• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan hidupnya, prestasi, kesuksesan dan juga penghargaan. Tanpa didukung oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan hidupnya, prestasi, kesuksesan dan juga penghargaan. Tanpa didukung oleh"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemandirian Anak

2.1.1 Pengertian Kemadirian

Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak, karena kemandirian bukan saja mempengaruhi kinerja seseorang melainkan juga berfungsi untuk membantu seseorang dalam mencapai tujuan hidupnya, prestasi, kesuksesan dan juga penghargaan. Tanpa didukung oleh sifat mandiri, seorang anak akan sulit untuk mencapau sesuatu secara maksimal dan akan sulit pula untuk meraih kesuksesan.

Asrori, (2008:130) menjelaskan bahwa perkembangan kemandirian adalah proses yang menyangkut unsur-unsur normatif. Hal ini mengandung makna bahwa kemandirian merupakan suatu proses yang terarah. Perkembangan kemandirian sejalan dengan hakikat eksistensi manusia, maka arah perkembangan tersebut harus sejalan dan berlandaskan pada tujuan hidup. Lebih lanjut Asrori (2008 : 131) mengemukakan “mandiri sering digunakan dalam kehidupan sehari- hari. Hal ini menunjukkan bahwa mandiri berkaitan dengan suatu keadaan atau kondisi dimana seseorang mampu berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.

Kemandirian berasal dari kata mandiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005 : 710) “mandiri berarti keadaan dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain. Kemandirian adalah hal-hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Padiyana (2007 : 11)

7

(2)

8

mengemukakan bahwa kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan, serta berkeinginan untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, mampu berpikir dan bertindak original, kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungannya, mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri, menghargai keadaan diri sendiri, dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Kemandirian pada anak TK tidak sebatas hal-hal yang bersifat fisik saja, tetapi juga berkaitan dengan psikologis, dimana anak usia dini mampu mengambil keputusan sendiri, bertanggung jawab dan memiliki kepercayaan diri.

Dari beberapa pengertian tentang kemandirian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kemandirian adalah sikap tingkah laku tidak tergantung pada orang lain atau dengan sedikit bantuan dalam berfikir dan bertindak.

Kesempatan untuk belajar mandiri dapat diberikan guru atau lingkungan dengan memberikan kebebasan dan kepercayaan kepada anak untuk melakukan tugas-tugas perkembangannya. Peran guru atau lingkungan adalah mengawasi, membimbing, mengarahkan dan memberi contoh teladan tetap sangat diperlukan, agar anak tetap berada dalam kondisi atau situasi yang tidak membahayakan keselamatannya. Bagi anak usia dini, latihan kemandirian ini bisa dilakukan dengan cara melibatkan anak dalam kegiatan praktis sehari-hari di sekolah, sebagai contoh melatih anak mengambil air minumnya sendiri, mencopot dan memakai sepatunya, buang air kecil sendiri dan sebagainya. Begitu pula

(3)

9

kemandirian dalam menentukan pilihannya. Anak perlu mendapatkan kesempatan untuk belajar menimbang dan menetukan pilihannya. Anak akan terbiasa mengambil keputusan tanpa tergantung orang lain. Menurut Barnadib (dalam Rini, 2004:26), bahwa anak dikatakan mandiri apabila ia mampu mengambil keputusan untuk bertindak, memiliki tanggung jawab dan tidak bergantung pada orang lain, melainkan percaya pada diri sendiri. Lebih lanjut Barnadib (dalam Rini, 2004:24) menjelaskan kemandirian dalam diri seorang anak dapat dilihat dari sisi : (a) mampu mengambil keputusan, (b) memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya, (c) bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.

2.1.2 Ciri-Ciri Kemandirian Anak TK

Menurut Sholihatul (2011 : 45) anak yang mandiri untuk anak TK terlihat dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a) Dapat melakukan segala aktivitasnya secara sendiri meskipun tetap dengan pengawasan orang dewasa.

b) Dapat membuat keputusan dan pilihan sesuai dengan pandangan, pandangan itu sendiri di perolehnya dari melihat perilaku atau perbuatan orang-orang di sekitarnya.

c) Dapat bersosialisasi dengan orang lain tanpa ditemani orang tua.

d) Dapat mengontrol emosinya bahkan dapat berempati terhadap orang lain.

Penanaman sifat kemandirian kepada anak harus dimulai sejak anak prasekolah. Namun dalam kerangka proses perkembangan manusia, artinya orang tua tidak boleh melupakan bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa, sehingga

(4)

10

ia tidak bisa di tuntut menjadi orang dewasa sebelum waktunya, serta orang tua harus mempunyai kepekaan terhadap setiap perkembangan anak dan menjadi fasilitator bagi perkembangannya.

Ada beberapa ciri khas anak mandiri diantaranya mempunyai kecenderungan memecahkan masalah daripada berdiam dalam kekhawatiran bila terlibat masalah, tidak takut mengambil resiko karena sudah mempertimbangkan baik buruknya, percaya terhadap penilaian sendiri sehingga tidak sedikit-sedikit bertanya atau minta bantuan, dan mempunyai kontrol yang lebih baik terhadap hidupnya. Kemandirian pada anak sangat penting karena merupakan salah satu life skill yang perlu dimiliki.

Berdasarkan kajian tentang ciri-ciri kemandirian anak TK maka dirumuskan indikator kemandirian belajar yang menjadi fokus penelitian ini adalah : (1) mengerjakan tugas tanpa bantuan orang lain, (2) merapikan alat belajar tanpa dibantu dan (3) meminta pendapat guru ketika mengalami kesulitan.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Anak TK

Faktor – faktor yang mempengaruhi kemandirian anak usia prasekolah terbagi menjadi dua meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah (Qodrat, 2009:10).

a. Faktor Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur yang ada dalam sebuah keluarga yaitu kedua orang tua. Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sanga besar dalam berbagai macam sisi. Keluargalah yang menyiapkan potensi pertumbuhan dan pembentukan anak. Keluarga merupakan

(5)

11

tempat anak belajar pertama. Orang tua merupakan guru pertama bagi anak. Lebih jelasnya kemandirian anak tergantung pada pemikiran dan tingkah laku kedua orang tuanya serta lingkungannya.

Lingkungan keluarga merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya tingkat kemandirian anak usia pra sekolah, sehingga lingkungan keluarga yang baik akan meningkatkan cepat tercapainya kemandirian anak.

Selain itu karakteristik sosial juga dapat mempengaruhi kemandirian anak, misalnya tingkat kemandirian anak dari keluarga miskin berbeda dengan anak dari keluarga kaya, akan tetapi anak yang mendapatkan stimulasi terarah dan teratur akan lebih mandiri dibanding dengan anak yang kurang mendapat stimulasi.

Selain itu anak dapat mandiri akan membutuhkan kesempatan dukungan dan dorongan peran orang tua sebagai pengasuh sangat diperlukan, oleh karena itu pola pengasuhan merupakan hal yang sangat penting dalam pembentukan kemandirian anak.

Rasa cinta dan kasih sayang kepada anak hendaknya diberikan sewajarnya karena ini akan mempengaruhi mutu kemandirian anak, bila diberikan berlebihan anak menjadi kurang mandiri kemungkinan semua itu dapat diatasi bila interaksi antara anak dan orang tua berjalan dengan lancar dan baik karena interaksi dua arah anak dan orang tua menyebabkan anak menjadi mandiri. Orang tua akan memberikan informasi yang baik jika orang tua tersebut mempunyai pendidikan karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima info dari luar terutama cara memandirikan anak. Status pekerjaan Ibu akan mempengaruhi tingkat kemandirian anak, apabila ibu bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah

(6)

12

ibu tidak bisa melihat perkembangan anaknya, apakah anaknya sudah bisa mandiri atau belum. Sedangkan ibu yang tidak bekerja bisa melihat langsung kemandirian anaknya.

b. Faktor Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah berperan penting dalam perilaku anak khususnya sekolah, sebab dari sinilah perlakuan-perlakuan yang terus menerus dan terstruktur diberikan kepada anak, sehingga anak diharapkan dapat merubah perilakunya sesuai yang diharapkan. Sekolah yang telah memberikan lingkungan yang menunjang bagi kesuksesan pendidikan maka sekolah itu secara langsung dan tidak langsung memberikan sentuhan perlakuan kepada anak.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku mandiri anak faktor lingkungan keluarga dan faktor lingkungan sekolah.

2.1.4 Peran Guru Dalam Membentuk Kemandirian Anak

Untuk membentuk kemandirian anak hendaknya ditanamkan pada anak- anak sejak usia dini oleh guru beserta orang tua yang ada di rumah, dapat pula melalui cara dengan memberikan pembiasaan-pembiasaan sehari-hari, baik di sekolah maupun lingkungan keluarga anak, dengan latihan belajar mandiri yang diberikan oleh guru, anak terbiasa melakukan pekerjaan atau tugas-tugasnya sendiri tanpa bantuan atau tanpa berharap agar orang lain akan membantunya, peran guru sangatlah penting bagi anak-anak TK sebagai pemberi contoh/teladan yang baik pada saat disekolah. Karena, pada dasarnya anak-anak usia TK sangat mudah sekali meniru baik apa yang dilihat maupun didengarnya. Kemandirian

(7)

13

sangatlah penting bagi anak, sebab kemandirian mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi proses perkembangan anak dimasa yang akan datang. Selain sebagai pendidik, pembimbing dan pelatih, guru juga mempunyai peran-peran yang lain seperti, sebagai motivator, inspirator, mediator, informatory, (Sujiono, 2009 : 13).

Melatih anak untuk membentuk kemandirian, bukan berarti membiarkan anak dan kemampuan masing-masing anak. Setiap pekerjaan anak dalam bentuk apapun hasilnya harus kita hargai, dengan cara memberikan pujian atau kata-kata yang manis, yang dapat membuat anak akan lebih termotivasi untuk lebih belajar mandiri dengan melakukan sesuatu yang lebih baik lagi.

2.2 Hakikat Behavior Contract 2.2.1 Pengertian Behavior Contract

Fauzan (2009:21) mengatakan bahwa Behavior Contract adalah perjanjian dua orang ataupun lebih untuk berperilaku dengan cara tertentu dan untuk menerima hadiah bagi perilaku itu. Kontrak ini menegaskan harapan dan tanggung jawab yang harus dipenuhi dan konsekuensinya. Kontrak dapat menjadi alat pengatur pertukaran reinforcement positif antar individu yang terlibat.

Strukturnya merinci siapa yang harus melakukan, apa yang dilakukan, kepada siapa dan dalam kondisi bagaimana hal itu dilakukan, serta dalam kondisi bagaimana dibatalkan.

Menurut Latipun (http://lutfifauzan.wordpress.com/2009/08/09/kontrakperilaku/), behavior contract adalah persetujuan antara dua orang atau lebih (konselor dan klien) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Konselor dapat memilih

(8)

14

perilaku yang realistik dan dapat diterima oleh kedua belah pihak. Setelah perilaku dimunculkan sesuai dengan kesepakatan, ganjaran dapat diberikan kepada klien. Dalam terapi ini ganjaran positif terhadap perilaku yang dibentuk lebih dipentingkan daripada pemberian hukuman jika kontrak perilaku tidak berhasil.

Faujan, (http://lutfifauzan.wordpress.com/2009/08/09/kontrakperilaku/), kontrak perilaku (behavior contracts) adalah perjanjian dua orang ataupun lebih untuk berperilaku dengan cara tertentu dan untuk menerima hadiah bagi perilaku itu. Kontrak ini menegaskan harapan dan tanggung jawab yang harus dipenuhi dan konsekuensinya. Kontrak dapat menjadi alat pengatur pertukaran reinforcement positif antarindividu yang terlibat. Strukturnya merinci siapa yang harus melakukan, apa yang dilakukan, kepada siapa dan dalam kondisi bagaimana hal itu dilakukan, serta dalam kondisi bagaimana dibatalkan.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa behavioris kontrak adalah perjanjian yang dilakukan oleh dua orang dalam rangka untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini perjanjian dilakukan untuk merubah seseorang dari perilaku yang negatif menjadi perilaku positif. Seperti halnya seorang anak yang kurang mandiri akan menjadi anak yang mandiri.

2.2.2 Langkah-Langkah Behavior Contract

Menurut Komalasari (2011:173), langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan kontrak perilaku adalah:

a. Pilih tingkah laku anak yang akan diubah.

(9)

15

Langkah awal yaitu memilih tingkah laku anak yang akan diubah dalam hal ini adalah kemandirian anak (selalu bergabung dengan orang tua)

b. Tentukan data awal (baseline data) yaitu tingkah laku yang akan diubah.

Langkah kedua menentukan data awal terhadap terhadap tingkah laku yang yang diubah. Untuk langkah yang kedua ini kita perlu menentukan data awal terhadap tingkah laku yang akan diubah yang berkaitan dengan kemandirian anak seperti kemandirian anak dalam bermain sendiri.

c. Tentukan jenis penguatan yang akan diterapkan.

Langkah yang ketiga menentukan penguatan yang akan diterapkan. Ketika mulai mengubah perlakuan, maka kita dapat menentukan penguatan yang akanditerapkan, misalnya ketika anak sudah mampu bermain sendiri maka akan diberikan penguatan seperti tepuk tangan.

d. Berikan reinforcement setiap kali tingkah laku yang diinginkan ditampilkan sesuai dengan jadwal kontrak.

Untuk langkah yang keempat misalnya dalam 1 minggu anak telah mengajukan perubahan tingkah laku misalnya bisa mandi sendiri, maka diberikan penguatan berupa pujian.

e. Berikan penguatan setiap saat tingkah laku anak yang ditampilkan.

Artinya apabila anak dapat menampilkan tingkah laku yang menunjukkan perubahan, maka perlu diberikan penguatan sampai anak telah berubah tanpa

diberikan penguatan lagi.

(10)

16

2.2.3 Penerapan Teknik Behavior Contract Dalam Meningkatkan Kemandirian Anak

Salah satu standar kompetensi Kurikulum 2004 Taman Kanak-Kanak

adalah anak menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri dan bekerjasama dengan orang lain. Pembelajaran kemandirian bertujuan

mengembangkan kemampuan dan kesanggupan melakukan tugas yang tidak selalu menggantungkan pada orang lain, serta mampu mengambil inisiatif secara mandiri sesuai potensi anak.

Proses pembelajaran Taman Kanak-Kanak harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup. Pengembangan konsep kecakapan hidup didasarkan atas pembiasaan-pembiasaan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya (Depdiknas, 2005 : 2).

Pembelajaran kemandirian anak yang dilaksanakan secara realistis dan konkrit dapat mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis. Dengan mengembangkan keterampilan belajar yang praktis, anak akan menjadi pembelajar yang lebih efektif. Keterampilan belajar yang baik dapat meningkatkan kemampuan belajar, memahami dan menguasai informasi dalam waktu yang lebih singkat. Sedangkan Uno (2006:17) mengemukakan prinsip- prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar di antaranya pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis. Bahan pelajaran yang bersifat praktis berhubungan dengan situasi kehidupan, hal ini dapat menarik minat, sekaligus dapat memotivasi belajar.

(11)

17

Latihan-latihan untuk hidup praktis dirancang untuk mengajari anak pada pekerjaan dalam lingkungannya sendiri, dengan jalan mengajari mereka bagaimana menguasai hal-hal yang ada di sekitarnya (Hainstock, 2002:18).

Kemandirian anak untuk menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup diwujudkan melalui aktifitas yang dekat dengan kehidupan anak sehari-hari, misal menggosok gigi, kecakapan memotong buah dan sebagainya.

Kemandirian merupakan salah satu aspek perilaku yang harus dikembangkan sejak usia dini. Namun dalam membentuk pribadi yang mandiri tidaklah mudah seperti yang dibayangkan semua orang. Membentuk pribadi yang mandiri pada anak usia dini membutuhkan teknik-teknik yang sesuai dengan perkembangan usia mereka.

Seorang anak yang selalu bergantung pada orang lain akan sulit memperoleh kesuksesan dan penghargaan. Dalam pandangan behavioris ini merupakan sebuah masalah yang harus dipecahkan sehingga anak akan menjadi seorang pribadi yang mandiri.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah kurang kemandirian anak adalah dengan konseling behavior dengan teknik behavior contract di mana akan diadakan perjanjian antara guru dan anak.

Apabila anak melakukan aktivitas sesuai dengan perjanjian yang ada maka akan diberikan reward. Menurut John D. Krumboltz (dalam Suyadi, 2010 : 94) tahapan konseling behavior dapat dilakukan dengan empat prosedur yaitu : (1) belajar operan. Dimana pada tahap ini klien diberi pemahaman mengenai perlunya reward (hadiah) sebagai stimulasi tercapainya perubahan perilaku yang

(12)

18

diharapkan, (2) belajar meniru (imitative learning). Dimana seorang konselor/guru menunjukkan perilaku-perilaku positif yang akan mendapat reward untuk di tiru dan dibiasakan dalam kehidupannya sehari-hari, (3) belajar kognitif. Dalam hal ini konselor/guru member kebebasan kepada kliennya/anak untuk merespons stimulasi dari lingkungan sosialnya untuk dipelihara menjadi kebiasaan. Untuk mempermudah klien/anak dalam melakukan respons tersebut, konselor/guru akan mengizinkan kliennya/anak mengadaptasi perilaku yang lebih baik melalui instruksi secara sederhana, (4) belajar emosi. Konselor/guru akan menunjukkan respons-respons negatif secara emosional, kemudian menggantinya dengan respons-respons positif yang dapat diterima secara emosional sesuai dengan konteksnya.

Dengan melakukan prosedur behavior yang dilakukan dengan perjanjian maka guru akan dapat melihat tingkat kemandirian seorang anak. Dan anak akan terbiasa melakukan semua aktifitas secara mandiri tanpa bantuan dari orang tua maupun orang lain.

Dalam meningkatkan perilaku mandiri anak melalui teknik behavior contract akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Memilih tingkah laku yang akan di ubah seperti mengerjakan tugas tanpa bantuan.

b. Melakukan perjanjian atau kontrak dengan anak secara lisan, apabila anak mampu mengerjakan tugas tanpa bantuan dari orang lain, merapikan alat belajar tanpa dibantu dan minta pendapat guru apabila ada kesulitan maka akan diberikan hadiah.

(13)

19

c. Guru memberikan contoh terlebih dahulu apa yang harus dilakukan oleh anak, dan meminta anak untuk mengikutinya.

d. Guru melakukan pengamatan terhadap apa yang dilakukan oleh anak dan memberikan reward seperti apa yang menjadi kesepakatan bersama.

e. Anak yang belum menunjukkan sikap kemandiriannya akan dimotivasi dengan memberikan latihan yang berulang hingga anak mampu melakukan apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran yang dilakukan.

2.3 Kajian Relevan

Berikut ini uraian singkat tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sarmin A. 2012. Judul penelitian tindakan kelas ini adalah Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Pada Materi Jual Beli Melalui Behavior Contract di TK Mentosori Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo menyatakan bahwa dengan menggunakan teknik behavior contract dapat meningkatkan motivasi belajar pada anak. Hal ini dapat

dilihat dari persentase hasil belajar anak yang semakin meningkat dari siklus I 29% dan siklus II 75%. Berdasarkan jumlah persentase dapat terlihat meningkat sebanyak 46%.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Hani Ismail, 2012. Judul Penelitian adalah Deskriptif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak Kelompok A TK Aisyiah Bustanul Atfal (ABA) Payunga Kecamatan Batudaa Kabupaten Gorontalo menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian anak kelompok A TK ABA Payunga adalah

(14)

20

lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Faktor keluarga dalam hal ini orang tua yang kurang memberikan pembiasaan mandiri di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah anak pada umumnya belum memiliki kemandirian dalam proses pembelajaran, anak masih dibantu dalam mengerjakan tugas, mewarnai, menggambar, menjiplak, melipat dan mengisi pola.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoretis yang , maka dapat dirumuskan tindakan dalam penelitian ini adalah : “jika digunakan teknik behavior contract, maka kemandirian anak TK Tunas Harapan Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo dapat ditingkatkan”.

2.5 Indikator Kinerja

Indikator kinerja keberhasilan dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan kemandirian anak dari 6 orang atau 33% menjadi 15 orang atau 83% dari jumlah anak seluruhnya 18 orang setelah dibelajarkan dengan menggunanakan teknik behavior contract di TK Tunas Harapan Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Pengadu Jawaban Para Teradu sangat keliru, para Teradu memang tidak diputus sebagai pihak yang bersalah dalam putusan tersebut, akan tetapi ada keterkaitan dengan

Susunan perhitungan sistematis dalam menentukan mahasiswa berprestasi menggunakan logika fuzzy metode Tsukamoto dan metode Mamdani dapat dilakukan dengan mengetahui

Pengujian (Testing) Setelah proses diatas telah dilalui maka langkah selanjutnya adalah diuji Coba, Pengujian ini dilakukan setelah menyelesaikan semua tahapan pembuatan dengan

Penelitian ini dilatar belakangi kurangnya ketertarikan siswa terhadap pembelajaran bahasa Jerman terutama pada keterampilan membaca pemahaman. Siswa cenderung acuh

Untuk mengetahui bahwa mahkota dewa memiliki pengaruh yang efektif dalam menurunkan kadar kolesterol total plasma maka data rata-rata antar perlakuan diatas diolah dengan

Uji Biokimia Awal Pada Media BSA Uji Biokimia awal pada media BSA, menunjukkan hasil yang positif (pd sampel uterus dan telur), yaitu tdpt koloni warna hitam atau abu-abu,

Berkaitan dengan peranan theaflavin dalam ekstrak teh hitam terhadap penurunan ekspresi PPARγ pada kultur preadiposit ini perlu penelitian lanjut untuk mengungkap mekanisme

Menciptakan stabilitas ekonomi, dimana terdapat tingkat harga jang stabil dan serasi dengan daya beli rakjat, jang berarti perbaikan kesedjahteraan rakjat