TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI
KABUPATEN TAPANULI UTARA OLEH:
NAMA: DANICA VIVIAN LUMBANTOBING NIM: 182600046
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN TAPANULI UTARA
DANICA VIVIAN LUMBANTOBING, 182600046 PROGRAM STUDI DIPLOMA III
Adminstrasi Perpajakan
Pembimbing Rizal Iskandar Batubara, M.Si
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara
Sejak dialihkannya Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan dari pusat ke daerah, maka daerah memiliki tanggung jawab penuh atas pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan. Pengalihan ini tertuang dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Tentunya dengan dikelolanya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) oleh Kabupaten/Kota dengan menjadi pajak daerah, maka penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) akan 100% masuk ke kas Kabupaten/Kota tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk membahas tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB-P2, apa kendala yang dihadapi serta upaya apa yang dilakukan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak di Kabupaten Tapanuli Utara.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan mengambil data di Badan Pengelolaan Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah di Kabupaten Tapanuli Utara, mewawancarai pegawai di Bidang Penagihan dan Evaluasi Pendapatan, pada Sub Bidang Penagihan.
Melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan masih rendah. Rendahnya kepatuhan wajib pajak di Kabupaten Tapanuli Utara disebabkan kesadaran masyarakat yang masih kurang, pemahaman masyarakat terhadap guna membayar Pajak Bumi dan Bangunan juga masih kurang. Kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pajak tentunya berpengaruh terhadap realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Tapanuli Utara.
Kata Kunci: Tingkat Kepatuhan, PBB-P2
BUILDING TAX OF URBAN AND RURAL SECTOR IN NORTH TAPANULI REGENCY
Danica Vivian Lumbantobing, 182600046 Study Program Diploma III
Tax Administration
Advisor Rizal Iskansdar Batubara, M.Si
Faculty of Social Science and Political Science, Universitas Sumatera Utara
Since the transfer of Land and Building Taxes in the Urban and Rural sectors from the center to the regions, the regions have full responsibility for the management of Land and Building Taxes in the Urban and Rural sectors. This transfer is contained in Law Number 28 of 2009 concerning Local Taxes and Retributions. With the management of the Land and Building Tax by the Regency/City by becoming a regional tax, then the receipt of the Urban and Rural Land and Building Tax will go 100% to the Regency/City treasury.
This study aims to discuss the level of taxpayer compliance in paying land and building taxes, what obstacles are faced and what efforts are made to improve taxpayer compliance in North Tapanuli Regency.
The data collection technique in this study was by taking data from the Regional Revenue and Asset Financial Management Agency in North Tapanuli Regency, interviewing employees in the Billing and Revenue Evaluation Division, in the Billing Sub Division.
Through this research, it can be concluded that the level of taxpayer compliance in paying Land and Building Tax is still low. The low compliance of taxpayers in North Tapanuli Regency is due to lack of public awareness, public understanding of how to pay Land and Building Taxes is also still lacking. Public awareness and understanding of taxes certainly affects the realization of Land and Building Tax receipts in North Tapanuli Regency.
Key Words: Level of Compliance, Land and Building Taxes
senantiasa melimpahkan rahmat dan lindungan-Nya dalam menjalani masa perkuliahan hingga dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Tapanuli Utara”.
Selama menempuh perkuliahan hingga penyelesaian tugas akhir ini, penulis sudah banyak memperoleh motivasi, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak.
Diiringi rasa hormat yang mendalam, penulis menghaturkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosil dan Ilmu Politik.
2. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.Si selaku Ketua Departemen Administrasi Perpajakan dan Dosen Penguji.
3. Bapak Drs. Kariono, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan.
4. Bapak Rizal Iskandar Batubara, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis mulai dari awal penulisan Proposal Tugas Akhir hingga selesainya penulisan Laporan Tugas Akhir ini.
5. Seluruh Dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga kepada penulis.
6. Seluruh staf pegawai Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah banyak membantu segala administrasi selama penulis menjalani perkuliahan sampai dengan selesainya Laporan Tugas Akhir ini.
7. Kantor Badan Pengelolaan Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah Kabupaten
Tapanuli Utara yang telah banyak membantu, memberikan data dan informasi
kepada penulis selama melakukan penelitian.
8. Yang teristimewa keluarga penulis, terkhusunya kedua orangtua yaitu Bapak Daniel H Lumbantobing dan Ibu G.Rismaida Nababan yang selalu memberikan motivasi, saran dan dukungan dalam bentuk moril maupun materil yang tiada hentinya sampai penulis menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Begitu juga saudara-saudara saya Debora, Debbie dan Gerald yang selalu mendukung penulis.
9. Kepada sahabat penulis Chindy, Kornel, Wulan, Sherena, Dyah, yang selalu mendengarkan curahan hati penulis serta memberikan nasehat dan saran yang dapat menjadi dukungan dan semangat penulis.
10. Kepada teman-teman seperjuangan Popy, Desy, Michelle, Rizky yang selalu menjadi teman bertukar pikiran.
Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini, penulis memiliki banyak kekurangan dalam penyusunan materinya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dam masukan yang mendukung kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini.
Akhhir kata, penulis berharap proposal ini dapat memberikan pengaruh positif dan bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 27 Juli 2021
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN... i
PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat ... 7
D. Uraian Teoritis ... 8
E. Metode Penelitian ... 17
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Umum Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKPAD) Kabupaten Tapanuli Utara ... 20
B. Kedudukan, tugas dan fungsi Badan Pengelolaan Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah ... 22
C. Stuktur Organisasi ... 25 D. Tugas Kepala Badan, Sekretaris, Kepala Sub Bagian, Kepala
viii
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Ketentuan Umum ... 55 B. Target dan Realisasi Penerimaan PBB-P2 di Kabupaten
Tapanuli Utara ... 55 C. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) Yang Diterbitkan
dan Yang Terbayar di Kabupaten Tapanuli Utara ... 57 D. Hasil Wawancara ... 60 BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengelolaan dan Pemungutan PBB-P2 di Kabupaten
Tapanuli Utara ... 62 B. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PBB-P2 di Kabupaten
Tapanuli Utara ... 66 C. Upaya-upaya yang Dilakukan dalam Meningkatkan Kepatuhan
Wajib Pajak dalam membayar PBB-P2 ... 68 D. Kendala Yang Dihadapi Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib
Pajak Dalam Membayar PBB-P2 ... 69 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 70 B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA ... 73
ix
Tabel 1.1 Target Penerimaan dan Realisasi Penerimaan PBB di
Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020 ... 3 Tabel 3.1 Target dan Realisasi Penerimaan PBB-P2 di Kabupaten
Tapanuli Utara ... 55
Tabel 3.2 PBB-P2 di Kabupaten Tapanuli Utara Per Jumlah SPPT ... 57
Tabel 4.1Persentase Tingkat Kepatuhan PBB-P2 berdasarkan pencapaian
Target dan Realisasi ... 63
Tabel 4.2 Persentase Tingat Kepatuhan Wajib Pajak Berdasarkan Jumlah
SPPT ... 65
Grafik 4.1 Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak ... 67
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemungutan pajak selalu mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara, baik di bidang kenegaraan maupun sosial dan ekonomi. Pada mulanya, pajak bukan suatu pungutan, tetapi pemberian sukarela dari rakyat kepada raja untuk memenuhi kepentingan negara seperti menjaga keamanan negara, menyediakan jalanan umum, membayar gaji pegawai dan lain-lain. Dengan bertambah luasnya tugas-tugas negara, maka tentunya negara memerlukan biaya yang besar untuk menjalankan tugasnya. Maka, pembayaran pajak yang tadinya bersifat sukarela berubah menjadi pembayaran yang ditetapkan secara sepihak oleh negara dalam bentuk undang-undang dan dapat dipaksakan .
Pajak adalah sumber pendapatan negara yang memiliki peran penting untuk menggerakkan roda pembangunan. Pajak digunakan pemerintah untuk mewujudkan kemandirian negara dan membiayai kepentingan rakyat.
Undang- undang perpajakan sendiri memberikan defenisi dalam pengertian umum yang diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009:
pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk kepentingan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan kewenangan pemungutannya, pajak dibagi menjadi pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat merupakan pajak yang pemungutan dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah pusat. Jenis-jenis pajak pusat ialah Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Bea Materai dan Pajak Bumi dan Bangunan Perkebunan, Perhutanan dan Pertambangan (PBB-P3), sedangkan pajak daerah adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten atau kota yang berguna untuk menunjang penerimaan asli daerah. Jenis-jenis pajak daerah ialah Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan salah satunya adalah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). Merujuk pada Pasal 1 ayat 37 Undang- Undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) adalah Pajak atas Bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan.
Terhitung sejak 1 Januari 2014, semua Kabupaten/Kota diwajibkan
mengelola Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor perdesan dan perkotaan
(P2). Pengalihan ini merupakan bentuk tindak lanjut kebijakan otonomi
daerah dan desentralisasi fiskal sebagaimana tertuang dalam Undang-undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Sehingga
daerah memiliki tanggung jawab penuh guna mengelola Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. Pada saat Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dikelola oleh pusat, pemerintah Kabupaten/Kota hanya mendapat 64,8% dari total penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di wilayahnya. Tentunya dengan dikelolanya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) oleh Kabupaten/Kota dengan menjadi pajak daerah, maka penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) akan 100% masuk ke kas Kabupaten/Kota tersebut.
Tabel 1.1
Target Penerimaan dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016-2020 Tahun Target DHKP (Rp) Realisasi (Rp) %
2016 2.254.510.482 1.698.090.178 75,31
2017 2.288.350.637 1.675.140.766 73,20
2018 3.359.568.266 1.644.727.499 48,89
2019 3.728.102.130 2.934.894.901 78,72
2020 4.477.736.021 3.150.956.706 70,36
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2016-2020
penerimaan PBB tidak tercapai sesusai dengan target penerimaannya. Di
tahun 2017 persentase penerimaan turun 2,11%, di tahun 2018 turun lagi
sebesar 24,31% kemudian di tahun 2019 persentase penerimaannya naik sebesar 29,83% . Dan di tahun 2020 turun lagi sebesar 8,36%. Ditinjau dari target dan realisasi data tersebut, tingkat kepatuhan Wajib Pajak di Kabupaten Tapanuli Utara masih kurang, sementara pertumbuhan penduduk terus meningkat, berarti meningkat pula kebutuhan pembangunan sekaligus merupakan meningkatnya potensi wajib pajak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meiriska Pebrianti (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) adalah jumlah wajib pajak, jumlah penduduk, jumlah luas wilayah dan jumlah luas bangunan.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah jenis pajak daerah yang penerimaannya dapat dioptimalkan dan cukup potensial untuk ditingkatkan, mengingat objek dari Pajak Bumi dan Bangunan itu sendiri adalah meliputi seluruh Bumi dan Bangunan yang berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan wajib pajak adalah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan, dengan kewajiban pembayaran Pajak hanya 1 (satu) kali dalam setahun. Oleh karena itu pemerintah daerah seharusnya dapat memaksimalkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
Pajak Bumi dan Bangunan minimal di Kabupaten Tapanuli Utara
masih sangat rendah yaitu Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah) per tahun. Separuh
wajib pajak yang berada di daerah pedesaan memiliki Pajak Bumi dan
Bangunan yang terutang hanya sebesar Rp 10.000 dan biasanya pada saat
jatuh tempo Kepala Desalah yang membayarkan Pajak Bumi dan Bangunan tersebut dari alokasi dana desanya.
Dari penjelasan itu, kurangnya pemahaman dan kesadaran wajib pajak terhadap pentingnya peran pajak bagi pembangunan daerah masih kurang.
Semakin pahamnya wajib pajak atas ketentuan maupun peraturan perpajakan yang berlaku, maka wajib pajak akan lebih sadar dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak, ketidakpahaman tersebutlah yang menjadi kendala yang dihadapi pemerintah dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Strategi atau upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak adalah dengan melakukan kegiatan sosialisasi mengenai Pajak Bumi dan Bangunan maupun edukasi secara berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran atas pentingnya membayar pajak.
Kepatuhan pajak adalah suatu keadaan saat Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar, dan membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
Penelitian terdahulu oleh Cindy Jotopurnomo dan Yenni Mangoting
(2013) menjelaskan bahwa kepatuhan Wajib Pajak dapat dipengaruhi oleh dua
jenis faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri Wajib Pajak sendiri dan
berhubungan dengan karakteristik individu yang menjadi pemicu dalam
menjalankan kewajiban perpajakannya.
Faktor internal yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak adalah faktor pendidikan, faktor kesadaran perpajakan, faktor pemahaman terhadap undang-undang dan peraturan perpajakan. Berbeda dengan faktor internal, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri Wajib Pajak, seperti situasi dan lingkungan sekitar Wajib Pajak. Pelayanan terhadap Wajib Pajak yang baik diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
Oleh karena itu berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB- P2) di Badan Pengelolaan Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) Kabupaten Tapanuli Utara. Maka penulis bermaksud untuk membuat sebuah tulisan dari hasil penelitian yang dilakukan dalam bentuk Tugas Akhir dengan judul “Tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesan dan perkotaan (PBB-P2) di Kabupaten Tapanuli Utara”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kabupaten Tapanuli Utara?
2. Apa kendala-kendala yang dihadapi dalam meningkatkan kepatuhan PBB- P2 di Kabupaten Tapanuli Utara?
3. Apa upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kepatuhan PBB-
P2 di Kabupaten Tapanuli Utara?
C. Tujuan dan Manfaat penelitian 1. Tujuan
Adapun tujuan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah:
a. Mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kabupaten Tapanuli Utara.
b. Mengetahui kendala-kendala apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan penerimaan PBB-P2 di Kabupaten Tapanuli Utara.
c. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan penerimaan PBB-P2 di Kabupaten Tapanuli Utara.
2. Manfaat
Selain memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Diploma III Administrasi Perpajakan, Manfaat dari Penulisan Tugas Akhir ini adalah:
a. Manfaat Teoritis
Sebagai media untuk menambah wawasan dan kemampuan mahasiswa dalam bidang perpajakan khususnya mengenai Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa tanggung
jawab dan disiplin serta ikut patuh dalam membayar PBB-P2.
D. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak
Menurut Undang-undang KUP Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (1) Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk kepentingan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Beberapa defenisi yang diungkapkan oleh para ahli, antara lain:
a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. (Iwan Sidharta 2017:1),
“Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontrasepsi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
b. Menurut S.I Djajadiningrat (Ira Zuraida dan Hari 2011:3), “Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatana yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan umum.”
c. Menurut Rimsky K Judisseno (Rismawati dan Antong 2012:3), “Pajak
merupakan suatu kewajiban kenegaraan berupa pengabdian serta peran
aktif warga Negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai
keperluan Negara berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan Negara.”
Berdasarkan defenisi pajak di atas, maka dapat disimpulkan bahwasannya ciri-ciri pajak itu meliputi; dipungut berdasarkan undang-undang/aturan hukum, merupakan peralihan kekayaan orang/badan ke kas Negara, tidak ada imbalan langsung yang dapat ditunjukkan dalam pembayaran pajak secara individual, dapat dipaksakan, pembayaran berulang-ulang atau sekaligus, untuk membiayai pengeluaran pemerintah, alat untuk mencapai tujuan tertentu, serta pemungutan dapat langsung maupun tidak langsung.
Manfaat yang diterima karena pembayaran pajak diantaranya berupa sarana dan prasarana jalan, pendidikan, kesehatan, kemanan dan sebagainya.
2. Fungsi Pajak
a. Fungsi Pendapatan
Pendapatan Negara melalui pajak cukup besar jumlahnya. Pajak
merupakan suatu sumber atau alat untuk memasukkan uang ke kas
Negara sesuai dengan peraturan. Menurut fungsi ini pajak digunakan
untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. Jika masih ada
sisa, maka dapat digunakan untuk membiayai investasi pemerintah.
b. Fungsi Stabilitas
Melalui penerimaan pajak, pemerintah dapat mengatur kegiatan perekonomian, sehingga tercipta kondisi yang lebih stabil di bidang ekonomi.
c. Fungsi pemerataan
Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan.
Pembangunan sarana dan prasarana dilakukan dengan tujuan agar dapat mendorong meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, sehingga pemerataan pembangunan dapat dicapai.
3. Jenis pajak
a. Menurut Golongannya
1. Pajak Langsung merupakan pajak yang dibebankan langsung kepada wajib pajak berdasarkan perhitungan wajib pajak sendiri dan atau Pemerintah dan dipungut secara teratur yang tidak dapat dialihkan kepada wajib pajak lain dan wajib diselesaikan oleh wajib pajak yang bersangkutan pada saat yang sudah ditetapkan oleh peraturan.
Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung
sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat
dialihkan kepada pihak.
2. Pajak tidak Langsung
Pajak tidak langsung merupakan pajak yang dibebankan kepada wajib pajak berdasarkan perhitungan wajib pajak sendiri dan atau Pemerintah dan dipungut secara teratur dan suatu saat dapat dibebankan kembali kepada wajib pajak lain dan wajib diselesaikan pada saat yang sudah ditetapkan oleh peraturan.
b. Menurut keadaannya
1. Pajak subjektif ialah pajak yang memperhatikan pertama-tama keadaan pribadi wajib pajak. Untuk menetapkan pajaknya harus ditemukan alasan-alasan yang objektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialya. Sebagai contoh dari pajak ini dikemukakan Pajak Penghasilan yang sasarannya adalah penghasilan seseorang.
2. Pajak objektif pertama-tama melihat kepada objeknya yang selain daripada benda, dapat pula berupa keadaan, perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar.
Kemudian baru dicari subjeknya ( orang atau badan hukum) yang bersangkutan langsung dengan tiada mempersoalkan apakah subjek pajak ini berkediaman di Indonesia atau tidak
c. Berdasarkan wewenang pemungut
1. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh Negara yang menjadi
salah satu sumber penerimaan Negara dan digunakan untuk
membiayai belanja Negara, dalam hal pelaksanaan pemungutannya
Negara diwakili oleh aparatur Negara yang telah dihunjuk Negara yakni Direktorat Jendral Pajak yang berada dalam naungan Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
2. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (Provinsi, Kota dan Kabupaten) yang menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan digunakan untuk membiayai belanja daerah, dalam hal ini pemerintah daerah diwakili oleh Badan Pengelola Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) dan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) di Kabupaten Tapanuli Utara.
Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2), Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak hiburan, Pajak Reklame.
4. Gambaran Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan terhadap
bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun
1985 tentang PBB sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No
12 tahun 1994. Bumi adalah permukaan bumi permukaan bumi dan tubuh
bumi yang ada di bawahnya, permukaan bumi meliputi tanah dan perairan
pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak perairan) serta wilayah
Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknik ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan.
Sejak 1 Januari 2014, semua Kabupaten/Kota diwajibkan mengelola Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor perdesan dan perkotaan (P2).
Pengalihan ini merupakan bentuk tindak lanjut kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) telah diserahkan ke pemerintah kabupaten/kota dan Pajak Bumi Bangunan sektor Pertambangan, Perhutanan, dan Perkebunan (PBB P3) masih berada di bawah kewenangan pemerintah pusat.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
5. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
a. Undang-Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
b. Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 11 Tahun 2010
tentang Pajak daerah sebagaimana telah diubah menjadi Peraturan
Daerah Kabupaten Tapanuli Utara No 1 Tahun 2019 Pasal 53 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, yang berisi:
1. Dasar pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
2. Besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya.
3. Pendapatan besarnya NJOP ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Besarnya tarif Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan sebesar 0,1%
dan untuk besar tarif Nilai Jual Objek Tidak Kena Pajak (NJOTKP) sebesar Rp 10.000.000 untuk setiap wajib pajak.
Untuk besaran pokok PBB terdapat di pasal 55, yaitu:
1. Besaran pokok PBB yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif PBB dengan Dasar Pengenaan Pajak atau NJOP dan dikurangi dengan NJOTKP
2. Pajak Bumi dan Bangunan yang terhutang dipungut di wilayah daerah.
6. Objek dan Bukan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
a. Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Sebagaimana dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, pada Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 77 ayat 1 ditetapkan bahwa yang menjadi
objek pajak PBB Perdesaan Perkotaan adalah bumi dan atau bangunan
yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
Objek pajak bumi berupa tanah kosong, sawah, ladang, dan objek sejenis lainnya. Yang termasuk dalam pengertian bangunan yang menjadi objek pajak adalah:
1. Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan empalasemennya, yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;
2. Jalan tol;
3. Kolam renang;
4. Pagar mewah;
5. Tempat olah raga;
6. Galangan kapal, dermaga;
7. Taman mewah;
8. Tempat penampungan/ kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;
9. Menara.
b. Bukan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan perkotaan
Berdasarkan Undang-Undang PDRD pasal 77 ayat 3, Objek
Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan adalah objek pajak yang:
1. Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan;
2. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;
3. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;
4. merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak;
5. Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik; dan
6. Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
7. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 78 dijelaskan bahwa:
a. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah
orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak
atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau
memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif yaitu jenis penelitian yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah terkumpul. Dimana hal tersebut mengacu pada studi kuantitatif, studi komparatif (perbandingan) dan dapat menjadi sebuah studi hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya.
2. Jenis Data Penelitian
a. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari peninjauan dan pengamatan langsung di lapangan beserta data yang berasal dari wawancara dengan pihak yang mengetahui dan memahami tentang objek penelitian di Badan Pengelolaan Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) seperti Kepala bidang (Kabid) Pendataan dan Penetapan Pendapatan atapun seksi Pajak dan Retribusi Daerah.
b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari referensi atau sumber-
sumber informasi yang sudah ada seperti dokumen resmi dari instansi
yang sudah dipublikasi seperti Peraturan Daerah tentang Pajak Bumi
dan Bangunan, serta data dari internet, buku Kabupaten Tapanuli
Utara dalam Angka 2016-2020 dan jurnal tentang kepatuhan wajib
pajak atau yang mendukung laporan penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi (pengamatan)
Pengumpulan data dan pencarian data dengan cara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan peninjauan yang dilakukan penulis dengan melakukan pengamatan di Badan Pengelolaan Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah Kabupaten Tapanuli Utara (BPKPAD) khususnya di bidang Pendataan dan Penetapan Pendapatan.
b. Wawancara
Melaukan wawancara langsung dengan informan seperti Kepala Bidang (Kabid) Pendataan dan Penetapan Pendapatan ataupun pegawai yang mampu memberikan data dan informasi yang bermanfaat dalam menyusun laporan tugas akhir.
c. Studi Dokumen
Daftar dokumentasi dapat berupa struktur organisasi Badan Pengelolaan Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) di Kabupaten Tapanuli Utara, Peraturan Daerah (Perda) yang berlaku,dan dokumentasi lain sebagai pelengkap dengan menggunakan dokumen- dokumen resmi dari instansi.
4. Alat Pengumpul Data
Untuk memudahkan penulis dalam mengambil data, penulis
menggunakan alat perekam suara dan kamera selama kegiatan
wawancara, internet, buku tentang Pajak Bumi dan Bangunan, jurnal-
jurnal tentang kepatuhan wajib pajak dan yang berkaitan dengan Proposal Tugas Akhir.
5. Informan Penelitian
Dalam menyelesaikan penelitian ini, informan yang dibutuhkan untuk melakukan wawancara adalah Pegawai atau Kepala bidang (Kabid) Pendataan dan Penetapan Pendapatan di Badan Pengelolaan Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) Kabupaten Tapanuli Utara atau Seksi Pajak dan Retribusi Daerah.
6. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis
data secara Kualitatif. Metode ini dilakukan dengan menginterpretasi
tabel-tabel dan angka-angka yang ada kemudian melakukan uraian dan
penarikan kesimpulan.
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Umum Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKPAD) Kabupaten Tapanuli Utara
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah yang kemudian diturunkan menjadi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 9 Tahun 2016, maka untuk Tahun Anggaran 2017, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara mengalami perubahan pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dimana terjadi perampingan pada jumlah SKPD yang sebelumnya 33 (tiga puluh tiga) unit menjadi 27 (dua puluh tujuh) unit.
Perubahan tersebut juga berpengaruh pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset (DIPENLOKA) Kabupaten Tapanuli Utara yang kemudian berubah nomenklatur menjadi Badan Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) Kabupaten Tapanuli Utara.
Perubahan ini juga menghasilkan perubahan intern dimana Dipenloka memiliki 4 (empat) bidang , 1 (satu) sekretariat dan 11 (sebelas) seksi menjadi BPKPAD yang terdiri dari 5 (lima) bidang, 1 (satu) sekretariat dan 18 (delapan belas) sub bidang/bagian.
Rencana Kerja (Renja) Badan Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan
Aset Daerah (BPKPAD) Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2017 adalah
dokumen perencanaan Badan Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset
Daerah (BPKPAD) Kabupaten Tapanuli Utara untuk Tahun Anggaran 2017
yang memuat program dan kegiatan yang didasarkan pada kondisi, potensi, permasalahan dan kebutuhan nyata Kabupaten Tapanuli Utara yang berorientasi pada hasil yang akan dicapai selama kurun waktu 1 (satu) tahun.
Renja Badan Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) Kabupaten Tapanuli Utara merupakan rencana pedoman dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) Kabupaten Tapanuli Utara.
Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap jenjang perencanaan yaitu perencanaan jangka panjang, perencanaan jangka menengah maupun perencanaan tahunan. Untuk setiap daerah (Kabupaten/Kota) harus menetapkan :
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang memiliki jangka waktu perencanaan 20 tahun dan ditetapkan dengan Perda.
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang memiliki jangka waktu perencanaan 5 tahun dan ditetapkan dengan Perda.
3. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah atau Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang memiliki jangka waktu perencanaan 1 tahun dan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Berkaitan dengan dokumen perencanaan tersebut diatas, dokumen
perencanaan disusun sebagai berikut :
1. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) yang memiliki jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahun sebagai penjabaran dari RPJMD.
2. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) yang memiliki jangka waktu perencanaan 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari Renstra SKPD.
Renja Badan Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2017, merupakan rencana kegiatan tahunan yang pada dasarnya disusun untuk mewujudkan Visi yang telah ditetapkan sejak dari Dinas Pendapatan,Pengelolaan Keuangan dan Asset (Dipenloka) Kabupaten Tapanuli Utara, seperti tertuang dalam Rencana Strategis Dinas Pendapatan,Pengelolaan Keuangan dan Asset (Dipenloka) Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2014 - 2019 yaitu “Terwujudnya Penatausahaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Yang Sesuai Standart”
dan visi tersebut dilanjutkan oleh Badan Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) sebagai Organisasi Perangkat Daerah pengganti Renja Badan Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) Dipenloka.
B. Kedudukan, tugas dan fungsi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kedudukan, tugas, dan fungsi Badan Pengelolaan Keuangan,
Pendapatan dan Aset Daerah Kabupaten Tapanuli Utara diuraikan sebagai
berikut :
1. Kedudukan :
a. Badan Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah Kabupaten Tapanuli Utara yang selanjutnya disingkat BPKPAD dipimpin oleh seorang Kepala
b. Dinas yang diangkat dan diberhentikan oleh Bupati sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
c. Badan Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah Kabupaten Tapanuli Utara merupakan lembaga teknis Daerah yang merupakan unsur pelaksana tugas tertentu.
d. Kepala Badan dalam melaksanakan tugas penatausahaan pendapatan keuangan dan kekayaan daerah yang bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
e. Kepala Badan dalam melaksanakan tugas dan mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah.
2. Tugas
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD.
b. Menyusun rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD)
c. Melaksanakan pemungutan pendapatan Daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
d. Melaksanakan penatausahaan kekayaan daerah
e. Melaksanakan Fungsi Bendahara Umum Daerah.
f. Menyusun Laporan Keuangan dan Asset yang merupakan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD setiap tahunnya.
g. Menyusun dan melaporkan realisasi DAU, DAK, TP dan dana-dana lain yang bersumber dari Pemerintah Pusat dan Provinsi.
3. Fungsi
Badan Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah Kabupaten Tapanuli Utara selaku Bendahara Umum Daerah dalam melaksanakan fungsinya berwenang untuk :
a. Menyusun Kebijakan dan Pedoman Pelaksanaan APBD.
b. Mengesahkan DPA – SKPD / DPPA – SKPD dan DPAL setiap tahunnya.
c. Melakukan Pengendalian Pelaksanaan APBD.
d. Memberikan Petunjuk Teknis Pelaksanaan APBD/PAPBD setiap tahunnya.
e. Melaksanakan pembinaan dan pelatihan pengelolaan keuangan dan asset daerah.
f. Melaksanakan Pemungutan Pajak Daerah dan pengendalian retribusi dan pendapatan lainnya.
g. Menetapkan SPD.
h. Menyiapkan Pelaksanaan Pinjaman dan Pemberian Pinjaman atas nama Pemerintah Daerah.
i. Melaksanakan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Daerah
j. Menyajikan Informasi Keuangan Daerah.
k. Melaksanakan Kebijakan dan Pedoman Pengelolaan serta penghapusan barang milik daerah.
C. Struktur Organisasi
Badan Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah Kabupaten Tapanuli Utara dipimpin oleh seorang Kepala Badan (Eselon II B), Sekretaris (Eselon III A), dibantu 4 (empat) orang Kepala Bidang/Bagian (Eselon III B), dan 15 (lima belas) orang Kepala Sub Bidang/Bagian (Eselon IV A) :
1. Sekretaris Dinas, yang membawahi 3 (tiga) sub bagian yaitu : a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
b. Sub Bagian Keuangan.
c. Sub Bagian Program.
2. Kepala Bidang Anggaran, membawahi 3 (tiga) Sub Bidang, yaitu : a. Sub Bidang Penyusunan Anggaran Belanja Langsung.
b. Sub Bidang Analisis dan Evaluasi.
c. Sub Bidang Penyusunan Anggaran Belanja Tidak Langsung 3. Kepala Bidang Keuangan, membawahi 3 (tiga) Sub Bidang, yaitu :
a. Kepala Sub Bidang Kas Daerah b. Sub Bidang Verifikasi
c. Sub Bidang Akuntansi
4. Kepala Bidang Penagihan dan Evaluasi Pendapatan, membawahi 3 (tiga)
Sub Bidang, yaitu :
a. Sub Bidang Evaluasi dan Penagihan b. Sub Bidang Pembukuan dan Pelaporan c. Sub Bidang Penagihan
5. Kepala Bidang Asset, membawahi 3 (tiga) Sub Bidang, yaitu : a. Kepala Sub Bidang Perencanaan dan Penatausahaan b. Kepala Sub Bidang Penggunaan dan Pemanfaatan
c. Kepala Sub Bidang Pemindahtanganan dan Penghapusan 6. Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan membawahi 3 (tiga) Sub Bidang, yaitu :
a. Kepala Sub Bidang Pendataan dan Penilaian
b. Kepala Sub Bidang Pengolahan dan Penetapan
c. Kepala Sub Bidang Pemeriksaan dan Keberatan
SUB BID ANALISA &
EVALUASI SUB BID PENYUSUNAN ANGGARAN BTL
BIDANG ANGGARAN
SUB BID PENYUSUNAN ANGGARAN BL
SUB BID EVALUASI &
PENAGIHAN
UPT
SUB BID PEMERIKSAAN
& KEBERATAN SUB BID
PEMINDAHTANGANAN
& PENGHAPUSAN SUB BID
PERBENDAHARAAN &
PENGELOLAAN KAS
SUB BID PENGOLAHAN DATA & PENETAPAN SUB BID PENGGUNAAN
& PEMANFAATAN SUB BID
PEMBUKUAN &
PELAPORAN
SUB BID PENDATAAN &
PENILAIAN SUB BID
PERENCANAAN &
PENATAUSAHAAN SUB BID PENAGIHAN
SUB BID VERIFIKASI
BIDANG PENDATAAN &
PENETAPAN BIDANG
ASSET BIDANG PENAGIHAN &
EVALUASI PENDAPATAN BIDANG
KEUANGAN
SUBBAG PROGRAM SUBBAG
UMUM &
KEPEGAWAIAN SUBBAG
KEUANGAN JABATAN
FUNGSIONAL
SEKRETARIAT KEPALA BADAN
SUB BID AKUNTANSI BAGAN ORGANISASI
BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN, PENDAPATAN DAN ASSET DAERAH KABUPATEN TAPANULI UTARA TA. 2017