• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti tidak akan ada kehidupan di bumi ini jika tidak ada air. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang dipengaruhi oleh komponen lain. Air yang kualitasnya buruk akan menyebabkan lingkungan hidup menjadi buruk dan mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia serta mahluk hidup lainnya. Air permukaan yang mengalir di sungai (tukad) merupakan sumber daya air yang potensial untuk mendukung kegiatan pertanian, kebutuhan hidup masyarakat dan kegiatan perikanan serta penunjang kegiatan pariwisata di Provinsi Bali. Air permukaan adalah semua air yang terdapat di atas permukaan tanah seperti sungai, danau, waduk, muara sungai, dan badan air lainnya.

Muara sungai (estuary) adalah bagian hilir dari sungai yang berhubungan dengan laut. Menurut Ross (1995) muara sungai adalah wilayah badan air tempat masuknya satu atau lebih sungai menuju ke laut, ke samudra, danau, bendungan, atau ke sungai lain yang lebih besar. Sekitar 69 % air yang masuk ke sungai berasal dari hujan, pencairan es/salju, dan sisanya berasal dari air tanah, keseluruhan air yang mengalir tersebut merupakan sumber daya air (Effendi, 2003). Sungai-sungai yang mengalir di Provinsi Bali merupakan Satuan Wilayah Sungai Bali Penida yang terdiri dari 391 Daerah Aliran Sungai (PU Bali, 2012).

Sungai di Bali ada yang disucikan oleh umat Hindu karena sungai dimanfaatkan dalam aktivitas upacara keagamaan.

(2)

Sungai-sungai yang ada di Bali airnya mengalir ke arah Utara dan ke Selatan akibat terbaginya Pulau Bali oleh pegunungan yang membentang dari barat ke timur di pulau ini. Air sungai mengalir dari hulu ke hilir akan terbuang ke laut melalui muara sungai (loloan). Air yang mengalir di sungai merupakan air permukaan akibat hujan, mata air, air tanah dan sisa atau buangan limbah rumah tangga. Air permukaan yang mengalir di sungai merupakan sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang dapat diambil oleh PDAM dan sebagai air irigasi yang dikelola oleh Subak. Di Provinsi Bali dari tahun ke tahun kebutuhan akan air baku mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan pariwisata. Penelitian dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH, 2009) menyatakan bahwa Bali sudah mengalami defisit air (ketersediaan air sudah tidak mencukupi jumlah kebutuhan air ideal tiap orang), pada saat musim kemarau sejak tahun 1995 sebanyak 1,5 miliar m3/tahun. Defisit air terus meningkat hingga 7,5 miliar m3/tahun pada tahun 2000 dan diperkirakan pada tahun 2015 defisit air di Bali akan menjadi sebanyak 27,6 miliar m3/tahun.

Ketersediaan air dan kebutuhan di masing-masing daerah di Bali berdasarkan data peta air Bali (PU, 2012) maka lima daerah yang mengalami defisit air adalah Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Klungkung, Gianyar (Bali Selatan) dan Kabupaten Buleleng (Bali Utara). Kebutuhan air di Kabupaten Gianyar sebesar 280 juta m3 sedangkan ketersediaaan 192 juta m3 dan untuk Kabupaten Buleleng kebutuhan air 1,03 miliar m3, ketersediaan air sebesar 845 juta m3. Sedangkan wilayah lainnya masih mengalami kelebihan air atau surplus.

(3)

Penyebab utama defisit air di Bali saat ini, karena ketersediaan air berkurang dan tidak terkendalinya peningkatan kebutuhan air di Bali.

Defisit Air di Provinsi Bali dapat diatasi jika pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai dapat dilaksanakan dengan baik. Air di Daerah Aliran Sungai (DAS) mengalirkan air dari hulu ke hilir. Potensi air yang tersedia di daerah di hilir sungai atau muara sungai juga dapat dimanfaatkan sebagai pendukung air baku, sehingga tidak dibiarkan terbuang percuma ke laut saat musim hujan, akan tetapi dapat ditampung untuk pendukung potensi air di saat musim kemarau. Air permukaan yang mengalir di muara sungai sampai saat ini belum maksimal dimanfaatkan untuk kebutuhan air baku masyarakat, sehingga air tersebut terbuang sia-sia ke laut.

Potensi air atau ketersediaan air di muara sungai dapat dikelola sebagai pendukung air baku seperti telah dilakukan di muara sungai Badung (waduk muara Nusa Dua/estuary dam ) dan muara Sungai Ayung di Waribang Denpasar.

Potensi air muara sungai di Provinsi Bali, dapat dikelola berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan akan air di wilayah sungai tersebut. Potensi air di muara sungai sebaiknya terus dikembangkan untuk dikelola sebagai pendukung air baku dan agar dapat mengurangi defisit air di Provinsi Bali.

Sungai yang terdapat di Provinsi Bali khususnya di Kabupaten Gianyar memiliki 31 sungai yang mengalir ke arah Selatan, dari semua sungai yang mengalir di kabupaten Gianyar hanya 4 sungai yang airnya potensial sebagai sumber air baku yaitu sungai Oos, Pekerisan, Sangsang dan Petanu. Sungai Petanu merupakan jenis sungai pharennial (airnya mengalir sepanjang tahun),

(4)

merupakan sungai yang melintas di dua kabupaten yaitu Kabupaten Bangli dan Kabupaten Gianyar, memiliki panjang sungai 46,962 km, luas DAS sebesar 96,886 Km2, di sepanjang sungai ini terdapat 25 bendung dengan luas lahan irigasi 4475,5 ha. Potensi air yang tersedia di hilir Sungai Petanu sebesar 300 liter saat ini saat ini dipersiapkan sebagai sumber air baku untuk kabupaten Gianyar, Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. (PU Bali, 2012).

Sungai yang mengalir di Kabupaten Buleleng berjumlah 88 sungai yang sebagian besar mengalirkan air ke arah Utara pulau Bali, dari 88 sungai yang mengalir di Kabupaten Buleleng hanya 14 sungai yang airnya potensial sebagai air baku, dari beberapa sungai potensial yang mengalir di Buleleng salah satunya adalah Sungai Saba dan merupakan sungai yang melintasi dua kabupaten yaitu Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buleleng dengan jenis sungai periodik (airnya banyak pada musim hujan dan sedikit pada musim kemarau) . Sungai Saba memiliki panjang sungai utama yaitu 36,023 km, dengan luas DAS 141,701 Km2, di sungai ini terdapat 11 bendung irigasi dengan luas lahan irigasi 3.768 ha, saat ini sedang dibangun Bendungan Titab, untuk dapat menampung air guna menguranggi permasalahan yang berkaitan dengan air di wilayah sekitarnya, (PU Bali, 2012). Pengelolaan sumber air di muara Sungai Saba perlu dikelola dengan baik agar dapat mendukung ketersediaan air baku di Kabupaten Buleleng.

Air Sungai Saba di Kabupaten Buleleng bermuara menuju Pantai Pengastulan Seririt dan berakhir di laut Bali sedangkan air Sungai Petanu di Kabupaten Gianyar bermuara menuju Pantai Saba Blahbatuh dan berakhir di Selat Badung, kondisi muara sungai Petanu belum dinormalisasi sedangkan

(5)

muara Sungai Saba kondisi muara sungainya sudah dinormalisasi. Potensi air di muara Sungai Petanu dan muara Sungai Saba sampai saat ini belum ada kajian mengenai ketersediaan air muara sungai dari segi kuantitas dan kualitas airnya.

Potensi air daerah hilir Sungai Petanu dan Saba dari segi kualitas selama tiga tahun terakhir secara rutin telah dilakukan pengujian airnya oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten, tetapi khusus potensi air dari segi kuantitas dan kualitas air di muara sungainya belum ada serta model pengelolaan sumber daya air di muara sungai ini belum pernah dikaji berdasarkan karakteristik morfologi DAS dan morfologi muara Sungai Petanu dan muara Sungai Saba, sehingga sangat perlu diteliti dan ditetapkan rancangan model pengelolaan sumber daya air, secara tepat agar dapat mendukung ketersedian air baku dengan kualitas air kelas I sesuai standar Peraturan Gubernur Provinsi Bali Nomor 8 tahun 2007 dan Kep-02/MENKLH/1988.

Pengelolaaan sumber daya air adalah konservasi sumber daya air yang berkelanjutan, pendayagunaan sumber daya air yang adil untuk berbagai kebutuhan masyarakat yang memenuhi kualitas dan kuantitas, pengendalian daya rusak air, pemberdayaaan dan peningkatan peran masyarakat, swasta dan pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air, peningkatan keterbukaan dan ketersediaan data dan informasi dalam pengelolaan sumber daya air (Sunaryo, dan Walujo, 2004). Air di muara Sungai Petanu dan muara Sungai Saba saat ini potensi air permukaannya dari segi kuantitas dan kualitas belum diteliti, dikelola sumber daya air dengan baik, dan kondisi lingkungan muara sungai serta pantai di kedua lokasi ini, juga belum ditata dengan baik sedangkan indikasi pencemaran

(6)

lingkungan sudah mulai kelihatan dengan adanya banyak sampah yang menumpuk di badan air muara sungai.

Penelitian ini akan mengkaji besarnya potensi air permukaan dari segi kuantitas dan kualitas air untuk di muara Sungai Petanu Kabupaten Gianyar dan muara Sungai Saba di Kabupaten Buleleng, berdasarkan potensi air, karakteristik morfologi DAS, morfologi muara sungai serta merancang model pengelolaan sumber daya air di muara Sungai Petanu dan muara Sungai Saba, agar dapat menguranggi defisit air sehingga kebutuhan air irigasi, kebutuhan air untuk hidup masyarakat dan kegiatan pariwisata dapat terpenuhi serta kelestarian lingkungan muara sungai dan pantai di Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Buleleng di Provinsi Bali juga dapat dipertahankan dengan baik.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah tipelogi karakteristik morfologi DAS dan morfologi muara Sungai Petanu, di Kabupaten Gianyar dan muara Sungai Saba di Kabupaten Buleleng?

2. Apakah potensi air di muara Sungai Petanu, Kabupaten Gianyar dan di muara Sungai Saba Kabupaten Buleleng dapat mendukung ketersediaan air baku di Provinsi Bali ?

3. Bagaimanakah rancangan model pengelolaan sumber daya air di muara Sungai Petanu di Kabupaten Gianyar serta wilayah muara Sungai Saba di Kabupaten Buleleng?

(7)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mendapatkan tipelogi karakteristik morfologi DAS dan morfologi muara Sungai Petanu di Kabupaten Gianyar dan muara Sungai Saba di Kabupaten Buleleng.

2. Mengevaluasi potensi air di muara Sungai Petanu Kabupaten Gianyar, dan di muara Sungai Saba Kabupaten Buleleng guna dapat mendukung ketersediaan air baku di Provinsi Bali.

3. Merancang model pengelolaan sumber daya air untuk muara Sungai Petanu Kabupaten Gianyar dan wilayah muara Sungai Saba Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat akademik/teoritis

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan variasi mengenai karakteristik morfologi DAS, karakteristik morfologi muara sungai dan potensi air di muara Sungai Petanu dan muara Sungai Saba di Provinsi Bali.

2. Dapat memberikan gambaran mengenai potensi air di muara Sungai Petanu dan muara Sungai Saba berdasarkan ketersediaan air yang ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas air sebagai pendukung ketersediaan air baku, guna dapat menguranggi defisit air Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Buleleng di Provinsi Bali.

(8)

3. Untuk menggambarkan rancangan model pengelolaan sumber daya air di muara Sungai Petanu di Kabupaten Gianyar dan muara Sungai Saba Kabupaten Buleleng Provinsi Bali.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam merencanakan, mengembangkan dan mengevaluasi potensi air muara sungai untuk daerah aliran sungai yang berada di kabupaten/kota lain di Provinsi Bali, yang airnya berpotensi sebagai air baku. Potensi air tersebut dapat digunakan sebagai pendukung sumber air untuk kebutuhan air domestik dan air irigasi guna dapat menunjang ketahanan pangan yang akhirnya mendukung pertanian berkelanjutan di Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Buleleng Provinsi Bali.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengidentifikasi dan membuat pemodelan proses bisnis akan diketahui proses bisnis yang sedang berjalan (As-Is Model) sehingga kedepannya dapat ditentukan

In this research, the writer attempts to find out how and when supervisors gave feedback, the Microteaching students’ perceptions on supervisor’s feedback in improving

Efek analgetik dinilai dengan kemampuan senyawa tersebut dalam menu- runkan jumlah geliat yang ditimbulkan oleh asam asetat sebagai rangsang kimiawi. Semakin sedikit

Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui kinerja keuangan pemerintah Kabupaten Boyolali berdasarkan analisis rasio keuangan kemandirian pada periode tahun

Obyek penelitian adalah data yang diperoleh dari IFRS Condong Catur Yogyakarta yaitu data jumlah penggunaan obat selama periode Juli 2012 – Juni 2013 yang

Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah individu yang berada pada kelas laten semakin bertambah, karena pada kurun waktu tersebut telah terjad kontak antara

Departemen Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan di saat penulis

Adapun maksud dalam penelitian ini, adalah melakukan agar air itu bisa menampung debit banjir pada Jalan A.W.Syahranie – Kota Samarinda untuk kala ulang 2,5,10 dan 25