• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUJIAN SEPEDA PASCA STROKE KONSEP DELTA UNTUK REHABILITASI PENDERITA STROKE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUJIAN SEPEDA PASCA STROKE KONSEP DELTA UNTUK REHABILITASI PENDERITA STROKE"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)TUGAS AKHIR – TM 141585. PENGUJIAN SEPEDA PASCA STROKE KONSEP DELTA UNTUK REHABILITASI PENDERITA STROKE. TEDITYA NICO AJI SUKMA LUTIAWAN NRP. 2113100083 Dosen Pembimbing Prof. Dr.Ing. Ir. I Made Londen Batan, M.Eng. Laboratorium Perancangan dan Pengembangan Produk Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018. i.

(2)

(3) TUGAS AKHIR – TM 141585. PENGUJIAN SEPEDA PASCA STROKE KONSEP DELTA UNTUK REHABILITASI PENDERITA STROKE. TEDITYA NICO AJI SUKMA LUTIAWAN NRP. 2113100083 Dosen Pembimbing Prof. Dr.Ing. Ir. I Made Londen Batan, M.Eng. Laboratorium Perancangan dan Pengembangan Produk Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018. i.

(4) [Halaman Ini Sengaja Dikosongkan]. ii.

(5) FINAL PROJECT – TM 141585. DELTA CONCEPT POST STROKE TESTING FOR STROKE DISEASE REHABILITATION. TEDITYA NICO AJI SUKMA LUTIAWAN NRP. 2113100083 Academic Supervisor Prof. Dr.Ing. Ir. I Made Londen Batan, M.Eng. Product Design and Development Laboratory Mechanical Engineering Department Faculty of Industrial Technology Sepuluh Nopember Institute of Technology Surabaya 2018. iii.

(6) [Halaman Ini Sengaja Dikosongkan]. iv.

(7) PENGUJIAN SEPEDA PASCA STROKE KONSEP DELTA UNTUK REHABILITASI PENDERITA STROKE TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Program studi S-1 Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Oleh : TEDITYA NICO AJI SUKMA LUTIAWAN NRP. 2113 100 083. Disetujui oleh tim penguji tugas akhir :. 1. Prof. Dr.Ing. Ir. I Made Londen B., M.Eng. NIP. 195811061986011002 2. Ir. Sampurno, MT. NIP. 196504041989031002 3. Arif Wahjudi, ST., MSc., PhD. NIP. 197303222001121001 4. Dinny Harnanny, ST., MSc. NIP. 2100201405001. SURABAYA JANUARI, 2018 v. ........ (Pembimbing) ........ (Penguji I) ........ (Penguji II) ......... (Penguji III).

(8) [Halaman Ini Sengaja Dikosongkan]. vi.

(9) PENGUJIAN SEPEDA PASCA STROKE KONSEP DELTA UNTUK REHABILITASI PENDERITA STROKE Nama NRP Departemen Dosen Pembimbing. : Teditya Nico Aji Sukma Lutiawan : 2113100083 : Teknik Mesin FTI-ITS : Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng. Abstrak Salah satu metode penyembuhan stroke selain dengan penggunaan obat-obatan medis adalah dengan metode terapi fisik yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi koordinasi tubuh. Sepeda merupakan salah satu alat olahraga sekaligus sebagai moda transportasi yang ramah lingkungan, pada saat menggunakan sepeda seluruh anggota gerak tubuh melakukan pergerakan. Hal tersebut yang membuat sepeda menjadi alat olahraga yang sering digunakan untuk rehabilitasi pasien stroke. Tahun 2017 saudara Agus mulai mengembangkan sepeda roda 3 dengan konsep delta, yaitu 2 roda dibelakang dan 1 roda didepan. Untuk mengetahui performa dari sepeda tersebut maka dilakukan pengujian baik pengujian kekuatan rangka sepeda, kenyamanan sepeda hingga pengujian kebermanfaatan sepeda dalam rangka membantu terapi pasien pasca stroke. Untuk maksud tersebut diatas, maka disusun langkahlangkah penelitian seperti : Studi literature dan lapangan, menentukan kriteria sampel yang dipilih, pemilihan sampel, menyusun dokumen rekam medik, terapi kayuh, perhitungan dan pengolahan data hasil pengujian, analisa perkembangan responden dan kesehatan responden, kesimpulan dan saran. Kebermanfaatan sepeda pasca stroke untuk terapi pasien pasca stroke dilihat dari peningkatan kebugaran tubuh pasien pasca stroke setelah menjalani terapi menggunakan sepeda pasca stroke.. vii.

(10) Hasil yang didapat pada tugas akhir ini adalah prosedur penggunaan sepeda pasca stroke secara dinamis, yang meliputi langkah-langkah penggunaan, durasi terapi dan batasan dalam terapi kayuh menggunakan sepeda pasca stroke. Kondisi responden A stabil selama mengikuti terapi menggunakan sepeda pasca stroke, HRR meningkat 100% menjadi 4 beat per 2 menit, Kapasitas VO2 Maks meningkat 10,28 %, Jumlah Konsumsi energi meningkat 34,04 %. Kondisi responden B stabil selama mengikuti terapi menggunakan sepeda pasca stroke, HRR meningkat 100% menjadi 4 beat per 2 menit, Kapasitas VO2 Maks menurun 6,93 %, Jumlah Konsumsi energi meningkat 67,05 %. Kondisi responden C stabil selama mengikuti terapi menggunakan sepeda pasca stroke, HRR meningkat 100% menjadi 4 beat per 2 menit, Kapasitas VO2 Maks meningkat 4,88 %, Jumlah Konsumsi energi meningkat 42,27 %. Kondisi responden D stabil selama mengikuti terapi menggunakan sepeda pasca stroke, HRR meningkat 100% menjadi 4 beat per 2 menit, Kapasitas VO2 Maks menurun 2,38 %, Jumlah Konsumsi energi meningkat 56,82 %. Dari hasil uji 6 minute walking test, diketahui bahwa kelompok terapi menggunakan sepeda pasca stroke mengalami peningkatan kebugaran tubuh yang signifikan dibandingkan kelompok terapi tanpa menggunakan sepeda pasca stroke. Kata kunci : Sepeda; Terapi; Pascastroke; Prosedur; VO2 Maks. viii.

(11) DELTA CONCEPT POST STROKE TESTING FOR STROKE DISEASE REHABILITATION Name Reg. Number Department Acadmic Supervisor. : Teditya Nico Aji Sukma Lutiawan : 2113100083 : Teknik Mesin FTI-ITS : Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M. Eng. Abstract There is a medical treatment for people who had stroke besides usage of drugs, that is using physical treatment for recovering body movement of a patient. Bike is one of the equipment for exercises and transportation, that is good for environment. For that reason, bike is usually used for rehabilitation for patient who had stroke. In 2017, Agus started developing delta concept tricycle, which is using 2 rear wheels and 1 front wheel, to find out the performance from the bike then it is done a experiment, experiment for the strength of framework, ergonomics of the bike until the usefulness for the patient. For that reason, then it is done steps for the experiment which consists of: literature and field studies, determine the criteria of the samples, election of the samples, arrange a bunch of medical records, a paddle therapy, tabulation of the results, analyzing development of patient’s health, conclusion and also recommendations for the next research. The usefulness of poststroke bike for patient’s treatment can be observed from the improvement of patient’s health after they was given a treatment using post-stroke bike. The Results from this final project is procedure of poststroke bike dynamically, which is consists of steps for using poststroke bike, duration of treatment, and restriction of paddle treatment using post-stroke bike. Condition of A is stable while taking part of using post-stroke bike, the HRR is increasing 100%, 4 beats per 2 minutes, VO2 maximum capacity is also increasing ix.

(12) 10,28%, usage of A’s energy is also increasing 34,04%. While condition of B is stable while taking part of using post-stroke bike, the HRR is increasing 100%, 4 beats per 2 minutes, VO2 maximum capacity is decreasing 6,93%, usage of B’s energy is also increasing 67,05%. Condition of C is stable while taking part of using post-stroke bike, the HRR is increasing 100%, 4 beats per 2 minutes, VO2 maximum capacity is increasing 4,88%, usage of C’s energy is also increasing 42,27%. Lastly, condition of D is stable while taking part of using post-stroke bike, the HRR is increasing 100%, 4 beats per 2 minutes, VO2 maximum capacity is decreasing 2,38%, usage of D’s energy is also increasing 56,82%.From the result of 6 minutes-walking test, is noted group that using poststroke bike, their fitness is more increasing than group that isn’t using post-stroke bike for treatment. Key words: Bike; Treatment; Post-Stroke; Procedure; VO2 max. x.

(13) KATA PENGANTAR Allhamdulillah, puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT karena dengan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir yang berjudul “PENGUJIAN SEPEDA PASCA STROKE KONSEP DELTA UNTUK REHABILITASI PENDERITA STROKE”. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratankelulusan pendidikan sarjana S-1 di Departemen Teknik Mesin,Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Allah SWT yang telah memberikan semua anugerah, berkah serta hidayah kepada penulis. 2. Alm. Bapak Eddy Sutrisno dan Ibu Suhermin selaku orang tua penulis, yang telah menghantarkan penulis menuntut ilmu hingga jenjang perguruan tinggi dengan penuh kasih sayang. 3. Wisnu Herico Aji R.K. dan Lingga Bayu Aji T.W. selaku adik penulis yang selalu menjadi penyemangat penulis untuk menjadi seorang kakak yang lebih baik lagi. 4. Pemerintah Republik Indonesia, yang telah memberikan bantuan finansial sehingga penulis bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi 5. Prof. Dr.Ing. Ir. I Made Londen Batan, M.Eng. selaku dosen pembimbing penulis, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 6. Ir. Sampurno, MT., Arif Wahjudi, ST., MSc., PhD., dan Dinny Harnanny, ST., MSc. Sebagai dosen penguji penulis yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini. 7. Dr. Wiwiek Hendrowati, ST., MT., selaku dosen wali yang telah menjadi orang tua bagi penulis selama menuntut ilmu di xi.

(14) kampus perjuangan ini, yang telah memberikan banyak dukungan dan nasehat selama masa kuliah penulis. 8. Dr. Rahayu Setiyaningsih Sp.KFR., Ibu Anik, Bapak Mamim, Mas Deddy, Ibu Imma, Ibu Lita dan seluruh tenaga medis di Instalasi Rehab Medik RS Haji Surabaya, yang telah banyak membantu penulisan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 9. Alm. Haditya Zulkarnain, Ghinadia P.A., Mario M. Hafidh, Ramadhani Ayu S.N., Ayzam S., Amelia A.M., Lina ‘Ainun N., M. Imam Hadi, dan teman-teman laskar tamring yang telah mengisi hari-hari kuliah penulis dengan banyak pengalaman dan keseruan. 10. Bapak Masruki Kabib, Bapak Faizin, Bapak Hiding C., Kholiq Deliasgarin, Fakhrul F, Tubagus Bima P., Deris T.N., Febriana P.P., Ikhsan Abi N,. Mas’ud Assadullah, Hafizh N.P., Rosadila F., M. Sulthoni K., dan teman-teman lab P3 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas ilmu dan bantuan yang telah diberikan. 11. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satupersatu Sekalipun tugas akhir ini selesai melalui proses yang cukup panjangdengan segala keterbatasan kemampuan serta pengetahuan penulis, tidak menutup kemungkinan tugas akhir ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk penyempurnaan lebih lanjut. Penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi seluruh rakyat indonesia.. Surabaya, 19 Januari 2018. Penulis. xii.

(15) DAFTAR ISI COVER......................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN..................................................... v Abstrak ....................................................................................... vii Abstract ....................................................................................... ix KATA PENGANTAR ................................................................ xi DAFTAR ISI ............................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................... xvii DAFTAR TABEL ..................................................................... xix BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1 1.1.. Latar Belakang .............................................................. 1. 1.2.. Rumusan Masalah ......................................................... 4. 1.3.. Batasan Masalah ............................................................ 4. 1.4.. Tujuan Penelitian........................................................... 4. 1.5.. Manfaat Penelitian......................................................... 5. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................. 7 2.1.. Pasca Stroke................................................................... 7. 2.1.1. Stroke Iskemik ....................................................... 7. 2.1.2. Stroke Hemoragik .................................................. 9. 2.1.3. Gejala dan Tanda Stroke........................................ 9. 2.2.. Gangguan Fungsi Motorik Akibat Stroke...................... 9. 2.3.. Rehabilitasi Pasca Stroke............................................. 10. 2.4.. Penelitian Terdahulu.................................................... 11. xiii.

(16) 2.4.1 Sepeda Roda Tiga Yang Dikembangkan Di Lab. Perancangan Dan Pengembangan Produk ........................... 11 2.4.2 2.5.. Terapi Sepeda Untuk Pasien Pasca Stroke........... 16. Variabel Waktu Pada Rehabilitasi Medik.................... 18. 2.5.1. Durasi Rehabilitasi Stroke ................................... 18. 2.5.2. Intensitas Rehabilitasi Stroke............................... 18. 2.5.3. Frekuensi Rehabilitasi Stroke .............................. 19. 2.6.. Vital Sign ..................................................................... 19. 2.6.1. Tekanan Darah..................................................... 19. 2.6.2. Pernafasan............................................................ 20. 2.6.3. Detak Jantung ...................................................... 21. 2.7. Hubungan Antara Detak Jantung Dengan Energi Expenditure.............................................................................. 23 2.8.. Kekuatan Otot Kaki ..................................................... 24. 2.9.. Kebugaran Pasien Pasca Stroke ................................... 25. 2.9.1. Volume O2 Maksimal (VO2 Maks) ...................... 25. 2.10.. Energi Kayuh ........................................................... 26. 2.11.. Heart Recovery Rate................................................ 27. 2.12.. Six Minute Walking Test (6-MWT) ........................ 27. 2.13.. Uji Statistik .............................................................. 28. 2.13.1.. Uji Varians Dari Dua Populasi ............................ 28. 2.13.2. Uji means untuk dua sampel independen dengan standar deviasi yang tidak diketahui dan jumlah sampel yang kecil ….................................................................................29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................... 31 3.1.. Desain Penelitian ......................................................... 31. 3.2.. Populasi dan Sampel.................................................... 32 xiv.

(17) 3.3.. Kriteria Sampel............................................................ 33. 3.4.. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................... 33. 3.5.. Variabel ....................................................................... 34. 3.6.. Metode Pengumpulan Data ......................................... 34. 3.7.. Peralatan Uji ................................................................ 34. 3.7.1.. Stopwatch ............................................................ 35. 3.7.2.. Cyclometer........................................................... 35. 3.7.3.. Tensimeter ........................................................... 36. 3.7.4.. Kamera Digital .................................................... 36. BAB 4 PENGGUNAAN SEPEDA PASCA STROKE UNTUK TERAPI PENDERITA STROKE ............................................ 37 4.1.. Prosedur Pengujian ...................................................... 37. 4.2.. Responden Pasca Stroke .............................................. 39. 4.3. Pencatatan Rekam Medik dan Persetujuan Mengikuti Penelitian ................................................................................. 40 4.4.. Pengukuran Vital Sign................................................. 43. 4.5.. Terapi Kayuh Pasien Pasca Stroke .............................. 44. 4.6. Pengukuran VO2Maks dengan Metode 6-Minute Walking Test (6 – MWT) ........................................................ 48 4.7. Evaluasi Sepeda Pasca Stroke Dari Responden dan Pihak RS .................................................................................. 50 BAB 5 PENGOLAHAN DATA, ANALISA PERKEMBANGAN DAN KESEHATAN RESPONDEN Error! Bookmark not defined. 5.1.. Pengolahan Data .......................................................... 55. 5.1.1.. Heart Recovery Rate (HRR) ................................ 55. 5.1.2.. VO2 Maks ............................................................ 57 xv.

(18) 5.1.3.. Energi Kayuh ....................................................... 59. 5.1.4.. VO2 Maks Berdasarkan 6 Minute Walking Test . 61. 5.2.. Analisis Perkembangan Responden............................. 63. 5.2.1.. Berdasarkan Vital Sign ........................................ 63. 5.2.2.. Berdasarkan Heart Recovery Rate (HRR) ........... 74. 5.2.3.. Berdasarkan VO2 Maks ....................................... 77. 5.2.4.. Berdasarkan Energi Kayuh .................................. 80. 5.2.5. Rangkuman Hasil Analisa Perkembangan Responden ........................................................................... 84 5.3.. Analisis Kesehatan Keseluruhan Responden............... 89. 5.3.1.. Uji Statistik .......................................................... 93. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................... 99 6.1.. Kesimpulan .................................................................. 99. 6.2.. Saran .......................................................................... 100. DAFTAR PUSTAKA .................... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ............................................................................. 107. xvi.

(19) DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Sepeda Pasca Stroke Rancangan Agus (2017)........... 3 Gambar 2.1 Stroke Iskemik Akibat Trombosis ............................. 8 Gambar 2.2 Stroke Iskemik Akibat Emboli .................................. 8 Gambar 2.3 Stroke Hemoragik ...................................................... 9 Gambar 2.4 Kekakuan pada tangan pasien stroke ....................... 10 Gambar 2.5 Grafik Perbandingan Antara Kecepatan Kayuh Dengan Detak Jantung Pada Responden A (Dani 2015) ............. 12 Gambar 2.6 Grafik Perbandingan Antara Kecepatan Kayuh Dan Konsumsi Energi Pada 3 Responden (Dani 2015) ...................... 13 Gambar 2.7 Grafik Perbandingan Antara Kecepatan Kayuh Dengan Detak Jantung, (a) Responden A , (b) Responden B , (c) Responden C , (d) Responden D , (e) Responden E , (f) Responden F (Heri 2016) ............................................................ 14 Gambar 2.8 Grafik Perkembangan Energi Kayuh Pada Setiap Sesi Terapi, (a) Responden A , (b) Responden B , (c) Responden C , (d) Responden D , (e) Responden E , (f) Responden F (Heri 2016)............................................................................................ 15 Gambar 2.9 Terapi Sepeda untuk pasien Pasca Stroke................ 17 Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ........................................... 32 Gambar 3.3 Stopwatch ................................................................ 35 Gambar 3.4 Cyclometer............................................................... 35 Gambar 3.5 Tensimeter Manual .................................................. 36 Gambar 3.6 Kamera Digital ........................................................ 36 Gambar 4.1 Diagram Alir Pengujian ........................................... 38. xvii.

(20) Gambar 4.2 Lembar Persetujuan Pasien ...................................... 41 Gambar 4.3 Lembar Rekam Medik Responden .......................... 42 Gambar 4.4 Lembar Data Vital Sign Responden Terapi Kayuh . 44 Gambar 4.5 Prosedur Penggunaan Metode 6 Minute Walking Test (6 – MWT)................................................................................... 48 Gambar 4.6 Lembar Data 6 Minute Walking Test (6 MWT) ...... 49 Gambar 5.1 Grafik Heart Rate Responden A, B, C dan D .......... 64 Gambar 5.2 Grafik Tekanan Darah Responden A, B, C dan D ... 67 Gambar 5.3 Grafik Intensitas Nafas Responden A, B, C dan D .. 70 Gambar 5.4 Grafik HRR Responden A ....................................... 74 Gambar 5.5 Grafik Kapasitas VO2 Maks Responden A .............. 77 Gambar 5.6 Grafik Konsumsi Energi Selama Terapi Responden A .................................................................................................. 81 Gambar 5.7 Grafik VO2 Maks Kelompok Terapi ........................ 90 Gambar 5.8 Grafik VO2 Maks Kelompok non-Terapi ................ 91 Gambar 5.9 Grafik Distribusi F ................................................... 95 Gambar 5.10 Grafik Distribusi t .................................................. 97. xviii.

(21) DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Nilai kekuatan otot berdasarkan Manual Muscle Test (Wahyu, 2014) ............................................................................. 24 Tabel 4.1 Data Responden Penelitian.......................................... 39 Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Vital Sign Responden A ................ 47 Tabel 4.3 Data Six Minute Walking Test Kelompok Terapi ....... 50 Tabel 4.4 Data Six Minute Walking Test Kelompok NonTerapi .......................................................................................... 50 Tabel 4.5 Rangkuman Usulan Perubahan Desain ....................... 52 Tabel 5.1 Heart Recovery Rate dari Responden A...................... 56 Tabel 5.2 VO2 Maks Responden A ............................................. 58 Tabel 5.3 Energi Kayuh Responden A ........................................ 60 Tabel 5.4 VO2Maks Berdasarkan Uji 6 Minute Walking Test (6 MWT) .......................................................................................... 62 Tabel 5.5 Perkembangan Vital Sign Responden A, B, C dan D . 85 Tabel 5.5 Perubahan HRR Responden A, B, C dan D ................ 86 Tabel 5.7 Perubahan Kapasitas VO2 Maks Responden A, B, C, dan D ........................................................................................... 87 Tabel 5.8 Perubahan Konsumsi Energi Responden A, B, C dan D .................................................................................................. 88 Tabel 5.9 Peningkatan Kebugaran Tubuh Setiap Kelompok ...... 93 Tabel 5.10 Data Uji Statistik ....................................................... 93. xix.

(22) [Halaman Ini Sengaja Dikosongkan]. xx.

(23) BAB I PENDAHULUAN. 1.1.. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti, hal ini disebabkan karena stroke mampu membuat penderitanya mengalami gangguan pada sistem koordinasi tubuh. Salah satu metode penyembuhan stroke selain dengan penggunaan obatobatan medis ialah dengan metode terapi yang bertujuan untuk mengmbalikan fungsi koordinasi tubuh. Terapi yang diberikan bisa berupa terapi konvesional tanpa alat bantu maupun dengan menggunakan alat bantu seperti halnya alat olahraga. Sepeda merupakan salah satu alat olahraga sekaligus sebagai moda transportasi yang ramah lingkungan, pada saat menggunakan sepeda seluruh anggota gerak tubuh melakukan pergerakan. Hal tersebut yang membuat sepeda menjadi alat olahraga yang sering digunakan untuk rehabilitasi pasien stroke, jenis sepeda yang digunakan ialah sepeda statis dengan variabel beban yang dapat disesuaikan. Berdasarkan dari hal diatas, penelitian sepeda pasca stroke sebagai alat bantu terapi pasien pasca stroke mulai dilakukan pada tahun 2013. Sebuah sepeda roda tiga yang dilengkapi dengan mekanisme kayuhan tangan yang sebelumnya sudah dirancang oleh Rodika tahun 2013 yaitu sepeda roda tiga dengan 1 roda dibagian belakang dan dua roda lainnya dibagian depan. Pengembangan sepeda yang dilakukan oleh Rodika tahun 2013 masih memiliki kendala pada dimensi sepeda yang terlalu panjang. Selanjutnya sepeda roda tiga tersebut dikembangkan oleh Syifa tahun 2015. Pengembangan sepeda tersebut masih memiliki kendala pada kekakuan (rigiditas). Untuk itu dikembangkan lagi sepeda roda tiga oleh saudara Sandy tahun 2016. Namun demikian sepeda pasca stroke tersebut masih sangat berat dan susah dibelokkan oleh penderita stroke. Hingga kini sepeda pasca stroke telah mengalami beberapa kali fase pengembangan. Selanjutnya 1.

(24) 2 pada akhir tahun 2016 saudara Chandra mengembangkan sepeda roda tiga dengan model delta, yaitu sepeda roda tiga yang dua rodanya dipasang dibelakang dan 1 roda diletakkan didepa. Pada tahun 2017 Agus mengembangkan sepeda pasca stroke dengan konsep delta yang telah dirancang oleh Chandra tahun 2016 rancangan sepeda pasca stroke tersebut telah disesuaikan dengan hasil evaluasi dari penelitian – penelitian terdahulu dan berdasarkan masukkan dari pengguna sepeda pasca stroke sebelumnya. Munculnya konsep baru, sudah tentu harus diikuti dengan serangkaian pengujian, baik pengujian kekuatan rangka sepeda, kenyamanan sepeda hingga pengujian performa sepeda saat digunakan untuk terapi pasien pasca stroke. Oleh karena itu akan dibuat prototype dari sepeda yang dikembangkan oleh Agus [2017] seperti yang terlihat pada gambar 1.1. Uji performa, prototype yang akan dibuat tersebut akan digunakan oleh pasien pasca stroke untuk melakukan terapi, terapi yang dimaksud disini ialah terapi pergerakan kaki pasien stroke dengan menggunakan kayuhan sepeda sebagai mediannya. Dalam melakukan terapi menggunakan sepeda pasca stroke, diperlukannya sebuah prosedur uji yang dapat dipergunakan oleh pasien pasca stroke untuk menjalani terapi menggunakan sepeda pasca stroke. Selain itu prosedur ini juga untuk memastikan bahwa sepeda pasca stroke ini dipakai dan digunakan secara benar oleh penggunanya. Sehingga perkembangan kesehatan yang dialami oleh pasien pasca stroke sesuai seperti yang diharapkan. Pada tahun 2016 saudari Dwi Telah membuat serangkaian prosedur penggunaan sepeda pasca stroke untuk rehabilitasi fisik pasien pasca stroke. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto menunjukan bahwa dalam prosedur yang disusun oleh Dwi tahun 2016 diperlukan beberapa penyesuaian dikarenakan jenis terapi yang diterapkan adalah terapi dinamis. Hal tersebut dikarenakan pada pengujian secara dinamis beban yang diterima pasien jauh lebih besar dari pada pengujian secara statis, sehingga prosedur yang telah dibuat.

(25) 3 oleh saudara dwi (2016) perlu disusun ulang serta batasan – batasan dalam pelaksanaannya perlu ditinjau ulang untuk menjamin keselamatan pasien pasca stroke.. Gambar 1.1 Sepeda Pasca Stroke Rancangan Agus (2017) Uji coba terapi menggunakan sepeda pasca stroke dilakukan dengan responden pasien pasca stroke dari Rumah Sakit Umum Haji Kota Surabaya. Dalam pengujian ini terapi dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu untuk mengetahui perubahan vital sign dari pasien pasca stroke yang terdiri dari detak jantung, tekanan darah, dan intensitas pernafasan. Pengukuran vital sign menggunakan prosedur yang telah dibuat oleh Dwi [2016]. Setelah melakukan beberapa kali terapi dalam rentang waktu tertentu maka didapatkan data hasil pengukuran vital sign pada setiap terapi berlangsung. Data vital sign ini kemudian di olah untuk mendapatkan hasil perkembangan kesehatan pasien pasca stroke melalui tingkat kebugaran tubuh pasien pasca stroke..

(26) 4 1.2.. Rumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana perubahan vital sign pasien pasca stroke setelah menjalani terapi? 2. Bagaimana perkembangan energy kayuh pasien pasca stroke setelah melakukan terapi? 3. Bagaimana perkembangan kebugaran pasien pasca sroke setelah terapi menggunakan sepeda pasca stroke? 1.3.. Batasan Masalah. Agar tujuan penulisan dari tugas akhir ini lebih terarah dan sistematik, maka diperlukan adanya batasan masalah sebagai berikut : 1. Rancang bangun sepeda pasca stroke tidak dibahas 2. Pasien pasca stroke telah memenuhi prasyarat yang diijinkan bagi pasien pasca stroke untuk melakukan olahraga agar dapat menggunakan sepeda pasca stroke ini. 3. Responden uji kayuh ialah pasien pasca stroke, minimal 3 bulan setelah serangan stroke. 4. Uji kayuh dilakukan secara dinamis 1.4.. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut : 1. Mengetahui perubahan vital sign pasien pasca stroke setelah melakukan terapi 2. Mengetahui perkembangan energy kayuh pada pasien pasca stroke 3. Mengetahui perkembangan kebugaran tubuh pada pasien pasca stroke.

(27) 5 1.5.. Manfaat Penelitian. Manfaat dalam penelitian ini adalah, untuk memberikan petunjuk penggunaan sepeda pasca stroke sebagai alat transportasi yang aman dan sebagai media penunjang terapi pasien pasca stroke dengan baik dan benar. Untuk memberikan standar ketercapaian selama pasien melakukan terapi menggunakan sepeda pasca stroke sehingga pasien dapat mengetahui peningkatan kesehatan yang telah dicapai..

(28) 6. [Halaman Ini Sengaja Dikosongkan].

(29) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.. Pasca Stroke Stroke, merupakan sebuah penyakit yang terjadi di otak akibat adanya gangguan peredaran darah di otak dan dapat mengakibatkan kerusakana pada otak baik sebagian maupun secara keseluruhan yang diakibatkan oleh terganggunya peredaran darah menuju otak. Sehingga batasan dari stroke ialah segala sesuatu gangguan pada otak yang diakibatkan oleh terganggunya peredaran darah pada otal, bukan karena kecelakaan ataupun trauma di otak. (Dian, 2012) Berdasarkan penyebab terjadinya stroke dibedakan menjadi dua, yaitu stroke iskemik (penyumbatan pembuluh darah) dan stroke hemoragik (pecahnya pembuluh darah). 2.1.1 Stroke Iskemik Stroke iskemik merupakan penyakit stroke yang disebabkan oleh terjadinya penurunan pada peredaran darah menuju otak. Sehingga pasokan darah menuju otak berkurang atau bahkan terhenti, hal ini menyebabkan terhentinya fungsi dari sel otak maupun sel saraf secara sementara hingga terjadinya kematian pada sel – sel otak yang kekurangan suplai darah. Penurunan peredaran darah pada otak secara umum diakibatkan oleh dua hal, yaitu : a.. Trombosis Trombosis ialah proses pembekuan darah pada jaringan peredaran darah itu sendiri. Jika pembekuan ini terjadi pada arteri yang menuju ke otak, maka peredaran darah menuju otak akan menurun dan menyebabkan terjadinya stroke iskemik. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai beikut.. 7.

(30) 8. Gambar 2.1 Stroke Iskemik Akibat Trombosis (http://madupahit.com/wp-content/uploads/2014/01/Stroke-Iskemik.jpg). b.. Emboli Emboli ialah adanya adanya benda asing dalam aliran peredaran darah, jika benda asing tersebut menyumbat jalur peredaran darah menuju otak maka akan terjadi stroke iskemik. Benda asing yang dimaksud dapat berupa darah beku, udara, kolesterol, dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai berikut :. Gambar 2.2 Stroke Iskemik Akibat Emboli (https://onesoliha.files.wordpress.com/2011/05/tipe_stroke.jpg).

(31) 9 2.1.2 Stroke Hemoragik Stroke hemoragik merupakan penyakit stroke yang diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah pada otak. Pecahnya pembuluh darah ini banyak diakibatkan oleh tingginya tekanan dalam jangka waktu yang lama sehingga dinding pembuluh darah melemah dan menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.3 sebagai berikut :. Gambar 2.3 Stroke Hemoragik (Heart and Stroke Foundation of Canada). 2.1.3 Gejala dan Tanda Stroke Stroke merupakan penyakit yang memerlukan penanganan secara cepat dan akurat untuk mencegah meluasnya efek serangan stroke pada penderita. Beberapa gejala yang terjadi pada penderita ialah kelumpuhan fokal (sebagian badan) atau bisa disebut dengan hemiparesis, mati rasa sebelah badan, sukar bicara dan sebagainya. 2.2.. Gangguan Fungsi Motorik Akibat Stroke Gangguan fungsi motorik ialah ketidak mampuan fungsi motorik untuk menjalankan tugasnya. Pada penderita stroke gangguan fungsi motorik ialah hal yang pasti terjadi, hal ini disebabkan rusaknya sel – sel otak dan jaringan syaraf yang mengatur fungsi motorik dan pergerakanya. Salah satu jenis gangguang fungsi motorik ialah kekakuan pada salah satu atau sebagian anggota gerak penderita sehingga anggota gerak tersebut.

(32) 10 tidak dapat digerakkan sebagai mana mestinya. Contoh kekakuan yang terjadi ialah kekakuan pada pada tangan, hal ini mengakibatkan tangan penderit stroke akan selalu menekan dada atau telapak tangan cenderung untuk selalu menggenggam dan sulit untuk digerakkan. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.4 dimana tangan dari penderita stroke mengalami kekakuan.. Gambar 2.4 Kekakuan pada tangan pasien stroke (http://2.bp.blogspot.com/-ATmcVyYs_NI/VUV1FZ2f4I/AAAAAAAAAg/oMF2b_93RrE/s1600/terapi%2Bpemulihan%2Bstroke.jpg). 2.3.. Rehabilitasi Pasca Stroke Rehabilitasi stroke merupakan pengelolaan medis dan rehabilitasi yang komprehensif terhadap disabilitas yang diakibatkan oleh stroke untuk meningkatkan dan mengoptimalkan kemampuan fungsional sehingga penderita stroke mampu beradaptasi dan mencapai kemandirian serta kualitas hidup yang lebih baik. (firda dkk, 2016). Salah satu jenis rehabilitasi yang diberikan pada pasien pasca stroke ialah rehabilitasi fungsi motorik. Dalam rehabilitasi ini diharapkan pasien mampu mencapai kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari – hari (daily Activity). Salah satu metode yang digunakan dalam rehabilitasi medik ini ialah motor relearning program. Motor relearning program dilakukan dengan menganalisa fungsi – fungsi utama dari gerak motorik. Setiap fungsi motorik dianalisa dan ditentukan komponen – komponen yang tidak dapat berfungsi dengan baik. Kemudian ditentukan batasan – batasan.

(33) 11 dari fungsi motorik tersebut dan dilakukan terapi berdasarkan batasan – batasan tersebut. Terapi yang diberikan merupakan terapi dalam bentuk aktifitas fungsional hal ini dikarenakan tujuan dari terapi tidak hanya mengembalikan pergerakan dari suatu bagian tubuh akan tetapi mengembalikan fungsional dari bagian tubuh tersebut. Latihan fungsional dan tugas – tugas motorik yang dianalisa seperti duduk, berdiri atau berjalan. Setiap tugas motorik dianalisa dan ditentukan komponen – komponen mana yang tidak dapat dilakukan. Kemudian menyesuaikan terapi yang diberikan dengan hasil analisa dan memastikan bahwa terapi yang diberikan dapat dilakukan pada aktifitas sehari – hari. Proses latihan ini harus meningkatkan kemampuan mobilisasi pasien pasca stroke, kemampuan rawat diri, dan aktifitas sehari-hari yang lain. Konsep motor learning pada pasien stroke memiliki tujuan (Suhartini, 2010) : a. Membantu pasien stroke bergerak dalam aktifitas fungsional dengan pola b. Membantu pasien stroke mencapai suatu pergerakan aktif secara otomatis c. Memberikan repetisi sehingga pola normal tingkah laku dapat dipelajari d. Melatih pasien stroke dalam sejumlah kondisi yang bervariasi sehinggaketerampilan dapat ditransfer pada situasi dan lingkungan yang berbedabeda. 2.4. Penelitian Terdahulu 2.4.1 Sepeda Roda Tiga Yang Dikembangkan Di Lab. Perancangan Dan Pengembangan Produk Pada tahun 2014, Rodika dan Rivai merancang sepeda roda tiga menggunakan konsep tadpole. Konsep tadpole sendiri ialah sepeda roda tiga yang memiliki dua roda pada bagian depan dan satu roda pada bagian belakang. Sepeda tersebut memiliki mekanisme kayuhan kaki dan kayuhan tangan, sehingga bisa.

(34) 12 digunakan untuk melakukan terapi kaki maupun terapi tangan oleh pasien pasca stroke. Selanjutnya pada tahun 2015 saudara Syifa, mengembangkan sepeda dengan konsep yang sama, yaitu menggunakan konsep tadpole. Pada sepeda yang dikembangkan oleh Syifa mekanisme kayuhan tangan dikembangkan lebih lanjut dan dipisahkan dari system steering sepeda, fitur yang ditambahkan pada sepeda roda rancangan Syifa ialah kemampuan lipat. hal ini membuat sepeda roda tiga rancangan syifa lebih mudah dibawa kemana-mana. Akan tetapi sepeda tersebut masih memiliki kendala pada kekakuan (rigiditas). Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh saudara Dani 2015, sepeda hasil rancangan Syifa 2015 bermanfaat. Berdasarkan uji kayuh yang telah dilakukan oleh Dani 2015, diketahui bahwa meningkatnya kecepatan kayuh akan meningkatkan kebutuhan energi. Dengan meningkatnya kebutuhan energi maka jantung akan bekerja lebih keras untuk memompa darah sehingga kebutuhan oksigen tubuh terpenuhi. Hal tersebut dapat dinyatakan pada gambar 2.5 dan 2.6 sebagai berikut.. Gambar 2.5 Grafik Perbandingan Antara Kecepatan Kayuh Dengan Detak Jantung Pada Responden A (Dani 2015).

(35) 13. Gambar 2.6 Grafik Perbandingan Antara Kecepatan Kayuh Dan Konsumsi Energi Pada 3 Responden (Dani 2015) Meningkatnya kecepatan kayuh responden juga mengindikasikan bahwa putaran kayuhan kaki responden pasca stroke mengalami peningkatan. Hal ini berarti pasien pasca stroke telah mengalami perkembangan pada pergerakan otot-otot kaki yang semula kaku menjadi lebih mudah untuk digerakkan. Kemudian pada tahun 2016, Sandy mengembangkan lagi sepeda pasca stroke dan lebih berfokus pada kekakuan (rigiditas) rangka sepeda pasca stroke. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Heri pada tahun 2016 tentang Pengujian Sepeda Pasca Stroke Untuk Pasien Stroke Di Rumah Sakit Haji Surabaya, dengan menggunakan prosedur yang disusun oleh dwi 2016, didapatkan hasil bahwa sepeda pasca stroke yang dirancang oleh Sandy 2016 bermanfaat. Berdasarkan hasil uji kayuh yang telah dilakukan pada 6 responden dengan pembagian, 3 responden yaitu responden A, B, dan C melakukan 10 kali terapi dalam satu bulan dan 3 sisanya yaitu responden D, E, dan F melakukan terapi sebanyak 3 kali dalam satu bulan. Dari hasil uji kayuh dapat diketahui bahwa kebutuhan akan energi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kecepatan kayuh responden. Untuk memenuhi kebutuhan energi maka jantung akan bekerja lebih keras untuk memompa darah sehingga suplai oksigen dapat terjaga. Hubungan antara kecepatan kayuh dengan dengan detak jantung dari ke-6.

(36) 14 responden dapat dilihat pada gambar 2.7. dan perkembangan energi kayuh responden pada setiap terapi dapat dilihat pada gambar 2.8. dibawah ini.. (a). (b). (c). (d). (e). (f). Gambar 2.7 Grafik Perbandingan Antara Kecepatan Kayuh Dengan Detak Jantung, (a) Responden A , (b) Responden B , (c) Responden C , (d) Responden D , (e) Responden E , (f) Responden F (Heri 2016).

(37) 15. (a). (b). (c). (d). (e). (f). Gambar 2.8 Grafik Perkembangan Energi Kayuh Pada Setiap Sesi Terapi, (a) Responden A , (b) Responden B , (c) Responden C , (d) Responden D , (e) Responden E , (f) Responden F (Heri 2016) Dari gambar 2.7. dapat diketahui bahwa detak jantung responden meningkat seiring dengan meningkatnya kecepatan kayuh responden. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya detak jantung responden sebelum melakukan terapi dan sesudah melakukan terapi. Pada respondep A, B, dan C yang melakukan.

(38) 16 terapi dengan frekuensi 3 kali dalam satu minggu mengalami perkembangan yang lebih pesat dibandingkan dengan responden D, E dan F yang melakuakan terapi 3 kali dalam satu bulan. Peningkatan kecepatan kayuh juga mengakibatkan, kebutuhan energy untuk uji kayuh juga meningkat pada setiap terapi hal ini dibuktikan oleh grafik 2.8. tentang perkembangan energi kayuh pada setiap pelaksanaan terapi. Berdasarkan hasil perhitungan data hasil pengujian menunjukan bahwa semua responden menunjukan peningkatan dalam hal energi kayuh, kecuali untuk responden D. Responden D mengalami penurunan energi kayuh meskipun kecepatan kayuhnya tetap, hal ini dikarenakan responden D telah memasuki tahap melatih ketahanan (endurance). Meningkatnya kecepatan kayuh juga memiliki arti bahwa kemampuan pergerakan kaki responden telah mengalami perkembangan begitu juga dengan kekuatan otot responden. Selain dari pada itu, menurunnya energi kayuh pada kecepatan yang sama juga mengindikasikan bahwa pasien sudah berada pada tahap melatih ketahanan (endurance). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sepeda yang dirancang Sandy 2016 bermanfaat bagi penderita stroke. 2.4.2 Terapi Sepeda Untuk Pasien Pasca Stroke Gerakan terapi menggunakan sepeda lebih mudah dilakukan jika dibandingkan dengan gerakan pada terapi secara konvensional. Selain itu terapi menggunakan sepeda termasuk rehabilitasi yang terjangkau dalam program rehabilitasi diklinik. Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di Kaohsiung Medical University dengan responden sebanyak 31 orang yang dibagi kedalam dua kelompok. Kelompok pertama dengan jumlah 16 responden melakukan terapi secara konvensional disertai dengan terapi menggunakan sepeda dengan ketentuan durasi terapi selama 30 menit,dengan frekuensi 5 kali dalam seminggu dan dilaksanakan dalam waktu 4 minggu, kelompok kedua dengan jumlah 15 responden melakukan terapi secara konvensional dengan parameter waktu yang sama dengan kelompok pertama.Hasil pengukuran dengan menggunakan lower extremity subscale of.

(39) 17 Fugel Meyer Assessment (LE-FMA), the 6-minutes walk test (6MWT), the 10-meter walk test (10MWT), dan modified asworth scale (MAS) menunjukkan bahwa rehabilitasi fisik menggunakan sepeda sebagai alat bantu, memberikan perkembangan yang signifikan pada pasien pasca stroke dibandingkan dengan pasien yang tidak menggunakan sepeda sebagai alat bantu. Perkembangan yang terjadi berupa meningkatnya pemulihan fungsi LE (lower Extremity), Ketahanan (endurance) dalam berjalan, dan kecepatan. (H.C. Yang et all, 2013). Gerakan mengayuh sepeda dapat dilihat pada gambar 2.9 dibawah ini.. Gambar 2.9 Terapi Sepeda untuk pasien Pasca Stroke (http://www.cyclinguk.org/sites/default/files/imagecache/990x500/media_library/users/Ni gel%20Williams/david_watts_300x150.jpg). Dari gambar 2.9 dapat diketahui bahwa saat menggunakan sepeda bagian kaki pasien pasca stroke melakukan pergerakan yang berkesinambungan mulai dari pergelangan kaki hingga pangkal paha, selain itu konsep pedal sepeda pada sepeda juga memungkinkan kaki pasien yang tidak terkena stroke untuk membantu pegerakan kaki yang megalami gangguan gerak motorik akibat stroke. Pada bagian tangan juga mengalami pergerakan yang berkesinambungan mulai dari telapak tangan hingga bahu pasien pasca stroke. Dalam bersepeda kedua gerakan tersebut, yaitu gerakan kaki dan tangan yang bergerak secara bersamaan sehingga meningkatkan kemampuan koordinasi antara kaki dan tangan. Dalam melaksanakan terapi menggunakan sepeda, khususnya sepeda pasca stroke terdapat beberapa pertimbangan yang pelu dipehatikan. Diantaranya adalah kemampuan pasien.

(40) 18 untuk duduk secara mandiri, tekanan darah pasien, detak jantung pasien dan beberapa hal lainya. Dalam pelaksanaannya jumlah kayuhan yang dilakukan oleh pasien pasca stroke ditetapkan pada range tertentu. Hal ini bertujuan supaya data hasil terapi pasien pasca stroke dapat dibandingkan antara responden satu dengan responden yang lainnya. 2.5.. Variabel Waktu Pada Rehabilitasi Medik Dalam pelaksanaan rehabilitasi untuk pasien pasca stroke, terdapat beberapa variabel waktu yang perlu diperhatikan seperti, durasi rehabilitasi, intensitas rehabilitasi, dan frekuensi rehabilitasi. 2.5.1 Durasi Rehabilitasi Stroke Durasi merupakam lama dari rehabilitasi tersebut diberikan kepada pasien pasca stroke. Dalam rehabilitasi keseluruhan sesi (durasi) rehabilitasi mulai dari pemanasan hingga pendinginan. Dalam pelaksanaan rehabilitasi, olahraga tidak harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Pasien pasca stroke dapat melakukan olahraga dengan pembagian waktu antara olahraga dan istirahat kemudian olahraga kembali sesuai dengan kemampuan dari tiap pasien pasca stroke. Dalam melakukan rehabilitasi penambahan durasi dapat dilakukan secara bertahap, hal ini untuk menyesuaikan kembali tekanan darah dan detak jantung pasien pasca stroke. Sehinga kemungkinan terjadinya stroke kembali bisa diperkecil. 2.5.2 Intensitas Rehabilitasi Stroke Intensitas dalam rehabilitasi stroke sebaiknya bertaraf sedang hingga ringan. Tingkat ini dipilih berdasarkan kondisi dari kesehatan pasien pasca stroke tersebut dari sesi ke sesi. Penentuan intensitas dalamrehabilitasi ini sangat penting karena akan berpengaruh pada seberapa berat beban yang akan ditanggung oleh motorik pasien. Manfaat rehabilitasi akan semakin terasa jika dilakukan dengan intensitas ringan hingga sedang dalam periode waktu yang lama, jika dibandingkan dengan melakukan.

(41) 19 rehabilitasi dalam intensitas tinggi (berat) namun hanya dilakukan dalam periode yang lama. (Catherine et al, 2010). 2.5.3 Frekuensi Rehabilitasi Stroke Seberapa sering rehabilitasi yang dijalani pasien pasca stroke akan menentukan pekembangan yang akan didapat oleh pasien pasca stroke. Akan tetapi frekuensi rehabilitasi yang terlalu sering akan memberikan beban yang berlebih pada fungsi motorik pasien. Frekuensi rehabilitasi pasien pasca stroke sebaiknya dilakukan 3x dalam satu minggu. (Catherine et al, 2010). 2.6.. Vital Sign Vital sign adalah tanda atau indikator yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan kondisi kesehatan manusia (menandakan bahwa semua sistem yang ada didalam tubuh manusia berjalan dengan baik, baik sistem sirkulasi, sistem respirasi, sistem syaraf, dll). 2.6.1 Tekanan Darah Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong oleh tekanan dari jantung. (potter & perry, 2005). Aliran darah mengalir dalam sistem sirkulasi didalam tubuh manusia dikarenakan adanya perbedaan tekanan. Dua jenis tekanan darah yaitu (Harioputro D.R. dkk, 2016) : a. Tekanan Sistolik : Tekanan maksimum dinding arteri pada saat ventrikel kiri jantung berkontraksi. b. Tekanan Diastolik : Tekanan minimum dinding arteri pada saat ventrikel kiri jantung relaksasi. Pengukuran tekanan darah merupakan gambaran dari resistensi pembuluh darah, cardiac output, status sirkulasi, dan keseimbangan cairan. Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah aktifitas fisik, status emosional, nyeri,.

(42) 20 demam, atau pengaruh kopi dan tembakau. Ketidaknormalan pada tekanan darah dapat digolongkan dalam beberapa bentuk yaitu : a. Hipertensi : yaitu kondisi dimana tekanan sistolik berada diatas 130 mmHg, dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg b. Hipotensi : yaitu kondisi dimana tekanan sistolik berada pada kisaran 90 mmHg c. Hipotensi orthostatik postural : yaitu penurunan tekanan darah pada saat bergerak dari posisi duduk ke berdiri, hal ini disertai dengan rasa pusing dan berkunang-kunang hingga menyebabkan pingsan. Tekanan darah normal pada manusia dibedakan menurut usia, sebagai contoh untuk usia 14 – 17 tahun tekanan darah normalnya ialah 120/70 mmHg. Tekanan darah normal untuk golongan usia yang lain dapat dilihat dilampiran pada tabel B.1 2.6.2 Pernafasan Pernafasan adalah mekanisme tubuh dimana terjadi pertukaran udara antara atmosfir dengan darah serta darah dengan sel (Fundamental Keperawatan Edisi 4, Volume 1). Pernafasan dapat dibedakan berdasarkan proses yang sedang terjadi. a. Ventilasi : yaitu masuknya udara dari atmosfir kedalam paru-paru b. Difusi : yaitu pertukaran O2 dengan CO2 antara alveoli dengan sel darah merah c. Perfusi : yaitu distribusi O2 oleh sel darah merah ke kapiler darah. Beberapa faktor yang mempengaruhi pernafasan ialah : a. Peningkatan aktifitas tubuh (ex : Olahraga) b. Nyeri akut dan rasa cemas c. Anemia.

(43) 21 d. Posisi tubuh, posisi tubuh yang tegak akan memberikan paru-paru ruang yang lebih untuk berekspansi sehingga udara dapat masuk secara maksimal kedalam paru-paru. Bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pengukuran maupun analisa pernafasan ialah: a. b. c. d.. Frekuensi pernafasan Kedalaman pernafasan Irama pernafasan Proses difusi dan perfusi. Frekuensi pernafasan secara normal pada dewasa adalah 12 – 20 frekuensi per menit. Untuk frekuensi pernafasan pada golongan usia lain dapat dilihat dilampiran pada tabel B.2 2.6.3 Detak Jantung Detak jantung merupakan aktivitas jantung dalam memompa darah menuju sistem sirkulasi tubuh. Detak jantung dapat diukur dengan cara mengukur denyut nadi, hal ini karena pada saat jantung berdetak untuk memompa darah menuju sistem sirkulasi melalui arteri, timbul gelombang tekanan yang biasa disebut dengan denyut nadi. (Harioputro D.R., dkk 2016). Detak jantung akan bertambah seiring dengan meningkatnya aktivitas tubuh hal ini dikarenakan pada saat tubuh beraktifitas maka sel-sel tubuh akan membutuhkan oksigen lebih banyak, untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka jantung bekerja lebih cepat untuk memompa darah. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui detak jantung adalah : a. Merasakan denyut nadi pada arteri, denyut nadi paling kuat terdapat pada arteri karotis. b. Mendengarkan detak jantung dengan menggunakan stethoscope.

(44) 22 c. Menggunakan ECG (electro Cardiogram), yaitu mengukur detak jantung dengan memanfaatkan sinyal elektrik yang diukur dari otot jantung pada permukaan kulit dada. Detak jantung dapat dibedakan atau didefinisikan menjadi beberapa jenis, definisi detak jantung dapat dilihat sebagai berikut (Muller, 1962): a. Denyut jantung selama istirahat (resting pulse) adalah rata-rata denyut jantung sebelum suatu pekerjaan dimulai b. Denyut jantung selama bekerja (working pulse) adalah rata-rata denyut jantung selama seseorang bekerja c. Denyut jantung untuk kerja (work pulse) adalah selisih antara denyut jantung selama bekerja dan selama istirahat d. Denyut jantung selama istirahat total (total recovery heart rate or recovery heart rate) adalah jumlah denyut jantung saat suatu pekerjaan selesai dikerjakan sampai dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya. e. Denyut total (total work pulse or cardiac cost) adalah jumlah denyut jantung dari mulainya suatu pekerjaan sampai denyut berada pada kondisi istirahatnya (resting level) Intensitas detak jantung merupakan faktor yang patut untuk diperhatikan dalam hal rehabilitasi pasien pasca stroke. Hal ini dikarenakan jika intensitas detak jantung melebihi intensitas maksimum maka dikhawatirkan akan terjadi kram jantung atau serangan jantung. Sedangkan jika intensitas detak jantung pasien rehabilitasi pasca stroke berada dibawah intensitas yang dibutuhkan maka bisa dikatakan pasien tidak melakukan aktivitas yang berarti untuk menunjang perkembangan kesehatan. Detak jantung maksimum dapat diperoleh melalui persamaan berikut : Detak jantung maksimum = 220 – Usia ................................. (2.1).

(45) 23. Menurut American Heart Association (AHA), intensitas yang dibutuhkan untuk orang stroke adalah sekitar 50 – 80 % dari detak jantung maksimum. Pada pasien pasca stroke dengan usia 50 tahun maka detak jantung maksimumnya adalah 170 denyut per menit, dan detak jantung yang dibutuhkan sehingga pasien pasca stroke tersebut dapat dikatakan melakukanolahraga adalah 85 – 136 denyut per menit. Detak jantung maksimum dan intesitas detak jantung yang dibutuhkan dapat dilihat dilampiran pada tabel B.3 2.7.. Hubungan Antara Detak Jantung Dengan Energi Expenditure Jumlah energi yang dikeluarkan selama manusia beraktifitas dapat diketahui melalui denyut total. Untuk menyetarakan denyut total dengan energi expenditure yang dikeluarkan, menggunakan pendekatan kuantitatif dan hubungan antara detak jantung dengan jumlah energi expenditure. Kemudian digunakan analisa regresi untuk mencari persamaan antara denyut total dan energi expenditure. Persamaan regresi kuadratis antara denyut total dengan energi expenditure adalah sebagai berikut : 𝑌 = 1.8044 − 0.22𝑥 + (4.71 × 10−4 )𝑥 2.............................. (2.2) (Martyaningsih, 2003) Dimana : Y = Energi (kilokalori/menit) X = Detak Jantung (denyut/menit) Konsumsi energi ditentukan persamaan matematis sebagai berikut:. dengan. menggunakan. KE = Et – Ei ........................................................................... (2.3) (Martyaningsih, 2003) Dimana :.

(46) 24 KE = Konsumsi energi untuk kegiatan tertentu (Kkal/menit) Et = Pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu (Kkal/menit) Ei = Pengeluaran enegi pada waktu istirahat (Kkal/menit) Selain dengan cara diatas, energi expenditure juga dapat diketahui dengan menggunakan metode interpolasi yang berdasarkan pada tabel klasifikasi beban kerja. Pada beban kerja moderate energi expenditure yang dibutuhkan oleh tubuh berkisar pada 5,0 – 7,5 Kkal per menit, detak jantung berkisar pada 100 – 125 denyut per menit dan kebutuhan akan oksigen sebesar 1,5 – 1,5 Liter per menit. Klasifikasi beban kerja yang lain dapat dilihat dilampiran pada tabel B. 4. 2.8.. Kekuatan Otot Kaki Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk berkontraksi dan menghasilkan gaya. Kekuatan otot dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya ialah stroke. Untuk mengetahui kekuatan otot terdapat beberapa metode salah satu metode yang sering digunakan ialah Manual Muscle Testing (MMT). Dalam penerapannya terapis akan mendorong tubuh pasien ke arah tertentu dan pasien diminta untuk menahan dorongan tersebut. Pada metode ini kekuatan otot diukur menggunakan skala 0 sampai dengan lima sesuai dengan kemampuan pasien. Definisi penilaian metode MMT dapat dilihat pada tabel 2.5 sebagai berikut : Tabel 2.1 Nilai kekuatan otot berdasarkan Manual Muscle Test (Wahyu, 2014) Nilai Keterangan Otot tidak dapat melakukan kontraksi yang bisa terlihat. Hal ini terjadi ketika otot yang lumpuh, dan 0/5 kadang-kadang nyeri dapat menghalangi otot untuk berkontraksi..

(47) 25. 1/5. 2/5. 3/5. 4/5. 5/5. Terjadi kontraksi otot namun tidak ada gerakan. Otot tidak cukup kuat untuk mengangkat bagian tubuh tertentu. Otot dapat berkontraksi tetapi tidak bisa menggerakan tubuh melawan gravitasi namun ketika gaya gravitasi dihilangkan dengan perubahan posisi tubuh, otot dapat menggerakkan bagian tubuh secara penuh. Otot dapat berkontraksi dan menggerakkan bagian tubuh secara penuh melawan gaya gravitasi. Tetapi ketika fisioterapis memberikan dorongan melawan gerakan tubuh pasien (memberikan resistensi) otot tidak mampu melawan. Otot mampu berkontraksi dan menggerakkan tubuh melawan tahanan minimal pasien dapat melawan dorongan yang diberikan fisioterapis namun tidak maksimal. Otot berfungsi normal dan mampu melawan tahanan maksimal pasien, mampu mempertahankan kontraksi ketika dorongan maksimal diterapkan fisioterapis pada bagian tubuh pasien.. 2.9.. Kebugaran Pasien Pasca Stroke Kebugaran ialah kemampuan fisik yang dimiliki responden untuk melakukan kegiatan, pekerjaan atau aktifitas sehari-hari. Dalam menentukan nilai kebugaran seseorang digunakan nilai dari VO2 Maks yang merupakan fungsi dari work heart rate dengan nilai recovery heart rate. 2.9.1 Volume O2 Maksimal (VO2 Maks) Volume O2 Maksimal adalah volume maksimal O2 yang dapat diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan secara intensif. Jumlah volume O2 menunjukan kemampuan dari sistem respirasi tubuh yang dinyatakan dalam satuan liter/jam. Untuk mengetahui besar Volume O2 yang dapat diproses oleh.

(48) 26 tubuh dapat menggunakan metode Uth-Sørensen-OvergaardPedersen. Dari metode tersebut didapatkan persamaan sebagai berikut : VO2 Maks = 15,3 ×. 𝐻𝑅𝑀𝑎𝑥 … … … … … . … … … … … … … … (2.4) 𝐻𝑅𝑅𝑒𝑠𝑡. Dimana : 𝐻𝑅𝑀𝑎𝑥 = Detak jantung sesaat setelah melakukan terapi 𝐻𝑅𝑅𝑒𝑠𝑡 = Detak jantung pada saat 2 menit setelah terapi (recovery heart rate). Menurut Firstbeat Technologies Ltd, Kapasitas VO2 Maks manusia dapat dibedakan berdasarkan umur dan jenis kelamin. Pada laki – laki dengan usia 50 – 54 tahun kapasitas standar VO2 Maksyang dimiliki ialah 33 – 36 liter per jam. Sedangkan kapasitas standarVO2 Makspada perempuan dengan rentang usia yang sama ialah 26 – 29 liter per jam. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa, jika VO2 Maks pasien pasca stroke berada pada klasifikasi standar ataupun diatasnya maka dapat dikatakan bahwa pasien tersebut sudah sehat. Kapasitas VO2 Maks untuk kelompok usia lainnya dapat dilihat dilampiran pada Tabel B.5 dan tabel B.6. 2.10. Energi Kayuh Energi kayuh adalah energi yang dikeluarkan oleh seseorang saat mengayuh sepeda. Kecepatan kayuh yang tinggi menunjukan bahwa otot kaki bekerja dengan keras sehingga ikut menaikkan detak jantung. Melalui detak jantung energi yang dikeluarkan dalam suatu aktivitas dapat diketahui. Menurut Bjorn Ekblom, Karolinska Institute, Stockholm, Sweden. Rata-rata energi yang mampu dikeluarkan ketika melakukan aktivitas latihan pada orang normal adalah sebesar 3,58 – 7,16 kkal/menit. Sehingga apabila energi kayuh yang dikeluarkan oleh pasien pasca stroke pada saat menjalani terapi kayuh melebihi dari rata-rata energi yang mampu.

(49) 27 dikeluarkan orang normal (3,58 – 7,16 kkal/menit) maka pasien tersebut dapat dikatakan sudah sehat. 2.11. Heart Recovery Rate Heart recovery rate merupakan kemampuan jantung untuk kembali ke denyut normal setelah melakukan aktifitas. Semakin cepat waktu yang dibutuhkan jantung untuk kembali ke detak jantung normal maka semakin sehat orang tersebut. Heart recovery rate merupakan hasil pengurangan dari detak jantung sesaat seseorang selesai melakukan aktifitas dikurangi dengan detak jantung seseorang setelah 2 menit melakukan aktifitas. Rumus Heart recovery rate adalah sebagai berikut; 𝐻𝑅𝑅 = 𝐻𝑅 𝑠𝑒𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ − 𝐻𝑅 2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ … … … … … … … . . … (2.5) 𝑒𝑥𝑒𝑟𝑐𝑖𝑠𝑒. 𝑒𝑥𝑒𝑟𝑐𝑖𝑠𝑒. Jika Heart recovery rate pasien berada pada rentang nilai 22 – 52 beat per minute mengindikasikan bahwa umur biologis pasien sesuai dengan umur berdasarkan kalendar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesehatan pasien sama dengan manusia normal pada umumnya. Nilai Heart recovery rate yang lain beserta indikasinya dapat dilihat dilampiran pada tabel B.7. 2.12. Six Minute Walking Test (6-MWT) Six minute walking test (6-MWT) adalah sebuah metode yang digunakan untuk mengukur kapasitas VO2 Maks seseorang. Pengujian ini dilakukan dengan cara responden berjalan selama 6 menit pada jalur tertentu. Dari hasil pengujian akan didaptakan data berupa jarak yang ditempuh responden selama berjalan selama 6 menit tersebut. Dari data tersebut kemudian dikonversikan dalam bentuk kapasitas VO2 Maks dengan menggunakan persamaan sebagai berikut. 𝑉𝑂2 𝑀𝑎𝑘𝑠 = 70,161 + (0,023 𝑥 6𝑀𝑊𝐷) − (0,276 𝑥 𝐵𝐵 (𝑘𝑔)) − (6,79 𝑥 𝑚) − (0,193𝑥𝐻𝑅𝑟𝑒𝑠𝑡) − (0,191 𝑥 𝑈𝑠𝑖𝑎) … … … … … … … … … … … … … … … (2.6).

(50) 28 Dimana : m adalah faktor koreksi untuk jenis kelamin Jika responden adalah laki-laki maka m = 0 Jika responden adalah perempuan maka m = 1 2.13. Uji Statistik Uji statistik merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mengambil sebuah keputusan. Salah satu uji statistik yang digunakan untuk menguji means dari duan buah sampel yang indpendent dengan varians yang tidak diketahui dan jumlah sample yang kecil adalah uji t. 2.13.1. Uji Varians Dari Dua Populasi Sebelum melakukan uji statistik terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap standar deviasi dari kedua populasi, untuk mengetahui apakah standar deviasi dari kedua populasi tersebut sama atau tidak. Untuk melakukan uji statistik terhadap standar deviasi populasi, digunakan distribusi F, dengan hipotesa sebagai berikut. 𝐻0 ∶ 𝜎1 2 = 𝜎2 2 𝐻1 ∶ 𝜎1 2 ≠ 𝜎2 2 Rumus distribusi F 𝐹 =. 𝑆1 2 𝑆2 2. … … … … … … … . … … … … … … … … … … … … … … . . (2.7). 𝐹0 = 𝐹(𝑣1 , 𝑣2 ) , 1 𝐹0 ′ = 𝐹(𝑣2 , 𝑣1 ) dimana 𝑣1 = 𝑛1 − 1 dan 𝑣2 = 𝑛2 − 1 … … … … … … … … … … … . . . (2.8).

(51) 29. Kriteria penerimaan H0 apabila 𝐹0 ′ ≤ 𝐹 ≤ 𝐹0 , jika nilai nilai F berada diluar range maka H0 ditolak dan H1 diterima. 2.13.2. Uji means untuk dua sampel independen dengan standar deviasi yang tidak diketahui dan jumlah sampel yang kecil Merupakan sebuah metode uji statistik yang digunakan untuk mengetahui apakah means dari dua buah sampel berbeda secara signifikan atau tidak. Uji statistik ini dilakukan dengan distribusi t, dengan hipotesis : Null hipotesis 𝐻0 ∶ 𝜇1 = 𝜇2 Alternatif hipotesis 𝐻0 ∶ 𝜇1 ≠ 𝜇2 (two-sided) 𝐻0 ∶ 𝜇1 > 𝜇2 (one-sided) 𝐻0 ∶ 𝜇1 < 𝜇2 (one-sided). Jika varians dari kedua sampel sama (equal), maka persamaan uji statistik yang digunakan adalah sebagai berikut. =. 𝑋̅1 − 𝑋̅1 … … … … … … … … . … … … … … … … … … … . (2.9) 𝑆𝑑. 𝑆𝑑 2 =. 𝑆1 2 (𝑛1 − 1) + 𝑆2 2 (𝑛2 − 1) 𝑛1 + 𝑛2 … … … … … . . (2.10) (𝑛1 − 1) + (𝑛2 − 1) 𝑛1 𝑛2. 𝑡.

(52) 30 Degrees of freedom : 𝑣 = 𝑛1 + 𝑛2 − 2 … … … … … … … … … … … … … … … . … … (2.11). Jika varians dari kedua populasi tidak sama (unequal), maka persamaan uji statistik yang digunakan adalah sebagai berikut. 𝑡. =. 𝑋̅1 − 𝑋̅1 2. 2. 1⁄ … … … … … … … . . … … … … . . (2.12) 2. 𝑆 𝑆 ( 1 ⁄𝑛1 + 2 ⁄𝑛2 ) Degrees of freedom :. 𝑣 =. 𝑆2 𝑆 2 ( 1 ⁄𝑛1 + 2 ⁄𝑛2 ) 2. 2. 2. 𝑆2 𝑆 2 ( 1 ⁄𝑛1 ) ⁄ ( 2 ⁄𝑛2 ) ⁄ (𝑛1 + 1) + (𝑛2 + 1). − 2 … … … … … … … … (2.13).

(53) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.. Desain Penelitian. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental, untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat penggunaan sepeda pasca stroke dengan laju perkembangan pasien post stroke. Penelitian ini akan melibatkan dua kelompok, dimana satu kelompok sebagai kelompok kontrol dan kelompok lainnya sebagai kelompok eksperimental. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut. Mulai. Studi Literatur dan Lapangan. Menentukan kriteria sampel yang dipilih. Pemilihan Sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Penyusunan Dokumen Rekam Medik Pasien pasca Stroke. Terapi Kayuh. Rekam Medik Pasien Stroke. Prosedur Pengujian. A. 31.

(54) 32. A. Perhitungan dan pengolahan data. Analisa Perkembangan responden dan ketercapaian target. Kesimpulan dan Saran. Selesai. Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 3.2.. Populasi dan Sampel Populasi : Seluruh pasien post stroke Populasi terjangkau. : pasien post-stroke RSU Haji Surabaya yang telah memenuhi kriteria inklusi serta eksklusi. Sampel. : dalam penelitian ini jumlah sampel yang akan diikut sertakan sebanyak 8 responden. Dimana 8 responden tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimental.

(55) 33 3.3.. Kriteria Sampel Pasien pasca stroke yang akan menjadi responden dalam penelitian ini, dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang telah disesuaikan. Kriteria tersebut ialah sebagai berikut. 1. Kriteria Inklusi - Pasien penderita stroke hemoragik maupun iskemik. - Pasien dengan jenis kelamin laki - laki maupun perempuan. - Memiliki kekuatan otot lebih dari atau sama dengan 3 dari skala 5. - Tekanan darah pasien, sistolik ≤ 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg - Detak jantung pasien dapat dilihat di tabel B-3 (lampiran) - Pasien telah menderita stroke lebih dari 3 bulan. - Pasien mampu duduk dan berjalan secara mandiri. 2. Kriteria Eksklusi -Pasien tidak bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan -Pasien stroke dengan kelainan jantung -Tekanan darah dan kadar kolesterol pasien tidak stabil dalam satu minggu terakhir -Pasien dengan gangguan kognitif dan sensorik -pasien dengan gangguan keseimbangan 3.4.. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum Haji Surabaya yang berlokasi di Jl. Manyar Kertoadi, Klampis Ngasem, Sukolilo, Kota Surabaya, Jawa Timur. Pada 10 Oktober – 10 Desember 2017..

(56) 34 3.5.. Variabel Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Variabel Tergantung a. Kebugaran tubuh  VO2Maks  Heart recovery rate  Energi kayuh b. Jarak yang ditempuh dalam 6 minute walk test (6MWT) 2. Variabel tak tergantung a. Frekuensi terapi kayuh. 3.6.. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pengumpulan data ialah dengan melakukan pengujian menggunakan sepeda pasca stroke terhadap responden. Pada saat pelaksanaan pengujian dilakukan pengukuran terhadap variabelvariabel yang telah ditentukan. frekuensi pengujian terapi kayuh sebanyak 3 kali dalam satu minggu hal ini didasarkan pada penelitian sebelumnya dimana perkembangan pasien meningkat lebih pesat dibandingkan dengan pasien dengan frekuensi terapi kayuh yang rendah. 3.7.. Peralatan Uji Sebelum melakukan pengujian, sepeda pasca stroke dilengkapi dengan alat uji untuk memudahkan penguji memantau setiap aspek yang menjadi penilaian selama proses terapi berlangsung. Adapun beberapa peralatan uji yang digunakan ialah stopwatch, cyclometer, Tensi meter dan kamera digital..

(57) 35 3.7.1. Stopwatch Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu terapi pasien pasca stroke, selain itu juga digunakan untuk membantu proses pengukuran detak jantung responden secara manual. Stopwatch yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.3 sebagai berikut.. Gambar 3.3 Stopwatch 3.7.2. Cyclometer Cyclometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan kayuh responden selama proses terapi berlangsung. Cyclometer yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada gambar 3.4 sebagai berikut.. Gambar 3.4 Cyclometer (http://www.topvaluereviews.net/wp-content/uploads/2015/08/71TRtrNvl6L._SL1376_206x300.jpg).

(58) 36 3.7.3. Tensimeter Tensimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah responden. Baik sebelum maupun sesudah terapi berlangsung. Tensimeter yang digunakan pada penilitian ini adalah tensimeter manual, dapat dilihat pada gambar 3.5 sebagai berikut. Gambar 3.5 Tensimeter Manual 3.7.4. Kamera Digital Kamera digital pada penelitian ini digunakan untuk mendokumentasikan proses terapi kayuh responden baik dalam bentuk foto maupun video. Kamera digital yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.6 sebagai berikut. Gambar 3.6 Kamera Digital (https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/ae/Sony_DSCW170.jpg/220px-Sony_DSC-W170.jpg.

(59) BAB 4 PENGGUNAAN SEPEDA PASCA STROKE UNTUK TERAPI PENDERITA STROKE 5.1.. Prosedur Pengujian Pada penelitian ini, jenis terapi kayuhan yang akan diberikan kepada responden pasca stroke adalah terapi kayuh secara dinamis. Oleh karena itu untuk menjamin keamanan responden dan menjamin setiap responden mendapatkan perlakuan yang identik maka perlu adanya prosedur pengujian. Prosedur pengujian yang akan digunakan untuk terapi menggunakan sepedapasca stroke adalah sebagai berikut. 5.2. 5.3. 5.4. 5.5. 5.6. 5.7. 5.8. 5.9. 5.10. 5.11. 5.12. 5.13. 5.14. 5.15. 5.16. 5.17. 5.18. 5.19. 5.20. 5.21. 5.22.. 37.

(60) 38. 5.23. *). Gambar 4.1 Diagram Alir Pengujian. Keluhan yang dimaksud ialah sebagai berikut Keluhan Subjektif 1. Pasien berkeringat & pucat 2. Pasien merasakan pusing 3. Pasien mengalami gangguan pernafasan 4. Pasien merasakan nyeri Keluhan Objektif 1. Terjadi perubahan pada vital sign pasien Dimana vital sign pasien mendekati atau melebihi batas yang diijinkan,.

(61) 39 **) bagi pasien yang tidak dapat memenuhi target waktu terapi yang telah ditentukan maka disarankan untuk melakukan terapi pendukung lain secara mandiri sesuai dengan keluhan yang timbul pada saat melakukan terapi kayuh.. 5.24. Responden Pasca Stroke Responden dalam penelitian ini adalah pasien pasca stroke yang telah melewati masa kritis dan masa tirah baring (bed rest). Artinya pasien pasca stroke yang menjadi responden adalah pasien pasca stroke dengan kondisi vital sign yang stabil, sehingga akan memungkinkan mereka melakukan terapi kayuh secara maksimal dan resiko terjadi stroke kembali yang kecil. Disamping itu pasien pasca stroke yang menjadi responden telah sesuai dengan saran yang diberikan oleh komite etik RS Haji Surabaya. Sebelum menjadi responden pasien pasca stroke telah diberikan informasi terkait penelitian yang akan diikuti dan telah menyetujui untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataan tertulis di lembar persetujuan (Consent) yang telah disediakan. Lembar persetujuan menjadi responden dapat dilihat pada lampiran D. Responden yang mengikuti penelitian ini berjumlah 8 responden, kedelapan responden tersebut akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok terapi kayuh dan kelompok non – terapi kayuh. Data responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Data Responden Penelitian No. Nama. Usia (Thn). Berat Badan (Kg). 1. Bp Winarno. 62. 68. 2. Bp Suyono. 55. 58. 3. Bp Lexi. 72. 65. Jenis Stroke Stroke Infark Stroke Infark Stroke Infark. Kelompok. Terapi Menggunakan Sepeda Pasca Stroke.

(62) 40. 4. Bp Ahyar. 45. 62. 5. Bp Soekardi. 66. 58. 6. Bp Gunawan. 52. 58. 7. Bp Suyono. 64. 69. 8. Bp Puamin. 58. 57. Stroke Infark Stroke Infark Stroke Infark Stroke Infark Stroke Infark. Terapi Tanpa Menggunakan Sepeda Pasca Stroke. 5.25. Pencatatan Rekam Medik dan Persetujuan Mengikuti Penelitian Pasien yang telah diberi pemahaman tekait penelitian yang akan dilakukan, baik manfaat penelitian, alur penelitian beserta tahapan – tahapannya. Pasien berhak memutuskan untuk bersedia mengikuti penelitian ini atau tidak. Pasien yang bersedia mengikuti penelitian dibuktikan dengan mendatangani surat persetujuan yang menyatakan bahwa pasien bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Lembar persetujuan dapat dilihat pada gambar 4.2 sebagai berikut..

(63) 41. Gambar 4.2 Lembar Persetujuan Pasien lembar persetujuan yang telah ditanda tangani pasien dapat dilihat pada lampiran D, selanjutnya pasien akan disebut sebagai responden dalam penelitian ini. Setelah responden menandatangani surat persetujuan, maka hal yang selanjutnya dilakukan adalah menyusun rekam medik responden. Rekam medik responden digunakan untuk mencatat.

(64) 42 informasi kesehatan responden, sehingga melalui rekam medik ini dapat ditentukan rencana tindakan medis apa yang akan dilakukan untuk responden. Lembar rekam medik Responden dapat dilihat pada gambar 4.3 sebagai berikut.. Gambar 4.3 Lembar Rekam Medik Responden Lembar rekam medik setiap responden yang menjalani terapi kayuh dapat dilihat pada lampiran B.10.

(65) 43 5.26. Pengukuran Vital Sign Dalam pelaksanaan penelitian ini, vital sign responden akan diperiksa secara intensif dalam selang waktu tertentu. Hal ini untuk memastikan kondisi kesehatan responden yang sedang menjalani terapi kayuh secara objektif. Vital sign yang diamati adalah detak jantung, detak jantung yang terlalu cepat dapat mengakibatkan tubuh mudah lelah, kepala terasa pusing, sesak nafas, nyeri pada bagian dada hingga mengakibatkan individu tersebut kehilangan kesadaran. Detak jantung yang disarankan selama responden menjalani terapi adalah kurang dari 80% detak jantung maksimum responden tersebut. Vital sign yang kedua adalah tekanan darah, perubahan tekanan darah yang melebihi batas aman dapat mengkibatkan munculnya potensi serangan stroke kembali pada responden. Vital sign ketiga adalah intensitas pernafasan, beban kerja yang berlebihan dapat membuat nafas responden tersengalsengal. Hal ini akan mengakibatkan suplai oksigen untuk pembentukan energi berkurang. Karena pentingnya vital sign untuk memantau kesehatan dan keamana responden dalam melaksanakan terapi, maka dari itu perlu dilakukannya pengukuran vital sign responden secara periodik selama terapi berlangsung. Pengukuran vital sign responden dilakukan dengan menggunakan prosedur pengukuran vital sign yang telah disusun oleh saudara Dwi (2016). Prosedur pengukuran vital sign saudara Dwi (2016) dapat dilihat pada lampiran A.1. – Lampiran A.3. Pengukuran vital sign dilakukan sebelum responden mulai melakukan terapi dan sesudah responden melakukan terapi. Dengan urutan, pengukuran detak jantung dilakukan pertama kali, kemudian dilanjutkan dengan pengukuran tekanan darah dan terakhir adalah pengukuran intensitas nafas responden. Hasil pengukuran vital sign akan dicatat dalam lembar data vital sign responden. Lembar data vital sign presponden terapi kayuh dapat dilihat pada gambar 4.6 sebagai berikut..

(66) 44. Gambar 4.4 Lembar Data Vital Sign Responden Terapi Kayuh Lembar data vital sign dari setiap responden terapi kayuh dapt dilihat pada lampiran B.8. 5.27. Terapi Kayuh Pasien Pasca Stroke Penggunaan sepeda dalam pemulihan fungsi pasien pasca stroke memiliki beberapa kelebihan yaitu untuk memulihkan fungsi koordinasi tubuh, meningkatkan kekuatan otot kaki (dengan cara mengayuh), dan meningkatkan kemampuan pasien dalam menjaga keseimbangan. Terapi yang akan diberikan kepada responden merupakan terapi secara dinamis, sehingga pasien akan menggunakan sepeda pasca stroke yang telah dirancang dalam satu jalur tertentu yang telah disediakan. Responden yang mengikuti penelitian ini, akan dibagi kedalam dua kelompok dengan jumlah yang sama. Satu kelompok berfungsi sebagai kelompok kontrol (Kelompok Non – Terapi Kayuh). Yaitu kelompok yang tidak mendapatkan terapi sepeda pasca stroke. Kemudian kelompok yang kedua merupakan kelompok eksperimen (Kelompok Terapi Kayuh) yang akan.

(67) 45 mendapatkan tambahan terapi menggunakan sepeda pasca stroke. Pembagian responden kedalam dua kelompok berbeda ini sangat diperlukan untuk mengetahui kebermanfaatan sepeda pasca stroke sebagai sarana penunjang pemulihan fungsi motorik pasien pasca stroke. Untuk menguji kebermanfaatan sepeda pasca stroke terhadapap responden, akan dilakukan pengujian kebugaran tubuh dengan parameter VO2Maks utnuk setiap kelompok. untuk membandingkan kebugaran tubuh kedua kelompok tersebut, dilakukan pengujian kebugaran tubuh dengan menggunakan metode 6 Minute Walking Test (6MWT). Sehingga perkembangan kebugaran tubuh kedua kelompok tersebut dapat dibandingkan menggunakan metode statistik. Sebelum responden melakukan terapi kayuh, dilakukan pengukuran vital sign responden terlebih dahulu. Kemudian dilakukan pemanasan (warm up) untuk menghindari terjadinya kram pada saat menjalani terapi kayuh, pemanasan dilakukan selama 5 menit dengan melakukan stretching ringan. Terapi kayuh dilakukan dalam dua sesi, sesi pertama dilakukan dengan durasi maksimal selama sepuluh menit. Setelah sepuluh menit atau responden merasakan keluhan baik secara subjektif maupun objektif maka terapi kayuh dihentikan dan dilakukan pengukuran ulang terhadap vital sign responden. Responden diberikan waktu istirahat minimal selama tiga menit sebelum dilanjutkan dengan terapi sesi kedua. Setelah selesai istirahat maka responden akan melanjutkan terapi kayuh sesi kedua dengan durasi terapi maksimal sepuluh menit. Setelah sepuluh menit atau responden merasakan keluhan baik secara objektif maupun subjektif maka terapi kayuh tahap kedua akan dihentikan, kemudian dilakukan pengukuran ulang terhadap vital sign responden. Setelah pengukuran vital sign selesai maka pasien diarahakan untuk melakukan pendinginan (cool down), sesi pendinginan dilakukan selama 5 menit. Selama responden melakukan terapi, kecepatan sepeda dijaga pada kisaran 4 – 6 Km/Jam, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya beban kerja berlebih pada tubuh responden serta menghindari terjadinya kecelekaan saat terapi kayuh.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu desa penghasil jagung manis yang berada di Kecamatan Sigi Biromaru adalah Desa Bulupountu Jaya dengan luas lahan sebesar 75 ha dan produksi sebesar 285 ton pada

Agama hanya sebagai tameng untuk melancarkan rencana dan perilaku terorisme sehingga setiap perekrutan anggota teroris didasari dengan doktrin keagamaan yang

Melalui pertemuan tinjauan manajemen berbagai permasalahan yang terkait dengan mutu dan kinerja, serta operasionalisasi sistem manajemen mutu dan sistem pelayanan

The majority of students did well across all sections of the written examination paper; they demonstrated good listening skills and the ability to synthesise information in the

Untuk mengatasi berbagai permasalahan dan isu-isu yang mucul dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut ini, dibutuhkan suatu model pengelolaan yang kolaboratif yang

Berdasarkan analisa kuantitatif dan kualitatif diatas yaitu review identifikasi, pelaporan, pencatatan, autentifikasi, kelengkapan dan kekonsistenan diagnosa, kelengkapan

Percayalah!, walau kita berbeda Agama, Suku, Budaya dan semua yang menjadi perbedaan mampu kita satukan dalam damai karena pengikat kasih dan cinta kita ialah Allah Tuhan kita,

Kami berharap Bapak dan Ibu anggota Indonesia Diaspora Network dan peserta Kongres ini dapat berbagi pengalaman kerja dan penelitian yang dilakukan di luar negeri