• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

5 2.1.1 Pencemaran Lingkungan

Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada menjadi kondisi yang lebih buruk. Definisi pencemaran lingkungan hidup dalam undang-undang No. 32 Tahun 2009 adalah masuk atau dimasukkannya mahkluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Definisi lainnya, pencemaran adalah perubahan yang tak dikehendaki dari lingkungan yang sebagian besar akibat dari kegiatan manusia (Darmono, 1995). Perubahan ekosistem atau habitat dapat berupa perubahan fisik, kimia, atau perilaku biologis yang akan mengganggu kehidupan manusia, spesies, biota bermanfaat, proses- proses industri, kondisi kehidupan, dan aset kultural. Selain itu perubahan ekosistem akibat kegiatan manusia yang merusak atau menghamburkan secara sia-sia sumberdaya yang ada di alam (Palar, 1994).

Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan pencemar atau polutan.

Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat racun atau toksik yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah

(2)

yang kemudian menjadi pemicu terjadinya pencemaran. (Palar, 2008). Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan oleh berbagai aktivitas tersebut maka perlu dilakukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan, termasuk baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku mutu udara emisi, dan sebagainya.

Baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di dalam air, tetapi air tersebut tetap dapat digunakan sesuai dengan kriterianya. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemar ke dalam air pada sumber air sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu air (Kristianto, 2004)

2.1.2 Pencemaran Air

Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 82 tahun 2001,pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkannya.

Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air yaitu terganggunya kehidupan organisme air , pendangkalan dasar perairan ; punahnya biota air seperti ikan ; menjalarnya wabah penyakit seperti muntaber ; dan banjir akibat tersumbatnya saluran air (Gabriel, 2001).

(3)

Sumber pencemaran adalah setiap kegiatan yang membuang bahan pencemar. Bahan pencemar tersebut dapat berbentuk padat, cair, gas atau partikel tersuspensi dalam kadar tertentu ke dalam lingkungan, baik melalui udara, air maupun daratan pada akhirnya akan sampai pada manusia. Daur pencemaran lingkungan akan memudahkan di dalam melakukan penelitian dan pengambilan contoh lingkungan serta analisis contoh lingkungan (Wardhana, 2001).

Pencemaran air dapat semakin luas, tergantung dari kemampuan badan air penerima polutan untuk mengurangi kadar polutan secara alami. Apabila kemampuan badan air tersebut rendah dalam mereduksi kadar polutan, maka akan terjadi akumulasi polutan dalam air sehingga badan air akan menjadi tropik.

(Fardiaz, 1992) .

2.2 Limbah Cair

Secara umum pengertian limbah cair adalah cairan yang dihasilkan dari kegiatan manusia yang mengandung zat-zat yang dapat mencemari lingkungan..

Menurut beberapa sumber berikut ini adalah pengertian limbah cair. Limbah cair dapat dipandang sebagai kejadian masuknya atau dimasukkannya benda padat, cair dan gas ke dalam air dengan sifatnya berupa endapan atau padat, padat tersuspensi, terlarut, sebagai koloid, emulsi, yang menyebabkan air dimaksud harus dipisahkan atau dibuang. Air buangan kemudian disebut sebagai air buangan tercemar secara fisik, biologis, kimia bahkan mungkin radioaktif. Air buangan yang keluar dari sumber air buangan disebut efluen, sedang air buangan yang masuk ke tempat pengumpul disebut influen (Tjokrokusumo,1998) .

(4)

Air buangan adalah air yang mengandung kotoran atau buangan atau bahan pencemar yang berasal dari aktivitas manusia sehari-hari, baik dari kegiatan rumah tangga, pertanian dan juga berasal dari air tanah sebagai air buangan lainnya (Sugiharto, 1987).

Air buangan adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir 0,1% dari padanya berupa benda- benda padat yang terdiri dari zat organik dan bahan organik (Suparman &

Suparmin, 2002).

Menurut Tjokrokusumo (1998) air buangan dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Air buangan domestik, yaitu air buangan yang berasal dari rumah tangga, sekolah, perkantoran, hotel, rumah sakit, pasar dan pertokoan, restoran dan lain-lain; dan

b. Air buangan pabrik, yaitu air buangan yang berasal dari sisa air proses pabrik, air pembantu, tercampur atau tidak tercampur dengan air keperluan dapur rumah tangga pabrik.

Air buangan merupakan kotoran yang sudah tidak dipergunakan lagi oleh masyarakat dan mempunyai efek yang dapat membahayakan kesehatan manusia, merusak atau membunuh kehidupan dalam air dan dapat juga mengganggu keindahan (Sugiharto, 1987). Pengolahan terhadap air buangan sangat penting dilakukan sebagai usaha untuk mengurangi konsentrasi polutan air buangan ke badan air.

Menurut Tjokrokusumo (1998), yang dimaksud dengan pengolahan adalah konsep teknologi bersih untuk meminimalkan pencemaran yaitu dengan

(5)

menurunkan dampak penting negatif akibat masuk atau dimasukkannya unsur fisik, kimia, biologi atau radioaktif yang berkualitas sebagai polutan / pencemar.

Zat yang terdapat dalam buangan diantaranya adalah unsur-unsur organik tersuspensi maupun terlarut dan juga unsur-unsur anorganik serta mikroorganisme. Unsur-unsur tersebut memberikan corak kualiatas air buangan dalam sifat fisik kimiawi maupun biologi. Karakteristik dan sumber air limbah dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Karakteristik dan sumber air limbah

Karakteristik Komponen Sumber

Fisik

Padatan tersuspensi

Air limbah industri, domestik, dan erosi tanah

Warna Air limbah industri dan domestik Bau Dekomposisi air limbah dan air

limbah industri

Temperatur Air limbah industri dan domestik Kimia

Organik

Karbohidrat Air limbah industri, komersial dan domestik

Minyak dan Lemak

Air limbah industri, komersial dan domestik

Pestisida Lahan pertanian

Phenol Air limbah industri

Protein Air limbah komersial dan domestik Surfaktan Air limbah industri dan domestik

Anorganik

Alkalinitas Infiltrasi air tanah dan buangan domestik

Chlorida Infiltrasi air tanah dan buangan domestik

(6)

Karakteristik Komponen Sumber Logam berat Air limbah industri

Nitrogen Air limbah domestik dan pertanian

pH Air limbah industri

Phosphor Air limbah domestik, industri, dan pertanian

Sulfur Air limbah industri dan domestik Bahan beracun Air limbah industri

Gas-gas

Hidrogen sulfida Dekomposisi buangan domestik Methan Dekomposisi buangan domestik,

pengolahan air limbah secara anaerob

Oxygen Air permukaan

Biologi

Animal Instalasi pengolahan

Plants Instalasi pengolahan Protista Buangan domestik dan Instalasi

pengolahan

Virus Buangan domestik

Sumber : Metcalf dan Eddy (2003)

2.2.1 Kualitas Limbah

Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah kandungan bahan pencemar di dalam limbah. Kandungan pencemar di dalam limbah terdiri dari berbagai parameter. Semakin kecil jumlah parameter dan semakin kecil konsentrasinya, hal itu menunjukkan semakin kecilnya peluang untuk terjadinya pencemaran lingkungan.

(7)

Beberapa kemungkinan yang akan terjadi akibat masuknya limbah ke dalam lingkungan. (Kristianto, 2004) :

a. Lingkungan tidak mendapat pengaruh yang berarti. Hal ini disebabkan karena volume limbah kecil, parameter pencemar yang terdapat dalam limbah sedikit dengan konsentrasi yang kecil.

b. Ada pengaruh perubahan, tetapi tidak mengakibatkan pencemaran.

c. Memberikan perubahan dan menimbulkan pencemaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas limbah (Kristianto, 2004) adalah:

a. Volume limbah.

b. Kandungan bahan pencemar.

c. Frekuensi pembuangan limbah.

2.2.2 Karakteristik Air Limbah

Hindarko (2003) menyatakan bahwa melebihi suatu karakteristik tertentu, buangan air limbah ke sungai, danau, laut dan lain-lain, akan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Karakteristik fisik air limbah menurut Hindarko, 2003 antara lain meliputi jumlah zat padat terlarut, bau, suhu, berat jenis dan warna. Sementara karakteristik kimiawi air limbah meliputi bahan organik dalam air limbah (protein, karbohidrat, lemak dan minyak, surfaktan, pestisida), senyawa anorganik dalam air limbah (pH, alkalinitas, klor, nitrogen, fosfor, logam berat dan senyawa beracun). Karakteristik biologis dari air limbah meliputi jamur, ganggang, dan organisme pathogenik.

(8)

2.2.3 Parameter Air Limbah

Menurut Wardhana (2001) parameter yang dapat digunakan sebagai parameter air limbah adalah :

a. Kandungan zat padat (total solid, suspending solid, dissolved solid).

b. Kandungan zat organik

c. Kandungan zat anorganik (P, Pb, Cd, Mg) d. Kandungan gas ( O2, N, CO2)

e. Kandungan bakteri ( Escherichia coli) f. Kandungan pH

g. Suhu

2.2.4 Pengukuran Kadar Pencemar dalam Air Limbah

Berikut beberapa parameter yang digunakan untuk mengukur kandungan zat pencemar organik dalam air limbah yaitu chemical oxygen demand (COD) dan biochemical oxygen demand (BOD). (Wardhana, 2001)

2.2.4.1 Chemical Oxygen Demand (COD)

Chemical Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah

oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Dalam hal ini bahan buangan organik akan dioksidasi oleh Kalium bikromat menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion krom. Kalium bikromat atau K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Oksidasi terhadap bahan buangan organik akan mengikuti reaksi berikut ini:

CaHbOc + Cr2O72- + H+  CO2 + H2O + Cr3+

(9)

Reaksi tersebut perlu pemanasan dan juga penambahan katalisator perak sulfat (Ag2SO4) untuk mempercepat reaksi. Apabila dalam bahan buangan organik diperkirakan ada unsur chlorida yang dapat mengganggu reaksi maka perlu ditambahkan merkuri sulfat untuk menghilangkan gangguan tersebut. Chlorida dapat mengganggu karena akan ikut teroksidasi oleh kalium bichromat sesuai dengan reaksi berikut ini :

6Cl- + Cr2O72- + 14H+  3Cl2 + 2Cr3+ + 7H2O

Apabila dalam larutan air lingkungan terdapat chlorida, maka oksigen yang diperlukan pada reaksi tersebut tidak menggambarkan keadaan sebenarnya.

Seberapa jauh tingkat pencemaran oleh bahan buangan organik tidak dapat diketahui secara benar. Penambahan merkuri sulfat bertujuan untuk mengikat ion chlor menjadi merkuri chlorida mengikuti reaksi berikut ini:

Hg2+ + 2Cl-  HgCl2

Warna larutan air lingkungan yang mengandung bahan buangan organik sebelum reaksi oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah menjadi hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan organik sama dengan jumlah kalium bichromat yang dipakai pada reaksi tersebut diatas. Makin banyak kalium bichromat yang dipakai pada reaksi oksidasi, berarti makin banyak oksigen yang diperlukan. Ini berarti bahwa air lingkungan banyak tercemar oleh bahan buangan organik. Dengan demikian maka seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan dapat ditentukan.

(10)

Nilai COD memberikan informasi tentang jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi senyawa organik menjadi karbondioksida dan air. Kalium dikromat (K2Cr2O7) merupakan oksidator kuat yang biasa digunakan dalam analisis COD. Secara teoritis oksidator ini dapat mengoksidasi senyawa organik sampai hampir sempurna (95-100%).

Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.

Keuntungan tes COD dibandingkan dengan tes BOD (Alaerts, 1984) yaitu:

a. Analisis COD hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam, sedangkan analisa BOD memerlukan 5 hari.

b. Untuk menganalisis COD antara 50 sampai 800 mg/l, tidak dibutuhkan pengenceran sampel, sedangkan pada analisis BOD selalu membutuhkan pengenceran.

c. Ketelitian dan ketepatan (reproducibility) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari tes BOD.

d. Gangguan dari zat yang bersifat racun terhadap mikroorganisme pada tes BOD, tidak menjadi soal pada tes COD.

2.2.4.2. Biological Oxygen Demand (BOD)

Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis

didefenisikan sebagai pengukuran pengurangan kadar oksigen di dalam air yang dikonsumsi oleh makhluk hidup (organisme) di dalam air selama periode 5 hari pada keadaan gelap (tidak terjadi proses fotosintesa). Pengurangan kadar oksigen

(11)

ini disebabkan oleh kegiatan organisme (bakteri) mengkonsumsi atau mendegradasi senyawa organik dan nutrien lain yang terdapat di dalam air. Air yang relatif bersih akan mengandung mikroorganisme relative sedikit, sehingga pengurangan oksigen di dalam air selama periode 5 hari akan sedikit, sedangkan untuk air yang terpolusi dan mengandung banyak mikroorganisme bakteri akan mengkonsumsi banyak oksigen dalam proses degradasi senyawa organik dan nutrien selama 5 hari, sehingga pengurangan kadar oksigen menjadi sangat besar.

Untuk air yang tidak terpolusi misalnya ukuran BOD adalah 0,7 sedangkan untuk air yang terpolusi BOD adalah 200 atau lebih besar. Penentuan BOD sangat lambat, yaitu membutuhkan waktu sekitar 5 sampai 10 hari (Situmorang, 2007).

Masing-masing cara pengujian, baik reaksi uji COD maupun reaksi uji BOD, mempunyai keterbatasan yang tidak dapat mengoksidasi segala macam bahan buangan (Wardhana, 2001).

A. Keberadaan COD di Lingkungan

Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan salah satu parameter indikator

pencemar di dalam air yang disebabkan oleh limbah organik. Keberadaannya di lingkungan sangat ditentukan oleh limbah organik, baik yang berasal dari limbah rumah tangga dan industri (industrial waste). Rumah tangga dan industri adalah sumber utama limbah organik dan merupakan penyebab utama tingginya konsentrasi COD. Yang dimaksud dengan rumah tangga adalah perumahan penduduk, perhotelan perkantoran dan rumah sakit. Yang dimaksud dengan industri adalah industri yang mengolah dan memproduksi bahan organik seperti industri makanan, susu, kulit dan sebagainya. Sumber lain yang juga merupakan

(12)

penyebab tingginya konsentrasi COD adalah limbah peternakan seperti peternakan ayam, babi, domba dan sebagainya.

Keberadaannya secara ilmiah dapat diabaikan karena berasal dari proses pembusukan tanaman dan yang sejenisnya yang kontribusinya terhadap parameter COD sangat kecil. Selain itu secara alamiah dapat mengalami pemurnian sendiri (self purification) karena daya dukung lingkungan cukup tinggi. Lain halnya dengan limbah organik yang berasal dari aktivitas manusia, dimana limbah yang dibuang ke lingkungan melampaui daya dukung lingkungan sehingga lingkungan tidak mampu melakukan pemurnian (Lenore, 1995).

B. Dampak Zat Pencemar Organik Terhadap Manusia dan Lingkungan a. Dampak Zat Pencemar Organik Terhadap Kesehatan Manusia

Secara umum, konsentrasi COD yang tinggi dalam air menunjukkan adanya bahan pencemar organik dalam jumlah yang banyak. Sejalan dengan hal ini jumlah mikroorganisme, baik yang merupakan patogen maupun tidak pathogen juga banyak. Mikroorganisme patogen dapat menimbulkan berbagai macam penyakit bagi manusia. Karena itu, dapat dikatakan bahwa konsentrasi COD yang tinggi di dalam air dapat menyebabkan berbagai penyakit bagi manusia.

b. Dampak Zat Pencemar Organik Terhadap Lingkungan

Konsentrasi COD yang tinggi menyebabkan kandungan oksigen terlarut di dalam air menjadi rendah, bahkan habis sama sekali. Akibatnya oksigen sebagai sumber kehidupan bagi makhluk air (hewan dan tumbuh-tumbuhan)

(13)

tidak dapat terpenuhi sehingga makhluk air tersebut manjadi mati.

(Monahan,1993).

2.3. Pengolahan Limbah Industri Perhotelan

Menyadari akan pentingnya sektor pariwisata, seni dan budaya (parsenibud) dalam pembangunan nasional diharapkan pariwisata, seni dan budaya dapat menjadi andalan dan unggulan pembangunan nasional, jangka pendek. Dalam jangka panjang diharapkan parsenibud dapat menjadi tulang punggung pengembangan ekonomi.

Melihat kecenderungan global pariwisata dunia serta keadaan alam dan budaya Indonesia, tidak mustahil di masa yang akan datang parsenibud sebagai salah satu sektor yang dapat menjadi "Tambang Emas Masa Depan" bagi Republik Indonesia. Disamping itu, dengan disatukannya bidang seni dan budaya dengan pariwisata, diharapkan salah satu fungsi pariwisata yaitu meningkatkan mutu seni dan budaya dapat diwujudkan secara nyata.

Perkembangan dunia perindustrian di Indonesia terutama sektor pariwisata semakin meningkat. Dari data yang diperoleh Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia di tahun 2014 mencapai 9.435.411 orang atau naik 77, 32% dari tahun 2004. Meningkatnya jumlah wisatawan ke Indonesia membuat sektor pariwisata merupakan pencipta devisa yang tinggi. Tahun 2015 sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar 11,9 miliar US$ atau setara Rp. 163 trilliun (Lakip Kemenpar 2015).

Sementara pulau Bali sendiri adalah primadona pariwisata Indonesia yang sudah terkenal di seluruh dunia. Selain terkenal dengan keindahan alamnya,

(14)

terutama pantainya, Bali juga terkenal dengan kesenian dan budayanya yang unik dan menarik. Pada tahun 2014 total wisatawan mancanegara yang berlibur di Bali sebanyak 3.776. 638 orang (Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2015).

Untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu tambang emas, maka diperlukan berbagai fasilitas pendukung pariwisata. Salah satu fasilitas penting adalah adanya sarana penginapan seperti hotel yang dapat memberikan kenyamanan bagi para pengunjung. Kondisi hotel yang bersih, sehat, rapi, dan indah akan meningkatkan kenyamanan bagi para tamu dan dapat meningkatkan jumlah tamunya.

Tumbuhnya berbagai usaha perhotelan terutama di pusat-pusat perkotaan dan kawasan pariwisata akan menghasilkan berbagai limbah, baik padat (sampah) maupun cair. Untuk tetap menjaga kondisi lingkungan agar tetap bersih dan sehat, maka berbagai sampah dan limbah cair tersebut harus dikelola sesuai dengan karakteristiknya. Pengelolaan sampah dan limbah yang tidak benar akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan akan menimbulkan estetika kotor, kumuh dan bau busuk yang menyengat. Jika hal ini sudah terjadi, maka adanya berbagai potensi wisata yang telah dibangun tidak akan berguna, sebab tidak akan ada pengunjung yang mau datang ke lokasi seperti ini. Untuk itulah maka sudah selayaknya dan menjadi kewajibannya, semua pihak yang menghasilkan limbah harus mengolah limbahnya sampai baku mutu yang telah ditetapkan (www.kelair.bppt.go.id).

(15)

2.3.1. Sumber Limbah Hotel

Hotel adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan yang dikelola secara komersial, yang meliputi hotel berbintang dan hotel melati. Hotel juga menyediakan pemenuhan berbagai kebutuhan hidup sehari-hari seperti makanan, pencucian/laundry dan lain-lain bagi para pengunjungnya, sehingga dalam aktivitasnya, hotel juga menghasilkan berbagai limbah cair dan sampah layaknya suatu komplek pemukiman penduduk (BLH Kabupaten Badung, 2014).

Limbah cair perhotelan adalah limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan oleh kegiatan hotel yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Karena aktivitas yang ada di hotel relatif sama seperti layaknya pemukiman, maka sumber limbah yang ada juga relatif sama seperti pada pemukiman dan fasilitas tambahan lainnya yang ada di hotel. Sumber limbah cair perhotelan tersebut (BLH Kabupaten Badung, 2014) antara lain:

 Limbah dari kamar mandi dan toilet

 Limbah dari kegiatan di dapur/restaurant

 Limbah dari kegiatan pencucian/laundry

 Limbah dari fasilitas kolam renang

2.3.2. Karakteristik Limbah Hotel

Karakteristik limbah cair dari perhotelan relatif sama seperti limbah cair domestik dari pemukiman, karena aktivitas-aktivitas yang ada di hotel relatif sama seperti aktivitas yang ada di lingkungan pemukiman. Sementara jumlah limbah yang dihasilkan dari perhotelan tergantung dari jumlah kamar yang ada dan

(16)

tingkat huniannya. Disamping itu, juga dipengaruhi oleh fasilitas tambahan yang ada di hotel tersebut.

Karakteristik limbah perhotelan pada umumnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Senyawa fisik : berwarna, mengandung padatan

2. Senyawa kimia organiak : mengandung karbohidrat,, mengandung minyak dan lemak, mengandung protein, mengandung unsur surfactan antara lain detergen dan sabun

3. Senyawa kimia inorganik : mengandung alkalinity, mengandung khloride, mengandung nitrogen, mengandung phospor, mengandung sulfur

4. Unsur Biologi : mengandung protista dan virus, rata-rata karakteristik limbah perhotelan adalah sebagai berikut: konsentrasi BOD di dalam air limbah 200 – 300 mg/l, konsentrasi Suspended Solid di dalam air limbah 200 –250 mg/l.

Menurut Morimura dan Soufyan (2000), standar pemakaian air untuk hotel adalah 250-300 liter per orang tamu per hari, dan untuk karyawan adalah 120 – 150 liter per karyawan per hari. Biasanya karyawan yang masuk dibagi dalam tiga (3) shift kerja, sehingga misalkan jika jumlah seluruh karyawan 120 orang, maka rata-rata setiap shif kerja ada 40 orang. Dengan demikian jumlah pemakaian air untuk karyawan dihitung untuk 40 orang x jumlah pemakaian air setiap hari (120 – 150 liter/hari).

Untuk hotel dengan jumlah kamar = 110 kamar,

Kapasitas maksimal tamu (60 kamar single bad, 50 kamar double bad) = 160 orang

(17)

Jumlah Karyawan 120 orang dibagi menjadi 3 shift, jadi tiap shift 40 orang.

Dengan asumsi bahwa seluruh pemakaian air akan menjadi air limbah, maka jumlah limbah maksimum sebagai berikut.

Jumlah pemakaian air oleh tamu = 160 org x 300 liter/orang.hari.

= 48.000 liter per hari = 48 m3/hari.

Jumlah pemakaian air oleh karyawan = 40 x 150 liter/orang

= 6.000 liter/ hari

= 6 m3 / hari.

Total pemakaian air maksimum = ( 48 + 6 ) m3/hari

= 60 m3/ hari

Jadi jumlah limbah cair maksimum yang dihasilkan oleh hotel tersebut (pada tingkat hunian kamar penuh) adalah 60 m3 per hari.(Sumber : www.kelair.bppt.go.id)

2.3.3. Baku Mutu Limbah Cair Perhotelan

Untuk menentukan sistem pengolahan limbah diperlukan pemilihan teknologi yang tepat, agar biaya investasi IPAL tersebut murah. Di samping itu, biaya operasional IPAL nantinya juga harus murah, namun harus dapat memberikan hasil olahan yang memenuhi baku mutu limbah buangan sesuai dengan baku mutu limbah buangan yang berlaku.

Baku mutu limbah cair hotel adalah batas maksimum limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Baku mutu limbah cair perhotelan telah ditetapkan dengan Kep. Men. LH No. : KEP-52/MENLH/10/1995 tentang “Baku

(18)

Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel” tanggal 23 Oktober 1995, seperti pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2

.Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel Parameter Kadar Maksimum (mg/l)

BOD5 30

COD 50

TSS 500

pH 6,0 – 9,0

Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup,1995 2.4 Pembuatan Data Base

Data Base Kegiatan Identifikasi Sumber Pencemar Lingkungan Hidup di Kecamatan Kuta Kabupaten Badung dibuat dengan menggunakan software Map Info dengan sifat offline, jadi tanpa menggunakan akses internet, perangkat ini dapat menampilkan peta digital lokasi kegiatan.

Software Map Info ini merupakan salah satu software yang memiliki

fungsi menampilkan data digital atau lebih dikenal dengan istilah Sistem Informasi Geografis (SIG). Teknologi manajemen informasi geografis telah berkembang sejalan dengan perkembangan yang sangat pesat dibidang teknologi komputer. Banyak yang belum menyadari bahwa teknologi ini sangat potensial untuk penanganan berbagai masalah pembangunan. Teknologi manajemen informasi geografis yang umumnya dikenal adalah Sistem Informasi Geografis (SIG).

(19)

Sistem Informasi Geografis sebagai suatu sistem informasi yang telah berkembang saat ini merupakan suatu sistem yang tepat digunakan bagi pendukung sistem ini. Kemampuan dalam menyimpan data, mengolah serta menyajikan data sesuai kebutuhan, merupakan satu keunggulan dari sistem informasi ini. Dengan Sistem Informasi Geografis dapat pula dilakukan monitoring dengan cepat dan tepat. Pemutakhiran data yang dapat terjadi setiap saat dapat dilakukan sebagai salah satu sarana untuk mengetahui tren perubahan ataupun proyeksi masa mendatang dengan cepat dan akurat (BLH Kabupaten Badung, 2014)

2.4.1. Pengolahan Data Base dengan Mapinfo

MapInfo Professional merupakan salah satu perangkat pengolah sistem informasi geografis yang sangat populer dan paling banyak digunakan saat ini.

MapInfo Professional umumnya dipakai untuk mengolah data dalam bentuk grafis pemetaan dan basis data, seperti untuk mengolah data yang berkaitan dengan masalah-masalah data akademik kesiswaan/mahasiswa, data geografis pemetaan jaringan (listrik, air, jalan, sungai, atau telepon), data statistik penduduk, ekonomi, sosial, kesehatan, dan sebagainya.

Dengan MapInfo Professional dapat diolah data grafis pemetaan dan database tersebut dalam bentuk tampilan presentasi atau laporan untuk menyampaikan informasi statistik dengan lebih jelas dan tepat.

Dengan menggunakan MapInfo obyek dapat ditampilkan sebagai titik (point), poligon dan garis dapat dihubungkan dengan data dari berbagai database dan digabungkan dalam beberapa layer sehingga menjadi satu peta yang

(20)

informatif sehingga dapat dilakukan berbagai analisis. Selain mampu menggabungkan secara langsung ke berbagai basis data, MapInfo dapat juga mengolah basis data secara relasional berdasarkan informasi yang tersimpan pada berbagai tabel yang mempunyai fungsi sebagai operator penghitungan. MapInfo dapat juga untuk menyeleksi data yang di kehendaki, dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan dengan MapInfo.

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana aktivitas antibakteri fraksi etanol pada kulit Citrus reticulata terhadap bakteri Staphyloccus aureus ditinjau dari diameter zona hambat dengan menggunakan

Memperhatikan kebutuhan bahan ajar interaktif menulis kreatif dan pengembangan gerakan cinta bahasa Indonesia, maka peneliti berusaha untuk

[r]

Analyst A is correct because risk management covers understanding the level of bearable risk, measure the risk taken, adjust the bearable risk with the level of risk

Selama uji coba vicon untuk kegiatan seminar yang dapat diakses di enam lokasi kampus, beberapa masalah teknis yang masih dihadapi yaitu (a) koneksi internet terputus

Selain itu, metafora (kiasan) yang disarikan dari al-Qur’an, Hadis, kata mutiara (Hikmah) hingga kearifan lokal perlu disajikan secara intens agar semakin

1) Memerlukan perangkat komputer untuk menjalankannya. 2) Materi yang dikembangkan hanya pada semester II untuk mata pelajaran fisika SMP kelas VIII karena

Sampel yang telah ditimbang kemudian dilarutkan dengan aquades pada labu ukur berukuran 500 mL hingga larutan berubah menjadi warna putih keruh dan ditepatkan dengan