• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGENDALIAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGENDALIAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BATAN PERATURAN

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2013

TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGENDALIAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan reformasi birokrasi maka perlu menyusun Standar Operasi Prosedur;

b. bahwa agar terdapat kesesuaian dan kesamaan dalam penyusunan dan pengendalian Standar Operasi Prosedur, perlu membuat pedoman penyusunan dan pengendalian;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional tentang Pedoman Penyusunan dan Pengendalian Standar Operasional Prosedur;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5038);

2. Keputusan Presiden Nomor 71 Tahun 2001 tentang Pendirian Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir;

3. Peraturan Presiden Nomor 081 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025;

4. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2013 tentang Badan Tenaga Nuklir Nasional;

5. Keputusan Presiden Nomor 72/M Tahun 2012;

6. Keputusan Kepala BATAN Nomor 360/KA/VII/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir;

7. Peraturan Kepala BATAN Nomor 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Tenaga Nuklir Nasional;

(2)

BATAN - 2 -

8. Peraturan Kepala BATAN Nomor 393/KA/XI/2005 tentang Tata Kerja Balai Elektromekanik;

9. Peraturan Kepala BATAN Nomor 394/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Instrumentasi dan Elektromekanik;

10. Peraturan Kepala BATAN Nomor 395/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pemantauan Data Tapak dan Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir;

11. Peraturan Kepala BATAN Nomor 396/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Iradiasi, Elektromekanik dan Instrumentasi;

12. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Tatalaksana (Business Process);

13. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/35/M-PAN/11/2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan;

14. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 230/KA/XII/2012 Tentang Pedoman Tata Kearsipan dan Kode Klasifikasi;

15. Peraturan Kepala BATAN Nomor 231/KA/XII/2012 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGENDALIAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR.

Pasal 1

Pedoman Penyusunan dan Pengendalian Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagaimana tersebut dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(3)

BATAN - 3 -

Pasal 2

Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 merupakan acuan/pedoman bagi kesesuaian dan kesamaan penyusunan SOP.

Pasal 3

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala BATAN ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 16 Desember 2013

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, -ttd-

DJAROT SULISTIO WISNUBROTO Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 31 Desember 2013

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

-ttd-

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1648 Salinan sesuai dengan aslinya,

KEPALA BIRO KERJA SAMA, HUKUM, DAN HUMAS,

TOTTI TJIPTOSUMIRAT

(4)

BATAN - 1 -

LAMPIRAN

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2013

TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN

PENGENDALIAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGENDALIAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 mengamanatkan bahwa pendayagunaan aparatur negara dilakukan melalui Reformasi Birokrasi. Amanat ini selanjutnya dijabarkan dalam rencana pembangunan jangka menengah lima tahunan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah menetapkan bahwa Reformasi Birokrasi merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Reformasi Birokrasi bertujuan untuk membangun profil dan perilaku aparatur negara yang memiliki integritas tinggi, produktivitas tinggi, bertanggung jawab, mampu memberikan pelayanan yang prima serta membangun birokrasi yang bersih, efisien, efektif, produktif, transparan, dan akuntabel.

Salah satu area perubahan dari Reformasi Birokrasi di Indonesia adalah penataan tatalaksana dengan memaksimalkan dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang bermuara pada kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi. Penataan tatalaksana diwujudkan dalam pemetaan proses bisnis utama dan proses bisnis pendukung, yang disertai dengan penetapan Standar Operasional Prosedur (SOP).

(5)

BATAN - 2 -

Dalam rangka mewujudkan Reformasi Birokrasi di BATAN tersebut perlu dilaksanakan perbaikan proses penyelengaraan tugas dan fungsi (tusi) khususnya dengan menyempurnakan dan menyeragamkan format SOP yang telah ada dan menyusun SOP baru yang diperlukan.

Pengertian Umum SOP adalah sebagai berikut:

• Instruksi tertulis sederhana, untuk menyelesaikan tugas rutin dengan cara yang paling efektif dalam rangka memenuhi persyaratan operasional;

• Serangkaian instruksi tertulis yang didokumentasikan dari aktivitas rutin dan berulang yang dilakukan oleh suatu organisasi;

• Penetapan tertulis mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, dimana dan oleh siapa.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dari Pedoman Penyusunan dan Pengendalian SOP adalah sebagai pedoman bagi Unit Kerja di BATAN dalam menyusun dan mengendalikan SOP agar mempunyai prinsip, persepsi dan format yang sama.

Tujuan Pedoman Penyusunan dan Pengendalian SOP adalah untuk : 1. mewujudkan transparansi dan akuntabilitas serta ketertiban

penyelenggaraan tugas dan fungsi BATAN;

2. memberikan keseragaman SOP pada Unit Kerja di BATAN.

C. Definisi

1. Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilaksanakan, dimana dan oleh siapa dilakukan.

2. SOP Administratif adalah prosedur standar yang bersifat umum dan tidak rinci dari kegiatan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang aparatur atau pelaksana dengan lebih dari satu peran atau jabatan yang diperuntukan bagi jenis-jenis pekerjaan yang bersifat administratif.

(6)

BATAN - 3 -

3. SOP Teknis adalah prosedur standar yang sangat rinci dari kegiatan yang dilakukan oleh satu orang aparatur atau pelaksana dengan satu peran atau jabatan.

4. Pelayanan Eksternal adalah berbagai jenis pelayanan yang dilakukan oleh Unit Kerja lini BATAN kepada masyarakat atau instansi pemerintah yang lain secara langsung, termasuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

5. Pelayanan Internal adalah berbagai jenis pelayanan oleh Unit Kerja pendukung kepada seluruh unit atau pegawai di BATAN.

6. Dokumen Terkendali adalah dokumen yang didistribusikan kepada personil atau pihak tertentu yang sudah ditentukan dan apabila terjadi perubahan/revisi terhadap dokumen tersebut, maka organisasi berkewajiban memberikan revisi dokumen yang baru dan menarik dokumen yang lama.

7. Dokumen Tidak Terkendali adalah dokumen yang didistribusikan kepada personil atau pihak tertentu yang tidak/belum ditentukan dan apabila terjadi perubahan/revisi terhadap dokumen tersebut maka organisasi tidak berkewajiban memberikan revisi dokumen yang baru dan juga tidak menarik yang lama.

8. Rekaman adalah suatu dokumen yang menyatakan bahwa sesuatu hasil telah dicapai atau suatu bukti kegiatan telah dilaksanakan.

D. Manfaat

Manfaat SOP dalam lingkup penyelenggaraan administrasi pemerintahan antara lain:

1. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya.

2. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas.

3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab individual pegawai dan organisasi secara keseluruhan.

(7)

BATAN - 4 -

4. Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari.

5. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas.

6. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai cara konkrit untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang telah dilakukan.

7. Memastikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung dalam berbagai situasi.

8. Menjamin konsistensi pelayanan kepada masyarakat, baik dari sisi mutu, waktu dan prosedur.

9. Memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus dikuasai oleh pegawai dalam melaksanakan tugasnya.

10. Memberikan informasi bagi upaya peningkatan kompetensi pegawai.

11. Memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikul oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya.

12. Sebagai instrumen yang dapat melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum karena tuduhan melakukan penyimpangan.

13. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas.

14. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam memberikan pelayanan.

15. Membantu memberikan informasi yang diperlukan dalam penyusunan standar pelayanan, sehingga sekaligus dapat memberikan informasi bagi kinerja pelayanan.

E. Prinsip

Penyusunan dan pelaksanaan SOP harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Kemudahan dan kejelasan

SOP harus dapat dengan mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua pegawai bahkan seseorang yang sama sekali baru dalam pelaksanaan tugasnya.

(8)

BATAN - 5 -

2. Efisiensi dan efektivitas

SOP harus merupakan prosedur yang paling efisien dan efektif dalam proses pelaksanaan tugas.

3. Keselarasan

SOP harus selaras dengan prosedur-prosedur standar lain yang terkait.

4. Keterukuran

Output dari SOP mengandung standar kualitas (mutu) tertentu yang dapat diukur pencapaian keberhasilannya.

5. Dinamis

SOP harus dengan cepat dapat disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan yang berkembang dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan.

6. Berorientasi pada pengguna (mereka yang dilayani).

SOP harus mempertimbangkan kebutuhan pengguna (customer's needs) sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pengguna.

7. Kepatuhan hukum

SOP harus memenuhi ketentuan dan peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku.

8. Kepastian hukum

SOP harus ditetapkan oleh pimpinan sebagai sebuah produk hukum yang ditaati, dilaksanakan dan menjadi instrumen untuk melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum.

9. Konsisten

SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, oleh siapa pun terkait, dan dalam kondisi apapun oleh seluruh jajaran organisasi pemerintahan.

10. Komitmen

SOP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh jajaran organisasi, dari level yang paling tinggi dan terendah.

(9)

BATAN - 6 -

11. Perbaikan Berkelanjutan

Pelaksanaan SOP harus terbuka terhadap penyempurnaan- penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benar-benar efisien dan efektif.

12. Mengikat

SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan yang telah ditetapkan.

13. Seluruh unsur pelaksana terkait memiliki peran penting

Seluruh unsur pelaksana terkait memiliki peran-peran tertentu dalam setiap prosedur yang distandarkan. Jika pelaksana tertentu tidak melaksanakan perannya dengan baik, maka akan terganggu keseluruhan proses, yang akhirnya juga berdampak pada proses penyelenggaraan pemerintahan.

14. Terdokumentasi dengan baik

Seluruh prosedur yang telah distandarkan harus didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat selalu dijadikan referensi bagi setiap mereka yang memerlukan.

F. Ruang Lingkup

Pedoman ini berlaku pada seluruh penyelenggaraan tugas dan fungsi di BATAN dalam menyusun, menerapkan dan mengendalikan SOP, mencakup pelayanan eksternal, pelayanan internal, kegiatan penelitian, pengembangan dan penerapan energi nuklir, isotop dan radiasi serta kegiatan kesekretariatan.

G. Referensi

1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025;

2. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2013 tentang Badan Tenaga Nuklir Nasional;

3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014;

(10)

BATAN - 7 -

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan;

5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Tatalaksana (Business Process);

6. Peraturan Kepala BATAN Nomor 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja BATAN;

7. Peraturan Kepala BATAN Nomor 393/KA/XI/2005-396/KA/XI/2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai di Lingkungan BATAN;

8. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 230/KA/XII/2012 tentang Pedoman Tata Kearsipan dan Kode Klasifikasi;

9. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 231/KA/XII/2012 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas;

10. Keputusan Kepala BATAN Nomor 360/KA/VII/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir;

11. Peraturan Kepala BATAN Nomor 093/KA/V/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Penelitian, Pengembangan, Perekayasaan, Diseminasi, dan Penguatan Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir.

(11)

BATAN - 8 -

BAB II

PENYUSUNAN SOP

A. Langkah Penyusunan SOP

Penyusunan SOP mengikuti prinsip PDCA yaitu Plan (perencanaan), Do (pelaksanaan), Check (pemeriksaan) dan Act (perbaikan). Adapun langkah penyusunan SOP dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Melakukan identifikasi kebutuhan SOP;

Adalah melakukan pendataan kebutuhan SOP berdasarkan kegiatan yang dilakukan.

2. Menentukan Prioritas SOP;

Adalah menentukan urutan prioritas SOP yang akan dibuat berdasarkan tingkat kepentingannya.

3. Melaksanakan pembuatan SOP;

Adalah melakukan pembuatan SOP berdasarkan format yang telah ditetapkan.

4. Melaksanakan penerapan SOP;

Adalah menjalankan langkah-langkah SOP yang telah ditetapkan.

5. Memonitor dan melakukan evaluasi SOP;

Adalah melakukan pemonitoran dan evaluasi apakah dalam menjalankan SOP telah sesuai dengan yang telah ditetapkan.

6. Melakukan perbaikan SOP.

Adalah melakukan perbaikan atau penyempurnaan SOP jika terdapat kekurangan.

B. Identifikasi Kebutuhan dan Penentuan Prioritas SOP

Penyusunan SOP harus dimulai dengan identifikasi SOP yang dibutuhkan dan penentuan prioritas sesuai dengan karakteristik kegiatan. Dalam melakukan identifikasi kebutuhan dan penentuan prioritas SOP dapat menggunakan formulir sesuai format berikut:

(12)

BATAN - 9 -

Formulir Identifikasi Kebutuhan SOP

Unit Kerja :

Tugas dan fungsi Unit Kerja : Tugas dan fungsi Bidang/Bagian : Tugas dan fungsi Sub Bidang/Bagian :

No Judul SOP Keterangan Out Put Tahun

Prioritas 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Dst

Bagi Unit Kerja yang telah memiliki SOP, tahapan ini untuk mengkaji ulang perubahan SOP yang diperlukan, terutama jika ada perubahan business process.

(13)

BATAN - 10 -

C. Dokumen SOP

Dokumen SOP tersusun atas:

1. Sampul Depan

Lembar pertama ini berisi informasi mengenai: Judul SOP, nomor dokumen, nama unit kerja, nama dan simbol lembaga dan tahun penyusunan SOP. Format Sampul Depan ini seperti pada Format 1.

Format 1

Standar Operasional Prosedur (Judul SOP)

(nomor Dokumen. SOP)

(Nama UNIT KERJA)

(BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL)

(TAHUN PENYUSUNAN SOP)

(14)

BATAN - 11 -

Penomoran SOP sesuai dengan Peraturan Kepala Batan Nomor 230/KA/XII/2012 tentang Pedoman Tata Kearsipan dan Kode Klasifikasi, ditambah dengan kode unik SOP. Format penomoran diatur sebagai berikut:

SOP aaa.bbb/cc cc cc/ddd e.f

SOP : Kode dokumen SOP

aaa bbb

: Nomor urut SOP

Tingkat hirarki dokumen

cc cc cc : Klasifikasi fasilitatif atau klasifikasi substantif

Ddd : Nama Unit Kerja

e : Kode Bidang/Bagian

f : Kode Subbidang/Subbagian (jika ada)

Contoh: SOP Cuti Pegawai (BSDM)

Dokumen SOP tentang Cuti Pegawai disusun oleh Subbag. Tata Usaha diberi nomor dokumen: SOP 023.002/KP 04 06/SDM 1.1

Penjelasan:

SOP : Kode dokumen SOP

023 002

: Nomor urut SOP

Tingkat hirarki dokumen (tingkat 2)

KP 04 06 : Klasifikasi fasilitatif atau klasifikasi substantif

SDM : Nama Unit Kerja

1 : Bagian Umum Kepegawaian

1 : Subbagian Tata Usaha

(15)

BATAN - 12 -

2. Lembar Pengesahan

Lembar kedua ini berisi informasi mengenai nama penyusun, pemeriksa dan yang mengesahkan SOP. Lembar ini disusun seperti pada Format.

Format 2

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

Unit Kerja No. SOP

No.revisi / Terbitan Nama SOP Tgl.berlaku

Halaman ... dari ...

LEMBAR PENGESAHAN

Uraian Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Disiapkan

Diperiksa Disahkan

(16)

BATAN - 13 -

3. Daftar Distribusi

Lembar ketiga berisi identifikasi distribusi setiap kopi dokumen SOP.

Format yang digunakan seperti pada Format 3.

Format 3

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

Unit Kerja No. SOP

No.revisi / Terbitan Nama SOP Tgl.berlaku

Halaman ... dari ...

Daftar Distribusi

Nomor Salinan

Distribusi

Jabatan Nama

(17)

BATAN - 14 -

4. Daftar Isi

Penyusunan Lembar keempat yang berisi Daftar Isi seperti pada Format 4.

Format 4

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

Unit Kerja No. SOP

No.revisi / Terbitan Nama SOP Tgl.berlaku

Halaman ... dari ...

Daftar Isi

(18)

BATAN - 15 -

5. Isi Dokumen

Lembar kelima dan seterusnya dari Dokumen SOP ini merupakan isi dokumen, termasuk SOP. Format Isi Dokumen seperti pada Format 5.

Format 5

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

Unit Kerja No. SOP

No.revisi / Terbitan Nama SOP Tgl.berlaku

Halaman ... dari ...

1. Tujuan

2. Ruang Lingkup 3. Tanggung Jawab 4. Definisi

5. Referensi 6. SOP

- Lampiran (bila ada)

(19)

BATAN - 16 -

Isi dokumen tersusun atas beberapa bab sebagai berikut:

a. Tujuan

Isi dari “Tujuan” SOP adalah menjelaskan atau menggambarkan sasaran kerja secara singkat dan jelas dari obyek yang akan dibuat prosedur.

b. Ruang Lingkup

Isi dari “Ruang Lingkup” prosedur adalah menjelaskan cakupan dari SOP yang akan dilaksanakan, dan jawaban yang diperlukan untuk pertanyaan pada Ruang Lingkup antara lain:

- Dimana SOP ini diberlakukan?;

- Siapa yang akan menggunakannya?;

- Sejauh mana batasan objek dilakukan?;

- Apakah ada keterkaitan dengan kegiatan lainnya (interface)?

c. Tanggung Jawab

Isi dari “Tanggung Jawab” SOP adalah penjelasan tentang identifikasi personal yang bertanggung jawab termasuk jabatan yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya atas tercapainya sasaran dari prosedur tersebut.

d. Definisi

Isi dari “Definisi” adalah penjelasan istilah di dalam SOP yang tidak dimengerti atau yang tidak lazim atau mempunyai arti khusus atau bahasa asing yang sulit dimengerti.

e. Referensi

Referensi adalah daftar pustaka dan/atau peraturan perundang- undangan yang berlaku yang digunakan atau berkaitan dengan penyusunan SOP tersebut seperti spesifikasi, standar atau dokumen lainnya yang diacu.

f. SOP

SOP dinyatakan dalam bentuk diagram alir, Diagram alir merupakan gambaran secara grafis yang terdiri dari simbol-simbol dalam suatu tproses, yang menyatakan arah dari alur proses. Bila terdapat kegiatan yang tidak dapat dinyatakan dalam simbol maka dapat

(20)

BATAN - 17 -

ditambahkan penjelasan pada kolom keterangan. Diagram alir dibuat seperti Format 6.

Format 6

Dasar Hukum: Kualifikasi Pelaksana:

Keterkaitan: Peralatan dan Perlengkapan.

Peringatan: Pencatatan dan Pendataan:

No. PROSES

Pelaksana Mutu Baku

Keterangan Pelaksana

1

Pelaksana 2

Pelaksana

3 Kelengkapan Waktu Output

Lampiran 1 Lampiran 2 Dst.

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

Unit Kerja No. SOP Nama SOP

No.revisi / Terbitan Tgl.berlaku

Halaman ... dari ...

(21)

BATAN - 18 -

Dalam pembuatan diagram alir SOP memuat unsur berikut :

a. Dasar hukum, peraturan perundang-undangan yang mendasari prosedur;

b. Keterkaitan, memberikan penjelasan keterkaitan SOP dengan SOP lain;

c. Peringatan, memberikan penjelasan mengenai kemungkinan- kemungkinan yang terjadi ketika prosedur dilaksanakan (atau tidak dilaksanakan). Peringatan memberikan indikasi berbagai permasalahan yang mungkin muncul dan berada diluar kendali pelaksana ketika prosedur dilaksanakan, dan berbagai dampak yang ditimbulkan. Dalam hal ini dijelaskan pula bagaimana cara mengatasinya. Peringatan ini dapat berisi misalnya: identifikasi risiko terhadap keselamatan, kesehatan, keamanan maupun lingkungan beserta upaya yang dilakukan untuk mengatasinya.

d. Kualifikasi Pelaksana, memberikan penjelasan mengenai kualifikasi khusus pegawai yang harus dimiliki dalam melaksanakan peran pada SOP;

e. Peralatan dan Perlengkapan, memberikan penjelasan mengenai daftar peralatan dan perlengkapan utama yang dibutuhkan;

f. Uraian SOP, dijelaskan langkah-langkah kegiatan secara terinci dan sistematis dari SOP. Agar SOP ini terkait dengan kinerja, maka setiap aktivitas hendaknya mengindikasikan mutu baku tertentu, seperti: waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan, persyaratan/kelengkapan yang diperlukan (standar input), dan output-nya. Mutu baku ini akan menjadi alat kendali mutu sehingga produk akhirnya (end product) dari sebuah proses benar-benar memenuhi kualitas yang diharapkan, sebagaimana ditetapkan dalam standar pelayanan;

g. Pencatatan dan Pendataan memuat berbagai hal yang perlu didata dan dicatat oleh setiap pegawai yang berperan dalam pelaksanaan SOP, Dalam kaitan ini, perlu dibuat formulir- formulir tertentu yang akan diisi oleh setiap pegawai yang terlibat dalam proses. Setiap pegawai yang ikut berperan dalam proses,

(22)

BATAN - 19 -

diwajibkan untuk mencatat dan mendata apa yang sudah dilakukannya, dan memberikan pengesahan bahwa langkah yang ditanganinya dapat dilanjutkan pada langkah selanjutnya.

Pendataan dan pencatatan akan menjadi dokumen yang memberikan informasi penting mengenai "apakah prosedur telah dijalankan dengan benar.

Apabila dalam SOP tidak disertai pendataan dan pencatatan, maka pada kolom Pencatatan dan Pendataan diberikan keterangan “Tidak Ada”. Sedangkan pada penomoran formulir diatur sebagai berikut:

Contoh: Formulir Cuti Pegawai (BSDM)

Formulir cuti pegawai ada di dokumen SOP tentang Cuti Pegawai yang disusun oleh Subbag. Tata Usaha yang diberi nomor dokumen: FM 001 SOP 023.002/KP 04 06/SDM 1.1

Penjelasan:

FM Kode Formulir

001 Nomor urut formulir SOP : Kode dokumen SOP 023

002

: Nomor urut SOP

Tingkat hirarki dokumen (tingkat 2) KP 04

06

: Klasifikasi fasilitatif atau klasifikasi substantif

SDM : Nama Unit Kerja

1 : Bagian Umum Kepegawaian 1 : Subbagian Tata Usaha

h. Simbol Diagram Alir

Simbol umum yang digunakan dalam penyusunan SOP BATAN adalah sebagai berikut:

TUGAS MULAI/AKHIR PROSES PROSES

(23)

BATAN - 20 -

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KONEKTOR UNTUK PERPINDAHAN HALAMAN

GARIS ALUR PROSES i. Rekaman

Rekaman ini merupakan dokumen yang menyatakan bahwa sesuatu hasil telah dicapai atau suatu bukti kegiatan telah dilaksanakan.

Bagian ini digunakan untuk mencantumkan rekaman yang terkait dengan prosedur dan menguraikan tentang rekaman apa yang harus dipelihara, lokasi penyimpanan dan lama penyimpanan.

Nomor rekaman merupakan nomor urut rekaman, nama rekaman merupakan jenis rekaman yang dihasilkan, lokasi penyimpanan rekaman merupakan tempat khusus dimana rekaman disimpan dan lama penyimpanan rekaman merupakan periode masa simpan rekaman sesuai Jadwal Retensi Arsip (JRA).

j. Lampiran

Lampiran merupakan bagian dari SOP yang diperlukan untuk memperkuat SOP. Lampiran dapat terdiri antara lain:

- Keterangan-keterangan yang diperlukan;

- Formulir yang diperlukan untuk merekam kegiatan yang diisyaratkan oleh SOP tersebut.

6. Header

Setiap dokumen SOP, pada bagian “header” memuat identitas berikut:

a. Nama SOP, nama prosedur yang di-SOP-kan;

b. Nama Unit Kerja;

c. Nomor dokumen, nomor prosedur yang di-SOP-kan;

d. Tanggal berlaku, adalah tanggal pengesahan, dimana pada tanggal terserbut dinyatakan SOP diberlakukan;

(24)

BATAN - 21 -

e. Status revisi, menunjukkan urutan revisi. Dokumen yang direvisi agar disesuaikan status nomor revisi sesuai dengan urutan pembuatan revisinya dan disesuaikan pula tanggal pembuatan revisinya;

f. Terbitan, menunjukkan urutan terbit Dokumen yang diperbarui setelah dilakukan 5 kali revisi;

g. Halaman dari, menunjukkan halaman dan jumlah halaman.

7. Format pengetikan SOP

Dokumen dibuat dengan kertas ukuran A4 (210mm x 297 mm) warna putih. Jenis dan ukuran font adalah Arial 11 pt. Batas (margin) atas- bawah 20 mm, batas kiri 30 mm dan batas kanan 20 mm. Tata letak dokumen adalah portrait, kecuali untuk SOP dapat dibuat dengan tata letak landscape dengan batas margin atas, bawah, kiri, kanan 1,27 cm.

8. Hirarki Pengesahan SOP BATAN

Penggunaan hirarki pengesahan ini merupakan jabatan dalam pengesahan SOP BATAN. Tanggung jawab pengesahan ditetapkan dalam hirarki sebagai berikut:

SOP Administratif

No. Jenis SOP Disiapkan Oleh

Diperiksa Oleh Disahkan Oleh 1. SOP Administratif

Eselon I

Eselon III/

Pejabat Setara

Eselon II Eselon I

2. SOP Administratif Eselon II

Eselon IV Eselon III Eselon II

3. SOP Administratif Eselon III

Staf Eselon IV Eselon III

4. SOP Administratif Eselon IV

Staf Staf lain Eselon IV

(25)

BATAN - 22 -

SOP Teknis

No. Jenis SOP Disiapkan Oleh Diperiksa Oleh Disahkan Oleh 1. SOP Teknis

Eselon III

Staf Eselon IV Eselon III

2. SOP Teknis Eselon IV

Staf Staf lain Eselon IV

Apabila dalam penyusunan SOP melibatkan lebih dari satu personil atau satu jabatan, maka pada lembar pengesahan dapat ditambahkan kolom atau berupa lampiran.

(26)

BATAN - 23 -

BAB III

PENGENDALIAN SOP

A. Penyiapan

Penyiapan dokumen disesuaikan dengan tabel hirarki penetapan jenis SOP secara berjenjang dimulai dari pengajuan, pembuatan, pemeriksaan dan persetujuan. Setiap Unit Kerja harus membuat daftar induk dokumen SOP.

B. Penerbitan

Dokumen yang telah disahkan pada sampul depan diberi cap MASTER dan disimpan. Dalam penerbitan selalu dicek keabsahan, nomor, revisi, tanggal dan jumlah halaman. Apabila terdapat revisi dan terbit dokumen baru maka dokumen yang lama dinyatakan tidak berlaku lagi, dokumen yang tidak berlaku diberi cap TIDAK BERLAKU dan kemudian disimpan dalam penempatan yang terpisah dengan dokumen yang baru atau dokumen yang mutakhir. Hanya dokumen yang mutakhir yang beredar atau digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

C. Penggandaan dan pendistribusian

Dokumen yang telah dicap MASTER, digandakan sesuai dengan kebutuhan, dan didistribusikan kepada pihak-pihak yang berhak memperoleh salinan berdasarkan disposisi. Salinan dokumen master tersebut diberi cap SALINAN No.:... dan TERKENDALI, kemudian didistribusikan sesuai dengan Daftar Distribusi penerima dokumen, sedangkan salinan tidak terkendali diberi cap TIDAK TERKENDALI dan dapat didistribusikan ke pihak-pihak yang berkepentingan dengan tanda bukti penerimaan salinan. Form serah terima dokumen setelah ditandatangani, kemudian disimpan.

D. Pendokumentasian elektronik

Dokumen SOP yang bersifat publik dan sudah disahkan paling lambat 1 (satu) bulan harus dikirim ke repositori dokumen BATAN, http://repositori.batan.go.id

(27)

BATAN - 24 -

E. Pemusnahan

Dokumen SOP yang sudah tidak berlaku dan rekaman yang telah habis masa retensinya, diidentifikasi dengan memberi stempel TIDAK BERLAKU pada sampul depan (cover) dan pemusnahannya dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 230/KA/XII/2012 tentang Pedoman Tata Kearsipan dan Kode Klasifikasi

F. Pengubahan/Revisi

Apabila terdapat dokumen SOP yang dapat mengakibatkan penyimpangan atau masalah terhadap kinerja, maka Sub bidang/Tim Jaminan Mutu dapat mengusulkan pengubahan atau revisi terhadap dokumen SOP kepada pejabat yang berwenang mengesahkan SOP tersebut. Dokumen SOP yang akan diubah atau direvisi harus dibahas bersama oleh penanggung jawab SOP, Tim jaminan Mutu dan pejabat yang mengesahkan SOP untuk kemudian ditetapkan bagian yang akan diubah atau direvisi. Pengubahan atau revisi yang bersifat kecil, maka dapat digunakan sistem amandemen yaitu dengan mengubah hanya pada bagian yang akan diubah saja. Untuk mengetahui bagian yang diamandemen maka dokumen SOP yang diamandemen harus disertai daftar amandemen.

Ditetapkan maksimal 5 (lima) amandemen maka dokumen SOP harus direvisi. Ditetapkan maksimal 5 (lima) kali revisi maka dokumen SOP harus diubah status terbitan/edisinya. Untuk mengetahui sejarah dokumen SOP, maka Master dokumen SOP tersebut harus disimpan.

(28)

BATAN - 25 -

BAB IV PENUTUP

SOP adalah bagian yang sangat penting bagi BATAN untuk menjamin terlaksananya kegiatan teknis dan administratif dalam pelaksanaan tugas dan fungsi BATAN. Oleh karena itu SOP akan menentukan apakah tugas dan fungsi BATAN dapat dicapai secara efesien, efektif, akuntabel dan transparan.

SOP juga merupakan bagian penting dari Reformasi Birokrasi sehingga Penyusunan SOP sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan SOP mutlak diperlukan. Oleh karena itu Pedoman ini menjadi acuan yang penting dalam penyusunan dan pengendalian SOP seluruh Unit Kerja di BATAN sehingga dapat mendorong setiap pegawai BATAN dalam melaksanakan pekerjaan secara terarah dan dapat dipantau hasil pekerjaannya yang pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada BATAN. Pedoman ini akan selalu dilakukan penyempurnaan sesuai dengan dinamika perkembangan organisasi dan ilmu pengetahuan.

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

-ttd-

DJAROT SULISTIO WISNUBROTO

Salinan sesuai dengan aslinya,

KEPALA BIRO KERJA SAMA, HUKUM, DAN HUMAS,

TOTTI TJIPTOSUMIRAT

(29)

BATAN - 26 -

ANAK LAMPIRAN Contoh SOP ADMINISTRATIF

LOGO BATAN

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir

No. SOP 002 002/KN 04 02/SJM 4.1 No.revisi/terbitan : 0/0

SOP Pemantauan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu Tgl.berlaku : 17 Agustus 2012 Halaman 5 dari 10

Dasar Hukum:/Referensi Kualifikasi Pelaksana:

1. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014.

2. Peraturan Kepala BATAN No. 158/KA/XI/2008 tentang Pelaksanaan Standardisasi Ketenaganukliran.

Tim Pemantau

Telah memahami penerapan sistem manajemen mutu.

Telah menjadi observer pemantauan minimal 3 kali.

Keterkaitan: Peralatan dan perlengkapan :

Proses penilaian mandiri pelaksanaan reformasi birokrasi

Proses pelaksanaan BATAN Quality Award

Peralatan dokumentasi, misal: kamera.

Peringatan: Pencatatan dan Pendataan:

Tidak diidentifikasi adanya risiko terhadap keselamatan, kesehatan maupun lingkungan.

1. Jadwal Pemantauan 2. Surat Tugas

3. Laporan Pemantauan 4. Evaluasi Kinerja Pemantau

No Proses

Pelaksana Mutu Baku Ket.

Kasubbid Audit dan Pemantauan

Kabid Jaminan

Mutu

Ka.

PSJMN

Unit Kerja Tim Pemantau

Kelengkapan/

Standar Kelengkapan

Waktu Output

1. Mengusulkan Jadwal

Pemantauan SK Tim

Pemantauan

Struktur Organisasi BATAN

Rincian tugas unit-unit kerja di lingkungan kerja

3 hari Konsep Jadwal Pemantauan

(30)

BATAN - 27 -

LOGO BATAN

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir

No. SOP 002 002/KN 04 02/SJM 4.1 No.revisi/terbitan : 0/0

SOP Pemantauan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu Tgl.berlaku : 17 Agustus 2012 Halaman 6 dari 10

No Proses

Pelaksana Mutu Baku Ket.

Kasubbid Audit dan Pemantauan

Kabid Jaminan

Mutu

Ka.

PSJMN

Unit Kerja Tim Pemantau

Kelengkapan/

Standar Kelengkapan

Waktu Output

2. Memeriksa usulan

Jadwal Pemantauan. Konsep Jadwal

Pemantauan

1 hari Konsep Jadwal Pemantauan 3. Mengesahkan Jadwal

Pemantauan dan mengirimkan surat pemberitahuan

Konsep Jadwal Pemantauan

1 hari Jadwal Pemantauan

Nota dinas 4. Meminta perubahan

Jadwal Pemantauan, jika tidak ada per- mintaan perubahan, maka Ka. PSJMN menerbitkan Surat Tugas Pemantauan.

Pemberitahuan perminta-an peruba-han Jadwal

Pemantauan (jika ada).

5 hari Konfirmasi kesediaan dari unit kerja

Revisi Jad- wal Peman- tauan

Surat Tugas

Tidak

(31)

BATAN - 28 -

LOGO BATAN

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir

No. SOP 002 002/KN 04 02/SJM 4.1 No.revisi/terbitan : 0/0

SOP Pemantauan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu Tgl.berlaku : 17 Agustus 2012 Halaman 7 dari 10

No Proses

Pelaksana Mutu Baku Ket.

Kasubbid Audit dan Pemantauan

Kabid Jaminan

Mutu

Ka.

PSJMN

Unit Kerja Tim Pemantau

Kelengkapan/

Standar Kelengkapan

Waktu Output

5. Melaksanakan

pemantauan dan membuat Laporan Pemantauan.

Pemantauan dapat dilaksanakan dengan beberapa metode:

Wawancara

Pengamatan proses

Menelaah dokumen

Menganalisa data

Peralatan dokumentasi

Pedoman Pemantauan.

Daftar Hadir

Surat Tugas Pemantauan

Lembar Laporan Pemantauan

Renstra Unit Kerja

Laporan Kegiatan Unit Kerja Hasil

Pemantauan Ta- hun sbelumnya

4 hari per unit kerja

Laporan Pemantauan per unit kerja

Daftar Hadir

6. Mengisi data hasil Evaluasi Kinerja Pemantau. Tim Pemantau memandu proses pengisian.

Lembar Evaluasi Kinerja

Pemantau

Hasil evaluasi kinerja pemantau

Ya

(32)

BATAN - 29 -

LOGO BATAN

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir

No. SOP 002 002/KN 04 02/SJM 4.1 No.revisi/terbitan : 0/0

SOP Pemantauan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu Tgl.berlaku : 17 Agustus 2012 Halaman 8 dari 10

No Proses

Pelaksana Mutu Baku Ket.

Kasubbid Audit dan Pemantauan

Kabid Jaminan

Mutu

Ka.

PSJMN

Unit Kerja Tim Pemantau

Kelengkapan/

Standar Kelengkapan

Waktu Output

7. Mengevaluasi seluruh Laporan Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Pemantau untuk membuat Laporan Hasil Pemantauan.

Laporan

Pemantauan per unit kerja

Hasil evaluasi kinerja pemantau

5 hari Konsep Laporan Hasil

Pemantauan.

Laporan Kinerja Pemantau.

8. Memeriksa Laporan

Hasil Pemantauan. Konsep Laporan

Hasil

Pemantauan

2 hari Konsep Laporan hasil

Pemantauan 9. Mengesahkan dan

mengirimkan hasil pemantauan kepada unit kerja yang dipantau

Konsep Laporan Hasil

Pemantauan

Laporan hasil Pemantauan

(33)

BATAN - 30 - Contoh SOP TEKNIS

LOGO BATAN

PUSAT REKAYASA PERANGKAT NUKLIR BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

No. SOP 011.003/OT 01 02/RPN 6 No.revisi/terbitan : 0/0

SOP PENGOPERASIAN START UP PROTOTIPE GAMMA WEIGHT SCALE Tgl.berlaku : 17 Agustus 2012 Halaman 6 dari 10

Dasar Hukum: Kualifikasi Pelaksana:

1. Standar BATAN 001-SNI-9001: 2012 2. Peraturan Bapeten

Memahami bahaya radiasi dan proteksinya

Keterkaitan:

SOP Pengujian

Peralatan/perlengkapan

Komputer, Film Badge, Jas Laboratorium, dan sarung tangan Peringatan

Bahaya radiasi dan kontaminasi Pencatatan dan Pendataan

- Formulir hasil pemantauan pengujian batu bara - Log book penggunaan sumber radiioaktif

No. PROSES Pelaksana Mutu Baku

Keterangan

Kelengkapan Waktu Output

1 Menghubungkan sistem catu daya

Manual alat 2 menit Catu daya

2 Menghidupkan komputer dan

menjalankan program

pengoperasian

Catu daya 5 menit program

(34)

BATAN - 31 -

LOGO BATAN

PUSAT REKAYASA PERANGKAT NUKLIR BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

No. SOP 011.003/OT 01 02/RPN 6 No.revisi/terbitan : 0/0

SOP PENGOPERASIAN START UP PROTOTIPE GAMMA WEIGHT SCALE Tgl.berlaku : 17 Agustus 2012 Halaman 6 dari 10

No. PROSES Pelaksana Mutu Baku

Keterangan

Kelengkapan Waktu Output

3 Menghidupkan modul RTU dan RCU dengan menekan tombol ON

sampai lampu menyala program 5 menit Modul RTU dan

RCU

4 Menempatkan sample batu bara

pada wadah yang tersedia - Modul RTU dan

RCU - Batu bara

3 menit

- Modul RTU dan RCU - Batu bara 5 Membuka gembok pengaman

sumber radioaktif - Modul RTU dan

RCU - Batu bara - gembok

Pengaman

2 menit

- gembok Pengaman yang sudah terbuka

6 Membuka shutter sumber

radioaktif ke posisi open shutter sumber

radioaktif ;posisi close

1 menit

shutter sumber radioaktif posisi open

7 Menghidupkan motor penggerak belt conveyor sehingga sample batu bara dapat bergerak diatas belt conveyor

Motor penggerak

belt conveyor 2 menit shutter sumber radioaktif posisi open

8 Melakukan pengamatan dan monitoring berat batu bara pada monitor proses

shutter sumber radioaktif posisi

open 10 menit Monitor preses

Referensi

Dokumen terkait

“Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sector pajak daerah, retribusi daerah hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah

Dukungan serta komitmen dari Bank Indonesia dalam keikutsertaanya dalam perkembangan ekonomi Islam dalam negeripun merupakan jawaban atas gairah dan kerinduan dan

Perhitungan dengan menggunakan keempat persamaan tersebut dengan input gelombang sinusoidal dan pada kedalaman konstan sebesar 5 m juga memberikan hasil dimana gelombang

1) Bersama Koordinator PI Jurusan/Program Studi memetakan dan menentukan kelayakan suatu perusahaan/industri/bengkel sebagai mitra Praktik Industri. 2) Memonitor

Penambahan sampah daun dapat meningkatkan daya serap air dan daktilitas juga menurunkan densitas, berat jenis, kuat lentur, kuat tekan dan kuat tarik papan panel

Kembali ke NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) Hasil persetujuan dalam KMB yang berakhir pada tanggal 2 November 1949 adalah dibentuknya satu negara federal

Dengan demikian dapat disimpulkan aktivitas dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa baik secara individu maupun klasikal dapat ditingkatkan dengan

Beberapa metode yang bisa digunakan untuk menghasilkan pengukuran sudut sendi yang cukup akurat pada anggota gerak bawah adalah dengan menggunakan goniometer (alat