• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Pulau Pramuka secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu, Kotamadya Jakarta Utara, Propinsi DKI Jakarta. Secara geografis Kelurahan Pulau Panggang terletak antara 05°44’19” LS - 05°45’05” LS dan antara 106°36’35” BT - 106°37’07” BT (Lampiran 1).

Batas-batas wilayah Kelurahan Pulau Panggang adalah :

• di sebelah utara : wilayah perairan Kelurahan Pulau Kelapa;

• di sebelah selatan : wilayah perairan Kelurahan Pulau Untung Jawa;

• di sebelah barat : wilayah perairan Kelurahan Pulau Tidung;

• di sebelah timur : wilayah perairan Jawa Barat.

Kelurahan Pulau Panggang terdiri atas 13 pulau dimana 2 pulau diantaranya adalah pusat pemukiman, yaitu Pulau Panggang dan Pulau Pramuka. Luas Pulau Pramuka mencapai sekitar 30,08 hektar dengan tingkat kepadatan sedang (80 org/ha).

Topografi Pulau Pramuka merupakan tanah dataran rendah dengan ketinggian antara 1-2 m diatas permukaan laut.

Pulau Pramuka masuk ke dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu dan termasuk kedalam Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Pulau Pramuka merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Utara.

Pulau Pramuka didiami oleh 1625 jiwa yang tergabung dalam 457 KK. Profesi penduduk sebagian besar adalah nelayan (sekitar 85 %); sisanya adalah sebagai PNS dan wirausahawan. Penduduk pulau ini merupakan masyarakat pendatang dari Jawa Barat, Jakarta, Makasar dan Sumatera, sehingga masyarakat pulau ini bersifat multikultural (Ditjen, PHPA 2003; BPS, 2006). Secara terperinci, pulau-pulau yang termasuk dalam wilayah Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara beserta luasnya disajikan dalam Tabel 2.

(2)

Tabel 2 Luas pulau beserta peruntukkan di Kelurahan Pulau Panggang

No. Nama Pulau Peruntukkan Luas (ha) Persentase (%) 1. Pulau Opak Kecil Peristirahatan 1,10 1,77 2. Pulau Karang Bongkok Peristirahatan 0,50 0,81 3. Pulau Kotok Kecil Perlindungan

hutan umum 1,30 2,09

4. Pulau Kotok Besar Pariwisata 20,75 33,41 5. Pulau Karang Congkak Peristirahatan 0,60 0,97 6. Pulau Gosong Pandan Peristirahatan 0,00 0,00 7. Pulau Semak Daun

Perlindungan hutan dan pelestarian alam

0,75 1,21

8. Pulau Panggang Pemukiman 9,00 14,49

9. Pulau Karya Perkantoran 6,00 9,66

10. Pulau Pramuka Pemukiman 16,00 25,77

11. Pulau Gosong Sekati Peristirahatan 0,20 0,32

12. Pulau Air Peristirahatan 2,90 4,67

13. Pulau Peniki Mercusuar 3,00 4,83

Total 62,10 100,00

Sumber: Data Laporan Tahunan Pemerintahan Kelurahan Pulau Panggang 2011

4.2 Karakteristik Kependudukan Pulau Pramuka

Penduduk yang berada di Pulau Pramuka sebagian besar merupakan penduduk bersuku orang pulau. Namun sebenarnya ada beberapa diantara penduduk yang berasal dari suku betawi, Suku Bugis, Suku Jawa, dan Suku Sunda yang berasal dari Banten. Sebagian besar dari mereka menganut ajaran Islam. Keberagaman suku ini memperngaruhi cara berkomunikasi yang berbeda dengan kombinasi dari bahasa Melayu, Bahasa Betawi, dan beberapa kata berasal dari Bahasa Bugis, Bahasa Jawa, dan Bahasa Sunda. Kombinasi bahasa tersebut membentuk bahasa yang disebut sebagai bahasa pulau (Napitulu et al, 2005 diacu dalam FDC IPB, 2010).

4.3 Keadaan Perairan

Konfigurasi dasar perairan Pulau Pramuka relatif datar dengan sedikit cekungan.

Kedalaman rata-rata pada rataan terumbu di sekeliling pulau bervariasi antara 1 sampai dengan 5 m. Kedalaman laut di luar rataan terumbu bervariasi antara 20

(3)

sampai dengan 40 m. Rataan terumbu membentang di sekeliling pulau sampai dengan jarak 500 m dari garis pantai.

Ada tiga musim yang mempengaruhi kondisi perairan Pulau Pramuka, yaitu musim angin barat, musim angin timur dan musim peralihan. Musim angin barat berlangsung dari bulan Desember sampai pertengahan bulan Maret. Pada musim ini angin bertiup kencang dari arah barat ke timur, dengan arus kuat disertai hujan cukup deras. Kondisi ini mengakibatkan perairan keruh. Kecepatan arus rata-rata pada musim barat di Kepulauan Seribu adalah 0,13-0,17 m/s. Keadaan angin bervariasi dengan kecepatan antara 7-20 knot (Ditjen PHPA, 2003; Dinas Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, 1998; Effendi, 1993).

Musim angin timur berlangsung dari bulan Juni hingga September. Angin bertiup kencang dari arah timur ke barat yang disertai dengan arus laut sedang. Pada musim timur hujan jarang turun sehingga air laut jernih. Kecepatan angin bervariasi antara 7- 15 knot. Musim peralihan berlangsung pada bulan Maret sampai dengan Mei dan bulan September sampai dengan November. Karakter angin dan gelombang relatif lemah dan kondisi perairan tidak keruh. Penelitian ini dilaksanakan dalam periode musim peralihan. Berikut data parameter fisika dan kimia di Pulau Pramuka pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil pengukuran parameter fisika-kimia perairan Pulau Pramuka Parameter Kriteria Habitat Pulau Pramuka Fisika

Suhu (0C) 28-30 29-31

Kedalaman (cm) - 31-95

Kecerahan (%) - 100

Kimia

Salinitas (PSU) 10-45 27-30

pH 7,8-8,5 7,5-8,0

DO (mg/l) - 9,64

Nitrat (mg/l) - 0,088-0,249

Orthofosfat (mg/l) - 0,018-0,041

Sumber: Apramilda 2011

4.4 Kondisi Penangkapan Ikan 4.4.1 Unit penangkapan ikan

(4)

Sesuai dengan kondisi perairan yang relatif berkarang, kegiatan penangkapan ikan di Pulau Pramuka didominasi oleh unit penangkapan ikan yang ditujukan untuk ikan karang dan pelagis. Nelayan Pulau Pramuka berasal dari daerah Bugis, Tangerang dan Palembang. Latar belakang budaya pun bercampur baur sehingga menciptakan corak budaya tersendiri. Nelayan Pulau Pramuka umumnya bekerja sebagai nelayan penuh kecuali nelayan bubu sedang (bubu karang). Nelayan jaring, pancing dan bubu selat (bubu besar) umumnya melaut hampir sepanjang tahun kecuali pada musim barat. Dengan demikian nelayan Pulau Pramuka umumnya melaksanakan kegiatan penangkapan ikan sekitar 8 (delapan) bulan dalam satu tahun, yaitu mulai dari bulan April sampai dengan November.

Kapal yang digunakan dalam penelitian ini (Gambar 19) adalah kapal dengan ukuran panjang 9 meter, lebar 2 meter dan mempunyai besar tenaga 3GT (Gross tonnage).

Gambar 19 Kapal yang digunakan pada penelitian

Nelayan pemilik adalah nelayan yang memiliki kapal dan alat tangkap sendiri.

Nelayan pemilik alat tangkap pancing dan bubu sedang, mengoperasikan sendiri alat tangkap yang dimilikinya. Nelayan pemilik payang, muroami, jaring gebur dan bubu besar, mengoperasikan alat tangkap dan mempekerjakan nelayan lain untuk membantu dalam pengoperasian alat tangkap. Nelayan buruh untuk setiap alat tangkap tidak dapat dipastikan jumlahnya, karena selalu berpindah pemilik dan alat tangkap. Upah nelayan buruh ditetapkan dengan cara bagi hasil untuk semua alat tangkap yang mempekerjakan nelayan buruh.

(5)

4.4.2 Musim penangkapan ikan

Musim penangkapan ikan di Pulau Pramuka dipengaruhi oleh musim yang berlangsung di laut. Umumnya nelayan melaut pada musim peralihan (Maret- awal Mei) dan musim timur (Mei-November). Pada musim peralihan, kondisi perairan tenang, sehingga semua nelayan dari semua alat tangkap pergi melaut. Musim ini dianggap nelayan sebagai musim yang ideal, karena resiko kegagalan yang disebabkan oleh kondisi alam sedikit sekali. Nelayan juga intensif menangkap ikan untuk persiapan tidak melaut pada musim barat.

Pada musim timur, nelayan pergi melaut walaupun intensitasnya tidak sesering pada musim peralihan. Hal ini disebabkan hembusan angin yang cukup kencang walaupun arus relatif tenang. Kondisi tersebut berbahaya untuk nelayan pancing yang menggunakan perahu dengan alat bantu layar. Pada musim barat, nelayan lebih memilih tinggal di rumah, karena kondisi perairan berangin kencang dan berombak besar, serta arus yang kuat. Kondisi seperti ini membahayakan keselamatan nelayan dan juga kesuksesan operasi penangkapan, karena arus yang kuat menyebabkan alat tangkap hanyut dan terbelit saat dioperasikan. Nelayan umumnya mengoperasikan bubu karang pada saat ada kesempatan atau waktu luang dan kondisi cuaca yang

“teduh”, dalam arti arus dan ombak tenang.

4.4.3 Daerah penangkapan dan hasil tangkapan

Jarak daerah penangkapan ikan tergantung alat yang dioperasikan dan kekuatan kapal yang digunakan. Nelayan akan mengoperasikan alat tangkap dengan tujuan penangkapan ikan pelagis di perairan terbuka dengan kedalaman lebih dari 20 m.

Nelayan akan mengoperasikan alat tangkap dengan tujuan ikan karang di daerah terumbu karang dengan kedalaman kurang dari 20 m.

Hasil tangkapan utama nelayan Pulau Pramuka berupa ikan-ikan karang seperti kerapu (Epinephelus sp), ekor kuning (Caesio sp), lencam, beronang (Siganus sp), selar, tongkol, layang, kembung dan bermacam ikan hias. Beberapa hasil tangkapan berupa ikan karang dan pelagis, didaratkan di Muara Angke dan Muara Baru.

Beberapa nelayan memilih mendaratkan hasil tangkapannya di Pulau Pramuka,

(6)

karena permintaan ikan cukup tinggi. Nelayan cepat mendapatkan keuntungan, karena ikan hasil tangkapan tersebut langsung terjual habis. Ikan hias umumnya dikumpulkan oleh seseorang pengumpul yang berdomisili di Pulau Panggang. Ikan hias didapat dari nelayan-nelayan bubu dan muroami, untuk selanjutnya dijual ke perusahaan ikan hias di Jakarta .

Jumlah nelayan pada tahun 2011 tidak mengalami kenaikan maupun penurunan, jumlah tersebut tetap seperti pada tahun 2010 dan hal tersebut sejalan juga dengan jumlah kapal perikanan yang jumlahnya tetap dari tahun 2010 sampai 2011.

Secara rinci keadaan umum perikanan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Statistik perikanan dan kelautan Kepulauan Seribu

No. Uraian 2009 2010 2011*

1. Nelayan penangkap ikan laut (orang) - 4.880 4.880

2. Jumlah fish shelter (buah) 362 362 527

3. Jumlah kapal perikanan (kapal) - 1.367 1.367 4. Tutupan terumbu karang (persen) 33,40 33,60 40,00 5. Transplantasi karang (buah) - 5.476 8.119 Sumber: Pemerintah Administrasi Kepulauan Seribu 2011

Banyaknya peningkatan jumlah fish shelter mengartikan bahwa, potensi perikanan di Pulau Pramuka cukup baik dan berpeluang besar untuk dikembangkan.

Kegiatan perbaikan komunitas serta kerusakan karang (transplantasi karang) juga mengalami peningkatan tiap tahunnya, dimana hal tersebut juga menjadi indikasi bahwa kerusakan karang di Pulau Pramuka tiap tahun juga mengalami peningkatan.

4.5 Kondisi Terumbu Karang di Pulau Pramuka

Tutupan karang hidup di perairan Gosong Pramuka mempunyai nilai 24% atau berkategori ’buruk’. Prosentase abiotik mencapai 31% yang didominasi rubble (19%) mengindikasikan kerusakan telah terjadi akibat tingginya aktivitas manusia dikarenakan Gosong Pramuka ini terletak di Pusat Pemerintahan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. Kerusakan di sekitar pemukiman lebih banyak diakibatkan eksploitasi batu karang dan pasir, penggunaan sianida (menangkap ikan dengan metode pembiusan), sedimentasi dasar laut, dan kontaminasi disposal limbah.

Dalam upaya menanggulangi masalah kerusakan ekosistem karang dan produksi

(7)

perikanannya serta mencari alternatif untuk mengurangi tekanan terhadap pemanfaatan sumber daya di Pulau Pramuka dikembangkan karang buatan (artificial reef) dan teknik transplantasi karang (coral transplantation) (Ditjen PHPA, 2003).

Keberadaan ikan-ikan karang yang terdapat di suatu ekosistem terumbu karang tergantung kepada karakteristik habitatnya, diantaranya meliputi kondisi terumbu karang dan parameter fisik lingkungan. Persyaratan untuk tumbuh dengan baik bagi organisme karang adalah suhu perairan antara 20-29°C sepanjang tahun, salinitas yang cukup tinggi antara 32-35‰ tingkat kecerahan ang baik dan kedalaman antara 50-70 m (Nybakken, 1986). Kondisi fisik perairan perlu diperhatikan untuk menentukan lokasi penempatan terumbu buatan sehingga akan mendapatkan hasil yang maksimal. Hasil pengukuran parameter fisik di lokasi penelitian menunjukkan bahwa secara umum suhu perairan berkisar antara 29-30°C, kecepatan arus berkisar antara 0,12-0,17 m/det, kecerahan perairan berkisar antara 5-10 m dan salinitas berkisar antara 32-33‰.



Gambar

Tabel 2 Luas pulau beserta peruntukkan di Kelurahan Pulau Panggang
Tabel 3 Hasil pengukuran parameter fisika-kimia perairan Pulau Pramuka  Parameter  Kriteria Habitat  Pulau Pramuka Fisika  Suhu ( 0 C) 28-30 29-31 Kedalaman (cm)  - 31-95 Kecerahan (%)  - 100 Kimia  Salinitas (PSU)  10-45  27-30  pH 7,8-8,5  7,5-8,0  DO (m
Gambar 19 Kapal yang digunakan pada penelitian
Tabel 4  Statistik perikanan dan kelautan Kepulauan Seribu

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan 1 Hasil belajar JPS Peserta Didik yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw lebib tinggi daripada peserta didik yang diajar dengan

Dalam hal ini pengujian reliabilitas instrumen yang penulis gunakan yaitu internal consistency. Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara

Penelitian bertujuan mendapatkan makna pengalaman mendalam terhadap keluarga selama merawat anggota keluarga dengan paska stroke di wilayah pesisir kota

3) Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat 4) Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana 3. Model yang dikemukan oleh Merilee S. Model

Pengamatan terhadap dinamika konsentrasi gula reduksi dari hasil hidrolisis karbohidrat yang berbeda oleh enzim kasar yang diperoleh dari cairan rumen, dengan atau tanpa

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ganguli dan Bhaduri (1980) menyatakan bahwa terjadi pengurangan cabang produktif akibat adanya irradiasi

Pada uji in planta, penggunaan ekstrak lengkuas dengan konsentrasi 53.72 ppm (LC 90 ) dapat menurunkan intensitas penyakit karat daun pada anggur sebesar 16% pada hari