• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Pemberian Insentif Serta Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Peningkatan Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas Negeri Di Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Pemberian Insentif Serta Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Peningkatan Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas Negeri Di Tebing Tinggi"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN INSENTIF SERTA

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN

KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI

DI TEBING TINGGI

TESIS

Oleh

SYAIFUL AMRI SARAGIH

077017089/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA

(2)

ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN INSENTIF SERTA

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN

KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI

DI TEBING TINGGI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SYAIFUL AMRI SARAGIH

077017089/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN INSENTIF SERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA GURU SMA NEGERI DI KOTA TEBING TINGGI

Nama Mahasiswa : Syaiful Amri Saragih

Nomor Pokok : 077017089

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Prof.Dr.Azhar Maksum,M.Ec, Ak) (Dra. Tapi Anda Sari Lubis,M.Si,Ak) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,Ak) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,MSc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 2 September 2009

____________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ak

Anggota : 1. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak

2. Prof.Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA,Ak

3. Drs. Rasdianto, M.Si, Ak

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan Tesis yang berjudul :

“Analisis Pengaruh Pemberian Insentif Serta Pendidikan Dan Pelatihan

Terhadap Peningkatan Kinerja Guru SMA Negeri Di Kota Tebing Tinggi”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum di publikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, September 2009 Yang membuat pernyataan

(6)

ABSTRAK

Pendidikan merupakan salah satu pilar untuk mencapai tujuan nasional yang telah ditetapkan dam UUD 1945. Keberhasilan proses pendidikan tidak dapat dilepaskan dari keberadaan guru. Dalam pelaksanaannya kinerja guru dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dunia pendidikan masih dihadapkan oleh berbagai masalah seperti kualitas pendidikan yang rendah, tingkat kelulusan siswa yang terus menjadi dilema, rendahnya gaji guru dan sebagainya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemberian insentif serta pendidikan dan pelatihan terhadap peningkatan kinerja guru SMA Negeri di Kota Tebing Tinggi.

Jenis penelitiannya adalah penelitian asosiatif dimana penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual. Sedangkan sifat penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru-guru SMA Negeri di Kota Tebing Tinggi, dengan sampel 142 orang. Metode pengumpulan datanya dengan wawancara, kuesioner dan studi dokumentasi. Variabel dalam penelitian ini meliputi insentif, pendidikan dan pelatihan sebagai variabel independen dan kinerja guru sebagai variabel dependen. Model analisis datanya regresi linier. Pengujian hipotesis secara simultan maupun parsial dilakukan dengan menggunakan software SPSS.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan insentif serta pendidikan dan pelatihan berpengaruh terhadap kinerja guru. Secara parsial insentif tidak berpengaruh terhadap kinerja guru, namun pendidikan dan pelatihan berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja guru SMA Negeri di Kota Tebing Tinggi.

(7)

ABSTRACT

Education is one of pillar to achieve the national purpose which has been determined in the 1945’s constitution. The success of the educational process can’t be apart from the existence of the teachers. In the implementation, the teachers’ performance can be seen from the process and the result. The world of education is still having a lot of problems, like, the low quality of education, the dilemma of the students’ graduation level, the low salary for the teachers, etc. The objective of this research is to find out and analyze the effect of giving incentive as well as the education and training towards the improvement of the state senior high school teachers in Tebing Tinggi.

The classification of the research is associative research, in which, this research was conducted to get the facts from the indications found and to find the information factually. While, the characteristic of this research is explanatory research. The populations of this research were all the teachers of the state senior high school in Tebing Tinggi, with the sample of 142 teachers. The methods of collecting the data were interview, questioner, incentive, education and training as the independent variable and the teachers’ performance as the dependent variable. The model of the data analysis was linier regression. The simultaneously or partially hypothesis testing was conducted by using the SPSS software.

The result of this research concluded that simultaneously the incentive as well as the education training had the effect towards the teachers’ performance, but the education and the training were the most significant effect for the state senior high school teachers in Tebing Tinggi.

Keywords : Incentive, Education and Training, and Teachers’ Performance.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Peneliti sampaikan kehadirat Allah SWT, atas nikmat yang diberikan sehingga dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Pengaruh Pemberian Insentif Serta Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Peningkatan Kinerja Guru SMA Negeri Di Kota Tebing Tinggi”. Tesis ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Menteri Pendidikan Nasional yang telah memberikan dukungan pembiayaan melalui Program Beasiswa Unggulan hingga penyelesaian tugas akhir Tesis berdasarkan DIPA Sekretariat Jenderal DEPDIKNAS Tahun Anggaran 2007 sampai dengan 2009.

2. Bapak Prof. Chairuddin P.Lubis, DTM&H., Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ir T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

(9)

5. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum M.Ec, Ak selaku Ketua Komisi Pembimbing yang banyak memberi masukan hingga selesainya penulisan tesis ini.

6. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak selaku anggota komisi pembimbing yang senantiasa memberikan perhatian dan membimbing sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini.

7. Kepala Dinas Beserta Staf pada Dinas Pendidikan Nasional Kota Tebing Tinggi yang telah meluangkan waktu memberikan pelayanan untuk mendapatkan informasi dan

data dalam penyelesaian tesis ini.

8. Kedua orang tua penulis, yaitu H.M Amin Saragih dan Hj. Asnah serta kedua Mertua yaitu Suyanto dan Suharti. Istri tercinta Erlida. S.Pd. M.Si serta anak-anak tersayang Naufal Ichsan.S dan Rifky Maulana.S, dan seluruh anggota keluarga atas kesabaran, dan doa sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa di Program Studi Akuntansi Pemerintahan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan kerja sama yang baik selama penulis menempuh studi dan dalam penulisan tesis ini.

Medan, September 2009 Penulis,

(10)

RIWAYAT HIDUP

Syaiful Amri Saragih, dilahirkan di Tebing Tinggi pada tanggal 17 April 1971,

anak ke lima dari delapan bersaudara dari Ayahanda H.M. Amin Saragih dan Ibunda Hj.Asnah. Memiliki seorang istri, yaitu Erlida dan dikaruniai dua orang anak yaitu Naufal Ichsan Saragih dan Rifky Maulana Saragih .

Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 102083 Pabatu tahun 1984, Sekolah Menengah Pertama Yapendak Pabatu tahun 1987, Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Tebing Tinggi tahun 1990, dan melanjutkan studi pada Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan selesai pada tahun 1997. Pada tahun 2007 melanjutkan studi di Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Pemerintahan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis saat ini bekerja di jajaran Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi sejak tahun 2003.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Originalitas penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Landasan Teori... 7

2.1.1. Kinerja Guru ... 7

2.1.2. Insentif ... 12

2.1.3. Pendidikan dan Pelatihan ... 15

2.2. Review Penelitian Terdahulu ... 20

BABIII KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 23

3.1. Kerangka Konseptual... 23

(12)

BAB IV METODE PENELITIAN ... 26

4.1. Jenis Penelitian ... 26

4.2 Lokasi dan waktu penelitian ... 26

4.3. Populasi dan sampel ... 26

4.4 Metode pengumpulan data ... 28

. 4.5 Defenisi Operasional Variabel ... 29

4.6 Model dan Tehnik Analisa Data ... 32

4.6.1 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 32

4.6.2 Uji Asumsi Klasik... 33

3.6.3 Tehnik Analisa Data... 35

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

5.1 Hasil Penelitian ... 37

5.1.1 Gambaran Umum SMA Negeri di Kota Tebing Tinggi ... 37

5.2 Karakteristik Responden ... 38

5.3 Pengujian Validitas Dan Realibilitas ... 40

5.3.1 Uji Validitas ... 40

5.3.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 42

5.4 Statistik Deskriptif ... 43

5.5 Pengujian Asumsi Klasik ... 44

5.6 Pengujian hipotesis ... 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

6.1 Kesimpulan ... 52

6.2 Keterbatasan ... 53

6.3 Saran-saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 22

4.1 Proporsi Sampel ... 28

4.2 Defenisi Operasional Variabel ... 31

5.1 Gambaran Umum SMA Negeri di Tebing Tinggi ... 38

5.2 Karakteristik Responden ... 38

5.3 Uji Validitas Instrumen ... 41

5.4 Uji Reliabilitas Instrumen ... 43

5.5 Deskriptif Statistik Mengenai Kinerja Guru, Insentif serta Pendidikan dan Pelatihan ... 43

5.6 Hasil Uji Multikolinieritas ... 46

5.7 Uji Park ... 47

5.8 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Serempak ... 48

5.9 Nilai Koefisien Determinasi ... 48

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 57

2 Pertanyaan Wawancara ... 61

3 Uji Hipotesis ... 62

4 Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 68

(16)

ABSTRAK

Pendidikan merupakan salah satu pilar untuk mencapai tujuan nasional yang telah ditetapkan dam UUD 1945. Keberhasilan proses pendidikan tidak dapat dilepaskan dari keberadaan guru. Dalam pelaksanaannya kinerja guru dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dunia pendidikan masih dihadapkan oleh berbagai masalah seperti kualitas pendidikan yang rendah, tingkat kelulusan siswa yang terus menjadi dilema, rendahnya gaji guru dan sebagainya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemberian insentif serta pendidikan dan pelatihan terhadap peningkatan kinerja guru SMA Negeri di Kota Tebing Tinggi.

Jenis penelitiannya adalah penelitian asosiatif dimana penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual. Sedangkan sifat penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru-guru SMA Negeri di Kota Tebing Tinggi, dengan sampel 142 orang. Metode pengumpulan datanya dengan wawancara, kuesioner dan studi dokumentasi. Variabel dalam penelitian ini meliputi insentif, pendidikan dan pelatihan sebagai variabel independen dan kinerja guru sebagai variabel dependen. Model analisis datanya regresi linier. Pengujian hipotesis secara simultan maupun parsial dilakukan dengan menggunakan software SPSS.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan insentif serta pendidikan dan pelatihan berpengaruh terhadap kinerja guru. Secara parsial insentif tidak berpengaruh terhadap kinerja guru, namun pendidikan dan pelatihan berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja guru SMA Negeri di Kota Tebing Tinggi.

(17)

ABSTRACT

Education is one of pillar to achieve the national purpose which has been determined in the 1945’s constitution. The success of the educational process can’t be apart from the existence of the teachers. In the implementation, the teachers’ performance can be seen from the process and the result. The world of education is still having a lot of problems, like, the low quality of education, the dilemma of the students’ graduation level, the low salary for the teachers, etc. The objective of this research is to find out and analyze the effect of giving incentive as well as the education and training towards the improvement of the state senior high school teachers in Tebing Tinggi.

The classification of the research is associative research, in which, this research was conducted to get the facts from the indications found and to find the information factually. While, the characteristic of this research is explanatory research. The populations of this research were all the teachers of the state senior high school in Tebing Tinggi, with the sample of 142 teachers. The methods of collecting the data were interview, questioner, incentive, education and training as the independent variable and the teachers’ performance as the dependent variable. The model of the data analysis was linier regression. The simultaneously or partially hypothesis testing was conducted by using the SPSS software.

The result of this research concluded that simultaneously the incentive as well as the education training had the effect towards the teachers’ performance, but the education and the training were the most significant effect for the state senior high school teachers in Tebing Tinggi.

Keywords : Incentive, Education and Training, and Teachers’ Performance.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan wahana strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sebagai faktor determinan pembangunan. Sejarah menunjukkan bahwa manusia merupakan sumber daya utama dalam rangka mengelola alam, sehingga pendidikan merupakan salah satu unsur penting.

(19)

buta huruf hingga dapat membaca. Masalah guru dan dunia pendidikan merupakan masalah yang tidak pernah habis habisnya menjadi wacana terutama menyangkut keprofesiannya itu. Masalah yang ditemukan dalam pemberian imbalan terhadap guru adalah masih kurangnya imbalan berupa tunjangan baik tunjangan fungsional guru maupaun dalam bentuk pemberian insentif dan masih kurangnya pemerataan dalam pendidikan dan pelatihan guru dalam upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru.

(20)

memadai. Lebih lanjut di jelaskan pada pasal 14 ayat 2 bahwa gaji pokok sebagaimana dimaksud pada ayat 1 guru yang di angkat pemerintah paling sedikit dua kali gaji pokok.

Tujuan pendidikan di Indonesia seperti yang di tuangkan pada kurikulum 2004 adalah mencetak manusia Indonesia yang sarat kadar intelektualnya, cakap dan terampil, dan beretos kerja tinggi. Pendidikan yang berkualitas meliputi proses dan produk. Suatu pendidikan disebut bermutu dari sisi proses jika proses belajar mengajar berlangsung secara efektif, dan peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna didukung oleh sumber daya yang wajar. Logikanya, proses pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan produk yang berkualitas juga. Identitas dari produk pendidikan yang berkualitas itu peserta didik menunjukkan tingkat penguasaan yang baik terhadap materi yang telah diajarkan guru. Penguasaan materi oleh siswa sangat dipengaruhi oleh aktivitas guru dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru yang mampu menggunakan tehnik dan metode yang tepat akan membuat siswa dapat menerima materi secara mendalam.

(21)

3) Masih banyak guru-guru yang tidak memahami sistem pembelajaran Contekstual Teaching and Learning (CTL) sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2004. Sedangkan dari hasil yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran antara lain : 1) Masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan guru pada setiap mata pelajaran. 2) Masih rendahnya tingkat kelulusan siswa ke Perguruan Tinggi Negeri. 3) Masih rendahnya motivasi belajar siswa.

(22)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalahnya yaitu :

Apakah ada pengaruh pemberian insentif serta pendidikan dan pelatihan terhadap peningkatan kinerja guru SMA Negeri di Kota Tebing Tinggi?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui pengaruh pemberian insentif serta pendidikan dan pelatihan terhadap peningkatan kinerja guru SMA Negeri di Kota Tebing Tinggi.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :

1. Nilai Praktis penelitian ini berhubungan dengan sumbangan dalam cara-cara upaya perbaikan kebijakan insentif serta pendidikan dan pelatihan agar lebih efektif dan efisien dalam upaya peningkatan kinerja guru Sekolah Menengah Atas di Kota Tebing Tinggi.

(23)

1.5. Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dan kontribusi pemikiran yang terdapat pada penelitian sebelumnya yaitu penelitian Sinurat (2007) dengan judul Pengaruh Merit Sistem (Imbalan atau gaji guru, karir guru, karya guru) terhadap Peningkatan Kinerja Guru SMA Darma Pancasila Medan tahun 2007. Variabel-variabel penelitian ini kemudian di modifikasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian dan masalah yang akan di teliti.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kinerja Guru

Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance prestasi kerja atau prestasi sesunggunya yang dicapai oleh seseorang . Kinerja (prestasi kerja ) adalah hasil kerja seorang pegawai selama periode tertentu yang dimulai dengan serangkaian tolak ukur yang berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta kriteria yang ditetapkan. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Lako, (2004) dalam Sinurat (2007:22). Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personil.

Deskripsi dari kinerja menyangkut 3 komponen penting yakni tujuan, ukuran dan penilaian. Tujuan ini memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personil. Hasibuan (1995:36) menyatakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.

(25)

kontribusi kepada suatu organisasi antara lain: 1) Kuantitas output. 2) Kualitas output.

3) Jangka waktu output. 4) Kehadiran ditempat kerja. 5) Sikap kooperatif (Mathis dan Jacson, 2001:91)

Menurut Mulyana (2007:14) kinerja guru merupakan keberhasilan guru dalam pembelajaran di kelas yang dapat ditinjau dari dua segi 1) Segi proses yaitu guru dikatakan berhasil jika mampu melibatkan sebagian besar anak didik secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Di samping itu dapat dilihat dari gairah dan semangat guru pada waktu mengajar di kelas serta adanya rasa percaya diri. 2) Segi hasil yaitu guru dikatakan berhasil apabila mampu mengubah perilaku sebagian besar anak didik kearah penguasaan kompetensi dasar yang baik.

2.1.1.1. Kinerja guru dari segi proses

(26)

Pendekatan pembelajaran secara umum dapat dipahami sebagai cara pandang terhadap objek yang akan mewarnai seluruh jalannya proses pembelajaran. Zamroni dan Jalal (2008) menjelaskan tentang pendekatan pembelajaran yang di ibaratkan sebagai rentangan antara dua ujung yang saling berlawanan seperti ekspositori dan discoveri. Ekspositori menunjukkan pendekatan dengan dominasi guru selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan discoveri menunjukkan dominasi siswa selama proses pembelajaran dan peran guru hanya sebagai fasilitator. Selanjutnya Nurhadi (2003:84) menyatakan bahwa proses pembelajaran tidak terlepas dari metode pembelajaran yang digunakan guru dalam membelajarkan materi atau pengetahuan kepada siswanya. Kedudukan metode pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar yaitu terdapatnya interaksi yang merupakan proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru dengan sengaja mengatur lingkungan belajar tertentu untuk menggairahkan minat siswa dengan merujuk pada metode tertentu. Hal ini tergantung pada pemahaman penguasaan guru tentang jenis-jenis metode pembelajaran. Guru sebagai salah satu sumber belajar mempunyai kewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi proses pembelajaran di kelas.

2.1.1.2. Kinerja guru dari segi hasil

(27)

Widarti dan Susanto (2008:23) menjelaskan keberhasilan guru dalam pembelajaran dapat terlihat antara lain: 1) Terjadi peningkatan iman dan taqwa serta ahlak mulia. 2) Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan perkembangan dan kemampuan peserta didik. 3) Terjadi keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan. 4) Sesuai dengan tuntutan pembangunan daerah dan nasional serta dunia kerja. 5) Mampu beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 6) Mampu mendorong berkembangnya wawasan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7) Mampu mendorong kelestarian keragaman budaya masyarakat Sehubungan dengan ketuntasan belajar dalam Depdiknas (2006:102), menjelaskan bahwa ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar 0% sampai 100% . Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.

2.1.1.3. Penilaian kinerja guru

(28)

belajar mengajar. Depdiknas (2006:47) menyatakan penilaian kinerja guru sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran harus mampu memberikan informasi yang dapat membantu guru meningkatkan kemampuan mengajarnya dalam rangka membantu siswa mencapai perkembangan pendidikan secara optimal.

Penilaian kinerja guru menurut Mulyana (2007:151) menyatakan ada tujuh hal yang harus dinilai antara lain 1) Ada tidaknya persiapan guru untuk mengajar di kelas 2) Apakah guru sudah berlaku adil (tidak diskriminatif) terutama dalam pemberian penilaian kepada peserta didik. 3) Apakah guru sudah memberikan penghargaan yang pantas kepada peserta didik yang berkelakuan baik dengan cara menyediakan waktu yang sama dengan waktu yang mereka luangkan untuk anak didik yang berperilaku negatif. 4) Apakah guru menggunakan tindakan konstruktif dalam penerapan disiplin kepada para peserta didik. 5) Apakah guru menjadi pembelajar sepanjang hayat dan senantiasa menyesuaikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat. 6) Apakah guru mampu mengenali para peserta didik dalam situasi kelas maupun di luar kelas. 7) Apakah guru memiliki tindakan yang dapat digugu dan ditiru.

(29)

1. Quantity, yakni segala bentuk satuan ukuran yang terkait dengan jumlah hasil kerja dan dinyatakan dalam ukuran angka atau dapat dipadankan dengan angka 2. Quality, yakni segala bentuk satuan ukuran yang terkait dengan mutu atau kualitas hasil kerja.

3. Cost, yakni segala bentuk satuan ukuran yang terkait dengan jumlah biaya, peralatan, bahan, waktu atau sumber daya perusahaan yang terapakai untuk menghasilkan satu satuan hasil kerja.

Berdasarkan uraian di atas secara kualitatif kinerja guru dapat dikatakan baik jika guru sudah mampu melibatkan sebagian besar anak didik secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran serta guru mampu mengubah perilaku sebagian besar anak didik kearah penguasaan kompetensi yang lebih baik. Sedangkan tolak ukur kinerja guru yang bersifat kuantitatif dilakukan oleh pejabat penilai yaitu Kepala Sekolah dengan indikator penilaian meliputi: 1) Kesetiaan. 2) Prestasi kerja. 3) Tanggung jawab. 4) Ketaatan. 5) Kejujuran. 6) Kerja sama. 7) Prakarsa dan 8) Kepemimpinan.

2.1.2. Insentif

(30)

berarti penghargaan pada para pekerja yang telah memberikan kontribusi dalam mewujudkan tujuannya melalui bekerja. Dengan kata lain insentif itu adalah hal-hal atau usaha yang harus diperhatikan dan dibangun untuk menggairahkan pegawai agar rajin bekerja dan dapat mencapai hasil yang lebih baik sehingga tercipta efektifitas kerja pegawai. Pengertian efektifitas pegawai dalam hal ini adalah pencapaian hasil yang baik dan tepat melalui kegairahan kerja. Dengan pemberian insentif ini maka para pegawai mendapatkan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan bagi pemerintah akan memperoleh keuntungan berupa peningkatan produktifitas kerja.

Nitisemito (1995:143) menyatakan bahwa insentif yang diberikan kepada para pegawai adalah penghargaan atas kinerja dan produktifitas yang menguntungkan. Pemerintah yang telah memberikan insentif kepada para pegawainya harus memperhatikan lebih lanjut dampaknya terhadap para pegawai. Pemerintah atau aparat terkait harus memperhatikan pegawainya secara utuh, loyalitas pegawai sampai sejauh mana prestasi kerja yang dicapai. Dengan demikian pemberian insentif adalah sistem yang paling efektif sebagai pendorong semangat kerja. Mulyana (2007) menyatakan pemberian insentif kepada guru akan memberikan motivasi bagi para guru untuk melaksanakan tugasnya dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di dalam kelas. Guru akan selalu berusaha untuk menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas.

(31)

Rencana upah perangsang yang disusun harus sesederhana mungkin. 2) Pembayaran hendaknya sederhana sehingga dapat dimengerti dan dihitung oleh pegawai itu sendiri. 3) Penghasilan yang diterima pegawai hendaknya langsung menaikkan output atau efisiensi. 4) Standar kerja hendaknya ditentukan dengan hati-hati karena standar yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan berakibat tidak baik.

Ranupandojo dan Husnan (2002) dalam Syarif (2006:18) menyatakan : Ukuran pemberian insentif yang efektif, diindikasikan dalam dua hal : Keadailan pembayaran upah (internal consistency), dan kelayakan pembayaran upah (external consistency).Sedangkan Internal consistency mengacu pada pembayaran yang pantas diperoleh para pegawai atau memiliki prinsip pembagian sama rata yang merupakan hubungan pengorbanan (input) dengan penghasilan (output). Semakin tinggi pengorbanan semakin tinggi penghasilan yang dihasilkan. Sedangkan external consistency adalah tingkat pembayaran yang diterima pegawai berdasarkan ketentuan minimum dari pemerintah pusat.

(32)

Tindakan Kelas (PTK) 4) Memberi konsentrasi penuh bagi guru dalam bidang kerjanya. 5) Memberi motivasi guru untuk meningkatkan karir.

2.1.3. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan pada hakekatnya adalah upaya-upaya untuk mengadakan perubahan. Dalam prosesnya, untuk mencapai tujuan pendidikan dibutuhkan tenaga, waktu dan seperangkat informasi yang harus disampaikan pada jangka waktu tertentu. Menurut Nitisemito (1996:122), menyatakan pendidikan dan pelatihan adalah suatu kegiatan yang bermaksud untuk memperbaiki sikap, tingkah laku, ketrampilan dan pengetahuan dari karyawan atau para pegawainya sesuai dengan keinginan suatu perusahan.

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa program pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap, demi tercapainya prestasi kerja pegawai yang semakin baik, sebagaimana tujuan yang ingin dicapai oleh suatu instansi yaitu meningkatkan efektifitas kerja dan menjaga kestabilannya. Untuk menghadapi tuntutan dan tugas sekarang dan terutama untuk menjawab tantangan masa depan, pendidikan dan pelatihan merupakan suatu keharusan.

(33)

1. Produktivitas kerja Melalui pendidikan dan pelatihan maka produktivitas kerja pegawai akan meningkatkan, kualitas produksi semakin baik, karena technical skil dan managerial skill pegawai yang semakin baik.

2. Efisiensi. Pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi tenaga kerja, waktu, bahan baku dan mengurangi ausnya mesin-mesin.

3. Pelayanan. Pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari pegawai kepada perusahaan atau instansi, karena pemberian pelayanan yang baik merupakan daya tarik yang sangat penting. 4. Moral. Melalui pendidikan dan pelatiahan maka moral para pegawai akan lebih

baik karena keahlian dan ketrampilan sesuai dengan pekerjaannya sehingga mereka antusias untuk menjalankan tugasnya dengan baik.

5. Karir. Dengan pendidikan dan pelatihan, kesempatan untuk meningkatkan karir pegawai akan semakin besar, karena keahlian, ketrampilan dan prestasi kerjanya lebih baik. Promosi ilmiah biasanya di dsarkan kepada keahlain dan prestasi kerja seseorang.

6. Konseptual. Dengan pendidikan dan pelatihan pimpinan akan semakin cakap dan cepat dalam mengambil keputusan yang lebih baik.

7. Kepemimpinan. Dengan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan seseorang akan lebih baik, hubungan anatar teman sekerja akan menjadi lues, motivasinya akan lebih terarah sehingga pembinaan kerja sama vertikal dan horizontal

(34)

8. Balas jasa. Dengan pendidikan dan pelatihan, maka balas jasa (gaji, upah,insentif) pegawai akan meningkat karena prestasi kerja mereka semakin baik.

Setelah tujuan dapat dicapai, maka suatu instansi akan dapat memperoleh keuntungan-keuntungan tambahan yang lain, sehingga sebenarnya melalui pengembangan instansi atau perusahaan tersebut akan mendapat keuntungan yang lebih besar baik langsung maupun tidak langsung. Adapun keuntungan yang dapat diperoleh setelah tujuan tercapai adalah : 1) Mengurangi pengawasan. 2) Meningkatkan harga diri. 3) Meningkatkan kerja sama antar mereka. 4) Memudahkan pelaksanaan tugas. 5) Memudahkan pelaksanaan pendelegasian wewenang.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa pendidikan dan pelatihan sebagai investasi instansi bukan hanya wajar akan tetapi mutlak dilakukan untuk mendukung tujuan instansi atau perusahaan. Menurut Hasibuan (2005:76-78) faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan dan pelatihan yaitu:

1. Peserta

Peserta pelatihan mempunyai latar belakang yang tidak sama atau heterogen seperti pendidikan dasar, pengalaman kerjanya, usianya dan lain sebagainya. Hal ini akan menyulitkan dan menghambat kelancaran pelaksanaan latihan dan

pendidikan karena daya tangkap, persepsi dan daya nalar mereka tehadap pelajaran yang diberikan berbeda.

(35)

2. Pelatih/Instruktur

Pelatih atau instruktur yang ahli dan cakap mentranfer pengetahuannya kepada para peserta latihan dan pendidikan sulit didapat. Akibatnya sasaran yang diinginkan tidak tercapai. Misalnya ada pelatih yang ahli dan pintar tetapi tidak dapat mengajar dan berkomunikasi secara efektif atau teaching skillnya tidak efektif, jadi dia hanya pintar serta ahli untuk dirinya sendiri.

3. Fasilitas pelatihan

Fasilitas sarana dan prasarana dibutuhkan untuk pelatihan itu sangat kurang atau tidak baik. Misalnya buku-buku, alat-alat, mesin-mesin yang akan digunakan untuk praktek kurang atau tidak ada. Hal ini akan menyulitkan dan mengahambat lancarnya pelatihan.

4. Kurikulum

Kurikulum yang ditetapkan dan diajarkan kurang serasi atau menyimpang serta tidak sistematis untuk mendukung sasaran yang diinginkan oleh pekerjaan atau jabatan peserta bersangkutan. Untuk menetapkan kurikulum dan waktu mengajarkan yang tepat sangat sulit.

5. Dana pelatihan

(36)

Menurut Zamroni dan Jalal (2006) pemberian pendidikan dan pelatihan bagi para guru dapat dibedakan atas jenis Pendidikan dan Pelatihan serta penyelenggaraannya yaitu: :

1. Pendidikan dan Pelatihan profesionalisme guru yaitu berupa pemberian pengetahuan serta keterampilan yang berhubungan dengan situasi belajar mengajar dikelas untuk menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Sedangkan penyelenggaranya dimulai dari tingkat daerah, tingkat provinsi atau tingkat nasional.

2. Pendidikan dan Pelatihan profesionalisme guru mata pelajaran yaitu pemberian pengetahuan serta keterampilan yang dapat menambah wawasan pengetahuan bidang studi atau mata pelajaran dan dapat diaplikasikan pada siswa melalui kegiatan belajar mengajar. Sedangkan penyelenggaranya juga dimulai tingkat daerah, tingkat provinsi atau tingkat nasional.

(37)

Dengan pelaksanaan program pembinaan guru maka kinerja guru dapat ditingkatkan seperti melalui pelatihan di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), serta pemberian pemahaman kepada guru tentang kurikulum.

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Penggalian dari wacana penelitian terdahulu dilakukan sebagai upaya untuk memperjelas variabel-variabel dalam penelitian ini, sekaligus untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait dengan pengaruh insentif terhadap peningkatan kinerja, akan dibahas dibawah ini :

Penelitian Sinurat (2007) tentang Pengaruh Merit System Terhadap Peningkatan Kinerja Guru di SMU Dharma Pancasila Medan. . Variabel yang digunakan yaitu Merit sistem yang meliputi, penilaian karya guru (X1), imbalan (X2), pengembangan karir (X3) dan variabel terikatnya kinerja guru (Y). Penelitian ini menyimpulkan bahwa Merit System secara simultan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru di SMU Dharma Pancasila Medan. Terlaksananya Merit System akan meningkatkan kinerja guru dan tujuan yang akan dicapai.

(38)

kepada para karyawan berpengaruh sangat signifikan terhadap produktifitas kerja karyawan.

Penelitian Mediana (2001) tentang Pengaruh Program Pendidikan Dan Pelatihan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada P.T. Samudera Indonesia. Variabel yang digunakan yaitu variabel bebas pendidikan dan pelatihan (X) dan variabel terikatnya produktivitas kerja (Y). Penelitian ini menyimpulkan bahwa Program Pendidikan dan Pelatihan berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja karyawan P.T. Samudera Indonesia.

Penelitian Munandar (2006) tentang Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan (diklat) terhadap Kompetensi Profesional Guru dan Kinerja Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri di kota Bandung. Variabel yang digunakan yaitu variabel bebas pendidikan dan pelatihan (X) dan variabel terikatnya kompetensi profesional guru (Y1) serta kinerja guru (Y2). Penelitian ini menyimpulkan bahwa pendidikan dan pelatihan (diklat) berpengaruh positif terhadap kompetensi profesional guru, kemudian pendidikan dan pelatihan juga berpengaruh nyata terhadap kinerja guru.

(39)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu kinerja guru SMA Dharma Pancasila Medan

Pengaruh Pemberian Insentif dan Gaya Kepemimpinan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di P.T Flora Sawita Chemindo Tanjung Morawa

Variabel bebas

Merit sistem terdiri : - Penilaian karya guru. - Imbalan/gaji - Produktivitas kerja

Merit sistem - Produktifitas Kerja

Program Pendidikan Pelatihan ( Diklat ) terhadap Kompetensi Profesional guru dan Kinerja Guru SLTP Negeri di Kota Bandung pelatihan ( Diklat ) berpengaruh nyata

(40)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menjelaskan secara teoritis hubungan antar variabel yang akan diteliti.Kerangka pemikiran ini diperoleh dari perpaduan sintesa antara variabel yang dapat digunakan untuk merumuskan hipoteis (Sekaran dalam Sugiyono, 1999).

Dalam penelitian ini kerangka konseptual dapat dilihat pada gambar 3.1 :

Insentif X.1

Kinerja guru

Y Pendidikan dan pelatihan

X.2

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

(41)

insentif maka akan dapat meningkatkan kinerjanya. Pemberian insentif akan memotivasi guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Guru akan merasa terpanggil untuk melaksanakan disiplin waktu, guru akan termotivasi untuk menyelesaikan perangkat pembelajaran serta dapat memfokuskan pada keberhasilan proses pembelajaran. Selain itu pendidikan dan pelatihan guru, juga memberi kemungkinan terhadap kinerjanya. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), mengupayakan penyesuaian kurikulum yang tepat dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kurikulum yang diterapkan saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun (2004) , menuntut guru mampu untuk melaksanakannya dengan baik melalui proses pembelajaran. Salah satu hal yang harus mendapat sorotan penting agar guru mampu beradaptasi dengan kurikulum adalah, guru harus dibekali seperangkat pengetahuan yang berhubungan dengan tuntutan kurikulum. Adapun upaya yang efektif yaitu melalui pendidikan dan pelatihan. Hal ini sangat dibutuhkan untuk membantu kinerja guru agar lebih baik Dengan demikian pendidikan dan pelatihan guru akan berpengaruh terhadap kinerjanya.

(42)

Melalui analisa uraian di atas, penulis menetapkan variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas terdiri atas Insentif (X.I) serta Pendidikan dan Pelatihan (X.2) yang mempengaruhi variabel terikat yaitu kinerja guru (Y).

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, penulis memprediksikan bahwa 1) Variabel bebas pemberian insentif (X1) berpengaruh terhadap variabel terikat kinerja guru (Y). 2) Variabel bebas Pendidikan dan Pelatihan (X2) berpengaruh terhadap variabel terikat kinerja guru (Y). 3) Variabel bebas Pemberian insentif (X1) serta Pendidikan dan Pelatihan (X2) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat kinerja guru (Y).

3.2. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual, maka dapat di buat hipotesis sebagai berikut :

Pemberian insentif serta pendidikan dan pelatihan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru SMA Negeri di Kota Tebing Tinggi.

(43)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel bebas, baik satu variabel maupun lebih. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei berdasarkan sifat penelitian, penelitian ini bersifat deskriptif explanatory yaitu menguraikan dan menjelaskan pengaruh pemberian insentif serta pemberian pendidikan dan pelatihan terhadap peningkatan kinerja guru SMA Negeri di Kota Tebing-tinggi.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di empat (4) buah SMA Negeri di Kota Tebing-tinggi yang berada di lingkungan Kotamadya Tebing Tinggi. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan April 2009 sampai bulan Juli 2009.

4.3. Populasi dan Sampel

(44)

Negeri di Kota Tebing Tinggi yaitu SMA Negeri I, SMA Negeri II, SMA Negeri III dan SMA Negeri IV yang berjumlah 221 orang.

Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportioned Random Sampling, yaitu tehnik yang digunakan bila populasi mempunyai anggota / unsur yang bersrata dengan pengambilan secara proporsional. Untuk menetukan sampel dari masing-masing strata dilakukan secara acak/random (Sugiyono. 1999). Menurut Slovin dalam Umar (1999:82), untuk menentukan jumlah sampel dari populasi yang ada dapat digunakan rumus :

N 221

N = = = 142,3 = 142

2 2

1 + Ne 1+ 221 ( 0,05 )

Keterangan : n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi ( 221 orang ) e = Derajat kesalahan

(45)

Tabel 4.1. Proporsi Sampel

Nama Sekolah Populasi Sampel

SMA Negeri I 62 (62 : 221) x 142 = 40 SMA Negeri II 50 (50 : 221) x 142 = 32 SMA Negeri III 54 (54 : 221) x 142 = 35 SMA Negeri IV 55 (55 : 221) x 142 = 35 Jumlah 221 142

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi (2008)

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa untuk pemilihan guru-guru yang akan dijadikan sampel, peneliti menggunakan cara acak sederhana yaitu dengan membuat undian sampai diperoleh sebanyak 142 orang. Misalkan di SMA Negeri 1 ada 62 guru, namun sebagai sampelnya diambil sebanyak 40 orang saja. Begitu juga untuk sampel di SMA Negeri II, SMA Negeri III dan SMA Negeri IV.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang dugunakan adalah :

1. Wawancara (interview) yang dilakukan langsung kepada guru-guru di SMA Negeri di Kota Tebing-tinggi. Daftar pertanyaan wawancara terdapat pada lampiran 2.

(46)

3. Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dan mempelajari data-data yang mendukung penelitian ini yang antara lain, peraturan-peraturan disiplin guru, laporan-laporan seperti daftar nilai ketuntasan siswa dan lain-lain.

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari pengamatan (observasi), wawancara (interview) dan daftar pertanyaan (kuesioner) yang diberikan kepada guru yang menjadi responden dari 4 SMA Negeri di Kota Tebing-tinggi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi.

4.5. Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional dalam penelitian ini ada tiga variabel yang diukur yaitu Pemberian insentif (X1), Pendidikan dan Pelatihan (X2) sebagai variabel bebas dan Kinerja Guru (Y) sebagai variabel terikat. Instrumen dan alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel yang dimaksud di adopsi dari peneliti terdahulu dengan beberapa modifikasi. Instrumen yang dimaksud adalah :

(47)

2. Pendidikan dan Pelatihan yaitu pemberian seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan motivasi guru dalam mengajar. Instrumen ini berisikan delapan butir pertanyaan yang mengukur tanggapan guru terhadap pendidikan dan pelatihan, melalui pendidikan dan pelatihan memberi petunjuk terhadap kinerja guru, pendidikan dan pelatihan memberi motivasi kerja, pendidikan dan pelatihan dapat memberi pengetahuan, pendidikan dan pelatihan menambah kegairahan kerja, pendidikan dan pelatihan dapat membantu bahan pengajaran guru, pendidikan dan pelatihan memberi kemudahan dalam proses belajar mengajar, pendidikan dan pelatihan dapat membantu kesiapan tugas guru dengan tepat waktu. Instrumen ini diadopsi dari Munandar (2006) yang kemudian dimodifikasi seperlunya oleh peneliti.

(48)

Tabel 4.2 Defenisi Operasional Variabel c para guru ( pegawai) dalam bentuk finansial agar melakukan tugasnya dengan baik.

1.Keadilan insentif 2. Insentif atas dasar prestasi kerja 3. Pembedaan insentif 4. Insentif dan kebutuhan

5. Kegunaan insentif Likert 6. Kelayakan insentif

Pendidikan dan Pelatihan ( X2 )

Seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan agar dapat meningkatkan

profesionalisme dan produktifitas kerja guru yang

baik.

1.Diklat bagi guru 2.Diklat memberi petujuk bagi guru 3.Diklat dan motivasi 4. Diklat dan pengetahuan 5. Diklat dan gairah kerja 6. Diklat dan pembela-

jaran. Likert 7. Diklat dan proses

mengajar bagi guru 8. Diklat dan kesiapan tu- gas guru.

Variabel terikat Kinerja ( Y )

Prestasi kerja yang di capai guru Dalam pembelajaran yang meliputi segi proses yaitu jika guru mampu melibatkan sebagian besar anak didik secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam pembelajaran, dan dari segi hasil yaitu guru mampu mengubah perilaku sebagian besar anak didik ke arah penguasaan kompetensi dasar yang lebih baik.

1. Hasil kerja dengan rencana kerja 2. Target kerja 3. Ketepatan hasil Kerja

4. Ketelitian hasil kerja 5. Waktu penyelesaian kerja

6. Ketersediaan kerja Likert 7. Ketepatan waktu

8. Penundaan waktu kerja 9. Pekerjaan di luar jam kerja

(49)

4.6. Model dan Tehnik Analisa Data

4.6.1 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Instrumen pada daftar pertanyaan dilakukan pengujian validitas dan reliabilitasnya :

1. Validitas instrumen adalah untuk mengukur sejauh mana instrumen penelitian yang dilakukan dalam penelitian benar-benar tepat untuk mengukur variabel penelitian.

Pengujian validitas didalam penelitian ini menganut dua pendekatan.

a. Validitas isi : Mengkonsultasikan butir-butir instrumen kepada ahli yang dalam penelitian ini dilakukan kepada pembimbing penelitian berdasarkan teori-teori yang mendukung. Instrumen kuesioner dikembangkan dalam opsi sangat setuju sampai sangat tidak setuju untuk masing-masing variabel insentif, pendidikan dan pelatihan serta kinerja guru. Instrumen disusun berdasarkan indikator-indikator yang dikembangkan menjadi 24 ( dua puluh empat ) pertanyaan.

b.Validitas butir : Menguji secara statistik butir-butir setiap instrumen apakah memiliki nilai valid atau tidak. Dalam hal ini uji coba untuk pengujian validitas dilakukan kepada 30 orang responden penelitian yang tidak dimasukkan lagi sebagai responden penelitian. Adapun pemilihannya dengan membuat data bagi yang telah diuji coba agar tidak lagi menjadi responden dalam penelitian. Pengujian ini dilakukan dengan bantuan SPSS.

(50)

atau variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,60.Ghozali (2002:133) Pengujian reliabilitas instrumen penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS.

4.6.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat apakah data dalam penelitian ini dapat menggunakan analisis multiple regresi atau tidak. Uji asumsi klasik ini juga disebut dengan terminologi BLUE (Best Linier Unbias Estimation) dengan empat asumsi yaitu, uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi. Namun uji autokorelasi tidak digunakan dalam penelitian ini karena penelitian ini tidak melihat adanya hubungan atau korelasi antar variabel. Dengan demikian uji asumsi klasik yang dipakai hanya tiga yaitu :

a. Uji Normalitas data

Pengujian normalitas data adalah untuk melihat apakah dalam model regresi variabel dependen dan independennya memiliki distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas ini di lakukan dengan memakai uji Kolmogorof Smirnov, dimana data tersebut mendekati atau berdistribusi normal dapat di lihat dari :

1. Jika nilai sig atau signifikan atau probailitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.

(51)

Selain melihat nilai signifikan uji Kolmogorof Smirnov, untuk melihat apakah suatu data mempunyai distribusi normal dapat di lihat dari nilai Zskewness dan dengan melihat grafik.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah pengujian untuk melihat adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau yang menjelaskan semua model regresi (Ghozali, 2005). Cara mendeteksi multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat jika nilai Varian Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model tersebut dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. VIF = 1/tolerance, jika VIF 10 maka tolerance =1/10 = 0,1.

c. Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan yang lain, jika varians residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homokedastisitas dan jika varians berbeda disebut heterokedastisitas. Dasar pengambilan keputusan untuk menentukan heterokedastisitas adalah:

1. Jika pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur, maka terjadi heterokedastisitas.

(52)

4.6.3 Tehnik Analisa Data

Berdasarkan rancangan penelitian, hubungan variabel terikat (dependen variabel) dan variabel bebas ( independen variable ) dinyatakan sebagai berikut :

Y = b + b1 X1 + b2 X2 + e Defenisi : b1 > 0 ; b2 > 0 Keterangan :

Y = Kinerja guru b = Intercept Y

b1 = Koefisien variabel X1 b2 = Koefisien variabel X2 X1 = Insentif

X2 = Pendidikan dan latihan

e = Variabel lain yang tidak diteliti

Analisis mengenai pengaruh setiap variabel bebas (X1 ; X2) terhadap variabel terikat (Y) dilakukan berdasarkan pengujian statistik dengan metode multiple regression.

Kriteria pengujian hipotesis ;

1. Tarap kesalahan (alpha) 0,05, atau tingkat kepercayaan (confidence interval) 95%

(53)

3. H1 = Insentif serta pendidikan dan latihan berpengaruh terhadap kinerja guru

Untuk menguji signifikan hipotesis diatas digunakan uji F

F = R2 ( N – M – 1 ) M ( 1 - R )2

Sedangkan pengujian hipotesis secara parsial adalah :

1.H0 : B1 = 0 ( Insentif tidak berpengaruh terhadap kinerja guru ) 2.H1 : B1 ≠ 0 ( Insentif berpengaruh terhadap kinerja guru )

3.H0 : B2 = 0 ( Pendidikan dan Pelatihan tidak berpengaruh terhadap kinerja guru) 4.H1 : B2 ≠ 0 ( Pendidikan dan Pelatihan berpengaruh terhadap kinerja guru )

(54)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum SMA Negeri di Kota Tebing Tinggi

Dinas Pendidikan Nasional Kota Tebing Tinggi menangani jenjang pendidikan dimulai dari Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) ada 16 SMA Negeri dan Swasta yang ada di Kotamadya Tebing-Tinggi. Proses pembelajaran untuk seluruh SMA Negeri di Kota Tebing Tinggi dimulai pada pukul 07.15 Wib sampai pukul 13.45 Wib pada hari Senin, Selasa, Rabu dan Kamis, sedangkan pada hari Jumat dan Sabtu pembelajaran dimulai pukul 07.15 Wib sampai pukul 11.15 Wib.

Dalam penelitian ini ruang lingkupnya hanya Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Tebing Tinggi, yang berjumlah 4 buah. SMA Negeri I beralamat di Jalan K.L Yos Sudarso. SMA Negeri II beralamat di Jalan K.L Yos Sudarso Km 5 Tebing Tinggi. SMA Negeri III beralamat di Jalan K.L Yos Sudarso Km 3 Tebing Tinggi dan SMA Negeri IV beralamat di Jalan Gatot Subroto Km 5 Tebing Tinggi. Untuk Lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 5.1 :

(55)

Tabel 5.1. Gambaran Umum SMA Negeri di Tebing Tinggi

No Nama Sekolah Tahun berdiri NPSN Jlh Kelas T.A 2007/2008 Program

1. SMAN.1 1959 10211565 24 IPA/IPS

2. SMAN.II 1982 10211586 15 IPA/IPS/BHS

3. SMAN.III 1991 301076201008 18 IPA/IPS

4 SMAN.IV 2001 10211588 18 IPA/IPS

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi 2008

5.2 Karakteristik Responden

Berikut adalah karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini, dan dapat dilihat pada Tabel 5.2 di bawah ini.

Tabel 5.2 Karakteristik Responden

No Karakteristik Jumlah Persentase

1 Usia

23 - 28 6 4,2 29 - 34 14 9,8 35 - 40 35 24,65 41 - 46 45 31,69 47 - 55 32 22,54 56 - 60 10 7,04

2 Jenis Kelamin

LK 62 43,66 PR 80 56,34

3 Masa Kerja

1 - 5 4 2,81 6 - 10 16 11,27 11 - 15 20 14,08 16 - 20 38 26,76 21 - 25 41 28,87 26 - 30 20 14,08 30 - 35 3 2,11 4 Tingkat Pendidikan

S1 136 95,77 S2 6 4,23

(56)
(57)

5.3. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

5.3.1. Uji Validitas

Validitasi data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat. Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang harus diukur. Dengan perkataan lain, instrumen tersebut dapat mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan peneliti.

Validitasi data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat. Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang harus diukur.Dengan perkataan lain, instrumen tersebut dapat mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Adapun uji validitas tersebut terdapat pada Tabel 5.3 berikut :

(58)

Tabel 5.3 Uji Validitas Instrumen

Variabel Penelitian Alat Ukur r hitung r tabel Kriteria

Insentif ( X1 ) Q1 0,331 0,1648 Valid

Q2 0,552 0,1648 Valid

Q3 0,621 0,1648 Valid

Q5 0,322 0,1648 Valid

Q6 0,374 0,1648 Valid

Penidikan dan Pelatihan Q1 0,560 0,1648 Valid

( X2 ) Q2 0, 484 0,1648 Valid

Q3 0, 489 0,1648 Valid

Q4 0,438 0,1648 Valid

Q5 0, 467 0,1648 Valid

Q6 0,394 0,1648 Valid

Q7 0,644 0,1648 Valid

Q8 0,491 0,1648 Valid

Kinerja Guru ( Y ) Q1 0,775 0,1648 Valid

Q2 0,779 0,1648 Valid

Q3 0,517 0,1648 Valid

Q4 0,588 0,1648 Valid

Q5 0,534 0,1648 Valid

Q8 0,678 0,1648 Valid

Q9 0,645 0,1648 Valid

Q10 0,640 0,1648 Valid

Sumber : Lampiran 4

(59)

Kemudian untuk variable pendidikan dan pelatihan, berdasarkan hasil uji validitas terhadap 142 responden dengan 8 (delapan) pertanyaan, maka seluruh pertanyaan dinyatakan valid. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.3 diatas yang terdapat pada kolom Corrected Item-Total Correlation yang seluruhnya lebih besar dari rtabel

Product Moment dimana r tabel 0.1648.

Serta untuk variable kinerja guru, berdasarkan hasil uji validitas terhadap 142 responden, maka terdapat 8 (delapan) pertanyaan yang valid dan 2 pertanyaan yang tidak valid dan telah disisihkan yaitu item pertanyaan ke 6 dan ke 7. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.3 diatas yang terdapat pada kolom Corrected Item-Total Correlation yang seluruhnya lebih besar dari rtabel Product Moment dimana r tabel

0.1648.

5.3.2. Uji Reliabilitas Instrumen

(60)

Hasil pengujian reliabel instrumen ditunjukkan pada Tabel 5.4 dibawah ini :

Tabel 5.4 Uji Reliabilitas Instrumen

Instrumen Variabel Nilai Cronbach Alpha Keterangan

Kinerja Guru (Y) Insentif (X1)

Pendidikan dan Pelatihan (X2)

0.880 0.670 0.783

Reliabel Reliabel Reliabel Sumber : Lampiran 3

Dari Tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha dari setiap instrumen variabel pada penelitian memiliki nilai >0,60. dengan demikian dapat dinyatakan bahwa setiap instrumen variabel kinerja guru, insentifdan pendidikan dan pelatihan dinyatakan reliabel.

5.4 Statistik Deskriptif

Berikut ini disajikan distribusi frekwensi masing-masing variabel yang

terdapat pada Tabel 5.5 :

Tabel 5.5 Deskripsi Statistik Mengenai Kinerja Guru, Insentif serta Pendidikan dan Pelatihan

Variabel Kisaran Teoritis Kisaran Aktual Median Mean Standart Deviasi

Kinerja Guru ( Y ) 8 - 40 10 - 35 23 22,6 5,08

Insentif ( X1 ) 5 - 25 10 - 25 17 17,4 3,70

Pendidikan dan

Pelatihan ( X2 ) 8 - 40 25 - 40 35 34,7 3,00

Sumber: Lampiran 5

Berdasarkan Tabel 5.5 tersebut dapat dideskripsiskan bahwa untuk variabel

(61)

10 dan tertinggi 35, nilai tengah (Median) 23, nilai rata-rata (Mean) 22,6 dan standart deviasi 5,08. Dari data tersebut responden menjawab pada kisaran 2 dan 3 dengan demikian untuk variabel kinerja guru kecenderungannya responden tidak setuju. Variabel Insentif dengan nilai teoritis 5 – 25, kisaran aktual terendah 10 dan tertinggi 25, nilai tengah (Median) 17, nilai rata-rata (Mean) 17,4 dan standart deviasi 3,70. Dari data tersebut jawaban responden pada kisaran 3 dan 4 dengan demikian kecenderungannya adalah setuju pemberian insentif berpengaruh terhadap kinerja guru. Variabel Pendidikan dan Pelatihan dengan kisaran teoritis 8 - 40, kisaran aktual terendah 25 dan tertinggi 40, nilai tengah (Median) 35, nilai rata-rata (Mean) 34,7 dan standart deviasi 3,00. Dari data tersebut jawaban responden pada kisaran 4 dan 5 kecenderungannya adalah sangat setuju pendidikan dan pelatihan berpengaruh terhadap kinerja guru .

5.5. Pengujian Asumsi Klasik

5.5.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linier berganda, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk mendeteksi apakah variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal atau tidak dilakukan dengan analisis grafik.

(62)

Sumber : Lampiran 3

Gambar 5.1 Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan normal. Hal tersebut diketahui poligon kecenderungan tidak menceng ke kiri maupun ke kanan.

5.5.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolonieritas dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi linier berganda ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolonieritas. Untuk uji multikolonieritas pada penelitian ini adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF).

(63)

Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolonieritas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

INSENTIF_X1 .996 1.004

Pendidikan

Pelatiahn_X2 .996 1.004

a Dependent Variable: Kinerja Guru_Y

Sumber : Lampiran 3

Dari Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa nilai Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi pada penelitian ini.

5.5.3 Uji Heterokedastisitas

(64)

terhadap residual (Ghozali, 2005 : 107). Adapun hasil pengujian Uji Park terdapat pada Tabel 5.7 berikut :

Tabel 5.7 Uji Park

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 2.193 1.443 1.520 .133

INSENTIF_X1 .065 .044 .182 1.496 .139

1

Pendidikan

Pelatiahan_X2 .006 .025 .029 .236 .814

a. Dependent Variable : Abs

Sumber : Lampiran 3

Jika koefesien parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas dan sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asumsi Homoskesdatisitas pada data model tersebut tidak dapat ditolak. Hasil yang terlihat pada Tabel 5.7 menunjukkan koefesien parameter untuk variabel independen tidak ada yang signifikan (Variabel Pemberian Insentif dan Pendidikan dan Pelatihan dengan tingkat signifikansi 0.139 dan 0.814). Maka dapat disimpulkan model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.

5.6 Pengujian Hipotesis

5.6.1 Pengujian Hipotesis Secara Serempak

(65)

Sebaliknya apabila nilai F sig < nilai α, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil uji

secara serempak dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut ini.

Tabel 5.8 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Serempak

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 89.872 2 44.936 3.847 .024a

Residual 1623.628 139 11.681

1

Total 1713.500 141

a. Predictors: (Constant), Pendidikan Pelatiahan_X2, INSENTIF_X1 b. Dependent Variable: Kinerja Guru_Y

Sumber : Lampiran 3

Dari Tabel 5.8 menunjukkan nilai koefisien regresi 3,847 dengan nilai koefisiensi 0,024 atau 2,4% berarti dengan α = 0,05, maka 0,024 < 0,05 dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima secara signifikan. Kemampuan variabel kinerja guru (Y) dapat dijelaskan oleh variabel pemberian insentif (X1) serta Pendidikan dan Pelatihan (X2) ditunjukkan pada Tabel 5.9 dibawah ini.

Tabel 5.9 Nilai Koefisien Determinasi

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .229a .052 .039 3.41772

a Predictors: (Constant), Pendidikan Pelatihan_X2, INSENTIF_X1 b Dependent Variable: Kinerja Guru_Y

Sumber : Lampiran 3

(66)

dijelaskan oleh variabel independen lainnya yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

5.6.2 Hipotesis Secara Parsial

Untuk menguji pengaruh pemberian insentif serta Pendidikan dan Pelatihan terhadap peningkatan kinerja guru SMA Negeri di Kota Tebing Tinggi digunakan uji Statistik t (uji t). Dengan membandingkan t sig dengan α, jika t sig > α maka H0 diterima dan H1 ditolak sedangkan jika t sig < α, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil pengujian hipotesis secara parsial dapat dilihat pada Tabel 5.10 berikut ini.

Tabel 5.10 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta

t Sig.

1 (Constant) 33.043 3.168 10.429 .000

INSENTIF_X1 .103 .094 .091 1.103 .272

Pendidkan

Pelatihan_X2 .139 .053 .216 2.609 .010

a Dependent Variable: Kinerja Guru_Y. Sumber : Lampiran 3

Dari Tabel 5.10 di atas maka coefficient model regresi yang dapat dibentuk :

Y = 33.043 + 0.103Insentif_X

1

+ 0.139PP_ X

2

+

ε

(67)

b. Koefisien regresi variabel pemberian insentif sebesar 0,103 bermakna jika variabel pemberian insentif meningkat 1 %, maka akan menaikkan satu satuan kinerja guru sebesar 0,103 % dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol.

c. Koefisien regresi variabel pendidikan dan pelatihan sebesar 0,139 bermakna jika variabel pendidikan dan pelatihan meningkat 1 %, maka akan menaikkan satu satuan kinerja guru sebesar 0,139 % dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol.

Dari Tabel 5.10 di atas menunjukkan bahwa variabel insentif memberikan nilai koefisien regresi 0,013 dengan nilai signifikansi 0,272 yang berarti nilai signifikansinya α = 0,05/2 = 0,025 dimana 0,072 > 0,025 yang berarti tidak signifikan, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Sedangkan untuk variabel Pendidikan dan Pelatihan memberikan nilai koefisiensi regresi 0,139 dengan nilai signifikansi 0,010 yang berarti nilai signifikansinya α = 0,05/2 = 0,025, dimana 0,010 < 0,025 berarti H0 ditolak dan H1 diterima secara signifikan.

Kemudian untuk mendukung hasil penelitian ini, penulis juga melakukan wawancara kepada delapan orang guru yaitu masing-masing dua orang guru dari 4 SMA Negeri di Kota Tebing Tinggi. Berdasarkan hasil wawancara, penulis dapat menyimpulkan :

(68)

banyak kekurangan dalam hal pemberian insentif seperti masalah pembagian tugas tambahan yang dapat mendatangkan insentif, serta masalah jumlah atau besarnya insentif yang diterima. Adapun sumber-sumber insentif ini berasal dari biaya atau dana komite yang dibebankan kepada para siswa, kemudian di kelola oleh pihak sekolah, komite sekolah serta Dinas Pendidikan dan digunakan untuk mendukung program-program yang telah ditetapkan.

2. Sehubungan dengan pendidikan dan pelatihan, guru-guru berharap agar selalu diberikan seperangkat pengetahuan terutama yang dapat meningkatkan hasil belajar, karena saat ini perkembangan pengetahuan semakin pesat seperti jenis-jenis model pembelajaran, pembelajaran CTL, serta penggunaan media. Guru-guru beranggapan bahwa pendidikan dan pelatihan yang diterima akan dapat membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan yang diprogramkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.

3. Sehubungan dengan kinerja, guru-guru ingin agar kinerjanya terus meningkat. Guru-guru tetap melaksanakan tugas-tugas pokoknya dalam pembelajaran sesuai program yang telah direncanakan.

Gambar

Tabel   2.1   Penelitian  Terdahulu
Tabel  4.1.  Proporsi  Sampel
Tabel  4.2   Defenisi Operasional Variabel c
Tabel  5.1.  Gambaran Umum SMA Negeri di Tebing Tinggi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk menyelesaikan polinomial dengan derajat yang lebih tinggi atau persamaan tak linear selain polinomial, tidak ada rumus yang dapat digunakan untuk

yang akurat dalam praktek untuk menganalisis elemen beton bertulang hingga mencapai beban ultimit. Secara khusus, software VecTor2 sangat handal untuk analisis

Anak menalar dengan mampu mengetahui:  Nama tempat pemberhantian kendaraan di darat (stasiun dan terminal)  Bentuk angka 17  Menghitung Jumlah kendaraan di darat

“Hubungan Antara Hope Dengan Problem Focused Coping Pada Mahasiswa Penyusun Skripsi Angkatan 2010 Fakultas Psikologi Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim

Lebih baiknya diameter pangkal batang dari nomor tersebut, kemungkinan disebabkan oleh kualitas pertautan sambungan antara batang atas dan batang bawah cukup baik,

Pada ruas jalan Kawi, arahan pengelolaan lalu lintas dengan penerapan skenario penataan parkir on-street di sisi utara dan sisi selatan, penertiban angkutan kota

Menurut asal-usul katanya (etimologis), administrasi mengandung pengertian pelayanan, pengaturan, atau pengarahan. Dalam percakapan sehari-hari, administrasi diberi arti