KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA SMP KANISIUS PAKEM TENTANG SEGITIGA BERDASARKAN TAHAP BERPIKIR VAN HIELE
Teks penuh
(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA SMP KANISIUS PAKEM TENTANG SEGITIGA BERDASARKAN TAHAP BERPIKIR VAN HIELE Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun oleh : Theodora Novarinatha NIM : 101414062 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017. ii.
(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Karya ini kupersembahkan untuk :. Tuhan Yesus Kristus yang telah menuntun, memberi kesehatan dan menyertai setiap langkah hidupku. Orangtua tercinta yang tercinta yang selalu mendukung serta tak pernah lelah mendoakanku. ALMAMATER UNIVERSITAS SANATA DHARMA. v.
(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Theodora Novarinatha. 2017. Kemampuan Berpikir Siswa SMP Kanisius Pakem Tentang Segitiga Berdasarkan Tahap Berpikir Van Hiele. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui kemampuan siswa dalam memahami segitiga berdasarkan tahap berpikir Van Hiele dan (2) mengetahui tahap berpikir siswa yang paling dominan. Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 pada materi segitiga. Subjek penelitian adalah enam orang siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2014/2015. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar tes tertulis dan tes wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) kemampuan para siswa dalam memahami segitiga berdasarkan tahap berpikir Van Hiele sebagian besar sampai pada peralihan, yaitu dari tahap ke- 2 menuju tahap ke-3, yaitu peralihan tahap analisis ke tahap abstraksi ; (2) tahap berpikir siswa yang paling dominan pada penelitian ini berada pada tahap ke-2, yaitu tahap analisis. Kata kunci : kemampuan berpikir, tahap berpikir geometri menurut Van Hiele, segitiga. viii.
(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT Theodora Novarinatha. 2017. The Thinking Ability of Kanisius Pakem Junior High School Students about Triangle Based on the Geometric Thinking Ability Stages of van Hiele. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program. Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta. This research was aimed to : (1) to know the student’s ability to understand triangle based on the van Hiele’s Stages of Geomatric Thinking Ability and (2) to know the most dominant stage of student’s thinking. The type of this research was qualitative-descriptive. The research was conducted in November 2015 on the topic of triangle. The research subjects were six students of class VIII Kanisius Pakem Junior High School year 2014/2015. The research instruments used were written test and interview test. The results showed that : (1) the ability of students to understand the triangle based on the thinking stages of van Hiele was still largely in the transition stage, namely from the second stage to the third stage which is the transition from the analysis stage to the abtraction stage; (2) the most dominant stage of student thinking in this study was the analysis stage. Keywords : ability to think, the geometric thinking stages of van Hiele, triangle.. ix.
(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Allah atas segala berkat dan kasih karunia-Nya yang melimpah selama penulis menjalani proses perkuliahan hingga penyelesaian penulisan skripsi yang berjudul “Kemampuan Berpikir Siswa SMP Kanisius Pakem Tentang Segitiga Berdasarkan Tahap Berpikir Van Hiele”. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sebagai bahan masukkan bagi penulis untuk menghasilkan karya yang lebih baik di masa depan. Banyak doa, dukungan serta motivasi mengalir dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.. 2.. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika sekaligus Dosen Pembimbing Akademik.. 3.. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu serta pikiran untuk membimbing, memberikan saran, kritik kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.. 4.. Para dosen penguji skripsi.. 5.. Segenap dosen dan seluruh staf sekretariat JPMIPA atas pelayanan terbaik yang diberikan kepada peneliti selama menjalankan kuliah di Universitas Sanata Dharma.. 6.. Bapak Indra Purnama, S.T., S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Kanisius Pakem atas perijinan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.. x.
(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7.. Ibu M.G. Sri Yuliwanti, SPd., selaku guru matematika yang meluangkan waktu dan membimbing peneliti selama pelaksanaan penelitian.. 8.. Bapak Macarius Santosa, Ibu E. Sri Wuryani M. , selaku orangtua peneliti yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan dan kasih sayang.. 9.. Kakak-kakakku Maria Flora Arestinatha dan Andreas Setyo Nugroho yang pantang menyerah memberikan dukungan serta doa bagi peneliti.. 10.. Nicodemus Hestu Krishariyadi yang selalu memberi semangat, bantuan, doa, motivasi, kasih sayang kepada peneliti hingga skripsi ini terselesaikan.. 11.. Teman-teman peneliti yang memberikan semangat selama kuliah sampai skripsi terselesaikan. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi. pembaca dan dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya. Yogyakarta, November 2017. Penulis. xi.
(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL......................................................................................... ii. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii. HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v. PERSYARATAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi. HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................... vii ABSTRAK ....................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................ ix. KATA PENGANTAR ...................................................................................... x. DAFTAR ISI .................................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ......................................................................... 1. B. Rumusan masalah.................................................................................. 4. C. Tujuan penelitian ................................................................................... 5. D. Penjelasan Istilah .................................................................................. 5. E. Manfaat penelitian ................................................................................. 6. BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berpikir ........................................................................... xii. 8.
(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. B. Teori van Hiele...................................................................................... 9. C. Tahap Pemahaman Geometri van Hiele ............................................... 10 D. Indikator untuk Menilai Tahap Berpikir Siswa Pada Segitiga ............. 12 E. Segitiga ................................................................................................. 14 F. Kerangka Berpikir ............................................................................... 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 18 B. Subjek Penelitian.................................................................................. 18 C. Peneliti Sebagai Instrumen ................................................................... 19 D. Rancangan Penelitian ........................................................................... 20 E. Intrumen Penelitian .............................................................................. 20 F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 21 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .................................................................................... 26 B. Pembahasan ......................................................................................... 54 C. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 61 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... 62 B. Saran ..................................................................................................... 63 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 65 LAMPIRAN.......................................................................................................... 66. xiii.
(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran sekolah yang sulit dipahami siswa pada umumnya dikarenakan obyek matematika yang sifatnya abstrak dan hanya ada dalam pikiran yang mempelajarinya. Namun bila disajikan dalam bentuk yang sedemikian rupa dan disesuaikan dengan perkembangan siswa, maka akan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Seperti pelajaran mengenai geometri. Siswa di sekolah banyak yang merasa kesulitan dalam memahami geometri karena kesulitan dalam memvisualisasikannya. Hal ini juga terlihat dalam observasi yang dilakukan peneliti di SMP KANISIUS PAKEM. Terdapat siswa yang langsung mengerti ketika diberikan penjelasan dua kali, namun ada siswa yang harus dengan berulangkali diberikan penjelasan sampai siswa tersebut mengerti. Bahasa yang digunakan siswa untuk menjelaskan kembali pelajaran yang telah dimengertipun masih kurang rinci. Ada pula siswa yang mencoba menggunakan bahasanya sendiri untuk menjelaskan definisi sebuah bangun geometri, namun masih kurang tepat. Ada pula siswa yang aktif namun hanya siswa itu saja, sehingga membuat siswa yang lain merasa minder. Antusiasme belajar siswa sebenarnya cukup tinggi. Namun untuk mengetahui tahap berpikir siswa berada tahap mana masih sulit ditentukan.. 1.
(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Menurut Susanta (1999), banyak cara dapat dipilih untuk memberikan gambaran mengenai geometri karena geometri sendiri berkembang dengan jaman, tetapi hakekat geometri yang relevan dengan sekolah menengah dapat dinyatakan sebagai berikut : (a) Geometri adalah pelajaran mengenai visualisasi dan konstruksi benda-benda, (b) Geometri adalah pelajaran mengenai dunia fisik yang nyata, (c) Geometri adalah wahana untuk menyatakan konsep-konsep matematika yang semula tidak bersifat fisis atau tidak nyata, dan (d) Geometri merupakan salah satu contoh sistem matematis. Dari sudut pandang psikologi, geometri merupakan penyajian abstraksi dari pengalaman visual dan spasial, misalnya bidang, pola, pengukuran dan pemetaan. Sedangkan dari sudut pandang matematika, geometri menyediakan pendekatan-pendekatan untuk pemecahan masalah, misalnya gambar-gambar, diagram, sistem koordinat, vektor dan transformasi. Menurut Susanta (1999), geometri itu penting karena menjadi jalan untuk menafsirkan dan membayangkan lingkungan fisik dimana kita hidup dan menjadi alat untuk mempelajari matematika lebih lanjut, sedangkan berpikir keruangan yang mendasari geometri akan menjadi modal yang esensial dalam berpikir kreatif dalam matematika lanjut. Pada dasarnya geometri mempunyai peluang yang lebih besar untuk dipahami siswa dibandingkan dengan cabang matematika yang lain. Hal ini dikarenakan ide-ide geometri sudah dikenal oleh siswa sejak.
(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. sebelum mereka masuk sekolah, misalnya garis, bidang dan ruang. Geometri digunakan oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Ilmuwan, arsitek, dan insinyur adalah sebagian kecil contoh profesi yang menggunakan geometri secara reguler. Menurut Usiskin geometri adalah (1) cabang matematika yang mempelajari pola-pola visual, (2) cabang matematika yang menghubungkan matematika dengan dunia fisik atau dunia nyata, (3) suatu cara penyajian fenomena yang tidak tampak atau tidak bersifat fisik, dan (4) suatu contoh sistem matematika (dalam Abdussakir, 2011). Menurut Sherad III (dalam Susanta, 1999) geometri dianggap sebagai ketrampilan dasar, karena geometri : (a) dapat menjadi bahasa komunikasi, (b) terkait dengan kehidupan nyata, (c) menunjang matematika dasar, (d) menjadi persiapan untuk matematika lanjut, (e) memberikan persepsi keruangan, dan (f) menjadi alat untuk berlatih berabstraksi dan mengenal struktur. Seperti contoh pada bangun datar. Bangun datar dalam pembahasan geometri memiliki banyak macam bentuk dan jenis. Bangun datar terdiri dari bangun yang berupa poligon (segi banyak) dan yang bukan poligon. Secara umum, segibanyak dapat. dikelompokkan menjadi : segitiga,. segiempat, segilima, segienam, dan seterusnya. Menurut Suwarsono (2001) ada beberapa hal tertentu yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam geometri di antaranya teori Van Hiele tentang tahap-tahap perkembangan.
(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. kemampuan geometris pada siswa. Van Hiele mengemukakan bahwa berpikir dalam geometri berkembang melalui tahap (level) yaitu tahap 1 (visualisasi), tahap 2 (analisis), tahap 3 (abstraksi/deduksi informal), tahap 4 (deduksi formal), dan tahap 5 (rigor). Peneliti menemukan pada penelitian sebelumnya bahwa siswa kelas VIII SMP berada tahap 3 (abstraksi/deduksi informal). Peneliti ingin mencoba mengembangkan kemampuan berpikir siswa agar bisa naik ke tahap selanjutnya. Pada penelitian sekarang, peneliti tertarik untuk mengembangkan tahap tersebut sampai pada tahap 4 (deduksi formal). Materi geometri yang dipilih adalah segitiga dengan alasan materi ini belum diujicobakan untuk penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya menggunakan materi bangun datar dan segiempat.. B. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti memiliki rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kemampuan siswa dalam memahami segitiga berdasarkan tahap berpikir Van Hiele ? 2. Dari tahapan berpikir Van Hiele, tahap berpikir siswa manakah yang paling dominan ?.
(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. C. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami segitiga berdasarkan tahap berpikir Van Hiele. 2. Untuk mengetahui tahap berpikir siswa yang paling dominan.. D. Penjelasan Istilah 1. Kemampuan Berpikir Kemampuan berpikir adalah suatu proses pembelajaran kognitif dalam pikiran seseorang dengan melibatkan pengetahuan yang diarahkan umtuk menghasilkan pemecahan masalah. 2. Tahap-tahap kemampuan berpikir dalam geometri menurut van Hiele a. Tahap 1 : Tahap Visualisasi, yaitu suatu tahap pencapaian siswa terhadap geometri dimana siswa hanya mengenal karakteristik suatu bangun geometri secara visual. b. Tahap 2 : Tahap Analisis, yaitu suatu tahap pencapaian siswa terhadap geometri dimana siswa sudah memahami dan mengenal sifat-sifat geometri. c. Tahap 3 : Tahap Abstraksi, yaitu suatu tahap pencapaian siswa terhadap geometri dimana siswa sudah mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri yang lain dan sudah dapat memahami pengurutan bangunbangun geometri..
(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. d. Tahap 4 : Tahap Deduksi Formal, yaitu suatu tahap pencapaian siswa terhadap geometri dimana siswa dapat mengembangkan bukti lebih dari satu cara. e. Tahap 5 : Tahap Rigor, yaitu suatu tahap pencapaian siswa terhadap geometri dimana siswa sudah memahami mengapa sesuatu itu dijadikan sebuah postulat atau dalil. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru a. Guru dapat mengetahui kemampuan masing-masing siswa sehingga dalam memberikan materi dapat sesuai dengan kemampuan para siswa. b. Guru dapat memantau perkembangan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat mengantisipasi siswa yang mengalami kesulitan dalam proses belajar. 2. Bagi Siswa a. Siswa dapat mengetahui sejauhmana kemampuan belajar siswa sendiri. b.. Siswa dapat mengembangkan kemampuan yang telah dimilikinya melalui pembelajaran yang sesuai tahap perkembangannya.. 3. Bagi Peneliti a. Peneliti semakin mengetahui bahwa proses belajar geometri pada siswa melalui beberapa tahapan, sehingga kedepannya peneliti.
(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. dapat merancang model pembelajaran yang sesuai dengan tahapantahapan tersebut. b. Peneliti sebagai calon guru dapat memahami kemampuan siswa dalam mempelajari geometri, sehingga dapat memperoleh gambaran dalam memberikan materi yang sesuai dengan kemampuan siswa..
(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berpikir Proses berpikir secara normal menurut Mayer akan mempunyai tiga ciri pokok. Pertama, berpikir adalah aktivitas kognitif yang terjadi di dalam mental atau pikiran seseorang, tidak tampak, tetapi dapat disimpulkan berdasarkan perilaku yang tampak. Kedua, berpikir merupakan suatu proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan di dalam sistem kognitif. Pengetahuan yang pernah dimiliki (tersimpan dalam ingatan) digabungkan dengan informasi sekarang sehingga mengubah pengetahuan seseorang mengenai situasi yang sedang dihadapi. Ketiga, aktivitas berpikir diarahkan untuk menghasilkan pemecahan masalah (dalam Suharnan, 2005). Berpikir merupakan suatu proses kognitif dalam tingkat yang relatif tinggi. Dalam berpikir, individu akan menggunakan berbagai informasi yang dimilikinya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Untuk dapat berpikir secara efektif, seseorang harus menguasai sejumlah informasi (fakta, konsep, generalisasi, prinsip, teori, dsb.) untuk dijadikan sebagai dasar dalam memecahkan masalah yang dihadapinya (Surya, 2004). Informasi yang dimiliki seseorang juga dapat diperoleh melalui proses pembelajaran. Ini berarti bahwa terdapat keterkaitan antara proses. 8.
(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. berpikir dengan pembelajaran. Pembelajaran yang efektif (terutama pembelajaran pemecahan masalah) sangat memerlukan ketrampilan berpikir. Dan untuk berpikir diperlukan hasil-hasil pembelajaran. Berpikir itu sendiri sebenarnya merupakan proses pembelajaran. Orang tidak mungkin berpikir tanpa belajar, dan tidak mungkin belajar tanpa berpikir (Surya, 2004).. B. Teori Van Hiele Teori Van Hiele pertama kali dikembangkan oleh Pierre Marie van Hiele dan Dina van Hiele-Geldof dalam disertasi yang terpisah di Universitas Utrecht pada tahun 1957. Teori ini menjelaskan mengenai perkembangan berpikir siswa dalam belajar geometri. Dalam teori tersebut, mereka berpendapat bahwa dalam mempelajari geometri, para siswa mengalami perkembangan kemampuan berpikir melalui tahap-tahap tertentu. Teori pembelajaran van Hiele telah diakui secara internasional. Menurut Anne (dalam Abdussakir, 2011), teori Van Hiele memiliki tiga aspek, yaitu adanya tahap-tahap perkembangan berpikir geometri, karakteristik teori van Hiele, dan perpindahan dari level satu ke level berikutnya. Teori van Hiele mempunyai karakteristik, yaitu (1) tahap-tahap tersebut bersifat hirarki dan sekuensial, (2) kecepatan berpindah dari tahap yang satu ke tahap berikutnya lebih bergantung pada pembelajaran, dan (3) setiap tahap mempunyai kosakata dan sistem relasi sendiri-sendiri. Setiap tahap dalam teori van Hiele menunjukkan karakteristik proses berpikir.
(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. siswa dalam belajar geometri dan pemahamannya dalam konteks geometri. Kualitas. pengetahuan. siswa. tidak. ditentukan. oleh. akumulasi. pengetahuannya, tetapi lebih ditentukan oleh proses berpikir yang digunakan.. C. Tahap Pemahaman Geometri van Hiele Penelitian yang dilakukan van Hiele melahirkan beberapa kesimpulan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri. Menurut teori Van Hiele, seseorang akan melalui lima tahap perkembangan berpikir dalam belajar geometri. Kelima tahap perkembangan berpikir Van Hiele adalah tahap 1 (visualisasi), tahap 2 (analisis), tahap 3 (abstraksi / deduksi informal), tahap 4 (deduksi formal), dan tahap 5 (rigor). Menurut Ismail (dalam Purwoko, 2009) Van Hiele juga menyatakan bahwa terdapat 5 tahap pemahaman geometri yaitu : tahap pengenalan, analisis, pengurutan , deduksi, dan keakuratan. Tahap-tahap pemahaman geometri tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Tahap Pengenalan (Visualisasi) Pada tahap ini, siswa hanya baru mengenal bangunbangun geometri seperti bola, kubus, segitiga, persegi dan bangun-bangun geometri yang lain. Pada tahap pengenalan ini, anak belum dapat menyebutkan sifat-sifat dari bangun geometri yang dikenal dan dilihat. Pada tahap ini, siswa mengenal.
(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. bentuk-bentuk. geometri. hanya. sekadar. berdasar. pada. karakteristik visual. Siswa secara eksplisit tidak terfokus pada sifat-sifat obyek yang diamati, tetapi memandang obyek sebagai keseluruhan. 2. Tahap Analisis Pada tahap ini, siswa sudah dapat memahami dan mengenal sifat-sifat dari bangun geometri. Siswa dapat menentukan sifat-sifat suatu bangun dengan melakukan pengamatan, pengukuran, eksperimen, menggambar, dan membuat model. Siswa pada tahap ini belum mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri yang lain. 3. Tahap Pengurutan (Abstraksi / Deduksi Informal) Pada tahap ini pemahaman siswa terhadap geometri lebih meningkat dari sebelumnya. Siswa sudah mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri yang lain dan sudah dapat memahami pengurutan bangun-bangun geometri. Siswa juga sudah mulai mampu untuk melakukan penarikan kesimpulan secara deduktif, tetapi masih pada tahap awal, artinya belum berkembang dengan baik. Karena masih berada pada tahap awal maka siswa belum mampu memberikan alasan yang rinci dari berbagai pernyataan dalam geometri..
(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. 4. Tahap Deduksi Formal Siswa sudah dapat memahami deduksi, yaitu mengambil kesimpulan secara deduktif. Pada tahap ini siswa dapat menyusun bukti, tidak hanya menerima bukti. Siswa dapat menyusun teorema dalam sistem aksiomatik. Pada tahap ini siswa berpeluang untuk mengembangkan bukti lebih dari satu cara. Siswa telah mengerti pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan, di samping unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma, dan teorema. 5. Tahap Keakuratan (Rigor) Clements & Battista juga menyebut tahap ini dengan tahap metamatematika, sedangkan Muser dan Burger menyebut dengan tahap aksiomatik (dalam Abdussakir, 2011). Pada tahap ini, siswa sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Siswa pada tahap ini sudah memahami mengapa sesuatu itu dijadikan sebuah postulat atau dalil. Tahap keakuratan merupakan tahap tertinggi. dalam. memahami. geometri,. sebab tahap ini. memerlukan tahap berpikir yang kompleks dan rumit..
(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. D. Indikator Untuk Menilai Tahap Berpikir Siswa Pada Segitiga. 1. VISUALISASI a. Menentukan bentuk bangun datar dan mampu membedakan jenis bangun datar berdasarkan wujud visual b. Mengenali bentuk segitiga dan membedakan bentuk segitiga berdasarkan wujud visual c. Mengikutsertakan. sifat-sifat. yang. tidak. relevan. dalam. mengidentifikasi dan menjelaskan bangun datar 2. ANALISIS a. Mendeskripsikan jenis segitiga serta menyatakan sifat masingmasing segitiga b. Mendefinisikan suatu bangun sesuai pada definisi di dalam buku dan belum menggunakan bahasa sendiri c. Membandingkan bentuk segitiga berdasarkan sifat-sifatnya 3. ABSTRAKSI a. Menggunakan sifat yang sudah diketahui untuk menyelesaikan permasalahan segitiga b. Menggunakan teorema yang ada untuk melakukan perhitungan terkait bangun geometri c. Mendefinisikan. pengertian. segitiga. dengan. memahami hubungan antar bangun geometri. lengkap. serta.
(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. 4. DEDUKSI FORMAL a. Memahami hubungan antar sifat segitiga b. Menarik kesimpulan secara deduktif c. Mengembangkan bukti dengan cara lain serta menggunakan unsur lain untuk memecahkan persoalan segitiga. E. Segitiga 1. Pengertian Segitiga Segitiga adalah bangun datar yang dibentuk dari tiga sisi yang berupa garis lurus dan tiga sudut. Gambar berikut ini menunjukkan sebuah segitiga ABC dengan titik sudut A, B, dan C. C. Sisi a = BC adalah sisi di depan ∠𝐴. b. Sisi b = AC adalah sisi di depan ∠𝐵.. a. Sisi c = AB adalah sisi di depan ∠𝐶 .. A. B c. 2. Jenis Segitiga Ditinjau dari Panjang Sisinya a. Segitiga Sembarang Segitiga ini merupakan segitiga yang. F. ketiga sisinya berbeda panjangnya dan besar ketiga sudutnya pun berbeda. D. E.
(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. G. b. Segitiga Sama Kaki Segitiga sama kaki adalah segitiga yang memiliki dua sisi yang sama panjang (GH = GI) dan mempunyai dua sudut yang sama besar (∠𝐺𝐻𝐼 = ∠𝐺𝐼𝐻).. I. H. c. Segitiga Sama Sisi. L. Segitiga sama sisi merupakan segitiga yang ketiga sisinya sama panjang (JK = KL = LJ) dan ketiga sudutnya sama besar. (∠𝐽 =. ∠𝐾 = ∠𝐿 = 600). K. J. 3. Jenis Segitiga Ditinjau dari Besar Sudutnya a. Segitiga Lancip. F. Segitiga lancip merupakan segitiga yang besar ketiga sudutnya kurang dari 900. (<. 900). D. E. b. Segitiga Siku-siku. I. Segitiga siku-siku adalah segitiga yang besar salah satu sudutnya 900 (sudut sikusiku). Sisi di depan sudut siku-siku disebut sisi miring (hipotenusa). G. H.
(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. L. c. Segitiga Tumpul Segitiga tumpul adalah segitiga yang memiliki sudut terbesar lebih K. dari 900 (> 900).. J. 4. Teorema Pythagoras Teorema Pythagoras menyatakan bahwa untuk setiap segitiga siku-siku, luas persegi pada sisi miring (hipotenusa) sama dengan jumlah luas persegi pada sisi siku-sikunya, sehingga jika panjang dua sisi yang lain diketahui maka panjang sebuah sisi pada segitiga siku-siku dapat ditentukan. Teorema Pythagoras berlaku khusus pada segitiga siku-siku. ∆ABC di samping merupakan segitiga siku-. C. siku di titik A. BC disebut sisi miring atau hipotenusa. AB dan AC disebut sisi siku-siku.. a. b. 5. Kebalikan Teorema Pythagoras A. B. c. Jika kuadrat sisi yang terpanjang sama dengan jumlah kuadrat sisi lainnya, maka segitiga tersebut adalah segitiga siku-siku. Sisi. BC. merupakan. 𝐵𝐶 2 = 𝐴𝐶 2 + 𝐴𝐵 2. atau. sisi. terpanjang.. 𝑎2 = 𝑏 2 + 𝑐 2 ,. maka. ∆ABC siku-siku. Sudut siku-sikunya adalah sudut yang. menghadap. sisi. terpanjang.. Sudut. a. b. A. menghadap sisi terpanjang BC, maka ∠𝐴 siku-siku. F. Kerangka Berpikir. C. Jika. A. c. B.
(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. Siswa di sekolah banyak yang merasa kesulitan dalam memahami geometri karena kesulitan dalam memvisualisasikannya. Ada siswa yang langsung mengerti ketika diberikan penjelasan dua kali, namun ada pula siswa yang harus dengan berulangkali diberikan penjelasan sampai siswa tersebut mengerti. Penggunaan bahasa yang digunakan untuk menjelaskan kembali pelajaran yang telah dimengertipun masih kurang rinci. Seperti contoh pada bangun datar. Bangun datar dalam pembahasan geometri memiliki banyak macam bentuk dan jenis..
(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan ini merupakan jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk mendeskripsikan mengenai situasi atau. kejadian. yang. terjadi.. Penelitian. ini. dimaksudkan. untuk. mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VIII tentang segitiga sesuai tahap berpikir van Hiele. Pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan kualitatif, yang didasari oleh alasan bahwa penelitian ini memenuhi karakteristik penelitian kualitatif, yaitu : (1) bersifat alami, yaitu penelitian dilakukan sesuai keadaan sebenarnya dan peneliti sebagai instrumen utama, (2) datanya bersifat deskriptif, yang berupa rangkaian kata-kata atau gambar-gambar, (3) lebih menekankan proses daripada hasil, (4) pengolahan datanya cenderung dilakukan secara induktif, dan (5) fokus utama penelitian ditujukan pada semua aktivitas yang dilakukan oleh individu.. B. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, subjek yang diteliti adalah siswa SMP KANISIUS PAKEM kelas VIII (delapan) sebanyak enam siswa. Enam siswa tersebut dipilih berdasarkan pilihan guru pengampu mata pelajaran Matematika sesuai hasil nilai matematika para siswa, yaitu dua siswa. 18.
(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. berkemampuan tinggi, dua siswa berkemampuan sedang, dan dua siswa berkemampuan rendah.. C. Peneliti Sebagai Instrumen Utama Menurut Moleong (2008), peneliti merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir dan pada akhirnya ia melaporkan hasil penelitiannya. Disini peneliti harus mempunyai kemampuan dalam mengikhtisarkan informasi. Kemampuan mengikhtisarkan informasi sangat bermanfaat untuk mengecek keabsahan data, memperoleh persetujuan dari subyek tentang apa yang dikemukakan, memberi kesempatan pada subyek untuk melengkapi informasi yang belum tercakup dalam ikhtisar. Menurut Suwarsono (2013), peneliti merupakan instrumen utama sebab dialah yang secara aktif akan melakukan pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan sebagainya, dan dia setiap saat bisa melaksanakan atau mengubah bentuk kegiatan pengumpulan datanya sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ia susun dan sesuai dengan situasi dan dinamika yang terjadi di lapangan. Instrumen-instrumen seperti pedoman wanwancara dan sebagainya hanya berperan sebagai instrumen pembantu.. D. Rancangan Penelitian Kegiatan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :.
(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. 1. Peneliti meminta ijin untuk mengadakan penelitian kepada kepala sekolah dan guru pengampu mata pelajaran Matematika. Setelah mendapatkan ijin, peneliti menjelaskan tahapan-tahapan penelitian kepada guru pengampu mata pelajaran Matematika. 2. Peneliti memberikan tes, baik tes secara tertulis maupun tes wawancara kepada siswa yang akan diteliti. Tes tertulis dan tes wawancara bila memungkinkan akan dilaksanakan setelah proses kegiatan belajar mengajar selesai atau sesuai kesepakatan dengan guru pengampu mata pelajaran Matematika. 3. Menganalisa hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara dari para siswa.. E. Instrumen Bantu Penelitian 1. Tes Tertulis Tes tertulis yang diberikan bertujuan untuk melihat kemampuan siswa berada pada tahap yang mana sesuai dengan tahap van Hiele. Selain itu,berguna untuk mengetahui hasil berpikir siswa dalam mengenali bentuk, mengidentifikasi, menganalisis dan mendefinisikan bangun datar. Kisi-kisi soal yang akan diberikan disesuaikan dengan tahapan berpikir van Hiele.. Tabel 3.1 Tabel Kisi-kisi Soal. kepada siswa.
(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. No.. Jenis soal. No. Soal. 1.. Visualisasi / pengenalan. 1, 2, 3. 2.. Analisis. 4, 5, 6. 3.. Abstraksi / Deduksi Informal. 7, 8, 9. 4.. Deduksi Formal. 10, 11, 12. 2. Tes Wawancara Tes wawancara dalam penelitian ini adalah tes yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui lebih dalam kemampuan siswa. Tes wawancara ini diberikan setelah tes tertulis dilaksanakan. Pertanyaan yang diajukan pada tes wawancara ini sama dengan tes tertulis namun telah direvisi serta beberapa pertanyaan lain untuk memperkuat jawaban siswa.. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data nonstatistik. Teknik yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif karena peneliti tidak menyajikan data dalam bentuk skor, namun lebih kepada kualitas jawaban siswa berdasarkan alasan yang diungkapkan siswa untuk mengecek kesesuaian terhadap indikator tiap tahap. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kemampuan berpikir siswa, peneliti membuat tabel yang berisi indikator masing-masing.
(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. tahap serta nomor soal yang akan diisi dengan keterangan bahwa indikator tersebut sudah terpenuhi atau tidak berdasarkan jawaban dan alasan siswa pada tes tertulis dan wawancara. Tabel tersebut merupakan contoh jawaban hasil ujicoba salah satu siswa kelas VIII. Tabel 3.2 Tabel Indikator Pencapaian Kemampuan Berpikir Salah Satu Siswa (Sebagai Contoh) Nomor Soal Tahap. Indikator 1. V I S U. 2. 3. 1. Siswa menentukan bentuk bangun datar dan membedakan jenis √ bangun datar berdasarkan wujud visual. A L. 2. Siswa mengenali bentuk segitiga dan membedakan bentuk. I. segitiga berdasarkan. S. wujud visual. √. 3. Siswa A S. mengikutsertakan sifat-sifat yang tidak relevan dalam. I. mengidentifikasi dan. −. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12.
(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. menjelaskan bangun datar. Nomor Soal Tahap. Indikator 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. Siswa mendeskripsikan jenis segitiga serta A N. √. menyatakan sifat masing-masing segitiga. A L I S I. 2. Siswa mendefinisikan suatu bangun sesuai pada definisi di dalam. √. buku dan belum menggunakan bahasa sendiri 3. Siswa. S. membandingkan bentuk segitiga. √. berdasarkan sifatsifatnya A B S. 1. Siswa menggunakan sifat yang sudah diketahui untuk menyelesaikan permasalahan segitiga. √. 8. 9. 10 11 12.
(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. T R A K. 2. Siswa menggunakan teorema yang ada untuk melakukan perhitungan terkait √. bangun geometri. S I. Nomor Soal Tahap. Indikator 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12. A B S T. 3. Siswa mendefinisikan pengertian segitiga. R. dengan lengkap serta. A. memahami hubungan. −. antar bangun geometri K S I D E. 1. Siswa memahami hubungan antar sifat segitiga. √.
(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. D. 2. Siswa menarik −. kesimpulan secara. U. deduktif. K S I 3. Siswa mengembangkan F O. bukti dengan cara lain −. serta menggunakan unsur lain untuk. R M. memecahkan persoalan segitiga. A L. Keterangan : √ : indikator dipenuhi − : indikator tidak terpenuhi Persentase indikator yang dipenuhi oleh siswa (sebagai contoh) : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑎𝑝 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑎𝑝 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢. Persentase indikator yang dipenuhi pada tahap visual :. 2 3. Persentase indikator yang dipenuhi pada tahap analisis :. × 100%. × 100% = 66,67% 3 3. × 100% = 100%.
(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. Persentase indikator yang dipenuhi pada tahap abstraksi :. 2 3. × 100% = 66,67%. Persentase indikator yang dipenuhi pada tahap deduksi formal :. 1 3. × 100% =. 33,3% Dari hasil contoh di atas, diketahui bahwa siswa telah melalui tahap visualisasi dan mampu mengenali bentuk-bentuk secara visual. Siswa sudah berada pada tahap analisis. Siswa mampu mengetahui sifat-sifat bangun geometri dengan cara menghitung serta mengukur bangun tersebut. Siswa juga sudah sedikit menguasai pada tahap abstraksi namun belum memasuki tahap deduksi formal. Kesimpulannya adalah tahap paling dominan yang dimiliki siswa adalah tahap analisis..
(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN KETERBATASAN A. Hasil Penelitian Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian ini ada 6 siswa kelas VIII Kasih SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016. Para siswa tersebut dipilih oleh guru pengampu pelajaran matematika berdasarkan kemampuan siswa, dimulai dari siswa yang berkemapuan terbaik, menengah, dan kurang dengan kode (a) adalah siswa perempuan seperti siswa I.a, II.a, dan III.a, sedangkan kode (b) adalah siswa laki-laki seperti I.b, II.b, dan III.b. Berikut adalah hasil analisis dari jawaban siswa pada saat melakukan test berdasarkan indikator yang ditetapkan : 1. Menentukan bentuk bangun datar dan mampu membedakan jenis bangun datar berdasarkan wujud visual. a) Siswa berkemampuan terbaik perempuan (Siswa I.a) Pada saat mengerjakan soal test ini, siswa dapat menjawab dengan benar sesuai dengan jawaban harapan peneliti. Dari model gambar pada soal nomor 1, siswa dapat menentukan dan menyebutkan bangun-bangun datar yang terdapat pada gambar, yaitu segitiga, persegi, lingkaran, persegi panjang, trapesium, dan belah ketupat. Secara visual, bangun datar pertama yang dilihat dan ditulis siswa I.a adalah segitiga dan bangun datar terakhir adalah belah ketupat.. 27.
(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. Pada saat wawancara pun, jawaban siswa sama dengan hasil test tertulisnya. Siswa pun juga dapat menemukan bentuk-bentuk bangun datar di sekitarnya, seperti tepian jendela, penggaris berbentuk segitiga, serta bentuk atap rumah. b) Siswa berkemampuan terbaik laki-laki (Siswa I.b) Pada saat mengerjakan soal test ini, siswa dapat menjawab dengan benar sesuai dengan jawaban harapan peneliti. Dari model gambar pada soal nomor 1, siswa dapat menentukan dan menyebutkan bangun-bangun datar yang terdapat pada gambar, yaitu persegi, persegi panjang, segitiga, lingkaran, trapesium, dan belah ketupat. Secara visual, bangun datar pertama yang dilihat dan ditulis siswa I.b adalah persegi dan bangun datar terakhir adalah belah ketupat. Ketika tes wawancara, siswa menjawab sedikit berbeda dengan hasil test wawancaranya. Saat test tertulis siswa hanya menuliskan bangun “segitiga” saja. Namun saat wawancara siswa menjawab ada segitiga samakaki yang terlihat. Kemudian saat peneliti bertanya kepada siswa tentang macam-macam bangun datar yang pernah dilihat, siswa menjawabnya seperti balok-balok mainan miliknya. c) Siswa berkemampuan menengah perempuan (Siswa II.a) Pada saat mengerjakan soal test ini, siswa dapat menjawab dengan benar namun ada bangun yang masih ragu-ragu untuk dijawab. Dari model gambar pada soal nomor 1, siswa dapat menentukan dan menyebutkan bangun-bangun datar yang terdapat pada gambar,.
(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. yaitu segitiga, persegi, belah ketupat, lingkaran, persegi panjang, dan trapesium sembarang. Terdapat perbedaan dari siswa sebelumnya, yaitu siswa II.a menyebutkan bangun trapesium sebagai trapesium sembarang. Secara visual, bangun datar pertama yang dilihat dan ditulis siswa II.a adalah segitiga dan bangun datar terakhir adalah trapesium sembarang. Saat melakukan wawancara peneliti menanyakan kepada siswa tentang trapesium sembarang. Siswa melihatnya sebagai bentuk trapesium. Namun jika diperhatikan lagi, bangun tersebut seperti trapesium samakaki. Hal inilah yang menyebabkan siswa terlihat bimbang. Kemudian ketika peneliti menanyakan bentuk bangun datar yang pernah siswa temukan, siswa hanya menjawab bentuk susunan bambu yang dimiringkan terlihat seperti segitiga. d) Siswa berkemampuan menengah laki-laki (Siswa II.b) Pada saat mengerjakan soal test ini, siswa dapat menjawab dengan benar sesuai dengan jawaban harapan peneliti. Dari model gambar pada soal nomor 1, siswa dapat menentukan dan menyebutkan bangun-bangun datar yang terdapat pada gambar, yaitu persegi, persegi panjang, segitiga, lingkaran, trapesium, dan belah ketupat. Secara visual, bangun datar pertama yang dilihat dan ditulis siswa II.b adalah persegi dan bangun datar terakhir adalah belah ketupat. Pada saat test wawancara, siswa tidak merasa kesulitan menjawabnya. Jawabannya sama dengan test tertulisnya..
(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. e) Siswa berkemampuan rendah perempuan (Siswa III.a) Pada saat mengerjakan soal test ini, siswa dapat menjawab dengan benar sesuai dengan jawaban harapan peneliti. Dari model gambar pada soal nomor 1, siswa dapat menentukan dan menyebutkan bangun-bangun datar yang terdapat pada gambar, yaitu segitiga, persegi, persegi panjang, belah ketupat, trapesium, dan lingkaran. Secara visual, bangun datar pertama yang dilihat dan ditulis siswa III.a adalah segitiga dan bangun datar terakhir adalah lingkaran. Saat test wawancara, penliti menanyakan bentuk bangun datar yang ada di kehidupan sehari-hari. Siswa pun menjawab dengan baik, seperti toples, jam dinding dengan bermacam bentuk. f) Siswa berkemampuan rendah laki-laki (Siswa III.b) Pada saat mengerjakan soal test ini, siswa dapat menjawab soal namun siswa menjawab semua jenis bangun datar. Dari model gambar pada soal nomor 1, siswa dapat menentukan dan menyebutkan bangun-bangun datar yang terdapat pada gambar, yaitu segitiga samasisi, segitiga samakaki, persegi panjang, persegi, trapesium, layang-layang, segiempat, dan lingkaran. Jawaban siswa III.b pun berbeda dengan jawaban siswa lain. Tidak hanya nama bangun datar secara umum namun disebutkan pula nama bangun datar berdasarkan sifat, tidak hanya secara visual. Saat dilakukan test wawancara, peneliti bertanya hasil tertulis kepada siswa. Siswa menuliskan bentuk layang-layang, peneliti.
(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. meminta siswa menunjukkan pada gambar manakah bentuk layanglayang tersebut. Ternyata yang dimaksud siswa adalah bentuk belahketupat. Siswa mengalami kekeliruan untuk membedakan bentuk layang-layang dengan belahketupat. 2. Mengenali bentuk segitiga dan membedakan bentuk segitiga berdasarkan wujud visual a) Siswa berkemampuan terbaik perempuan (Siswa I.a) Siswa dengan hanya melihat bentuk visual dapat menjawab bahwa gambar tersebut tersusun dari kumpulan segitiga sama sisi. Siswa menjawab terdapat 18 buah segitiga samasisi. Siswa menghitung banyaknya segitiga tersebut dengan cara menjumlahkan segitiga di setiap barisnya, sehingga siswa hanya mendapatkan ada 18 buah segitiga samasisi pada gambar tersebut. Pada saat wawancara, siswa mengatakan bahwa ia ragu atas jawabannya. Sebab siswa menyadari bahwa sebenarnya terdapat segitiga lain yang lebih besar daripada 18 segitiga kecil tersebut. b) Siswa berkemampuan terbaik laki-laki (Siswa I.b) Siswa menjawab jenis segitiga yang digunakan adalah segitiga samasisi. Banyak segitiga yang tersusun ada 18 buah. Cara yang digunakan siswa juga sama seperti siswa lainnya yaitu hanya dengan menghitung segitiga-segitiga penyusun gambar. Siswa tidak memperluas visualisasinya untuk menemukan segitiga lain pada gambar tersebut..
(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. c) Siswa berkemampuan menengah perempuan (Siswa II.a) Pada soal ini jawaban siswa sedikit berbeda. Siswa menjawab bahwa gambar tersebut tersusun oleh beberapa bangun datar segitiga, yaitu segitiga samakaki, segitiga samasisi, segitiga lancip, dan segitiga tumpul. Siwa beralasan bahwa bentuk gambar berbeda sehingga segitiga yang membentuk gambar tersebut pun juga berbeda-beda. Siswa menentukan banyak segitiga dengan menghitung banyak segitiga dalam satu baris kemudian karena ada tiga baris maka banyak segitiga dalam satu baris dikalikan tiga. Sehingga siswa mendapatkan banyak segitiga yang terdapat pada soal ada 18 buah segitiga. d) Siswa berkemampuan menengah laki-laki (Siswa II.b) Hasil siswa II.b pada soal ini juga 18 buah segitiga. Siswa mejawab susunan segitiga tersebut disusun dari segitiga samasisi. Pada saat wawancara, peneliti menanyakan kepada siswa bagaimana siswa mendapat jawaban segitiga ada 18 buah. Siswa menghitung dalam satu baris terdapat 6 buah susunan segitiga, kemudian karena ada 3 baris susunan maka dikalikan tiga. Siswa pun tidak mengtahui bahwa terdapat segitiga lain yang ukurannya lebih besar daripada 18 segitiga itu.. e) Siswa berkemampuan rendah perempuan (Siswa III.a).
(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. Jawaban siswa III.a ini pun tidak jauh berbeda dengan siswa lain dengan jawaban yang sama. Siswa menjawab jenis segitiga pada soal ini adalah segitiga samakaki dan banyaknya segitiga pada gambar ada 18 buah. Cara siswa menjawab banyak segitiga tersebut dengan menghitung satu per satu bentuk segitiga yang terlihat. Siswa tidak memperluas visualisasinya untuk melihat bahwa ada segitiga lain yang ukurannya lebih besar dari susunan segitiga kecil tersebut. f) Siswa berkemampuan rendah laki-laki (Siswa III.b) Pada soal ini, siswa menjawab banyaknya segitiga yang terdapat pada gambar tersebut juga 18 buah. Namun, siswa menjawab jenis segitiga yang digunakan pada gambar tersebut adalah segitiga samakaki. Secara visual, alasan siswa menjawab bahwa segitiga tersebut adalah samakaki karena memiliki dua sisi yang sama panjang dan satu sisi lain berbeda panjangnya. Dalam soal ini, siswa menghitung banyak segitiga pada gambar dengan cara memberi nomor pada setiap segitiga. Caranya sudah baik hanya saja siswa belum mencoba melihat lebih detail bahwa masih ada segitiga lain yang terdapat pada gambar.. 3. Mengikutsertakan sifat-sifat yang tidak relevan dalam mengidentifikasi dan menjelaskan bangun datar a) Siswa berkemampuan terbaik perempuan (Siswa I.a).
(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. Pada soal ini, siswa menjawab ada 17 buah segitiga yang terdapat pada gambar. Siswa lebih mencermati gambar dan menghitung satu demi satu bangun yang berbentuk segitiga yang terlihat. Cara pandang siswa pada gambar tersebut sudah lebih baik dan meluas. Saat wawancara pun jawaban siswa sama dengan soal tertulisnya. b) Siswa berkemampuan terbaik laki-laki (Siswa I.b) Siswa menjawab banyak segitiga yang terlihat pada gambar ada 10 buah. Siswa pun juga menemukan jawaban tersebut dengan cara menghitung satu per satu bentuk segitiga yang terlihat. Siswa tidak menggunakan cara lainnya untuk mendapatkan segitiga sebanyakbanyaknya. Saat wawancara, siswa baru menyadari bahwa ada segitiga lain yang ukurannya lebih besar setelah ditunjukkan oleh peneliti. Siswa terlihat mulai mengerti dalam memahami soal yang dimaksud. c) Siswa berkemampuan menengah perempuan (Siswa II.a) Pada soal ini siswa menjawab banyak segitiga ada 10 buah. Tidak berbeda dengan siswa I.b. siswa pun menemukan 10 buah segitiga itu dengan cara menghitung satu per satu bentuk segitiga itu. Saat wawancara pun jawaban siswa tidak berbeda dari jawaban soal tertulisnya. Saat ditanya adakah cara lain untuk menemukan segitiga lain, siswa menjawab tidak ada cara lain. d) Siswa berkemampuan menengah laki-laki (Siswa II.b).
(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. Tidak jauh berbeda dengan siswa I.b dan II.a. Siswa II.b pun juga menjawab ada 10 buah segitiga pada soal gambar tersebut. Cara siswa menemukannya pun sama dengan siswa I.b dan II.a. Hasil siswa saat wawancara juga tidak berbeda jauh dengan soal test tertulis yang dikerjakan siswa. e) Siswa berkemampuan rendah perempuan (Siswa III.a) Pada soal ini, siswa menjawab jumlah segitiga yang terdapat pada gambar ada 11 buah. Peneliti bertanya cara siswa menemukan segitiga tersebut. Sama dengan siswa lain, yaitu dengan cara menghitung satu per satu. Ketika wawancara, peneliti bertanya lebih lanjut kepada siswa. Ternyata siswa hanya menghitung banyak bangun datar yang terdapat pada gambar, bukan nmnghitung bangun datar segitiga. Peneliti menunjukkan bagian tengah gambar dan siswa menyadari bahwa itu bukanlah bangun datar segitiga, tetapi segilima. f) Siswa berkemampuan rendah laki-laki (Siswa III.b) Siswa menjawab soal ini sama seperti tiga siswa yang lain. Siswa menjawab ada 10 buah segitiga pada gambar tersebut. Siswa menghitung segitiga tersebut dengan cara memberikan nomor di setiap bentuk segitiga yang terlihat. Hasil wawancara siswa pun sama dengan hasil jawaban pada soal tertulis. 4. Mendeskripsikan jenis segitiga serta menyatakan sifat masing-masing segitiga.
(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. a) Siswa berkemampuan terbaik perempuan (Siswa I.a) Hasil jawaban siswa tidak sesuai dengan harapan peneliti. Dari enam gambar bentuk segitiga yang diberikan tidak ada hasil yang tepat. Ketika dilakukan tes wawancara siswa mengatakan bahwa ia bingung dengan ukuran sudut segitiganya, sehingga siswa memberi nama segitiga hanya sesuai dengan bentuk yang terlihat tanpa mengukur sisi dan sudut segitiga. b) Siswa berkemampuan terbaik laki-laki (Siswa I.b) Dari enam gambar yang tertera pada soal, siswa dapat menjawab dua gambar, namun kurang tepat. Dari hasil tertulis, siswa hanya menjawab jenis segitiga berdasarkan visualnya. Ketika dilakukan test wawancara, peneliti mengetahui bahwa siswa tidak menggunakan alat bantu ukur yang diberikan oleh peneliti. Siswa hanya menjawab sesuai bentuk segitiga yang terlihat. Pada soal ini siswa tidak sungguh-sungguh mengerjakan soal yang diberikan. c) Siswa berkemampuan menengah perempuan (Siswa II.a) Hasil jawaban siswa cukup sesuai dengan harapan peneliti. Siswa dapat menjawab enam gambar dengan benar. Siswa hanya merasa ragu ketika melihat bentuk segitiga siku-siku. Siswa pun sulit menentukan nama segitiga ketika yang diketahui adalah ukuran sudutnya. d) Siswa berkemampuan menengah laki-laki (Siswa II.b).
(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37. Hasil yang didapat peneliti berdasarkan tes tertulis dan wawancara terhadap siswa II.b belum sesuai harapan peneliti. Pada soal ini siswa memberikan alasan jawabannya hanya berdasarkan hasil visual. Siswa merasa kesulitan jika menggunakan alat bantu ukur berupa penggaris dan busur. e) Siswa berkemampuan rendah perempuan (Siswa III.a) Dari enam gambar yang tertera pada soal, semua jawabannya kurang tepat. Peneliti pun mencaritahu hasil lebih jauh dengan melakukan wawancara. Ternyata siswa hanya menjawab jenis segitiga berdasarkan ukuran panjang sisinya. Siswa mengatakan bahwa ukuran panjang sisi tiap segitiga berbeda-beda. Oleh karena itu, siswa menjawab semua jenis segitiga adalah segitiga sembarang. Peneliti pun mengetahui bahwa siswa tidak menggunakan alat bantu busur yang diberikan karena siswa tidak dapat menggunakan busur dengan benar. f) Siswa berkemampuan rendah laki-laki (Siswa III.b) Pada soal ini, siswa tidak menjawab dengan benar. Hanya dua segitiga yang dapat diterima. Dari hasil wawancara, diketahui bahwa siswa tidak menggunakan alat bantu ukur yang diberikan. Siswa mengatakan terlalu rumit jika menggunakan penggaris dan busur. Oleh karena itu, siswa mnjawab soal no. 4 ini hanya berdasarkan bentuk visualnya..
(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38. 5. Mendefinisikan suatu bangun sesuai pada definisi di dalam buku dan belum menggunakan bahasa sendiri a) Siswa berkemampuan terbaik perempuan (Siswa I.a) Dari hasil tes tertulis, terlihat siswa belum memahami definisi yang ada pada buku. Pemakaian definisi belum dapat dimengerti. Alasan yang diberikan siswa dalam menjawab pun tidak dapat dibenarkan peneliti. Siswa kesulitan melakukan perhitungan jumlah sisi-sisi segitiganya. b) Siswa berkemampuan terbaik laki-laki (Siswa I.b) Siswa sudah dapat memberikan alasannya meskipun kurang tepat. Maksud yang ingin disampaikan siswa adalah menghitung kuadrat panjang setiap sisi-sisi segitiga. Namun terdapat kesalahan dalam menghitung hasil kuadrat bilangan-bilangan tersebut. c) Siswa berkemampuan menengah perempuan (Siswa II.a) Jawaban siswa II.a pada soal no. 5 ini sangat tidak sesuai harapan peneliti. Siswa jelas belum memahami definisi pada buku dan penjelasan yang telah diberikan peneliti. Dari jawaban tertulis siswa II.a , terlihat bahwa siswa tidak menghitung berdasarkan panjang sisinya, namun berdasarkan besar sudutnya. Sebab hasil dari ketiganya sama,yaitu segitiga tumpul karena melebihi sudut 900. Dari hasil wawancara, siswa belum paham menentukan jenis segitiga berdasarkan perhitungan panjang sisinya. d) Siswa berkemampuan menengah laki-laki (Siswa II.b).
(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39. Jawaban siswa II.b juga serupa dengan siswa I.a dan I.b. Mereka masih belum paham dengan definisi yang ada pada buku serta penjelasan dari guru dan peneliti. Hanya satu dari tiga soal yang diberikan yang dijawab benar. Setelah peneliti bertanya, hasil hitungan siswa tepat tapi tidak untuk dua soal lainnya. e) Siswa berkemampuan rendah perempuan (Siswa III.a) Hasil dari test tertulis siswa ini cukup membingungkan peneliti, sebab jawaban dengan alasan yang diberikan siswa tidak sesuai. Siswa menuliskan ketiga jenis segitiga itu adalah segitiga tumpul. Ketika wawancara siswa mengatakan bingung bagaimana menuliskan. alasannya.. Selain. itu. siswa. juga. tebalik. pemahamannya dalam membedakan segitiga jika diketahui panjang sisinya. Namun ketika siswa diminta untuk menyebutkan jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya, siswa dapat menjawab dengan benar. f) Siswa berkemampuan rendah laki-laki (Siswa III.b) Berdasarkan soal no.5, ada jawaban siswa yang benar. Siswa menjawab segitiga tersebut masing-masing adalah segitiga tumpul, lancip, dan tumpul. Jawaban siswa untuk no.5c benar dan alasan yang diberikan juga benar. Jawaban untuk no.5b kurang tepat, sebab alasan yang diberikan siswa tidak benar. Seharusnya ∆KLM adalah segitiga lancip karena panjang sisi 𝐾𝐿2 kurang dari jumlah panjang sisi 𝐾𝑀2 + 𝐿𝑀2 . Ketika wawancara, siswa meralat.
(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40. jawaban untuk no.5b. Siswa mengatakan salah tulis simbol kurang dari menjadi lebih dari. 6. Membandingkan bentuk segitiga berdasarkan sifat-sifatnya a) Siswa berkemampuan terbaik perempuan (Siswa I.a) Berdasarkan tabel ciri-ciri segitiga yang diberikan, siswa dapat menjawab dengan benar. Dari hasil tertulis, siswa menentukan jenis segitiga hanya berdasarkan salah satu ciri yang diberikan baik dari segi banyak sudutnya maupun dari segi banyak sisinya. Siswa belum. dapat. menggabungkan. kedua. ciri. tersebut. untuk. menentukan jenis segitiga. b) Siswa berkemampuan terbaik laki-laki (Siswa I.b) Dari tabel yang tertera pada soal, hasil jawaban siswa hanya berdasarkan banyak sisi yang diberikan. Siswa tidak menjawab dari bagian banyak sudutnya. Seperti segitiga ke-V. Siswa hanya menjawab jenis segitiga itu siku-siku, bukan segitiga siku-siku samakaki. Dan pada segitiga ke-II, siswa hanya menjawab jenis segitiga itu sembarang, bukan segitiga siku-siku sembarang. Ketika wawancara, pemikiran peneliti benar. Siswa hanya melihat keseluruhan pada bagian banyak sisinya saja. Pendapat siswa jika segitiga itu memiliki dua sisi yang sama maka segitiga itu pasti segitiga samakaki, dan jika ketiga sisinya berbeda pasti segitiga sembarang. Siswa tidak memperhatikan pada bagian banyak sudut. c) Siswa berkemampuan menengah perempuan (Siswa II.a).
(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41. Berdasarkan tabel yang diberikan pada siswa, hasil jawaban siswa tidak sesuai dengan harapan peneliti. Dari hasil yang dikerjakan, siswa menentukan jenis segitiga dilihat dari segi banyak sisi yang sama maupun berbeda. Karena siswa beralasan lebih mudah menentukan jenis segitiga berdasarkan sisinya daripada sudutnya. Siswa beralasan lagi jika segitiga mempunyai dua sisi yang sama artinya itu adalah segitiga samakaki. Jika ketiga sisi sama berarti segitiga samasisi dan jika ketiga sisinya berbeda itu adalah segitiga sembarang. Yang siswa mengerti adalah jika berdasarkan sudutnya maka akan diperlihatkan besar sudutnya bukan banyak sudutnya. d) Siswa berkemampuan menengah laki-laki (Siswa II.b) Pada hasil jawaban siswa, terdapat perbedaan jawaban dengan ketiga siswa sebelumnya. Siswa II.b menentukan jenis segitiga dilihat dari jenis sudutnya. Siswa berpendapat lebih mudah melihat dari jenis sudutnya. Sehingga mudah diketahui jenis segitiga tersebut.. e) Siswa berkemampuan rendah perempuan (Siswa III.a) Dari hasil jawaban siswa, keenam jenis segitiga tersebut hampir terjawab dengan benar. Siswa sudah melihat dari dua bagian, yaitu bagian banyak sudut dan bagian banyak sisi. Ketika wawancara, peneliti menanyakan jawaban siswa untuk segitiga ke-III dan segitiga ke-IV. Seharusnya masing-masing segitiga itu adalah.
(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42. segitiga tumpul samakaki dan segitiga tumpul sembarang. Siswa tidak tahu segitiga dengan ciri-ciri tersebut merupakan jenis segitiga seperti apa. f) Siswa berkemampuan rendah laki-laki (Siswa III.b) Hasil jawaban siswa pada test tertulis tidak seperti yang diharapkan peneliti. Berdasarkan test tertulis, peneliti menganggap siswa tidak memahami cara membaca tabel tersebut. Saat wawancara, ternyata siswa salah membaca bagian tabel. Bagian banyak sudut, siswa menganggap sebagai bagian banyak sisi, sedangkan bagian banyak sisi, siswa menganggap sebagai bagian banyak sudut. 7. Menggunakan sifat yang sudah diketahui untuk menyelesaikan permasalahan segitiga a) Siswa berkemampuan terbaik perempuan (Siswa I.a) Pada soal ini, siswa diminta untuk menentukan kelompok tripel Pythagoras dari empat kelompok yang diberikan. Hasil jawaban siswa sesuai harapan peneliti. Siswa dapat menggunakan rumus yang diketahui, meskipun pada soal sebelumnya yang hampir serupa, siswa mengalami sedikit kesulitan untuk menyelesaikan. Siswa mengatakan bahwa kelompok (i) dan (ii) merupakan kelipatan dari tripel 3, 4, dan 5. Sedangkan kelompok ke (iv) bukan termasuk tripel Pythagoras karena hasilnya tidak sesuai. b) Siswa berkemampuan terbaik laki-laki (Siswa I.b).
(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43. Pada soal ini, siswa diminta untuk menentukan kelompok triple Pythagoras dari empat kelompok yang diberikan. Siswa menjawab kelompok (iii) dan (iv). Peneliti meminta penjelasan siswa ketika wawancara. Penjelasan siswa sama seperti penjelasan pada soal no.5. Siswa tidak menggunakan perhitungan atau menganalisis kelompok soal tersebut. Hanya berdasarkan pendapat dari sudut pandang siswa saja. Kemudian peneliti bertanya apakah siswa paham tentang tripel Pythagoras. Siswa hanya memberikan jawaban bahwa suatu bilangan yang dikuadratkan akan menjadi tripel Pythagoras. Pada persoalan ini pun siswa tidak menjawab pertanyaan dengan sungguh-sungguh. c) Siswa berkemampuan menengah perempuan (Siswa II.a) Hasil jawaban siswa kurang tepat. Siswa menjawab yang merupakan kelompok tripel Pythagoras adalah kelompok (i), (ii) dan (iv). Saat test wawancara siswa mengatakan bahwa kelompok (i) dan (ii) sudah pernah dipelajari sehingga siswa dapat menjawab soal tersebut. Namun ketika siswa diberi pertanyaan tentang pengertian tripel Pythagoras, siswa tidak bisa menjelaskannya dengan benar. Siswa hanya menjawab berdasarkan apa yang siswa temui tanpa memahami maksudnya. d) Siswa berkemampuan menengah laki-laki (Siswa II.b) Jawaban siswa tidak sesuai dengan harapan peneliti. hasil perhitungan siswa sebenarnya sudah hampir benar, namun siswa.
(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44. kesulitan menggunakan sifat Pythagoras itu. Siswa kesulitan untuk menghitung hasil kuadrat dari bilangan yang diberikan. Siswa belum mengerti pengertian dari kata tripel Pythagoras. Jawaban siswa ketika dilakukan tes wawancara pun tidak memberikan jawaban pasti, hanya berdasarkan prediksi siswa. e) Siswa berkemampuan rendah perempuan (Siswa III.a) Pada soal ini, jawaban siswa pada test tertulis sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Peneliti ingin meninjau lebih jauh mengenai pemahaman siswa. Saat wawancara, siswa menjawab kelompok (i), (ii), dan (iii) adalah kelompok tripel Pythagoras sebab siswa mengikuti rumus yang pernah dilihat dalam buku. Siswa mengatakan bahwa untuk menemukan tripel pythagoras tersebut digunakan rumus 𝑎2 + 𝑏 2 = 𝑐 2 . Ketika peneliti bertanya lebih lanjut bagaimana. tripel pythagoras tersebut, siswa tidak bisa. menjelaskan. f) Siswa berkemampuan rendah laki-laki (Siswa III.b) Tampak dari hasil perhitungan siswa pada lembar jawaban bahwa siswa belum mampu menggunakan sifat Pythagoras. Siswa menganggap tripel Pythagoras adalah bilangan yang dapat dikuadratkan nilainya. Jawaban siswa yang tertulis pun hanya mencari kelipatan bilangannya, bukan mengelompokkan bilangan tripelnya. Ketika dilakukan wawancara pun, siswa tidak bisa menjawab dan menjelaskan hasil tertulisnya..
(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45. 8. Menggunakan teorema yang ada untuk melakukan perhitungan terkait bangun geometri a) Siswa berkemampuan terbaik perempuan (Siswa I.a) Dari hasil jawaban siswa, tampak bahwa siswa belum dapat menggunakan rumus Pythagoras dengan benar. Siswa belum mampu mengembangkan teorema yang ada. Batas pemikiran siswa hanya disesuaikan dengan yang diajarkan dan belum dapat mengembangkan kemampuannya sendiri. Ketika disesuaikan dengan hasil wawancara, jawaban siswa masih sama. Siswa beranggapan, rumus yang benar adalah dijumlahkan. Siswa tidak memperhatikan titik siku-sikunya dan tidak memperhatikan dua sisi lainnya. b) Siswa berkemampuan terbaik laki-laki (Siswa I.b) Saat test tertulis, siswa menjawab pernyataan yang benar adalah no. 1, no. 2 dan no. 4. Siswa tidak memberikan alasan tertulis untuk menjelaskan jawaban tersebut. Ketika dilakukan test wawancara untuk soal ini, siswa memberikan alasan yang tidak jelas. Siswa menjawab tidak tahu alasan yang seharusnya untuk menjawab pertanyaan tersebut. c) Siswa berkemampuan menengah perempuan (Siswa II.a) Hasil jawaban siswa saat melakukan tes tertulis berbeda dengan hasil wawancara. Saat tes, siswa menjawab pernyataan yang benar dari empat pernyataan yang diberikan adalah pernyataan (i) dan.
(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46. (iv). Ketika dilakukan wawancara siswa meralat jawaban tertulisnya. Siswa menyadari ada kesalahan pada jawaban yang dipilihnya. Siswa memberikan penjelasan dengan mengubah tanda operasi perhitungannya sehingga sesuai dengan sudut sikusikunya. d) Siswa berkemampuan menengah laki-laki (Siswa II.b) Hasil jawaban siswa II.b pada tes tertulis maupun tes wawancara tidak memberikan jawaban yang diharapkan peneliti. Siswa belum memahami tentang teorema dan tripel Pythagoras tersebut. Untuk menggunakan rumusnya saja, siswa masih kesulitan dan belum paham. e) Siswa berkemampuan rendah perempuan (Siswa III.a) Jawaban siswa hampir sama dengan siswa I.a. Ketika disesuaikan dengan hasil wawancara, jawaban siswa masih sama. Siswa beranggapan, rumus yang benar adalah dijumlahkan. Siswa tidak memperhatikan titik siku-sikunya dan tidak memperhatikan dua sisi lainnya. f) Siswa berkemampuan rendah laki-laki (Siswa III.b) Siswa sudah tidak memahami penggunaan rumus tripel Pythagoras pada soal sebelumnya. Sehingga ketika wawancara dilakukan dan siswa ditanya pada soal ini, siswa menjawab tidak tahu dan hanya menjawab mungkin..
(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47. 9. Mendefinisikan pengertian segitiga dengan lengkap serta memahami hubungan antar bangun geometri a) Siswa berkemampuan terbaik perempuan (Siswa I.a) Siswa diminta untuk menjelaskan hubungan antara dua jenis segitiga, yaitu segitiga samakaki dan segitiga samasisi. Dalam hasil test tertulis siswa menjawab bahwa hubungan keduanya adalah memiliki sisi yang sama panjang dan sejajar. Ketika dilakukan wawancara, peneliti menanyakan lebih dalam tentang segitiga samakaki dan segitiga samasisi. Siswa mengatakan kedua segitiga tersebut tidak memiliki hubungan sama sekali. Segitiga samakaki tidak dapat dikatakan sebagai segitiga samasisi dan segitiga samasisi pun juga tidak dapat disebut sebagai segitiga samakaki. Ketika peneliti meminta siswa untuk menyebutkan bangun datar lain yang dapat disusun dari segitiga samasisi dan segitiga samakaki, jawaban siswa adalah bangun datar persegi , jajargenjang, dan belah ketupat. b) Siswa berkemampuan terbaik laki-laki (Siswa I.b) Dari hasil jawaban siswa, peneliti mendapatkan hasil yang masih dapat diterima. Siswa menuliskan bahwa hubungan kedua jenis segitiga tersebut mempunyai sudut lancip. Saat dilakukan wawancara, siswa memberikan alasan yang belum kuat untuk mendukung jawaban siswa. Siswa hanya mengatakan bahwa segitiga samasisi dan segitiga samakaki memiliki sudut lancip,.
(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48. mempunyai tiga sisi, dan mempunyai tiga sudut serta masingmasing segitga dapat membentuk bangun datar lain apabila beberapa segitiga tersebut disusun. Siswa juga mengatakan bahwa segitiga samasisi tidak dapat dikatakan sebagai segitga samakaki begitupun sebaliknya. c) Siswa berkemampuan menengah perempuan (Siswa II.a) Dari hasil tertulis siswa diperoleh jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Siswa menjawab hubungan kedua jenis segitiga itu adalah segitiga tersebut memiliki tiga sisi dan tiga sudut yang berbeda. Ketika dilakukan wawancara siswa ternyata tidak paham dengan maksud soal yang diberikan. Siswa hanya menjawab tidak tahu dan alasan siswa juga sama dengan jawaban tertulisnya. d) Siswa berkemampuan menengah laki-laki (Siswa II.b) Berdasarkan jawaban siswa pada test tertulis, siswa menjawab hubungan segitiga samasisi dan segitiga samakaki adalah bahwa segitiga samakaki memiliki kedua sudut yang sama besar sedangkan segitiga samasisi memliki ketiga sisi yang sama panjang. Peneliti menanyakan kembali pada siswa saat tes wawancara. Pemahaman siswa terhadap soal yang diberikan adalah menjelaskan perbedaan dan persamaan kedua jenis segitiga tersebut. Siswa menjelaskan perbedaannya sama dengan jawaban tertulis siswa dan persamaannya adalah memiliki tiga sisi. Dari.
(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49. hasil ini siswa belum dapat menemukan dengan seksama mengenai jenis-jenis segitiga yang diketahui. e) Siswa berkemampuan rendah perempuan (Siswa III.a) Dari soal tertulis yang diberikan, siswa menjawab tidak sesuai dengan soal yang diberikan. Siswa menjawab hubungan segitiga samakaki dan segitiga samasisi adalah memiliki sisi yang sama panjang dan sejajar. Terlihat dari jawaban tertulis yang diberikan, siswa tidak memahami tentang ciri segitiga dengan bangun datar lain. Saat tes wawancara dilakukan siswa masih belum memberikan jawaban yang sesuai dan masih belum dapat membedakan jenis segitiga yang satu dengan yang lain. f) Siswa berkemampuan rendah laki-laki (Siswa III.b) Jawaban siswa pada soal ini adalah segitiga samasisi memiliki sisi yang sama sedangkan segitiga samakaki memiliki kaki yang sama panjang dan berhadapan. Ketika dilakukan wawancara siswa menjelaskan. kembali. jawaban. pada. soal. tertulis.. Siswa. menjelaskan hubungan kedua segitiga tersebut adalah memiliki sudut yang sama besar. Jika segitiga samasisi memiliki ketiga sisi yang sama panjang, sedangkan segitiga samakaki memiliki dua buah sisi yang sama panjang. Siswa kemudian diberikan pertanyaan lebih lanjut mengenai hubungan segitiga samasisi dan segitiga samakaki. Siswa hanya menjawab mungkin saat peneliti.
(59) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50. menanyakan hubungan segitiga samasisi dan segitiga samakaki. Siswa tidak memberikan jawaban yang pasti saat wawancara. 10. Memahami hubungan antar sifat segitiga a) Siswa berkemampuan tinggi perempuan (Siswa I.a) Pada soal ini siswa diminta untuk menjelaskan beberapa pertanyaan yang diberikan. Siswa menjawab setiap pertanyaan dengan menyebutkan besar sudut segitiga. Siswa menjelaskan dari sudut pandang besar sudut saja. Siswa tidak menjelaskan dari sudut pandang jenis segitiga yang lain. Siswa juga kesulitan menjelaskan perbedaan besar sudut segitiga siku-siku dengan segitiga lancip. Ada satu jawaban siswa yang tidak tepat. Siswa menyatakan bahwa segitiga samasisi merupakan segitiga tumpul dengan syarat sudutnya lebih besar dari 900 dan ketiga sisi segitiga sama panjang. b) Siswa berkemampuan terbaik laki-laki (Siswa I.b) Jawaban siswa saat tes tertulis tidak memuaskan peneliti. Jawaban siswa benar, namun tanpa penjelasan yang mendukung. Siswa hanya menjawab ya atau tidak, tanpa ada penjelasan. pilihan. jawaban dari siswa. Saat dilakukan wawancara pun siswa tidak memberikan penjelasan yang diminta peneliti. c) Siswa berkemampuan menengah perempuan (Siswa II.a) Dari soal yang diberikan siswa tidak memberikan jawaban tertulis dengan baik dan jelas. Siswa tidak menjelaskan jawaban yang ditulisnya. Siswa hanya menjawab ya dan tidak tanpa penjelasan..
(60) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51. Saat wawancara pun siswa hanya sedikit memberikan penjelasan. Siswa sudah bisa sedikit memberikan penjelasan dengan mengkaitkan jenis segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudutnya. d) Siswa berkemampuan menengah laki-laki (Siswa II.b) Penjelasan siswa pada soal tertulis adalah hanya berdasarkan jenis segitiga berdasarkan sudutnya. Ada satu jawaban siswa yang tidak benar. Siswa tidak bisa membedakan segitiga siku-siku dengan segitiga lancip. Siswa menjelaskan bahwa segitiga siku-siku merupakan segitiga lancip yang sudutnya kurang dari 900. e) Siswa berkemampuan rendah perempuan (Siswa III.a) Pada soal ini siswa diminta untuk menjelaskan beberapa pertanyaan yang diberikan. Siswa menjawab setiap pertanyaan dengan menyebutkan besar sudut segitiga. Siswa menjelaskan dari sudut pandang besar sudut saja. Siswa tidak menjelaskan dari sudut pandang jenis segitiga yang lain. Siswa juga kesulitan menjelaskan perbedaan besar sudut segitiga siku-siku dengan segitiga lancip. f) Siswa berkemampuan rendah laki-laki (Siswa III.b) Pada soal ini siswa diminta untuk menjelaskan beberapa pertanyaan yang diberikan. Siswa menjawab setiap pertanyaan dengan memberikan penjelasan menggunakan ciri-ciri besar sudut masing-masing segitiga. Siswa menjelaskan dari sudut pandang.
(61) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52. besar sudut saja. Siswa tidak menjelaskan dari sudut pandang ciriciri segitiga tersebut. 11. Menarik kesimpulan secara deduktif a) Siswa berkemampuan tinggi perempuan (Siswa I.a) Dalam soal ini, siswa belum lengkap dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Siswa kurang cermat dalam menuliskan rumus yang berlaku pada ∆KLN dan ∆LMN. Siswa menjawab rumus yang berlaku pada kedua segitiga tersebut adalah 𝑎2 = 𝑐 2 + 𝑏 2 . Pada saat dilakukan wawancara, siswa dapat menjelaskan dengan baik rumus yang diminta. Siswa juga dapat menjelaskan dengan baik perbedaan ketiga segitiga tersebut. b) Siswa berkemampuan tinggi laki-laki (Siswa I.b) Jawaban siswa pada soal ini tidak sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Siswa diminta menuliskan rumusan Pythagoras yang berlaku pada ∆KLN dan ∆LMN. Namun siswa justru membuat rumus lain yaitu 𝑎2 × 𝑏 2 = 𝑐 2 . c) Siswa berkemampuan menengah perempuan (Siswa II.a) Siswa tidak menjawab sesuai pertanyaan yang diberikan. Hamper sama dengan siswa lainnya yang belum sesuai menjawab pertanyaan soal yang diminta. Pada soal ini, jawaban siswa untuk rumusan Pythagoras adalah. 𝐿𝑀2 = 𝐾𝑀2 + 𝐿𝑁 2 .. d) Siswa berkemampuan menengah laki-laki (Siswa II.b).
(62) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53. Pada soal ini siswa diminta menuliskan rumus teorema Pythagoras yang berlaku pada ∆KLN dan ∆LMN. Akan tetapi siswa justru membuat rumusan baru yang tidak sesuai dengan soal. Jawaban siswa yaitu rumus untuk ∆KLN adalah. ∆LMN adalah. 𝐾×𝐿 𝑁. dan rumus untuk. 𝐿×𝑀 𝑁. e) Siswa berkemampuan rendah perempuan (Siswa III.a) Dari soal yang diberikan dan melihat jawaban siswa yaitu rumus untuk ∆KLN adalah 𝑎2 = 𝑐 2 + 𝑏 2. dan rumus untuk ∆LMN. adalah 𝑎2 = 𝑏 2 + 𝑐 2 , siswa ternyata memahami konsep Pythagoras kurang tepat. Siswa masih menganggap sisi b adalah simbol untuk sisi KN dan NM. f) Siswa berkemampuan rendah laki-laki (Siswa III.b) Pada soal ini, jawaban siswa tidak jauh berbeda dengan jawaban siswa lain. Peneliti tidak mengerti dengan jawaban siswa yang diberikan yaitu rumus Pythagoras yang berlaku pada ∆KLN dan ∆LMN adalah. 𝐾×𝐿 𝑁. . Ketika peneliti menanyakan jawaban siswa. pada saat wawancara, siswa tidak bisa memberikan alasan dan tidak bisa menjawab. 12. Mengembangkan bukti dengan cara lain serta menggunakan unsur lain untuk memecahkan persoalan segitiga a) Siswa berkemampuan tinggi perempuan (Siswa I.a).
(63) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54. Dalam soal ini siswa diminta untuk membuktikan rumus layanglayang dengan menggunakan rumus segitiga Pythagoras. Namun jawaban siswa yang didapat peneliti tidak sesuai dengan pertanyaan yang diminta. Siswa justru menuliskan rumus layang1. layang dari rumus yang sudah diberikan, yaitu × 𝑟 × 𝑠. 2. b) Siswa berkemampuan tinggi laki-laki (Siswa I.b) Jawaban siswa pada soal ini tidak sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Siswa diminta membuktikan rumus luas layang-layang yaitu. 1 2. × 𝑑𝑖𝑎𝑔𝑜𝑛𝑎𝑙 1 × 𝑑𝑖𝑎𝑔𝑜𝑛𝑎𝑙 2. dengan. rumusan Pythagoras. Namun jawaban siswa adalah. menggunakan 𝑐 2 × 𝑏2 𝑎2. .. c) Siswa berkemampuan menengah perempuan (Siswa II.a) Pada soal ini, siswa tidak menuliskan rumus luas layang-layang yang diminta namun memberikan jawaban yang lain, yaitu rumus luas layang-layang adalah. 1 2. × 𝑑𝑖𝑎𝑔𝑜𝑛𝑎𝑙 1 × 𝑑𝑖𝑎𝑔𝑜𝑛𝑎𝑙 2 karena. memiliki diagonal yang berbeda-beda antara diagonal 1 dan diagonal 2. d) Siswa berkemampuan menengah laki-laki (Siswa II.b) Dalam soal ini siswa diminta untuk membuktikan rumus layanglayang dengan menggunakan rumus segitiga Pythagoras. Namun jawaban siswa hanya menuliskan rumus yang sudah tertulis pada 1. soal yaitu 2 × 𝐴𝐶 × 𝐵𝐷. e) Siswa berkemampuan rendah perempuan (Siswa III.a).
(64) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55. Jawaban siswa tidak berbeda dengan jawaban siswa sebelumnya. Siswa tidak mengerti dengan maksud soal yang diberikan. Siswa hanya menuliskan rumus layang-layang yang ada pada soal namun bukan simbol diagonalnya tetapi menggunakan sisi layanglayangnya yaitu. 1 2. × 𝑝 × 𝑞.. f) Siswa berkemampuan rendah laki-laki (Siswa III.b) Pada soal ini, jawaban siswa tidak jauh berbeda dengan jawaban siswa lain. Siswa hanya menuliskan rumus yang sudah ada pada 1. soal yaitu 2 × 𝐴𝐶 × 𝐵𝐷. Ketika siswa diminta untuk menjelaskan jawaban tersebut, siswa hanya terdiam tanpa memberikan jawaban yang jelas.. B. Pembahasan Berdasarkan hasil dari jawaban keenam siswa tersebut, peneliti membuat pembahasan hasil jawaban siswa dalam bentuk tabel dan prosentase sebagai berikut : Tabel 4.1 Hasil pencapaian indikator oleh siswa berdasarkan soal yang diberikan Indikator pada soal. Siswa I. Siswa II. Siswa III.
(65) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56. a). b). a). b). a). b). √. √. √. √. √. √. √. √. −. √. −. −. −. −. −. −. −. −. √. √. √. √. √. √. √. √. −. −. −. −. √. √. −. √. √. −. 1. Menentukan bentuk bangun datar dan mampu membedakan jenis bangun datar berdasarkan wujud visual 2. Mengenali bentuk segitiga dan membedakan bentuk segitiga berdasarkan wujud visual 3. Mengikutsertakan sifat-sifat yang tidak relevan dalam mengidentifikasi dan menjelaskan bangun datar 4. Mendeskripsikan jenis segitiga serta menyatakan sifat masingmasing segitiga 5. Mendefinisikan suatu bangun sesuai pada definisi di dalam buku dan belum menggunakan bahasa sendiri 6. Membandingkan bentuk segitiga berdasarkan sifat-sifatnya Siswa I. Siswa II. Siswa III. a). b). a). b). a). b). √. −. −. −. √. −. Indikator pada soal. 7. Menggunakan sifat yang sudah diketahui untuk menyelesaikan permasalahan segitiga.
Gambar
Garis besar
Dokumen terkait
Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif, analisis kualitas modul berdasar saran validator, skor kriteria kepraktisan dan keefektifan,
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan
Kemampuan analisis dalam menyelesaikan soal geometri diperoleh bahwa siswa mengenal sifat-sifat pada bangun geometri namun belum bisa membedakan bangun geometri dengan
Berdasarkan tabel 3 tersebut menunjukan bahwa rata-rata skor yang diperoleh dari jawaban siswa untuk soal nomor satu dengan indikator mengembangkan keterampilan awal dengan
Perbedaan tersebut memiliki keterkaitan dengan karakteristik tahap berpikir dalam teori Van Hiele yaitu tahapan-tahapan berpikir Van Hiele terjadi secara berurutan,
Keberhasilan VPG dalam membantu siswa meningkatkan peringkat berfikir geometri akan diteliti menggunakan analisis komparatif terhadap skor tes pra dan pos yang
Tahap wawancara semakin memperkuat jawaban wati karena Wati mengatakan bahwa tidak semua bangun yang memiliki panjang sisi yang sama dikatakan sebagai persegi
Berdasarkan analisis dari jawaban siswa A-31 diatas, siswa tersebut masih berada di level 1 dikarenakan ia dapat menjawab ciri-ciri dan visual dari bangun datar, namun tidak dengan