1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada akhir tahun 2015 ini, akan mulai diberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk menghadapi MEA yang meliputi lima aspek utama, yaitu investasi, teknologi, manajemen, manufaktur dan sumber daya manusia (SDM). Dari kelima aspek tersebut, SDM merupakan salah satu aspek yang bisa diusahakan oleh Indonesia dengan modal jumlah penduduk yang banyak. SDM yang ada harus ditingkatkan lagi mutunya, sehingga bisa bersaing dengan tenaga kerja dari negara anggota MEA yang lain.
Peningkatan mutu SDM dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya dengan peningkatan kualitas pendidikan, baik secara formal maupun non formal. Pendidikan formal sudah dilakukan oleh instansi-instansi baik pemerintah maupun swasta. Pendidikan formal dimulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Disamping itu, fasilitas pendidikan non formal juga sudah banyak disediakan. Lulusan dari pendidikan non formal juga sudah mulai diperhitungkan kualitasnya di dunia kerja. Pendidikan yang dilakukan dimaksudkan untuk peningkatan mutu dari berbagai macam profesi mulai dari sektor kesehatan, ekonomi, hukum, teknologi, hingga pemerintahan, sehingga menghasilkan orang- orang yang profesional pada bidang masing-masing.
Dalam bidang ekonomi sendiri, yang merupakan salah satu bidang utama penunjang kemajuan suatu negara, membutuhkan banyak orang-orang yang profesional. Beberapa profesi dalam bidang ekonomi diantaranya analis bisnis, analis keuangan, akuntan, konsultan bisnis, broker, dan masih banyak profesi lainnya. Dari sekian banyak profesi dalam bidang ekonomi, salah satu profesi yang membutuhkan peningkatan mutu adalah akuntan.
Akuntan di Indonesia terbilang masih terbatas. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mencatat, jumlah akuntan profesional yang teregistrasi sebagai anggota IAI hanya sebanyak 15.940 orang. Jumlah ini jauh di bawah akuntan profesional yang ada di negara tetangga. Malaysia memiliki 30.236 akuntan profesional, Filipina punya 19.573 akuntan, Singapura 27.394 akuntan, dan Thailand memiliki 56.125 akuntan (IAI, 2014).
Beberapa tahun yang lalu, untuk menjadi seorang akuntan yang teregister, seorang lulusan sarjana akuntansi harus mengikuti pendidikan profesi akuntansi dan berhak untuk mngikuti ujian sertifikasi. Namun pada tahun 2014, Menteri Keuangan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 25/PMK.01/2014 tentang Akuntan Beregister Negara yang telah disahkan pada tanggal 3 Februari 2014. PMK tersebut merupakan amanat dari UU Nomor 34 Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan (Accountant) Pasal 6 yang mengamanahkan kepada Menteri Keuangan untuk mengatur lebih lanjut mengenai kebijakan pelaksanaan untuk pemakaian gelar Akuntan (IAI, 2015).
Mahasiswa yang lulus PPAk dan ingin menjadi akuntan beregister harus mengikuti ujian sertifikasi CA (Chartered Accountant) dan kemudian harus
mempunyai pengalaman terlebih dahulu minimal 3 tahun sebagai praktisi untuk mendapatkan gelar Ak. Sedangkan untuk mahasiswa yang ingin membuka KAP harus memiliki sertifikasi CPA (Certified Public Accountant) terlebih dahulu dengan syarat mengikuti USAP (Ujian Sertifikasi Akuntan Publik), telah memiliki gelar akuntan dan telah memiliki pengalaman minimal 1500 jam audit (Apriani, 2013).
Penetapan sebutan CA dilaksanakan dalam rangka melaksanakan tujuan pendirian IAI yaitu untuk membimbing perkembangan akuntansi serta mempertinggi mutu pendidikan akuntan dan mempertinggi mutu pekerjaan akuntan. Kualifikasi ini juga ditetapkan untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada profesi akuntan, memberikan perlindungan terhadap pengguna jasa akuntan, serta mempersiapkan akuntan Indonesia menghadapai tantangan profesi dalam perekonomian global (IAI, 2015). Tidak hanya CA saja, sertifikasi profesi akuntansi meliputi Certified Public Accountant (CPA), Certified Internal Auditor (CIA), Certified Management Accountant (CMA), Certified Professional Management Accountant (CPMA), Chartered Financial Analyst (CFA) dan masih banyak lagi sertifikasi profesi akuntansi lainnya yang dikeluarkan oleh lembaga yang sudah diakui secara internasional.
Keuntungan memiliki gelar sertifikasi tidak hanya bisa dinikmati oleh mahasiswa yang akan memasuki dunia kerja, namun juga bisa dimanfaatkan oleh akademisi termasuk pengajar atau dosen.
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (UU RI, 2005). Dalam Peraturan Pemerintah nomor 37 tahun 2009 menyatakan bahwa dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Peraturan Pemerintah, 2009). Lebih jelas lagi disebutkan dalam UU Nomor 14 tahun 2005 tetntang Guru dan Dosen, bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berkewajiban: a). melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat; b). merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; c). meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; d).
bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosioekonomi peserta didik dalam pembelajaran; e). menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan etika; dan e). memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Menindak lanjuti point c dari kewajiban dosen, maka sebagai tenaga pengajar berkewajiban untuk mengembangkan kualifikasi akademik, yang berarti bahwa dosen juga harus meningkatkan kualitas dirinya sendiri sebagai tenaga pengajar. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memiliki gelar sertifikasi profesi. Terlebih lagi pada era sekarang ini persaingan sangat ketat baik
dalam dunia praktik kerja maupun akademis. Dalam dunia akademis, perguruan tinggi juga sangat membutuhkan tenaga yang profesional dalam bidangnya, tak terkecuali di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UII merupakan salah satu program studi di UII yang sudah mendapatkan akreditasi baik. Penilaian sebagai Prodi yang baik tersebut dilihat dari banyak standar, yaitu 1). visi, misi, tujuan dan sasaran serta strategi pencapaian; 2). tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu; 3). mahasiswa dan lulusan; 4). sumber daya manusia; 5). Pembelajaran, penelitian, pelayanan/pengabdian kepada masyarakat dan kerjasama; 6). Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem dan informasi;
7). penelitian, pelayanan/pengabdian kepada masyarakat dan kerjasama. Dalam menjalankan kegiatannya, beberapa tenaga pengajar di Jurusan Akuntansi FE UII sudah memiliki kompetensi yang baik dilihat dari tingkat pendidikannya juga dari jabatannya. Namun sebagai perguruan tinggi swasta yang bersaing dengan perguruan tinggi lain, diharapkan semua tenaga pengajar di Prodi Akuntansi FE UII memiliki kompetensi yang baik.
Alat pengukur kompetensi dosen yaitu dengan melihat gelar, sertifikasi serta prestasi-prestasi yang dimiliki. Terdapat pengaruh yang signifikan antara sertifikasi terhadap peningkatan kinerja dosen (Suranto, Basuki, & Setyorini, 2015). Ketika seorang dosen memiliki sertifikasi profesi, maka hal tersebut akan memberikan bukti bahwa dosen tersebut layak menjadi pengajar yang baik, karena bisa memadukan antara teori dengan praktik yang sebenarnya. Namun dalam kenyataanya, tidak semua dosen tertarik untuk memiliki sertifikasi profesi.
Hal tersebut bisa dipengaruhi berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal.
Dari latar belakang diatas, penulis memilih judul “KESADARAN DOSEN AKUNTANSI FE UII TERHADAP SERTIFIKASI PROFESI:
SEBUAH ANALISIS DESKRIPTIF” untuk mengetahui seberapa besar tingkat
kesadaran Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia terhadap sertifikasi profesi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Seberapa jauh tingkat kesadaran Dosen Akuntansi FE UII terhadap sertifikasi profesi?”
1.3 Fokus Penelitian
Untuk menghindari perluasan dan timbulnya salah pengertian penelitian ini, maka diperlukan fokus terhadap masalah yang diteliti dan di analisis. Adapun fokus penelitian ini adalah penelitian ini dilakukan terhadap beberapa Dosen Akuntansi yang saat ini masih mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia baik yang telah memiliki sertifikasi profesi maupun belum.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah:
1.4.1 Teoritis
Menambah referensi keilmuan mengenai sertifikasi profesi, terutama kesadarannya dikalangan akademisi, yaitu dosen.
1.4.2 Praktis
Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kesadaran Dosen Akuntansi FE UII terhadap sertifikasi profesi.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi praktisi dan akademisi, yaitu:
1.5.1 Bagi Akademisi Akuntansi
Manfaat yang diberikan oleh penelitian ini bagi akademisi, diantaranya:
1. Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.
2. Meningkatkan kesadaran akademisi akan pentingnya sertifikasi profesi internasional, terutama untuk pengajar sehingga bisa memotifasi anak didiknya untuk bisa memiliki sertifikasi profesi.
3. Meningkatkan kesadaran mahasiswa akan pentingnya sertifikasi profesi, sehingga bisa menyiapkan sejak dini untuk memperoleh sertifikasi profesi dan lebih mudah diterima dalam dunia kerja, juga akan memiliki nilai lebih bagi pemilik gelar sertifikasi.
1.5.2 Bagi Regulator Sertifikasi Profesi
Manfaat yang diberikan oleh penelitian ini bagi akademisi, diantaranya:
1. Membantu dalam mengusulkan suatu kebijakan baru untuk kemajuan negara, terutama yang berhubungan dengan akuntansi.
2. Meningkatkan kerjasama dengan perguruan tinggi terkait dengan penyediaan fasilitas sertifikasi profesi.
1.6 Sistematika Pembahasan
Penulisan dalam skripsi ini terdiri dari 5 bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab 1: Pendahuluan
Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang berisi dari sub bab, yang meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, fokus penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab 2: Kajian Pustaka
Bab ini menguraikan landasan teori, pengertian dosen, Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, sertifikasi, sertifikasi profesi akuntansi serta pentingnya sertifikasi profesi bagi dosen akuntansi.
Bab 3: Metode Penelitian
Bab ini membahas mengenai dasar penelitian, fokus penelitian, sumber data, teknik sampling, alat dan teknik pengumpulan data, objektivitas dan keabsahan data, model analisis data, serta prosedur penelitian.
Bab 4: Hasil dan Pembahasan
Bab ini membahas mengenai analisis yang telah diperoleh dan interpretasi hasil penelitian dari data yang telah diperoleh.
Bab 5: Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya dan keterbatasan penelitian serta saran bagi peneliti berikutnya.