• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat konformitas siswa Sekolah Menengah Atas studi deskriptif pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 20142015 dan implikasinya terhadap usulan topik topik bimbingan pri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat konformitas siswa Sekolah Menengah Atas studi deskriptif pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 20142015 dan implikasinya terhadap usulan topik topik bimbingan pri"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KONFORMITAS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Deskriptif pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Ermelinda Sri Novita Sari NIM : 091114062

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

TINGKAT KONFORMITAS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Deskriptif pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Ermelinda Sri Novita Sari NIM : 091114062

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

“A

rahkan perhatianmu kepada didikan dan telingamu kepada

kata-kata pengetahuan”

Amsal 23:12

Hadapilah sebuah rasa tidak nyaman, ucapkan selamat datang,

dan berjalanlah bersamanya sampai rasa itu menjadi matang dan

berubah menjadi suatu keberhasilan, kepuasan, serta kebanggaan”

( Penulis )

Kupersembahkan karyaku ini teristimewa untuk :

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberi kesehatan;

Ayah dan Ibuku tercinta yang telah mendoakan dan memberi

dukungan dalam pembuatan skripsi dari awal hingga akhir;

Kakak dan adik-adikku tersayang yang menberikan semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini;

Sahabat-sahabat yang selalu memotivasi dalam menyelesaikan

(6)
(7)
(8)

vii

TINGKAT KONFORMITAS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik

Bimbingan Pribadi-Sosial)

Ermelinda Sri Novita Sari Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat konformitas siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dan mengidentifikasi butir-butir item konformitas yang terindikasi tinggi pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 88 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Kuesioner Tingkat Konformitas Siswa sebanyak 43 item. Kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek konformitas yaitu kekompakan, kesepakatan, dan ketaatan. Tingkat reliabilitas kuesioner sebesar 0,878. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan persentase dengan pendistribusiannya berdasarkan Kriteria yang terdiri dari tiga kategori yaitu, tinggi, sedang, dan rendah.

(9)

viii

THE CONFORMITY LEVEL OF STUDENTS SENIOR HIGH SCHOOL (Descriptive study on the twelfth grade students of Stella Duce 2 Senior High

School Yogyakarta in 2014/2015 Academic Years and its implication to the suggested topic for personal and social Guidance)

Ermelinda Sri Novita Sari Sanata Dharma University

2014

This research is aimed to describe the conformity level of twelfth grade students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta and to identify the items of conformity that are indicated intense in the twelfth grade students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta in its implications to the suggested topic of personal-social guidance.

The type of research is descriptive research with the method use is survey. The subjects of this research are 88 twelfth grade students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta in 2014/2015 academic year. The instruments used are Level of Conformity Questionnaire which contains 43 items. The questionnaire is compiled based on the aspects of compactness, agreement, and obedience. The reliability level of the questionnaire is 0,878. The data analysis method is percentage calculation with 3 levels of distribution; high, medium, and low.

(10)

ix

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “TINGKAT KONFORMITAS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi

Deskriptif pada Siswa Kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran

2014/2015 dan Implikasi Terhadap Usulan Topik-topik Usulan Bimbingan Pribadi

Sosial)”.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Bimbingan dan Konseling.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dalam

penulisan skripsi ini.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku dosen pembimbing yang dengan penuh

kesabaran meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan

pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma yang telah mencurahkan ilmunya dengan tulus sehingga dapat

(11)

x

Yogyakarta yang memberi kesempatan bagi penulis untuk mengumpulkan

data di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

6. Siswa SMA Stella Duce khususnya para siswa kelas XII yang bersedia

meluangkan waktunya dan membantu penulis untuk menjadi subjek

dalam penulisan ini

7. Vincensia Hersiwi, S.Pd koordinator BK di SMA Stella Duce 2

Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu selama

proses pengambilan data.

8. Seluruh keluargaku, terutama kedua orang tuaku Bapak Anastasius Edison

dan Ibu Yeliana, kakakku Mario Adi Winatta dan Riska, serta adik-adikku,

Valeria Marselina, dan Daniel Agustiawan, keponakanku Joris Evan Laua,

terima kasih atas doa, motivasi, semangat dan dukungan materiil serta

dukungan moral yang telah diberikan selama pengerjaan sampai selesainya

skripsi ini.

9. Indra Lesmana, yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada

penulis.

10.Teman-teman BK angkatan 2009 yang tercinta yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi dan terima kasih atas kerjasama.

11.Sahabat-sahabatku (Nasa, Anna, Tika, Prima, Lilyn, Siska, Sinta, Alfie,

Wiwie) yang selalu memberikan dukungan, bantuan, dan motivasi kepada

penulis.

12.Perpustakaan USD berserta karyawan perpustakaan atas pelayanan pada

(12)
(13)

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GRAFIK... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Konformitas 1. Pengertian Konformitas... 10

2. Aspek-aspek Konformitas... 11

3. Faktor-faktor Konformitas... 14

4. Proses terjadinya Konformitas... 18

5. Macam-macam Konformitas... 19

6. Konformitas dikalangan Remaja... 20

7. Karakteristik Remaja yang Berkonformitas... 21

(14)

xiii

10.Alasan bergabung dalam Kelompok... 24

B. Siswa SMA sebagai Remaja 1. Pengertian Remaja... 25

2. Ciri-ciri Remaja... 27

3. Tugas perkembangan Remaja... 29

4. Perubahan pada Masa Remaja... 31

5. Masalah-masalah yang berhubungan dengan Perkembangan Sosial... 34

C. Bimbingan Pribadi – Sosial 1. Pengertian bimbingan... 35

2. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial... 37

3. Tujuan Bimbingan Pribadi Sosial... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 40

B. Subyek Penelitian... 41

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Skala Pengukuran... 42

2. Penentuan Skor... 42

3. Kisi-kisi Kuesioner... 43

D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas Instrumen ... 45

2. Reliabilitas Instrumen ... 48

E. Prosedur Pengumpulan Data 1. Persiapan... 49

2. Pelaksanaan... 50

F. Teknik Analisis Data... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi tingkat konformitas siswa... 54

(15)

xiv

C. Implikasi Hasil Penelitian terhadap Usulan Topik-Topik

Bimbingan Pribadi – Sosial... 73 BAB V PENUTUP

(16)

xv

Halaman

Tabel 1 Norma Skoring Inventori Konformitas... 42

Tabel 2 Kisi-Kisi Kuesioner Deskripsi Tingkat Konformitas Pada Siswa... 44

Tabel 3 Item-Item yang Valid dan Tidak Valid... 47

Tabel 4 Kriteria Guilford... 48

Tabel 5 Jadwal Pengumpulan Data Penelitian... 50

Tabel 6 Norma Kategorisasi Tingkat Konformitas... 51

Tabel 7 Norma Kategorisasi Tingkat Konformitas Pada Siswa Kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta... 52

Tabel 8 Kategorisasi Skor Instrumen Tingkat Konformitas... 53

Tabel 9 Kategori Tingkat Tingkat Konformitas... 54

Tabel 10 Kategori Skor Item Tingkat Konformitas... 57

Tabel 11 Item-item Tingkat Konformitas yang Tergolong Tinggi... 59

Tabel 12 Item-item Tingkat Konformitas yang Tergolong Sedang... 59

(17)

xvi

Halaman

Gambar 1 Grafik Tingkat Konformitas... 55

(18)

xvii

Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian... 82

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 83

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Tingkat Konformitas... 84

Lampiran 4 Tabulasi Data Penelitian Tingkat Konformitas ... 91

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah operasional

variabel penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Di usia remaja, anak-anak muda dihadapkan pada sejumlah besar

pilihan tentang siapa mereka dan ke mana mereka akan melangkah dalam

hidup. Ini merupakan krisis yang harus diselesaikan pada tahap

perkembangan ini; jika remaja tidak mampu menjawab pertanyaan

-pertanyaan ini secara memadai mereka akan mengalami kebimbangan

identitas, yang akan menghambat perkembangan mereka pada tahap-tahap

kehidupan selanjutnya.

Remaja awal berlangsung kira-kira dari 13-17 tahun. Pada usia inilah

terjadi perubahan dalam diri remaja, khususnya perubahan pada fisik yang

terlihat sangat berbeda. Seringkali sulit bagi remaja untuk menerima keadaan

fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka

tentang penampilan diri pada waktu dewasa nanti (Hurlock, 1990 :23). Harga

diri berkembang dan berubah seiring anak beralih ke masa remaja, kerap

dalam kaitan dengan perubahan-perubahan ragawi/fisik, dimana sebagian

(20)

Seberapa mudah para remaja mengatasi perubahan-perubahan fisik

bergantung pada seberapa sesuai tubuh mereka dengan stereotipe yang telah

ditetapkan oleh pandangan umum tentang tubuh yang sempurna. Anak-anak

perempuan cenderung semakin tidak puas dengan tubuh mereka seiring

berkembang melalui masa pubertas.

Menurut Erikson (Santrock; 2003) keanggotaan dalam komunitas

penting bagi pencapaian identitas karena membutuhkan solidaritas dengan

ideal-ideal kelompok terkait. Dengan demikian, para remaja mengatasi

masalah-masalah yang mereka alami dalam mengikatkan diri pada identitas

kelompoknya dengan membuat komitmen-komitmen yang berlebihan pada

kelompok-kelompok gaya tertentu dan memisahkan diri mereka dari

kelompok-kelompok gaya lainnya.

Selain itu remaja juga menggunakan barang-barang yang bermerk

untuk memperoleh rasa penerimaan dari kelompok sebaya mereka. Gaya

merupakan alat penting untuk menjaga dan menentukan batas-batas

kelompok. Meski demikian, sisi buruknya adalah kegagalan untuk

mempertahankan identitas semacam itu dapat mengkibatkan masalah-masalah

seperti ejekan, terisolir dari kelompok dan hilangnya status. Originalitas juga

terjadi pada masa remaja. Originalitas merupakan sifat khas pengelompokan

anak-anak muda (sebagai keseluruhan). Mereka menunjukkan kecenderungan

untuk memberikan kesan lain daripada yang lain, untuk menciptakan sesuatu

(21)

Diusia remaja peran kelompok sangat besar sehingga tingkah laku

remaja betul-betul ditentukan oleh norma kelompoknya. Remaja meluangkan

sejumlah waktu mereka bersama teman-temannya, persetujuan dan penolakan

dari teman-teman memiliki pengaruh yang kuat terhadap sikap dan perilaku

remaja Santrock (2007: 222).

Dalam kelompok-kelompok dengan pengaruh yang kuat

berkembanglah suatu norma-norma kelompok. Norma dalam kelompok

sangat ditentukan oleh pemimpin kelompok. Individu yang ada dalam

kelompok akan lebih mementingkan perannya sebagai anggota kelompok

daripada mengembangkan pola norma diri sendiri. Konformitas sering terjadi

karena individu terlalu mempercayai orang lain, karena mereka takut

menyimpang dari orang lain. Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial

saat individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan

norma sosial yang ada.

Konformitas dapat menciptakan perilaku negatif. Menurut sumber di

Denpasar pertengahan Mei 2012, terjadi kekerasan geng wanita, kejadian

tersebut direkam dan beredar didunia maya. Penganiayaan yang dilakukan

oleh geng tersebut dikarenakan kaos kebanggaan geng yang tidak dipakai

oleh salah satu anggota geng tersebut.

Remaja dalam kelompok teman sebayanya merasa dirinya harus lebih

banyak menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok jika ingin diterima

dalam kelompok tersebut (Hurlock, 1990:213). Konformitas kelompok

(22)

harapan-harapan kelompok sosial dimana perilaku tersebut merupakan

ekspresi persetujuan pada norma-norma kelompok.

Berada di tengah kelompok yang hangat memberikan rasa aman

dengan peran tertentu didalam kelompok, membuat individu merasa betah,

nyaman, dan memiliki kejelasan identitas. Pentingnya indentitas sosial atau

identitas kelompok seringkali membuat seseorang berhenti utnuk menggali

dan mengenali identitas diri sendiri yang lebih hakiki, dan sibuk berkutat

mencari kepuasan melalui kelompok. Kelompok dapat memberikan rasa

aman kepada individu sehingga ia cenderung berperilaku konformis, mudah

mengikuti apa yang menjadi sikap dan perilaku kelompok.

Identitas kelompok seringkali mengarahkan identitas pribadi,

sehingga seringkali identitas yang muncul pada seorang remaja bukanlah

identitas mereka yang sebenarnya melainkan identitas kelompoknya.

Kelompok seringkali memberikan tekanan dan tuntutan konformitas pada

anggotanya. Konformitas dengan tekanan-tekanan teman sebaya pada masa

remaja dapat bersifat positif maupun negatif, namun umumnya remaja justru

terlibat dalam bentuk perilaku konformitas yang negatif (Santrock,

2003:221).

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta merupakan sekolah yang dijadikan

tempat penelitian oleh peneliti. Hal yang melatarbelakangi peneliti melakukan

penelitian di SMA Stella Duce, karena SMA ini merupakan sekolah yang

tepat untuk dijadikan tempat penelitian karena peneliti memang mengambil

(23)

sekolah khusus untuk siswa puteri. Martin dan Fabes (Hurlock 1990)

menemukan bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan anak-anak

perempuan dengan sesama anak perempuan maka semakin besar juga

perilaku ke arah konformitas yang dilakukan, misalnya bolos sekolah

bersama, ribut di kelas bahkan membentuk suatu geng di sekolah.

Konformitas lebih banyak terjadi dalam kelompok sosial yang memiliki

kesamaan misalnya kesamaan jenis kelamin.

Menurut Dezolt & Hull, 2001 (Santrock 2007: 222) kepatuhan,

mengikuti aturan, bersikap manis dan ketergantungan terhap teman-teman

adalah sikap yang biasanya lebih banyak dimiliki oleh perempuan.

Selain dari buku-buku yang dibaca oleh peneliti, peneliti juga melihat

adanya kecenderungan kelompok siswa yang melakukan perilaku konformitas

ketika peneliti berPPL di SMA. Konformitas yang terjadi di SMA Stella Duce

2 Yogyakarta berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator BK adalah

siswa membentuk kelompok-kelompok di sekolah atau di kelas dan setelah

pulang sekolah para siswa tidak langsung pulang tetapi berkumpul dengan

kelompoknya.

Peneliti memiliki pertanyaan, “Apa yang menyebabkan konformitas

sering terjadi pada siswa?”. Dari uraian di atas peneliti mempunyai

keprihatinan terhadap perilaku konformitas negatif yang belakangan ini

semakin banyak terjadi di kalangan remaja, khususnya siswa di sekolah dan

keinginan peneliti untuk menelusuri lebih jauh lagi mengenai konformitas

(24)

KONFORMITAS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS(Studi Deskriptif

pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015

dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian yang disampaikan pada latar belakang, maka

dapat dirumuskan suatu rumusan masalah berupa pertanyaan sebagai berikut:

1. Seberapa tinggikah perilaku konformitas yang muncul pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 ?

2. Berdasarkan hasil analisis butir instrumen, butir-butir konformitas mana yang terindikasi tinggi dan banyak dialami oleh siswa kelas XII SMA

Stella Duce 2 Yogyakarta sebagai dasar menyusun usulan topik bimbingan

pribadi sosial ?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan tingkat konformitas pada siswa kelas XII di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

2. Mengidentifikasikan butir-butir item konformitas yang terindikasi tinggi pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dalam implikasinya

(25)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumbangan bagi

pengembangan pengetahuan dalam bidang bimbingan dan konseling,

khususnya yang berhubungan dengan perilaku konformitas.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi guru

bimbingan dan konseling dalam rangka memahami perilaku siswa

berkaitan dengan konformitas, serta membantu mengatasi perilaku

konformitas di sekolah.

b. Bagi Pendidik (Guru dan Orangtua)

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi

pendidik dalam rangka memahami perilaku siswa yang berkaitan

dengan sikap konformitas di sekolah.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi mengenai

tingkat konformitas diri pada remaja (khususnya siswa SMA Stella

Duce tahun ajaran 2014/2015).

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan kesempatan bagi peneliti untuk

(26)

dan hasil dari penelitian ini dapat menjadi modal bagi peneliti di

kemudian hari untuk mendampingi dan memberikan layanan

bimbingan dan konseling, baik secara kelompok maupun individual,

khususnya pada kelompok siswa yang berprilaku konformitas.

e. Bagi Peneliti lain

Penelitian ini dapat memberikan data atau informasi tambahan

bagi peneliti-peneliti lain yang terinspirasi dan berminat mengkaji

lebih jauh mengenai perilaku konformitas dari berbagai sudut yang

berbeda.

E. Definisi Operasional 1. Konformitas

Konformitas adalah suatu bentuk penyesuaian seseorang karena

adanya tuntutan dari kelompok sosial untuk menyesuaikan. Konformitas

juga diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk berperilaku agar

memenuhi harapan kelompok serta mengikuti norma-norma yang berlaku

dalam kelompok.

2. Siswa SMA sebagai Remaja

Siswa SMA adalah individu yang berusia sekitar 13-17 tahun yang

sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Dalam usia ini remaja

akan dihadapkan pada tugas perkembangan yang harus dilalui. Remaja

pada tahap ini akan menghabiskan lebih banyak waktunya bersama teman

-teman sebaya atau kelompoknya. Pada masa ini remaja sering kali

(27)

lebih mengarahkan identitas pribadi seorang remaja.

3. Bimbingan Pribadi Sosial

Bimbingan pribadi sosial adalah upaya untuk membantu individu

dalam memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan

individu dalam mengambil keputusan serta menangani masalah-masalah

(28)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini diuraikan kajian teoritis yang melandasi kerangka konseptual penelitian ini. Kerangka konseptual penelitian ini antara lain: hakekat konformitas, karakteristik remaja, dan bimbingan pribadi-sosial.

A. Hakekat Konformitas 1. Pengertian Konformitas

Ada beberapa pengertian konformitas dari beberapa ahli. Menurut

Willis (Sarwono, 2005) konformitas adalah usaha yang dilakukan oleh

individu secara terus menerus untuk selaras dengan norma-norma yang

diharapkan oleh kelompok. Jika persepsi individu tentang norma-norma

kelompok berubah, maka ia akan mengubah tingkah lakunya. Calhoun

(Santrock 2003: 221) berpendapat bahwa konformitas adalah perubahan

keyakinan atau tingkah laku seseorang agar sesuai dengan lingkungan atau

kelompok. Sears,dkk (2004:103) berpendapat bahwa konformitas adalah

penyesuaian individu terhadap persepsi dan penilaian kelompok terhadap

suatu hal. Konformitas adalah suatu tuntutan yang tidak tertulis dari

kelompok teman sebaya terhadap anggotanya tetapi memiliki pengaruh

yang kuat dan menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu dalam

kelompok. Konformitas merupakan perubahan perilaku akibat adanya

tekanan dari kelompok (Myers 2012: 284), terlihat dari kecenderungan

remaja untuk selalu menyamakan perilakunya dengan kelompok acuan

(29)

Menurut Kartono dan Gulo (Kamus Psikologi 2000: 85),

konformitas adalah kecenderungan untuk dipengaruhi tekanan kelompok

dan tidak menentang norma-norma yang telah digariskan oleh kelompok.

Sedangkan menurut Cialdini & Goldstein (Taylor, 2009:253) konformitas

merupakan tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang

agar sesuai dengan perilaku orang lain.

Berdasarkan definisi konformitas dari beberapa ahli di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa konformitas adalah perubahan tingkah laku,

keyakinan, dan persepsi individu terhadap kelompok karena adanya tuntutan

atau tekanan yang sifatnya nyata atau sesuatu yang dibayangkan sebagai

tuntutan dalam kelompok. Individu yang menjadi anggota kelompok harus

selalu patuh terhadap norma-norma yang telah ditetapkan oleh kelompok,

apabila tidak maka individu tersebut akan menerima ganjaran atau hukuman

dari kelompok. Dalam perilaku konformitas individu melakukan sesuatu

berdasarkan perilaku kelompok bukan berdasarkan kesadarannya sebagai

pribadi.

2. Aspek-aspek Konformitas

Sears,dkk (2004:85) mengemukakan bahwa konformitas pada remaja

memiliki beberapa aspek, yaitu:

a. Kekompakan

Kekuatan yang dimiliki kelompok acuan menyebabkan

seseorang tertarik dan ingin tetap menjadi anggota kelompok. Eratnya

(30)

suka antara anggota kelompok serta harapan memperoleh manfaat dari

keanggotaannya. Semakin besar rasa suka anggota yang satu terhadap

anggota yang lain, dan semakin besar harapan untuk memperoleh

manfaat dari keanggotaan kelompok maka akan semakin besar

kesetiaan mereka maka semakin kompak kelompok tersebut.

b. Kesepakatan

Pendapat kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan

yang kuat sehingga individu harus loyal dan menyesuaikan

pendapatnya dengan pendapat kelompok. Aspek kesepakatan sangat

penting terhadap timbulnya konformitas. Individu yang dihadapkan

pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan

yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat

kelompok. Apabila kelompok tidak bersatu akan terjadi penurunan

tingkat konformitas. Penurunan konformitas karena kurangnya

kesepakatan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1) Tingkat kepercayaan terhadap mayoritas akan menurun apabila terjadi perbedaan pendapat.

2) Apabila individu mempunyai pendapat yang berbeda dengan kelompok maka individu akan dikucilkan dan dianggap menyimpang.

3) Bila kelompok memiliki pendapat yang sama dengan pendapat individu, keyakinan individu terhadap pendapatnya sendiri akan

(31)

c. Ketaatan

Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada individu

menyebabkan individu rela melakukan tindakan yang menjadi

tuntutan kelompok walaupun individu tidak menginginkannya. Bila

ketaatannya tinggi maka konformitasnya akan tinggi. Tekanan karena

adanya ganjaran, hukuman atau ancaman adalah salah satu cara untuk

menimbulkan ketaatan. Adapun bentuk-bentuk tekanan sosial yang

dapat memunculkan ketaatan dalam diri individu antara lain:

1) Ketaatan terhadap otoritas yang sah

Faktor yang penting dalam ketaatan adalah orang memiliki otoritas

yang sah dalam segala situasi, sesuai dengan norma sosial yang

berlaku dalam kelompok. Pihak yang memiliki otoritas yang sah

mempunyai hak untuk menuntut ketaatan terhadap perintahnya.

2) Ganjaran, Hukuman, dan Ancaman

Salah satu cara untuk menimbulkan ketaatan adalah dengan

meningkatkan tekanan terhadap individu untuk menampilkan

perilaku yang diinginkan melalui ganjaran, hukuman, atau

ancaman.

3) Harapan kelompok terhadap individu

Individu akan rela memenuhi permintaan kelompok supaya dapat

diterima dalam kelompok. Harapan kelompok yang besar terhadap

(32)

4) Menempatkan individu dalam situasi yang sudah dikendalikan oleh kelompok untuk memberikan tekanan secara halus sehingga

individu mengalami kesulitan untuk menolak.

5) Peniruan terhadap perilaku kelompok

Individu cenderung melakukan apa yang mereka lihat yang

dilakukan oleh anggota dalam kelompoknya.

3. Faktor-faktor Konformitas

Menurut Sears,dkk (2004:80) ada 5 faktor yang menyebabkan

konformitas, antara lain :

a. Kurangnya informasi

Kurangnya informasi menyebabkan individu kurang mengetahui

banyak hal. Dengan demikian ia akan berusaha mencari informasi dari

orang lain atau kelompoknya. Seringkali informasi yang didapat tidak

benar namun telah diyakini oleh kelompoknya benar maka individu

akan mempercayai kebenaran informasi yang dikatakan oleh

kelompoknya. Inilah salah satu yang menyebabkan perilaku

konformitas.

b. Kepercayaan terhadap kelompok

Dalam situasi konformitas, individu mempunyai suatu

pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya menganut

pandangan yang bertentangan. Individu ingin memberikan informasi

yang tepat. Oleh karena itu, semakin besar kepercayaan individu

(33)

besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok.

Bila individu berpendapat bahwa kelompok selalu benar, dia akan

mengikuti apapun yang dilakukan oleh kelompok tanpa

memperdulikan pendapatnya sendiri.

Salah satu faktor penentu kepercayaan terhadap kelompok

adalah tingkat keahlian anggotanya. Sejauh mana pengetahuan mereka

tentang suatu topik. Semakin tinggi tingkat keahlian kelompok itu

dalam hubungannya dengan individu, semakin tinggi tingkat

kepercayaan dan penghargaan individu terhadap pendapat mereka.

c. Kepercayaan yang lemah terhadap penilaian sendiri

Salah satu faktor yang juga mempengaruhi konformitas adalah

tingkat keyakinan individu pada kemampuannya sendiri. Salah satu

faktor yang mempengaruhi keyakinan individu terhadap

kecakapannya adalah tingkat kesulitan yang dibuat. Semakin sulit

penilaian tersebut, semakin rendah rasa percaya yang dimiliki individu

dan semakin besar kemungkinan bahwa individu itu akan mengikuti

penilaian kelompok.

d. Rasa takut terhadap celaan sosial

Demi memperoleh persetujuan dan takut terhadap celaan

kelompok juga menjadi penyebab perilaku konformitas. Sebagai

contoh bahwa seseorang takut terhadap celaan sosial misalnya saja

orang yang tidak mengenakan pakaian sopan ke tempat ibadah adalah

(34)

senang. Demikian juga seorang anak akan membuat semua pekerjaan

rumahnya dan berusaha meraih nilai yang terbaik dalam ujian karena

hal itu akan membuat orang tuanya senang dan memberikan pujian.

e. Rasa takut terhadap penyimpangan

Rasa takut dipandang sebagai orang yang menyimpang

merupakan faktor dasar hampir dalam semua situasi sosial. Individu

tidak mau dilihat lain daripada yang lain. Individu ingin agar

kelompok sosialnya menyukainya, memperlakukannya dengan baik

dan bersedia menerimanya. Seseorang cenderung menyesuaikan diri

untuk menghindari penolakan dari kelompoknya.

Rasa takut akan dipandang sebagai seseorang yang menyimpang

diperkuat oleh tanggapan kelompok terhadap perilaku menyimpang.

Individu yang tidak mau mengikuti apa yang berlaku dalam kelompok

akan menanggung resiko dan mengalami akibat yang tidak

menyenangkan.

Sedangkan menurut Myers,dkk (2012:278), ada beberapa faktor

yang mempengaruhi konformitas adalah:

1) Ukuran kelompok

Semakin banyak orang dalam suatu kelompok sosial akan

semakin meningkat konformitas.

2) Keseragaman suara

Keseragaman suara ini artinya akan lebih mudah

(35)

mendapatkan banyak dukungan lebih dari satu orang dalam

kelompok akan meningkatkan keberanian sosial.

3) Kohesivitas

Kohesivitas adalah individu saling terikat dalam kelompok,

semakin terikat suatu kelompok maka akan semakin kuat kelompok

tersebut. Individu yang telah akrab akan cenderung melakukan

kebiasaan yang sama sedangkan individu yang berprilaku berbeda

dengan kelompok akan diejek oleh teman-teman dalam kelompok.

Anggota kelompok yang merasa tertarik terhadap pendapat

individu biasanya akan memberikan reaksi yang positif, misalnya

memberikan pujian kepada individu tersebut. Ketakutan ditolak

oleh anggota kelompok menyebabkan semakin besar kohesivitas,

oleh sebab itu individu akan berpikir untuk melakukan hal yang

sama seperti kelompok dan menyukai apa yang disukai oleh

kelompok.

4) Status

Kalangan atas dan berstatus sosial tinggi cenderung memiliki

pengaruh yang besar dalam kelompok sosialnya dan juga menjadi

populer serta disenangi teman-temannya karena memiliki banyak

pengalaman yang menarik untuk diceritakan.

5) Respon umum

Individu akan menyamakan respon bila harus diminta untuk

(36)

yang diyakini dalam ruang pribadi yang penuh privasi

dibandingkan dihadapan kelompok.

4.Proses Terjadinya Konformitas

Menurut Harorld Gerard (Myers, 2012: 285) proses individu

melakukan konformitas karena beberapa alasan. Diantaranya adalah dua

alasan penting yaitu, pertama keinginan untuk bertindak benar

(pengaruh informasi) dan kedua keinginan agar disukai (pengaruh

normatif). Alasan pertama individu melakukan konformitas adalah

perilaku orang lain sering memberikan informasi yang bermanfaat

sehingga individu akan menyesuaikan perilakunya dengan perilaku

orang yang dilihatnya. Kecenderungan untuk menyesuaikan diri

berdasarkan pengaruh informasi ini bergantung pada dua aspek situasi:

seberapa besar keyakinan individu pada kelompok dan seberapa

yakinkah individu pada dirinya sendiri. Semakin besar kepercayaan

individu pada informasi dan opini kelompok, semakin mungkin

individu menyesuaikan diri dengan kelompok itu. Segala sesuatu yang

meningkatkan kepercayaan individu pada kebenaran kelompok maka

akan menaikkan tingkat konformitasnya pada kelompok. Keyakinan

individu pada dirinya sendiri sebagai pertimbangannya untuk

menyesuaikan diri terhadap kelompok. Bila konformitas didasarkan

pada pengaruh informasi atas dasar keyakinan bahwa kelompok adalah

benar maka individu biasanya mengubah pikiran dan perilakunya untuk

(37)

dilihat sebagai proses rasional yang menyebabkan perilaku orang lain

dapat mengubah keyakinannya dan konsekuensinya individu akan

bertindak sesuai dengan kelompok.

Alasan kedua adalah keinginan untuk disukai dan keinginan

diterima secara sosial (pengaruh normatif) pengaruh normatif terjadi

ketika individu mengubah perilakunya untuk menyesuaikan diri dengan

norma kelompok atau standar kelompok agar ia diterima dalam

lingkungan sosial. Individu seringkali berusaha menentang nilai yang

sebenarnya dianut dan mengikuti nilai yang diyakini oleh kelompok

agar ia tidak dikucilkan dari kelompok, apapun yang kelompok lakukan

individu akan berusaha mengikuti perilaku dalam kelompok. Pengaruh

normatif muncul dari keinginan individu untuk disukai dalam kelompok

atau dengan kata lain pengaruh normatif dianggap sebagai perhatian

terhadap citra sosial.

5. Macam-macam Konformitas

Menurut Nail & dkk (Myers 2012:253) ada beberapa macam

konformitas, yaitu:

1. Pemenuhan

Menyetujui suatu harapan atau permintaan tanpa benar

-benar meyakini apa yang dilakukan. Hal itu dilakukan hanya untuk

memenuhi keinginan atau harapan kelompok. Sebagai contoh

seseorang mengenakan dasi kupu-kupu atau pun mengenakan gaun

(38)

tidak menyukainya.

2. Kepatuhan

Mematuhi terutama untuk mendapatkan penghargaan atau

menghindari hukuman, bertindak sesuai dengan perintah atau

petunjuk langsung. Sebagai contoh misalnya pengendara motor

menggunakan helm hanya karena takut kena razia polisi lalu lintas.

3. Penerimaan

Meyakini apa yang diperintahkan oleh kelompok untuk

dilakukan karena kita mengetahui kebenarannya. Contoh nyata

misalnya seseorang bergabung dengan kelompok untuk

berolahraga karena ia telah mendapatkan informasi bahwa olahraga

dapat memberikan kesehatan dan ia menerimanya sebagai suatu

kebenaran.

6. Konformitas di kalangan Remaja

Menurut Erickson (Santrock, 2003:340) remaja adalah masa krisis

identitas atau masalah identitas ego. Identitas diri yang dicari remaja

berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya. Menurut Rumini & Siti

Sundari (2004:53), remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak

ke dewasa dan mengalami berbagai perkembangan disemua aspek.

Konformitas pada remaja dapat dilihat dari perilaku para remaja

yang harus mengikuti standar budaya kawula muda bila ingin diterima

oleh kelompok sebayanya dan mempelajari standar perilaku serta nilai

(39)

kelompoknya. Misalnya gaya pakaian, dan tata rambut (Hurlock,

1990:206). Menurut (Sears 2004:253) kebanyakan remaja dianggap

bebas memilih baju dan gaya rambutnya, tetapi remaja lebih suka

mengenakan baju seperti orang lain dalam kelompok sosial mereka, dan

karena mengikuti tren terbaru dari teman-teman kelompok.

Berdasarkan beberapa teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

remaja merupakan masa yang rentan terhadap pengaruh yang berasal

dari lingkungan sekitarnya. Pada masa remaja, seorang individu

terdorong untuk mencari pengalaman sebanyak-banyaknya dari hal-hal

yang remaja temukan dalam pergaulannya terlebih dari teman sebayanya

yang cenderung berperilaku mengarah pada perilaku konformitas.

7. Karakteristik Remaja yang Memiliki Perilaku Konformitas

Remaja yang memiliki perilaku konformitas memiliki karakteristik

yang dilihat dari aspek-aspek konformitas menurut Sears dkk (2004:85).

Karakteristik-karakteristik tersebut dapat dilihat dari:

a. Adanya kekompakan yang dibangun bersama karena rasa suka terhadap anggota kelompok dan dengan harapan mendapatkan

manfaat dari keanggotaanya dalam kelompok tersebut, misalnya

individu menjadi terkenal di sekolah maupun di luar sekolah

setelah bergabung dengan kelompoknya.

b. Perilaku individu yang selalu menyamakan pendapatnya serta selalu membenarkan pendapat kelompok walaupun bertentangan

(40)

oleh kelompok.

c. Kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar sangat besar sehingga individu tersebut

akan semakin menyesuaikan diri dengan kelompok dimana

individu bergabung.

d. Individu rela melakukan sesuatu yang diminta atau disuruh oleh kelompok meskipun sebenarnya bertentangan dengan individu

itu sendiri sebagai bukti dari kepatuhannya terhadap kelompok.

e. Adanya perilaku meniru model (anggota kelompok). Individu cenderung meniru perilaku yang dilihatnya dari anggota

kelompok.

Berdasarkan penjelasan mengenai karakteristik konformitas di atas

dapat disimpulkan bahwa konformitas umumnya terjadi pada individu

yang bergabung dalam suatu kelompok. Pembentukan suatu kelompok

biasanya terjadi pada masa remaja.

Salah satu cara mengatasi permasalahan-permasalahan pada remaja

yang terkait perilaku konformitas adalah melalui kelompok teman sebaya

yang memiliki kesamaan satu sama lain. Awal mula suatu kelompok

terbentuk adalah dari persahabatan dua atau lebih individu yang merasa

memiliki kesamaan baik jenis kelamin, hobi maupun sikap kemudian

berlanjut melakukan kegiatan secara bersama-sama. Apabila remaja masuk

dalam kelompok yang memiliki norma atau nilai yang berlawanan dengan

(41)

semakin kuat seiring dukungan dari anggota kelompok sehingga anggota

-anggotanya juga akan berusaha berperilaku sesuai dengan norma yang

berlaku dalam kelompok tersebut.

8. Definisi Kelompok

Kelompok adalah orang-orang yang memiliki tujuan yang sama

dan bersandar satu sama lain dan hubungan satu sama lain berlanjut

sepanjang waktu McGrath 1984 (Myers 2012:354). Sedangkan menurut

ahli dinamika kelompok, Marvin Shaw (Myers 2012:354) berpendapat

bahwa kelompok memiliki kesamaan dimana anggotanya saling

berinteraksi. Anggota kelompok terdiri dari dua atau lebih individu yang

saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.

Dari beberapa definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

kelompok adalah dua atau lebih individu yang memilih untuk bersama

sepanjang waktu karena memiliki banyak kesamaan dan saling

berinteraksi serta saling mempengaruhi satu sama lain.

9. Manfaat Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang merasa terikat bersama

dalam unit yang koheren pada beberapa tingkatan menurut Baron, dkk

(Sarwono 2009). Kelompok juga merupakan sekumpulan individu yang

berkerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Kelompok dapat

memberikan manfaat bagi individu. Menurut Burn (Sarwono 2009),

kelompok memiliki 3 manfaat, yaitu:

(42)

dimiliki. Adanya kelompok membuat individu merasa tidak

sendirian.

b. Kelompok sebagai sumber identitas diri. Individu yang bergabung didalam kelompok dapat mendefiinisikan dirinya, ia menggali

dirinya sebagai anggota suatu kelompok, dan bertingkah sesuai

dengan norma kelompok.

c. Kelompok sebagai sumber informasi tentang dunia dan tentang diri individu. Adanya orang lain dalam kelompok, dapat memberi

informasi-informasi tentang banyak hal termasuk identitas diri.

10. Alasan Individu Bergabung dalam Kelompok

Menurut Vaughan (Sarwono 2009) beberapa alasan individu

menjadi anggota kelompok, yaitu:

a. Proksimitas

Individu cenderung bergabung dengan individu lain yang

berdekatan. Misalnya, siswa yang tempat tinggalnya sama akan

berkelompok untuk pulang bersama.

b. Kesamaan sikap, minat dan keyakinan

Individu-individu yang memiliki minat atau keyakinan

yang sama cenderung berkelompok. Dengan adanya minat yang

sama individu akan lebih mudah mendapatkan informasi-informasi

mengenai minatnya.

c. Saling bergantung untuk mencapai suatu tujuan

(43)

bergabung dalam suatu kelompok. Individu yang satu dengan yang

lain saling bergantung dan bekerja sama dalam mencapai tujuan

yang mereka inginkan.

d. Dukungan emosional

Kelompok juga bisa memberikan dukungan emosional

untuk para anggotanya. Misalnya seorang anggota kelompok

diputuskan oleh pacarnya akan dihibur oleh teman-teman dalam

kelompoknya dengan demikian dapat melupakan sejenak

masalahnya, misalnya dengan berjalan bersama anggota

kelompoknya.

e. Identitas sosial

Keanggotaan individu dalam kelompok membuat individu

memiliki identitas. Individu tahu siapa dirinya karena ian anggota

kelompok. Kelompok memberikan identitas yang baru bagi

individu dengan memberikan nilai-nilai atau norma yang berbeda

dengan kelompok lainya.

B.Siswa SMA sebagai Remaja 1. Pengertian Remaja

Santrock (2003: 103) mendefinisikan remaja (adolensence) sebagai

individu yang mengalami perkembangan transisi antara masa anak-anak dan

masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio

-emosional. Istilah remaja berasal dari Bahasa Latin yaitu adolensence yang

(44)

Hurlock (1990:206) membagi remaja menjadi remaja awal (13-17

tahun) dan remaja akhir (17-18 tahun). Hurlock (1990:206) membedakan

remaja awal dan akhir. Pada remaja awal, individu masih menonjol

karakteristik perkembangannya dengan masa kanak-kanak akhir sedangkan

remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang telah

mendekati masa dewasa.

Menurut Papalia dan Olds (Psikologi Perkembangan 2008), masa

remaja adalah masa perjalanan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang

ditandai oleh periode transisional panjang. Masa remaja secara umum

dimulai dengan pubertas, yaitu proses yang mengarah pada kematangan

seksual, atau fertilisasi (kemampuan untuk bereproduksi). Masa remaja

dimulai pada usia 13 sampai 18 tahun.

Anna Freud (Hurlock, 1990:205) berpendapat bahwa pada masa

remaja terjadi proses perkembangan yang meliputi perubahan perubahan

yang berhubungan dengan psikososial, dan juga terjadi perubahan dalam

hubungan dengan orangtua dan cita-cita individu, dimana pembentukan cita

-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.

Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian di atas, dapat

disimpulkan bahwa remaja adalah individu yang berada pada masa dimana

terjadi banyak perubahan-perubahan dalam diri individu, baik secara

(45)

2. Ciri-ciri Remaja

Remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan

periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut adalah:

a.Remaja sebagai Periode yang Penting

Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka

panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat fisik dan

ada lagi karena akibat psikologis. Perkembangan fisik yang cepat dan

penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental, semua

perkembangan itu memerlukan penyesuaian mental dan perlunya

membentuk sikap, nilai dan minat yang sesuai dengan keinginan

individu.

b.Remaja sebagai Periode Peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dari masa perkembangan yang telah

terjadi sebelumnya, melainkan sebuah peralihan dari satu tahap

perkembangan ke tahap perkembangan selanjutnya. Artinya apa yang

telah terjadi sebelumnya akan membekas pada apa yang terjadi sekarang

dan selanjutnya. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah

jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada

remaja individu bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.

Dilain pihak, status remaja yang belum jelas ini menguntungkan karena

status memberikan waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang

berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang sesuai dengan

(46)

c.Remaja sebagi Periode Perubahan

Ada empat perubahan yang terjadi pada remaja. Pertama,

meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat

perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Karena perubahan emosi

biasanya terjadi lebih cepat selama remaja. Kedua, perubahan tubuh,

minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk

diperankan, menimbulkan masalah baru. Bagi sebagian besar remaja,

masalah yang timbul tampaknya lebih banyak dan sulit untuk

diselesaikan. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka

nilai-nilai juga berubah. Apa yang pada masa kanak-kanak dianggap

penting, setelah remaja menjadi tidak penting. Misalnya, sebagian besar

remaja tidak lagi menganggap bahwa banyaknya teman merupakan

petunjuk popularitas yang lebih penting daripada sifat-sifat yang

dikagumi dan dihargai oleh teman-teman sebaya. Sekarang mereka

menjadi mengerti bahwa kualitas lebih penting dari pada kuantitas.

Keempat, sebagian besar remaja bersifat ambivalen terhadap setiap

perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi

mereka sering takut bertanggung jawab.

d.Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistik

Remaja melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang ia

inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita.

Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi

(47)

emosi yang merupakan ciri masa remaja. Semakin tidak realistik cita

-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa

apabila orang lain mengecewakannya atau bila ia tidak berhasil mencapai

tujuan yang ditetapkannya.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Sulaeman (1995: 14), masa remaja merupakan masa

peralihan antara masa kehidupan kanak-kanak menuju masa dewasa.

Remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri. Dalam proses

pencaharian ini ada tugas perkembangan yang harus dilewati. Tugas

perkembangan merupakan tugas-tugas yang muncul pada setiap periode

perkembangan individu selama hidupnya.

Keberhasilan menyelesaikan tugas perkembangan dalam periode

perkembangan akan membantu individu dalam menyelesaikan tugas

perkembangan pada periode perkembangan selanjutnya. Sebaliknya,

kegagalan dalam mencapai tugas perkembangan pada periode

perkembangan tertentu akan menghambat terselesainya tugas

perkembangan selanjutnya. Adapun remaja ditandai dengan beberapa

tugas perkembangan yang dialami oleh remaja, yaitu:

a. Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman sebaya, baik dengan teman-teman sejenis maupun dengan jenis kelamin

lain. Artinya para remaja memandang gadis-gadis sebagai wanita dan

laki-laki sebagai laki-laki, menjadi manusia dewasa diantara orang

(48)

mencapai tujuan bersama, dapat menahan dan mengendalikan

perasaan-perasaan pribadi dan belajar memimpin orang lain tanpa

mendominasi.

b. Menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing -masing, artinya mempelajari dan menerima peranan masing-masing

sesuai dengan norma-norma dan ketentuan-ketentuan dalam

masyarakat.

c. Menerima perubahan fisik, merasa bangga atau memiliki toleransi terhadap kondisi fisiknya, serta dapat menggunakan dan memelihara

badannya secara efektif.

d. Mencapai kematangan emosional dari orang tua atau orang dewasa lainny. Tidak bersikap kekanak-kanakan lagi. Misalnya selalu terikat

pada orang tuanya. Membebaskan diri dari ketergantungan dengan

orang tua.

e. Mencapai kematangan ekonomi. Ia merasa sanggup untuk hidup berdasarkan usaha sendiri. Ini terutama sangat penting bagi anak

laki-laki.

f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan. Artinya belajar memilih satu jenis pekerjaan yang sesuai dengan bakatnya.

g. Mempersiapkan diri untuk perkawinan dan hidup berumah tangga. Mengembangkan sikap positif terhadap keluarga dan memiliki anak.

Bagi wanita hal ini harus dilengkapi dengan pengetahuan dan

(49)

h. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat.

i. Memperhatikan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggung jawabkan, artinya ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial sebagai

orang dewasa yang bertanggung jawab, menghormati serta mentaati

nilai-nilai sosial yang berlaku dalam lingkungannya.

4. Perubahan pada Masa Remaja a. Perubahan Sosial Masa Remaja

Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang

berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan

diri dengan teman-teman sebayanya dan harus menyesuaikan dengan

orang dewasa di lingkungan sekitarnya. Bagi remaja yang sulit adalah

penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya,

perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru,

nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan. Dalam perubahan sosialnya

ada beberapa hal yang mempengaruhi, seperti:

1) Kuatnya Pengaruh Kelompok Sebaya

Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan

teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat dimengerti

apabila pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan,

minat penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh

keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila

(50)

anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk

diterima oleh kelompok semakin besar.

2) Nilai Baru dalam Memilih Teman

Remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan

nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan dapat membuatnya

merasa aman serta dengan teman yang ia dapat mempercayakan

masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat ia

bicarakan dengan guru atau orang tuanya.

3) Nilai Baru dalam Memilih pemimpin

Remaja merasa bahwa pemimpin merupakan orang yang akan mewakili mereka dalam masyarakat, mereka menginginkan

pemimpin yang berkemampuan tinggi yang akan dikagumi dan

dihormati oleh orang lain. Remaja mengharapkan pemimpin

mempunyai sifat-sifat tertentu. Ada beberapa kriteria untuk menjadi

seorang pemimpin dalam kelompok. Pertama, pemimpin harus

mempunyai kesehatan yang baik sehingga bersemangat untuk

melakukan sesuatu.

Kedua, remaja yang memperhatikan penampilan akan

mengharapkan seorang pemimpin yang menarik, rapi, dan

memiliki tingkat intelegensi diatas rata-rata dan perestasi akademik

yang baik. Ketiga, pada umumnya pemimpin dalam berbagai

kegiatan sosial remaja berasal dari keluarga yang status

(51)

b. Perubahan Fisik

Perubahan fisik sangat terlihat jelas selama masa remaja. Hormon

-hormon baru diproduksi oleh kelenjar endokrin. Seiring dengan itu,

berlangsung pula pertumbuhan yang pesat pada tubuh untuk mencapai

proporsi seperti orang dewasa. Seorang individu mulai terlihat berbeda,

dan sebagai konsekuensinya dari hormon yang baru.

c. Perubahan Emosional

Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal adalah

perubahan dalam aspek emosional remaja. Hormonal menyebabkan

perubahan seksual yang mendorong perasaan-perasaan baru.

Keseimbangan hormonal yang baru menyebabkan individu merasakan

hal-hal yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Ditambah lagi

pengaruh-pengaruh sosial yang juga senantiasa berubah, seperti tekanan

dari teman sebaya dan media massa.

d. Perubahan Kognitif

Semua perubahan fisik yang membawa dampak perubahan

emosional akan ditambah oleh perubahan kognitif. Remaja tidak lagi

terikat pada realitas fisik yang kongkrit dari apa yang ada, remaja mulai

mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang abstrak dari

realitas. Kemampuan berpikir yang baru ini membuat individu semakin

(52)

5. Masalah-masalah yang berhubungan dengan perkembangan sosial Dalam proses hubungan sosial dengan teman sebaya dan juga

orang dewasa lainnya remaja tentu pernah mengalami masalah-masalah

yang dapat menghambat proses sosialisasinya, seperti:

a. Keinginan untuk Hidup Sesuai dengan Orang Lain

Para remaja pada masa ini memiliki keinginan yang kuat untuk

mengikuti dan menyesuaikan dirinya dengan kelompoknya. Mereka

akan berusaha untuk menghindarkan segala sesuatu yang tidak sesuai

dengan kelompoknya. Mereka akan patuh terhadap cita-cita, sikap

-sikap kebiasaan serta aturan-aturan yang berlaku dalam kelompok

agar tetap serasi dengan kelompoknya.

Adanya penyimpangan-penyimpangan didalam laju

pertumbuhan merupakan sumber ketegangan psikologis bagi individu

yang kurang matang. Ketegangan-ketegangan ini akan tampak

didalam hubungan sosialnya. Individu yang cepat mengalami

kematangan akan lebih cenderung dihadapkan pada masalah sosial.

Misalnya, karena badannya lebih besar, teman-teman dalam

kelompoknya cenderung mengharapkan hal-hal tertentu dari individu

ini yang berhubungan dengan aktivitas sosial. Terkadang karena

kurang memiliki pengalaman walaupun badannya besar, ia menjadi

kurang mampu memenuhi apa yang diharapkan oleh kelompoknya.

Kegagalan dalam memenuhi tuntutan kelompok inilah yang dapat

(53)

b. Masalah dalam Sosialisasi

Masalah-masalah sosial sering dialami oleh anak wanita

daripada anak laki-laki. Lingkungan kehidupan sosial yang sempit,

kekurangan teman, keinginan akan pakaian baru, merupakan masalah

yang sering dialami oleh para remaja. Disamping itu penghargaan dari

masyarakat, ingin mencari teman, ingin diterima dalam kelompok

merupakan kebutuhan-kebutuhan yang nyata bagi remaja. Kegagalan

dalam memenuhi kebutuhan ini akan menimbulkan hal-hal yang tidak

menguntungkan bagi para remaja.

c. Tuntutan dan Harapan Budaya

Hal yang dianggap wajar dalam suatu lingkungan masyarakat

tertentu, belum tentu demikian dalam lingkungan masyarakat lain.

Adanya perbedaan dalam sikap, kebiasaan serta norma-norma sosial

lainnya akan menimbulkan kesulitan dan kebingungan bagi remaja.

Demikian juga tentang harapan yang diharapkan masyarakat terhadap

remaja juga berbeda-beda, sehingga para remaja harus belajar tentang

peranan masing-masing menurut usia dan taraf kematangannya.

C. Bimbingan Pribadi Sosial Sebagai Upaya untuk Mengatasi Perilaku Konformitas pada Remaja

1. Pengertian Bimbingan

Rochman Natawidjaja (Winkel dan Hastuti, 2006: 29)

mendefinisikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada

(54)

tersebut dapat memahami dirinya, sehingga individu sanggup

mengarahkan diri dan bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan

tuntutan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian individu dapat

merasakan kebahagiaan hidupnya serta memberikan sumbangan yang

berarti.

Yusuf dan Nurihsan (2010: 5) mendefinisikan bimbingan merupakan

terjemahan dari kata guidance. Guidance berasal dari kata guide yang

berarti mengarahkan, memandu dan mengelola. Moegandi (Winkel dan

Hastuti, 2006: 29) menjelaskan bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai

(1) suatu cara pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu untuk

memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala

kesempatan yang dimiliki untuk kepentingan pribadinya; (2) suatu usaha

untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan

informasi tentang dirinya sendiri; (3) suatu pelayanan kepada individu,

agar individu dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat

dan menyusun rencana yang realistis, sehingga dapat menyesuaikan diri

dengan memuaskan di dalam lingkungan dimana individu berada; (4)

suatu proses pemberian bantuan kepada individu dalam hal: memahami

sendiri; menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan

lingkungan; memilih serta menyusun rencana sesuai dengan konsep

(55)

Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian diatas, dapat

disimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada

individu agar ia dapat mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya

sendiri. Tujuannya agar individu dapat memahami dirinya sendiri dan

dapat bertindak sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya dan juga

pada tuntutan masyarakat.

2. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial

Winkel dan Hastuti (2006: 118) mendefinisikan bimbingan pribadi

sosial merupakan bimbingan kepada individu dalam menghadapi keadaan

batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya

sendiri; dalam mengatur diri sendiri seperti; perawatan jasmani,

kerohanian, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual, serta

bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama

diberbagai lingkungan sosial.

Yusuf dan Nurihsan (2010: 11) menjelaskan bahwa bimbingan

pribadi sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan

mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah

dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada

pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan kekhasan

karakteristik pribadi serta beragam permasalahannya. Masalah-masalah

tersebut antara lain masalah hubungan dengan sesama teman, dengan guru

dan staf sekolah, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri

(56)

penyelesaian konflik. Yusuf dan Nurihsan (2010: 5) juga menjelaskan

bimbingan pribadi sosial diberikan kepada individu dengan cara

menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab,

mengembangkan sistem-sistem pemahaman diri dan sikap-sikap yang

positif, serta ketrampilan-ketrampilan pribadi sosial yang tepat.

Berdasarkan penjelasan dari pengertian bimbingan pribadi sosial di

atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi sosial merupakan usaha

yang dilakukan untuk membantu individu dalam menangani masalah

-masalah yang berkaitan dengan diri sendiri dan orang lain dengan cara

menciptakan lingkungan yang kondusif dan interaksi pendidikan yang

akrab. Perngertian lain dari bimbingan pribadi sosial adalah upaya yang

dilakukan untuk membantu dan mendampingi individu agar berkembang

secara utuh baik aspek pribadi maupun sosialnya dengan demikian tugas

perkembangan individu dapat dilewati dengan baik dan tidak mengganggu

perkembangan tahap-tahap selanjutnya.

3. Tujuan Bimbingan Pribadi Sosial

Bimbingan dan Konseling bertujuan untuk membantu peserta didik

agar dapat mencapai tujuan dan perkembangannya. Yusuf, Syamsu (2010:

13) menyebutkan bahwa tujuan pemberian bimbingan secara umum antara

lain agar peserta didik dapat:

a. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin.

(57)

masyarakat.

c. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam penyesuaian dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat.

Selain itu, Yusuf, Syamsu (2010: 14) juga menyebutkan tujuan

bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial

individu adalah sebagai berikut:

a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam

kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah

maupun masyarakat umum.

b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajiban masing

-masing.

c. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan;

(58)

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai jenis penelitian, subjek penelitian, alat

pengumpulan data, validitas dan reliabilitas kuesioner, prosedur pengumpulan

data, serta teknik pengolahan dan analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.

Furchan (2005, 415-418) menjelaskan penelitian deskriptif dengan metode survei

merupakan penelitian dengan pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus

-kasus yang relatif besar jumlahnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan

karakteristik subjek yang diteliti secara tepat. Sifat deskriptif dalam penelitian ini

adalah gambaran tentang tingkat konformitas pada siswa SMA Stella Duce 2

Yogyakarta kelas XII.

Berdasarkan hasil penelitian itu akan disusun usulan topik bimbingan

pribadi sosial sebagai referensi bagi guru pembimbing di SMA Stella Duce 2

Yogyakarta.

Menurut Kountur (2003; 105-106), ciri-ciri penelitian deskriptif adalah

sebagai berikut:

1. Berhubungan dengan kejadian yang terjadi saat itu.

2. Menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel namun diuraikan satu persatu.

(59)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta kelas

XII pada tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 88 siswa. Siswa kelas XII

dipilih sebagai subjek penelitian karena; pertama SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

merupakan sekolah khusus perempuan yang cenderung melakukan perilaku

konformitas sehingga sesuai dengan keinginan peneliti untuk melakukan

penelitian di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dan sekolah ini juga memenuhi

syarat untuk dijadikan sebagai tempat penelitian. Kedua peneliti memilih subjek

kelas XII karena tergolong pada masa remaja akhir dengan usia rata-rata 17-18

tahun yang memiliki tugas perkembangan mencapai hubungan sosial yang lebih

matang dengan teman sebaya.

C. Teknik Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang tertulis kepada responden

untuk dijawab (Sugiyono, 2010: 199). Kuesioner ini disusun oleh peneliti. Jenis

kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner terdiri dari atas

dua bagian, yaitu bagian pertama data siswa, kata pengantar dan petunjuk

pengisian. Bagian kedua yaitu memuat isi pernyataan kuesioner yang terdiri dari

(60)

Kuesioner ini menggunakan satu variabel yaitu tingkat konformitas pada

siswa yang berjenis kelamin sama (perempuan). Kuesioner disusun untuk

mengukur seberapa tinggi tingkat konformitas siswa di sekolah berdasarkan pada

aspek-aspek konformitas menurut Sears yaitu konformitas dalam kekompakan,

kesepakatan dan ketaatan.

1. Skala Pengukuran

Kuesioner ini berbentuk pernyataan dengan menyediakan empat

(4) jawaban pada setiap itemnya. Pernyataan-pernyataan yang disajikan

dibedakan menjadi dua yaitu pernyataan favorable dan unfavorable yaitu:

a. Sangat Sesuai (SS)

b. Sesuai (S)

c. Tidak Sesuai (TS)

d. Sangat Tidak Sesuai (STS)

2. Penentuan Skor (Scoring)

Berdasarkan konsep kuesioner menurut skala likert, peneliti

memberikan skoring pada pernyataan-pernyataan seperti dibawah ini.

Tabel 1

Tabel Skoring Rata-rata Konformitas Siswa

No pernyataan Alternatif Jawaban SS

(Sangat Sesuai) (Sesuai)S (Tidak TS Sesuai)

STS (Sangat Tidak

Sesuai)

1 Favorable 4 3 2 1

Gambar

Gambar 1 Grafik Tingkat Konformitas......................................................
Tabel 1 Tabel Skoring Rata-rata Konformitas Siswa
Tabel 2 kisi Kuesioner Konformitas Siswa
Tabel 3 Rincian Item yang Valid dan Tidak Valid
+7

Referensi

Dokumen terkait

% rumah sakit pasien mengalami infeksi nosokomial, pada survei lain.. menyatakan sekitar 1,4 juta pasien diseluruh dunia

Untuk mengatasinya digunakan alat yang memakai prinsip pantulan dari cermin, dimana perubahan posisi cermin yang sangat kecil ( akibat perpanjangan batang) menyebabkan

Pengakhiran kepailitan dapat terjadi karena pencabutan (Pasal 18 ayat (1) UUK dan PKPU), perdamaian yang berkekuatan hukum, atau karena telah

Baiquni pada tahun 2007 dalam Sahputra (2009: 11) menyatakan dalam situasi belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh serta membutuhkan dan melibatkan interaksi, sering

Penelitian tentang degree diameter problem menghasilkan dua kegiatan penelitian yang utama, yaitu mengkonstruksi graf berarah dengan ordo lebih besar dari ordo graf berarah yang

Berdasarkan Panduan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Tengah, pelaksanaan Festival Danau Poso dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada seluruh elemen masyarakat

Manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan interaktif company profile perusahaan jasa konstruksi CV.. Menjadi referensi bagi kalangan desainer 3D maupun animator

1. Mengetahui diskripsi pendidikan agama Islam , pembiasaaan sifat jujur dan penanaman sikap tanggung jawab peserta didik di SD Islam Al Hidayah Samir