• Tidak ada hasil yang ditemukan

(M.5) PENERAPAN ANALISIS KONJOIN DENGAN PROSEDUR THURSTONE PADA PREFERENSI MAHASISWA TERHADAP KUALITAS DOSEN SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(M.5) PENERAPAN ANALISIS KONJOIN DENGAN PROSEDUR THURSTONE PADA PREFERENSI MAHASISWA TERHADAP KUALITAS DOSEN SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

(M.5)

PENERAPAN ANALISIS KONJOIN DENGAN

PROSEDUR THURSTONE PADA

PREFERENSI MAHASISWA TERHADAP

KUALITAS DOSEN SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK

FitriCatur Lestari, S. Si., M. Si.

StafPengajarSekolahTinggiIlmuStatistik Jl. Otista No. 64C Jakarta

fitricaturlestari@stis.ac.id

Abstrak

Kualitas perguruan tinggi salah satunya ditentukan oleh kualitas dosen. Harapan terhadap kualitas dosen lebih tepat diukur oleh mahasiswa yang merupakan pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan perkuliahan. Pengukuran harapan ini bisa dilakukan dengan menggunakan analisis preferensi. Pada bidang statistika telah dikenal analisis yang mengkaji tentang preferensi secara khusus yaitu analisis konjoin.

Tahapan analisis conjoin adalah merumuskan masalah, merancang stimuli, mengumpulkan data, menentukan prosedur, dan interpretasi hasil. Pendekatan untuk merancang stimuli dalam penelitian ini yaitu kombinasi berpasangan (pairwise comparison). Kemudian data respon berupa ranking dikumpulkan dengan cara wawancara pada responden yang dipilih berdasarkan metode purpossive sampling. Adapun prosedur analisis yang digunakan adalah Thurstone.

Urutan preferensi mahasiswa terhadap kualitas dosen mencakup penguasaan materi kuliah, kemampuan memotivasi mahasiswa, pembawaan diri, penyampaian materi, dan metode pembelajaran. Mahasiswa dengan IPK tinggi menyukai dosen yang menguasai materi. Sedangkan mahasiswa dengan IPK rendah menyukai dosen yang pembawaan dirinya humoris. Mahasiswa tingkat I lebih menyukai dosen yang memotivasi mahasiswanya daripada dosen humoris. Sebaliknya, mahasiswa tingkat IV lebih menyukai dosen humoris daripada dosen yang memotivasi mahasiswanya. Mahasiswa yang asal SMA-nya dari wilayah Jabodetabek lebih menyukai dosen humoris. Sedangkan mahasiswa yang asal SMA-nya dari luar wilayah Jabodetabek lebih menyukai dosen yang mampu memotivasi mahasiswanya. Mahasiswa laki-laki lebih menyukai dosen yang komunikatif (menyampaikan materi secara dua arah) daripada dosen yang suka memotivasi mahasiswanya. Sebaliknya, mahasiswa perempuan lebih menyukai dosen yang suka memotivasi mahasiswanya daripada dosen yang komunikatif. Mahasiswa yang orang tuanya berpendapatan rendah lebih menyukai dosen yang memotivasi mahasiswanya. Sedangkan mahasiswa yang orang tuanya berpendapatan tinggi lebih menyukai dosen yang humoris.

Kata kunci: konjoin, Thurstone, pairwise comparison, preferensi

1. PENDAHULUAN

Kualitas perguruan tinggi tentu dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terlibat di dalamnya. Salah satu komponen yang memegang peranan penting adalah guru atau pendidik atau pengajar atau dalam perguruan tinggi disebut sebagai dosen. Hal ini didukung oleh Sudiana (2003) yang menyatakan bahwa dosen sebagai salah satu komponen perguruan tinggi berperan sangat besar dalam mewujudkan kualitas perguruan tinggi. Penelitian yang

(2)

dilakukan Pujadi (2007) menghasilkan kesimpulan yang senada yaitu faktor kualitas dosen terbukti berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar mahasiswa dengan tingkat signifikansi 0,01 dan memiliki korelasi yang paling kuat di antara faktor yang lain.

Dosen sebagai salah satu komponen dalam perguruan tinggi mempunyai 3 (tiga) tugas utama dalam rangka penyelenggaraan Tridharma perguruan tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdiaan kepada masyarakat. DPPM (2002) menyebutkan bahwa bidang utama kegiatan dosen adalah melaksanakan pendidikan dan pengajaran. Karena pentingnya tugas-tugas dosen terutama dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran maka perlu adanya telaah mengenai kualitas dosen.

Salah satu cara untuk mengetahui kualitas dosen yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran yaitu dengan cara mengadakan penilaian atau evaluasi. Penilaian yang obyektif mencakup beberapa sudut pandang atau biasa disebut 360 degree evaluation. Beberapa sudut pandang yang relevan dengan penilaian kualitas dosen adalah sudut pandang mahasiswa, dosen senior atau atasan sebagai pejabat fungsional/struktural, rekan kerja dan masyarakat. Penilaian dari sudut pandang mahasiswa menjadi poin paling utama karena mahasiswa terlibat langsung dalam proses belajar mengajar dan mahasiswa merupakan konsumen atau pihak yang berkepentingan (stakeholders). Segala hal tentang penilaian biasanya berkaitan dengan kepuasan. Kepuasan mahasiswa terhadap kualitas dosen terjadi ketika harapannya terhadap kualitas dosen minimal sama dengan kenyataan yang dialaminya dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, harapan mahasiswa terhadap dosen merupakan hal yang menarik dan perlu untuk diteliti. Pada penelitian ini, harapan mahasiswa diwujudkan dalam studi tentang preferensi mahasiswa terhadap kualitas dosen.Chaplin (2002) mendefinisikan preferensi sebagai suatu sikap yang lebih menyukai sesuatu benda daripada benda lainnya. Selanjutnya akan dikaji preferensi tersebut berdasarkan segmen karakteristik mahasiswa: Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), tingkat/kelas, asal SMA, jenis kelamin, dan kemampuan ekonomi (pendapatan) orang tua.

2. METODOLOGI

2.1. Perumusan masalah

Langkah awal dalam melakukan analisis konjoin yaitu perumusan masalah (Aaker et. al., 1980). Perumusan masalah dimulai dari mendefinisikan produk sebagai kumpulan dari atribut-atribut dimana setiap atribut terdiri atas beberapa taraf/level. Informasi mengenai atribut yang mewakili preferensi konsumen bisa diperoleh melalui diskusi dengan pakar, eksplorasi data sekunder, atau melakukan tes awal (Rosada, 2002).

(3)

Kualitas dosen diwujudkan dalam suatu karakteristik atau atribut yang terdiri atas taraf-taraf. Atribut dan taraf dosen dalam studi ini ditetapkan dengan melakukan tes awal atau penelitian pendahuluan. Berikut ini tabel hasil penelitian pendahuluan dalam penentuan atribut dan taraf :

Tabel 1. Atribut yang Berpengaruh pada PreferensiMahasiswa terhadapKualitasDosen

No.

Atribut

Persentase

1 Penyampaian materi

24,00%

2 Metode mengajar kreatif dan inovatif

20,00%

3 Penguasaan materi

19,00%

4 Pembawaan diri

11,50%

5 Suka memotivasi

9,00%

6 Penilaian obyektif

5,50%

7 Sistematika

3,00%

8 Pendidikan

2,00%

9 Wibawa

2,00%

10 Pengelolaan kelas

2,00%

11 Penampilan

1,50%

12 Penggunaan bahan ajar

1,00%

13 Umur

0,00%

Berdasarkan tabel 1, terdapat 5 (lima) atribut yang persentasenya relatif tinggi yaitu berkisar 9,00% sampai 24,00%. Adapun kelima atribut ini masing-masing terdiri atas 2 (dua) taraf dengan perincian : penyampaian materi kuliah (komunikasi dua dan satu arah), metode pembelajaran (kreatif dan tidak), penguasaan materi kuliah (menguasai dan tidak menguasai), pembawaan diri (humoris dan serius), dan kemampuan memotivasi mahasiswa (memotivasi dan tidak memotivasi).

2.2. Perancangan Stimuli

Rancangan kombinasi yang akan digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan pendekatan kombinasi berpasangan (pairwise comparison) atau evaluasi dua atribut (http://www.sawtooth.com, 2001). Karena terdapat 5 atribut, maka kartu yang dievaluasi responden pada pendekatan pairwise comparison ada 5(5-1)/2 yaitu 10 kartu stimuli. Pada tahap ini juga disusun pertanyaan yang berkaitan dengan peubah demografi dalam bentuk kuesioner untuk mengetahui karakteristik mahasiswa.

(4)

2.3. Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini merupakan data primer yang dikumpulkan melalui survei berbasis wawancara dengan menggunakan kuesioner dan kartu-kartu stimuli yang berisi tentang karakteristik atau profil yang menggambarkan kualitas dosen (dalam hal ini pengajar mata kuliah eksak). Penelitian dilakukan di STISpada Rabu-Kamis, 20-21 Juli 2011 dengan melibatkan 125 mahasiswa STIS tahun akademik 2010/2011yang dipilih berdasarkan metode purpossive sampling. Metode purpossive sampling adalah salah satu metode penarikan contoh tak berpeluang dengan mengumpulkan informasi dari sumber yang tepat di antaranya anggota masyarakat yang dipandang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan atau hanya mereka yang dirasa dapat memberikan informasi yang kita butuhkan (Wibisono, 2003). Pemilihan sampel juga didasarkan pemerataan pada segmen yang diduga terdapat perbedaan preferensi mahasiswa terhadap kualitas dosen yaitu IPK, tingkat/kelas, asal SMA, jenis kelamin, dan kemampuan ekonomi (pendapatan) orang tuanya.

2.4. Prosedur Analisis

Prosedur Thurstone digunakan untuk memberikan gambaran mengenai pasangan atribut yang dilakukan dalam pendekatan pairwise comparison (Rosada, 2002). Langkah-langkah yang harus dilakukanyaitu:

1. Menghitung matriks frekuensi, dengan menjumlahkan skor seluruh pengamatan, dengan aturan sebagai berikut:

1, jika atribut i>atribut j

0, jika atribut i<atribut j

0.5, jika atribut i=atribut j

ij

F

 

ij

F =Frekuensi baris ke-i kolom ke-j (kolom lebih penting dari baris)

2. Menghitung matriks proporsi (Pij) yaitu membagi setiap unsure matriks frekuensi

dengan jumlah responden.

ij ij F P n

3. Mentransformasi unsure matriks proporsi menjadi normal baku (Zij).

4. Mengurutkan kolom mariks Z dari kolom dengan rataan terkecil hingga terbesar. 5. Menghitungselisihantarkolomterdekat.

6. Menghitungnilaiskaladengannilaiskalaawalnoldannilaiskalaberikutnyaadalahnilaikumula tifdarinilaiskalasebelumnya.

(5)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Preferensi Mahasiswa terhadap Kualitas Dosen

SAS berbasis Command Line Interface (CLI) dan Microsoft Excel adalah software yang digunakan untuk melakukan prosedur Thurstone. Prosedur tersebut meliputi langkah-langkah yang terdapat pada lampiran. Berdasarkan langkah-langkah 4 (hasil akhir), dapat dirangkum informasi seperti dalam tabel 2.

Tabel 2 menerangkan bahwa nilai skala terkecil hingga terbesar atau atribut yang memiliki preferensi yang paling tinggi (paling disukai) hingga paling rendah (paling tidak disukai) berturut-turut yaitu penguasaan materi kuliah (0.00), kemampuan memotivasi mahasiswa (0.32), pembawaan diri (0.60), penyampaian materi (0.72) dan metode pembelajaran (0.86).

Tabel 2 Hasil Prosedur Thurstone

No. Atribut NilaiSkala Urutan

1. Penyampaianmateri 0,72 4

2. Metodepembelajaran 0,86 5

3. Penguasaanmaterikuliah 0,00 1

4. Pembawaandiri 0,60 3

5.

Kemampuanmemotivasimahasiswa

0,32

2

Keterangan: Urutan terkecil=paling disukai

3.2. Segmentasi Preferensi Mahasiswa terhadap Kualitas Dosen

Segmentasi preferensi mahasiswa terhadap kualitas dosen ditinjau menurut karakteristik IPK, tingkat/kelas, asal SMA, jenis kelamin, dan kemampuan ekonomi (pendapatan) orang tuanya. Berikut ini penggambaran preferensi mahasiswa terhadap kualitas dosen pada tiap segmen.

Gambar 1. Perbandingan preferensi mahasiswa terhadap kualitas dosen berdasarkan segmen IPK

0 1 2 3 4 5 6

IPK RENDAH IPK TINGGI

U ru ta n K e p e n ti n g a n Penyampaian materi Metode pembelajaran

Penguasaan materi kuliah

Pembawaan diri

Kemampuan memotivasi mahasiswa

(6)

Gambar 1. menunjukkan adanya kecenderungan mahasiswa yang mempunyai IPK tinggi paling menyukai dosen yang menguasai materi. Sedangkan mahasiswa yang mempunyai IPK rendah paling menyukai dosen yang pembawaan dirinya humoris. Bagi mahasiswa yang memiliki IPK tinggi, setelah penguasaan materi, dosen yang mampu memotivasi mahasiswa dan pembawaan diri yang humoris lebih disukai. Sedangkan mahasiswa yang memiliki IPK rendah, penguasaan materi dan kemampuan memotivasi mahasiswa adalah atribut terpenting kedua dan ketiga yang disukainya dari profil seorang dosen. Kemudian pada tingkat keempat dan kelima atribut yag disukai, baik mahasiswa yang IPK-nya tinggi maupun rendah, sama-sama menyukai dosen yang penyampaian materinya dengan komunikasi dua arah dan metode pembelajarannya kreatif.

Gambar 2. Perbandingan preferensi mahasiswa terhadap kualitas dosen

berdasarkan segmen tingkat

Preferensi mahasiswa terhadap kualitas dosen ternyata berbeda pada mahasiswa tingkat I dan tingkat IV terutama pada atribut kedua dan ketiga. Mahasiswa tingkat I lebih menyukai dosen yang memotivasi mahasiswanya daripada dosen yang humoris. Sebaliknya, mahasiswa tingkat IV lebih menyukai dosen yang humoris daripada dosen yang memotivasi mahasiswanya. Hal ini diduga dikarenakan mahasiswa tingkat I memang membutuhkan motivasi pada masa-masa awal proses belajarnya di perguruan tinggi sedangkan mahasiswa tingkat IV lebih memerlukan suasana belajar yang santai dengan pembawaan diri dosen yang humoris pada masa-masa akhir proses belajarnya di perguruan tinggi.

Gambar 3. Perbandingan preferensi mahasiswa terhadap kualitas dosen berdasarkan segmen asal SMA

0 1 2 3 4 5 6 TINGKAT I TINGKAT IV U ru ta n K e p e n ti n g a n Penyampaian materi Metode pembelajaran Penguasaan materi kuliah Pembaw aan diri Kemampuan memotivasi mahasisw a 0 1 2 3 4 5 6

LUAR JABODETABEK JABODETABEK

U ru ta n K e p e n ti n g a n Penyampaian materi Metode pembelajaran Penguasaan materi kuliah Pembaw aan diri Kemampuan memotivasi mahasisw a

(7)

Pada gambar3 dapat dideskripsikan bahwa mahasiswa yang asal SMA-nya di wilayah Jabodetabek lebih menyukai dosen yang humoris, penyampaian materi komunikatif, serta memotivasi mahasiswanya. Sedangkan mahasiswa yang asal SMA-nya di luar wilayah Jabodetabek lebih menyukai dosen yang mampu memotivasi mahasiswanya, humoris dan penyampaian materinya komunikatif. Hal ini diperkirakan karena mahasiswa yang asalnya dari luar Jabodetabek lebih membutuhkan motivasi terutama akibat jauhnya mereka dari lingkungan keluarga. Demikian pula dengan mahasiswa yang asalnya dari Jabodetabek, karena sudah terbiasa dengan lingkungan perkotaan bertekanan jiwa serta sosial yang tinggi, maka dosen yang humoris lebih membawa suasana kelas yang dapat mengurangi tekanan tersebut terutama dalam proses belajar.

Gambar 4. Perbandingan preferensi mahasiswa terhadap kualitas dosen berdasarkan segmen jenis kelamin

Hal menarik dari preferensi mahasiswa terhadap kualitas dosen ditinjau dari segmen jenis kelamin adalah mahasiswa laki-laki lebih menyukai dosen yang komunikatif (menyampaikan materi secara dua arah) daripada dosen yang suka memotivasi mahasiswanya. Sedangkan mahasiswa perempuan sebaliknya, lebih menyukai dosen yang suka memotivasi mahasiswanya daripada dosen yang komunikatif. Hal ini mungkin disebabkan karena mahasiswa perempuan lebih didominasi oleh perasaannya yang lebih membutuhkan motivasi daripada mahasiswa laki-laki yang didominasi oleh akal pikirannya.

Gambar 5. Perbandingan preferensi mahasiswa terhadap kualitas dosen berdasarkan segmen pendapatanorang tua

0 1 2 3 4 5 6

PENDAPATAN ORANG TUA RENDAH

PENDAPATAN ORANG TUA TINGGI U ru ta n K e p e n ti n g a n Penyampaian materi Metode pembelajaran Penguasaan materi kuliah Pembaw aan diri

Kemampuan memotivasi mahasisw a

0 1 2 3 4 5 6 LAKI-LAKI PEREMPUAN U ru ta n K e p e n ti n g a n Penyampaian materi Metode pembelajaran

Penguasaan materi kuliah

Pembaw aan diri

Kemampuan memotivasi mahasisw a

(8)

Seperti halnya pada segmentasi sebelumnya, perbedaan preferensi juga tampak pada segmen pendapatan orang tua. Mahasiswa yang orang tuanya berpendapatan rendah lebih menyukai dosen yang memotivasi mahasiswanya, humoris dan komunikatif. Sedangkan mahasiswa yang orang tuanya berpendapatan tinggi tampaknya lebih menyukai dosen yang humoris, komunikatif, dan kemudian mampu memotivasi mahasiswanya. Hal ini diduga terjadi karena pada kondisi ekonomi yang sulit, mahasiswa lebih membutuhkan motivasi dari dosennya daripada pada kondisi ekonomi yang berkecukupan. Sedangkan pada kondisi ekonomi yang memadai, kecenderungan manusia ingin memenuhi kebutuhan tersiernya seperti hiburan, kenyamanan, dll.

4. KESIMPULAN

Urutan preferensi mahasiswa terhadap kualitas dosen mencakup penguasaan materi kuliah, kemampuan memotivasi mahasiswa, pembawaan diri, penyampaian materi, dan metode pembelajaran. Mahasiswa dengan IPK tinggi menyukai dosen yang menguasai materi. Sedangkan mahasiswa dengan IPK rendah menyukai dosen yang pembawaan dirinya humoris. Mahasiswa tingkat I lebih menyukai dosen yang memotivasi mahasiswanya daripada dosen humoris. Sebaliknya, mahasiswa tingkat IV lebih menyukai dosen humoris daripada dosen yang memotivasi mahasiswanya. Mahasiswa yang asal SMA-nya dari wilayah Jabodetabek lebih menyukai dosen humoris. Sedangkan mahasiswa yang asal SMA-nya dari luar wilayah Jabodetabek lebih menyukai dosen yang mampu memotivasi mahasiswanya. Mahasiswa laki-laki lebih menyukai dosen yang komunikatif (menyampaikan materi secara dua arah) daripada dosen yang suka memotivasi mahasiswanya. Sebaliknya, mahasiswa perempuan lebih menyukai dosen yang suka memotivasi mahasiswanya daripada dosen yang komunikatif. Mahasiswa yang orang tuanya berpendapatan rendah lebih menyukai dosen yang memotivasi mahasiswanya. Sedangkan mahasiswa yang orang tuanya berpendapatan tinggi lebih menyukai dosen yang humoris.

(9)

E-C D-E A-D B-A A 0,273 0,280 0,233 0,423 B 0,048 0,347 -0,211 0,423 C 0,402 0,305 0,079 -0,179 D 0,494 0,212 0,233 -0,021 E 0,402 0,212 0,301 0,046 Jumlah 1,618 1,356 0,634 0,694 Rata-rata 0,324 0,271 0,127 0,139 Atribut C E D A B Rata-rata 0 0,324 0,271 0,127 0,139 Nilai skala 0 0,324 0,595 0,722 0,860 Urutan 1 2 3 4 5 5. DAFTAR PUSTAKA

Aaker DA, Day GS. (1980). Marketing Research. New York : John Willey&Son, Inc.

Chaplin JP. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Edisi kelima. Terjemahan: dr. Kartini Kartono. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

[DPPM] DirektoratPenelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. (2002). Kebijakan dan Program Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

http://www.sawtooth.com, Conjoint Analysis, (2001).

Pujadi A. (2007). Faktor-Faktor yang MempengaruhiMotivasiBelajarMahasiswa:

StudiKasuspadaFakultasEkonomiUniversitasBundaMulia. Business & Management Journal BundaMulia, Vol: 3, No. 2.

Rosada R. (2002). PerbandinganMetode Pairwise Comparison dan Full profile

dalamPengumpulan Data untukAnalisisKonjoin. Skripsi. JurusanStatistika IPB. Bogor. Sudiana IN. (2003). PerananProfesionalismeTenagaPengajar (Dosen) terhadap Proses

Pembelajaran di PerguruanTinggi. JurnalPendidikandanPengajaran IKIP NegeriSingaraja, No. 4 TH. XXXVI.

Wibisono D. (2003). RisetBisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama .

6. LAMPIRAN Langkah 1

Langkah 2 Langkah 3

Langkah 4

NO_KARTU ATRIBUT1 ATRIBUT2 sumFIJ sumFJI FIJp FJIp zFIJ zFJI 1 1 2 42 83 0,336 0,664 -0,423 0,423 2 1 3 98 27 0,784 0,216 0,786 -0,786 3 1 4 74 51 0,592 0,408 0,233 -0,233 4 1 5 87 38 0,696 0,304 0,513 -0,513 5 2 3 91 34 0,728 0,272 0,607 -0,607 6 2 4 73 52 0,584 0,416 0,212 -0,212 7 2 5 89 36 0,712 0,288 0,559 -0,559 8 3 4 30 95 0,24 0,76 -0,706 0,706 9 3 5 43 82 0,344 0,656 -0,402 0,402 10 4 5 73 52 0,584 0,416 0,212 -0,212 A B C D E A 0,000 0,423 -0,786 -0,233 -0,513 B -0,423 0,000 -0,607 -0,212 -0,559 C 0,786 0,607 0,000 0,706 0,402 D 0,233 0,212 -0,706 0,000 -0,212 E 0,513 0,559 -0,402 0,212 0,000 Jumlah 1,108 1,802 -2,500 0,474 -0,883 Urutan 4 5 1 3 2

Gambar

Tabel  2  menerangkan  bahwa  nilai  skala  terkecil  hingga  terbesar    atau  atribut  yang  memiliki  preferensi  yang  paling  tinggi  (paling  disukai)  hingga  paling  rendah    (paling  tidak  disukai)  berturut-turut  yaitu  penguasaan  materi  kul
Gambar 4. Perbandingan preferensi mahasiswa terhadap kualitas dosen           berdasarkan segmen jenis kelamin

Referensi

Dokumen terkait

Tidak adanya interaksi perlakuan kombinasi media tanam dan pemberian pupuk NPK terhadap tinggi bibit, jumlah pelepah, panjang pelepah dan volume akar bibit kelapa

1) Melaksanakan pembinaan anak terlantar dan penanganan anak jalanan baik di dalam maupun di luar panti. 2) Melaksanakan pelayanan kesejahteraan anak yatin dan piatu,

Tujuan kegiatan pengabdian adalah memberikan penyuluhan tentang pentingnya label pada kemasan ( packaging ) produk pada UMKM Serambi Milk dan penyuluhan tentang

Prosedur ini mencakup pemindahan trombus dari arteri karotis interna yang mengalami stenosis. Pada pasien yang mengalami stroke di daerah sirkulasi anterior atau yang mengalami

Jadi pembangunan pendidikan itu penting dan merupakan wujud pembangunan nasional karena selain untuk peningkatan sumber daya manusia secara pribadi manfaatnya bagi

Segmentasi pasar dari produk benih ikan gurame yang diberikan stimulan pertumbuhan ini adalah masyarakat Kota Bogor. Target usaha bisnis benih ikan gurame ini

Untuk mengisi text pada Combo Box, maka kita klik kanan lalu pilih Builder, tampil kotak dialog Combo Box Builder, pastikan pilihan pada “1.. Pada Fill the List with:

Elektrokardiogram (EKG) adalah rekaman Elektrokardiogram (EKG) adalah rekaman konduksi listrik jantung EKG digunakan secara konduksi listrik jantung EKG digunakan