengawas dan kepala sekolah. Objek

materi manajemen pendidikan merupakan sisi manajemen yang mengatur

seluruh kegiatan pendidikan, yakni perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan. Salah satu fungsi manajemen yang diutarakan

di atas adalah pengawasan (controlling) dalam konteks manajemen

(21)

Pengawasan (controlling) menurut Robbins (1997:247) dapat

diartikan sebagai proses kegiatan monitoring untuk meyakinkan bahwa semua

kegiatan organisasi terlaksana seperti yang direncanakan dan sekaligus juga

merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan

adanya penyimpangan yang akan menganggu pencapaian tujuan.

Selanjutnya menurut Aedi (2014: 3) bahwa pengawasan berkenaan

dengan aktivitas memastikan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

rencana dan dapat dicapai tujuan. Dimana pengawasan dalam konteks

manajemen secara umum menjadi rujukan dasar dalam kegiatan pelaksanaan

pengawasan pendidikan. Istilah pengawasan atau supervisi dalam

kelembagaan pendidikan diidentikkan dengan pengawasan professional yang

dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang kerjanya,

memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekedar pengawas

biasa. Dirumuskannya arti dan maksud kepengawasan pendidikan sebagai

usaha memajukan sekolah yang bersifat kontiniu dengan cara membina,

memimpin, dan menilai pekerjaan kepala sekolah, guru dalam usaha mereka

mempertinggi mutu pendidikan yang diberikan kepada murid dengan

perantara perbaikan situasi belajar mengajar kearah terjelmanya tujuan

pendidikan.

Menurut Syaiful (2010: 138) pengawas merupakan jabatan resmi

bidang pendidikan yang ada di Indonesia untuk melakukan pemantauan atas

pelaksanaan manajemen sekolah dan pelaksanaan belajar mengajar di kelas.

Dengan kata lain, pengawas adalah menjaga agar kegiatan pendidikan,

(22)

digariskan. Pengawas merupakan tenaga kependidikan yang peranannya

sangat penting dalam membina kemampuan profesional tenaga pendidik.

Menurut Sudjana (2006: 2) pengawas sekolah berfungsi sebagai

supervisor, baik supervisor akademik maupun supervisor manajerial. Sebagai

supervisor akademik, pengawas sekolah berkewajiban untuk membantu

kemampuan profesional guru agar guru dapat meningkatkan mutu proses

pembelajaran. Sedangkan sebagai supervisor manajerial, pengawas

berke-wajiban membantu kepala sekolah agar mencapai sekolah yang efektif. Hal

ini secara tidak langsung kinerja pengawas sekolah tentu akan mempengaruhi

profesionalisme guru di sekolah. Pengawas merupakan orang pertama dari

luar sekolah yang secara tugasnya membimbing guru secara langsung.

Pengawas sekolah punya akses langsung memperbaiki kinerja guru di dalam

kelas. Pengawas dapat melihat bagaimana pendekatan, perangkat dan media

pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam suatu pengajaran.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan menjadi

bagian dari manajemen pendidikan, di mana pengawasan merupakan kegiatan

memonitoring. Kegiatan ini bertujuan meyakinkan atau memastikan bahwa

kegiatan organisasi terlaksana sesuai rencana. Pengawasan juga merupakan

kegiatan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan seseorang, aktivitas

ini memastikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan dapat

dicapai tujuan. Pelaksanaan pengawasan harus dilakukan oleh pengawas

professional yang memahami betul kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang

kerjanya, memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekedar

(23)

memajukan sekolah dengan pembinaan atau melakukan penilaian terhadap

pekerjaan seseorang agar sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan.

Pengawasan atau supervisi adalah kegiatan untuk mengetahui

kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi

hasil belajar di kelas. Pelaksanaan supervisi berdasarkan aturan yang

disepakati anytara pengawas dengan guru sebelumnya. Beberapa tahap siklus

direncanakan untuk terus memperbaiki kelemahan guru dalam merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran di kelas. Setiap pelaksanaan

supervisi tentu akan dilakukan penilaian berdasarkan instrument penilaian

kompetensi guru. Dari hasil penilaian akan disimpulkan data peningkatan

kinerja guru. Sebelum kinerja belum mencapai criteria yang ditentukan,

pelaksanaan supervisi melalui tahap siklus akan terus dilakukan perbaikan

melalui siklus tahap berikutnya.

Pelaksanaan supervisi yang baik tentu akan terlihat dari kesiapan guru

melaksanakan pembelajaran di kelas. Kelemahan Supervisi yang dilakukan

oleh pengawas berpengaruh terhadap kemajuan seorang guru. Diharapkan

pelaksanaan supervisi dapat bermanfaat dan tepat sasaran, sehingga

permasalahan guru akan terselesaikan berangsur-angsur. Senada dengan hal

tersebut menurut Semiawan dalam Imron (1995) beberapa aspek yang

mengakibatkan kegiatan supervisi kurang bermanfaat karena sistem supervisi

kurang memadai dan sikap mental dari supervisor yang kurang sehat, antara

lain: (1) supervisi masih menekankan pada aspek administratif dan

mengabaikan aspek profesional, (2) tatap muka antara supervisor dan

(24)

sehingga banyak dibutuhkan bekal tambahan agar dapat mengikuti

perkembangan baru, (4) pada umumnya masih menggunakan jalur satu arah

dari atas ke bawah, dan (5) potensi guru sebagai pembimbing kurang

dimanfaatkan. Sedangkan dikaji dari sikap mental yang kurang sehat dari

supervisor terlihat beberapa indikasi, yaitu; (1) hubungan profesional yang

kaku dan kurang akrab akibat sikap otoriter dari supervisor, sehingga guru

takut bersifat terbuka kepada supervisor, (2) banyak supervisor dan guru

merasa sudah berpengalaman, sehingga merasa tidak perlu lagi belajar, (3)

supervisor dan guru merasa cepat puas dengan hasil belajar siswa.

Sebelum penelitian ini dilaksanakan peneliti telah melakukan

wawancara dengan beberapa pengawas di Dinas Pendidikan Kota Medan

khususnya pengawas dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Ditemukan

beberapa guru masih memiliki masalah berupa kelemahan dan kekurangan.

Masalah yang ditemukan sangat bervariasi, seperti : (1) Guru cenderung

tertutup, malu dan tidak mau berdiskusi untuk berbagi pengalaman dengan

guru-guru seprofesinya atau atasannya dalam hal ini kepala Sekolah; (2) Guru

kurang mampu merencanakan pembelajaran seperti silabus dan RPP sesuai

kurikulum disekolah; (3) Guru belum mampu menentukan modul/metode

pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran atau kondisi siswa; (4) Guru

belum mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan

ilmu dan pengetahuan; (5) Guru belum mampu mengevaluasi hasil belajar

siswa dengan format yang sudah ditentukan berdasarkan kurikulum yang

sudah diterapkan disekolah masing-masing; (6) Guru jarang mengikuti

(25)

pengetahuan; (6) Guru merasa terbebani kehadiran pengawas di kelas pada

saat pelaksanaan supervisi oleh pengawas; (7) Guru kurang respon dengan

penilaian kinerja oleh pengawas atau pun kepala sekolah; dan (8) Guru tidak

memiliki kemampuan untuk meningkatkan kompetensi sebagai guru sehingga

kinerja yang diharapkan tidak terpenuhi.

Masalah yang ditemukan di atas berpengaruh terhadap kinerja guru di

sekolah. Tujuan pendidikan yang diharapkan tidak akan tercapai karena

rendahnya kinerja guru. Pengaruh nyata yang dialami siswa dapat dilihat dari

rendah hasil ujian nasional khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Hasil UN bahasa Indonesia yang rendah jika dibandingkan mata pelajaran

matematika dan Bahasa inggris. Ulasan PAB (2012) nilai UN Bahasa

Indonesia 8,50 lebih rendah dibanding mata pelajaran bahasa Inggris,

matematika yang mencapai nilai 9,43.

Masalah tersebut di atas tentu menjadi tanggung jawab semua pihak,

tetapi guru menjadi pihak paling bertanggung jawab karena pihak

bersentuhan langsung dengan siswa. Namun, guru yang memiliki kinerja

rendah menjadi tanggung jawab pengawas dan kepala sekolah sebagai atasan

guru. Sebagai atasan, tentu mereka harus mengetahui dan memahami

penyebab rendahnya kinerja guru. Pengawas sebagai pihak yang paling

bertanggung jawab membina, membimbing dan mengarahkan setiap masalah

yang dihadapi guru dituntut lebih koperatif dalam hal ini. setiap permasalah

guru menjadi catatan bagi pengawas untuk segera memperbaikinya. Untuk

mengatasi permasalahan tersebut salah satunya dengan melaksanakan

(26)

dikemukakan di atas akan terlihat data peningkatan kinerja setiap guru.

Disamping itu, kegiatan supervisi sangat membantu guru menilai diri sendiri

dan mengetahui kelemahan dan kekurangan guru berdasarkan catatan

pengawas tadi selama supervisi berlangsung.

Supervisi yang diterapkan terhadap guru harus didasari pertimbangan

untuk disepakati antara pengawas dan guru yang bersangkutan. Namun,

sesuai dengan gejala permasalah yang ditemukan berdasarkan hasil

wawancara dan observasi maka peneliti merencanakan supervisi model klinis

dengan pendekatan direktif. Supervisi klinis adalah model supervisi yang

tepat untuk memecahkan dengan upaya memperbaiki kelemahan dan

kekurangan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan evaluasi

pembelajaran di kelas.

Supervisi klinis diartikan sebagai bantuan profesional yang diberikan

kepada guru yang mengalami masalah dalam melaksanakan pembelajaran

agar guru tersebut dapat mengatasi masalah yang dialaminya berkaitan

dengan proses pembelajaran. Waller dalam Solo (1983) berpendapat

bahwa suprvisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan

pembelajaran dengan menjalankan siklus yang sistematis dari tahap

perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi dengan analisis yang intensif

terhadap proses pembelajaran. Sedangkan menurut Keith Acheson dan

Meredith D'Gall dalam Mulyana (2015) supervisi klinis adalah proses

membantu guru memperkecil jurang antara tingkah laku mengajar nyata

dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Supervisi klinis merupakan

(27)

dalam pemeblajaran agar guru yang bersangkutan dapat mengatasi

masalahnya dengan menempuh langkah yang sistematis mencakup tahap

perencanaan, tahap pengamatan dan tahap analisis dan tindak lanjut, dengan

tujuan secara khusus adalah : (1) guru memiliki keterampilan dalam

mendiagnosis kesulitan pembelajaran dan mencari solusi pemecahannya, (2)

guru memiliki keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan strategi yang efektif, dan (3) guru memiliki sikap yang positif.

Selanjutnya Menurut Sahertian (2008: 44) Pendekatan direktif

merupakan cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung.

Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku

supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman

terhadap psikologi behaviorisme, segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu

respon terhadap rangsangan / stimulus. Oleh karena guru ini mengalami

kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bereaksi. Supervisor

dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment).

Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor seperti :

menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolak

ukur, dan menguatkan.

Nenurut Novita (2014) dalam Jurnal Digital Respository UNIMED

menyimpulkan bahwa: Kinerja guru SMP Negeri Kabupaten Serdang

Bedagai meningkat setelah dilakukannya Supervisi Model Klinis oleh

Pengawas dan Kepala Sekolah. Supervisi tersebut dinilai dapat membantu

(28)

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, supervisi model klinis

direktif yang diterapkan dapat menyelesaikan permasalahan guru secara

bertahap melalui beberapa siklus. Masing-masing siklus ini terdari empat

kegiatan, seperti yang dikemukakan menurut Mulyasa (2009: 73) terdiri dari :

Rencana, Tindakan, Observasi, dan Refleksi. Setiap kegiatan dilaksanakan

sesuai dengan skenario yang disepakati sebelum pelaksanaan supervisi dalam

tiap siklus. Hasil pelaksanaan dilakuan penilaian, hasil penilaian menemukan

kesimpulkan akan perolehan skor ketuntasan sesuai dengan yang ditentukan.

Dengan demikian, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul:

Implementasi Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen

Pendidikan untuk Meningkatkan Kinerja Guru dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia di SMP Negeri Kota Medan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa

masalah yang berkaitan dengan peningkatan kinerja guru: (1) Apakah

rendahnya nilai UKG berpengaruh terhadap kinerja guru yang rendah; (2)

Apakah rendahnya mutu pelaksanaan supervisi berpengaruh terhadap kinerja

guru ?; (3) Apakah rendahnya kemampuan guru merencanakan pembelajaran

di kelas berpengaruh terhadap kompetensi guru ? (4) Apakah pemilihan

teknik model supervisi dan pendekatan yang kurang tepat sesuai masalah

guru berpengaruh terhadap kinerja guru ?; dan (5) Apakah supervisi model

klinis direktif berbasis manajemen pendidikan berpengaruh terhadap

(29)

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini banyak hal yang terkait dengan kinerja guru dan

supervisi model klinis direktif, maka yang menjadi batasan masalah

berdasarkan identifikasi masalah di atas adalah : Supervisi Model Klinis

Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan untuk meningkatkan kinerja guru

dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Supervisi Model klinis merupakan

salah satu model yang tepat untuk memperbaiki pengajaran di kelas.

Pendekatan direktif merupakan pendekatan langsung dengan guru,

pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan

arahan langsung, dengan tujuan agar guru yang mengalami problem perlu

diberi rangsangan langsung agar ia bisa bereaks.

Pembatasan ini juga bukan berarti mengabaikan pengaruh faktor lain,

akan tetapi dengan pertimbangan waktu dan kemampuan peneliti yang belum

memungkinkan untuk meneliti keseluruhan variabel yang berpengaruh

terhadap kinerja guru. Yang menjadi objek penelitian adalah guru-guru dalam

pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri Kota Medan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah sebagai

berikut: Apakah Implementasi Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis

Manajemen Pendidikan dapat Meningkatkan Kinerja Guru dalam

(30)

E. Prosedur Pemecahan Masalah

Dalam penelitian tindakan sekolah ini yang menjadi prosedur

pemecahan masalah adalah Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis

Manajemen Pendidikan direncakana melalui pra siklus, siklus I, siklus II,

setiap siklus mencakup: Rencanaan –Tindakan – Pengamatan – Refleksi.

Melalui Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan ini

diharapkan dapat meningkatkan Kinerja Guru dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia.

F. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk meningkatkan Kinerja

Guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Implementasi Supervisi

Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen Pendidikan.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan memberi manfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis.

1. Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan

kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang

penelitian khususnya dalam dunia pendidikan.

2. Manfaat praktis

a. Kepala Dinas Pendidikan terus melakukan sosialisasi

pelaksanaan supervisi oleh pengawas, serta lebih mampu

memberikan informasi yang tepat dalam menentukan kebijakan-

(31)

b. Pengawas, agar terus menggali ilmu pengetahuan, wawasan

mengenai prosedur, pedoaman dan peraturan pemerintah yang

mengatur pelaksanaan supervisi melalui kelikutsertaan dalam

pelatihan, diskusi, lokakarya yang diadakan oleh pemerintah

atau lembaga, sehingga pengawas lebih memahami pelaksanaan

supervisi model klinis direktif terhadap guru.

c. Kepala sekolah, terus melakukan bimbingan atau pembinaan

terhadap guru-guru di sekolah dengan tujuan mendorong guru

lebih berprestasi agar dapat meningkatkan kinerja guru.

d. Guru terus menyesuaikan diri dengan pelaksanaan supervisi di

sekolah oleh pengawas agar kemampuan guru dalam

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar

dapat tercapai, sehingga kinerja guru semakin baik.

e. Peneliti menjadi termotivasi melakukan kajian lain yang dapat

bermanfaat, sehingga menjadi bahan pertimbangan atau acuan

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan hasil Penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :

tahap Pra Siklus skor rata-rata kinerja guru sebesar 28.27 dengan persentase

50.48 %, pada tahap Siklus I skor rata-rata nilai kinerja guru sebesar 39.42

dengan persentse 70.40 %, pada tahap Siklus II skor rata-rata kinerja guru

sebesar 49.36 dengan persentase 88.13 %, di mana pada tahap siklus II

(rencana – tindakan – observasi - refleksi) disimpulkan bahwa kemampuan

guru dalam menyusun RPP tergolong tinggi, memilih metode yang tepat, dan

melengkapi instrument, hasil penilaian tersebut memberikan umpan balik

terhadap guru. Tahap refleksi disimpulkan bahwa siklus II sudah tuntas

dengan nilai ketuntasan ≥ 80 %. Implementasi Supervisi Model Klinis Direktif

Berbasis Manajemen Pendidikan dapat Meningkatkan Kinerja Guru.

B.Implikasi

Berdasarkan kesimpulan dan temuan pada penelitian bahwa

implementasi supervisi model klinis direktif berbasis manajemen pendidikan

dapat meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di

SMP Negeri Kota Medan. Maka implikasi dari penelitian adalah sebagai

berikut :

1. Jika ingin meningkatkan kinerja guru di sekolah khususnya guru dalam

(33)

melakukan penerapan Supervisi Model Klinis Direktif Berbasis Manajemen

Pendidikan oleh pengawas maupun kepala sekolah.

2. Jika ingin meningkatkan kinerja guru, maka guru-guru harus berani

melakukan perubahan pandangan terhadap pelaksanaan supervisi di sekolah,

sehingga kekurangan dan kelemahan guru dapat diatasi dengan model dan

pendekatan supervisi yang sesuai.

3. Jika ingin meningkatkan kinerja guru, pengawas sebagai supervisor harus

menerapkan supervisi model klinis direktif sesuai dengan langkah-langkah

supervisi yang sistematik, sehingga setiap siklus dapat dilaksanakan dengan

baik.

4. Jika ingin meningkatkan pengetahuan tentang supervisi model klinis direktif

berbasis manajemen pendidikan, maka pengawas harus menambah

pengetahuan dan wawasan melalui pelatihan, seminar, lokakarya dan diskusi

dengan rekan kerja.

5. Dengan diterapkannya Implementasi Supervisi Model Klinis Direktif

Berbasis Manajemen Pendidikan untuk meningkatkan kinerja guru, maka

perlu kerja sama antara guru, kepala sekolah, pengawas dan dinas

pendidikan sebagai sarana informasi.

C.Saran

Dari hasil temuan Penelitian Tindakan Sekolah diajukan saran sebagai

berikut:

1. Kepala Dinas Pendidikan menjadi sarana informasi bagi guru-guru, di mana

(34)

supervisi guru secara berkala, serta tindak lanjut dari penilaian kinerja guru

yang nyata tidak hanya sebatas proyek tahunan.

2. Pengawas harus menggali informasi tentang kebutuhan guru tentang

pelaksanaan supervisi dan mengembangkan pengetahuan, mengikuti

pelatihan tentang pelaksanaan supervisi model klinis direktif yang dapat

membantu guru menyelesaikan permasalahan di kelas, sehingga

permasalahan yang timbul dapat diatasi dengan cepat tidak dibiarkan

berlarut-larut.

3. Kepala sekolah menambah pengetahuan tentang pelaksanaan supervisi di

sekolah agar setiap pelaksanaan supervisi rutin dilaksanakan untuk

mengetahui persoalan yang dialami guru dalam proses belajar mengajar di

kleas.

4. Guru harus menambah wawasan tentang supervisi dengan memperbanyak

referensi buku untuk memperkaya ilmu pengetahuan dalam mempersiapkan

diri pada waktu pelaksanaan penilaian kinerja guru melalui supervisi model

klinis direktif yang nantinya semakin meningkatkan kinerja guru yang lebih

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Aedi, Nur. 2014. Pengawasan Pendidikan (Tinjauan Teori dan Praktik). Jakarta:

Raja Grafindo Persada

Ambarita, Biner. ”Pengaruh Kepemimpinan, Manajemen Personalia, Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja

Dosen Di UNIMED”. Disertasi. Medan: Program Doktor UNIMED

Ambarita, Binner dan Paningkat Siburian. “Pengembangan Disain Model Supervisi

Akademik Berbasis Manajemen Pendidikan”. Jurnal Penelitian Bidang

Pendidikan. Medan: Pascasarjana UNIMED

Ambarita, Biner, Dkk.2014. Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta.

---. 2013. Manajemen dalam Kisaran Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-dasar Supervisi.Jakarta: Rieneka Cipta

Burhanudin, Yusak. 1998. Administrasi Pendidikan Untuk Fakultas Tarbiya

Komponen MKNK. Bandung: Pustaka Setia

---. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia

Harahap, Burhanudin. 1983. Supervisi Pedidikan yang Dilaksanakan oleh Guru,

Kepala Sekolah, Penilik, dan Pengawas. Jakarta: Damai Jaya

Darmadi, Hamid. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta

Depdiknas. 2005.Undang-Undang Guru dan Dosen. Jakarta: Balai Pustaka

---. 2008. Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas. Jakarta:

BalaiPustaka

---. 2014.Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

Dewi Ristiyani. 2014. “Implementasi Supervisi Akademik Model Klinis Dalam

Meningkatkan kinerja guru SMP di Kota Tebing Tinggi”. Tesis. Medan:

Pascasarjana UNIMED

(36)

Dipendikpora. 2014. “Penilaian Kinerja Guru Mata Pelajaran”. Dfat. Deli Serdang: SMK N 1 PercutSei Tuan

Gibson, James. L.1997. Organisasi dan Manajemen,Perilaku Struktur Proses.

Terjemahan Djoerban Wahid. Jakarta : Erlangga.

Hanum, H. 2007. “Implementasi Supervisi Klinis dan pemberian Motivasi Kepala Sekolah untuk Peningkatan Kinerja Guru SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang”. Tesis. Medan:Pascasarjana UNIMED.

Hasibuan. Malayu S.P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: BumiAksara

Imron, Ali. 1995. Pembinaan Guru di Indoensia. Malang: Pustaka Jaya

---. 2012. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi

Aksara

Jurnal Asia. 2014. (http://www.jurnalasia.com/2014/10/24/kompetensi-rendah-guru--di-sumut-kejar-setoran/)

Kemendikbud. 2013. Supervisi Pembelajaran pada Kurikulum 2013. Jakarta:

Kemendikbud

Kreitner, Robert; dan Kinicki, Angelo. 2001. Organization Behavior. New York:

McGraw-Hill Companies, Inc.

Lukman, Ali. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Mahmun. 2012. https://mahmun.wordpress.com/2012/03/22/kualitas-guru-rendah-hasiluka-sumut-hanya-di-peringkat-25-dari-33-provinsi/

Manca. 2005. ”Peranan Supervisi Kepala Sekolah Dalam Rangka Meningkatkan

Profesionalisme Guru SMP, SMA, SMK Se Kabupaten Buleleng”. Seminar

Supervisi Klinis. Singaraja: Pascasarjana Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja

Mangku, prawira S dan A Vitalaya Hubeis. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia

Masaong, Kadim. 2013. Supervisi pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas

(37)

Mitrani, Alain et. al. 1995. Anajemen Sumber Daya Manusia Berdasarkan Kompetensi. Terjemahan Dadi Pakar. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti

Nuh, Muhamad. 2012.

http://edukasi.kompas.com/read/2012/10/23/13080882/Tak.Hanya.Kompetens

i..Kinerja.Guru.Juga.Akan.Diuji

Nurhayati, Djamas. 2000. Pedoman Pelaksanaan Supervisi. Jakarta: Departemen

Agama RI Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam

Pidarta, Made. 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Mulyasa, E. 2010. Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Musfah, Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Novita. 2014. “Implementasi Supervisi Klinis dengan Pendekatan Directif untuk Meningkatkan Kinerja Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP

Negeri Kabupaten Serdang Bedagai”. Tesis. Medan: Pascasarjana UNIMED

Permendiknas. 2007. Standart Proses Ketercapaian Instrumen Penilaian Kinerja

Guru. Permendiknas No. 14 tahun 2007. Jakarta: Permendiknas

Permendiknas. 2007. Penugasan Pengawas Satuan Pendidikan. Permendiknas No.

12 tahun 2007. Jakarta: Permendiknas

Purwanto, Ngalim. 2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:

Rosdakarya

PMPTK. 2008. Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan

Departeman Pendidikan Nasional

Sagala, Syaiful. 2011. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.

Bandung: Alfabeta.

---. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.

Bandung: Alfabeta.

Sagala, Syaiful.,YasaraTodoWau, Irsan Rangkuti. 2014. “Supervisi Pendidikan”

Catatan Perkuliahan. Medan: Pascasarjana UNIMED

Sahertian, Piet. A. 2000. Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam

(38)

---. 2008. Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

---. 2010. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sulo, Sulu Lipu La. 1998. Supervisi Klinis Pendekatan Bimbingan dalam Penyelenggaraan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti PPGSM

Ridho Syukro. 2013. (http://m.beritasatu.com/pendidikan/144143-kualitas-pendidikan-di-indonesia-masih-rendah.html)

Robbins, Stephen. P. 1997. Perilaku Organisasi. Terjemahan Indeks Kelompok.

Jakarta: Gramedia

---. 2002. Perilaku Organisasi. Terjemahan Benjamin M. Jakarta: Indeks

Saondi, O dan Suherman. 2009. Etika Profesi Keguruan. Kuningan: PT Refika

Aditama

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Supardi. 2013. Kinerja Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sutisna, Oteng. 1989. Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa

Sulo, Sulu Lipu La. 1998. Supervisi Klinis Pendekatan Bimbingan Dalam

Penyelengaraan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Jakarta:

Depdikbud Dirjen Dikti PPGSM

Tilaar. H. A. R. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta

Usman, Husaini. 2013. Manajemen Teori,Praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta :

Bumi Aksara.

Veithzal, Rivai. 2004. Performance Appraisal. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Widyastuti. Endah. 2013. Supervisi Klinis Non Direktif. Jakarta : Scribd.

William. J. Clifton. 1978. Human Behavior in Organization. Ohio: South Western

Gambar

Gambar
Tabel
Tabel 1.1. Peringkat Nilai Rata-rata UKG 2012

Referensi

Dokumen terkait

Melalui pembahasan nilai nilai bela Negara ini lah, pihak Universitas PGRI Palembang berupaya untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa bahwa upaya menjaga

Dukungan informasi melalui pendidikan seks yang baik pada anak remaja dimungkinkan akan berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja, termasuk tingkat pengetahuan dan

Artinya, hasil penghitungan tersebut merujuk pada peningkatan yang signifikan dari prates ke pascates di kelas eksperimen dengan menggunakan metode grup investigasi

[r]

Confirmation and classification of carbapenemases according to Ambler can be done with combination of phenotypic methods, i.e., Modified Hodge Test (MHT), Sodium

Jika individu sering tidak mampu mengendalikan emosi negatifnya, maka individu tersebut akan cenderung merasa terancam dalam menyikapi tuntutan dari lingkungannya, baik lingkungan

[r]

The Indonesian side will bear the expenditure of operation and maintenance for the Chinese, Indonesian and English versions of the website, which include expenses for