• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci : Hasil Belajar, Menceritakan Pengalaman, Metode pemberian tugas.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kata Kunci : Hasil Belajar, Menceritakan Pengalaman, Metode pemberian tugas."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS PADA MATERI MENCERITAKAN PENGALAMAN MELALUI

METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELAS II SDN NO. 81 KOTA TENGAH

Ningsi N. Buntayo¹, Haris Mahmud², Muchtar Ahmad² 1. Mahasiswa Jurusan PGSD FIP, Universitas Negeri Gorontalo 2. Dosen Jurusan PGSD FIP, Universitas Negeri Gorontalo

Abstrak

Mutu yang tinggi merupakan harapan bagi semua pihak yang mengerti arti dan makna pendidikan. Berbagai usaha yang dilakukan sekolah khususnya guru dalam peningkatan hasil belajar siswa seperti memilih metode, model dan strategi, serta media pembelajaran yang tepat dan menyenangkan. Membahas masalah rendahnya hasil belajar siswa kelas II SDN No. 81 Kota Tengah terutama pembelajaran IPS, maka peneliti mencoba menggunakan metode pemberian tugas untuk menanamkan konsep menceritakan pengalaman dengan melakukan tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus dengan standar indikator capaian minimal 75%. Pada tindakan siklus I hasil belajar siswa belum mencapai indikator yakni 67%, sedangkan siklus II telah mengalami peningkatan hasil belajar siswa yakni 94%. Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini dapat diterima dan mencapai ketuntasan. Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa, aktivitas guru dan aktifitas siswa mengalami peningkatan dan memenuhi indikator keberhasilan disetiap siklusnya jika menggunakan metode pemberian tugas. Sehingga siswa dapat melatih kemampuan mereka dalam menceritakan pengalaman.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Menceritakan Pengalaman, Metode pemberian tugas.

1. Pendahuluan.

Cepatnya roda perkembangan zaman, makin menuntut peningkatan kualitas pendidikan setiap individu ataupun siswa itu sendiri, agar dapat membekali para siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan masyarakat di masa yang akan datang. Mencermati kondisi seperti itu, perlu dilakukan suatu strategi pembelajaran yang reaktif dan efektif oleh guru sebagai pendidik dalam memecahkan dan memberikan solusi terhadap realita tersebut. Untuk peningkatan hasil belajar, sangat membutuhkan keseriusan dari berbagai pihak terkait. Khusus untuk pendidikan ilmu pengetahuan sosial (IPS) sebagai bagian dari bahan ajar di berbagai jenjang pendidikan, sangat membutuhkan strategi belajar yang memegang peranan penting untuk mengantar pemikiran manusia kepada suatu logika berfikir realistik sehingga mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tanggap

(2)

terhadap keadaan sosial masyarakat. Namun hal ini sangat bertolak belakang dengan kualitas pendidikan siswa di SDN No. 81 Kota Tengah.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap proses pembelajaran IPS di kelas II SDN No. 81 Kota Tengah Kota Gorontalo diperoleh data bahwa sebagian besar hasil belajar siswa belum mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pembelajaran lanjutan. Hasil observasi belajar siswa pada materi menceritakan pengalaman mata pelajaran IPS masih rendah, dimana dari 18 orang siswa yang diobservasi terdapat 6 orang siswa atau 33% yang baik hasil belajarnya, sedangkan sisanya 12 orang siswa atau 67% masih sangat rendah hasil belajarnya.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam hal ini guru diharapkan dapat melakukan perbaikan dengan melihat sejauh mana antusias para siswa untuk dapat menguasai suatu materi yang diajarkan sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dan tidak membosankan.

Menurut Driscoll (dalam Uno, 2007 :195) mengemukakan bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam belajar, yaitu 1). Belajar adalah suatu perubahan yang menetap dalam kinerja seseorang, dan 2). Hasil belajar yang muncul dalam diri siswa merupakan akibat atau hasil interaksi siswa dengan lingkungannya. Lanjutnya dapat diartikan bahwa apabila siswa belajar maka hasil belajar dapat dilihat dari kemampuannya melakukan sesuatu kegiatan baru yang bersifat menetap daripada yang dilakukan sebelumnyasebagai akibat interakasi dengan lingkungan. Selanjutnya, setelah individu melakukan aktivitas belajar, maka untuk melihat berhasil/tidaknya kegiatan belajar disebut hasil belajar.

Terkait dengan hal tersebut, Moedjiono dalam situs mengemukakan bahwa dengan keingintahuan yang besar, siswa akan menjadi selalu aktif mencari dan menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang pada dirinya. Dengan demikian, secara otomatis wawasan atau pengetahuan siswa akan bertambah yang akhirnya bermuara pada peningkatan Hasil belajar IPS.

Menurut Uno (2007 :2) bahwa “ metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran ”. Sedangkan Menurut Djamarah, (2010 :85) metode resitasi atau penugasan adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.

(3)

Adapun langkah- langkah metode pemberian tugas dan resitasi yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut (1) merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan, (2) pertimbangkan betul-betul apakah pemilihan teknik resitasi itu telah tepat dapat mencapai yang dirumuskan, (3) merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah dimengerti (Menurut Roestiyah, 2012 :136)

Jika membahas masalah rendahnya hasil belajar siswa kelas II SDN No. 81 Kota Tengah terutama pembelajaran IPS, maka peneliti mencoba menggunakan metode pemberian tugas untuk menanamkan konsep menceritakan pengalaman dengan melakukan tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus dengan standar indikator capaian minimal 75%.

Adapun hipotesis tindakan yang dirumuskan untuk diterima dalam penelitian tindakan kelas ini adalah jika pembelajaran IPS materi menceritakan pengalaman diterapkan melalui metode pemberian tugas maka hasil belajar siswa kelas 2 SDN No.

81 Kota Tengah Kota Gorontalo akan meningkat. Sedangkan Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah untuk hasil belajar siswa minimal 75 % dari seluruh siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai 75 ke atas pada materi sajian dan untuk hasil belajar seluruh siswa di kelas diperoleh daya serap mencapai 75%. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah variabel input yaitu siswa, guru, sumber belajar, prosedur evaluasi, variabel proses yaitu proses pembelajaran dan variabel output yaitu kemampuan, motivasi, rasa ingin tahu siswa terhadap materi menceritakan pengalaman.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas yang meliputi:

a. Tahap persiapan, Tahap persiapan tindakan yaitu kegiatan yang dilakukan oleh penelti sebelum melakukan praktek pengajaran disekolah dengan mempersiapkan persyaratan penelitian.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan yaitu praktek pengajaran yang dilakukan oleh peneliti pada pelajaran IPS materi menceritakan pengalaman dengan menggunakan metode pemberian tugas. Tahap pelaksanaan tindakan ini dilakukan dalam dua siklus.

c. Tahap Pemantapan dan Evaluasi degnan pedoman yaitu Semua aspek yang menjadi indikator dari peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS

(4)

dan Kemampuan hasil belajar siswa dalam memahami hubungan antara masalah dengan meteri yang dicapai

d. Tahap analisis dan refleksi yaitu analisis hasil belajar siswa secara kualitatif dan kuantitatif bersama guru pengamat dengan membandingkan hasil yang diperoleh berdasarkan observasi awal, tindakan siklus 1 dan tindakan siklus 2. Setelah itu dilakukan refleksi diri. Jika masih terdapat kelemahan-kelemahan dalam proses pembimbingan siklus sebelumnya ke siklus berikutnya diadakan perbaikan- perbaikan atau penyempurnaan tindakan. Siklus ini terus berlanjut hingga penelitian mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan.

3. Pembahasan

Berdasarkan prosedur penelitian tindakan kelas yang diungkapkan sebelumnya maka hasil pelaksanaan tindakan pada masing masiang siklus antara lain sebagai berikut:

A. Hasil Penelitian Tindakan Siklus I 1. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti membuat persiapan/perangkat pembelajaran yang akan dilaksanakan pada proses pelaksanaan tindakan. Peneliti merancang pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam menerima pembelajaran sesuai dengan kelompok masing-masing melalui metode pemberian tugas.

2. Pelaksanaan Tindakan

Sesuai dengan hasil kajian dilaksanakan siklus I yang dilakukan pada hari rabu tanggal 20 Mei 2013 oleh peneliti dan guru pamong. Adapun prosentasi capaian dalam meningkatkan hasil belajar siswa tentang menceritakan pengalaman dengan menggunakan metode pemberian tugas dapat dilihat dalam tabel berikut:

(5)

Tabel 1 Aspek Yang diamati

Aspek Diamati

Keberanian Sikap Ketelitian

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

Jumlah 1 8 9 8 10 5 10 3

Prosentase 6% 44% 50% 44% 56% 27% 56% 17%

Sumber : Hasil Pengamatan siswa Siklus 1, 2013

Pada 3 aspek yang diamati terlihat aspek perubahan sikap dalam diri siswa nilai baik dengan prosentase 44% atau 8 orang siswa dan 56% atau 10 orang siswa masih kategori cukup, sementara pada aspek keberanian 6%

sangat baik, 44% baik dan 50% masih kategori cukup dan dari aspek tingkat ketelitian 27% baik, 56% cukup dan 17% kurang

3. Tahap Pengamatan dan Evaluasi

Pada akhir pertemuan guru memberikan evaluasi., dimana evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa secara individu pada pembelajaran yang telah dilakukan pada hari itu. Sementara itu prosentasi hasil belajar pada materi menceritakan pengalaman dengan menggunakan metode pemberian tugas setelah dilakukan penindakan pada siklus I dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2 Hasil Belajar pada Siklus I Penilaian KKM Tuntas Tdk. Tuntas

Jumlah 8 10

Prosentase 44% 56%

Sumber : Hasil belajar siswa siklus 1, 2013

Tabel di atas membuktikan dengan prosentase capai dari KKM sebesar 44% atau 8 orang siswa yang telah memenuhi harapan dibandingkan sebelum dilaksanakan metode pemberian tugas dan 56% atau sebanyak 10 orang siswa yang masih perlu diperhatikan hasil belajarnya. Dan untuk meningkatkan hasil belajar tersebut peneliti akan melakukan penyempurnaan materi, kesiapan materi melalui siklus II.

(6)

4. Tahap analisis dan Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan siswa pada siklus I, dan melihat hasil evaluasi capain siswa dalam menceritakan pengalaman melalui metode pemberian tugas belum mencukupi standar indikator kinerja atau belum tuntas, maka peneliti bersama guru pamong mengadakan kegiatan refleksi untuk menilai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I.

Berdasarkan hasil refleksi bersama bahwa untuk memperbaiki kelemahan-kelamahan yang terjadi pada pelaksanaan tindakan pada siklus I serta untuk mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan maka perlunya untuk dilaksanakan tindakan selanjutnya sebagai upaya penyempurnaan dari siklus sebelumnya.

B. Hasil Penelitian Tindakan Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013 dikarenakan belum mencapainya target atau belum terpenuhinya indikator kinerja yang telah ditetapkan.

1. Perencanaan.

Pada tahap perencanaan ini sama dengan tahap perencanaan pada siklus I yakni peneliti membuat persiapan/perangkat pembelajaran yang akan dilaksanakan pada proses pelaksanaan tindakan. Peneliti merancang pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam menerima pembelajaran sesuai dengan kelompok masing-masing melalui metode pemberian tugas.

2. Pelaksanaan Tindakan

Hasil prosentasi capaian siswa pada tindakan pembelajaran siklus II dengan menggunakan metode pemberian tugas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3 Hasil Capaian Siswa Pada Kegiatan Siklus II

Aspek Diamati

Keberanian Sikap Ketelitian

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

Jumlah 8 9 1 9 7 2 2 9 5 2

(7)

Aspek Diamati

Keberanian Sikap Ketelitian

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

Prosentase 44% 50% 6% 50% 39% 11% 11% 50% 28% 11%

Sumber : Hasl pengamatan siswa siklus 2, 2013

Dari 3 aspek yang diamati terlihat aspek keberanian siswa nilai sangat baik dengan prosentase 44% atau 8 orang siswa dan 50% atau 9 orang siswa masih kategori baik dan hanya 6% orang siswa yang kategori cukup, sementara pada aspek perubahan sikap 50% sangat baik, 39% baik dan 11%

masih kategori cukup dan dari aspek tingkat ketelitian 11% sangat baik, 50% baik, 28% cukup dan11% kurang.

3. Pengamatan dan Evaluasi

Sementara prosentasi hasil belajar pada materi menceritakan pengalaman dengan menggunakan metode pemberian tugas setelah dilakukan penindakan pada siklus II dapat dilihat dalam tabel berikut;

Tabel 4. Hasil belajar Pada Kegiatan Siklus II Kriteria

Tuntas Tdk Tuntas

Jumlah 17 1

Prosentase 94% 6%

Sumber : Hasil belajar siswa siklus 2, 2013

Setelah dilakukan evaluasi melalui tes pada siklus II, peneliti menilai hasil pengamatan tersebut sangat membantu siswa untuk dapat meningkatkan hasil belajarnya. Hal ini dibuktikan dengan prosentase capai dari KKM sebesar 94% atau 17 orang siswa yang telah memenuhi harapan dibandingkan dengan siklus I dan tinggal 6% atau sebanyak 1 orang siswa yang masih perlu diperhatikan hasil belajarnya.

4. Analisis dan Refleksi

Setelah diadakannya tindakan perbaikan pada kegiatan siklus II ini, hasil evaluasi dilakukan refleksi berdasarkan hasil pengamatan pada kegiatan siswa pada aspek Ketuntasan dalam menceritakan pengalaman dengan

(8)

menggunakan metode pemberian tugas untuk kriteria tuntas telah mendominasi jika di rata

Dan untuk hasil capain siswa pada siklus II ini untuk ketuntasan belajar telah mencapai 17 orang atau 94% maka dari h

perlu lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya,

tuntas sesuai pernyataan pada hipotesis tindakan dan indikator kinerja yang ditetapkan.

C. Analisis Komparasi Observasi awal dengan Tindakan siklu Siklus 2

Berdasarkan standar yang telah ditetapkan pada indikator kinerja 75%

maka penelitian tindakan kelas menunjukkan hasil sebagai berikut:

Tabel 5 Perbandingan Hasil Pengamatan Kegiatan

Observasi awal Siklus I Siklus II

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Dari tabel diatas dapat kita lihat perbandingan untuk observasi awal, siklus I dan siklus II dalam diagram berikut:

0 20 40 60 80 100

Observasi Awal Sumber : Hasil A

menggunakan metode pemberian tugas untuk kriteria tuntas telah mendominasi jika di rata-ratakan telah mencapai persentase rata

Dan untuk hasil capain siswa pada siklus II ini untuk ketuntasan belajar telah mencapai 17 orang atau 94% maka dari hasil refleksi disimpulkan tidak perlu lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya, karena dianggap telah berhasil/

sesuai pernyataan pada hipotesis tindakan dan indikator kinerja yang

Analisis Komparasi Observasi awal dengan Tindakan siklus 1 dan tindakan

Berdasarkan standar yang telah ditetapkan pada indikator kinerja 75%

maka penelitian tindakan kelas menunjukkan hasil sebagai berikut:

Tabel 5 Perbandingan Hasil Pengamatan

Kegiatan SISWA Prosentase

Ketuntasan

Tuntas Tidak Tuntas

Observasi awal 6 12 33,3%

Siklus I 8 10 44%

Siklus II 17 1 94%

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Dari tabel diatas dapat kita lihat perbandingan untuk observasi awal, siklus I dan siklus II dalam diagram berikut:

33,3 % (6 siswa)

44%

(8 siswa)

94%

(17 siswa)

Observasi Awal Siklus I Siklus II

Gambar 1 Perbandingan Hasil Pengamatan observasi awal, siklus I dan Siklus II

Sumber : Hasil Analisis, 2013

menggunakan metode pemberian tugas untuk kriteria tuntas telah ratakan telah mencapai persentase rata-rata 85 %.

Dan untuk hasil capain siswa pada siklus II ini untuk ketuntasan belajar asil refleksi disimpulkan tidak karena dianggap telah berhasil/

sesuai pernyataan pada hipotesis tindakan dan indikator kinerja yang

s 1 dan tindakan

Berdasarkan standar yang telah ditetapkan pada indikator kinerja 75%

maka penelitian tindakan kelas menunjukkan hasil sebagai berikut:

Prosentase Ketuntasan

33,3%

44%

94%

Dari tabel diatas dapat kita lihat perbandingan untuk observasi awal, siklus I

(9)

Hasil analisis dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi menceritakan pengalaman pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) siswa kelas II SDN No. 81 Kota Tengah terjadi peningkatan yang signifikan sampai tindakan siklus 2 antara lain:

a. Hasil observasi awal 18 orang siswa hanya 6 orang atau 33,3%

menunjukkan bahwa hasil belajarnya tuntas, sedangkan 12 orang atau 66,6% belum tuntas.

b. Hasil siklus I dari 18 orang siswa yang dikenai tindakan, hanya 8 orang siswa atau 44% yang hasil belajarnya tuntas, dan 10 orang atau 56% belum tuntas.

c. Hasil siklus II dari 18 orang siswa yang dikenai tindakan 17 orang siswa atau 94% yang menunjukkan hasil belajar tuntas dan 1 orang siswa atau 6%

belum tuntas

Sehingga dapat dikatakan metode pemberian tugas bisa digunakan dalam pelajaran IPS materi menceritakan pengalaman.

4. Simpulan dan Saran

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan dengan menggunakan metode pemberian tugas pada siswa kelas II SDN 81Kota Tengah Kota Gorontalo hasil belajar siswa tentang menceritakan pengalaman meningkat. Hasil observasi belajar siswa pada materi menceritakan pengalaman mata pelajaran IPS masih rendah, dimana dari 18 orang siswa yang diobservasi terdapat 6 orang siswa atau 33% yang hasil belajarnya masih baik, sedangkan sisanya 12 orang siswa atau 67% hasil belajar masih sangat rendah. Hasil pelaksanaan siklus I Pada 3 aspek yang diamati terlihat aspek perubahan sikap dalam diri siswa nilai baik dengan prosentase 44% atau 8 orang siswa dan 56% atau 10 orang siswa masih kategori cukup, sementara pada aspek keberanian 6% sangat baik, 44% baik dan 50% masih kategori cukup dan dari aspek tingkat ketelitian 27% baik, 56% cukup dan 17%

kurang. Pada siklus II, 3 aspek yang diamati terlihat aspek keberanian siswa nilai sangat baik dengan prosentase 44% atau 8 orang siswa dan 50% atau 9 orang siswa masih kategori baik dan hanya 6% orang siswa yang kategori cukup, sementara pada aspek perubahan sikap 50% sangat baik, 39% baik dan 11% masih kategori cukup

(10)

dan dari aspek tingkat ketelitian 11% sangat baik, 50% baik, 28% cukup dan11%

kurang. Hasil evaluasi berdasarkan hasil pengamatan pada kegiatan siswa dalam menceritakan pengalaman dengan menggunakan menggunakan metode pemberian tugas nampak telah didominasi oleh kriteria Tuntas (T) dengan 17 siswa atau jika dipersentase 94%. Dengan demikian hipotesis tindakan yang dirumuskan sebelumnya yaitu: “jika menggunakan metode pemberian tugas maka hasil belajar siswa tentang menceritakan pengalaman akan meningkat” sehingga penelitian ini dinyatakan diterima sesuai dengan dukungan dari indikator kinerja yang telah ditetapkan.

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti memberikan saran:

a. Penelitian tindakan kelas ini diharapkan menjadi acuan bagi sekolah, guru,dan siswa untuk dapat meningkatkan hasil belajar terutama pada pembelajaran IPS.

b. bagi peneliti itu sendiri sebagai suatu pengalaman dalam membelajarkan IPS dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tingkatan pola pikir siswa SD pada khususnya.

Referensi

Djamarah, syaiful B, dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Roestiyah, 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Trimo, dkk. 2011. Hakekat Ips Sebagai Program Studi.

http://massofa.wordpress.com/2011/12/21/hakekat-ips-sebagai-program- studi/disdn. Diakses pada tanggal 1 Januari 2013

Gambar

Tabel 2 Hasil Belajar pada Siklus I Penilaian KKM Tuntas Tdk. Tuntas
Tabel 3 Hasil Capaian Siswa Pada Kegiatan Siklus II
Tabel 4. Hasil belajar Pada Kegiatan Siklus II Kriteria
Tabel 5 Perbandingan Hasil Pengamatan

Referensi

Dokumen terkait

hari dalam rangka pengamalan sila ke tiga pancasila tiga dimensi yang telah dibuat sebelumnya •Mendiskusika n sikap tokoh dalam cerita dikaitkan dengan nilai- nilai Pancasila

“kecelakaan”,Dari aspek kesesuaian penulisan paragraf narasi, penulisannya sangat baik dan benar dan dapat dibuktikan dengan data, kecelakaan mobil trek yang terseret masuk

A'ang Subiyakto dari Program Studi Sistem Informasi,Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007 memaparkan melalui jurnalnya yang berjudul Analisis

PLA dilarutkan dalam diklorometana ( DCM ) dan dicampur dengan nucleating agent (seng asam fenilfosfonat atau talk ) atau pelunak (triasetin) pada konsentrasi yang berbeda

Buah-buahan merupakan salah satu produk hortikultura yang mudah rusak dan membusuk pada saat panen maupun setelah panen. Kerusakan buah- buahan diawali dengan adanya proses

manajemen yang diukur dengan rasio-rasio keuangan tidak dapat dipertanggungjawabkan karena rasio keuangan yang dihasilkan sangat tergantung pada metode atau perlakuan akuntansi

Data yang diperoleh dari pengukuran berupa nilai tes, dianalisis dengan menggunakan perhitungan matematika berupa persentase dan nilai rata-rata kelas, sedangkan

Oleh karena itu, kematian neonatal dini adalah jumlah bayi yang dilahirkan dalam keadaan hidup namun kemudian meninggal dalam 7 hari pertama kehidupannya (yaitu