• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGGARAN DASAR AD DAN ANGGARAN RUMAH TAN (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANGGARAN DASAR AD DAN ANGGARAN RUMAH TAN (2)"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) LASKAR SANTRI NUSANTARA

(LSN)

MUKODIMAH

Sesungguhnya Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah Kebijaksanaan Permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan idiologi negara dan falsafah bangsa Indonesia. Sadar dan yakin bahwa Islam merupakan agama bagi umat manusia yang kehadirannya memberikan rahmat sekalian alam rahmatan lil alamin. Bahwa sesungguhnya generasi muda Indonesia sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan nasional, perlu senantiasa meningkatkan pembinaan dan pengembangan diri. untuk menjadikan kader bangsa yang tangguh, yang memiliki wawasan kebangsaan yang luas dan utuh, yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berketrampilan dan berakhlaq mulia dan mengejawentahkan nilai Islam dalam pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta dalam kehidupan masyarakat dunia.

Bahwa kelahiran dan perjuangan Laskar Santri Nusantara untuk berkhidmat kepada perjuangan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju terwujudnya masyarakat yang demokratis, adil, makmur dan sejahtera. Bahwa cita-cita perjuangan bangsa Indonesia dan upaya-upaya pembangunan nasional hanya bisa terwujud secara utuh dan berkelanjutan bila seluruh komponen bangsa serta potensi yang ada, termasuk generasi muda dan santri mampu berperan aktif.

(2)

Berdasarkan pemikiran tersebut, dengan Berkat Rahmat dan Inayah Allah SWT di susunlah Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Laskar Santri Nusantara sebagai berikut:

ANGGARAN DASAR (AD) LASKAR SANTRI NUSANTARA

(LSN)

BAB I

NAMA, TEMPAT DAN KEDUDUKAN Pasal 1

1. Organisasi ini bernama Laskar Santri Nusantara, disingkat LSN.

2. Secara resmi, Organisasi ini berkedudukan di Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, dengan jangka waktu yang tidak terbatas.

BAB II KEDAULATAN

Pasal 2

Kedaulatan organisasi berada di tangan anggota yang tercermin sepenuhnya di dalam Kongres dan atau permusyawaratan lainnya yang setingkat.

BAB III

DASAR DAN PRINSIP PERJUANGAN Pasal 3

Organisasi ini berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimipin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pasal 4

(3)

BAB IV

SIFAT DAN FUNGSI Pasal 5

Organisasi ini bersifat kebangsaan, demokratis, keagamaan, kesantrian, kemasyarakatan, independen dan terbuka tanpa membeda-bedakan asal-usul, keturunan, suku, profesi, gender dan golongan.

Pasal 6 Organisasi ini berfungsi sebagai:

1. Organisasi kepemudaan dan kesantrian.

2. Wadah untuk menghimpun, mengembangkan dan mendistribusikan segenap potensi sumberdaya santrisebagai warga negara Republik Indonesia, untuk secara bersama-sama meningkatkan pendidikan, kesejahteraan, kemandirian, sadar serta berpartisipasi dalam terwujudnya hak-hak sipil.

3. Sarana mencetak kader-kader santri agar memiliki komitmen yang tinggi, pemahaman yang utuh dan kemampuan yang handal untuk didayagunakan secara maksimal guna mengamalkan ilmu, pengabdian kepada bangsa, mengamankan aset-aset negeri, mengembangkan kualitas serta menopang keberhasilan upaya-upaya pencapaian cita-cita dan tujuan perjuangan Laskar Santri Nusantara.

BAB V

TUJUAN DAN USAHA Pasal 7

Organisasi ini bertujuan:

1. Mencetak santri Indonesia sebagai kader bangsa yang tangguh, memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, berkepribadian luhur, berakhlak mulia, sehat, terampil, patriotik, ikhlas dan beramal shalih.

2. Mewujudkan cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

3. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur secara lahir dan batin, material dan spiritual.

(4)

Pasal 8 Usaha

Untuk mencapai tujuannya, organisasi ini melakukan berbagai usaha antara lain yaitu: 1. Bidang Agama:

a. Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dilandasi nilai-nilai keagamaan yang utuh menyeluruh, otentik, inklusif, membebaskan dan mencerdaskan.

b. Menjaga nilai nilai dan semangat pemuda dan santri dalam berjuang dan mengabdi. 2. Bidang Politik:

a. Mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. b. Menegakkan kedaulatan rakyat Indonesia.

c. Meningkatkan kesadaran dan hak-hak politik rakyat yang memungkinkan mereka terlibat aktif dalam pengelolaan proses serta sumber daya politik dan kebijakan publik.

d. Mewujudkan pemerintahan yang demokratis, bersih, transparan, bermoral, dan terpercaya.

e. Melaksanakan pembangunan nasional untuk kemakmuran rakyat.

f. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif serta mengembangkan kerjasama luar negeri untuk menciptakan perdamaian dunia yang abadi, adil dan sejahtera.

3. Bidang Ekonomi;

a. Menegakkan dan mengembangkan ekonomi kerakyatan bagi terwujudnya keswadayaan nasional dan tata perekonomian yang adil, demokratis dan berkelanjutan serta berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

b. Mengembangkan jiwa wirausaha pemuda dan santri dalam membantu mewujudkan perkembangan kedaulatan ekonomi negeri.

4. Bidang Hukum:

a. Menegakkan dan mengembangkan dunia hukum yang beradab, mampu mengayomi seluruh rakyat, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, dan berkeadilan sosial. 5. Bidang Sosial Budaya:

(5)

b. Membangun budaya yang maju dan modern dengan tetap memelihara jatidiri bangsa yang baik demi meningkatkan harkat dan martabat bangsa,

c. Menjaga atau melestarikan budaya bangsa serta mewujudakan budaya santri yang visioner dalam membangun bangsa.

6. Bidang Pendidikan:

a. Berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berakhlak mulia, mandiri, terampil, profesional dan kritis terhadap keadaan disekitarnya.

b. Mewujudkan sistem pendidikan nasional yang berorientasi kerakyatan, murah dan berkelanjutan, dan;

c. Mengembangkan pendidikan masyarakat yang mampu mendorong pencerdasan kehidupan bangsa dalam segala dimensinya.

d. Menjaga dan mengembangkan pendidikan pesantren dan madrasah dalam rangka ikut serta dalam membangkitkan pendidikan nasional.

7. Bidang Pertahanan:

a. Membangun kesadaran setiap warga negara terhadap kewajiban turut serta dalam usaha pertahanan negara;

b. Mendorong terwujudnya swabela masyarakat terhadap perlakuan-perlakuan yang menimbulkan rasa tidak aman serta terancamnya keselamatan jiwa dan nyawa, baik yang datang dari pribadi-pribadi maupun institusi-instutusi dalam masyarakat.

8. Bidang Kepemudaan, Kesantrian dan Kemahasiswaan:

a. Memupuk kemandirian, memperluas pengetahuan dan wawasan; b. Mengasah kepekaan dan ketrampilan,

c. Meningkatkan kesadaran tentang hak hak politik, serta mencetak kader-kader gerakan dan kepemimpinan kaum muda bangsa, melalui pengengembangan tradisi intelektual dan dinamika forum, inisiasi gagasan dan perancangan konsepsi strategik,

d. Penghimpunan serta pensinergian berbagai potensi sumberdaya, pengelolaan arus informasi dan dimensi-dimensi lingkungan strategis, dan

(6)

BAB VI ATRIBUT

Pasal 9

Laskar Santri Nusantara memiliki lambang dan atribut yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VII KEANGGOTAAN

Pasal 10

1. Setiap santri, alumni santri, pemuda, pemudi dan warga negara Indonesia yang menyatakan keinginannya dan sanggup mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan semua Peraturan Organisasi dapat diterima menjadi anggota Laskar Santri Nusantara.

2. Tata cara menjadi angggota, pemberhentian anggota, hak dan kewajiban anggota, serta ketentuan lain tentang keanggotaan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VIII

HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA Pasal 11

Anggota Laskar Santri Nusantara mempuyai hak dan kewajiban yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB IX

STRUKTUR DAN PENGURUS ORGANISASI Pasal 12

1. Organisasi ini memiliki struktur organisasi atau tingkatan kepengurusan sebagai berikut: a. Organisasi di tingkat Nasional, dipimpin oleh Dewan Koordinasi Nasional, disingkat

DKN.

b. Organisasi di tingkat Wilayah, dipimpin oleh Dewan Koordinasi Wilayah, disingkat DKW.

c. Organisasi di tingkat Cabang, dipimpin oleh Dewan Koordinasi Cabang, disingkat DKC.

d. Organisasi di tingkat Anak Cabang, dipimpin oleh Dewan Koordinasi Anak Cabang, disingkat DKAC.

e. Organisasi di tingkat Ranting, dipimpin oleh Dewan Koordinasi Ranting, disingkat DKR.

(7)

Pasal 13

1. Susunan Kepengurusan organisasi pada masing-masing tingkatan kepengurusan sebagaimana dimaksud pada pasal 12 ayat (1) Anggaran Dasar ini terdiri dari:

a. Pengurus Harian, sebagai pimpinan organisasi yang menentukan dan menjalankan kebijaksanaan pengelolaan organisasi; dan

b. Devisi-devisi, sebagai pelaksana program-program organisasi; c. Lembaga lembaga diatur dalam Anggaran Ruamah Tangga.

2. Jumlah dan jenis Devisi-devisi, disesuaikan menurut situasi dan kebutuhan organisasi; 3. Ketentuan mengenai tugas serta wewenang Pengurus Harian dan biro-biro diatur dalam

Anggaran Rumah Tangga,

BAB X

PERMUSYAWARATAN Pasal 14

1. Jenis-jenis permusyawaratan organisasi meliputi; a. Kongres;

b. Kongres Luar Biasa;

c. Musyawarah Kerja Nasional; d. Musyawarah Pimpinan Nasional; e. Konferensi Wilayah;

f. Konferensi Wilayah Luar Biasa g. Musyawarah Kerja Wiiayah; h. Konferensi Cabang;

(8)

BAB XI

QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 15

1. Quorum musyawarah dan rapat-rapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh setengah

ditambah satu dari jumlah unsur utusan yang hadir.

2. Pengambilan keputusan ditempuh melalui musyawarah mufakat; dan apabila melalui musyawarah tidak dapat dicapai mufakat, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

3. Ketentuan mengenai masing-masing jenis permusyawaralan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XII

KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASl Pasal 16

Keuangan dan kekayaan Organisasi diperoleh dari: a. Iuran anggota.

b. Usaha-usaha lain yang dilaksanakan Organisasi. c. Sumbangan dan tidak mengikat.

d. Peralihan hak untuk dan atas nama organisasi

BAB XIII PEMBUBARAN

Pasal 17

1. Organisasi ini hanya dapat dibubarkan oleh Kongres yang diselenggarakan khusus untuk itu.

2. Kongres sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah Dewan Koordinasi Wilayah dan dua pertiga dari jumlah Dewan Koordinasi Cabang yang sah, dan keputusan yang dihasilkan itu dinyatakan sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya dua pertiga suara yang hadir dalam Kongres.

(9)

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP Pasal 18

1. Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggran Dasar ini, diatur lebih lanjut dalam Anggran Rumah Tangga serta peraturan – peraturan organsisi lainnya.

(10)

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) LASKAR SANTRI NUSANTARA

(LSN)

BAB I

MAKNA DAN PENGGUNAAN LAMBANG Pasal 1

1. Makna gambar dan tulisan yang ada dalam lambang organisasi ini adalah:

a. Bola dunia, bermakna tempat hidup, tempat berjuang dan beramal dengan misi rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin) yang berorientasi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, lahir dan batin, secara utuh menyeluruh (kaffah/ holistik). b. Peta Indonesia, bemakna tanah air Indonesia sebagai lahan perjuangan dan centrum

gerakan dan/atau basis perjuangan organisasi dalam usaha mencapai tujuan organisasi sebagaimana termaktub dalam pasal 7 Anggaran Dasar.

c. Sembilan bintang melingkar dengan bintang diatas lebih besar, bermakna idealisme organisasi yang memuat 9 (sembilan) nilai, yaitu kemerdekaan, keadilan, kebenaran, kejujuran, kerakyatan, persamaan, kesederhanaan, keseimbangan, dan persaudaraan; berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jumlah bintang Sembilan melambangkan walisongo penyebar agama Islam di pulau jawa dan ini menjadi ruh semangat kaum muda dan santri dalam berkhidmat dan berjuang.

d. Tali yang tersimpul bermakna persatuan yang kokoh dan kuat. Dua ikatan dibawahnya merupakan lambang hubungan antar sesama manusia dan Tuhan yang Maha Esa: jumlah untaian tali berjumlah 99 buah melambangkan asmaul husna. e. Buku bermakna semangat untuk terus belajar dalam keadaan dan situasi apapun. f. Tulisan nama organisasi yang melingkari sembilan bintang, bermakna identitas diri

organisasi yang berfungsi sebagai sarana rnemperjuangkan aspirasi dan menggerakkan sumber daya politik rakyat Indonesia yang memiliki kehendak menciptakan tatanan kehidupan bangsa yang demokratis.

(11)

2. Makna warna-warna yang ada dalam lambang organisasi itu adalah:

a. Hijau, bermakna kesuburan tanag air dan kemakmuran lahir dan batin bagi seluruh rakyat Indonesia di dunia dan di akhirat;

b. Hijau terang, bermakna suasana yang kondusif untuk menghimpun, mencetak, mempersemaikan dan mengembangkan kader-kader pemimpin bangsa

c. Kuning, bermakna kebangkitan, pembaruan dan kejayaan bangsa untuk pencerahan dan kemaslahatan seluruh umat manusia;

d. Merah, bermakna keberanian moral dan sikap;

e. Putih, bermakna kesucian jiwa, ketulusan hati, serta kebenaran kata dan perbuatan. 3. Lambang organisasi digunakan pada atribut-atribut organisasi, yang ketentuan

penggunaannya akan diatur lebih lanjut oleh Dewan Koordinasi Nasional dalam suatu Peraturan organisasi.

4. Lambang organisasi hanya dapat dirubah dan/atau diganti melalui Kongres Laskar Santri Nusantara

BAB II KEANGGOTAAN

Pasal 2 Jenis Keanggotaan

1. Anggota langsung adalah setiap orang muda dan santri warga negara Indonesia yang telah terdaftar secara sah menjadi anggota organisasi pada Dewan Koordinasi Cabang setempat dan secara aktif melakukan tugas tugas keorganisasian serta mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi.

2. Anggota tidak langsung adalah orang muda dan santri warga negara Indonesia yang belum dan/atau tidak terdaftar secara sah menjadi Anggota pada Dewan Koordinasi Cabang setempat namun telah secara aktif mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi di tingkatan itu.

3. Anggota kehormatan adalah setiap orang yang dianggap berjasa kepada organisasi atau orang-orang tertentu yang dipilih dan telah disetujui penetapannya dalam Rapat Pleno Dewan Koordinasi Nasional.

Pasal 3

Persyaratan dan Tata-cara Pendaftaran Anggota 1. Persyaratan menjadi anggota organisasi adalah:

a. Warga negara Indonesia yang berumur maksimal 40 (empat puluh) tahun.

(12)

2. Tata cara pendaftaran untuk menjadi Anggota adalah:

a. Seseorang mengajukan permintaan menjadi anggota kepada Dewan Koordinasi Cabang melalui pengurus Dewan Koordinasi Ranting setempat dengan direkomendasikan oleh pengurus Dewan Koordinasi Anak Cabang setempat, disertai dan/atau dilampirkan pernyataan secara tertulis tentang kesediaan untuk mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan semua Peraturan Organisasi, serta membayar uang pangkal.

b. Apabila perrnintaan itu diluluskan, maka yang bersangkutan berstatus sebagai calon anggota selama enam bulan, dengan hak menghadiri kegiatan-kegiatan organisasi yang dilakukan secara terbuka.

c. Apabila selama menjadi calon anggota yang bersangkutan menunjukkan hal-hal positif, maka ia diterima menjadi anggota secara penuh, dan kepadanya diberikan Kartu Anggota organisasi yang dikeluarkan oleh Dewan Koordinasi Nasional.

d. Permintaan menjadi anggota dapat ditolak apabila terdapat alasan-alasan yang kuat secara organisatoris, yang mana alasan tersebut tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan semua Peraturan Organisasi.

3. Tata-cara penerimaan anggota kehormatan adalah:

a. Anggota kehormatan dapat diterima pada tingkatan kepengurusan DKN, DKW, dan DKC.

b. Usulan agar seseorang diterima sebagai anggota kehormatan dapat diajukan melalui Rapat Pleno Pengurus Harian masing-masing tingkatan kepengurusan sebagaimana dimaksud pada huruf (a) pasal dan ayat ini.

c. Surat Pengesahan anggota kehormatan dikeluarkan oleh Dewan Koordinasi Nasional setelah dikonsultasikan terlebih dulu.

Pasal 4

Hak, Kewajiban dan Larangan 1. Setiap Anggota organisasi berhak:

a. Mendapatkan perlakuan yang sama dari dan/atau di dalam kehidupan organisasi. b. Mengeluarkan pendapat serta mengajukan usul, saran dan kritik, baik secara lisan

(13)

d. Memperoleh pendidikan, bimbingan dan pelatihan-pelatihan dari organisasi; e. Mendapatkan perlindungan dan pembelaan dari organisasi.

f. Hak-hak lainnya yang diatur dalam Peraturan Organisasi. 2. Setiap Anggota Organisasi Berkewajiban:

a. Mentaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan seluruh keputusan organisasi;

b. Setia dan tunduk kepada disiplin organisasi serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang diamanatkan kepadanya.

c. Aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi.

d. Menjunjung tinggi kehomatan dan nama baik organisasi, serta menentang setiap upaya dan tindakan yang merugikan organisasi dengan cara yang berakhlak.

e. Memupuk persatuan dan solidaritas di antara sesama anggota.

f. Menjaga semangat perjuangan santri dalam membela tanah air Indonesia. g. Membayar uang Iuran Anggota.

h. Tunduk kepada Pimpinan dan struktur organisasi yang lebih tinggi di dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggran Rumah Tangga. 3. Setiap Anggota Organisasi dilarang:

a. Merangkap dan/atau menjadi anggota organisasi lain yang garis perjuangan dan haluannya berbeda dengan garis perjuangan Laskar Santri Nusantara.

b. Merangkap dan/atau menjadi anggota organisasi sosial kemasyarakatan yang asas dan/atau tujuanya bertentangan dengan asas dan/ atau tujuan Lasakar Santri Nusantara.

Pasal 5

Gugurnya Keanggotaan dan Tata Cara Pemberhentian Anggota 1. Seseorang anggota organisasi dinyatakan gugur keanggotaannya dikarenakan.

a. Permintaan sendiri untuk berhenti menjadi anggota organisasi yang disampaikan secara tertulis kepada pengurus Dewan Koordinasi Cabang dan disertai sekurang-kurangnya satu orang saksi.

b. Meninggal dunia.

(14)

2. Tata Cara Pemberhentian Anggota adalah:

a. Seseorang anggota dapat diberhentikan sementara atau diberhentikan karena bersikap atau melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah Tangga organisasi, atau dengan sengaja tidak menjalankan kewajibannya sebagai anggota organisasi, atau melanggar disiplin organisasi dan atau mencemarkan kehormatan dan nama baik organisasi.

b. Sebelum diberhentikan, anggota yang bersangkutan diberi peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali oleh pengurus organisasi dimana ia terdaftar sebagai anggota. Tenggang waktu antara pengeluaran peringatan tertulis pertama dan selanjutnya sekurang-kurangnya 2 (dua) hari.

c. Apabila dalam waktu 15 (lima belas) hari setelah peringatan terakhir itu tidak diperhatikan, maka yang bersangkutan dapat diberhentikan sementara selama 3 (tiga) bulan.

d. Bilamana dalam jangka waktu pemberhentian sementara yang bersangkutan tidak melakukan klarifikasi dan kembali kepada organisasi, maka status keanggotaannya gugur dengan sendirinya.

e. Surat pemberhentian sebagai anggota diterbitkan oleh dan atas keputusan Rapat Pleno pengurus organisasi dimana ia terdaftar sebagai anggota.

f. Dalam hal seorang anggota yang menjabat suatu jabatan tertentu di dalam organisasi, maka keputusan pemberhentian sementara atau pemberhentian keanggotaan ditetapkan oleh pengurus organisasi yang setingkat diatasnya berdasarkan usulan pengurus organisasi dimana ia terdaftar sebagai anggota, setelah melakukan Rapat Pleno.

(15)

BAB III

STRUKTUR ORGANISASI Pasal 6

Dewan Koordinasi Nasional

1. Dewan Koordinasi Nasional adalah pirnpinan tertinggi Organisasi yang bersifat kolektif. 2. Dewan Koordinasi Nasional memiliki wewenang:

a. Menentukan kebijakan organisasi di tingkat Nasional sesuai dengan Anggran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi, dan hasil-hasil permusyawaratan organisasi tingkat nasional.

b. Mengesahkan komposisi dan personalia Dewan Koordinasi Wilayah dan Dewan Koordinasi Cabang.

c. Mengesahkan keanggotaan Anggota Kehormatan setelah mengkonsultasikannya kepada Pembina LSN.

d. Melakukan upaya-upaya khusus demi keuntungan/pengembangan/kebesaran organisasi dan/ atau demi mengamankan kepentingan perjuangan atau pencapaian tujuan organisasi.

3. Dewan Koordinasi Nasional memiliki kewajiban:

a. Menjalankan roda organisasi kedalam maupun keluar, sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi dan hasil-hasil permusyawaratan organisasi tingkat nasional.

b. Menyampaikan laporan pertanggung-jawaban pada saat Kongres.

c. Melakukan pelaporan kepada, dan konsultasi dialogis dengan pembina dan penasehat, dalam organisasi baik kedalam maupun keluar.

4. Dewan Koordinasi Nasional terdiri dari : a. Ketua Umum

b. Sekretaris Jenderal c. Wakil Sekretaris Jenderal d. Bendahara Umum

e. Wakil Bendahara Umum f. Divisi- Divisi

g. Lembaga-Lembaga sesuai dengan kebutuhan

(16)

Pasal 7

Dewan Koordinasi Wilayah

1. Dewan Koordinasi Wilayah adalah pimpinan organisasi yang bersifat kolektif di tingkat dan dalam lingkup Wilayah atau Daerah Tingkat Propinsi atau yang disamakan dengan itu.

2. Dewan Koordinasi Wilayah memiliki wewenang:

a. Menentukan kebijakan organisasi di tingkat Wilayah sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi dan hasil- hasil Permusyawaratan baik tingkat Nasional maupun Wilayah.

b. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Koordinasi Nasional untuk mengesahkan komposisi dan personalia Dewan Koordinasi Cabang.

3. Dewan Koordinasi Wilayah memiliki kewajiban:

a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan organisasi sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi, dan hasil-hasil Permusyawaratan Organisasi baik tingkat Nasional maupun Wilayah.

b. Menyampaikan laporan pertanggung-jawaban pada Konferensi Wilayah Dewan Koordinasi Wilayah.

c. Melakukan pelaporan kepada, dan konsultasi dialogis dengan Pembina. 4. Dewan Koordinasi Wilayah terdiri dari :

a. Ketua b. Sekretaris c. Wakil Sekretaris d. Bendahara e. Wakil Bendahara

f. Divisi-Divisi yang disesuaikan dengan kebutuhan g. Lembaga-Lembaga sesuai dengan kebutuhan

h. Pembagian tanggung jawab, wewenang dan tugas Ketua serta pengurus lainnya diatur dalam Tata Kerja Pengurus.

Pasal 8

Dewan Koordinasi Cabang

(17)

2. Dewan Koordinasi Cabang memiliki wewenang:

a. Menentukan kebijakan organisasi di tingkat Cabang sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi, dan hasil-hasil Permusyawaratan baik tingkat Nasional, Wilayah maupun Cabang.

b. Mengesahkan komposisi dan Personalia Pengurus Dewan Koordinasi Anak Cabang dan Dewan Koordinasi Ranting.

3. Dewan Koordinasi Cabang memiliki kewajiban:

a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan Organisasi sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi, dan hasil-hasil Permusyawaratan baik tingkat Nasional, Wilayah maupun Cabang.

b. Menyampaikan laporan pertanggung-jawaban pada Konferensi Cabang.

c. Melakukan pelaporan kepada, dan konsultasi dialogis dengan Dewan Pembina. 4. Dewan Koordinasi Cabang terdiri dari :

a. Ketua b. Sekretaris c. Wakil Sekretaris d. Bendahara e. Wakil Bendahara

f. Divisi-Divisi yang disesuaikan dengan kebutuhan g. Lembaga-Lembaga sesuai dengan kebutuhan

h. Pembagian tanggung jawab, wewenang dan tugas Ketua serta pengurus lainnya diatur dalam Tata Kerja Pengurus.

Pasal 9

Dewan Koordinasi Anak Cabang

1. Dewan Koordinasi Anak Cabang adalah pimpinan organisasi yang bersifat kolektif di tingkat Anak Cabang, atau Daerah Tingkat Kecamatan, atau yang disamakan dengan itu. 2. Dewan Koordinasi Anak Cabang memiliki wewenang:

(18)

permusyawaratan organisasi baik tingkat Nasional, Wilayah, Cabang maupun Anak Cabang.

b. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Koordinasi Cabang untuk pengesahan komposisi dan personalia pengurus Dewan Koordinasi Ranting.

3. Dewan Koordinasi Anak Cabang memiliki kewajiban:

a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan organisasi sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan organisasi, dan hasil-hasil permusyawaratan organisasi baik tingkat Nasional, Wilayah, Cabang maupun Anak Cabang.

b. Menyampaikan laporan pertanggung-jawaban pada Musyawarah Anak Cabang. c. Melakukan pelaporan kepada, dan konsultasi dialogis dengan Pembina.

4. Dewan Koordinasi Anak Cabang terdiri dari : a. Ketua

b. Sekretaris c. Wakil Sekretaris d. Bendahara e. Wakil Bendahara

f. Divisi-Divisi yang disesuaikan dengan kebutuhan

g. Pembagian tanggung jawab, wewenang dan tugas Ketua serta pengurus lainnya diatur dalam Tata Kerja Pengurus.

Pasal 10

Dewan Koordinasi Ranting

1. Dewan Koordinasi Ranting adalah pimpinan organisasi yang bersifat kolektif di tingkat Ranting, atau Daerah Tingkat Desa atau Kelurahan, atau yang disamakan dengan itu. 2. Dewan Koordinasi Ranting memiliki wewenang:

a. Menentukan kebijakan Organisasi di tingkat Ranting sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi, dan hasil-hasil permusyawaratan Organisasi baik tingkat Nasional, Wilayah, Cabang, Anak Cabang maupun Ranting. b. Menerima pendaftaran calon anggota Organisasi.

3. Dewan Koordinasi Ranting memiliki kewajiban:

(19)

permusyawaratan Organisasi baik tingkat Nasional, Wilayah, Cabang, Anak Cabang maupun Ranting.

b. Menyampaikan laporan pertanggung-jawaban pada Musyawarah Ranting.

c. Melakukan pelaporan kepada, dan konsultasi dialogis dengan Pembina dan penasehat. d. Merekrut dan mengkader anggota Laskar Santri Nusantara pada setiap tingkatan RW atau yang disamakan dengan itu, dalam wilayah kerja Dewan Koordinasi Ranting.

4. Dewan Koordinasi Ranting terdiri dari : a. Ketua

b. Sekretaris c. Wakil Sekretaris d. Bendahara Umum e. Wakil Bendahara

f. Devisi-Devisi yang disesuaikan dengan kebutuhan

g. Pembagian tanggung jawab, wewenang dan tugas Ketua serta pengurus lainnya diatur dalam Tata Kerja Pengurus.

BAB IV

KEDUDUKAN,WEWENANG DAN TUGAS PENGURUS Pasal 11

Pengurus Harian

1. Pengurus Harian adalah pimpinan kolektif yang terdiri dari sejumlah tokoh dan/atau aktivis pemuda serta sedapat mungkin mencerminkan proporsionalitas dan representasi daerah, sebagai pemegang amanah kepemimpinan organisasi tertinggi di setiap tingkatan kepengurusan.

2. Pengurus Harian di tingkat Nasional bertanggungjawab kepada Kongres untuk masa jabatan 5 (lima) tahun.

3. Pengurus Harian di tingkat Wilayah bertanggungjawab kepada Konferensi Wilayah untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun.

(20)

5. Pengurus Harian di tingkat Anak Cabang bertanggungjawab kepada Musyawarah Anak Cabang untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun.

6. Pengurus Harian di tingkat Ranting bertanggungjawab kepada Musyawarah Ranting untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun.

7. Susunan Pengurus Harian di tingkat Nasional terdiri dari seorang Ketua Umum dibantu seorang Sekretaris Jenderal dan Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan Wakil Bendahara Umum. Sedangkan susunan Pengurus Harian mulai dari tingkat Wilayah sampai tingkat Ranting, terdiri dari seorang Ketua dibantu seorang Sekretaris dibantu Wakil Sekretaris, dan seorang Bendahara dibantu Wakil Bendahara serta mengakomodir unsur perempuan di masing-masing tingkatan.

8. Pengurus Harian memiliki wewenang:

a. Menentukan kebijakan dan pola pengelolaan organisasi.

b. Membentuk dan menetapkan personalia divisi-divisi di semua tingkatan masing-masing.

c. Membentuk dan menetapkan personalia perangkat-perangkat organisasi berupa satuan-satuan tugas dan/atau unit-unit atau kelompok-kelompok kerja yang diusulkan oleh, Divisi-divisi di tingkatnya masing-masing sesuai dengan kebutuhan.

9. Pengurus Harian memiliki tugas:

a. Memelihara kemurnian perjuangan dan melaksanakan kebijakan organisasi.

b. Menjalankan pengelolaan organisasi di tingkatnya masing masing secara efektif dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

c. Menjabarkan kebijakan organisasi dalam bentuk program program kegiatan yang realistis, efektif dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

d. Melakukan pelaporan kepada dan konsultasi dengan kepengurusan organisasi satu tingkat diatasnya.

e. Melakukan pelaporan dan konsultasi dialogis dengan dewan Pakar dan Dewan Pembina ditingkatnya masing-masing.

f. Menyampaikan laporan pertanggung-jawaban kepada forum permusyawaratan tertinggi organisasi ditingkatnya masing masing.

(21)

11.Ketentuan tentang wewenang, tugas dan tata kerja masing-masing Pengurus Harian sebagaimana dimaksud dalam pasal ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 12

JENIS-JENIS LEMBAGA DAN DIVISI 1. Lembaga pada Dewan Koordinasi Nasional antara lain :

a. Lembaga di Bidang Organisasi dan Keanggotaan. b. Lembaga di Bidang Kaderisasi dan Pelatihan. c. Lembaga di Bidang Hubungan Antar Lembaga.

d. Lembaga di Bidang Dakwah dan Pengembangan Pesantren. e. Lembaga di Bidang Kajian dan Pemikiran Keislaman. f. Lembaga di Bidang Informasi dan Komunikasi. g. Lembaga di Bidang Penanggulangan Bencana.

h. Lembaga di Bidang Kebijakan Publik, Otonomi Daerah, Pemerintahan, dan Pertanahan.

i. Lembaga di Bidang Perekonomian, Keuangan, UKM, Pertanian, Kelautan, Energi, Lingkungan Hidup dan sebagainya.

j. Lembaga di Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kesehatan, Kependudukan, Pendidikan, Ketenagakerjaan dan sebagainya.

k. Lembaga di Bidang Hukum dan Perlindungan HAM . l. Lembaga di Bidang Kajian dan Kerjasama Internasional. m. Lembaga di bidang pers, penerbitan dan jurnalistik.

n. Lembaga-lembaga lain yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan organisasi.

2. Jumlah dan nama-nama Lembaga pada Pimpinan Wilayah disesuaikan dengan kebutuhan, dan struktur organisasi kelembagaannya di SK-kan oleh Pimpinan Wilayah masing-masing.

3. Jumlah dan nama-nama Lembaga pada Pimpinan Cabang disesuaikan dengan kebutuhan, dan struktur organisasi kelembagaannya di SK-kan oleh Pimpinan Cabang masing-masing.

4. Lembaga tidak punya struktur hierarkhi ke bawah

(22)

Pasal 13 Divisi-Divisi

1. Divisi adalah kelengkapan Organisasi di semua tingkatan kepengurusan kecuali di tingkat Nasional yang berfungsi sebagai unit-unit pelaksana program-program Organisasi. 2. Divisi-divisi dibentuk dan dikoordinasikan oleh Pengurus Harian di semua tingkatan

organisasi.

3. Divisi-divisi bertanggung-jawab kepada Rapat Pleno Pengurus Harian di semua tingkatan Organisasi.

4. Tiap-tiap Divisi di semua tingkatan kepengurusan organisasi terdiri dari: seorang Koordinasi (merangkap anggota) serta seorang Sekretaris (merangkap anggota), dan anggota-anggota. Dalam hal Koordinasi atau Sekretaris Divisi berhalangan, Pengurus Harian dapat menunjuk salah satu anggota Divisi untuk menjadi Pejabat Koordinasi, dan demikian pula terhadap Sekretaris Divisi atau keduanya.

5. Divisi-divisi di semua tingkatan kepengurusan organisasi memiliki wewenang: a. Menentukan pola pengelolaan bidang kerjanya masing-masing.

b. Mengusulkan pembentukan perangkat perangkat Organisasi untuk kelancaran tugas tugasnya masing masing sesuai dengan kebutuhan.

6. Divisi-divisi di semua tingkatan kepengurusan organisasi memiliki tugas:

a. Memelihara kemurnian perjuangan dan melaksanakan kebijaksanaan organisasi. b. Melaksanakan kegiatan kegiatan yang realistis, efektif dan efisien dalam rangka

pencapaian tujuan organisasi.

c. Menyampaikan Laporan Pertanggung-jawaban kepada Rapat Pleno Pengurus di tingkatnya masing-masing.

7. Divisi-divisi dalam menjalankan wewenang dan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dan ayat (6) pasal ini harus sesuai dengan kebijaksanaan Pengurus Harian di tingkatnya niasing-masing, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi, dan hasil-hasil permusyawaratan Organisasi.

(23)

BAB V

LOWONGAN ANTAR WAKTU Pasal 14

1. Lowongan antar waktu personalia Pengurus Organisasi terjadi karena: a. Meninggal dunia.

b. Mengundurkan diri. c. Diberhentikan.

2. Pemberhentian personalia Pengurus organisasi hanya dapat dilakukan melalui Rapat Pleno Pengurus Harian berdasarkan alasan-alasan yang kuat secara organisatoris, sesuai dengan kebijakan Pengurus Harian di tingkatnya masing-masing dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi, dan hasil-hasil Permusyawaratan organisasi.

Pasal 15

1. Pengisian lowongan antar waktu Personalia Pengurus Organisasi dilakukan oleh Rapat Pleno Pengurus Harian di semua tingkatan Organisasi.

2. Calon-calon diajukan oleh unsur Pengurus Harian dan/ atau Divisi-divisi.

BAB VI

PEMBEKUAN PENGURUS Pasal 16

Dewan Koordinasi Nasional dapat membekukan kepengurusan organisasi tingkat dibawahnya, yang pengambilan keputusannya ditetapkan sekurang-kurangnya melalui Rapat Pleno Pengurus Harian;

1. Alasan pembekuan harus kuat secara organisatoris dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan Organisasi.

2. Sebelum pembekuan dilakukan terlebih dahulu diberi peringatan tertulis sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali untuk memperbaiki pelanggarannya.

3. Setelah pembekuan terjadi maka kepengurusan dipegang oleh kepengurusan yang setingkat lebih tinggi, hanya untuk mempersiapkan penyelenggaraan Musyawarah menurut tingkatannya yang akan memilih kepengurusan yang baru.

(24)

BAB VII

PERMUSYAWARATAN Pasal 17

Musyawarah dalam Organisasi Laskar Santri Nusantara terdiri dari 1. Kongres.

2. Kongres Luar Biasa.

3. Musyawarah Kerja Nasional. 4. Musyawarah Pimpinan Nasional. 5. Konferensi Wilayah.

6. Konferensi Wilayah Luar Biasa. 7. Musyawarah Kerja Wiiayah. 8. Konferensi Cabang.

9. Konferensi Cabang Luar Biasa. 10.Musyawarah Kerja Cabang. 11.Musyawarah Anak Cabang. 12.Rapat Kerja Anak Cabang. 13.Musyawarah Ranting. 14.Rapat Kerja Ranting.

Pasal 18 Kongres

1. Kongres merupakan forum permusyawaratan tertinggi organisasi yang berfungsi sebagai representasi dari pemegang kedaulatan Organisasi dan diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali.

2. Kongres memiliki wewenang;

a. Menilai laporan pertanggungjawaban Dewan Koordinasi Nasional.

b. Menetapkan dan/atau mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. c. Menetapkan Garis-garis Besar Program Organisasi untuk 5 (lima) tahun ke depan. d. Memilih dan menetapkan Ketua Umum Dewan Koordinasi Nasional Laskar Santri

Nusantara.

(25)

3. Kongres diselenggarakan oleh Dewan Koordinasi Nasional. 4. Peraturan Tata Tertib Kongres ditetapkan oleh Kongres.

Pasal 19 Peseta Kongres 1. Peserta Kongres adalah:

a. Anggota Pengurus Harian Dewan Koordinasi Nasional, Kordinator-Kordinator Divisi, dan pimpinan Perangkat Organisasi di tingkat Nasional.

b. Utusan Dewan Koordinasi Wilayah yang terdiri dari Ketua dan Sekretaris dan seorang lainnya yang dipilih oleh dan dari Dewan Koordinasi Wilayah.

c. Utusan Dewan Koordinasi Cabang yang terdiri dari Ketuadan Sekretaris dan seorang lainnya yang dipilih oleh dan dari Dewan Koordinasi Cabang.

2. Setiap peserta Kongres mempunyai hak bicara.

3. Dewan Koordinasi Nasional, dengan mendasarkan kepada asas proporsional dan representasi daerah dalam komposisi kepengurusannya, hanya memiliki 1 (satu) hak suara.

4. Dewan Koordinasi Wilayah secara kolektif, masing-masing memiliki hak 1 (satu) suara. 5. Dewan Koordinasi Cabang secara kolektif, masing-masing memiliki hak 1 (satu) suara.

Pasal 20

1. Kongres adalah sah bila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (duapertiga) jumlah Wilayah dan Cabang yang sah.

2. Sidang-sidang Kongres sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang hadir.

3. Keputusan Kongres sah apabila disetujui oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang hadir.

4. Pemilihan mengenai orang dalam Kongres dilakukan secara jujur, adil, demokratis, langsung, bebas dan rahasia.

5. Rancangan materi Kongres disiapkan oleh Dewan Koordinasi Nasional dan disampaikan kepada seluruh Dewan Koordinasi Wilayah dan Dewan Koordinasi Cabang minimal 1 (satu) bulan sebelum Kongres berlangsung.

(26)

Pasal 21 Kongres Luar Biasa

1. Kongres Luar Biasa dapat diselenggarakan apabila terdapat keadaan yang dinilai dapat mengancam kelangsungan hidup organisasi.

2. Kongres Luar Biasa dapat diadakan berdasarkan permintaan dari sekurang-kurangnya setengah lebih satu jumlah Dewan Koordinasi Cabang yang sah yang berasal dari setengah lebih satu jumlah Dewan Koordinasi Wilayah yang sah.

3. Ketentuan-ketentuan lain mengenai Kongres berlaku bagi Kongres Luar Biasa.

Pasal 22

Musyawarah Kerja Nasional

1. Musyawarah Kerja Nasional atau MUKERNAS merupakan forum permusyawaratan pada tingkat nasional untuk mengevaluasi serta membahas kinerja dan program program organisasi, membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan keputusan-keputusan Kongres dan masalah-masalah lainnya yang dianggap penting.

2. Musyawarah Kerja Nasional diadakan Dewan Koordinasi Nasional sekurang-kurangnya dua kali dalam masa periode kepengurusan.

3. Peraturan dan Tata Tertib Musyawarah Kerja Nasional ditetapkan oleh Dewan Koordinasi Nasional.

4. Peserta Musyawarah Kerja Nasional adalah anggota Pengurus Harian Dewan Koordinasi Nasional, Kordinator-Kordinator Divisi, dan pimpinan Perangkat Organisasi di tingkat Nasional, dan utusan dari Dewan Koordinasi Wilayah dan utusan dari Dewan Koordinasi Cabang.

5. Musyawarah Kerja Nasional sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah lebih satu jumlah Dewan Koordinasi Cabang yang sah yang berasal dari setengah lebih satu jumlah Dewan Koordinasi Wilayah yang sah.

6. Keputusan Musyawarah Kerja Nasional sah apabila disetujui oleh lebih dari setengah jumlah peserta Musyawarah, dan dalam hal pengambilan keputusan setiap peserta mempunyai hak 1 (satu) suara.

(27)

Pasal 23

Musyawarah Pimpinan Nasional

1. Musyawarah Pimpinan Nasional atau disebut MUSPIMNAS merupakan forum permusyawaratan untuk membahas masalah masalah yang berkaitan dengan perkembangan situasi organisasi dan kehidupan nasional yang dinilai penting dan strategis.

2. Musyawarah Pimpinan Nasional dapat diadakan sewaktu-waktu oleh Dewan Koordinasi Nasional sesuai kebutuhan.

3. Peserta Musyawarah Pimpinan Nasional adalah anggota Pengurus Harian Dewan Koordinasi Nasional dan Ketua-ketua Dewan Koordinasi Wilayah.

4. Musyawarah Pimpinan Nasional sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah lebih satu jumlah Dewan Koordinasi Wilayah yang sah.

5. Keputusan Musyawarah Pimpinan Nasional sah apabila disetujui oleh lebih dari setengah jumlah peserta Musyawarah, dan dalam hal pengambilan keputusan setiap peserta mempunyai hak satu suara.

6. Peraturan Tata Tertib Musyawarah Pimpinan Nasional ditetapkan oleh Dewan Koordinasi Nasional.

7. Musyawarah Pimpinan dipimpin oleh Dewan Koordinasi Nasional.

Pasal 24 Konferensi Wilayah

1. Konferensi Wilayah atau disebut KONFERWIL merupakan forum permusyawaratan tertinggi pada tingkat Wilayah yang diadakan oleh Dewan Koordinasi Wilayah setiap 3 (Tiga) tahun sekali.

2. Konferensi Wilayah memiliki wewenang:

a. Menilai laporan pertanggung-jawaban Dewan Koordinasi Wilayah.

b. Menetapkan Pokok-pokok Program Dewan Koordinasi Wilayah untuk tiga tahun ke depan.

c. Memilih dan menetapkan Ketua DKW LSN.

(28)

Pasal 25 Peserta 1. Peserta Konferensi Wilayah KONFERWIL adalah:

a. Anggota Pengurus Harian Dewan Koordinasi Wilayah, Kordinator-kordinator Divisi, dan pimpinan Perangkat Organisasi di tingkat Wilayah.

b. Utusan Dewan Koordinasi Cabang yang terdiri dari Ketua dan Sekretaris dan seorang lainnya yang dipilih oleh dan dari Dewan Koordinasi Cabang.

2. Setiap peserta Konferensi Wilayah mempunyai hak bicara.

3. Utusan Dewan Koordinasi Cabang secara kolektif mempunyai hak 1 (satu) suara.

Pasal 26

1. Konferensi Wilayah sah bila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (duapertiga) jumlah Cabang yang sah.

2. Sidang-sidang Konferensi Wilayah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah lebih satu jumlah peserta yang hadir.

3. Keputusan Konferensi sah apabila disetujui oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang hadir.

4. Pemilihan mengenai orang dalam Konferensi Wilayah dilakukan secara jujur, adil, demokratis, langsung, bebas, dan rahasia.

5. Rancangan materi Musyawarah disiapkan oleh Dewan Koordinasi Wilayah dan disampaikan kepada seluruh Dewan Koordinasi Cabang selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Konferensi Wilayah berlangsung.

Pasal 27

Konferensi Wilayah Luar Biasa

1. Konferensi Wilayah Luar Biasa Luar Biasa dapat diselenggarakan apabila terdapat keadaan yang dinilai dapat mengancam kelangsungan hidup Organisasi.

2. Konferensi Wilayah Luar Biasa dapat diadakan berdasarkan permintaan dari sekurang-kurangnya setengah lebih satu jumlah Dewan Koordinasi Cabang yang sah.

3. Ketentuan-ketentuan lain mengenai Konferensi Wilayah berlaku bagi Konferensi Wilayah Luar Biasa.

(29)

Pasal 28

Musyawarah Kerja Wilayah

1. Peserta Musyawarah Kerja Wilayah atau disebut MUSKERWIL adalah anggota Pengurus Harian Dewan Koordinasi Wilayah, Kordinator-kordinator Divisi, dan pimpinan Perangkat Organisasi di tingkat Wilayah, dan utusan dari Dewan Koordinasi Cabang. 2. Musyawarah Kerja Wilayah sah apabila dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah

peserta Musyawarah, dan dalam hal pengambilan keputusan setiap peserta mempunyai hak satu suara.

3. Musyawarah Kerja Wilayah diselenggarakan dan dipimpin oleh Dewan Koordinasi Wilayah dua kali dalam satu periode.

Pasal 29 Konferensi Cabang

1. Konferensi Cabang atau disebut KONFERCAB merupakan forum permusyawaratan tertinggi pada tingkat Cabang yang diadakan oleh Dewan Koordinasi Cabang setiap 3 (tiga) tahun sekali.

2. Konferensi Cabang memiliki wewenang:

a. Menilai laporan pertanggung-jawaban Dewan Koordinasi Cabang.

b. Menetapkan Pokok-pokok Program Dewan Koordinasi Cabang untuk 3 (tiga) tahun ke depan.

c. Memilih dan menetapkan Ketua Umum Dewan Koordinasi Cabang DKC LSN. d. Membuat dan menetapkan keputusan-keputusan lain yang dianggap perlu.

3. Peraturan Tata Tertib Konferensi Cabang ditetapkan oleh Dewan Koordinasi Cabang. Pasal 30

1. Peserta Konferensi Cabang adalah:

a. Anggota Pengurus Harian Dewan Koordinasi Cabang, Koordinasi-koordinasi Divisi, dan pimpinan Perangkat Organisasi di tingkat Cabang.

b. Utusan Dewan Koordinasi Anak Cabang yang terdiri dari Ketua dan Sekretaris dan seorang lainnya yang dipilih oleh dan dari Dewan Koordinasi Anak Cabang.

2. Setiap peserta Konferensi Cabang mempunyai hak bicara.

(30)

Pasal 31

1. Konferensi Cabang adalah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah Anak Cabang yang sah.

2. Sidang-sidang Konferensi Cabang sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang hadir.

3. Keputusan sah apabila disetujui oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang hadir. 4. Pemilihan mengenai orang dalam Konferensi Cabang dilakukan secara jujur, adil,

demokratis, langsung, bebas, dan rahasia.

5. Rancangan materi konferensi Cabang disiapkan oleh Dewan Koordinasi Cabang dan disampaikan kepada seluruh Dewan Koordinasi Anak Cabang selambat-lambatnya 1 (salu) bulan sebelum Konferensi Cabang berlangsung.

6. Konferensi Cabang diselenggarakan dan dipimpin oleh Dewan Koordinasi Cabang.

Pasal 32

Konferensi Cabang Luar Biasa

1. Konferensi Cabang Luar Biasa dapat diselenggarakan apabila terdapat keadaan yang dinilai dapat mengancam kelangsungan hidup Organisasi.

2. Konferensi Cabang Luar Biasa dapat diadakan berdasarkan permintaan dari sekurang-kurangnya setengah lebih satu jumlah Dewan Koordinasi Anak Cabang yang sah.

3. Ketentuan-ketentuan lain mengenai Konferensi Cabang berlaku bagi Konferensi Cabang Luar Biasa.

4. Peraturan Tata Tertib Konferensi Cabang Luar Biasa ditetapkan oleh Dewan Koordinasi Cabang.

Pasal 33

Musyawarah Kerja Cabang

1. Peserta Musyawarah Kerja Cabang atau disebut MUSKERCAB adalah anggota Pengurus Harian Dewan Koordinasi Cabang, Kordinator-kordinator Divisi, dan pimpinan Perangkat Organisasi di tingkat Cabang, dan utusan dari Dewan Koordinasi Anak Cabang.

(31)

3. Musyawarah Kerja Cabang diselenggarakan dan dipimpin oleh Dewan Koordinasi Cabang. Rancangan Materi-materi Musyawarah Kerja Cabang disusun oleh Dewan Koordinasi Cabang.

Pasal 34

Musyawarah Anak Cabang

1. Musyawarah Anak Cabang merupakan forum permusyawaratan tertinggi pada tingkat Anak Cabang yang diadakan oleh Dewan Koordinasi Anak Cabang setiap 3 (tiga) tahun sekali.

2. Musyawarah Anak Cabang memiliki wewenang:

a. Menilai laporan pertanggung-jawaban Dewan KoordinasiAnak Cabang.

b. Menetapkan Pokok-pokok Program Dewan Koordinasi Anak Cabang untuk 3 (tiga) tahun ke depan.

c. Memilih dan menetapkan Ketua Dewan KoordinasiAnak Cabang.

d. Membuat dan menetapkan keputusan-keputusan lain yang dianggap perlu.

3. Peraturan dan Tata Tertib Musyawarah Anak Cabang ditetapkan oleh Konferensi Anak Cabang.

Pasal 35 Peserta 1. Peserta Musyawarah Anak Cabang adalah:

a. Anggota Pengurus Harian Dewan Koordinasi Anak Cabang, kordinator-kordinator Divisi, dan pimpinan Perangkat Organisasi di tingkat Cabang.

b. Utusan Kepengurusan Ranting yang terdiri dari Ketua dan Sekretaris dan seorang lainnya yang dipilih oleh dan dari Dewan Koordinasi Ranting.

2. Setiap peserta Musyawarah Anak Cabang mempunyai hak bicara.

3. Utusan Dewan Koordinasi Ranting secara kolektif mempunyai hak 1 (satu) suara.

Pasal 36

1. Musyawarah Anak Cabang adalah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya duapertiga jumlah Dewan Koordinasi Ranting yang sah.

(32)

3. Keputusan sah apabila disetujui oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang hadir. 4. Pemilihan mengenai orang dalam Musyawarah Anak Cabang dilakukan secara jujur, adil,

demokratis, langsung, bebas, dan rahasia.

5. Rancangan materi Musyawarah Anak Cabang disiapkan oleh Dewan Koordinasi Anak Cabang dan disampaikan kepada seluruh Kepengurusan Ranting selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Musyawarah Anak Cabang berlangsung.

6. Musyawarah Anak Cabang diselenggarakan dan dipimpin oleh Dewan Koordinasi Anak Cabang.

Pasal 37

Rapat Kerja Anak Cabang

1. Rapat Kerja Anak Cabang merupakan forum permusyawaratan di tingkat Anak Cabang untuk mengevaluasi serta membahas kinerja dan program-program Dewan Koordinasi Anak Cabang, membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan keputusan-keputusan Rapat Anak Cabang, dan masalah-masalah lainnya yang dianggap penting.

2. Rapar Kerja Anak Cabang diadakan Dewan Koordinasi Anak Cabang, sekurang-kurangnya dua kali dalam satu periode.

3. Peraturan Tata Tertib Rapa Kerja Anak Cabang ditetapkan oleh Dewan Koordinasi Anak Cabang.

4. Peserta Rapat Kerja Anak Cabang adalah anggota Pengurus Harian Dewan Koordinasi Anak Cabang, koordinasi-koordinasi Divisi, dan pimpinan Perangkat Organisasi di tingkat Anak Cabang, dan utusan dari Kepengurusan Ranting.

5. Rapat Kerja Anak Cabang adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah peserta, dan dalam hal pengambilan keputusan setiap peserta mempunyai hak 1 (satu) suara.

6. Rapat Kerja Anak Cabang diselenggarakan dan dipimpin oleh Dewan Koordinasi Anak Cabang.

7. Materi-materi Rapat Kerja Anak Cabang disusun oleh Dewan Koordinasi Anak Cabang.

Pasal 38

Musyawarah Ranting

1. Musyawarah Ranting merupakan forum permusyawaratan tertinggi pada tingkat Ranting yang diadakan oleh Dewan Koordinasi Ranting setiap 3 (tiga) tahun sekali.

(33)

a. Menilai laporan pertanggung-jawaban Dewan Koordinasi Ranting.

b. Menetapkan Pokok-pokok Prograrn Dewan Koordinasi Ranting untuk 3 (tiga) tahun ke depan.

c. Memilih dan menetapkan Ketua umum serta Pengurus Harian Dewan Koordinasi Ranting.

d. Membuat dan menetapkan keputusan-keputusan lain yang dianggap perlu. 3. Peraturan Tata Tertib Musyawarah Ranting ditetapkan oleh Musyawarah Ranting. 4. Peserta Musyawarah Ranting adalah:

a. Anggota Pengurus Harian Dewan Koordinasi Ranting, koordinasi-koordinasi Divisi, dan pimpinan Perangkat Organisasi di tingkat Ranting.

b. Seluruh anggota organisasi yang sah dalam lingkup Ranting tersebut.

5. Setiap peserta Musyawarah Ranting mempunyai hak bicara dan hak 1 (satu) suara.

Pasal 39

1. Musyawarah Ranting adalah sah bila dihadiri oleh sekurang-kurangnya duapertiga jumlah anggota yang sah.

2. Sidang-sidang Musyawarah Ranting sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang hadir.

3. Keputusan sah apabila disetujui oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang hadir. 4. Pemilihan mengenai orang dalam Musyawarah ranting dilakukan secara jujur, adil,

demokratis, langsang, bebas, dan rahasia.

5. Rancangan materi Musyawarah Ranting disiapkan oleh Dewan Koordinasi Ranting dan disampaikan kepada seluruh anggota Ranting selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Musyawarah Ranting berlangsung.

6. Musyawarah Ranting diselenggarakan dan dipimpin oleh Dewan Koordinasi Ranting.

Pasal 40 Rapat Kerja Ranting

(34)

2. Rapat Kerja Ranting diadakan Dewan Koordinasi Ranting, sekurang-kurangnya dua kali dalam satu periode.

3. Peraturan Tata Tertib Rapat Kerja Ranting ditetapkan oleh Dewan Koordinasi Ranting. 4. Peserta Rapat Kerja Ranting adalah anggota Pengurus Harian Dewan Koordinasi Ranting,

koordinator Divisi di tingkat Ranting, dan utusan dari Kelompok Anak Ranting dan/atau beberapa orang anggota yang dipilih oleh Dewan Koordinasi Ranting.

5. Rapat Kerja Ranting adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah peserta Musyawarah, dan dalam hal pengambilan keputusan setiap peserta mempunyai hak satu suara.

6. Rapat Kerja Ranting dipimpin oleh Dewan Koordinasi Ranting.

BAB VIII RAPAT-RAPAT

Pasal 41 1. Jenis-jenis Rapat Organisasi adalah:

a. Rapat Pleno Lengkap Pengurus, yaitu rapat yang diadakan oleh Pengurus Harian sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan atau sewaktu-waktu bila dipandang perlu dan dihadiri oleh anggota Pengurus Harian, Kordinator-kordinator Divisi beserta anggota-anggotanya, dan pimpinan Perangkat Organisasi di tingkatnya masing-masing.

b. Rapat Pleno Pengurus Harian; yaitu rapat yang diadakan dan dihadiri oleh Pengurus Harian, sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) bulan, dan bila dipandang perlu dapat pula dihadiri oleh seluruh/sebagian unsur Divisi, dan unsur Perangkat Organisasi di tingkatnya masing-masing yang dianggap perlu.

c. Rapat-rapat lain yang dan/atau bila dipandang perlu.

2. Rapat sebagainiana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dianggap sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah peserta rapat yang seharusnya hadir.

BAB IX

QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 42

(35)

Pasal 43

1. Pengambilan keputusan pada dasarnya dilakukan secara musyawarah untuk mufakat dan apabila hal ini tidak mungkin, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

2. Keputusan mengenai pemilihan seseorang dilaksanakan secara bebas dan rahasia.

3. Dalam hal pemilihan terdapat suara yang seimbang, maka pemilihan diulang kembali

4. Manakala dalam pemilihan kedua masih terdapat suara yang sama, maka akan ditentukan dengan mekanisme undian/swit (qur’ah) yang dipimpin pimpinan sidang dengan asas musyawarah dan kekeluargaan

.

BAB X

TATACARA PEMILIHAN Pasal 44

Tata cara pemilihan pengurus diatur dalam tata tertib pemilihan pada masing-masing tingkat kepengurusan Laskar Santri Nusantara LSN

BAB XI KEUANGAN

Pasal 45

1. Banyaknya uang pangkal anggota ditetapkan oleh Dewan Koordinasi Wilayah berdasarkan pertimbangan kemaslahatan.

2. Banyaknya uang iuran anggota ditetapkan oleh Dewan Koordinasi Cabang berdasarkan pertimbangan kemaslahatan.

3. Uang pangkal dan uang iuran anggota dipungut oleh Dewan Koordinasi Cabang, untuk dialokasikan kepada:

a. Dewan Koordinasi Nasional sebanyak 10 (sepuluh) persen. b. Dewan Koordinasi Cabang scbanyak 15 (lima belas) persen. c. Dewan Koordinasi Anak Cabang sebanyak 20 (dua puluh) persen. d. Dewan Koordinasi Ranting sebanyak 20 (dua puluh) persen.

(36)

kepengurusan organisasi satu tingkat di atasnya sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam tahun buku yang bersangkutan.

5. Tahun buku Organisasi dimulai setelah terpilihnya pengurus yang baru pada setiap tingkatan kepengurusan Organisasi dan berakhir pada tahun berikutnya.

6. Sumbangan yang tidak mengikat, yang didapat dari bantuan para dermawan, instansi pemerintah dan badan-badan swasta dengan tidak mensyaratkan sesuatu kepada organisasi.

7. Usaha lain yang halal dan sah, yaitu usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan syara’ dan atau hukum negara.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 46

1. Apabila segala badan-badan dan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Anggaran Rumah Tangga ini belum terbentuk, maka ketentuan tersebut ditetapkan dalam Rapat Pleno DKN Laskar Santri Nusantara.

2. Untuk melaksanakan perubahan organisasi harus dibentuk panitia pembubaran, guna menyelesaikan segala sesuatu di seluruh jajaran organisasi.

3. Kekayaan Laskar Santri Nusantara setelah pembubaran diserahkan kepada Organisasi yang seasas dan setujuan

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 47

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur lebih lanjut oleh Dewan Koordinasi Nasional melalui Peraturan Organisasi.

2. Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat diubah oleh Kongres.

(37)

Ditetapkan di : Tangerang Selatan Pada tanggal : 07 Januari 2016

Ketua Rapat

Didik Setiawan, S.Kom.I

Sekretaris I

Ta’mirudin Sya’bana

Sekretaris II

Referensi

Dokumen terkait

Bagi anggota Biasa, anggota Pimpinan/Pengurus Anak Organisasi/Pengurus Badan Pendukung dilakukan dengan keputusan Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah atau Dewan

(1) Rapat Kerja Pimpinan ialah rapat yang diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta dipimpin oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang,

31.9 Anggota yang dijatuhi sanksi organisasi diberi kesempatan untuk melakukan pembelaan baik secara lisan maupun tertulis dalam Rapat Pengurus Perkumpulan dan

d) Peserta KONCAB terdiri dari Pengurus Cabang dan anggota. Peninjau adalah Pengurus Pusat, Pengurus Cabang, Dewan.. f) Apabila KONCAB dihadiri kurang dari 50 % ditambah

Anggota Dewan Pembina serta Dewan Pengurus Pusat yang berhenti sebagai pengurus Afiliasi, keanggotaannya dalam kepengurusan Konfederasi Serikat Pekerja Nasional

Tindakan disiplin terhadap anggota Pengurus dilakukan oleh Pimpinan Organisasi yang setingkat lebih tinggi sedang terhadap anggota Pengurus Pusat dilakukan oleh suatu sidang

Setiap anggota kepengurusan, baik anggota Dewan Pertimbangan maupun anggota Dewan Pengurus di semua tingkatan, dapat dikenai sanksi organisasi oleh Dewan Pengurus

(11) Rapat Umum Cabang Luar Biasa adalah Rapat Umum Cabang yang diadakan atas terjadinya pelanggaran AD-ART, Percab dan/atau dalam keadaan yang dianggap