BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pengadilan merupakan tempat untuk menyelesaikan sengketa atau perkara di dalam suatu negara. Tujuan dari dibentuknya pengadilan selaras dengan tujuan dari hukum itu sendiri yaitu untuk mencapai keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum bagi setiap warga negara yang ingin mencari keadilan1. Maka, dengan adanya pengadilan diharapkan mampu untuk menciptakan rasa keadilan bagi setiap warga negara yang ingin menyelesaikan perkaranya melalui pengadilan, Seperti menyelesaikan perkara jual beli tanah, pinjam meminjam ataupun penyelesaian perkara yang mengarah kearah publik seperti perbuatan tindak pidana yang belakangan ini sering kita dengar diadili di pengadilan2.
Tindak pidana penipuan merupakan salah satu tindak pidana yang sering diadili di pengadilan Indonesia. Apabila mengacu pada kamus hukum, penipuan dikenal dengan istilah zwendelarij atau swindling dengan pengertian perbuatan membujuk memberikan suatu barang, membatalkan hutang, menghapuskan piutang dengan melawan hukum dengan menggunakan nama palsu, yang
1Jordan Pradana, Syofyan Nur, Erwin, “Tinjauan Yuridis Peninjauan Kembali yang Diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum Terhadap Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum”, Jurnal PAMPAS, Vol. 1 No. 2 Tahun 2020, hlm.141.
https://online-journal.unja.ac.id/Pampas/article/view/9615
2M.Yasin Al Arif, “Penegakan Hukum Dalam Perspektif Hukum Progresif”, Undang Jurnal Hukum, Vol. 2 No. 1 Tahun 2019, hlm .175.
https://ujh.unja.ac.id/index.php/home/article/view/66
bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri adalah merupakan tindakan pidana atau kejahatan yang mana si pelaku dapat dituntut atau ditindak.3
Contoh dari tindak pidana penipuan yaitu seperti mengiming-imingi korban untuk mendapatkan keuntungan yang besar dengan cara memberikan janji- janji palsu, jual beli namun barang yang dijual ternyata tidak dan lain sebagainya seperti kasus yang terjadi di Jambi yaitu perkara bermula dari pelaku yang mengatakan kepada korban untuk membuka suatu usaha koperasi pinjam meminjam dan selebihnya untuk dipinjamkan ke kolektor akan tetapi tidak mempunyai modal untuk membuka usaha tersebut. Melihat korban yaitu teman pelaku yang mempunyai uang yang cukup banyak. Maka, pelaku berniat meminjam uang kepada korban. Untuk memuluskan hal tersebut, pelaku berjanji kepada korban apabila dia meminjamkan uangnya terhadap pelaku. Maka, pelaku akan memberikan keuntungan yang besar terhadap korban. Melihat hal tersebut, korban tertarik dan setuju untuk memberikan pinjaman uang kepada pelaku dengan syarat pelaku haruslah mengembalikan keuntungannya pada awal bulan dan uang pokoknya dikembalikan pada bulan ke 6 (enam). Namun, pada saat hari pembayaran pelaku tidak mengembalikan uang yang dia pinjam beserta imbalan yang dia janjikan.
Pada perkara ini majelis hakim Pengadilan Negeri Muara Bulian menyatakan bahwa terdakwa telah terbukti melanggar Pasal 378 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mempunyai rumusan4:
3Yan Pramdya Puspa, Kamus Hukum, CV. Arena, Semarang, 1977, hlm. 946.
4Ardi Saputra Gulo, Sahuri Lasmadi, Kabib Nawawi, “Cyber Crime Dalam Bentuk Phising Berdasarkan Undang-Undang Informasi Dan Transaksi Elektronik”, Jurnal PAMPAS, Vol. 1 No. 2, 2020, hlm. 74.
Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik dalam memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik akal dan tipu muslihat, maupun dengan karangan- karangan perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan suatu barang, membuat hutang atau menghapuskan piutang, dihukum karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun.
Majelis hakim Pengadilan Negeri Muara Bulian menyatakan bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan cara meminjam uang dengan mengimingi keuntungan yang besar terhadap korban melalui tipu muslihat untuk membuka suatu usaha koperasi dan selebihnya untuk dipinjamkan ke kolektor namun terdakwa tidak melakukan hal tersebut. Setelah jatuh tempo hari yang dijanjikan untuk mengembalikan uang beserta keuntungannya, terdakwa tidak bertanggung jawab atas kewajibannya. Maka, majelis hakim pengadilan negeri Muara Bulian menjatuhkan terdakwa dengan pidana 7 (tujuh) bulan penjara.
Berbeda dari putusan majelis hakim pengadilan negari Muara Bulian.
Pada perkara ini Majelis hakim pengadilan tinggi Jambi mengadili sendiri dan menyatakan bahwa terdakwa memang melakukan tipu muslihat tetapi terdakwa tidaklah melakukan tindak pidana dikarenakan sudah pernah mengembalikan keuntungan yang dia janjikan. Keuntungan yang dijanjikan tersebut dapat dilihat saat adanya pemberian beberapa kali dan adanya potongan pada saat peminjaman.
Maka, dapat diartikan bahwa terdakwa masihlah bertanggung jawab atas kewajibannya untuk membayar uang yang telah terdakwa pinjam. Maka dari pada itu, dikarenakan Perbuatan terdakwa tersebut bukanlah sebuah perbuatan tindak pidana terkhususnya perbuatan tindak pidana penipuan. Majelis hakim pengadilan tinggi Jambi melepaskan terdakwa dari segala tuntutan hukuman.
Melihat kedua pertimbangan majelis hakim di atas. Maka, ada perbedaan pertimbangan dalam kedua putusan Majelis hakim tersebut. Majelis hakim pengadilan negeri Muara Bulian menyatakan bahwa terdakwa terbukti melakukan tindak pidana penipuan dengan tipu muslihat untuk membuka suatu usaha koperasi dan selebihnya untuk dipinjamkan ke kolektor namun terdakwa tidak melakukan hal tersebut. Setelah jatuh tempo hari yang dijanjikan untuk mengembalikan uang beserta keuntungannya, terdakwa tidak bertanggung jawab atas kewajibannya sedangkan pengadilan tinggi Jambi menyatakan bahwa terdakwa memang melakukan tipu muslihat tetapi terdakwa tidaklah melakukan tindak pidana dikarenakan sudah pernah mengembalikan namun hanya keuntungannya saja yang diberikan beberapa kali dan pada saat meminjam sudah ada potongan untuk keuntungannya.
Namun, menurut penulis di antara kedua (2) pertimbangan majelis hakim di atas. Penulis lebih mendukung putusan majelis hakim Pengadilan Tinggi Jambi yang menurut penulis lebih tepat. Dikarenakan ada beberapa komponen dan fakta- fakta hukum yang lebih dekat kepada peradilan perdata dari pada peradilan pidana. Salah satu contohnya seperti masih ada itikad baik yang dilakukan terdakwa untuk mengembalikan uang yang terdakwa pinjam. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan peneltian ini dengan judul Analisis Putusan Hakim Pada Tindak Pidana Penipuan (Studi Putusan Nomor 70/Pid.B/2020/Pn Mbn dan Nomor 70/Pid/2020/Pt Jmb) karena penulis dalam hal ini akan membuktikan bahwa pertmbangan majelis hakim Pengadilan Tinggi
Jambi lebih baik dari pada pertimbangan majelis hakim Pengadilan Negeri Muara Bulian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan permasalahan dalam penulisan ini yaitu bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara tindak pidana penipuan pada perkara nomor 70/Pid.B/2020/Pn Mbn dan nomor 70/Pid/2020/Pt Jmb.
C. Tujuan Penelitian
Kegiatan penelitian merupakan kegiatan yang mempunyai tujuan tertentu, karena dari penelitian diharapkan dapat menyajikan data yang akurat untuk menjawab permasalahan, sehingga dapat memberikan manfaat baik diri sendiri maupun orang lain. Tujuan penulis dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui secara jelas pertimbangan majelis hakim dalam perkara Nomor 70/Pid.B/2020/PN Mbn dan perkara Nomor 70/PID/2020/PT JMB yang memutus perkara tentang tindak pidana penipuan.
D. Manfaat Penelitian
Penulis dalam melakukan penelitian ini berharap dalam penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun bagi orang lain yang membaca tulisan ini. Adapun manfaat yang dapat di peroleh dari penelitian hukum ini sebagai berikut :
1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu hukum khususnya pada bidang hukum acara pidana yang berkaitan dengan masalah
putusan dan pertimbangan majelis hakim tingkat pertama dan tingkat banding.
2. Selain itu penulis berharap dengan penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat berupa masukkan bagi penyempurnaan peraturan hukum yang ada.
E. Kerangka Konseptual 1. Analisis
Secara umum menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya , dan sebagainya)5.
2. Putusan Hakim
Putusan hakim merupakan hasil yang didapatkan dengan cara musyawarah yang berdasarkan pada surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di sidang pengadilan6.
3. Tindak Pidana
Menurut Simons dalam Chazawi7 Tindak Pidana merupakan perbuatan suatu tindakan melanggar hukum yang dengan sengaja telah dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya sedangkan menurut Profesor Pompe tindak pidana atau Strafbaar feit merupakan “suatu pelanggaran norma (gangguan terhadap tertib hukum)
5Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), https://kbbi.web.id/analisis Online diakses pada tanggal 26 Januari 2021 09:15 WIB.
6M.Yahya Harahap, Pembahasan dan penerapan KUHAP, Sinar Grafika, Jakarta,2001, hlm 236.
7Andi Sofyan dan Nur Azisa, Buku Ajar Hukum Pidana, Cet. 1, Pustaka Pena Press, Makassar, 2016, hal. 98
yang dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, di mana penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya umum” atau sebagai
“de normovertreding (verstoring der rechtsorde), waaraan de overtreder schuld heft en waarvan de bestraffing dienstig is voor de handhaving der rechts orde en de behartiging van het algemeen welzijn”.8
4. Tindak Pidana Penipuan
Secara pengertian yuridis tindak pidana penipuan terdapat dalam Pasal 378 KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) namun rumusan pengertian yang ada dalam Pasal 378 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) bukanlah merupakan suatu defenisi namun hanyalah menetapkan unsur-unsur perbuatan tindak pidana penipuan yang mempunyai rumusan:9
Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik dalam memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik akal dan tipu muslihat, maupun dengan karangan- karangan perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan suatu barang, membuat hutang atau menghapuskan piutang, dihukum karena penipuan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun.
Melihat dari rumusan yang ada di dalam Pasal 378 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP). Maka, Tindak pidana penipuan merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan seseorang dengan cara membujuk, mengimingi atau melakukan tipu muslihat maupun dengan nama
8Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Cet. 1 ,Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hlm. 180.
9Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
palsu atau jabatan palsu kepada korban untuk memperoleh keuntungan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
Berdasarkan uraian konsep di atas, maka judul skripsi yang penulis maksud ialah menganalisis putusan hakim dalam perkara Nomor 70/Pid.B/2020/PN Mbn dan perkara Nomor 70/PID/2020/PT JMB yang mempunyai pertimbangan dan putusan yang berbeda terhadap perkara tindak pidana penipuan.
F. Landasan Teori
1. Teori Pertimbangan Hakim
Pertimbangan hakim merupakan aspek terpenting dalam menentukan suatu putusan hakim yang mengandung keadilan (ex aequo et bono), kepastian hukum, dan juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat. Apabila pertimbangan hakim tidak dilakukan secara teliti, baik, dan cermat, maka putusan hakim tersebut akan dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi/Mahkamah Agung.
Hakim dalam memutuskan suatu perkara haruslah memahami tahapan atau proses penjatuhan perkara pidana, menurut Moeljatno tahapan itu dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:10
a. Tahap Menganalisis Perbuatan Pidana
Pada tahap ini hakim menganalisis, apakah terdakwa melakukan perbuatan tindak pidana atau tidak.
10Ahmad Rifai, Penemuan hukum oleh Hakim dalam perspektif hukum progresif, Cet. 2, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 96.
b. Tahap Menganalisis Tanggung jawab Pidana
Pada tahap ini hakim menilai jika seorang terdakwa dinyatakan terbukti melakukan perbuatan tindak pidana melanggar Pasal tertentu, hakim melakukan analisis apakah terdakwa dapat dinyatakan bertanggung jawab atas perbuatan pidana yang dilakukannya.
c. Tahap Penentuan Pemidanaan
Pada tahapan ini Hakim menjatuhkan pidana apabila unsur-unsur telah terpenuhi dengan melihat Pasal Undang-Undang yang dilanggar oleh Pelaku.
Mahkamah Agung Republik Indonesia merupakan badan tertinggi pelaksana kekuasaan kehakiman yang membawahi 4 (empat) badan peradilan yaitu peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer dan peradilan tata usaha negara. Maka, Mahkamah Agung Republik Indonesia telah menentukan bahwa putusan hakim haruslah mempertimbangkan segala aspek selain tahapan atau proses penjatuhan putusan, aspek tersebut yaitu:11
a) Yuridis
Aspek Yuridis merupakan aspek yang pertama dan utama dengan berpatokan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini hakim haruslah memahami Undang-undang dengan cara mencari undang-undang yang berkaitan dengan perkara yang sedang diadilinya. Hakim harus menilai apakah undang-undang tersebut adil, ada kemanfaatanya, atau memberikan kepastian hukum jika
11Ibid., hlm. 126.
ditegakkan, sebab salah satu tujuan hukum itu unsurnya adalah menciptakan keadilan.
b) Filosofis
Aspek ini berdasarkan kepada kebenaran dan keadilan.
c) Sosiologis
Aspek ini berdasarkan kepada pertimbangan tata nilai budaya yang hidup dalam masyarakat.
2. Teori Penjatuhan Putusan Hakim
Kebebasan hakim dalam memeriksa dan mengadili suatu perkara merupakan mahkota bagi hakim dan harus tetap dikawal dan dihormati oleh semua pihak tanpa kecuali, sehingga tidak ada satu pun pihak yang dapat mengintervensi hakim dalam menjalankan tugas tersebut. hakim dalam menjatuhkan putusan, harus mempertimbangkan banyak hal, baik itu yang berkaitan dengan perkara yang sedang diperiksa, tingkat perbuatan dan kesalahan yang dilakukan pelaku, sampai kepentingan pihak korban maupun keluarganya serta mempertimbangkan pula rasa keadilan dalam masyarakat.
Menurut Mackenzie, ada beberapa teori atau pendekatan yang dapat dipergunakan oleh hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan putusan dalam suatu perkara, yaitu sebagai berikut12:
a. Teori Keseimbangan
Yang dimaksud dengan Teori keseimbangan disini adalah keseimbangan antara syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang
12Ibid., hlm. 102-113.
dan kepentingan pihak-pihak yang tersangkut atau berkaitan dengan perkara, yaitu antara lain seperti adanya keseimbangan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat, kepentingan terdakwa dan kepentingan korban, atau kepentingan pihak penggugat dan pihak tergugat.
b. Teori Pendekatan Seni dan Intuisi
Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau kewenangan dari hakim. Sebagai diskresi, dalam penjatuhan putusan, hakim akan menyesuaikan dengan keadaan dan hukuman yang wajar bagi setiap pelaku tindak pidana atau dalam perkara perdata, hakim akan melihat keadaan pihak yang berpekara, yaitu penggugat dan tergugat, dalam perkara perdata, dan pihak terdakwa atau penuntut umum dalam perkara pidana. Pendekatan seni dipergunakan oleh hakim dalam penjatuhan suatu putusan, lebih ditentukan oleh instink atau intuisi dari pada pengetahuan dari hakim.
c. Teori Pendekatan Keilmuan
Titik tolak dari teori ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan pidana harus dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian, khususnya dalam kaitannya dengan putusan-putusan terdahulu dalam rangka menjamin konsistensi dari putusan hakim. Pendekatan keilmuan ini merupakan semacam peringatan bahwa dalam memutus suatu perkara, hakim tidak boleh semata-mata atas dasar intuisi atau instink semata, tetapi harus dilengkapi dengan ilmu pengetahuan hukum dan juga wawasan
keilmuan hakim dalam menghadapi suatu perkara yang harus diputuskannya.
d. Teori pendekatan pengalaman
Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat membantunya dalam menghadapi perkara-perkara yang dihadapinya sehari-hari, karena dengan pengalaman yang dimilikinya, seorang hakim dapat mengetahui bagaimana dampak dari putusan yang dijatuhkan dalam suatu perkara pidana, yang berkaitan dengan pelaku, korban maupun masyarakat, ataupun dampak yang ditimbulkan dalam putusan perkara perdata yang berkaitan pula dengan pihak-pihak yang berperkara dan juga masyarakat.
e. Teori Ratio Decidendi
Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar, yang mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara yang disengketakan kemudian mencari peraturan perundang-undangan yang relevan dengan pokok perkara yang disengketakan sebagai dasar hukum dalam penjatuhan putusan.
f. Teori Kebijaksanaan
Teori ini diperkenalkan oleh Made Sadhi Astuti. Teori ini berkenaan dengan putusan hakim pengadilan anak. Landasan dari teori ini kebijaksanaan menekankan rasa cinta terhadap tanah air, nusa, dan bangsa Indonesia serta kekeluargaan harus ditanam, dipupuk, dan dibina. Teori kebijaksanaan mempunyai beberapa tujuan, yaitu yang pertama, sebagai
upaya perlindungan terhadap masyarakat dari suatu kejahatan, yang kedua, sebagai upaya perlindungan terhadap anak yang telah melakukan tindak pidana, yang ketiga, untuk memupuk solidaritas antara keluarga dengan masyarakat dalam rangka membina, memelihara, dan mendidik pelaku tindak pidana anak, dan yang keempat, sebagai pencegahan umum dan khusus.
G. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif penelitian yuridis normatif merupakan penelitian yang membahas doktrin-doktrin atau asas-asas dalam ilmu hukum.13Dalam hal ini pendekatan penelitian yang diteliti oleh penulis berkaitan dengan peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana penipuan serta norma-norma hukum yang berlaku14.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian pada penulisan ini dilakukan dengan beberapa bagian, yakni:
a. Pendekatan perundang-undangan (Statue Approach), yaitu pendekatan dengan menggunakan undang-undang atau regulasi yang berhubungan dengan isu hukum yang sedang dibahas yaitu mengkaji semua peraturan
13Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Cetakan kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hlm 24.
14Leo Arwansyah, Andi Najemi, Aga Anum Prayudi , “Batas Waktu Pelaksanaan Pidana Mati Dalam Perspektif Kepastian Hukum Dan Keadilan Di Indonesia”, Jurnal Pampas, Vol. 1 No.
3 , 2020, hlm. 15.
https://online-journal.unja.ac.id/Pampas/article/view/11073
perundang-undangan yang berkaitan dengan objek pembahasan.
b. Pendekatan konseptual (Conseptual Approach), pendekatan penelitian ini bersumber dari teori-teori atau doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum yaitu dasar pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana pada perkara tindak pidana penipuan.
c. Pendekatan studi kasus (Cade Study Approach), pendekatan studi kasus sebuah metode riset yang menggunakan berbagai macam bahan hukum yang dapat digunakan untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif sebagai aspek hukum yang sistematis yaitu putusan Nomor 70/Pid.B/2020/PN Mbn dan Nomor 70/PID/2020/PT JMB.
3. Bahan Hukum
Penelitian ini bedasarkan 2 (dua) macam Bahan hukum yaitu bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
a. Bahan Hukum Primer, meliputi:
1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
2) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
3) Putusan Hakim Nomor 70/Pid.B/2020/PN Mbn dan Nomor 70/PID/2020/PT JMB
4) Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung No. 598 K/Pid/2016 5) Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung No. 1357 K/Pid/2015 6) Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung No. 1316 K/Pid/2016 7) Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung No. 1336 K/Pid/2016
8) Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung No. 1689 K/Pid/2015 9) Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung No. 366 K/Pid/2016 10) Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung No. 902 K/Pid.2017 b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti misalnya, rancangan undang- undang, hasil-hasil penelitian, karya tulis dari para Ahli hukum dan seterusnya.
4. Metode Pengumpulan Data
Penelitian normatif adalah pengkajian bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer maupun sekunder. Setelah penulis menemukan permasalahan yang akan diteliti, selanjutnya yaitu mengumpulkan semua informasi terkait dengan permasalahan yang akan dibahas, kemudian dipilih informasi yang relevan dan essensial, baru ditentukan isu hukumnya (legal issue. Untuk itu, diperlukan penelaahan terhadap bahan hukum sekunder serta bahan hukum lain yang diperlukan, agar isu hukum dapat dirumuskan dengan tajam. Agar penelitian yang dilakukan kokoh, pemahaman terhadap berbagai sumber kepustakaan (telaah pustaka) memegang peranan yang sangat penting. Telaah pustaka merupakan pengkajian secara kritis bahan-bahan yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian, kemudian dirinci secara sistematis dan dianalisis secara deduktif.15
15Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008, hlm. 101.
5. Analisis Data
Analisis data merupakan cara yang dipakai untuk menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Penulis dalam penulisan skripsi ini menggunakan analisis kualitatif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian.16
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami penulisan ini, penulis menguraikan sistematika penulisan skripsi ini yang memuat tentang:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka konseptual, landasan teoritis, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada tinjauan pustaka berisikan penjabaran tinjauan umum tentang tindak pidana, unsur-unsur tindak pidana, pengertian tindak pidana penipuan, unsur-unsur tindak pidana penipuan, pertimbangan hakim dan putusan hakim.
Bab III Pembahasan
Pada bab pembahasan, bab ini berisikan tentang posisi kasus, dasar Pertimbangan dan Putusan Hakim pada perkara Nomor 70Pid.B2020PN
16Zainuddin Ali, Op.Cit., hlm. 105.
Mbn dan perkara Nomor 70/PID/2020/PT JMB serta analisis penulis pada perkara Nomor 70Pid.B2020PN Mbn dan perkara Nomor 70/PID/2020/PT JMB
Bab IV Penutup
Pada bab penutup, bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
TINJAUAN TENTANG PERTIMBANGAN HAKIM & TINDAK PIDANA PENIPUAN
A. Pertimbangan Hakim
Pertimbangan Hakim merupakan dasar yang digunakan oleh hakim untuk membuat suatu putusan, pertimbangan hakim tersebut dapat berupa pertimbangan Yuridis (berdasaran hukum dan peraturan perundang-undangan) atau pertimbangan non yuridis (berdasarkan sosiologis) sehingga bedasarkan hal tersebut hakim menjatuhkan putusan terhadap suatu perkara.
1. Putusan Hakim
Putusan hakim merupakan hasil akhir dari pemeriksaan perkara disidang pengadilan1. Dalam hal ini sebelum hakim menjatuhkan putusan maka hakim melakukan pertimbangan-pertimbangan terhadap para saksi, bukti-bukti , alat bukti maupun fakta-fakta yang ada didalam persidangan.
2. Jenis-Jenis Putusan Hakim
Setelah menerima, memeriksa, dan mengadili seorang pelaku tindak pidana maka selanjutnya hakim akan menjatuhkan putusannya. Dalam hukum Pidana, ada 2 (dua) jenis putusan hakim yaitu putusan sela dan putusan akhir.2
a. Putusan sela
Secara umum putusan sela merupakan putusan yang belum menyinggung mengenai pokok perkara yang terdapat di dalam surat dakwaan. Dalam hal ini berkaitan dengan suatu peristiwa apabila
1Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 129.
2Ahmad Rifai, Penemuan hukum oleh Hakim dalam perspektif hukum progresif, Cet. 2, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 115-117.
terdakwa atau penasihat hukum mengajukan suatu keberatan bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan.
b. Putusan akhir
Setelah pemeriksaan perkara dinyatakan selesai oleh hakim, maka selanjutnya hakim akan menjantuhkan putusan. Putusan inilah yang dinamakan putusan akhir.
Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana (KUHAP) putusan akhir terdiri dari 3 (tiga), yaitu:
a) Putusan bebas (Vrijspraak)
Putusan bebas (Vrijspraak) adalah putusan yang dijatuhkan oleh hakim yang berupa pembebasan terdakwa dari suatu tindak pidana yang dituduhkan terhadapnya, apabila dalam dakwaan yang diajukan oleh penuntut umum terhadap terdakwa di persidangan, ternyata setelah melalui proses pmeriksaan dalam persidangan, tidak ditemukannya adanya bukti-bukti yang cukup yang menyatakan bahwa terdakwalah yang melakukan tindak pidana tersebut, maka kepada terdakwa haruslah dinyatakan secara sah dan meyakinkan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dalam dakwaan penuntut umum, sehingga oleh karena itu terhadap terdakwa haruslah dinyatakan dibebaskan dari segala dakwaan (Pasal 191 ayat (1) KUHAP).
b) Putusan Lepas dari segala tuntutan hukuman (Onslag van Alle Recht Vervolging)
Putusan lepas dari segala tuntutan hukuman dijatuhkan oleh hakim apabila dalam persidangan ternyata terdakwa ternyata terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah sebagaimana dalam dakwaan penuntut umum, tetapi diketahui bahwa perbuatan bukan merupakan perbuatan pidana, dan oleh karena itu terhadap terdakwa akan dinyatakan lepas dari segala tuntutan hukuman (Pasal 191 ayat (2) KUHAP)
c) Putusan Pemidanaan
Dalam hal terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam dakwaan penuntut umum, maka terhadap terdakwa harus dijatuhi pidana yang setimpal dengan tindak pidana yang dilakukannya.
B. Tindak Pidana Penipuan
1. Tindak Pidana (Strafbaar Feit)
Menurut Moeljatno, beliau mengistilahkan tindak pidana dengan perbuatan pidana yang berarti perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum. Dimana larangan teresebut disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.3
3 Moeljatno, Asas-asa hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2015, hlm. 59.
2. Unsur-Unsur Tindak Pidana
Secara umum unsur-unsur tindak pidana terdiri dari 2 (dua) yaitu unsur- unsur subjektif dan unsur-unsur objektif4.
Unsur-unsur subjektif merupakan unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk kedalamnya, yaitu segala sesuatu yang terkandung didalam hatinya. Unsur – unsur subjektif dari sesuatu tindak pidana ialah:
a. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa)
b. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging seperti yang dimaksud didalam Pasal 53 ayat (1) KUHP
c. Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya didalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan, dan lain-lain
d. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedache raad seperti yang misalnya yang terdapat didalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP
e. Perasaan takut atau vress seperti yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak pidana menurut Pasal 308 KUHP.
Selanjutnya unsur-unsur objektif. Unsur-unsur objektif merupakan unsur yang ada hubungannya dengan keadaan, yaitu di dalam keadaan mana tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan. Unsur-unsur objektif dari suatu tindak pidana itu adalah sifat melanggar hukum atau wederrechtelijkheid
4Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Cet. 1 ,Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hlm. 192-193.
yaitu Kualitas dari si pelaku, misalnya “Keadaan sebagai seorang pegawai negeri” di dalam kejahatan jabatan menurut Pasal 415 KUHP atau “Keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu perseroan terbatas” di dalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP. Kausalitas, yakni hubungan antara suatu tindakan sebagai penyebab dengan suatu kenyataan sebagai akibat.
3. Tindak Pidana Penipuan
Penipuan merupakan tindak pidana yang sering terjadi didalam masyarakat. Menurut title XXV buku II KUHP yang berjudul ”Bedrog” yang berarti penipuan dalam arti luas, sedangkan pasal pertama dari title itu yaitu pasal 378, mengenai tindak pidana oplichting yang berarti juga penipuan dalam arti sempit, sedangkan pasal-pasal lain dari title itu memuat tindak pidana lain yang bersifat penipuan juga dalam arti luas5.
Menurut pasal 378 yang mempunyai rumusan : barang siapa dengan maksud menguntungkan dirinya atau orang lain dengan cara melawan hukum, baik dengan memakai nama atau kedudukan palsu, baik dengan perbuatan- perbuatan tipu muslihat maupun dengan rangkaian kebohongan, membujuk orang lain supaya menyerahkan suatu barang atau supaya membuat utang atau menghapuskan piutang, di hukum karena penipuan (oplichting) dengan hukum penjara selama-lamanya empat tahun.
Melihat dari rumusan yang ada di atas Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Maka, Tindak pidana penipuan merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan seseorang dengan cara membujuk, mengimingi atau melakukan tipu muslihat maupun dengan nama palsu atau jabatan palsu kepada korban untuk memperoleh keuntungan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain
5Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, PT Reflika Aditama, Bandung, 2012, hlm. 36.
4. Unsur-Unsur Tindak Pidana Penipuan
Menurut pasal 378 yang mempunyai rumusan : barang siapa dengan maksud menguntungkan dirinya atau orang lain dengan cara melawan hukum, baik dengan memakai nama atau kedudukan palsu, baik dengan perbuatan- perbuatan tipu muslihat maupun dengan rangkaian kebohongan, membujuk orang lain supaya menyerahkan suatu barang atau supaya membuat utang atau menghapuskan piutang, di hukum karena penipuan (oplichting) dengan hukum penjara selama-lamanya empat tahun.
Melihat rumusan pasal di atas maka dapat dilihat unsur-unsur suatu tindak pidana penipuan yaitu6:
a. Barang siapa
Maksudnya barang siapa disini ialah mengacu kepada subjek hukum yaitu manusia dan badan hukum.
b. Menguntungkan diri sendiri dengan cara melawan hukum
Maksud untuk menguntungkan diri sendiri maupun orang lain, yang berarti disini ada kesengajaan sebagai maksud (oogmerk). Perbuatan itu dilakukan secara melawan hukum artinya antara lain dia tidak mempunyai hak untuk menikmati keuntungan itu.
c. Dengan memakai nama atau kedudukan palsu, baik dengan perbuatan- perbuatan tipu muslihat maupun rangkaian kebohongan.
Nama atau kedudukan palsu yakni seperti mengaku sebagai polisi, tipu muslihat seperti mengaku akan membelikkan barang yang sangat
6Andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu (Speciale Delicten), Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hlm. 111.
murah kepada orang yang ditipu dan rangkaian kebohongan seperti meminta sejumlah uang kepada calon pegawai sebagai uang untuk masuk kedalam pekerjaan yang dilamar.
d. Menggerakkan orang lain untuk menyerahkan suatu barang kepadanya atau untuk memberi utang ataupun menghapus piutang.
Menggerakkan orang lain artinya dengan cara-cara tersebut dia menghendaki orang yang ditipu tergerak untuk menyerahkan suatu barang kepadanya atau memberi utang atau menghapus piutang.
BAB III PEMBAHASAN
Analisis Putusan
Hakim Pada Tindak Pidana Penipuan (Studi Putusan Nomor 70/Pid.B/2020/Pn Mbn Dan Nomor 70/Pid/2020/Pt Jmb)A. Dasar Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Muara Bulian Dan Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jambi
1. Posisi Kasus
1.1. Identitas Terdakwa
a. NAMA : Sintia Mutia Simatupang binti Burhanudin Simatupang;
b. Tempat Lahir : Medan (SUMUT);
c. Umur/Tanggal Lahir : 27 Tahun/10 Maret 1992;
d. Janis Kelamin : Perempuan;
e. Kebangsaan : Indonesia;
f. Tempat tinggal : Perumahan PT. Kedaton Mulia Primas RT.12 Kelurahan Durian Luncuk, Kecamatan Bathin XXIV, Kabupaten Batang Hari;
g. Agama : Islam;
h. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga;
1.2. Kronologi Kasus
Berawal pada hari Jumat tanggal 05 Juli 2019 sekira pukul 19.30 Wib, Terdakwa datang ke rumah saksi YESI ASTRIANI Binti HAIDIR kemudian Terdakwa mengatakan “Yesi ado duit dak” dan dijawab saksi YESI ASTRIANI “Untuk apo” lalu Terdakwa menjelaskan “Yesi pinjamin
saya modal untuk buka usaha koperasi di Warung Dana, sayo tu buka koperasi, kage tu kolektor pinjam samo sayo duit untuk menutupi nasabah yang tidak membayar angsuran karno kolektor tu mau kejar target biar dapat bonus” dan dijawab saksi YESI ASTRIANI “Butuh berapo”
kemudian Terdakwa mengatakan “Kageklah sayo hitung-hitung dulu” lalu pada hari Sabtu tanggal 06 Juli 2019 sekira pukul 08.00 Wib, Terdakwa menelpon saksi YESI ASTRIANI mengatakan butuh modal besar namun saksi YESI ASTRIANI mengatakan hanya ada uang sejumlah Rp.15.000.000,- (lima belas juta rupiah) kemudian sekira pukul 14.00 Wib saksi YESI ASTRIANI menelpon Terdakwa mengatakan “Yuk jemputlah duitnya dirumah” lalu setelah Terdakwa tiba, saksi YESI ASTRIANI mengatakan “Benar yuk kage untuk make dewe” dan dijawab Terdakwa
“Idak untuk usaha koperasi nian” kemudian saksi YESI ASTRIANI menyerahkan uang sejumlah Rp.15.000.000,- (lima belas juta rupiah) pada Terdakwa yang dibuktikan dengan 1 (satu) lembar kuitansi yang ditandatangani diatas materai 6000 oleh Terdakwa selanjutnya setelah uang diterima, Terdakwa mengatakan “Kage sayo kasi imbalannyo setiap tanggal satu yo”; Bahwa pada hari Senin tanggal 16 September 2019 sekira pukul 09.00 Wib, Terdakwa menelpon saksi YESI ASTRIANI mengatakan “Yesi pinjam lagi duitmu banyak lagi orang mau pinjam” dan dijawab saksi YESI ASTRIANI “Berapo” lalu Terdakwa mengatakan
“Sayo butuh duit sebanyak 16.500.000, uang 6.500.000 nak pake dewe sedangkan sisonyo nak bagi ke kawan” kemudian pada hari Rabu tanggal
18 September 2019 sekira pukul 08.00 Wib saksi YESI ASTRIANI menelpon Terdakwa mengatakan bahwa uangnya sudah ada dan dijawab Terdakwa “Ditransfer be, sayo ado di Jambi ngobati anak” lalu saksi YESI ASTRIANI mentransfer uang sebesar Rp.16.500.000,- (enam belas juta lima ratus ribu rupiah) ke nomor rekening BRI milik Terdakwa yakni 710601009394534 dan setelah ditransfer saksi YESI ASTRIANI mengirimkan bukti transfer pada Terdakwa;
Bahwa pada hari Senin tanggal 30 September 2019 sekira pukul 08.00 Wib Terdakwa menghubungi saksi YESI ASTRIANI dan mengatakan “Yesi pinjam duit lagi sebesar Rp.6.500.000,-” dan dijawab saksi YESI ASTRIANI
“Kagek dulu sayo tanyo dulu” lalu sekira pukul 10.00 Wib, saksi YESI ASTRIANI menelpon Terdakwa dan mengatakan “Yuk sudah ado duitnyo, tapi sayo dak sempat transfer, ayuk bae yang ngambek duitnyo di ATM, ambeklah ATM di rumah” kemudian Terdakwa datang untuk mengambil kartu ATM milik saksi YESI ASTRIANI dan saksi YESI ASTRIANI memberitahu juga nomor PIN tersebut lalu Terdakwa mentransfer uang dari rekening saksi YESI ASTRIANI ke rekening Terdakwa menggunakan kartu ATM tersebut sebesar Rp.6.500.000,- (enam juta lima ratus ribu rupiah) yang dipotong biaya transfer sehingga menjadi Rp.6.490.000,- (enam juta empat ratus sembilan puluh ribu rupiah) kemudian setelah mentransfer uang tersebut, Terdakwa mengembalikan kartu ATM tersebut pada saksi YESI ASTRIANI;
1.3. Dakwaan penuntut umum
Penuntut Umum menjatuhkan dakwaan sebagai berikut:
a. Dakwaan Kesatu Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mempunyai rumusan :
Barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik dalam memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik akal dan tipu muslihat, maupun dengan karangan- karangan perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan suatu barang, membuat hutang atau menghapuskan piutang, dihukum karena penipuan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun.
b. Dakwaan kedua Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mempunyai rumusan :
Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak Sembilan ratus rupiah.
1.4. Tuntutan Penuntut Umum
Setelah mendengar keterangan para Saksi, dan Terdakwa serta memperhatikan bukti surat dan barang bukti yang diajukan di persidangan;
maka, Penuntut Umum yang pada pokoknya menuntut penjatuhan pidana yang pada pokoknya yaitu :
1) Menyatakan Terdakwa SITI MUTIA SIMATUPANG Binti BURHANUDIN SIMATUPANG telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan Tindak Pidana “Penipuan” sebagaimana yang diatur dan diancam pidana dalam Pasal 378 KUHP sebagaimana dalam Dakwaan Alternatif Kesatu;
2) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa SITI MUTIA SIMATUPANG Binti BURHANUDIN SIMATUPANG dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dengan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dan dengan perintah supaya terdakwa tetap ditahan;
3) Menyatakan barang bukti berupa:
- 1 (satu) Lembar kwitansi bukti penyerahan uang dari yesi ke penerima SITI MUTIA pada tanggal 6 Juli 2019 dengan berbunyi
“Dititipkan uang kepada saudari SITI MUTIA pada tanggal 6 Juli 2019 dan akan dikembalikan selama lima bulan”; Dikembalikan kepada saksi YESI ASTRIANI Binti HAIDIR;
- 1 (satu) Buah buku rekening BRI Simpedes dengan nomor rekening:710601009394534 an. SITI MUTIA;
- 3 (tiga) Lembar print out buku tabungan BRI Simpedes dengan nomor Rekening 710601009394534 an. SITI MUTIA;
Dikembalikan kepada Terdakwa;
4) Menetapkan agar Terdakwa SITI MUTIA SIMATUPANG Binti BURHANUDIN SIMATUPANG membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000,- (lima ribu rupiah);
2. Dasar Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Muara Bulian Menerapkan Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Majelis Hakim pengadilan Negeri muara bulian menerapkan pasal 378 kitab undang-undang Hukum pidana (KUHP) dalam kasus putusan Nomor
70/PID.B/2020/PN MBN, dengan memperhatikan fakta-fakta hukum yang ada yaitu :
2.1. Fakta Persidangan
Berdasarkan kepada alat bukti yang ada dalam Pasal 184 Undang- Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum acara pidana (KUHAP) yaitu:
a. Keterangan Saksi b. Keterangan Ahli c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan Terdakwa
Fakta persidangan yang ada dalam kasus ini : a. Keterangan Saksi
Yesi Astriani binti Haidir, keterangan di bawah sumpah, pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
- Bahwa Saksi sudah lama kenal dengan Terdakwa karena bertetangga;
- Bahwa awalnya pada tanggal 6 Juli 2019, Terdakwa datang sendiri ke rumah Saksi di Perumahan PT. Kedaton Mulya Primas Durian Luncuk RT.12 Kelurahan Durian Luncuk, Kecamatan Bathin XXIV Kabupaten Batang Hari, saat itu Terdakwa menyampaikan Bahwa Terdakwa bekerja di Kantor Warung Dana di Kelurahan Muara Jangga, Kecamatan Bathin XXIV, kemudian Terdakwa mengatakan Bahwa Terdakwa mau buka bisnis koperasi (usaha simpan pinjam)
dan Terdakwa meminjam modal kepada Saksi sejumlah Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), keesokan harinya Saksi serahkan uang tersebut kepada Terdakwa di rumah Saksi, dan untuk bukti penyerahan uang tersebut pakai kuitansi di atas meterai 6000 dan ditandatangani oleh Terdakwa selaku penerima uang dan uang diterima dari Saksi;
- Bahwa di dalam kuitansi tersebut tertulis “Dititipkan uang sebesar Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) kepada Siti Mutia;
- Bahwa terhadap uang tersebut, Terdakwa mengatakan akan memberikan imbalan (bunga) kepada Saksi setiap tanggal 1 (satu) tetapi bunganya tersebut tidak pernah diberikan;
- Bahwa kesepakatan bunganya adalah 10 % (sepuluh persen) dan pokok pinjaman dikembalikan setelah enam bulan;
- Bahwa kejadian berikutnya Terdakwa datang ke rumah Saksi pada bulan September 2019 untuk meminjam uang dengan alasan yang sama sejumlah Rp16.500.000,00 (enam belas juta lima ratus ribu rupiah), dan uang tersebut Saksi transfer ke nomor rekening Terdakwa;
- Bahwa dari uang tersebut, sejumlah Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk dipinjamkan ke anggota koperasi dengan bunga yang sama, dan sejumlah Rp6.500.000,00 (enam juta lima ratus ribu rupiah) dipergunakan untuk Terdakwa sendiri, kemudian kejadian yang ketiga adalah pada tanggal 30 September 2019 sejumlah Rp6.500.000,00
(enam juta lima ratus ribu rupiah) yang Saksi transfer ke rekening Terdakwa, sehingga total uang yang Saksi berikan kepada Terdakwa adalah sejumlah Rp38.000.000,00 (tiga puluh delapan juta rupiah);
- Bahwa dari keseluruhan uang yang dipinjam oleh Terdakwa tersebut belum ada yang dikembalikan dan bunga dari pinjaman tersebut juga belum ada yang Saksi terima karena Terdakwa mengatakan uang bunga tersebut dipinjamkan lagi kepada orang lain;
- Bahwa Saksi mengenal dan membenarkan barang bukti dalam perkara ini;
Terhadap keterangan Saksi tersebut, Terdakwa mengajukan keberatan atas keterangan saksi yang menyatakan:
- Bahwa Saksi menyatakan bahwa Terdakwa tidak pernah membayar kepada Saksi, akan tetapi Terdakwa menyetor sebanyak 20% (dua puluh persen) setiap bulan;
- Bahwa Saksi mengatakan untuk pertama kali, Terdakwa meminjam uang Saksi sejumlah Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), akan tetapi Terdakwa tidak menerima sejumlah itu karena Saksi langsung memotong bunganya sejumlah Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah), sehingga Terdakwa menerima uang dari Saksi sejumlah Rp13.000.000,00 (tiga belas juta rupiah);
- Bahwa dari pinjaman sejumlah Rp16.500.000,00 (enam belas juta lima ratus ribu rupiah), Terdakwa hanya menunggak pada bulan Desember dan bulan Januari karena Terdakwa tidak bekerja lagi dan Terdakwa
tidak mampu membayarnya; Menimbang, bahwa terhadap keberatan Terdakwa tersebut, Saksi yang menyatakan tetap pada keterangannya;
Sohirul Fikri bin Abdul Hamid, di bawah sumpah, pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
- Bahwa pada hari Sabtu tanggal 6 Juli 2019 sekira pukul 14.00 WIB, bertempat di rumah saksi di Perumahan PT.Kedaton Mulya Primas RT.12 Kelurahan Durian Luncuk, Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari, Terdakwa datang ke rumah Saksi kemudian menemui Saksi Yesi Astriani dan mengatakan akan membuka usaha simpan pinjam (koperasi) di Warung Dana yakni tempat Terdakwa bekerja kemudian Terdakwa menawarkan kepada Saksi Yesi Astriani agar meminjamkan uang untuk menambah modal dan jika nasabah atau debitur telat membayar, Terdakwa dapat menalangi dengan uang yang akan Saksi Yesi Astriani serahkan tersebut, dan Terdakwa menjanjikan akan memberikan keuntungan pada Saksi Yesi Astriani, yang akan diserahkan setiap tanggal 1 tiap bulannya;
- Bahwa saat Saksi Yesi Astriani menyerahkan uang sejumlah Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) kepada Terdakwa, Saksi sedang berada di kamar menjaga anak Saksi;
- Bahwa Saksi juga mengetahui Saksi Yesi Astriani telah mentransfer uang sejumlah Rp16.500.000,00 (enam belas juta lima ratus ribu rupiah) pada tanggal 16 September 2019 dan uang sejumlah
Rp6.500.000,00 (enam juta lima ratus ribu rupiah) yang telah ditransfer pada tanggal 30 September 2019;
- Bahwa uang yang telah Saksi Yesi Astriani berikan pada Terdakwa tersebut, belum pernah dikembalikan kepada Saksi Yesi Astriani;
- Bahwa Saksi dan Saksi Yesi Astriani mengalami kerugian sejumlah Rp11.702.085,00 (sebelas juta tujuh ratus dua ribu delapan puluh lima rupiah);
- Bahwa Saksi mengenal dan membenarkan barang bukti dalam perkara ini
- Terhadap keterangan Saksi tersebut, Terdakwa tidak mengajukan keberatan;
Terdakwa di persidangan telah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut:
- Bahwa Terdakwa meminjam uang sejumlah Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) dari Saksi Yesi pada hari Sabtu tanggal 6 Juli 2019 sekira pukul 14.00 wib di rumah Saksi Yesi di Perumahan PT.
Kedaton Mulya Primas Durian Luncuk RT.12 Kelurahan Durian Luncuk, Kecamatan Bathin XXIV Kabupaten Batang Hari;
- Bahwa alasan Terdakwa saat meminjam uang tersebut adalah untuk membuka usaha koperasi dan dipinjamkan lagi untuk kolektor, tetapi itu tidak benar, dan uang tersebut Terdakwa gunakan untuk biaya berobat anak Terdakwa;
- Bahwa Terdakwa menggunakan alasan untuk modal buka usaha agar Saksi Yesi percaya dan meminjamkan uang kepada Terdakwa;
- Bahwa Terdakwa bekerja sebagai karyawati Koperasi Warung Dana;
- Bahwa kesepakatan antara Terdakwa dan Saksi Yesi saat itu, dari pinjaman sejumlah Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), bunganya sejumlah Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) per bulan dan selama enam bulan dibayar bunganya saja, setelah enam bulan baru pokok pinjaman dibayarkan;
- Bahwa saat itu Terdakwa tidak menerima uang sejumlah Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) akan tetapi langsung dipotong bunga sejumlah Rp.2.000.000,00 (dua juta rupiah) sehingga yang Terdakwa terima adalah sejumlah Rp13.000.000,00 (tiga belas juta rupiah);
- Bahwa Terdakwa membayar bunga pinjaman tersebut sampai bulan November, bulan Desember dan Januari menunggak dan pokok pinjaman belum dibayar;
- Bahwa kemudian Terdakwa meminjam uang lagi dari Saksi Yesi pada bulan September 2019 sejumlah Rp16.500.000,00 (enam belas juta lima ratus ribu rupiah) dengan bunga 20% (dua puluh persen) dan dengan alasan, dari jumlah tersebut, sejumlah Rp6.500.000,00 (enam juta lima ratus ribu rupiah) untuk Terdakwa gunakan sendiri, dan sejumlah Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk dipinjamkan lagi, kemudian uang pinjaman tersebut Terdakwa bayar sampai bulan November, oleh karena saat itu anak Terdakwa sedang sakit, uang tersebut Terdakwa gunakan untuk keperluan sendiri, dan yang ketiga
kalinya pada bulan September juga Terdakwa meminjam uang sejumlah Rp6.500.000,00 (enam juta lima ratus ribu rupiah) dengan bunga 20% (dua puluh persen), dengan alasan yang sama yaitu mau dipinjamkan lagi akan tetapi uang tersebut semuanya Terdakwa gunakan sendiri;
- Bahwa Terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya;
b. Barang Bukti
Selain dari pada keterangan saksi, penuntut Umum mengajukan barang bukti sebagai berikut:
• 1 (satu) lembar kuitansi bukti penyerahan uang dari Yesi ke penerima Siti Mutia pada tanggal 6 Juli 2019 dengan berbunyi “Dititipkan uang kepada saudari Siti Mutia pada tanggal 6 Juli 2019 dan akan dikembalikan selama lima bulan”;
• 1 (satu) buah buku rekening BRI Simpedes dengan nomor rekening : 710601009394534 atas nama Siti Mutia;
• 3 (tiga) lembar print out buku tabungan BRI Simpedes dengan nomor Rekening 710601009394534 atas nama Siti Mutia; barang bukti tersebut telah disita secara sah menurut hukum dan diakui kebenarannya, baik oleh para Saksi maupun Terdakwa;
Berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang diajukan, diperoleh fakta- fakta hukum sebagai berikut:
- Bahwa awalnya pada tanggal 6 Juli 2019, Terdakwa datang sendiri ke rumah Saksi di Perumahan PT. Kedaton Mulya Primas Durian Luncuk
RT.12 Kelurahan Durian Luncuk, Kecamatan Bathin XXIV Kabupaten Batang Hari, saat itu Terdakwa menyampaikan Bahwa Terdakwa bekerja di Kantor Warung Dana di Kelurahan Muara Jangga, Kecamatan Bathin XXIV, kemudian Terdakwa mengatakan Bahwa Terdakwa mau buka bisnis koperasi (usaha simpan pinjam) dan Terdakwa meminjam modal kepada Saksi sejumlah Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), keesokan harinya Saksi serahkan uang tersebut kepada Terdakwa di rumah Saksi, dan untuk bukti penyerahan uang tersebut pakai kuitansi di atas meterai 6000 dan ditandatangani oleh Terdakwa selaku penerima uang dan uang diterima dari Saksi;
- Bahwa di dalam kuitansi tersebut tertulis “Dititipkan uang sebesar Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) kepada Siti Mutia;
- Bahwa terhadap uang tersebut, Terdakwa mengatakan akan memberikan imbalan (bunga) kepada Saksi setiap tanggal 1 (satu) tetapi bunganya tersebut tidak pernah diberikan;
- Bahwa kesepakatan bunganya adalah 10 % (sepuluh persen) dan pokok pinjaman dikembalikan setelah enam bulan;
- Bahwa kejadian berikutnya Terdakwa datang ke rumah Saksi pada bulan September 2019 untuk meminjam uang dengan alasan yang sama sejumlah Rp16.500.000,00 (enam belas juta lima ratus ribu rupiah), dan uang tersebut Saksi transfer ke nomor rekening Terdakwa;
- Bahwa dari uang tersebut, sejumlah Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk dipinjamkan ke anggota koperasi dengan bunga yang sama, dan
sejumlah Rp6.500.000,00 (enam juta lima ratus ribu rupiah) dipergunakan untuk Terdakwa sendiri, kemudian kejadian yang ketiga adalah pada tanggal 30 September 2019 sejumlah Rp6.500.000,00 (enam juta lima ratus ribu rupiah) yang Saksi transfer ke rekening Terdakwa, sehingga total uang yang Saksi berikan kepada Terdakwa adalah sejumlah Rp38.000.000,00 (tiga puluh delapan juta rupiah);
- Bahwa dari keseluruhan uang yang dipinjam oleh Terdakwa tersebut belum ada yang dikembalikan dan bunga dari pinjaman tersebut juga belum ada yang Saksi terima karena Terdakwa mengatakan uang bunga tersebut dipinjamkan lagi kepada orang lain;
- Bahwa Terdakwa meminjam uang dari Saksi Yesi karena butuh uang dan menggunakan alasan untuk modal buka usaha simpan pinjam agar Saksi Yesi percaya dan mau meminjamkan uang kepada Terdakwa;
2.2. Fakta Yuridis
Selanjutnya Majelis Hakim mempertimbangkan apakah berdasarkan fakta-fakta hukum di atas Terdakwa dapat dinyatakan telah melakukan Tindak Pidana atau tidak. Dimana perbuatan terdakwa haruslah memenuhi seluruh unsur pasal yang didakwakan kepadanya. Pasal yang didakwakan kepadanya yaitu :
Kesatu: melanggar Pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP);
ATAU
Kedua: melanggar Pasal 372 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP);
Dikarenakan dakwaan Penuntut Umum berbentuk alternatif, maka Majelis Hakim memiliki kewenangan untuk memilih salah satu dakwaan yang dianggap paling sesuai dengan fakta hukum yang terungkap dalam persidangan yaitu dakwaan alternatif kesatu, sehingga Majelis Hakim akan langsung memertimbangkan dakwaan alternatif kesatu Penuntut Umum yaitu Pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, yang unsur-unsurnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Barang Siapa;
2. Dengan Maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain, Secara Melawan Hukum;
3. Dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang;
Ad. 1. Unsur Barangsiapa
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “barang siapa” adalah menyangkut setiap orang atau siapa saja selaku subyek hukum, yang dihadapkan di muka persidangan, karena diduga melakukan suatu perbuatan atau tindak pidana;
Menimbang, bahwa di depan persidangan Penuntut Umum telah menghadapkan Terdakwa bernama Siti Mutia Simatupang binti Burhanudin Simatupang, Terdakwa mengakui identitasnya sesuai dengan yang tertera dalam surat dakwaan, dan sepanjang pemeriksaan Terdakwa dipandang cakap dan mampu mempertanggungjawabkan akibat perbuatan yang didakwakan kepadanya, sedangkan mengenai apakah benar atau tidaknya Terdakwa melakukan perbuatan sebagaimana didakwakan Penuntut umum adalah merupakan pertimbangan unsur selanjutnya;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian dan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Majelis Hakim berkeyakinan bahwa unsur ini telah terpenuhi;
Ad. 2. Unsur Dengan Maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain, secara melawan hukum;
Menimbang bahwa, dalam buku “Delik-delik Tertentu (Speciale Delicten) Di Dalam KUHP” oleh Prof. Dr. Jur. Andi Hamzah menyebutkan menguntungkan diri sendiri atau orang lain, yang berarti ada kesengajaan sebagai maksud (oogmerk). Sedangkan kata oogmerk menurut Prof. Van Bemmelem dan Prof. Van Hattum, selalu harus diartikan sebagai naaste doel atau maksud pelaku selanjutnya yakni untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum. Kata- kata met het oogmerk atau dengan maksud itu harus diartikan sebagai bijkomend oogmerk dari pelaku untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, yang tidak perlu telah tercapai pada
waktu pelaku selesai melakukan tindak pidananya, yakni dengan diserahkannya suatu benda, diadakannya suatu perikatan utang; atau ditiadakannya piutang oleh orang yang telah digerakkan oleh pelaku untuk berbuat demikian
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan bevoordelen atau menguntungkan itu menurut Prof. Van Bemmelem dan Prof. Van Hattum, artinya “Termasuk dalam pengertian menguntungkan ialah setiap perbaikan keadaan yang dicapai orang atau yang secara pantas dapat diharapkan akan dicapai orang. Perbaikan tersebut hampir selalu bersifat hukum kehartakekayaan, setidak-tidaknya mempunyai akibat-akibat yang bersifat hukum kehartakekayaan, tetapi hal tersebut tidak selalu harus demikian;
Menimbang, bahwa sedangkan yang dimaksud dengan melawan hukum seseorang tidak mempunyai hak untuk menikmati keuntungan itu, yang menurut Prof. Van Bemmelem dan Prof. Van Hattum, yang dimaksud dengan melawan hukum atau wederrechtelijk ialah bertentangan dengan kepatutan di dalam pergaulan bermasyarakat, artinya “melawan hukum“ yaitu tidak berhak atau bertentangan dengan hukum; Menimbang, bahwa dalam ajaran ilmu hukum (doktrin), Wederrechtelijk dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu melawan hukum dalam arti formil danmelawan hukum dalam arti materil. “Menurut ajaran wederrechtelitjk dalam arti formil, suatu perbuatan hanya dipandang sebagai bersifat wederrechtelitjk apabila perbuatan tersebut memenuhi semua unsur yang terdapat dalam
rumusan suatu delik menurut undang-undang. Adapun menurut ajaran wederrechtelitjk dalam arti materil, apakah suatu perbuatan itu dapat dipandang sebagai wederrechtelitjk atau tidak, masalahnya bukan saja harus ditinjau sesuai dengan ketentuan hukum yang tertulis, melainkan juga harus ditinjau menurut asas-asas hukum umum dari hukum tidak tertulis”. Lebih jauh Van Bemmel menguraikan tentang “melawan hukum”
antara lain:
1) Bertentangan dengan ketelitian yang pantas dalam pergaulan masyarakat mengenai orang lain atau barang;
2) Bertentangan dengan kewajiban yang ditentukan oleh undang- undang;
3) Tanpa hak atau wewenang sendiri;
4) Bertentangan dengan hak orang lain;
5) Bertentangan dengan hukum objektif;
Menimbang, bahwa apabila doktrin ilmu hukum pidana tersebut di atas dikaitkan dengan fakta hukum yang terungkap di persidangan yaitu:
- Bahwa awalnya pada tanggal 6 Juli 2019, Terdakwa datang sendiri ke rumah Saksi di Perumahan PT. Kedaton Mulya Primas Durian Luncuk RT.12 Kelurahan Durian Luncuk, Kecamatan Bathin XXIV Kabupaten Batang Hari, saat itu Terdakwa menyampaikan Bahwa Terdakwa bekerja di Kantor Warung Dana di Kelurahan Muara Jangga, Kecamatan Bathin XXIV, kemudian Terdakwa mengatakan Bahwa Terdakwa mau buka bisnis koperasi (usaha simpan pinjam) dan Terdakwa meminjam modal kepada Saksi sejumlah
Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), keesokan harinya Saksi serahkan uang tersebut kepada Terdakwa di rumah Saksi, dan untuk bukti penyerahan uang tersebut pakai kuitansi di atas meterai 6000 dan ditandatangani oleh Terdakwa selaku penerima uang dan uang diterima dari Saksi;
- Bahwa di dalam kuitansi tersebut tertulis “Dititipkan uang sebesar Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) kepada Siti Mutia;
- Bahwa terhadap uang tersebut, Terdakwa mengatakan akan memberikan imbalan (bunga) kepada Saksi setiap tanggal 1 (satu) tetapi bunganya tersebut tidak pernah diberikan;
- Bahwa kesepakatan bunganya adalah 10 % (sepuluh persen) dan pokok pinjaman dikembalikan setelah enam bulan;
- Bahwa kejadian berikutnya Terdakwa datang ke rumah Saksi pada bulan September 2019 untuk meminjam uang dengan alasan yang sama sejumlah Rp16.500.000,00 (enam belas juta lima ratus ribu rupiah), dan uang tersebut Saksi transfer ke nomor rekening Terdakwa;
- Bahwa dari uang tersebut, sejumlah Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk dipinjamkan ke anggota koperasi dengan bunga yang sama, dan sejumlah Rp6.500.000,00 (enam juta lima ratus ribu rupiah) dipergunakan untuk Terdakwea sendiri, kemudian kejadian yang ketiga adalah pada tanggal 30 September 2019 sejumlah Rp6.500.000,00 (enam juta lima ratus ribu rupiah) yang Saksi transfer ke rekening Terdakwa, sehingga total uang yang Saksi berikan kepada Terdakwa adalah sejumlah Rp38.000.000,00 (tiga puluh delapan juta rupiah);
- Bahwa dari keseluruhan uang yang dipinjam oleh Terdakwa tersebut belum ada yang dikembalikan dan bunga dari pinjaman tersebut juga belum ada yang Saksi terima karena Terdakwa mengatakan uang bunga tersebut dipinjamkan lagi kepada orang lain;
- Bahwa Terdakwa meminjam uang dari Saksi Yesi karena butuh uang dan menggunakan alasan untuk modal buka usaha simpan pinjam agar Saksi Yesi percaya dan mau meminjamkan uang kepada Terdakwa;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum yang terungkap tersebut, Terdakwa meminjam uang dari Saksi Yesi karena butuh uang dan menggunakan alasan untuk modal buka usaha simpan pinjam agar Saksi Yesi percaya dan mau meminjamkan uang kepada Terdakwa akan tetapi uang tersebut tidak dipergunakan sebagaimana yang dikatakan Terdakwa kepada Saksi Yesi akan tetapi uang tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi Terdakwa sehingga Majelis Hakim berpendapat Terdakwa telah menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum dan keadaan tersebut telah memenuhi keadaan yang dimaksud dalam unsur ini;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian dan pertimbangan- pertimbangan tersebut di atas, Majelis Hakim berkeyakinan bahwa unsur ini telah terpenuhi;
Ad. 3. Unsur Dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang;
Menimbang, bahwa adapun rumusan pembentuk unsur ini adalah bersifat alternatif sehingga apabila salah satu keadaan yang dimaksud dalam unsur ini telah terpenuhi, maka secara keseluruhan unsur ini telah terpenuhi dan keadaan lain tidak perlu harus terbukti; Menimbang, bahwa nama palsu yaitu nama yang bukan namanya sendiri, Keadaan palsu atau martabat palsu yaitu misalnya mengaku dan bertindak sebagai agen polisi, notaris, pastor, pegawai kotapraja, pengantar surat pos, dsb, yang sebenarnya ia bukan pejabat itu, Akal cerdik atau tipu muslihat adalah suatu tipu yang demikian liciknya, sehingga seorang yang berpikiran normal dapat tertipu. Suatu tipu muslihat sudah cukup, asal cukup liciknya. Karangan perkataan bohong artinya satu kata bohong tidak cukup, disini harus dipakai banyak kata-kata bohong yang tersusun demikian rupa, sehingga kebohongan yang satu dapat ditutup dengan kebohongan yang lain, sehingga keseluruhannya merupakan cerita sesuatu yang seakan-akan benar;
Menimbang, bahwa dalam buku “Delik-delik Tertentu (Speciale Delicten) Di Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) oleh Prof. Dr. Jur. Andi Hamzah menyebutkan memakai nama palsu misalnya mengaku suatu nama yang dikenal baik oleh orang yang ditipu. Martabat palsu misalnya mengaku sebagai kyai, dengan tipu muslihat mengaku akan membelikan barang yang sangat murah kepada orang yang ditipu.
Rangkaian kebohongan artinya banyak, pokoknya kebihingan itu maksudnya sebagai upaya penipuan;
Menimbang, bahwa apabila doktrin ilmu hukum di atas dikaitkan dengan perkara ini, pada waktu, tempat, dan kejadian sebagaimana telah dipertimbangkan dalam unsur ke dua di atas, Terdakwa mengatakan kepada Saksi Yesi bahwa Terdakwa butuh uang untuk modal buka usaha simpan pinjam dan dari uang yang diterima Terdakwa dari Saksi Yesi tersebut, sekalipun dalam fakta persidangan terungkap bahwa Terdakwa meminjam uang untuk biaya pengobatan anak Terdakwa yang sedang sakit dan akan dikembalikan oleh Terdakwa secara angsuran setiap bulan akan tetapi Terdakwa tidak mengembalikan uang yang diambil dari Saksi Yesi;
Menimbang, bahwa Terdakwa menggunakan alasan untuk modal buka usaha simpan pinjam agar Saksi Yesi percaya dan mau meminjamkan uang kepada Terdakwa, sehingga Majelis Hakim berpendapat keadaan tersebut telah memenuhi keadaan yang dimaksud dalam unsur ini;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian dan pertimbangan- pertimbangan tersebut di atas, Majelis Hakim berkeyakinan bahwa unsur ini telah terpenuhi;; Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari dakwaan Kesatu Pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana telah terpenuhi berdasarkan lebih dari 2 (dua) alat bukti yang sah maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan Tindak Pidana Penipuan;
Menimbang, bahwa selama pemeriksaan terhadap Terdakwa di persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan adanya hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar
dan atau alasan pemaaf, maka Terdakwa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa mampu bertanggung jawab, maka harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana;
Menimbang, bahwa dalam penjatuhan hukuman, terhadap tuntutan Penuntut Umum yang menuntut agar Terdakwa dijatuhi hukuman pidana penjara selama 1 (satu) tahun, Majelis Hakim berpendapat bahwa hukuman bagi Terdakwa bukanlah merupakan pembalasan bagi perbuatan Terdakwa namun merupakan hal yang sifatnya menyadarkan Terdakwa atas perbuatan pidana yang telah dilakukan oleh Terdakwa, terlebih lagi Terdakwa belum pernah dihukum, sehingga Majelis Hakim akan menjatuhkan pidana yang diharapkan dapat memenuhi rasa keadilan bagi pihak yang dirugikan secara langsung, bagi masyarakat dan terhadap Terdakwa yang akan dimuat dalam amar putusan ini;
Menimbang, bahwa pidana terhadap Terdakwa merupakan hal yang represif akibat perbuatan yang dilakukannya karena telah melanggar undangundang sehingga Terdakwa harus dijatuhi hukuman sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya, sedangkan bagi masyarakat merupakan hal yang sifatnya preventif (pencegahan) agar perbuatan yang serupa sebisa mungkin tidak terjadi lagi, hal ini juga merupakan hal yang bersifat edukatif (pembelajaran) bagi masyarakat agar tidak melakukan hal yang serupa, sehingga Majelis Hakim berpendapat bahwa pidana yang akan dijatuhkan nantinya sudah memenuhi rasa keadilan;
2.3. Fakta Sosiologis
Keadaan Yang Memberatkan:
- Perbuatan Terdakwa merugikan orang lain;
Keadaan Yang Meringankan:
- Terdakwa menyesali dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya;
- Terdakwa belum pernah dihukum;
- Terdakwa sudah mencicil sebagian hutangnya;
- Terdakwa adalah tulang punggung keluarga dan memiliki anak yang dalam keadaan sedang sakit; Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Terdakwa telah dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
2.4. Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Muara Bulian
Berdasarkan Pertimbangan Majelis Hakim pengadilan negeri Muara Bulian diatas. Maka, Majelis hakim memutuskan bahwa :
M E N G A D I L I :
1. Menyatakan Terdakwa Siti Mutia Simatupang binti Burhanudin Simatupang terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Penipuan;
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 7 (tujuh) bulan;
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;