• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN ANGGARAN DASAR LEMBAGA PERSAHABATAN ORMAS ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RANCANGAN ANGGARAN DASAR LEMBAGA PERSAHABATAN ORMAS ISLAM"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

1

RANCANGAN ANGGARAN DASAR

LEMBAGA PERSAHABATAN ORMAS ISLAM

MUKADDIMAH

Dan berpeganglah kalian kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai berai dan ingatlah kalian atas nikmat Allah ketika dahulu (masa Jahiliyah) kalian bermusuh-musuhan, lalu Allah mempersatukan hati kalian, maka kalian menjadi bersaudara karena nikmat Allah, sedangkan (ketika itu), kamu berada ditepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya, kepadamu agar kamu mendapat petunjuk. (Surat Ali Imran: 103).

(2)

2

Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, yang memerintahkan kema’rufan, mencegah kemunkaran, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. (Ali Imran: 110)

MUKADDIMAH

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah atas berkat rahmat Allah dan merupakan jembatan emas menuju masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu Wata’ala dengan melaksanakan pembangunan spiritual dan material di segala bidang kehidupan bangsa Indonesia;

(3)

3

Bahwa perjuangan organisasi massa Islam tidak terpisahkan dari sejarah perjuangan Bangsa Indonesia dalam menegakkan, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan, demi terwujudnya cita-cita proklamasi.

Untuk itu, dengan niat beribadah kepada Allah SWT, ormas-ormas islam yang berasas Islam yang terdiri atas Syarikat Islam Indonesia, Muhammadiyah, Al- Irsyad Al-Islamiyah, Mathlaul Anwar, Persatuan Islam, Nahdlatul Ulama, Persatuan Tarbiyah Islamiyah, Al- Wasliyah, Ittihadiyah, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Arrabithah Al-Alawiyah, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Ikatan Dai Indonesia, Arrabithah Al- Alawiyah, dan Azikra, melalui deklarasi tgl. 21 Oktober 2011 bertepatan dengan tgl. 23 Dzulqoidah 1432 H, dan dikukuhkan pada tgl. 01 Juni 2012, bertepatan dengan tgl. 11 Rajab 1433 H, membentuk suatu wadah organisasi yang bernama Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI)

Seiring jalannya roda organisasi, maka pada tahun 2013 Persatuan Umat Islam, dan pada tahun 2014 Himpunan Bina Mualaf Indonesia, bergabung bersama-sama kedalam Lembaga Persahabatan

(4)

4

Ormas Islam (LPOI), dan dinyatakan juga sebagai Pendiri Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI);

Bahwa Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI), merupakan wahana perjuangan sebagian besar umat Islam Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT, dan mengokohkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang adil, makmur, sejahtera, bermoral, demokratis, menegakkan supremasi hukum, serta menjunjung tinggi harkat-martabat kemanusiaan dan keadilan sosial berdasarkan pada nilai-nilai keislaman dan Pancasila.

BAB I

NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN Pasal 1

(1) Organisasi ini bernama Lembaga Persahabatan Ormas Islam yang selanjutnya disingkat menjadi LPOI;

(2) LPOI dibentuk di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 2011 bertepatan dengan tgl 23 Dzulqoidah 1432H, dan dikukuhkan pada tanggal 1 Juni 2012

(5)

5

bertepatan dengan tgl. 11 Rajab 1433 H, untuk waktu yang tidak ditentukan;

(3) Pimpinan Pusat LPOI berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia, Pimpinan Wilayah berkedudukan di Ibukota Provinsi, dan Pimpinan Cabang berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota, di seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

BAB II

ASAS, SIFAT, DAN PRINSIP PERJUANGAN Pasal 2

LPOI berasaskan Islam, dan beri’tikad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.

Pasal 3

LPOI bersifat nasional dan mandiri atau independen.

Pasal 4

Prinsip-prinsip perjuangan LPOI, adalah:

a. Prinsp ibadah;

b. Prinsip amar ma’ruf nahi munkar;

c. Prinsip kebenaran, kejujuran, dan keadilan;

d. Prinsip musyawarah;

e. Prinsip persamaan, kebersamaan, dan persatuan;

f. Prinsip istiqamah.

(6)

6 BAB III VISI DAN MISI

Pasal 5 V I S I

Terwujudnya ukhuwah Islamiyah yang kokoh di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 6

M I S I

Untuk mencapai Visi tersebut, LPOI memiliki misi sebagai berikut;

1. Meningkatkan Da’wah Islamiyah yang rahmatan lil

‘aalamin;

2. Mewujudkan soliditas dan solidaritas ummat Islam;

3. Meningkatkan kerjasama Ormas Islam dalam

mewujudkan perdamaiandunia.

BAB IV LAMBANG

Pasal 7

(1) Lambang LPOI adalah gambar Kepulauan Nusantara yang dikelilingi oleh gambar untaian padi dan untaian kapas.

(7)

7

(2) Ketentuan mengenai Lambang LPOI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga LPOI.

BAB V BADAN PENDIRI

Pasal 8

Badan Pendiri adalah ormas-ormas Islam yang nama- namanya tercantum dalam Mukaddimah Anggaran Dasar ini dan bertekad bulat untuk memajukan Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI).

BAB VI KEDAULATAN

Pasal 9

Kedaulatan LPOI berada di tangan anggota, serta dilaksanakan sepenuhnya menurut Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

BAB VII KERJASAMA

Pasal 10

LPOI dapat bekerjasama dengan Pemerintah dan Pemerintah daerah, serta dengan pihak ketiga lainnya, baik didalam negeri, maupun di luar negeri.

(8)

8 BAB VIII KEANGGOTAAN

Pasal 11

1. LPOI beranggotakan Ormas-Ormas Islam yang diwakili oleh Pimpinan, dan / atau unsur Pimpinan Ormas Islam yang sedang menjabat atau dalam masa bhaktinya;

2. Anggota LPOI terdiri atas:

a. Anggota Pendiri, adalah Ormas-Ormas Islam yang nama-namanya tercantum dalam Anggaran Dasar ini;

b. Anggota Biasa, adalah Ormas-Ormas Islam yang masuk bergabung kedalam LPOI setelah Anggaran Dasar ini disahkan;

c. Anggota Kehormatan, yaitu individu yang pernah menjadi Wakil Ormas Islam di LPOI, dan terus aktif berperan dalam kegiatan LPOI, dan seseorang yang dinilai berjasa dalam memajukan LPOI.

HAK ANGGOTA Pasal 12 Setiap anggota berhak:

(9)

9

Menghadiri rapat, mengeluarkan pendapat, dan mengajukan usul atau saran sesuai dengan peraturan untuk itu;

a. Memilih dan dipilih menjadi Anggota Pimpinan dan/atau jabatan lain yang ditetapkan oleh LPOI;

b. Memperoleh pendidikan, penataran, dan bimbingan;

c. Memperoleh perlindungan dan pembelaan;

d. Dicalonkan untuk mengemban amanat sebagai pejabat publik.

KEWAJIBAN ANGGOTA Pasal 13

Setiap anggota berkewajiban:

a. Menaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Keputusan - keputusan LPOI yang ditetapkan secara sah;

b. b. Aktif dalam kegiatan serta melaksanakan program-program, dan bertanggungjawab atas segala sesuatu yang diamanatkan LPOI;

c. Menjunjung tinggi kehormatan dan nama baik LPOI.

(10)

10 BAB IX

STRUKTUR DAN PEMBENTUKAN ORGANISASI KEPEMIMPINAN

Struktur Organisasi Kepemimpinan Pasal 14

Struktur Organisasi kepemimpinan LPOI terdiri atas:

a. Organisasi tingkat nasional dipimpin oleh Pimpinan Pusat Lembaga

b. Persahabatan Ormas Islam, selanjutnya disingkat PP LPOI;

c. Organisasi tingkat provinsi dipimpin oleh Pimpinan Wilayah Lembaga

d. Persahabatan Ormas Islam, selanjutnya disingkat PW LPOI;

e. Organisasi tingkat kabupaten / kota dipimpin oleh Pimpinan Cabang

f. Lembaga Persahabatan Ormas Islam, selanjutnya disingkat PC LPOI;

g. Perwakilan luar negeri berkedudukan di negara - negara tertentu atau

h. negara sahabat dan dipimpin oleh Pimpinan Perwakilan Luar Negeri

i. Lembaga Persahabatan Ormas Islam, selanjutnya disingkat PPLN LPOI.

(11)

11

PEMBENTUKAN ORGANISASI KEPEMIMPINAN Pasal 15

(1) Pembentukan organisasi kepemimpinan LPOI sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 huruf a, b, c, d, dilaksanakan dengan ketentuan:

a. Pusat dibentuk dan ditetapkan oleh Formatur, setelah melalui mekanisme

b. Musyawarah Nasional (Munas);

c. Wilayah dibentuk dan ditetapkan oleh Pengurus Harian Pusat, setelah

d. melalui mekanisme Musyawarah Wilayah (Muswil);

e. Cabang dibentuk dan ditetapkan oleh Pengurus Harian Wilayah, setelah

f. melalui mekanisme (Muscab).

(2) Pembentukan Wilayah, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, harus memerhatikan sungguh - sungguh aspirasi organisasi LPOI satu tingkat di bawahnya, dan huruf c, dibentuk berdasarkan aspirasi ormas- ormas islam tingkat Kabupaten/Kota;

(3) Untuk daerah otonomi khusus susunan dan pembentukannya disesuaikan oleh PW LPOI yang bersangkutan.

(12)

12

SUSUNAN ORGANISASI PIMPINAN PUSAT Pasal 16

(1) Pimpinan Pusat (PP) adalah institusi LPOI tingkat nasional yang terdiri atas:

a. Dewan Pembina Pusat; dan b. Pengurus Harian Pusat.

(2) Masa bakti PP adalah 5 (lima) tahun, dan setelah selesai masa bakti pertama, dapat dipilih kembali;

(3) Khusus untuk Ketua Umum LPOI masa bhaktinya dibatasi maksimal untuk 2 (dua) periode kepemimpinan, baik berturut - turut, maupun tidak berturut - turut;

DEWAN PEMBINA PUSAT Pasal 17

(1) Dewan Pembina Pusat adalah institusi yang terdiri atas tokoh-tokoh Ormas Islam tingkat Pusat, yang bekerja secara kolektif, bertugas dan berwenang memberikan pertimbangan, nasihat, dan saran kepada Pengurus Harian Pusat LPOI;

(2) Pertimbangan, nasihat, dan saran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diperhatikan

(13)

13

sungguh-sungguh oleh Pengurus Harian Pusat LPOI;

PENGURUS HARIAN PUSAT Pasal 18

(1) (1) Pengurus Harian Pusat adalah eksekutif LPOI di tingkat nasional yang terdiri atas seorang Ketua Umum, beberapa Ketua, Sekretaris Umum, beberapa Wakil Sekretaris Umum, Bendahara Umum, dan beberapa Bendahara;

(2) Khusus untuk Ketua Pengurus Harian Wilayah LPOI DKI Jakarta, secara ex officio menjadi salah Ketua Pengurus Harian Pusat;

(3) Setiap Ketua dan Wakil Sekretaris Umum, masing- masing membidangi

Bidang-bidang, antara lain:

a. Bidang Kajian Strategis;

b. Bidang Dakwah dan Kaderisasi;

c. Bidang Komunikasi dan Hubungan Media;

d. Bidang Organsasi dan Kerjasama antar lembaga;

e. Bidang Advokasi Hukum dan HAM;

f. Bidang Hubungan Luar Negeri;

g. Bidang lainnya sesuai dengan kebutuhan.

(4) Pengurus Harian Pusat dapat membentuk Lembaga Otonom Pusat.

(14)

14

TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS HARIAN PUSAT

Pasal 19

(1). Tugas Pengurus Harian Pusat adalah:

a. Melaksanakan Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah Nasional, Keputusan Musyawarah Kerja Nasional dan Ketetapan - ketetapan lainnya;

b. Membentuk Badan Otonom Pusat, dan mengkoordinasikannya;

(2). Wewenang Pengurus Harian Pusat adalah:

a. Mengambil keputusan tentang pencalonan / penggantian anggota–anggota yang ditugaskan pada lembaga - lembaga di luar LPOI di tingkat Pimpinan Pusat;

b. Menetapkan pencalonan pejabat publik di tingkat pusat yang mekanismenya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pengurus Harian Pusat LPOI;

c. Mengesahkan Hasil Keputusan Musyawarah Wilayah tentang Susunan dan Personalia Pengurus Harian Wilayah dan Dewan Pembina Wilayah LPOI;

d. Membatalkan/meluruskan/memperbaiki suatu keputusan yang diambil oleh Musyawarah

(15)

15

Wilayah / Cabang, yang bertentangan dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan peraturan per- Undang – undangan yang berlaku, setelah mendengarkan per- timbangan dari Dewan Pembina Pusat LPOI;

e. melaksanakan kewenangan lainnya yang

diberikan oleh Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

BADAN OTONOM PUSAT Pasal 20

(1) Badan Otonom Pusat adalah alat kelengkapan LPOI, bertugas melaksanakan fungsi khusus yang ditetapkan oleh Pengurus Harian Pusat;

(2) Jenis dan jumlah Badan Otonom Pusat, disesuaikan dengan kebutuhan Pengurus Harian Pusat;

(3) Susunan dan Personalia Badan Otonom Pusat dipilih serta ditetapkan oleh Pengurus Harian Pusat, terdiri atas seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, Seorang Sekretaris, dan beberapa orang anggota.

(16)

16

(4) Ketua Badan Otonom Pusat dapat dipilih dari Pengurus Harian Pusat LPOI, (ex. Officio), dan dapat dipilih bukan dari Pengurus Harian Pusat LPOI.

(5) Badan Otonom sesuai dengan sifat otonom-nya, berhak mengatur urusan rumah tangganya sendiri;

SUSUNAN ORGANISASI PIMPINAN WILAYAH Pasal 21

(1) Pimpinan Wilayah (PW), adalah institusi LPOI tingkat provinsi yang terdiri atas:

a. Dewan Pembina Wilayah;

b. Pengurus Harian Wilayah;

(2) Masa bakti PW adalah 5 (lima) tahun dan setelah selesai masa bakti pertama dapat dipilih kembali;

(3) Khusus untuk Ketua Wilayah LPOI, masa baktinya dibatasi maksimal untuk 2 (dua) periode kepemimpinan, baik berturut-turut, maupun tidak berturut-turut.

(17)

17

DEWAN PEMBINA WILAYAH Pasal 22

(1) Dewan Pembina Wilayah adalah institusi yang terdiri atas tokoh-tokoh LPOI Provinsi yang bekerja secara kolektif, bertugas dan berwenang memberikan pertimbangan, nasihat, dan saran kepada Pengurus Harian Wilayah LPOI;

(2) Pertimbangan, nasihat, dan saran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diperhatikan sungguh-sungguh oleh Pengurus Harian Wilayah LPOI;

SUSUNAN PENGURUS HARIAN WILAYAH Pasal 23

(1) Pengurus Harian Wilayah adalah eksekutif LPOI

di tingkat provinsi terdiri atas seorang Ketua, beberapa Wakil Ketua, seorang Sekretaris, beberapa Wakil Sekretaris, seorang Bendahara dan beberapa orang Wkl Bendahara.

(2) Setiap Wakil Ketua dan Wakil Sekretaris mengoordinasi bidang-bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan;

(18)

18

(3) Bidang – bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merujuk pada Pasal 18 ayat (3);

(4) Pengurus Harian Wilayah dapat membentuk Lembaga Otonom Wilayah.

(5) Khusus untuk Pengurus Harian Wilayah LPOI DKI Jakarta, Ketua-Ketua Pengurus Harian Cabang LPOI secara ex officio menjadi Wakil Ketua Pengurus Harian Wilayah DKI Jakarta.

Tugas Dan Wewenang Pengurus Harian Wilayah Pasal 24

(1) Tugas Pengurus Harian Wilayah, adalah:

a. Melaksanakan kebijakan LPOI di tingkat wilayah dan memberikan petunjuk kepada Pengurus Harian Cabang dalam melaksanakan program sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta ketetapan- ketetapan yang diterbitkan oleh Pengurus Harian Pusat;

b. Membentuk dan meng-oordinasikan Badan Otonom Wilayah;

(2) Wewenang Pengurus Harian Wilayah, adalah:

(19)

19

a. Mengambil keputusan tentang pencalonan/penggantian anggota-anggota yang ditugaskan pada lembaga-lembaga di luar LPOI di tingkat wilayah/provinsi dengan persetujuan Pengurus Harian Pusat;

b. Mengusulkan kepada Pengurus Harian Pusat tentang pencalonan pejabat publik di tingkat wilayah dan menetapkannya, yang mekanismenya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pengurus Harian Pusat LPOI;

c. Mengesahkan Hasil Keputusan Musyawarah Cabang tentang Susunan dan Personalia Dewan Pembina Cabang, dan Dewan Pengurus Harian Cabang;

d. Membatalkan/meluruskan/memperbaiki

keputusan yang diambil oleh Pengurus Harian Cabang yang bertentangan dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan peraturan perundang-undangan, setelah mendengarkan pertimbangan dari Dewan Pembina tingkat Provinsi;

e. Melaksanakan kewenangan lainnya yang diberikan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

(20)

20

BADAN OTONOM WILAYAH Pasal 25

(1) Badan Otonom adalah alat kelengkapan PW LPOI, bertugas melaksanakan fungsi khusus yang ditetapkan oleh Pengurus Harian Wilayah;

(2) Jenis dan jumlah Badan Otonom, disesuaikan dengan kebutuhan LPOI di tingkat Wilayah;

(3) Susunan dan Personalia Badan otonom dipilih dan ditetapkan oleh Pengurus Harian Wilayah terdiri atas seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris, dan beberapa orang anggota.

(4) Ketua Badan Otonom dapat dipilih dari Pengurus Wilayah LPOI, (ex. Officio), dan juga dapat dipilih bukan dari Pengurus Wilayah LPOI.

(5) Badan Otonom sesuai dengan sifat otonom-nya, berhak mengatur urusan rumah tangganya sendiri;

SUSUNAN ORGANISASI PIMPINAN CABANG Pasal 26

(1) Pimpinan Cabang (PC), adalah institusi LPOI di tingkat kabupaten/kota yang terdiri atas:

a. Dewan Pembina Cabang;

b. Pengurus Harian Cabang;

(2) Masa bakti PC LPOI adalah 5 (lima) tahun, dan

(21)

21

setelah selesai masa bakti yang pertama, dapat dipilih kembali;

(3) Khusus untuk Ketua Cabang LPOI, masa bhaktinya dibatasi maksimal untuk 2 (dua) periode kepemimpinan, baik berturut-turut, maupun tidak berturut-turut.

DEWAN PEMBINA CABANG Pasal 27

(1) Dewan pembina Cabang adalah institusi yang terdiri atas tokoh-tokoh Ormas Islam tingkat Cabang yang bekerja secara kolektif, bertugas dan berwenang memberikan pertimbangan, nasihat, dan saran kepada Pengurus Harian Cabang LPOI;

(2) Pertimbangan, nasihat, dan saran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diperhatikan sungguh-sungguh oleh Pengurus Harian Cabang LPOI;

PENGURUS HARIAN CABANG Pasal 28

(1) Pengurus Harian Cabang adalah eksekutif LPOI di tingkat cabang, yang terdiri atas seorang Ketua, beberapa Wakil Ketua, seorang Sekretaris,

(22)

22

beberapa Wakil Sekretaris, seorang Bendahara, dan beberapa orang Wakil Bendahara;

(2) Setiap Wakil Ketua dan Wakil Sekretaris mengoordinasi bidang-bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan;

(3) Bidang-bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merujuk pada Pasal 18 ayat (3);

(4) Pengurus Harian Cabang dapat membentuk Lembaga Otonom Cabang.

TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS HARIAN CABANG

Pasal 29

(1) Tugas Pengurus Harian Cabang, adalah:

a. Melaksanakan kebijakan LPOI di tingkat cabang sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta ketetapan-ketetapan yang diterbitkan oleh Pengurus Harian Pusat dan Pengurus Harian Wilayah;

b. Membentuk dan meng-oordinasikan Badan Otonom Cabang;

(2) Wewenang Pengurus Harian Cabang, adalah:

a. Mengambil keputusan tentang pencalonan/penggantian anggota-anggota

(23)

23

yang ditugaskan pada lembaga-lembaga di luar LPOI di tingkat cabang/kabupaten/kota dengan persetujuan Pengurus Harian Wilayah;

b. Mengusulkan kepada Pengurus Harian Wilayah tentang pencalonan pejabat publik di tingkat kabupaten/kota dan menetapkannya, yang mekanismenya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pengurus Harian Pusat LPOI;

BADAN OTONOM CABANG Pasal 30

(1) Badan Otonom, adalah alat kelengkapan LPOI, dan bertugas melaksanakan fungsi khusus yang ditetapkan oleh Pengurus Harian Cabang;

(2) Jenis dan jumlah Badan Otonom disesuaikan dengan kebutuhan LPOI di tingkat cabang;

(3) Susunan dan Personalia Badan otonom dipilih dan ditetapkan oleh Pengurus Harian Wilayah terdiri atas seorang Ketua, Wakil Ketua, seorang Sekretaris, dan beberapa orang anggota.

(4) Badan Otonom sesuai dengan sifat otonom-nya, berhak mengatur urusan rumah tangganya sendiri.

(24)

24 BAB IX

PERMUSYAWARATAN

Musyawarah, Pertemuan, dan Rapat

Pasal 31 Musyawarah

(1) Jenis-jenis Musyawarah adalah:

a. Musyawarah Nasional;

b. Musyawarah Kerja Nasional;

c. Musyawarah Wilayah;

d. Musyawarah Kerja Wilayah;

e. Musyawarah Cabang;

f. Musyawarah Kerja Cabang;

g. Musyawarah Nasional Luar Biasa;

h. Musyawarah Wilayah Luar Biasa;

i. Musyawarah Cabang Luar Biasa;

Pasal 32

Pertemuan Nasional

(2) Selain jenis-jenis permusyawaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, dapat diadakan:

a. Pertemuan Nasional Ulama;

b. Pertemuan Nasional lainnya, antara lain;

Pertemuan Nasional tentang Pendidikan,

(25)

25

Pertemuan Nasional tentang Strategi Dakwah; dan Pertemuan Nasional lainnya.

Rapat-Rapat Pasal 33

(1) Jenis-jenis Rapat Pimpinan adalah sebagai berikut;

a. Rapat Badan Pendiri;

b. Rapat Kerja atau Rapat Gabungan;

c. Rapat Pimpinan;

d. Rapat Dewan Pembina;

e. Rapat Pengurus Harian;

f. Rapat Bidang Program;

h. Rapat Koordinasi.

(2) Jenis-jenis Rapat tersebut diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga Lembaga Persahabatan Ormas Islam, (LPOI).

Musyawarah Nasional Pasal 34

(1) Musyawarah Nasional adalah musyawarah tingkat nasional yang memegang kekuasaan tertinggi LPOI, diadakan 5 (lima) tahun sekali;

(2) Musyawarah Nasional berwenang:

(26)

26

a. Menetapkan dan / atau mengubah Anggaran Dasar dan AnggaranRumah Tangga;

b. Menilai laporan pertanggungjawaban Pimpinan Pusat yang disampai-kan oleh Pengurus Harian Pusat;

c. Menetapkan Program Perjuangan LPOI;

d. Memilih dan/atau menetapkan Pimpinan Dewan Pembina Pusat, dan Pengurus Harian Pusat;

e. Menetapkan keputusan-keputusan lainnya yang dianggap perlu;

(3) Acara, Tata Tertib Munas, serta Tata Cara Pemilihan dan/atau penetapan Pimpinan Dewan Pembina Pusat dan Pengurus Harian Pusat, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, ditetapkan oleh Musyawarah Nasional;

(4) Dalam hal Pimpinan Dewan Pembina Pusat, dan Pengurus Harian Pusat, sebagaimana pada ayat (2) huruf d, tidak dapat ditetapkan dalam Munas, maka kepada Ketua Formatur dengan dibantuAnggota Formatur Terpilih, diberi waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah Munas untuk menetapkan Pimpinan Dewan Pembina Pusat dan Pengurus Harian Pusat;

(27)

27

(5) Musyawarah Nasional diselenggarakan oleh Pengurus Harian Pusat LPOI.

MUSYAWARAH NASIONAL LUAR BIASA Pasal 35

(1) Munas Luar Biasa dapat diadakan apabila Pengurus Harian Pusat dalam

keadaan tidak mampu melaksanakan tugas- tugasnya sebagaimana

diamanatkan oleh Munas;

(2) Munas Luar Biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diadakan

setelah diputuskan dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas);

(3) Ketentuan-ketentuan tentang Munas berlaku pula bagi Munas Luar Biasa;

(4) Masa bakti Pimpinan Pusat LPOI hasil Munas Luar Biasa melanjutkan masa

bakti Pimpinan Pusat sebelumnya.

Pertemuan Nasional Ulama Pasal 36

(1) Pertemuan Nasional Ulama adalah pertemuan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat, diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu masa bakti kepengurusan;

(28)

28

(2) Pertemuan Nasional Ulama dihadiri oleh Badan Pendiri, Pimpinan dan Anggota Dewan Pembina, Pimpinan Pengurus Harian Pimpinan Pusat, dan Badan Otonom Pusat;

(3) Pertemuan Nasional Ulama membicarakan dan memutuskan:

a. Persoalan Keagamaan;

b. Urusan Kemaslahatan Masyarakat;

c. Nasihat dan arahan untuk Pimpinan LPOI, Pemerintah/Pemerintah Daerah, dan masyarakat muslim secara keseluruhan.

Musyawarah Kerja Nasional Pasal 37

(1) Musyawarah Kerja Nasional diadakan untuk memusyawarahkan dan mengambil keputusan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan keputusan-keputusan Munas, usulan perubahan waktu Munas, dan/atau masalah lainnya yang dianggap mendesak dan sangat penting, diadakan sekurang-kurangnya sekali antara 2 (dua) Musyawarah Nasional;

(2) Musyawarah Kerja Nasional diselenggarakan oleh Pengurus Harian Pusat;

(29)

29

(3) Acara dan Tata Tertib Musyawarah Kerja Nasional ditetapkan oleh Pengurus Harian Pusat.

Musyawarah Wilayah Pasal 38

(1) Musyawarah Wilayah adalah musyawarah tingkat wilayah yang memegang kekuasaan tertinggi LPOI di tingkat wilayah, diadakan 5 (lima) tahun sekali;

(2) Musyawarah Wilayah diselenggarakan selambat- lambatnya 6 (enam) bulan setelah Musyawarah Nasional;

(3) Musyawarah Wilayah berwenang;

a. Menilai laporan pertanggungjawaban Pimpinan Wilayah yang disampaikan oleh Pengurus Harian Wilayah;

b. Menetapkan Program Perjuangan LPOI tingkat Wilayah;

c. Memilih dan/atau menetapkan Pimpinan Dewan Pembina Tingkat Provinsi/Wilayah, dan Pengurus Harian Wilayah;

d. Menetapkan keputusan-keputusan lainnya yang dianggap perlu;

(4) Acara, Tata Tertib Muswil, serta Tata Cara Pemilihan dan/atau Penetapan Pimpinan Dewan Pembina Wilayah, dan Pengurus Harian Wilayah, sebagaimana

(30)

30

dimaksud pada ayat (3) huruf c, ditetapkan oleh Musyawarah Wilayah.

(5) Dalam hal Dewan Pembina Wilayah, dan Pengurus Harian Wilayah, sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c tidak dapat ditetapkan dalam Musyawarah Wilayah, maka kepada Ketua Formatur dengan dibantu Anggota Formatur terpilih, diberi waktu paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah Musyawarah untuk menetapkan Pimpinan Dewan Pembina dan Pengurus Harian Wilayah;

(6) Musyawarah Wilayah diselenggarakan oleh Pengurus Harian Wilayah.

Musyawarah Wilayah Luar Biasa Pasal 39

(1) Musyawarah Wilayah Luar Biasa dapat diadakan apabila Pengurus Harian Wilayah dalam keadaan tidak mampu melaksanakan tugas-tugasnya sebagaimana diamanatkan oleh Musyawarah Wilayah;

(2) Musyawarah Wilayah Luar Biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diadakan setelah diputuskan dalam Musyawarah Kerja Wilayah.

(4) Ketentuan-ketentuan tentang Musyawarah Wilayah berlaku pula bagi Musyawarah Wilayah Luar Biasa;

(31)

31

(5) Masa bakti Pimpinan Wilayah hasil Musyawarah Wilayah Luar Biasa melanjutkan masa bakti Pimpinan Wilayah sebelumny

Musyawarah Kerja Wilayah Pasal 40

(1) Musyawarah Kerja Wilayah diselenggarakan untuk memusyawarahkan dan mengambil keputusan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan keputusan Musyawarah Wilayah dan masalah lainnya yang dianggap mendesak dan sangat penting, diadakan sekurang-kurangnya sekali antara 2 (dua) Musyawarah Wilayah;

(2) Musyawarah Kerja Wilayah diselenggarakan oleh Pimpinan Harian Wilayah;

(3) Acara, Tata Tertib Musyawarah Kerja Wilayah ditetapkan oleh Pimpinan Harian Wilayah.

Musyawarah Cabang Pasal 41

(1) Musyawarah Cabang adalah musyawarah tingkat cabang yang memegang kekuasaan tertinggi LPOI di tingkat cabang, diadakan 5 (lima) tahun sekali;

(32)

32

(2) Musyawarah Cabang diselenggarakan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah Musyawarah Wilayah;

(3) Musyawarah Cabang berwenang:

a. Menilai laporan pertanggungjawaban Pimpinan Cabang yang disampaikan oleh Pengurus Harian Cabang;

b. Menetapkan Program Perjuangan LPOI ditingkat Cabang;

c. Memilih dan/atau menetapkan Pimpinan Dewan Pembina Cabang dan Pengurus Harian Cabang.

d. Menetapkan keputusan-keputusan lainnya yang dianggap perlu;

(4) Acara, Tata Tertib Musyawarah Cabang, serta Tata Cara Pemilihan dan/atau Penetapan Pimpinan Dewan Pembina Cabang, dan Pengurus Harian Cabang, sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c ditetapkan oleh Musyawarah Cabang;

(5) Dalam hal Susunan Personalia Dewan Pembina Cabang dan Pengurus Harian Cabang, sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c tidak dapat ditetapkan dalam Musyawarah Cabang, maka kepada Ketua Formatur dengan dibantu Anggota Formatur terpilih

(33)

33

diberi waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah Musyawarah untuk menetapkan Dewan Pembina Cabang, dan Pengurus Harian Cabang.

(6) Musyawarah Cabang diselenggarakan oleh Pengurus Harian Cabang

Musyawarah Cabang Luar Biasa Pasal 42

(1) Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat diadakan apabila Pengurus Harian Cabang dalam keadaan tidak mampu melaksanakan tugas-tugasnya sebagaimana diamanatkan oleh Musyawarah Cabang;

(2) Musyawarah Cabang Luar Biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diadakan setelah diputuskan dalam Musyawarah Kerja Cabang.

(4) Ketentuan-ketentuan tentang Musyawarah Cabang berlaku pula bagi Musyawarah Cabang Luar Biasa.

(5) Masa bakti Pimpinan Cabang hasil Musyawarah Cabang Luar Biasa melanjutkan masa bakti Pimpinan Cabang sebelumnya.

(34)

34

Musyawarah Kerja Cabang Pasal 43

(1) Musyawarah Kerja Cabang diselenggarakan untuk memusyawarahkan dan mengambil keputusan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan keputusan Musyawarah Cabang dan masalah lainnya yang dianggap mendesak dan sangat penting, diadakan sekurang-kurangnya sekali antara 2 (dua) Musyawarah Cabang;

(2) Musyawarah Kerja Cabang diselenggarakan oleh Pengurus Harian Cabang;

(3) Acara dan Tata Tertib Musyawarah Kerja Cabang ditetapkan oleh Pengurus Harian Cabang.

BAB X

PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 44

(1) Pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah untuk mencapai mufakat;

(2) Apabila pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dicapai, maka

(35)

35

pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak melalui pemungutan suara.

BAB XI

ANGGARAN DAN KEUANGAN Pasal 45

(1) Keuangan LPOI, diperoleh dari:

a. Bantuan dari Pemerintah, baik dari APBN/APBD, maupun dalam bentuk Program kegiatan yang bersinerji dengan Pemerintah Pusat dan/daerah;

b. Penerimaan dari pihak lain yang halal dan tidak mengikat;

(2) Pengelolaan keuangan dilakukan oleh Pengurus Harian di masing-masing tingkatan secara transparan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi.

BAB XII SEKRETARIAT

Pasal 46

(1) Untuk menyelenggarakan administrasi LPOI, dibentuk Sekretariat;

(2) Struktur organisasi, badan-badan kelengkapan, dan tata kerja Sekretariat ditetapkan oleh Pengurus Harian, sesuai dengan tingkatannya

(36)

36 BAB XIII PEMBUBARAN

Pasal 47

(1) LPOI hanya dapat dibubarkan oleh Musyawarah Nasional;

(2) Apabila terjadi pembubaran, maka seluruh aset LPOI diserahkan kepada organisasi sosial kemasyarakatan Islam.

BAB XIV

ATURAN PERALIHAN Pasal 48

(1) Masa bakti kepengurusan Pimpinan Pusat yang pertamakali didirikan pada hakekatnya berakhir setelah satu periode atau 5 (lima) tahun, dan untuk memilih dan menetapkan kepengurusan selanjutnya, harus diselenggarakan Musyawarah Nasional;

(2) Masa bakti Kepengurusan Pimpinan Wilayah dan Cabang, menyesuaikan berdasarkan ketentuan ayat (1) diatas, sesuai dengan tingkatannya;

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 46 ayat (1) dan Pasal 46 ayat (2) mulai dilaksanakan setelah diadakan Musyawarah Nasional.

(37)

37 BAB XV PENUTUP

Pasal 49

(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan lainnya;

(2) Anggaran Dasar ini dibuat untuk pertama kali sebagai persyaratan Undang-Undang Nomor : 17 Tahun 2013, tentang Keormasan, dan LPOI sebagai organisasi yang resmi sudah terdaftar di Kementrian Dalam Negeri, sesuai Surat Keterangan Terdaftar (SKT) : 01-00-00/0111/D. III. 4/X/2012, dan disepakati bahwa sebagai Ketua Umum adalah Sdr. Dr. KH. Said Aqil Siraj, MA, dan Sekretaris Jendral Sdr. H. Lutfi A. Tamimi.

(3) Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah oleh Musyawarah Nasional;

(38)

38

Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal :

LEMBAGA PERSAHABATAN ORMAS ISLAM ( L P O I )

Ketua Umum, Sekretaris Umum,

Dr. KH. Said Aqil Siraj, MA H. Lutfi A. Tamimi

Ketua Dewan Pembina Pusat

Brigjend. (Purn) Drs. KH. Nazri Adlani

(39)

39

ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I LAMBANG

Pasal 1

(1) Kepulauan Nusantara yang dikelilingi oleh untaian padi dan kapas, merupakan simbol pemersatu Ormas- Ormas Islam di Indonesia;

(2) Simbol ini bagi LPOI merupakan simbol kesatuan arah perjuangan umat Islam Indonesia dalam rangka beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala serta merupakan sumber inspirasi dan motivasi untuk menegakkan ajaran Islam dalam segala bidang kehidupan menuju masyarakat adil dan makmur yang di ridhai Allah SWT;

(3) Lambang LPOI adalah gambar kepulauan nusantara yang dipandang dari arah depan berwarna hijau dan tampak di sisi kiri berwarna kuning keemasan, dan kanan berwarna putih, di bawah gambar dan lambang yaitu singkatan LPOI dilingkari tulisan Lembaga Persahabatan Ormas Islam diatas warna dasar hijau dalam bingkai yang berbentuk bulat atau lingkaran.

(40)

40 BAB II KEANGGOTAAN

Persyaratan Pasal 2

(1) Persyaratan untuk menjadi Anggota LPOI:

a. Ormas Islam yang memahami, dan menyetujui asas, serta tujuan LPOI;

b. Mengajukan permohonan yang ditujukan kepada Pimpinan Harian Pusat, dengan melampirkan dokumen Pendirian Ormas Islam tersebut, sesuai dengan ketentuan peraturan per-undang-undangan;

(2) Persetujuan dan pengesahan sebagai anggota biasa, ditentukan dalam Rapat Gabungan antara Dewan Pembina Pusat dengan Pengurus Harian Pusat.

Pemberhentian Anggota Pasal 3

(1) Anggota LPOI berhenti karena:

a. Atas permintaan sendiri;

b. Ormas tersebut membubarkan diri, atau dibubarkan oleh Pemerintah, atau tidak ada kegiatan dan program organisasi sama sekali.

(41)

41

(2) Anggota LPOI yang mewakili atas nama Ormasnya masing-masing, berhenti karena;

a. Berhalangan tetap;

b. Meninggal dunia;

b. Atas permintaan sendiri secara tertulis;

c. Diberhentikan.

Pasal 4

(1) Pemberhentian atau pemberhentian sementara seorang Anggota LPOI, dapat dilakukan karena:

a. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga LPOI;

b. Dengan sengaja tidak melaksanakan kewajibannya sebagai Anggota sebagaimana diatur pada Pasal 11 ayat b, dan c, Anggaran Dasar LPOI;

c. Melakukan tindak pidana kejahatan dengan ancaman hukuman penjara 5 (lima) tahun atau lebih;

(2) Pemberhentian terhadap Anggota LPOI sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, b, dan c yang tidak menduduki jabatan di dalam maupun di luar LPOI dilakukan oleh Pengurus Harian Cabang setelah yang bersangkutan diberhentikan sementara dan

(42)

42

terlebih dahulu diberi peringatan tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut secepat-cepatnya 15 (lima belas) hari dan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari;

(3) Pemberhentian terhadap Anggota LPOI sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, b, dan c yang menduduki jabatan di dalam maupun di luar LPOI di tingkat pusat dilakukan oleh Pengurus Harian Pusat setelah yang bersangkutan diberhentikan sementara dan terlebih dahulu diberi peringatan tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut secepat-cepatnya 15 (lima belas) hari dan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari;

(4) Pemberhentian terhadap Anggota LPOI sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, b, dan c yang menduduki jabatan di dalam maupun di luar LPOI di tingkat wilayah/provinsi dilakukan oleh Pengurus Harian Pusat atas usul Pengurus Harian Wilayah setelah yang bersangkutan diberhentikan sementara oleh Pengurus Harian Wilayah dan terlebih dahulu diberi peringatan tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut secepat-cepatnya 15 (lima belas) hari dan selambat- lambatnya 30 (tiga puluh) hari;

(5) Pemberhentian terhadap Anggota LPOI sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, b, dan c yang menduduki jabatan di dalam maupun di luar LPOI di tingkat cabang/kabupaten/kota dilakukan oleh

(43)

43

Pengurus Harian Pusat atas usul Pengurus Harian Cabang melalui Pengurus Harian Wilayah setelah yang bersangkutan diberhentikan sementara oleh Pengurus Harian Cabang dan terlebih dahulu diberi peringatan tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut secepat-cepatnya 15 (lima belas) hari dan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari

BAB III PIMPINAN

Persyaratan dan Larangan Pasal 5

Untuk dapat dipilih menjadi Anggota Pengurus Dewan Pimpinan di semua tingkatan harus memenuhi syarat:

a. Beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala serta berakhlak mulia, memiliki prestasi, dedikasi, dan loyalitas yang tinggi terhadap LPOI;

b. Telah menjadi Anggota LPOI yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota;

c. Tidak sedang menjalani pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (inkracht);

d. Khusus untuk jabatan Ketua Umum dan Sekretaris Umum Pengurus Harian LPOI, harus pernah

(44)

44

menjadi Anggota Pengurus Harian Pusat, sekurang-kurangnya 1 (satu) masa bakti dan/atau sekurang-kurangnya 1 (satu) masa bakti pada kepengurusan harian 1 (satu) tingkat di bawahnya;

Pasal 6

Seorang Anggota LPOI hanya dapat dipilih untuk jabatan Ketua Umum Pengurus Harian Pusat, Ketua Pengurus Harian Wilayah, dan Ketua pengurus Harian Cabang, maksimal untuk 2 (dua) kali masa bakti berturut-turut atau tidak berturut-turut pada jabatan dan tingkatan yang sama.

Pasal 7

(1) Seorang Anggota LPOI dilarang memegang jabatan rangkap pada Pimpinan di semua tingkatan;

(2) Apabila terjadi rangkap jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jabatan sebelumnya batal dengan sendirinya;

(3) Setiap pengurus Pimpinan di semua tingkatan yang menduduki Jabatan eksekutif dan/atau legislatif dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada Pengurus Harian lain.

(45)

45

Mekanisme Kerja Pasal 8

(1) Ketua Umum Pengurus Harian Pusat, Ketua Pengurus Harian Wilayah, dan Ketua Pengurus Harian Cabang, bertugas memimpin dan sebagai penanggungjawab umum Pimpinan sesuai tingkatannya;

(2) Ketua Pengurus Harian Pusat bertugas membantu Ketua Umum dalam memimpin LPOI, serta mewakili Ketua Umum apabila Ketua Umum berhalangan dalam menjalankan tugasnya, hal ini berlaku juga untuk kepengurusan pada tingkatan dibawahnya.

(3) Ketua PHP, Wakil Ketua PHW dan PHC bertugas menjalankan bidang tugas yang telah ditetapkan, dan bertanggungjawab kepada Pengurus Harian sesuai tingkatannya;

(4) Sekretaris Umum PHP, Sekretaris PHW dan PHC bertugas sebagai administrator organisasi Pimpinan Harian, sesuai tingkatannya;

(5) Wakil Sekretaris Umum PHP, Wakil Sekretaris PHW dan PHC, bertugas merencanakan dan melaksanakan administrasi kegiatan pelaksanaan tugas bidang Ketua PHP, Wakil Ketua PHW dan

(46)

46

PHC, dan bertanggungjawab kepada Pengurus Harian sesuai tingkatannya;

(6) Bendahara Umum PHP, Bendahara PHW dan PHC, bertugas merencanakan, melaksanakan pengumpulan dana, dan mengelola administrasi keuangan LPOI dengan sebaik-baiknya;

(7) Bendahara PHP, Wakil Bendahara PHW dan PHC,

bertugas membantu Bendahara

Umum/Bendahara, dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (6);

(8) Keuangan LPOI dipertanggungjawabkan oleh Bendahara Umum PHP dan Bendahara PHW dan PHC kepada Pengurus Harian sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali, dalam rapat Pengurus Harian, dan selanjutnya Pengurus Harian melaporkannya kepada Rapat Pleno Pimpinan sesuai tingkatannya.

Pasal 9

(1) Pengurus Harian di setiap tingkatan bekerja secara kolektif dan kolegial. Oleh karena itu, semua kebijakan yang ditetapkan harus didasarkan atas keputusan Rapat Pengurus Harian;

(2) Dalam hal yang sangat mendesak, Ketua Umum bersama Ketua Bidang terkait, Sekretaris Umum, dan Wakil Sekretaris Umum terkait, serta Ketua

(47)

47

Pengurus Harian Wilayah/Cabang bersama Wakil Ketua terkait, Sekretaris, dan Wakil Sekretaris terkait, dapat menetapkan suatu kebijakan di luar rapat Pengurus Harian, dan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah itu, harus melaporkan dan mempertanggungjawabkan kepada Rapat Pengurus Harian sesuai tingkatannya.

Pemberhentian Anggota Pimpinan Pasal 10

(4) Pemberhentian atau pemberhentian sementara Anggota Pimpinan dapat dilakukan karena:

a. berhalangan tetap;

b. meninggal dunia;

c. berhenti atas permintaan sendiri;

d. melanggar ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;

e. sangat nyata tidak aktif dalam kegiatan kepemimpinan LPOI;

f. melakukan perbuatan yang menjatuhkan nama dan kehormatan LPOI;

g. melanggar keputusan LPOI yang telah ditetapkan secara sah;

(48)

48

h. dinyatakan bersalah dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht);

(5) Pemberhentian Anggota Pengurus Harian Pusat serta Pimpinan Badan Otonom Pusat, dilakukan oleh Pengurus Harian Pusat, yang ditetapkan secara sah. Dalam hal pemberhentian dilakukan terhadap Pimpinan atau Anggota Dewan Pembina Pusat, maka Rapat Pengurus Harian Pusat harus dihadiri oleh Ketua atau Pimpinan Dewan Pembina Pusat.

(6) Pemberhentian Anggota Pengurus Harian Wilayah dan Pimpinan Badan Otonom Wilayah, dilakukan oleh Pengurus Harian Pusat atas usul Pengurus Harian Wilayah, berdasarkan keputusan Rapat Pengurus Harian Wilayah yang ditetapkan secara sah. Dalam hal pemberhentian dilakukan terhadap Pimpinan dan Anggota Pembina Wilayah, maka Rapat Pengurus Harian Wilayah, harus dihadiri oleh Ketua atau Pimpinan Dewan Pembina Wilayah;

(7) Pemberhentian Anggota Pengurus Harian Cabang dan Pimpinan Badan Otonom Cabang, dilakukan oleh Pengurus Harian Pusat atas usul Pengurus Harian Cabang melalui Pengurus Harian Wilayah,

(49)

49

berdasarkan keputusan rapat Pengurus Harian Cabang yang ditetapkan secara sah. Dalam hal pemberhentian dilakukan terhadap Anggota dan Pimpinan Dewan Pembina Cabang, maka Rapat Pengurus Harian Cabang, harus dihadiri oleh Ketua atau Pimpinan Dewan Pembina Cabang;

Pengisian Lowongan Jabatan Lowongan Jabatan

Pasal 11

(1) Dalam hal terjadi lowongan jabatan di suatu Pimpinan, lowongan jabatan tersebut harus diisi dalam waktu selambat-lambat 1 (satu) bulan;

(2) Lowongan jabatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) terjadi karena pengurus yang bersangkutan berhalangan tetap, meninggal dunia, mengundurkan diri, atau diberhentikan.

Pimpinan Pusat Pasal 12

(1) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Ketua Umum, jabatan tersebut hanya dapat diisi oleh Ketua yang dipilih dan ditetapkan dalam rapat Pengurus Harian Pusat, dihadiri oleh Ketua dan Anggota Dewan Pembina Pusat, serta Badan Pendiri LPOI.

(50)

50

(2) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Ketua, jabatan tersebut hanya dapat diisi oleh salah seorang Pengurus Harian Pusat, Anggota dan Pimpinan Dewan Pembina Pusat. yang dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Pengurus Harian Pusat, dan dihadiri oleh Ketua Dewan Pembina Pusat;

(3) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Sekretaris Umum, jabatan tersebut hanya dapat diisi oleh salah seorang Wakil Sekretaris Umum yang dipilih dan ditetapkan dalam rapat Pengurus Harian Pusat, dihadiri oleh Ketua dan Anggota Dewan Pembina Pusat, serta Badan Pendiri LPOI.

(4) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Wakil Sekretaris Umum, jabatan tersebut hanya dapat diisi oleh Pengurus Harian Pusat, Pimpinan dan Anggota Dewan Pembina Pusat, dan Pimpinan Badan Otonom, yang dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Pengurus Harian Pusat, dam dihadiri oleh Ketua Dewan Pembina Pusat;

(5) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Bendahara Umum, jabatan tersebut hanya dapat diisi oleh salah seorang Bendahara yang dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Pengurus Harian Pusat, dihadiri oleh Ketua dan Anggota Dewan Pembina Pusat.

(51)

51

(6) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Bendahara, jabatan tersebut dapat diisi oleh Pengurus Harian, Pimpinan dan Anggota Dewan Pembina Pusat, dan Pimpinan Badan Otonom, yang dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Pengurus Harian Pusat, dan dihadiri oleh Ketua Dewan pembina Pusat;

(7) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Ketua Dewan Pembina Pusat, jabatan tersebut hanya dapat diisi oleh salah seorang Wakil Ketua Dewan Pembina Pusat, yang dipilih serta ditetapkan dalam Rapat Pengurus Harian Pusat, dan dihadiri oleh Pimpinan dan Anggota Dewan Pembina Pusat, serta Badan Pendiri LPOI;

(8) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Wakil Ketua Dewan Pembina Pusat, jabatan tersebut hanya dapat diisi oleh salah seorang Anggota Dewan Pembina Pusat, yang dipilih serta ditetapkan dalam Rapat Pengurus Harian Pusat, dan dihadiri oleh Pimpinan dan Anggota Dewan Pembina Pusat;

(9) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Sekretaris Dewan Pembina Pusat, jabatan tersebut hanya dapat diisi oleh salah seorang Anggota Dewan Pembina Pusat, yang dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Pengurus Harian Pusat, dan dihadiri oleh Ketua dan Anggota Dewan Pembina Pusat;

(52)

52

(10) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Anggota Dewan Pembina Pusat, ,jabatan tersebut dapat diisi oleh salah seorang Pimpinan Badan Otonom Pusat, yang dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Pengurus Harian Pusat dan dihadiri oleh Pimpinan Dewan Pembina Pusat.

Pimpinan Wilayah dan Cabang Pasal 13

(1) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Ketua, jabatan tersebut hanya dapat diisi oleh salah seorang Wakil Ketua yang dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Pengurus Harian sesuai tingkatannya, dan dihadiri oleh Ketua dan Anggota Badan Pembina Wilayah/Cabang;

(2) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Wakil Ketua, jabatan tersebut hanya dapat diisi oleh salah seorang Pengurus Harian, Pimpinan dan Anggota Dewan Pembina Wilayah/Cabang, yang dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Pengurus Harian sesuai tingkatannya, dihadiri oleh Ketua Dewan Pembina Wilayah/Cabang;

(3) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Sekretaris, jabatan tersebut hanya dapat diisi oleh salah seorang Wakil Sekretaris yang dipilih dan

(53)

53

ditetapkan dalam Rapat Pengurus Harian sesuai tingkatannya, dan dihadiri oleh Ketua dan anggota Dewan Pembina Wilayah/Cabang;

(4) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Wakil Sekretaris, jabatan tersebut hanya dapat diisi oleh salah seorang Anggota Dewan Pembina Wilayah/Cabang, dan Pimpinan Badan Otonom Wilayah/Cabang, yang dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Pengurus harian sesuai tingkatannya, dan dihadiri oleh Ketua Dewan Pembina Wilayah/Cabang;

(5) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Bendahara, jabatan tersebut hanya dapat diisi oleh salah seorang Wakil Bendahara yang dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Pengurus Harian sesuai tingkatannya, dan dihadiri oleh Ketua dan Anggota Dewan pembina sesuai tingkatannya;

(6) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Wakil Bendahara, jabatan tersebut hanya dapat diisi Anggota Dewan Pembina dan Pimpinan Badan Otonom, yang dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Pengurus Harian sesuai tingkatannya, dan dihadiri oleh Ketua Dewan Pembina Wilayah/Cabang;

(7) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Ketua Dewan Pembina, jabatan tersebut hanya dapat diisi oleh

(54)

54

salah seorang Wakil Ketua Dewan Pembina, yang dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Pengurus Harian sesuai tingkatannya, dan dihadiri oleh Pimpinan dan Anggota Dewan Pembina Wilayah/Cabang;

(8) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Wakil Ketua Dewan Pembina, jabatan tersebut hanya dapat diisi oleh salah seorang Anggota Dewan Pembina yang dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Pengurus Harian sesuai tingkatannya, dan dihadiri oleh Pimpinan dan Anggota Dewan Pembina yang bersangkutan;

(9) Dalam hal terjadi lowongan jabatan Sekretaris Dewan Pembina, jabatan tersebut hanya dapat diisi oleh salah seorang Anggota Dewan Pembina yang dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Pengurus Harian sesuai tingkatannya, dan dihadiri oleh Pimpinan dan Anggota Dewan Pembina Wilayah/Cabang;

(10) Pengesahan pengisian lowongan jabatan di PW LPOI sebagaimana dimaksud dalam pasal 13, pada ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8), dan (9), dilakukan oleh Pengurus Harian Pusat atas usul Pengurus Harian Wilayah;

(55)

55

(11) Pengesahan pengisian lowongan jabatan di PC LPOI sebagaimana dimaksud dalam pasal 13, pada ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8), dan (9), dilakukan oleh Pengurus Harian Wilayah atas usul Pengurus Harian Cabang.

BAB IV DEWAN PEMBINA

Pasal 14

(1) Dewan Pembina bertugas dan berwenang:

a. membahas dan mengkaji masalah keormasan dan masalah lain terkait;

b. memberikan pertimbangan dan nasihat mengenai masalah keormasan dan masalah lain terkait kepada Pengurus Harian;

c. memberikan saran kepada Pengurus Harian tentang kebijakan dan langkah strategis yang perlu dilaksanakan oleh Pengurus Harian;

(2) Dewan Pembina dapat membentuk kelompok kerja;

(3) Dewan Pembina terdiri atas Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan anggota; (4) Dewan Pembina menetapkan tata kerja Dewan yang bersangkutan sesuai dengan tingkatannya;

(56)

56

(4) Sekretariat Dewan Pembina dilaksanakan oleh Sekretaris Dewan Pembina dibantu oleh Sekretariat Dewan Pimpinan sesuai dengan tingkatannya.

BAB V

PERMUSYAWARATAN Musyawarah Nasional (MUNAS)

Pasal 15

(1) Peserta Musyawarah Nasional (MUNAS), terdiri atas:

a. Utusan;

b. Peninjau;

(2) Utusan terdiri atas:

a. Pimpinan Dewan Pembina Pusat, Pengurus Harian Pusat, Ketua dan Sekretaris PHW, serta Ketua dan Sekretaris PHC;

(3) Peninjau terdiri atas:

a. Badan Pendiri LPOI;

b. Anggota Dewan Pembina Pusat, serta Pimpinan dan Anggota Badan Otonom pusat;

(57)

57

c. Anggota LPOI yang menjadi Pejabat di Lembaga Negara/Pemerintahan di tingkat pusat.

Pasal 16

(1) Setiap Utusan MUNAS mempunyai hak bicara dan hak suara;

(2) Setiap peninjau MUNAS hanya mempunyai hak bicara;

(3) Khusus untuk Utusan Pengurus Harian Pusat, dan Pimpinan Dewan Pembina Pusat, tidak mempunyai hak suara.

Pasal 17

(1) MUNAS sah apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (seperdua) jumlah Utusan Pimpinan Wilayah dan lebih dari ½ (seperdua) jumlah Utusan Pimpinan Cabang;

(2) Sidang-sidang MUNAS sah apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (seperdua) jumlah Utusan yang hadir;

(3) Keputusan MUNAS sah, apabila disetujui oleh lebih dari ½ (seperdua) jumlah Utusan yang hadir dalam sidang;

(4) Keputusan MUNAS tentang perubahan

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

(58)

58

sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) jumlah Utusan yang hadir dalam sidang;

(5) Pengambilan keputusan mengenai orang dilakukan secara bebas dan rahasia.

Pasal 18

(1) Rancangan materi MUNAS disiapkan oleh

Pengurus Harian Pusat dan disampaikan kepada seluruh PW dan PC selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum MUNAS berlangsung;

(2) Sidang-sidang MUNAS dipimpin oleh Pengurus Harian Pusat.

Pertemuan Nasional Ulama Pasal 19

(1) Peserta Pertemuan Nasional Ulama adalah:

a. Badan Pendiri, Dewan Pembina Pusat,

Pengurus Harian Pusat, dan Badan Otonom Pusat;

b. Ulama, habaib, serta Pimpinan Pondok Pesantren;

c. Pakar dan ahli yang dianggap perlu;

(2) Penentuan peserta Pertemuan Nasional Ulama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan c

(59)

59

ditetapkan oleh Pengurus Harian Pusat, berkoordinasi dengan Dewan Pembina Pusat.

Pasal 20

(1) Rancangan materi Pertemuan Nasional Ulama disiapkan oleh Pengurus Harian Pusat dan disampaikan 1 (satu) bulan sebelum Pertemuan Nasional Ulama berlangsung kepada seluruh peserta sebagaimana dimaksud pada Pasal 24;

(2) Acara dan Tata Tertib Pertemuan Nasional Ulama ditetapkan oleh Pengurus Harian Pusat setelah berkoordinasi dengan Dewan Pembina Pusat;

(3) Sidang-sidang Pertemuan Nasional Ulama dipimpin oleh Dewan Pembina Pusat;

(4) Pertemuan-pertemuan nasional lainnya, merujuk pada acara-acara yang

diselenggarakan pada Acara Pertemuan Nasional Ulama.

Musyawarah Kerja Nasional Pasal 21

Peserta Musyawarah Kerja Nasional terdiri atas:

(60)

60

a. Pengurus Harian Pusat dan Dewan Pembina Pusat LPOI;

b. Ketua dan Sekretaris Pengurus Harian Wilayah LPOI;

c. Pimpinan dan Anggota Badan Otonom Pusat;

c. Anggota LPOI yang menjadi Pejabat di Lembaga Negara/Pemerintahan di tingkat pusat.

Pasal 22

(1) Rancangan materi Musyawarah Kerja Nasional disiapkan oleh Pengurus Harian Pusat dan

disampaikan 15 (lima belas) hari sebelum

Musyawarah Kerja Nasional berlangsung, kepada seluruh peserta sebagaimana dimaksud pada Pasal 26;

(2) Acara dan Tata Tertib Musyawarah Kerja Nasional ditetapkan oleh Pengurus Harian Pusat LPOI;

(3) Sidang-sidang Musyawarah Kerja Nasional dipimpin oleh Pengurus Harian Pusat LPOI.

Musyawarah Wilayah Pasal 23

(1) Peserta Musyawarah Wilayah terdiri atas:

a. Utusan;

(61)

61 b. Peninjau;

(2) Utusan terdiri atas:

a. Pengurus Harian Wilayah dan Pimpinan Dewan Pembina Wilayah;

b. Ketua dan Sekretaris DPC;

e. Ketua Badan Otonom Wilayah.

(3) Peninjau terdiri atas:

a. Pimpinan Pusat LPOI;

b. Anggota Dewan Pembina Wilayah, dan Anggota Badan Otonom;

d. Anggota LPOI yang menjadi Pejabat di Lembaga Negara/Pemerintahan di tingkat provinsi;

Pasal 24

(1) Setiap utusan Musyawarah Wilayah mempunyai hak bicara dan hak suara;

(2) Setiap Peninjau Musyawarah Wilayah mempunyai hak bicara;

(3) Untuk Pengurus Harian Wilayah dan Pimpinan Dewan Pembina Wilayah secara kolektif mempunyai hak 1 (satu) suara.

Pasal 25

(9) Musyawarah Wilayah sah apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (seperdua) jumlah Utusan Pimpinan Cabang;

(62)

62

(10) Sidang-sidang Musyawarah Wilayah sah apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (seperdua) jumlah Utusan yang hadir;

(11) Keputusan Musyawarah Wilayah sah apabila disetujui oleh lebih dari ½ (seperdua) jumlah Utusan yang hadir;

(12) Pengambilan keputusan mengenai orang dalam Musyawarah Wilayah dilakukan secara bebas dan rahasia.

Pasal 26

(1) Rancangan materi Musyawarah Wilayah disiapkan oleh Pengurus Harian Wilayah dan disampaikan kepada seluruh Pimpinan Cabang selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Musyawarah Wilayah berlangsung;

(2) Sidang-sidang Musyawarah Wilayah dipimpin oleh Pengurus Harian Wilayah;

Musyawarah Kerja Wilayah Pasal 27

Peserta Musyawarah Kerja Wilayah terdiri atas:

a. Pimpinan Wilayah LPOI;

b. Ketua Pengurus Harian Cabang LPOI;

c. Anggota LPOI yang menjadi Pejabat di Lembaga Negara/Pemerintahan di tingkat provinsi.

(63)

63 Pasal 28

(1) Rancangan materi Musyawarah Kerja Wilayah disiapkan oleh Pengurus Harian Wilayah dan disampaikan kepada seluruh peserta 15 (lima belas) hari sebelum Musyawarah Kerja Wilayah berlangsung kepada seluruh peserta sebagaimana dimaksud pada Pasal 32;

(2) Acara dan Tata Tertib Musyawarah Kerja Wilayah ditetapkan oleh Pengurus Harian Wilayah;

(3) Sidang-sidang Musyawarah Kerja Wilayah dipimpin oleh Pengurus Harian DPW.

Musyawarah Cabang Pasal 29

(1) Peserta Musyawarah Cabang terdiri atas:

a. Utusan;

b. Peninjau;

(2) Utusan terdiri atas:

a. Pengurus Harian Cabang dan Pimpinan Dewan Pembina Cabang;

b. Pimpinan Ormas Islam tingkat Kabupaten dan Kota;

c. Ketua dan anggota Badan Otonom Cabang.

(3) Peninjau terdiri atas:

a. Pengurus Harian Pusat;

b. Pengurus Harian Wilayah;

(64)

64

c. Anggota LPOI yang menjadi Pejabat di Lembaga Negara/Pemerintahan di tingkat kabupaten/kota;

Pasal 30

(1) Setiap utusan Musyawarah Cabang mempunyai hak bicara dan hak suara;

(2) Setiap peninjau hanya mempunyai hak bicara;

(3) Untuk Utusan Pengurus Harian Cabang, Pimpinan Dewan Pembina Cabang, dan Ketua Badan Otonom, secara kolektif mempunyai hak 1 (satu) suara.

Pasal 31

(1) Musyawarah Cabang sah apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (seperdua) jumlah Utusan;

(2) Sidang-sidang Musyawarah Cabang sah apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (seperdua) jumlah Utusan yang hadir;

(3) Keputusan Musyawarah Cabang sah apabila disetujui oleh lebih dari ½ (seperdua) jumlah Utusan yang hadir;

(4) Pengambilan keputusan mengenai orang dalam Musyawarah Cabang dilakukan secara bebas dan rahasia.

(65)

65 Pasal 32

(1) Rancangan materi Musyawarah Cabang disiapkan oleh Pengurus Harian Cabang dan disampaikan kepada seluruh peserta selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Musyawarah Cabang berlangsung;

(2) Sidang-sidang Musyawarah Cabang dipimpin oleh Pengurus Harian Cabang.

MUSYAWARAH KERJA CABANG Pasal 33

Peserta Musyawarah Kerja Cabang terdiri atas:

a. Dewan Pembina Cabang, dan Pengurus Harian Cabang;;

b. Pimpinan Ormas Islam Tingkat Cabang;

c. Anggota LPOI yang menjadi Pejabat di Lembaga Negara/Pemerintahan di tingkat kabupaten/kota;

Pasal 34

(1) Rancangan materi Musyawarah Kerja Cabang disiapkan oleh Pengurus Harian DPC dan disampaikan kepada seluruh peserta 15 (lima belas) hari sebelum Musyawarah Kerja Cabang berlangsung kepada seluruh peserta sebagaimana dimaksud pada pasal 38;

(2) Acara dan Tata Tertib Musyawarah Kerja cabang ditetapkan oleh Pengurus Harian Cabang;

(66)

66 BAB VI RAPAT – RAPAT

Pasal 35

Rapat Badan Pendiri

Rapat badan pendiri adalah Rapat yang diselenggarakan oleh Badan Pendiri LPOI yang terdiri atas Pimpinan Ormas-Ormas Islam yang namanya tercantum dalam Mukaddimah Anggaran Dasar, dan diadakan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.

Pasal 36

RAPAT KERJA ATAU RAPAT GABUNGAN (1) Rapat Kerja atau Rapat Gabungan adalah rapat

yang dihadiri oleh Badan Pendiri, Dewan Pembina, Pengurus Harian, dan Badan Otonom, yang diselenggarakan oleh Pengurus Harian sesuai dengan tingkatannya sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali;

(2) Rapat Kerja atau Rapat Gabungan sah apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (seperdua) peserta rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1);

(3) Apabila jumlah peserta rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tercapai, maka rapat ditunda selama 60 menit. Setelah waktu 60 menit peserta rapat belum mencapai kuorum, maka

(67)

67

Rapat Kerja atau Rapat Gabungan dapat dilangsungkan dan dapat mengambil keputusan;

(4) Rapat Kerja atau Rapat Gabungan berwenang:

a. Mengevaluasi pelaksanaan program kerja Bidang-bidang kegiatan dan Badan Otonom, yang dikoordinasikan oleh Ketua-Ketua Bidang;

b. Memutuskan program kerja yang harus segera ditindaklanjuti;

c. Memutuskan hal-hal lain yang perlu diputuskan oleh Pimpinan LPOI, di tingkatannya masing- masing.

RAPAT PIMPINAN Pasal 37

(1) Rapat Pimpinan adalah Rapat yang dihadiri oleh Seluruh Pengurus Dewan Pembina dan seluruh Pengurus Harian sesuai tingkatannya, diselenggarakan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali.

(2) Rapat Pimpinan sah apabila dihadiri oleh lebih dari

½ (seperdua) peserta rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(68)

68

RAPAT DEWAN PEMBINA Pasal 38

(1) Rapat Dewan Pembina adalah rapat yang dihadiri oleh Pimpinan dan Anggota Dewan Pembina, diselenggarakan oleh Pimpinan Dewan Pembina sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali atau sesuai kebutuhan;

(2) Rapat Dewan Pembina sah apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (seperdua) peserta rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

RAPAT PENGURUS HARIAN Pasal 39

(1) Rapat Pengurus Harian adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh Pengurus Harian dan dapat dihadiri oleh Pengurus Dewan Pembina sesuai dengan tingkatannya, yang diselenggarakan oleh Pengurus Harian sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali;

(2) Rapat Pengurus Harian sah apabila dihadiri oleh lebih ½ (seperdua) dari seluruh Pengurus Harian sesuai dengan tingkatannya.

(69)

69

RAPAT BIDANG Pasal 40

(1) Rapat Bidang adalah rapat yang diselenggarakan oleh Ketua Bidang Program beserta seluruh anggotanya, dan dapat dihadiri oleh Pengurus Harian sesuai dengan tingkatannya masing- masing.

(2) Rapat Bidang sah apabila dihadiri oleh lebih dari

½ (seperdua) peserta rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1);

RAPAT KOORDINASI Pasal 41

(1) Rapat Koordinasi adalah rapat yang dihadiri oleh Pengurus Harian lintas bidang, dan Badan Otonom yang diselenggarakan oleh Pengurus Harian sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali;

(2) Rapat Koordinasi sah apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (seperdua) peserta rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(70)

70 BAB VII

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA Dalam hal terjadi sengketa kepengurusan / dualism kepengurusan maka diselesaikan secara internal melalui musyawarah Nasional dengan dihadiri 2/3 jumlah kepengurusan daerah.

BAB VIII KEUANGAN

Pasal 42

(1) Jumlah uang pangkal dan uang iuran ditetapkan oleh Pengurus Harian Cabang;

(2) Uang pangkal dan uang iuran dipungut oleh Pengurus Harian Cabang LPOI;

(3) Jumlah iuran wajib bagi anggota yang menjadi pejabat publik serta penggunaannya ditetapkan oleh Pengurus Harian sesuai tingkatannya;

(4) Bendahara Umum/Bendahara menyelenggarakan administrasi keuangan LPOI secara transparan berdasarkan prinsip-prinsip akuntasi;

(5) Bendahara Umum/Bendahara menyampaikan laporan keuangan dalam Rapat Pengurus Harian yang diselenggarakan sesuai dengan tingkatannya;

(71)

71

(6) Tahun buku keuangan Partai dimulai pada saat dipilih dan ditetapkannya Pengurus Harian oleh Musyawarah sesuai tingkatannya, dan berakhir setelah 1 (satu) tahun.

BAB IX

TANDA GAMBAR DAN BENDERA Pasal 43

(1) Tanda gambar LPOI dalam adalah lambang yang disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(2) Bendera LPOI adalah bendera berwarna dasar putih berukuran panjang dan lebar 3 berbanding 2 dengan lambang LPOI ditengahnya.

BAB XI PENUTUP

Pasal 44

(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pengurus Harian Pusat Lembaga Persahabatan Ormas Islam (PHP LPOI);

(2) Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat diubah oleh Musyawarah Nasional;

(72)

72

(3) Anggaran Rumah Tangga ini dibuat untuk pertama kalinya dan disempurnakan oleh Tim Pengurus Harian Pusat LPOI, untuk melengkapi persyaratan Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang Keormasan.

Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal :

LEMBAGA PERSAHABATAN ORMAS ISLAM ( L P O I )

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Dr. KH. Said Aqil Siraj, MA H. Lutfi A. Tamimi

Ketua Dewan Pembina

Brigjend (Purn). Drs. KH. Nazri Adlani

Referensi

Dokumen terkait

Musyawarah Nasional ( MUNAS ) MTRI wilayah Indonesia.. Peserta Penuh terdiri dari Dewan Pembina, Penasehat, Pengurus dan seluruh anggota MTRI wilayah Indonesia. b)

Musyawarah Pimpinan Paripurna, Rapat Kerja Nasional, Musyawarah Wilayah, Musyawarah Wilayah Luar Biasa, Rapat Kerja Wilayah, Musyawarah Cabang, Musyawarah Cabang

Anggota Dewan Pembina serta Dewan Pengurus Pusat yang berhenti sebagai pengurus Afiliasi, keanggotaannya dalam kepengurusan Konfederasi Serikat Pekerja Nasional

Anggota Luar Biasa adalah perusahaan tertentu baik berskala Nasional atau Internasional yang terdaftar langsung pada Dewan Pimpinan Nasional dan/atau Dewan Pimpinan

23) Penetapan pergantian dan penyempurnaan susunan personalia pengurus Partai tingkat Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang. 24)

seorang yang mewakili badan usaha milik negara yang diusulkan oleh Ketua Dewan Pembina Korpri Pusat sebagai anggota;j. seorang sekretaris jenderal Dewan Pembina Korpri

Hak membela diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, atas sanksi Dewan Pimpinan Pusat atau Dewan Pimpinan Wilayah Partai dapat diajukan kepada Dewan Pimpinan Pusat

(1) Pimpinan DPRD atau Anggota DPRD yang berkedudukan sebagai ketua atau wakil Ketua atau sekretaris atau anggota badan musyawarah, Komisi, badan anggaran, badan