• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Dengan menggunakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Dengan menggunakan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

55 4. 1 Rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Dengan menggunakan rancangan penelitian two group pre and post test control group design (Pocock, 2008) untuk mengetahui manfaat dari senam otak lebih meningkatkan keseimbangan dinamis daripada senam SKJ 2008 pada anak usia 7 – 8 tahun.

Adapun bentuk rancangan penelitian dapat digambarkan dengan pola sebagai berikut (Pocock, 2008)

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Keterangan :

P : Populasi R : Randomisasi S : Sampel

RA : Random alokasi

O

1

: Hasil pengukuran tes keseimbangan dinamis pada kelompok I sebelum diberikan SKJ 2008.

P

1

: Perlakuan pada kelompok I (SKJ 2008) dengan dosis 3 seminggu kali, selama 30 menit dalam 6 minggu.

P S

O4 O1 O2

O3

P1

P2 R

RA

RA

(2)

O

2

: Hasil pengukuran tes keseimbangan dinamis pada kelompok I sesudah diberikan SKJ 2008.

O

3

: Hasil pengukuran tes keseimbangan dinamis pada kelompok II sebelum diberikan senam otak.

P

2

: Perlakuan pada kelompok II (senam otak) dengan dosis 3 seminggu kali, selama 20 menit dalam 6 minggu.

O

4

: Hasil pengukuran tes keseimbangan dinamis pada kelompok II sesudah diberikan senam otak.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri 8 Simpang Teritip, SD 11 Simpang Teritip, SD 15 Simpang Teritip Bangka Barat 5 Maret sampai dengan 28 April 2015.

4.3 Penentuan Sumber Data

Penentuan sumber data dimulai dari menentukan populasi target yang akan diteliti, kemudian didapat populasi terjangkau, menentukan sampel, kriteria eligibilitas, besaran sampel dan teknik pengambilan sampel.

4.3.1 Populasi target

Dalam penelitian ini populasi target adalah anak usia 7- 8 tahun di Bangka Barat.

4.3.2 Populasi terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini anak usia 7 – 8 tahun yang

bersekolah di SD Negeri 8 Simpang Teritip, SD 11 Simpang Teritip, SD 15

Simpang Teritip Bangka Barat.

(3)

4.3.3 Sampel

Sampel dalam penelitian adalah jumlah sampel yang diambil dari populasi terjangkau, disesuaikan dengan kriteria inklusi yang dibahas dalam kriteria eligibilitas.

4.3.4 Kriteria eligibilitas

Kriteria egibilitas adalah kriteria pemilihan yang membatasi karakteristik populasi terjangkau yaitu ; Kriteria inklusi, kriteria eksklusi dan kriteria drop out 1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi (1)) mendapat ijin dari orang tua untuk diikutsertakan dalam penelitian, (2) memiliki nilai z score yang normal (-2 sampai 2).

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini meliputi (1) adanya abnormalitas bentuk kaki (2) dalam keadaan demam, (3) cacat anggota gerak fisik yang mengganggu aktivitas.

3. Kriteria pengguguran (drop out)

Anak termasuk kriteria drop out apabila (1) anak tidak menyelesaikan latihan

selama 6 minggu sesuai dengan program, (2) tidak mampu mengikuti instruksi

saat dilakukan pengukuran, (3) anak selama penelitian tidak teratur mengikuti

prosedur penelitian, (4) anak mengalami cidera saat mengikuti program pelatihan,

(5) tidak dapat mengikuti gerakan di bawah 80 %, (6) tidak hadir pada evaluasi

(4)

setelah 6 minggu selesai mengikuti program penelitian dengan tenggang waktu 3 hari dari hari terakhir.

4.3.5 Besaran Sampel Rumus Pocock

Pada penelitian ini perhitungan jumlah sampel dihitung dengan rumus (Pocock, 2008).

Rumus :

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

 = Simpang baku

 = Tingkat kesalahan I (ditetapkan 0,05) Interval kepercayaan (1  ) 0,95

 = Tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,20) Tingkat kekuatan uji / power of test 0.80

(  ,  ) = Interval kepercayaan 7,9

1

= Rerata nilai pada kelompok kontrol

2

= Rerata nilai pada kelompok perlakuan

Berdasarkan hasil penelitian Kegel pada tahun 2010 mengenai pemeriksaan keseimbangan anak diperoleh SD = 18,82 dan mean = 40.13

n = 66

Maka jumlah sampel minimal adalah 66 orang pada setiap kelompok.

Untuk menghindari kemungkinan drop out sampel ditambah 20 %, yang berarti

(5)

jumlah sampel minimal 79 orang pada setiap kelompok.

4.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

4.4.1 Variabel terikat adalah keseimbangan dinamis.

4.4.2 Variabel bebas adalah senam otak dan SKJ 2008.

4.5 Definisi Operasional

4.5.1 Senam otak

Senam otak yang diadaptasi dari jenis senam otak Edu – K (educational kinesiology) otak Dennison. Senam otak dilakukan pada pagi hari selama 6

minggu dengan frekuensi latihan 3 kali seminggu. Senam otak dilakukan selama 20 menit setiap sesi. Senam otak terdiri dari bagian gerakan yang harus dilakukan terlampir pada Lampiran 2.

Gerak senam otak diawali gerakan PACE : 1. Positif : Kait Rileks

(hook-ups)

Bernapas dalam dan rileks selama 1 menit

2. Aktif: Gerakan Silang (cross crawl)

Dilakukan 10 kali pengulangan per sesinya.

Diulang 1 kali persesi

3. Clear: Saklar Otak (brain buttons)

Ditahan 30 detik, bergantian per sesinya, diulang 3 kali persesi

4. Energetis : Air (water)

Minum air putih dalam jumlah yang cukup yaitu 0,3

liter dari berat badan anak.

(6)

Bagian kedua adalah gerakan untuk aktivasi dimensi lateralis yang terdiri dari gerakan sebagai berikut:

1. Delapan tidur (Lazy 8) : Dilakukan 10 kali setiap tangan dan dilanjutkan 10 kali dengan kedua tangan dalam satu sesi, istirahat 5 detik, dilakukan 10 x per sesi.

2. Coretan Ganda (Double doodle):

Dilakukan 10 x pengulangan dalam satu sesi, istirahat 5 detik, diulang 10 x per sesi.

3. Gerakan silang pada posisi berdiri

Dilakukan 2 set dengan 15 kali pengulangan per sesi.

4. cross crawl sit up Dilakukan 2 set dengan 15 kali pengulangan per sesi.

5. The Elephant Dilakukan 2 set dengan 15 kali pengulangan per sesi.

6. Neck Rolls Dilakukan 1 set dengan 10 kali pengulangan per sesi.

7. Olengan pinggul Dilakukan 2 set dengan 15 kali pengulangan per sesi.

Bagian ketiga adalah gerakan untuk mengaktivasi dimensi pemfokusan

otak. Aktivasi dimensi pemfokusan terdiri dari gerakan sebagai berikut.

(7)

1. Burung Hantu (The Owl)

Tarik napas ditahan selama 3 detik, kemudian bergantian per sesi, 10 x persesi

2. Mengaktifkan Tangan (The Active Arm)

Dilakukan selama 10 kali hitungan, kemudian dilakukan bergantian

3. Lambaian Kaki (The Footflex)

Diulang 10 kali

4. Luncuran Gravitasi Diulang 10 kali, kemudian bergantian

Bagian keempat adalah gerakan untuk mengaktivasi dimensi pemusatan otak. Aktifasi dimensi pemfokusan terdiri dari gerakan sebagai berikut.

1. Tombol Bumi (Earth Buttons)

Selama 30 detik, sambil bernafas rileks kemudian bergantian, diulang selama 10 kali

2.

Tombol imbang (Balance Buttons)

Bernafas rileks selama 1 menit, kemudian bergantian

3. Tombol Angkasa (Space Buttons)

Sambil nafas rileks selama 1 menit

4. Pasang Telinga (The Tinking Cap)

5 x persesi, diulang 3 kali persesi

5. Titik Positif (Positive Point)

Selama 30 detik sampai dengan 3 menit

(8)

4.5.2 Senam kesegaran jasmani (SKJ) 2008

Senam kesegaran jasmani merupakan salah satu jenis senam kesegaran yang diadaptasi dari panduan SKJ 2008 yang dilakukan di SD untuk meningkatkan keseimbangan dinamis anak usi 7-8 tahun. SKJ 2008 dilakukan dilakukan seminggu 3 kali selama 6 minggu. Gerakan yang di lakukan terdapat pada Lampiran 3.

4.5.3 Keseimbangan dinamis

Keseimbangan dinamis adalah kemampuan anak usia 7-8 tahun untuk melewati balance beam dalam waktu tertentu tanpa goyah dan berhenti yang diukur menggunakan balance beam walking test.

4.5.4 Balance beam walking test

Balance beam walking test adalah pengukuran yang digunakan untuk

mengetahui keseimbangan dinamis anak usia 7-8 tahun. Balance beam walking test dilakukan kali pengulangan sebanyak tiga kali. Hasil keseimbangan dinamis

yang didapatkan melalui rata-rata nilai yang diperoleh saat tiga kali pengulangan balance beam walking test. Penilaian balance beam walking test didasari 6

kategori, (1) nilai 5 jika mampu melewati balance beam dengan keseimbangan

sempurna dalam 6 detik, (2) nilai 4 jika mampu melewati balance beam dengan

agak goyah tanpa berhenti dalam 6 detik, (3) mampu melewati balance beam

dengan berhenti lebih dari satu kali dan membutuhkan waktu lebih dari/sama

dengan 6 detik, (4) nilai 2 jika mampu melewati balance beam dengan berhenti

lebih dari satu kali dan hampir jatuh , dan /atau memakan waktu lebih dari 6 detik,

(9)

(5) nilai 1 jika terjun dari balok sebelum menyelesaikan lintasan balance beam (6) nilai 0 jika terjun balance beam segera.

4.6 Alur Penelitian

Gambar 4.2 Alur Penelitian 4.7 Alat Penelitian

Alat pengukuran keseimbangan dinamis adalah balance beam. Pengukuran keseimbangan dinamis diperlukan alat-alat sebagai berikut balok keseimbangan dengan ukuran lebar 15 x 120 x 20 cm, blanko penilaian dan stopwatch.

Pengukuran balance beam walking test dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap Populasi Kriteria inklusi dan eksklusi

Sampel (n=158)

Hasil Kelompok I : SKJ 2008 Kelompok II : Senam otak

Post test : Kelompok I & Kelompok II Pre test : Kelompok I (n=79) &

Kelompok II (n=79)

(

(10)

pertama, pengukur memberikan penjelasan mengenai instruksi yang akan digunakan dan memberikan contoh gerakan yang akan dilakukan saat pengukuran sebanyak 3 kali di atas balance beam. Tahap ke dua memastikan bahwa subjek memahami penilaian pengukuran dengan cara memberikan kesempatan subjek melakukan gerakan yang telah dicontohkan di lantai. Tahap ketiga tahap pelaksanaan pengukuran. Pengukuran walking balance beam test dilakukan oleh tiga orang pengukur, 1 orang memberi instruksi, dan 2 orang lainnya sebagai pengawas. Pengukuran dilakukan dengan 3 kali pengulangan. Anak berada pada garis start. Pengukuran dilakukan dengan cara memberikan instruksi go kemudian subjek sesegera mungkin berjalan menyamping dan bersilangan melintasi balance beam. Hasil nilai keseimbangan diperoleh dengan cara mengambil nilai rata-rata

dari ketiga tet, tes dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

5 = mampu melewati balance beam dengan keseimbangan sempurna dalam 6 detik.

4 = mampu melewati balance beam dengan agak goyah tanpa berhenti dalam 6 detik.

3 = mampu melewati balance beam dengan berhenti lebih dari satu kali dan membutuhkan waktu lebih dari/sama dengan 6 detik.

2 = mampu melewati balance beam dengan berhenti lebih dari satu kali dan hampir jatuh , dan / atau memakan waktu lebih dari 6 detik.

1 = Terjun dari balok sebelum menyelesaikan lintasan balance beam .

0 = Terjun dari balok segera.

(11)

4.8 Prosedur Penelitian 4.8.1 Tahap awal

Langkah pertama setelah mendapat ijin dari Kepala Sekolah di SD Negeri 8 Simpang Teritip, SD 11 Simpang Teritip, SD 15 Simpang Teritip Bangka Barat, peneliti mengadakan pendekatan pada orangtua untuk mendapatkan ijin dan persetujuan bahwa anak menjadi sampel penelitian.

Langkah kedua yaitu perekrutan tenaga lapangan (guru olahraga dan wali kelas anak-anak kelas 1 dan 2 di SD Negeri 8 Simpang Teritip, SD 11 Simpang Teritip, SD 15 Simpang Teritip Bangka Barat) yang bertugas memberikan senam otak selama penelitian, kemudian tenaga lapangan tersebut dilatih tata cara pengukuran keseimbangan dinamis (balance beam walking test) serta dilatih tata cara pelaksanaan senam otak.

Langkah ketiga setelah dilakukan pemeriksaan untuk menentukan subjek masuk dalam kriteria penerimaan, subjek diberikan penjelasan tentang senam otak dalam penelitian. Kemudian menanyakan kesediaan orang tua untuk berpartisipasi dalam penelitian, selanjutnya dijelaskan mengenai jalannya penelitian. Subjek yang bersedia berpartisipasi menandatangani persetujuan tindakan terapi (informed consent).

4.8.2 Tahap pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan dengan membuat undian 1 dan 2.

Angka 1diartikan bahwa subjek termasuk dalam kelompok SKJ 2008 dan 2 untuk

perlakuan senam otak (2) melakukan pre test pada kedua kelompok subjek nilai

keseimbangan dinamis menggunakan balance beam walking test (3) pemberian

(12)

perlakuan yang dilakukan oleh tenaga lapangan. Kelompok 1 diberikan SKJ 2008 3 kali per minggu dan setiap sesi dilakukan selama 30 menit dalam jangka waktu 6 minggu. Kelompok II diberikan senam otak dengan frekuensi 3 kali seminggu dan setiap sesi dilakukan 20 menit selama 6 minggu (4) setelah latihan selama 6 minggu dilakukan post test nilai keseimbangan menggunakan balance beam walking test yang dilakukan oleh tenaga lapangan yang sudah terlatih.

4.9 Analisis Data

Data dianalisis dengan uji beda dilakukan tanpa tanpa lebih dulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas karena data bersifat ordinal sehingga langsung dilakukan uji non parametrik :

a. Uji beda kelompok I dan Kelompok II

Uji beda pre dan post pada masing-masing kelompok I dan kelompok II menggunakan Wilcoxon bila nilai p≥0,05 maka tidak ada perbedaan dan apabila p≤0,05 maka bermakna ada perbedaan.

b. Uji beda antar kelompok I dan kelompok II

Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara kelompok I dan kelompok

II menggunakan Mann Whitney. Batasan kemaknaan uji statistik adalah 0,05

(95%). Bila nilai p≥0,05 maka berarti tidak bermakna atau tidak ada perbedaan

atau pengaruh dan apabila p≤0,05 maka bermakna ada perbedaan atau pengaruh.

Gambar

Gambar 4.2 Alur Penelitian  4.7 Alat Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pengambilan data pada baseline (A1) ini akan dilakukan sebanyak 4 sesi hingga kecenderangan arah dan level data menjadi stabil dengan waktu 30 menit per

Dengan kata lain, penelitian ini dilaksanakan tiga kali dalam seminggu (senin, rabu dan jumat). Frekuensi latihan paling sedikit tiga hari dalam seminggu, baik

Yang menjadi unit analisis penelitian adalah pelaksanaan stimulasi senam otak pada anak ADHD, respon anak ADHD saat diberikan stimulasi senam otak dan pengaruh

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan (1) subyek atau sampel dengan anak cerebral palsy spastik diplegi mengambil nomor 1-16, bernomor absen ganjil sebagai

Soal tes kemampuan literasi kuantitatif dilakukan sebelum praktikum (pre-test) dan setelah praktikum (post-test), sedangkan tes penguasaan konsep dilakukan setelah

Kegiatan senam dimulai dengan berdoa, mengatur barisan, melakukan pengukuran denyut nadi (sebelum, saat dan setelah senam), melakukan senam diabetes selama 30 menit yang terdiri

Setelah dilakukan senam hamil dengan frekuensi 2 kali dalam seminggu selama 4 minggu Subjek I mengalami perubahan skor semula skor 15 dari 21 skor maksimal dengan kategori buruk menjadi

Aktivitas fisik/olahraga minimal 150 menit setiap minggu yang terdiri dari latihan aerobik, dan senam diabetes berupa senam aerobik low impact berkaitan dengan penurunan kadar HbA1c