• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Teknik Relaksasi Abdomal Breathing terhadap Penurunan Nyeri pada Ibu Post Sectio Caesarea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengaruh Teknik Relaksasi Abdomal Breathing terhadap Penurunan Nyeri pada Ibu Post Sectio Caesarea"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Teknik Relaksasi Abdomal Breathing terhadap Penurunan Nyeri pada Ibu Post Sectio Caesarea

Merlly Amalia1*, Mia Agustina2

1,2STIKes YPIB Majalengka Email: merllyamalia08@gmail.com

ABSTRAK

Nyeri merupakan perasaan tubuh seseorang yang menimbulkan respon tidak menyenangkan.

Nyeri akibat operasi sectio caesarea biasanya terjadi setelah 18 jam melahirkan dengan skala nyeri berat dengan sebab dan lokasi yang telah diketahui, yaitu didaerah operasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi abdomal breathing terhadap penurunan nyeri pada ibu post sectio caesarea di RSUD Majalengka. Penelitian ini menggunakan desain/rancangan penelitian pra eksperimen dalam bentuk one group pretest posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruhpasien post operasi sectiocaesarea di Ruang Nifas RSUD Majalengka sebanyak 55 pasien. Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala pendeskripsi Visual Analogue Scale (VAS). Analisis data meliputi analisis univariat menggunakan distribusi tendensi sentral dan analisis bivariat menggunakan uji t berpasangan (paired t-test). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat nyeri pada pasien sectio caesarea setelah intervensi teknik relaksasi abdomal breathing adalah 7,7500 yaitu pada tingkatan nyeri berat. Rata-rata tingkat nyeri pada ibu postsectio caesarea setelah dilakukan intervensi teknik relaksasi abdomal breathing adalah 5,0833 yaitu pada tingkatan nyeri sedang. Ada pengaruh teknik relaksasi abdomal breathing terhadap penurunan nyeri pada ibu post sectio caesarea di RSUD Majalengka.Saran diajukan bagi petugas kesehatan agar dapat mencoba untuk menerapkan teknik pengobatan abdomal breathing sebagai alternatif pengobatan medis. Mendukung program pengobatan baik secara farmakologis ataupun non farmakologis seperti teknik relaksasi abdomal breathing.

Kata Kunci: penurunan nyeri, post sectio caesarea, teknik relaksasi abdomal breathing

Effect of Abdomal Breathing Relaxation Techniques on Pain Reduction in Post-Caesarean Women

ABSTRACT

Pain is the feeling of a person's body that causes an unpleasant response. Pain due to cesarean section usually occurs after 18 hours of delivery on a severe pain scale with a known cause and location, namely the operation area. The purpose of this study was to determine the effect of abdomal breathing relaxation techniques on pain reduction in post- sectio caesarean mothers at Majalengka Hospital, Majalengka Regency in 2020. This study used a pre-experimental research design in the form of one group pretest posttest. The population in this study were all postoperative ectiocaesarea patients in the Postoperative Room of the Majalengka Hospital in December 2019 as many as 55 patients. The research instrument used was the Visual Analogue Scale (VAS) description scale. Data analysis

Corresponding author:

Merlly Amalia

STIKes YPIB Majalengka

Jl. Gerakan Koperasi Majalengka Wetan, Majalengka merllyamalia08@gmail.com

(2)

included univariate analysis using central tendency distribution and bivariate analysis using paired t-test. The results showed that the average pain level in Sectio Caesarean patients after the abdomal breathing relaxation technique intervention was 7.7500, namely the level of.

severe pain. The average pain level in postsectio caesarean mothers after the intervention of Abdomal Breathing relaxation technique was 5.0833, namely at moderate pain levels. There is an effect of abdomal breathing relaxation techniques on reducing pain in post-sectio caesarean mothers at Majalengka Hospital. Suggestions are proposed for health workers to try to apply abdomal breathing treatment techniques as an alternative to medical treatment.

Supporting treatment programs both pharmacologically and non pharmacologically, such as abdomal breathing relaxation techniques.

Keywords: abdominal breathing relaxation techniques, pain reduction, post sectio caesarean

PENDAHULUAN

Pembedahan atau operasi merupakan semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani.

Pembukaan bagian tubuh ini umumnya menggunakan sayatan. Setelah bagian yang ditangani ditampilkan, dilakukan tindakan perbaikan yang di akhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat & Jong, 2017). Salah satu jenis pembedahan yang cukup banyak dilakukan adalah sectio caesarea. Sectio caesarea adalah proses persalinan dengan membuat insisi pada bagian uterus melalui dinding abdomen dengan tujuan untuk meminimalkan risiko ibu dan janin yang timbul selama kehamilan atau dalam persalinan serta mempertahankan kehidupan atau kesehatan ibu dan janinnya (Varney, 2017).

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat adanya peningkatan angka persalinan sectio caesarea di sejumlah negara. Selama tahun 2017-2018, menurut data WHO, ada 110.000 kelahiran di seluruh Asia dan 27 persen di antaranya dilakukan di meja operasi. Rata- rata jumlah persalinan sectio caesarea di Rumah Sakit Inggris mencapai 10-20% dari seluruh persalinan nakses. Rata-rata jumlah persalinan sectio caesarea di Amerika Serikat mencapai 13,5 % yang menjalani persalinan sectio caesarea setiap tahunnya dari seluruh persalinan nakses.

Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) jumlah persalinan dengan sectio caesarea di Indonesia telah mengalami peningkatan sejak tahun 2012 hingga 2018 sebesar 1,3 % - 6,8 %. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, tingkat persalinan dengan sectio caesarea dari 33 propinsi di Indonesia sebesar 15,3% dari 79,72% persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2019)

Berdasarkan data angka persalinan sectio caesarea juga mengalami peningkatan di rumah sakit pendidikan proporsi sectio caesarea bervariasi antara 2.1%-11.8%, di rumah sakit pemerintah berkisar 20%-25%, dan di rumah sakit swasta mencapai 30%-80%. Angka

(3)

ini jauh lebih tinggi dari standar yang ditetapkan yaitu tidak melebihi 15% dari total kelahiran di rumah sakit (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2017).

Menurut data RSUD Majalengka tahun 2018 jumlah persalinan sectio caesarea sebanyak 815 atau 40,7% dari 2000 persalinan. Sedangkan di RSUD Cideres jumlah persalinan sectio caesarea sebanyak 224 atau (22,81%) dari 982 persalinan. Data tersebut menunjukkan bahwa persalinan sectio caesarea lebih tinggi di RSUD Majalengka dibandingkan dengan RSUD Cideres pada tahun 2016. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember 2019 terhadap 10 orang ibu yang mengalami persalinan sectio caesarea sebanyak 4 orang (40%) mengalami nyeri sedang dan sebanyak 6 orang (60%) mengalami nyeri berat pasca persalinan sectio caesarea. Teknik relaksasi abdominal breathing belum pernah dilakukan sebagai upaya untuk menurunkan nyeri pasca operasi sesar.

Nyeri merupakan perasaan tubuh atau bagian tubuh seseorang yang menimbulkan respon tidak menyenangkan dan nyeri dapat memberikan suatu pengalaman alam rasa (Aspiani, 2018). Nyeri dapat disebabkan oleh berbagai stimulus seperti mekanik, termal, kimia, atau elektrik pada ujung-ujung saraf. Perawat dapat mengetahui adanya nyeri dari keluhan pasien dan tanda umum atau respon fisiologis tubuh pasien terhadap nyeri. Sewaktu nyeri biasanya pasien akan tampak meringis, kesakitan, nadi meningkat, berkeringat, napas lebih cepat, pucat, berteriak, menangis, dan tekanan darah meningkat (Gallagher & Gallagher, 2016).

Nyeri akibat operasi sectio caesarea biasanya terjadi setelah 18 jam melahirkan dengan skala nyeri berat dengan sebab dan lokasi yang telah diketahui, yaitu didaerah operasi.

Nyeri akut pasca operasi merupakan nyeri yang terdapat pada pasien bedah karena penyakit, prosedur bedah atau kombinasinya. Jika nyeri tidak ditangani secara adekuat, selain menimbulkan ketidaknyamanan juga dapat mempengaruhi sistem pulmonari, kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin, imunologik dan stres serta dapat menyebabkan depresi dan ketidakmampuan. Ketidakmampuan ini mulai dari membatasi keikutsertaan dalam aktivitas sampai tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pribadi (Brunner, 2016). Dampak nyeri pasca operasi yang tidak tertangani dapat berkembang menjadi nyeri kronis dan bersifat menetap dalam waktu yang lama. Nyeri kronis dapat memberikan dampak negatif seperti bertambahnya waktu hospitalisasi, dapat terjadi komplikasi karena imobilisasi, status emosional yang tidak terkontrol akibat lamanya hospitalisasi dan tertundanya proses rehabilitasi (Elisa, 2016).

Salah satu upaya untuk mengatasi nyeri pasca operasi adalah dengan teknik relaksasi.

Adapun macam-macam pendekatan teknik relaksasi adalah relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera, relaksasi melalui hipnosa, yoga, meditasi dan teknik relaksasi nafas dalam. Relaksasi

(4)

tidak terjadi nyeri yang lebih berat. Relaksasi yaitu suatu cara mengurangi rangsangan nyeri dengan mengistirahatkan atau merelaksasikan otot-otot tubuh. Teknik ini mudah dipelajari oleh ibu post partum yaitu dengan melakukan napas dalam, pola pernapasan yang teratur dan rileks(Indrayani & Djami, 2016). Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoid endogen yaitu endorfin dan enkefalin. Endorfin dan enkefalin merupakan substansi di dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri (Elisa, 2016).

Penanganan nyeri dengan teknik relaksasi merupakan salah satu bentuk tindakan keperawatan mandiri. Meskipun demikian, pelaksanaan manejemen nyeri non-farmakologi dengan teknik relaksasi di lapangan belum sepenuhnya dilakukan oleh perawat dalam mengatasi nyeri. Kebanyakan petugas kesehatan melaksanakan program terapi hasil dari kolaborasi dengan dokter, diantaranya adalah pemberian analgesik yang memang mudah dan cepat dalam pelaksanaanya dibandingkan dengan penggunaan intervensi manajemen nyeri non-farmakologi dengan teknik relaksasi(Brunner, 2016). Namun peneliti tertarik untuk meneliti teknik abdominal breathing hal ini dikarenakan teknik abdominal breathing selain dapat merelaksasikan otot-otot, teknik relaksasi abdominal breathing di percaya mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoid endogen yaitu endofin dan enkefalin sehingga dapat mengurangi nyeri yang dirasakan dan juga teknik abdominal breathing mudah dilakukan dan tidak memelukan alat relaksasi (Astriana, 2019).

Teknik relaksasi abdominal breathing merupakan salah satu terapi nonfarmakologis yang digunakan dalam penatalaksanaan nyer i(Suhaidah, 2017). Teknik relaksasi abdominal breathing merupakan suatu tindakan untuk membebaskan mental maupun fisik dari ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi yang lambat dan berirama (Elisa, 2016). Latihan napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari pernapasan abdominal (diafragma) dan pursed lip breathing (Gallagher & Gallagher, 2016).

Hasil penelitian tentang pengaruh tekhnik abdominal breathing terhadap penurunan skala nyeri ibu post sectio caesarea. Dari hasil analisis data terhadap 30 responden rata-rata nyeri post SC sebelum diberikan abdominal breathing adalah 6,47 dengan standar deviasi 0,507. Rata-rata nyeri post SC setelah diberikan abdominal breathing adalah 4,33 dengan standar deviasi 0,802. Ada pengaruh tekhnik abdominal breathing terhadap nyeri post SC (t-

test> t hitung, 17,147> 1,725, p–value< 0,05). Dengan penurunan sebesar 2,133. Kesimpulan ada pengaruh teknik abdominal breathing terhadap penurunan skala nyeri ibu post section caesarea di RSUD Jendral Ahmad Yani Metro (Astriana, 2019).

Berdasarkan paparan diatas peneliti mengambil teknik relaksasi abdominal breathing sebagai upaya untuk mengurangi rasa nyeri, karena dari beberapa hasil penelitian lain

(5)

menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan menurunkan nyeri cukup tinggi setelah dilakukan teknik diafragma. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Pengaruh Teknik Relaksasi Abdomal Breathing terhadap Penurunan Nyeri pada Ibu Post Sectio Caesarea Di RSUD Majalengka”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain/rancangan penelitian pra eksperimen dalam bentuk one group pretest posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien post operasi sectio caesarea di Ruang Nifas RSUD Majalengka pada bulan Desember tahun 2019 sebanyak 55 pasien. Secara umum, untuk penelitian penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Pengukuran skala nyeri yang digunakan dalah skala pendeskripsi Visual Analogue Scale (VAS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariate.

HASIL

Hasil penelitian ini diuraikan dalam bentuk tabel dan narasi sebagai berikut:

Tabel 1

Distribusi Penurunan nyeri pada Ibu Post Sectio Caesarea sebelum dilakukan teknik relaksasi Abdomal Breathing

Variabel Mean Median Min-Mak SD

Penurunan Nyeri 7,7500 7,5000 6,00 – 10,00 1,35680

Berdasarkan tabel 1 didapatkan rata-rata tingkat nyeri pada ibu postsectio caesarea di RSUD Majalengka tahun 2020 sebelum intervensi teknik relaksasi abdomal breathing adalah 7,7500 median 7,5000 dengan standar deviasi 1,35680. Tingkat nyeri pada ibu postsectio caesarea paling rendah adalah 6,00 dan paling tinggi adalah 10,00.

Tabel 2

Distribusi Penurunan Nyeri pada Pasien Sectio Caesarea Setelah Dilakukan Teknik Relaksasi Abdomal Breathing

Variabel Mean Median Min-Mak SD

Penurunan Nyeri 5,0833 5,0000 4,00– 7,00 0,90034

Berdasarkan tabel 2 didapatkan rata-rata tingkat nyeri pada ibu post sectio caesarea di RSUD Majalengka setelah dilakukan intervensi teknik relaksasi abdomal breathing adalah 5,0833, median 5,0000 dengan standar deviasi 0,90034. Tingkat nyeri pada ibu post sectio caesarea paling rendah adalah 4,00 dan paling tinggi adalah 7,00.

(6)

Tabel 3

Pengaruh Teknik Relaksasi Abdomal Breathing terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien Sectio Caesarea

Pengetahuan

Paired Differences

t p-value

Mean Mean

Deviasi

95% CI of the Difference Lower Upper Pretest - Posttest 7,7500

5,0833 2,66 2,17 3,16 11,866 0,000

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata pretest penurunan nyeri sebesar 2,66 dan rata-rata postest penurunan nyeri sebesar 5,0833. Rata–rata perbedaan penurunan nyeri pretest dan postest adalah 2,66. Hasil tersebut menunjukan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi abdomal breathing. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t diperoleh nilai t sebesar 11,866 lebih besar dari nilai t tabel 1,75305 dan p-value sebesar 0,000 (<0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak dengan demikian maka ada pengaruh teknik relaksasi abdomal breathing terhadap penurunan nyeri pada pasien sectio caesarea di RSUD Majalengka.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata tingkat nyeri pada ibu postsectio caesarea di RSUD Majalengka sebelum intervensi teknik relaksasi abdomal breathing adalah 7,75 pada sekala nyeri berat. Tingkat nyeri pada pasien sectio caesarea paling tinggi adalah 10,00 dan paling rendah adalah 6,00. Pada ibu yang mengalami nyeri berat pasca persalinan dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang relaksasi untuk mengatasi nyeri, kurangnya motivasi untuk mobilisasi, atau bisa juga mengalami Infeksi yang menjadi penyebab utama terjadinya nyeri pada bekas operasi caesar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian tentang pengaruh tekhnik abdominal breathing terhadap penurunan skala nyeri ibu post sectiocaesarea di RSUD Jendral Ahmad Yani Metro Lampung, diperoleh hasil rata-rata nyeri post SC sebelum diberikan Abdominal breathing adalah 6,47 pada skala nyeri berat di RSUD Jendral Ahmad Yani Metro Lampung tahun 2019 (Astriana, 2019).

Nyeri sendiri diartikan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang bersifat subyektif. Keluhan sensorik yang dinyatakan sebagai rasa pegal, kemeng, linu, ngilu, cangkeul dan sebagainya dapat dinyatakan sebagai modulasi nyeri (Kiftiyah, 2017). Persepsi nyeri merupakan stimulus nyeri yang ditransmisikan ke medulla spinalis, naik ketalamus, selanjutnya serabut mengandung sel-sel yang bisa mengontrol emosi khususnya ansietas. Sedangkan reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisiologis dan perilaku yang terjadi setelah mempersepsikan nyeri (Astriana, 2019).

(7)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata tingkat nyeri pada ibu post sectio caesarea di RSUD Majalengka setelah dilakukan intervensi teknik abdomal breathing adalah 5,08 pada skala nyeri sedang. Setelah mendapatkan intervensi teknik relaksasi abdomal breathing skala nyeri ibu menjadi berkurang pada skala nyeri sedang, hal ini dikarenakan teknik relaksasi memberikan kenyamanan pada ibu dan memperlancar aliran darah, serta menimbulkan perasaan rileks ketika pasien mengalami serangan rasa sakitnya. Setelah melakukan latihan relaksasi beberapa sesi ibu post SC menjadi lebih rileks dan relatif lebih kurang rasa sakitnya. Sejalan dengan penelitian tetang perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudahpelaksanaan teknik relaksasi nafas dalam dan masase pada pasien post operasi sectio caesaria, didapatkan rata-rata skala nyeri pasien post operasi sectio caesarea setelah diberikan teknik relaksasi adalah 5,4 dengan skala tingkat nyeri sedang (Amir & Nuraeni, 2018).

Nyeri merupakan suatu fenomena yang penuh rahasia. Ada beberapa teori yang menjelaskan mekanisme transmisi nyeri. Diantaranya teori pola (pattern theory) adalah nyeri yang terjadi karena efek-efek kombinasi intensitas syimulus dan jumlah impuls-impuls pada dorsal ujung dari sum-sum belakang. Tidak termasuk aspek-aspek fisiologi. Teori pemisahan (specificity theory) reseptor-reseptor nyeri tertentu menyalurkan impuls-impuls keseluruh jalur nyeri ke otak. Tidak memperhitungkan aspek-aspek fisiologis dari persepsi dan respon nyeri. Teori pengendalian gerbang (gate control theory) Impuls-impuls nyeri dapat dikendalikan oleh mekanisme gerbang pada ujung dorsal dari sum-sum belakang untuk memungkinkan atau menahan transmisi. Faktor-faktor gerbang terdiri dari efek impuls-impuls yang ditransmisi ke serabut-serabut saraf konduksi cepat atau lamban dan efek-efek impuls dari batang otak dan korteks. Teori transmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi implus-implus saraf, sehinggga transmisi implus nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi implus nyeri menjadi efektif oleh implus- implus pada serabut-serabut besar yang memblok implus-implus pada serabut lamban endogen opiate system supersif (Brunner, 2016)

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai p = 0,000 < nilai α = 0,05 dengan demikian Ho ditolak, yang berarti ada pengaruh teknik relaksasi abdomal breathing terhadap tingkat nyeri pada pasien sectio caesarea di RSUD Majalengka. Perbedaan tingkat nyeri dapat dilihat dari rata-rata tingkat nyeri pada ibu postsectio caesarea sebelum intervensi teknik relaksasi abdomal breathing adalah 7,7500. Sedangkan rata-rata tingkat nyeri pada pasien sectio caesarea setelah dilakukan intervensi teknik relaksasi nafas dalam adalah 5,0833. Hal ini membuktikan bahwa teknik relaksasi abdomal breathing lebih efektif digunakan untuk menurunkan tingkat nyeri pada ibu post sectio caesarea. Nyeri akibat

(8)

bayi, seperti mobilisasi terbatas, bounding attachment terganggu, Activity of Daily Living (ADL) terganggu pada ibu dan akibatnya nutrisi bayi berkurang sebab tertundanya pemberian ASI sejak awal, selain itu juga mempengaruhi Inisiasi Menyusui Dini (IMD).

Sejalan dengan hasil penelitian tentang pengaruh tekhnik abdomal breathing terhadap penurunan skala nyeri ibu post sectio caesarea yang menunjukkan ada pengaruh tekhnik abdomal breathing terhadap nyeri post SC (t-test> t hitung, 17,147> 1.725, p–value< 0,05) (Astriana, 2019). Dengan penurunan sebesar 2,133. Kesimpulan ada pengaruh teknik abdominal breathing terhadap penurunan skala nyeri ibu post section caesarea di RSUD.

Jendral Ahmad Yani Metro.

Penanganan nyeri non farmakologis dengan teknik relaksasi merupakan salah satu bentuk tindakan keperawatan mandiri. Meskipun demikian, pelaksanaan manejemen nyeri non farmakologi dengan teknik relaksasi di lapangan belum sepenuhnya dilakukan oleh perawat dalam mengatasi nyeri (Elisa, 2016). Penurunan nyeri oleh teknik relaksasi nafas dalam disebabkan ketika seseorang melakukan relaksasi nafas dalam untuk mengendalikan nyeri yang dirasakan, maka tubuh akan meningkatkan komponen saraf parasimpatik secara stimulan, maka ini menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon kortisol dan adrenalin dalam tubuh yang mempengaruhi tingkat stress seseorang sehingga dapat meningkatkan konsentrasi dan membuat klien merasa tenang untuk mengatur ritme pernafasan menjadi teratur. Hal iniakanmendorong terjadinya peningkatan kadar PaCO2 dan akan menurunkan kadar pH sehingga terjadi peningkatan kadaroksigen (O2) dalam darah (Gallagher &

Gallagher, 2016).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Rata-rata tingkat nyeri pada pasien Sectio Caesarea di RSUD Majalengka tahun 2020 sebelum intervensi teknik relaksasi abdomal breathing adalah 7,7500 yaitu pada tingkatan nyeri berat. 2) Rata- rata tingkat nyeri pada ibu postsectio caesarea di RSUD Majalengka tahun 2020 setelah dilakukan intervensi teknik relaksasi Abdomal Breathing adalah 5,0833 yaitu pada tingkatan nyeri sedang. 3) Ada pengaruh teknik relaksasi abdomal breathing terhadap penurunan nyeri pada ibu post sectio caesarea di RSUD Majalengka.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, N. D., & Nuraeni, P. (2018). Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri di Ruang Nyi Ageng Serang RSUD Sekarwangi. Lentera: Jurnal Ilmiah Kesehatan dan Keperawatan, 3(1), 107-118.

(9)

Aspiani, Y. R. (2018). Buku ajar asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : TIM.

Astriana, A. (2019). Pengaruh tekhnik abdominal breathing terhadap penurunan skala nyeri ibu post sectio caesarea di RSUD Jendral Ahmad Yani Metro. Jurnal Kebidanan Malahayati, 5(2), https://doi.org/10.33024/jkm.v5i2.1260

Brunner, S. (2016). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: Kedokteran Indonesia EGC.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2017). Profil kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2017. Diskes Jabarprov, 52.

Elisa. (2016). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: Kedokteran Indonesia EGC.

Gallagher, S. A., & Gallagher, J. J. (2016). Using problem-based learning to explore unseen academic potential. Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, 7(1), https://doi.org/10.7771/1541-5015.1322

Indrayani, & Moudy., E. U. D. (2016). Asuhan persalinan dan bayi baru lahir. Jakarta: CV Trans Info Media.

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Profil kesehatan Indonesia Tahun 2019. In Kementrian Kesehatan Repoblik Indonesia.

Kiftiyah. (2017). Jurnal keperawatan & kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto. Jurnal Keperawatan & Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto.

Sjamsuhidajat, & Jong, D. (2017). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: Kedokteran Egc.

Suhaidah, H. (2017). Jurnal Keperawatan & Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto.

Jurnal Keperawatan & Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto.

Varney, H., Kriebs, J. M., & Gegor, C. L. (2007). Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta: Egc.

Referensi

Dokumen terkait

Iklim sosial akademik di kedua situs penelitian secara umum dipersepsikan positif atau baik oleh para penghuninya. Meskipun dengan demikian pada kasus.. kedua ditemukan catatan

Prinsip konstruksi komponen, prinsip kerja berdasarkan teori medan tukar ganda dengan hukum Faraday dan Gaya Lorentz, model rangkaian ekivalen motor induksi

Proses yang terjadi dalam pembuatan sabun disebut. sebagai saponifikasi (Girgis,

The obtained data from the XRD-powder were then analyzed as single crystal-like data by using the Direct Methods applied on FullProf Pattern Matching and

Selain adanya perintah dan anjuran untuk memelihara anak yatim dan hartanya dengan baik, Alquran juga menjelaskan mengenai larangan memakan harta anak yang berada

Namun jika hal ini Springate S-Score sebagai model kebangkrutan yang digunakan untuk mengetahui kondisi perusahaan tentunya akan memberikan pengaruh terhadap harga

Oleh karena itu sebelum keputusan meninggalkan perusahaan menjadi kenyataan maka perlu diketahui lebih dini apakah Budaya Organisasi, Perubahan Organisasi dan Kepemimpinan

Fermentasi ekstrak kulit nanas dengan menggunakan bakteri Zymomonas Mobilis dengan variasi pemekatan medium menghasilkan konsentrasi bioethanol tertinggi pada variasi