• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena masa nifas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena masa nifas"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena masa nifas merupakan masa yang kritis baik bagi ibu maupun bayinya, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian setelah persalinan terjadi dalam 24 jam pertama (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Periode paska persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu dan bayi secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik negara maju ataupun negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikanya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa paska persalinan (Prawirohardjo, 2008).

Meskipun tergolong Negara maju, warga Taiwan, China, Hongkong dan Singapura, masih secara ketat menjalankan sebuah tradisi lama yang masih berlangsung diantara masyarakat Tionghoa berupa (Zuo yue zi) atau Co guek lai yaitu ibu nifas harus duduk sepanjang satu bulan serta mengkonsumsi bahan makanan yang sudah ditentukan. Demikian pula untuk sebagian kecil masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia, dan diberbagai negara dipenjuru dunia lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga estetika dan keindahan tubuh wanita setelah melahirkan, bukan semata – mata karena untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya

(2)

(Ayung, 2013).

Larangan makanan tertentu juga ada pada masyarakat di Meksiko yaitu setiap ibu paska persalinan dilarang makan makanan yang bersifat dingin seperti tomat, bayam dan jenis buah – buahan yang asam dengan alasan keasamanya dapat mempersulit penyembuhan kesehatan ibu nifas (Harnany A.S, 2006).

Di Indonesia ditemukan angka kejadian tarak (Pantang) terhadap Makanan pada ibu nifas sebesar 35-45%. Sedangkan di Jawa timur tahun 2000 angka kejadian tarak (pantang) terhadap makanan pada ibu nifas sebesar 39,6% (Suprabowo, 2006).

Data menunjukan bahwa seperempat dari wanita usia reproduktif di negara berkembang mengalami kesakitan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, nifas. Setiap tahunnya komplikasi persalinan menyebabkan kematian wanita didunia, kematian bayi berusia satu minggu dan bayi lahir mati. Dampak sosial dan ekonomi dari kejadian ini dapat dipastikan sangatlah besar, baik bagi keluarga, masyarakat, maupun angka kerja disuatu negara (Syafrudin dan Meriam, 2010).

Dalam SDKI 2012, angka kematian ibu meningkat menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Target penurunan kematian maternal merupakan salah satu indikator kelima MDGs (Millenium Development Goals) yang harus dicapai pada tahun 2015 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk mencapai target tersebut MDGs mengeluarkan program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) dengan tujuan angka kematin ibu dan bayi menurun menjadi 25% (BKKBN, 2013).

Penyebab kematian maternal berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia 2008, dikelompokan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab

(3)

langsung kematian maternal yaitu perdarahan (28%), eklamsi (26%) dan infeksi (11%). Sedangkan penyebab tidak langsung (35%) kematian maternal terkait dengan kondisi sosial, ekonomi, geografi serta budaya masyarakat.

Masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dapat dihubungkan dengan faktor sosial budaya didalam masyarakat. Selain itu, karena faktor kepercayaan, pengetahuan dan persepsi mengenai berbagai pantangan makanan dan aktifitas tertentu seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak (Mass, 2004).

Menurut Syafrudin dan Meriam (2010) banyak sekali pengaruh atau faktor yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan, tetapi banyak yang mempengaruhi kesehatan di Indonesia, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun temurun masih dianut sampai saat ini.

Perawatan nifas penting baik untuk ibu maupun bayinya. Perawatan nifas ini memberikan kesempatan untuk mengobati komplikasi yang timbul dalam persalinan dan untuk memberikan informasi penting kepada ibu tentang cara merawat dirinya dan bayinya. Perawatan paling dini pada periode setelah melahirkan sangat penting karena dalam dua hari pertama setelah melahirkan sangat krusial, kematian ibu dan neonatal paling banyak terjadi dalam dua hari pertama setelah melahirkan (BKKBN, 2013).

(4)

Berdasarkan penelitian Alwi (2007) di Papua, penduduk Kamoro mempercayai berbagai jenis pantangan makanan yang harus dipatuhi. Hampir semua jenis makanan yang dipantangkan mengandung protein tinggi seperti ikan belut, burung kasuari, penyu dan kelapa putih. Banyak masyarakat dari berbagai budaya percaya adanya hubungan antara makanan dengan kesehatan ibu nifas yang kurang tepat, masyarakat memberikan perlindungan yang bersifat terlalu monoton terhadap ibu nifas sehingga pantangan makanan harus semuanya dipatuhi karena kepercayaan mereka terhadap kekuatan sakti dari roh, setan atau yang disebut mbii.

Perilaku yang kurang mendukung selama masa nifas juga terjadi di Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara yaitu 41,7% ibu nifas berpantang mengkonsumsi makanan tertentu berupa daging dan ikan yang lebih dikaitkan dengan agar ASI (air susu ibu) tidak berbau amis yang dapat menyebabkan muntah jika disusukan ke bayinya (Suryawati, 2007).

Dalam penelitian Wulyanto dan Winaryati (2007) di Demak terdapat 63,1% ibu nifas melakukan beberapa pantangan aktifitas yaitu harus berbaring ditempat tidur sebulan penuh, disebabkan oleh budaya yang telah turun temurun dengan alasan akan mendapat bala (musibah) bagi yang melanggarnya sehingga akan berdampak pada ibu dan anaknya. Sedangkan pantangan pada makanan tertentu lebih cenderung demi kesehatan ibunya, agar segera cepat pulih kembali, bahkan dari hasil penelitian ini ada 86,2% ibu nifas menderita anemia.

Budaya Minang juga terdapat upaya yang dilakukan untuk pemulihan tingkat kebugaran tubuh, dengan melakukan perawatan mandi betangeh. Mandi betangeh itu

(5)

adalah rebusan dari daun-daunan rempah, seperti daun jeruk purut, daun kunyit, daun sereh, daun setawa, daun sedingin, daun seringa-ringa, daun asam-asam semua direbus selama 1 jam dalam belanga besar, setelah di rebus, dibuka tutup belanganya dan ibu menggunakan kain atau sarung lalu duduk di atas bangku dan ditutupi tikar. Mandi betangeh ini dilakukan sebanyak 4-6 kali selama masa nifas. Selain itu, anjuran lain berupa minum kopi yang sudah dicampur dengan kuning telur ayam kampung yang bertujuan untuk mengeluarkan darah kotor (Hayati, 2011).

Beberapa fakta - fakta yang terjadi pada masyarakat tentang perawatan pada ibu hamil dan nifas, dapatlah dikatakan bahwa memang benar ada beberapa nilai kepercayaaan masyarakat yang berhubungan dengan perawatan ibu hamil dan ibu nifas. Mengingat dan mempertimbangkan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beraneka ragam suku dan budaya, maka fenomena tersebut sangat wajar terjadi. Pengetahuan tentang aspek budaya merupakan hal yang penting diketahui oleh tenaga kesehatan untuk memudahkan dalam melakukan pendekatan dan pelayanan kesehatan. Karena tidak semua perawatan yang dilakukan dengan berpedoman pada warisan leluhur tersebut bisa diterima sepenuhnya, bisa saja perawatan-perawatan yang dilakukan tersebut memberikan dampak kesehatan yang kurang menguntungkan bagi ibu dan bayinya. Hal ini tentu saja memerlukan perhatian khusus untuk mengatasinya (Swasono, 1998).

Dari studi pendahuluan pada ibu – ibu nifas di desa Rawang Lama Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara. Ibu nifas disini juga melakukan pantangan makan makanan tertentu diantaranya ikan dengan alasan supaya jalan lahirnya cepat pulih

(6)

seperti sebelum hamil dan agar ASI tidak berbau amis. Sedangkan makanan yang dianjurkan berupa makanan kering dan tidak bersantan. Kebiasaan penguapan pada jalan lahir ibu nifas juga dilakukan pada masyarakat desa Rawang Lama khususnya dilakukan pada masyarakat Jawa. Sewaktu dilakukan wawancara terhadap bidan desa Rawang Lama dijumpai ada ibu nifas dengan masalah anemia dan masalah ASI tidak keluar.

Dari uraian diataslah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perspektif budaya Jawa dalam melakukan perawatan masa nifas di Desa Rawang Lama Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan.

1.2 Permasalahan

Kentalnya budaya masyarakat pantang makan dan aktifitas tertentu pada ibu nifas di Indonesia dapat berdampak negatif pada kesehatan ibu, oleh karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimanakah perspektif budaya Jawa dalam melakukan perawatan ibu nifas di Desa Rawang Lama Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan Tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perspektif budaya Jawa dalam melakukan perawatan ibu nifas di Desa Rawang Lama Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan Tahun 2014.

(7)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi ibu hamil, ibu nifas dan keluarga

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi tenaga kesehatan dalam pemberian KIE kepada masyarakat sehingga meningkatkan pengetahuan ibu hamil, nifas dan keluarga dalam melakukan perawatan masa nifas yang mempercepat pemulihan kesehatan ibu.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Memberikan advokasi, komunikasi informasi edukasi (KIE) pada ibu hamil dan nifas sewaktu berkunjung ke tenaga kesehatan tentang perawatan masa nifas yang mendukung meningkatkan kesehatan ibu.

3. Bagi Desa Rawang Lama

Hasil penelitian ini mampu memberikan informasi kepada pihak yang berkompeten (stake holder) di Desa Rawang Lama untuk menyusun langkah-langkah yang strategis, tepat, dan lebih kontekstual yang bekerjasama dengan tenaga kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam melakukan perawatan masa nifas yang mempercepat pemulihan kesehatan ibu dan bayinya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian diperoleh bahwa kesetaraan gender di SD IT Permata Bunda 2 Bandar Lampung masih kurang terealisasikan dengan baik, terlihat dari peran penting yang

Gambar 5.40 Implementasi Halaman Jadwal Mengajar yang Masuk E-mail user 87 Gambar 5.41 Implementasi Halaman Pemberitahuan Jam Mengajar yang Masuk E-mail user

Rahap awal yaitu kita mengindentifikasi plat nomor kendaraan, setelah itu kamera akan terhubung dengan Raspberry pi yang telah terdeteksi dan akan masuk ke database

Metode analisis yang digunakan adalah metode OCTAVE Allegro.Metode ini digunakan dalam pengukuran risiko TI, dengan beberapa langkah yang berperan penting dalam mencari

Dalam rangka meningkatkan performa dan kinerja , banyak perusahaan mencoba untuk membangun sebuah sistem yang didasarkan pada konsep "relationship management" untuk

Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan,kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan

Penyusunan kurikulum Sekolah Dasar Negeri Bedilan sebagai salah satu bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dapat digunakan sebagai kurikulum operasional dalam

Disetiap lembaga pendidikan, seorang guru sangatlah penting karena tugas guru salah satunya adalah menjalankan proses belajar mengajar. Setiap hari guru dan siswa