• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) semakin nyata menjadi masalah kesehatan

utama diseluruh dunia (Yasin dkk., 2011). Prognosis infeksi HIV telah mengalami perbaikan secara dramatis setelah pada tahun 1996 ditemukannya Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART) atau kombinasi obat antiretroviral (ARV) yang

mempunyai aktivitas tinggi (Jensen-Fangel, 2004). Pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang menakutkan karena adanya terapi ARV (Kemenkes RI, 2011 ).

Penggunaan ARV dengan kepatuhan tinggi akan membuat dosis ARV terjaga pada konsentrasi yang dapat menekan replikasi HIV dalam sel yang terinfeksi untuk menurunkan viral load dan meningkatkan jumlah CD4 sehingga diharapkan dapat memperbaiki sistem imun dan perkembangan penyakit HIV bisa dihambat (Tjokroprawito dkk., 2015).

Selain dikaitkan dengan penghambatan replikasi virus kurangnya kepatuhan terhadap ARV dapat menyebabkan resistensi terhadap obat ARV (Tjokroprawito dkk., 2015). Penelitian menunjukkan bahwa untuk mencapai tingkat supresi virus yang optimal setidaknya 95 % dari semua dosis tidak boleh terlewatkan terutama untuk regimen dengan kombinasi Protease Inhibitor (PI) (Paterson dkk., 2000). Adherence atau kepatuhan harus selalu dipantau dan

(2)

dievaluasi secara teratur serta didorong pada setiap kunjungan (World Health Organization, 2013).

Hasil meta analisis terhadap penelitian tentang kepatuhan dari 53 negara (tidak termasuk Indonesia) dan 10.725 pasien HIV/AIDS menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan obat ARV pada pasien HIV/AIDS masih bermasalah dimana rata-rata kepatuhan terendah ada di Negara Amerika bagian Utara (53%), Eropa (62%), Amerika bagian Selatan (63%), dan yang tertinggi adalah Africa (84%) dan Asia (84%) (Kim dkk., 2014). Di Indonesia data tentang kepatuhan masih sedikit dan diantaranya masih menunjukkan tingkat kepatuhan yang rendah (Weaver dkk., 2014).

Saat ini tantangan yang harus dihadapi oleh pasien dan penyedia layanan kesehatan adalah berkaitan dengan kepatuhan (Olowookere dkk., 2016).

Kegagalan terapi ARV sering diakibatkan oleh ketidakpatuhan pasien mengkonsumsi ARV (Hansana dkk., 2013). Menurut Dyrehane dkk (2015) bahwa salah satu penyebab ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan obat ARV adalah karena kurangnya pengetahuan mengenai HIV dan terapi ARV selain efek samping obat dan lupa. Hasil penelitian Nelsen dkk (2013) menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai HIV dapat mempengaruhi kepatuhan terapi ARV.

Berbagai cara dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan minum obat ARV mulai dari pemberian informasi dan edukasi, penyuluhan, membuat booklet atau leaflet, membuat rencana terapi, meminimalkan efek samping, menunjuk Pengawas Minum Obat (PMO), membina

(3)

hubungan baik antara petugas kesehatan dan pasien (Kemenkes RI, 2011). Bahkan rekomendasi yang terbaru adalah dengan menggunakan pesan lewat mobile phone (World Health Organization, 2013).

Salah satu tempat yang memberikan pelayanan kepada pasien HIV/AIDS di Kalimantan Timur adalah klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda. Berdasarkan peta epidemik HIV di Indonesia tahun 2014 sebanyak 15 provinsi di Indonesia memiliki jumlah kasus HIV > 440, meliputi seluruh provinsi di pulau Jawa, Bali dan Pulau Papua serta beberapa provinsi di Sumatra (Sumatra Utara dan Riau), Kalimantan (Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur), dan satu provinsi di Sulawesi Selatan (Kemenkes RI, 2015). Kasus HIV/AIDS yang terus meningkat dikarenakan perilaku seks yang menyimpang, penyalahgunaan Narkotika Psikotropika Zat adiktif (NAPZA) dan transmisi dari ibu ke janin.

Berdasarkan data klinik VCT sampai dengan Juli 2016 diketahui pasien yang dilayani ada sebanyak 404 pasien setiap bulannya dan jumlah pasien selalu mengalami peningkatan. Klinik VCT mempunyai tim Care Suport Treatment (CST) yang beranggotakan tenaga kesehatan dokter, perawat dan apoteker.

Apoteker sebagai salah satu profesi kesehatan dan anggota dalam tim CST RSUD A.Wahab Sjahranie perlu lebih meningkatkan perannya dalam edukasi kepada pasien, sehingga peran apoteker tidak terbatas hanya pada manajemen obat ARV.

Apoteker dapat melaksanakan perannya dalam memberikan pelayanan kefarmasian yang lebih luas yaitu edukasi. Apoteker dapat memberikan edukasi yang diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan minum obat dan lain-lain terkait

(4)

peran apoteker farmasi klinik. Selain itu diharapkan dapat membangun kesadaran, kemauan dan peningkatan kemampuan pengetahuan apoteker dalam pelayanan kefarmasian pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).

Dengan terlibatnya apoteker untuk memberikan edukasi tentang obat dan kepatuhan secara intensif kepada pasien HIV/AIDS secara berkolaborasi dengan dokter dan perawat diharapkan akan meningkatkan outcome klinik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh intervensi edukasi oleh apoteker terhadap tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan pasien dan mengetahui hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan demi tercapainya outcome klinik yang lebih baik.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan, dapat dilakukan perumusan masalah yaitu :

1. Apakah edukasi yang diberikan oleh apoteker dapat meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan menggunakan terapi obat Antiretroviral (ARV) pada pasien HIV/AIDS di RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda?

2. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan pada pasien HIV/AIDS yang menggunakan terapi antiretroviral (ARV) di RSUD. A.

Wahab Sjahranie Samarinda ?

(5)

C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari adanya penelitian ini yaitu:

1. Sumber informasi bagi para tenaga kesehatan, pasien HIV/AIDS maupun masyarakat mengenai pengaruh edukasi pada tingkat pengetahuan dan kepatuhan menggunakan obat ARV pada pasien HIV/AIDS

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peran Apoteker untuk melakukan peran aktif bersama dengan tenaga kesehatan yang lain dalam meningkatkan kepatuhan pasien HIV/AIDS pada terapi ARV.

3. Bahan evaluasi terhadap pelaksanaan program Millenium Development Goals (MDGs) Dinas Kesehatan mengenai Pengendalian dan Penanganan HIV/AIDS di RSUD A.Wahab Sjahranie Samarinda Kalimantan Timur periode tahun 2016/2017.

4. Sumber pustaka dalam perumusan kebijakan dan untuk penelitian selanjutnya.

D. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh edukasi yang diberikan oleh apoteker terhadap tingkat pengetahuan dan kepatuhan menggunakan obat ARV pada pasien HIV-AIDS RSUD.A.Wahab Sjahranie Samarinda.

2. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan pada pasien HIV/AIDS yang mendapatkan terapi Antiretroviral (ARV) di RSUD. A.

Wahab Sjahranie Samarinda.

(6)

E. Keaslian Penelitian

Beberapa jurnal hasil penelitian tentang kepatuhan pasien HIV yang diterapi dengan obat Antiretroviral (ARV) yang telah dipublikasikan menunjukkan hasil yang beragam, beberapa penelitian tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Penelitian tentang pengetahuan dan kepatuhan yang telah dipublikasikan

No Judul Peneliti Metode Hasil Penelitian

1 Knowledge and

adherence to

antiretroviral therapy among adult people living with HIV/AIDS at Tikur Anbessa Specialized Hospital, Ethiopi tahun 2014.

Demisse dkk.(2014).

A cross

sectional Study

Pada umur yang lebih

tua diketahui

pengetahuan terhadap rencana terapi dan regimen sudah baik, dan

faktor yang

mempengaruhi

kepatuhan adalah tidak adanya co-medication dan perubahan regimen terapi

2 Knowledge and

adherence to

antiretroviral therapy among adult people living with HIV/AIDS treated in the health care centers of the association “Espoir Vie Togo” in Togo, West Africa tahun 2010

Potchoo dkk ( 2010)

A cross

sectional study

Perlu kerjasama seluruh petugas program untuk memperkuat intervensi konseling, edukasi dan informasi pasien yang terinfeksi HIV/AIDS untuk mengatasi barrier potensial kepatuhan yang buruk.

3 Evaluation of

HIV/AIDS Patients’

knowledge on

Antiretroviral Drugs tahun 2009

Almeida dan Vieira, ( 2009)

A cross

sectional study

Terdapat kekurangan informasi pada pasien

HIV/AIDS yang

menggunakan ARV dan pasien tersebut merasa perlu informasi.

4 Pengaruh edukasi oleh Apoteker pada Kepatuhan Obat Antiretroviral Pada Pasien HIV/AIDS RSU.Moewardi tahun 2011

Wijaya, (2011)

prospektif pengukuran kepatuhan menggunaka n self report dan VAS.

Tidak ada korelasi yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang terapi ARV dengan kepatuhan pasien HIV yang mendapatkan terapi ARV

(7)

Pada penelitian ini terdapat berbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu metoda yang digunakan adalah eksperimental analitik dengan rancangan studi quasi ekperimental secara prospektif dan metode pengukuran kepatuhan menggunakan MMAS 8 ( Morisky and Medication Adherence Scale ).

Gambar

Tabel 1. Hasil Penelitian tentang pengetahuan dan kepatuhan yang telah  dipublikasikan

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang dilakukan Reynold R.Ubra (2012) di Kabupaten Mimika Provinsi Papua menunjukkan bahwa responden yang mendapatkan dukungan keluarga 4 kali

Alhamdulillah, setelah melalui perjuangan panjang menaklukkan segala rintangan, melewati berbagai goncangan keputus-asaan dan tenggelam dalam samudra kegagalan yang

Perkembangan bakteri Coliform pada ikan Mujaer (Oreochromis mossambicus) setelah pemberian ekstrak biji buah kluwek (Pangium edule reinw) sebagai pengawet alami dapat

PENTING: Untuk kembali dengan cepat ke layar Mulai, tekan tombol Windows pada keyboard, atau arahkan pointer ke sudut kiri bawah layar Mulai, lalu klik atau ketuk tombol

Guru dan stakeholder, sebagai informasi secara empiris tentang pengelolaan akreditasi sekolah dasar sehingga dapat dijadikan landasan kerja bagi stakeholder pendidikan

1 2 3 4 1 Mengucapkan salam ketika memasuki ruang kelas Siswa tidak mengucapkan salam Siswa jarang mengucapkan salam Siswa mengucapkan salam tidak sepenuh hati Siswa

Sehingga kemudian berpikir positif tidak hanya meningkatkan kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan harga diri dan kesehatan mental bagi individu (Shokhmgar, 2016),

AIDS merupakan penyakit defisiensi imun kombinasi yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency virus), yang dapat dilihat pada gambar 4 dan yang mempunyai sasaran pada