• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUMUSAN RANCANGAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR dan ANGGARAN RUMAH TANGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RUMUSAN RANCANGAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR dan ANGGARAN RUMAH TANGGA"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

0OKRAN B

KAUNAS XV '90

RUMUSAN

RANCANGAN PERUBAHAN

ANGGARAN DASAR

dan

ANGGARAN RUMAH TANGGA

p a l a n g

m e r a h

I

n d o n e s ia

H A S H R A P A T T E A M K E R JA

Tahap I , ig l, 2 8 ,2 9 ,3 0 Mei 1990

Tahap II, tgl 2 7 , 28, Agustus 1990

P E R H A T I A N

1. Naskah ini dikirimkan untuk dipelajari oleh Pengurus Daerah /

Pengurus Cabang PMI.

2. Naskah ini AGAR DIBAWA OLEH UTUSAN PESERTA MUNAS

PM11990 sebagai bahan untuk mengikuti Sidang Komisi Peruba-

han AD / ART PALANG MERAH INDONESIA.

3. Karena dicetak terbatas maka Markas Besar PMI tidak dapat

melayani permintaan dari Peserta MUNAS PM11990.

(2)

PENGANTAR PENJELASAN

1. Sesuai dengan ketentuan dalam AD/ART PMI dimungkinkan adanya peruba-

han, namun haais mengikuti tata cara yang telah ditentukan.

2. Pada tanggal 30 Juni 1989 Pengurus Pusat PMI mengeluarkan Surat Edaran

Extern ( SEE ) No. 14/VI/89 dan tanggal 2 Nopember 1989 dengan ( SEE )No.

027/XI/89 dengan maksud untuk menawarkan kesempatan kepada Pengurus

PMI Daerah dan Cabang, apabila menginginkan adanya perubahan AD / ART

PMI.

3. Tanggapan yang masuk di Markas Besar PMI ialah, datang dari 10 (sepuluh)

Pengurus Daerah PMI dan 1(satu) dari Pengurus Pusat.

4. Pada Tanggal 28 s/d 30 Mei 1990 bertempat di Markas Besar PMI diadakan

Rapat Team Kerja Penyusun Rancangan Perubahan AD / ART PMI dengan

susunan peserta :

(1)

Soetikno Loekitodisastro Bc.Hk (Ketua merangkap Anggota)

(2)

H. Moh. Muas, Be. Hk (Wakil Ketua)

(3)

Drs. H. Dadan Sukarna (Wakil Ketua)

(4)

Drs. Budi Subani (Sekretaris/Rapporteur)

(5)

R. Soemiyatno (Anggota)

(6)

H. M. Djalaludin, SH (Anggota)

(7)

Drs. Ng. Djukatana (Anggota)

(8)

Drs. R. Tobigo (Anggota)

(9)

H. Andi Tau (Anggota)

(10) dr. H. Thabrani, RAB (Anggota)

(11) dr. H. Mas Irwan Singagerda (Anggota).

5. Rapat Team Kerja I menghasilkan rumusan sementara yang kemudian akan

dibahas ulang dalam Rapat Team Kerja II, disamping copynya disampaikan

kepada Pengurus PMI Daerah seluruh Indonesia.

6. Pada tanggal 27 s/d 28 Agustus 1990 bertempat di Markas Besar PMI diadakan

kembali Rapat Team Kerja Penyusunan Rancangan Perubahan AD / ART PMI

II (lengkap) dihadiri oleh seluruh Anggota Team, kecuali dari Pengurus PMI

Daerah Riau.

(3)

7. Hasil Perumusan Rancangan Perubahan AD / ART PMI dalam Rapat Team

Kerja II ini, diserahkan kepada Pengurus Pusat PMI untuk diteruskan sebagai

salah satu mata acara didalam Musyawarah Nasional (MUNAS) PMI XV yang

akan dilaksanakan pada bulan Nopember 1990 guna dibahas Rapat Komisi serta

diambil keputusannya didalam Rapat Pleno.

8. Hasil Perumusan Rancangan Perubahan AD / ART PMI disajikan dalam buku ini

dan disiarkan kepada seluruh Ketua PMI Daerah dan Cabang dengan harapan

agar dibahas dan

dibawa ke Jakarta

ketika para peserta menghadiri MUNAS

pada tanggal 28, 29 dan 30 Nopember 1990.

9. Terlebih lagi bagi Saudara yang menaruh minat terhadap masalah AD /ART PMI

diharapkan sungguh-sungguh agar buku rancangan ini dibawa dan diper-

gunakan didalam mengikuti Sidang Komisi.

10. Oleh karena keterbatasan dalam jumlah cetaknya maka dengan menyesal

Saudara tidak dapat dilayani jika ingin minta lagi buku tersebut.

11. Didalam Sidang Komisi Perubahan AD / ART para Anggota dapat menambah,

mengurangi, menyetujui, tidak menyetujui atau menolak sama sekali sehingga

PMI memberlakukan AD / ART yang ada.

12. Hasil Keputusan Rapat Komisi perlu pengesahan dari Rapat Pleno. Keputusan

dari Rapat Pleno adalah menjadi Keputusan MUNAS PMI. 1990, yang harus

dilaksanakan oleh seluruh jajaran PMI selanjutnya setelah MUNAS 1990

selesai.

Pengurus Pusat

PALANG MERAH INDONESIA

Team Kerja Penyusun Rancangan

Perubahan AD / ART PMI

(4)

A N G G A R A N DASAR

DAN

A N G G A R A N R U M AH TA N G G A

P ER H IM P U N A N P A LA N G M ER A H IN D O N ES IA

M U K A D I M A H DENGAN RAHM AT TUHAN VANG M AHA ESA

Bahwa sesungguhnya setiap manusia, sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, sejak dilahirkan pada hakekatnya mempunyai derajat, hak serta martabat yang sama dan sebagai makhluk sosial saling memerlukan satu sama lain.

Oleh karena itu, didasarkan atas ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, menjadi kewajiban bagi seluruh umat manusia untuk saling menolong didalam penderita- an, tanpa membedakan agama, bangsa, suku bangsa, go- longan, warna k u lit, dan bahasa.

Dilandasi oleh rasa kemanusiaan yang adil dan ber- adab dengan didorong oleh semangat gerakan Palang Merah untuk meringankan penderitaan sesama manusia apapun juga sebabnya, maka dalam rangka usaha tu ru t mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia dibentuklah Per- himpunan Palang Merah Indonesia sebagai suatu organi- sasi kemasyarakatan.

Kemudian, dalam rangka usaha menjalin kasih sayang terhadap sesama manusia, dengan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, tu ru t memelihara budi pekerti yang luhur menuju kearah terwujudnya masya- rakat yang berkeadilan sosial, maka disusunlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Palang Merah Indonesia.

(5)

ANGGARAN DASAR

(Catatan)

BAB I

NAM A, W AKTU DAN KEDUDUKAN Pasal 1

Perhimpunan ini bernama Palang Merah Indonesia, di- singkat PMI.

Pasal 2

Perhimpunan ini dibentuk di Jakarta pada tanggal 17 Sep­ tember 1945, didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.

Pasal 3

(1) Perhimpunan ini berstatus badan hukum yang- ber­ kedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia. (2) Palang Merah Indonesia sebagai badan hukum diwakili

kedalam dan keluar oleh Pengurus Pusat.

BAB II ASAS DAN TUJUAN

Pasal 4

Palang Mereh Indonesia berasaskan Pancasila. Pasal 5

PMI bertujuan meringankan penderitaan sesama manusia apapun sebabnya, dengan tidak membedakan golongan, bangsa, warna k u lit, jenis kelamin, bahasa, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

BAB III SIFAT DAN FUNGSI

Pasal 6

Sebagai Anggota Palang Merah Internasional, Palang Merah Indonesia melaksanakan prinsip-prinsip Palang Merah Internasional, yaitu :

1. Kemanusiaan 2. Kesamaan 3. Kenetralan

(6)

4. Kemandirian 5. Kesukareiaan 6. Kesatuan 7. Kesemestaan.

Pasa) 7

(1) Palang Merah Indonesia adalah suatu Perhimpunan yang dibentuk oleh Masyarakat dan dalam melaksana- kan tugasnya membantu Pemerintah dengan sukarela, dibidang kemanusiaan sebagai pengamalan Pancasila. (2) Perhimpunan ini adalah satu-satunya perhimpunan

yang melaksanakan tugas kepalang merahan berdasar- kan Keputusan Presiden No. 25 tahun 1950.

BAB IV

LAMBANG DAN LAGU Pasal 8

(1) Palang Merah Indonesia menggunakan lambang palang merah diatas dasar warna putih sebagai tanda PER- LINDUNGAN sesuai dengan ketentuan Palang Merah Internasional.

(2) Lambang Palang Merah Indonesia sebagai anggota Palang Merah Internasional adalah palang merah diatas dasar warna putih.

(3) Lambang Palang Merah Indonesia sebagai Perhimpun­ an Nasional adalah palang merah diatas warna putih dilingkari bunga berkelopak lima.

Pasal 9

Lagu Palang Merah Indonesia adalah "Mars PM I".

BAB V P E L I N D U N G

Pasal 10

Kepala Negara Republik Indonesia adalah Pelindung Palang Merah Indonesia.

(7)

(Catatan)

BAB VI

KETUA KEHORMATAN Pasal 11

Ibu Negara adalah Ketua Kehormatan Palang Merah Indo­ nesia.

BAB V II

DEWAN PERTIMBANGAN Pasal 12

Palang Merah Indonesia membentuk Dewan Pertimbangan yang bertugas memberikan pertimbangan dan pengawasan terhadap Palang Merah Indonesia.

BAB V III K E A N G G O T A A N

Pasal 13

(1) Anggota Palang Merah Indonesia adalah setiap Warga Negara Indonesia yang bersedia menjadi anggota PM I yang terdiri dari :

a. Anggota Remaja b. Anggota Biasa c. Anggota Kehormatan

(2) Sebagai wadah kegiatan Anggota Remaja dan Anggota Biasa disetiap Cabang PM I dibentuk Palang Merah Remaja (PMR), Korps Sukarela (KSR), Tenaga Suka- rela (TSR).

BAB IX

SUSUNAN ORGANISASI Pasal 14

Susunan Organisasi Palang Merah Indonesia adalah : a. PM I Pusat

b. PM I Daerah c. PM I Cabang d. PMI Ranting e. PMI Anak Ranting.

(8)

BAB X

MUSYAWARAH DAN RAPAT Pasal 15

Musyawarah terdiri dari :

a. Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Daerah (Musda) dan Musyawarah Cabang (Muscab).

b. Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas), Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda) dan Musyawarah Kerja Cabang (Mukercab)

c. Musyawarah Nasional Luar Biasa, Musyawarah Daerah Luar Biasa dan Musyawarah Cabang Luar Biasa.

Pasal 16

(1) Musyawarah Nasional, Musyawarah Daerah, dan Musyawarah Cabang, masing-masing diadakan sekali dalam kurun waktu empat tahun.

(2) Musyawarah Nasional, Musyawarah Daerah dan Musya­ warah Cabang adalah sah apabila dihadiri oleh seku- rang-kurangnya seperdua dari jumlah yang berhak hadir.

(3) Tiap keputusan pada Musyawarah Nasional, Musya­ warah Daerah dan Musyawarah Cabang, diambil atas dasar musyawarah dan mufakat; apabila tidak dapat diambil keputusan atas dasar musyawarah dan mufakat, keputusan diambil atas dasar suara ter- banyak.

Pasal 17

(1) Musyawarah Nasional adalah pemegang kekuasaan tertinggi didalam Perhimpunan Palang Merah Indo­ nesia.

(2) Musyawarah Nasional dihadiri oleh utusan-utusan Cabang dan Daerah serta Pengurus Pusat.

(3) Musyawarah Nasional bertugas :

a. menilai pertanggung jawaban Pengurus Pusat.

(9)

b. menentukan Garis-garis Kebijaksanaan untuk kurun waktu empat tahun berikutnya.

c. memilih Pengurus Pusat yang baru untuk masa bakti empat tahun berikutnya.

d. membahas hal-hal yang penting.

Pasal 18

(1) Musyawarah Daerah adalah pemegang kekuasaan tertinggi didalam wilayah kerja Daerah yang ber- sangkutan.

(2) Musyawarah Daerah dihadiri oleh Pengurus Daerah dan utusan Cabang dalam wilayah kerja Daerah yang bersangkutan.

(3) Musyawarah Daerah bertugas :

a. menilai pertanggung jawaban Pengurus Daerah b. menentukan Garis-garis Kebijaksanaan untuk pelak-

sanaan tugas Palang Merah Indonesia didalam wilayah Daerah yang bersangkutan untuk kurun waktu empat tahun berikutnya.

c. memilih Pengurus Daerah yang baru untuk masa bakti empat tahun berikutnya.

d. membahas hal-hal yang penting.

Pasal 19

(1) Musyawarah Cabang adalah pemegang kekuasaan ter­ tinggi dalam wilayah kerja Cabang yang bersangkutan. (2) Musyawarah Cabang dihadiri oleh Pengurus Cabang

dan anggota-anggota Cabang.

Dalam hal anggota terhimpun didalam Ranting, maka Musyawarah Cabang dihadiri oleh Pengurus Cabang dan utusan Ranting.

(3) Musyawarah Cabang bertugas :

a. menilai pertanggung jawaban Pengurus Cabang. b. menentukan Garis-garis Kebijaksanaan untuk pelak-

sanaan tugas Palang Merah Indonesia dalam wilayah Cabang yang bersangkutan untuk kurun waktu empat tahun berikutnya.

(10)

c. memilih Pengurus Cabang yang baru untuk masa bakti empat tahun berikutnya.

d. membahas hal-hal yang penting.

Pasal 20

(1) Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Kerja Daerah dan Musyawarah Kerja Cabang diadakan setahun sekali.

(2) a. Peserta Musyawarah Kerja Nasional terdiri dari Pengurus Pusat dan utusan Pengurus Daerah. b. Peserta Musyawarah Kerja Daerah terdiri dari

Pengurus Daerah dan utusan Pengurus Cabang. c. Peserta Musyawarah Kerja Cabang terdiri dari

Pengurus Cabang dan anggota-anggota, dalam hal anggota-anggota dihimpun didalam Ranting maka Musyawarah tersebut terdiri dari Pengurus Cabang dan utusan Pengurus Ranting.

(3) Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Kerja Daerah dan Musyawarah Kerja Cabang bertugas :

a. membahas pelaksanaan program kerja tahun yang lalu, termasuk anggarannya.

b. menyusun rancangan Program kerja tahunan yang akan datang termasuk Rancangan Anggaran Pen- dapatan dan Belanja.

c. membahas hal-hal yang penting.

Pasal 21

(1) Musyawarah Nasional Luar Biasa, Musyawarah Daerah Luar Biasa dan Musyawarah Cabang Luar Biasa, dapat diadakan pada waktu antara dua Musyawarah Nasio­ nal, Musyawarah Daerah dan Musyawarah Cabang. (2) Musyawarah Nasional Luar Biasa, Musyawarah Daerah

Luar Biasa dan Musaywarah Cabang Luar Biasa, mem­ bahas masalah-masalah yang sangat penting dan luar biasa.

(3) Musyawarah Nasional Luar Biasa, Musyawarah Daerah Luar Biasa dan muasyawarah Cabang Luar Biasa, dapat

(11)

(C a ta ta n )

diadakan berdasarkan keputusan Pengurus yang ber-

sangkutan, atau berdasarkan usul tertulis sekurang- kurangnya satu pertiga dari utusan yang berhak hadir dalam Musyawarah Nasional, Musyawarah Daerah dan Musyawarah Cabang.

Pasal 22

Rapat adalah pertemuan resmi yang diselenggarakan oleh Pengurus Pusat, Daerah, Cabang, Ranting dan Anak Ran­ ting, yang terdiri dari :

a. Rapat Pengurus Pleno b. Rapat pengurus harian, dan

c. Rapat-rapat lainnya yang dianggap perlu.

BAB XI K E P E N G U R U S A N

Pasal 23

Kepengurusan Palang Merah Indonesia terdiri dari :

a. Pengurus Pusat; b. Pengurus Daerah; c. Pengurus Cabang; d. Pengurus Ranting; e. Pengurus Anak Ranting.

Pasal 24

(1) Pengurus Pusat dipilih oleh Musyawarah Nasional, sedikit-dikitnya tujuh belas orang sebanyak-banyak- nya dua puluh tiga orang, terdiri dari :

a. seorang Ketua Umum;

b. beberapa orang Ketua, sebanyak-banyaknya lima orang;

c. seorang Sekretaris Jenderal; d. seorang Bendahara; e. beberapa orang Anggota.

(2) a. Pengurus Pusat membentuk Pengurus Pusat Harian, terdiri dari Ketua Umum, para Ketua, Sekretaris Jenderal dan Bendahara.

(12)

(C a ta ta n )

b. Apabila Ketua Uimim tidak dapat menjalankan

fungsi memimpin Pengurus Pusat Harian, Pengurus Pusat Harian diketuai oieh salah seorang Ketua. (3) Tugas sehari-hari dilaksanakan oleh, Ketua Pengurus

Pusat Harian bersama Sekretaris Jenderal dan Benda- hara.

Pasal 25

Pengurus Pusat berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.

Pasal 26 (1) Pengurus Pusat berkewajiban :

a. melaksanakan ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;

b. melaksanakan keputusan-keputusan Musyawarah Nasional dan Musyawarah Kerja Nasionai.

c. memimpin peiaksanaan tugas Palang Merah Indo­ nesia.

(2) Pengurus Pusat Harian berkewajiban melaksanakan tugas Pengurus Pusat dalam kurun waktu antar dua rapat Pengurus Pusat.

Pasal 27

(1) Pengurus Pusat bertanggung jawab kepada Musyawarah Nasional.

(2) Pengurus Pusat Harian bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat.

Pasal 28

Gubernur Kepala Daerah adalah Pelindung Palang Merah Indonesia Daerah yang bersangkutan.

Pasal 29

(1) Pengurus Daerah dipilih oleh Musyawarah Daerah, sedikit-dikitnya sebelas orang dan sebanyak-banyak- nya sembilan belas orang, terdiri dari :

a. seorang Ketua;

b. seorang atau lebih Wakil Ketua, sebanyak-banyak- nya empat orang;

(13)

(C a ta ta n )

c. seorang Sekretaris;

d. seorang Bendahara; e. beberapa orang Anggota.

(2) a. Pengurus Daerah membentuk Pengurus Daerah Harian yang terdiri dari Ketua, para Wakil Ketua, Sekretaris dan Bendahara.

b. Apabila Ketua tidak dapat menjalankan fungsi memimpin Pengurus Daerah Harian, Pengurus Daerah Harian diketuai oleh salah seorang Wakil Ketua.

(3) Tugas sehari-hari dilaksanakan oleh Ketua Pengurus Daerah Harian bersama dengan Sekretaris dan Ben­ dahara.

(4) Pengurus Daerah berkedudukan di Ibukota Daerah Tingkat I yang bersangkutan.

Pasal 30 (1) Pengurus Daerah berkewajiban :

a. melaksanakan ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

b. melaksanakan keputusan-keputusan Pengurus Pusat, keputusan-keputusan Musyawarah Daerah dan Mu- syawarah Kerja Daerah.

c. mengkoordinasikan, membina dan mengawasi selu- ruh kegiatan Cabang-cabang dalam wilayah kerja- nya.

d. melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Pengurus Pusat dan Pelindung secara priodik.

(2) Pengurus Daerah Harian berkewajiban melaksanakan tugas Pengurus Daerah di dalam kurun waktu antara dua rapat Pengurus Daerah.

Pasal 31

(1) Pengurus Daerah bertanggung jawab kepada Musyawa­ rah Daerah.

(2) Pengurus Daerah Harian bertanggung jawab kepada Pengurus Daerah.

(14)

Pasal 32

(C a ta ta n )

Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat ll/W alikota

Adm inistratif adalah Pelindung Palang Merah Indonesia Cabang yang bersangkutan.

Pasal 33

(1) Pengurus Cabang dipilih oleh Musyawarah Cabang, sedikit-dikitnya sembilan orang dan sebanyak-banyak-nya lima belas orang terdiri dari :

a. seorang ketua;

b. seorang atau lebih Wakil Ketua, sebanyak-banyak- nya empat orang;

c. seorang Sekretaris; d. seorang Bendahara; e. beberapa orang Anggota.

(2) a. Pengurus Cabang membentuk Pengurus Cabang Harian yang terdiri dari Ketua, para Wakil Ketua, Sekretaris dan Bendahara.

b. Apabila Ketua Cabang tidak dapat menjalankan fungsi memimpin Pengurus Cabang Harian, Pe­ ngurus Cabang Harian diketuai oleh salah seorang Wakil Ketua.

(3) Tugas sehari-hari dilaksanakan oleh Ketua Pengurus Cabang Harian bersama dengan Sekretaris Cabang dan Bendahara Cabang.

(4) Pengurus Cabang berkedudukan di Ibukota Dati II/ Kota Adm inistratif yang bersangkutan.

Pasal 34 (1) Pengurus Cabang berkewajiban :

a. melaksanakan ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;

b. melaksanakan keputusan-keputusan Pengurus Pusat, Pengurus Daerah, keputusan-keputusan Musyawarah Cabang dan Musyawarah Kerja Cabang.

c. melaksanakan tugas-tugas operasional Palang Merah Indonesia didalam wilayah kerjanya;

(15)

d. mengkoordinasikan, membina dan mengawasi se- luruh kegiatan Ranting-ranting didalam wilayah kerjanya.

e. melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Pengurus Pusat, Pengurus Daerah serta Pelindung yang ber- sangkutan.

(2) Pengurus Cabang Harian berkewajiban melaksanakan tugas Pengurus Cabang dalam kurun waktu antara dua rapat Pengurus Cabang.

Pasal 35

(1) Pengurus Cabang bertanggung jawab kepada Musya- warah Cabang.

(2) Pengurus Cabang Harian bertanggung jawab kepada Pengurus Cabang.

Pasal 36

Camat adalah Pelindung Palang Merah Indonesia Ranting yang bersangkutan.

Pasal 37

(1) Pengurus Ranting paling sedikit lima orang dan paling banyak sebelas orang, diangkat oleh Pengurus Cabang dengan memperhatikan usul anggota-anggota yang bersangkutan terdiri dari :

a. seorang Ketua; b. seorang Wakil Ketua; c. seorang Sekretaris; d. seorang Bendahara; e. seorang Anggota atau lebih.

(2) Pengurus Anak Ranting paling sedikit 3 orang dan paling banyak 7 orang, diangkat oleh Pengurus Cabang atas usul Pengurus Ranting yang bersangkutan, ter­ diri atas :

a. seorang Ketua b. seorang Sekretaris

c. seorang anggota atau lebih.

(3) Pengurus Ranting dan Anak Ranting berkewajiban untuk :

(16)

a. melaksanakan tugas yang diberikan oleh Pengurus Cabang yang bersangkutan.

b. mengkoordinasikan, membina dan mengawasi Ang- gota diwilayah kerjanya.

c. Pengurus Ranting/Anak Ranting bertanggung jawab kepada Pengurus Cabang.

BAB XU M A R K A S

Pasal 38

(1) Markas PMI adalah kelengkapan organisasi yang ber- fungsi sebagai sarana Pengurus untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya.

(2) Markat ditingkat Pusat disebut Markas Besar, ditingkat Daerah disebut Markas Daerah dan ditingkat Cabang disebut Markas Cabang.

Pasai 39

(1) Markas Besar dipimpin oieh seorang Kepaia Markas Besar yang diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus Pusat.

(2) Markas Daerah dipimpin oleh seorang Kepaia Markas Daerah yang diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus Daerah.

(3) Markas Cabang dipimpin oleh seorang Kepaia Markas Cabang yang diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus Cabang.

Pasal 40

(1) Kepaia Markas Besar berkewajiban melaksanakan tugasnya dan bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat Harian.

(2) Kepaia Markas Daerah berkewajiban melaksanakan tugasnya dan bertanggung jawab kepada Pengurus Daerah Harian.

(3) Kepaia Markas Cabang berkewajiban melaksanakan tugasnya dan bertanggung jawab kepada Pengurus Cabang Harian.

(17)

BAB X III PERBENDAHARAAN

Pasal 41

(1) Yang dimaksud dengan perbendaharaan PM I adalah seluruh harta kekayaan yang berupa barang-barang bergerak, barang-barang tidak bergerak serta surat-surat berharga termasuk uang m ilik PM I.

(2) a. Pengurus Pusat memberikan pertanggung jawaban kepada Musyawarah Nasional mengenai perben­ daharaan yang diperoleh, pengelolaan dan peng­ gunaannya.

b. Pengurus Daerah memberikan pertanggung jawaban kepada Musyawarah Daerah dan melaporkan kepada Pengurus Pusat mengenai perbendaharaan -yang diperoleh, pengelolaan dan penggunaannya.

c. Pengurus Cabang memberikan pertanggung jawaban kepada Musyawarah Cabang dan melaporkan ke­ pada Pengurus Daerah tembusan kepada Pengurus Pusat mengenai perbendaharaan yang diperoleh, pengelolaan dan penggunaannya.

BAB X IV P E N E R T I B A N

Pasal 42

(1) Dalam rangka menjaga kewibawaan dan tertib serta disiplin organisasi perlu adanya usaha-usaha pener- tiban organisasi.

(2) Apabila Pengurus melanggar A D /A R T atau peraturan PMI, maka :

a. Dewan Pertimbangan dapat membekukan Pengurus Pusat dengan persetujuan Pelindung.

b. Pengurus Pusat dapat membekukan Pengurus Daerah dengan sepengetahuan Pelindung PMI Daerah dan persetujuan Dewan Pertimbangan. c. Pengurus Daerah dapat membekukan Pengurus

Cabang dengan sepengetahuan Pelindung PMI Cabang dan atas persetujuan Pengurus Pusat.

(18)

d. Pengurus Cabang dapat membekukan Pengurus ranting/Anak Ranting dengan sepengetahuan Pe- lindung PM I Ranting dan atas persetujuan Pengurus Daerah.

(3) Apabila seorang Pengurus atau lebih melanggar A D / AR T atau peraturan organisasi PM I, maka :

a. Pengurus Pusat dapat memberhentikan sementara seorang Pengurus Pusat atau lebih dengan sepenge- tahuan Dewan Pertimbangan.

b. Pengurus Daerah dapat memberhentikan semen­ tara seorang Pengurus Daerah atau lebih dengan sepengetahuan Pengurus Pusat dan Pelindung Pengurus Daerah.

c. Pengurus Cabang dapat menghentikan sementara seorang Pengurus Cabang/Ranting/Anak Ranting atau lebih dengan sepengetahuan Pengurus Daerah dan Pelindung Pengurus Cabang.

(4) Anggota Pengurus Pusat, Pengurus Daerah, Pengurus Cabang dan Pengurus Ranting dan Pengurus Anak Ranting yang diberhentikan sementara diberi hak untuk membela diri pada Musyawarah yang bersang- kutan.

BAB XV P E N G H A R G A A N

Pasal 43

Palang Merah Indonesia memberikan Penghargaan kepada seseorang/lembaga yang telah berjasa membantu tumbuh berkembangnya Palang Merah Indonesia.

BAB XV I

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR Pasal 44

(1) Anggaran Dasar dapat dirobah oleh Musyawarah Nasional dalam sidang yang dihadiri oleh sekurang- kurangnya dua pertiga dari jumlah utusan yang ber- hak hadir.

(19)

(2) Keputusan perubahan Anggaran Dasar adalah sah apabila disetujui secara mufakat bulat atau oleh se- kurang-kurangnya tiga perempat dari jumlah suara yang sah sesuai dengan korum seperti termaksud di ayat (1) diatas.

(3) Usui perubahan Anggaran Dasar diajukan secara ter- tulis kepada Pengurus Pusat oleh Pengurus. Pusat, Pengurus Daerah. atau Pengurus Cabang, selambat- lambatnya satu tahun sebelum Musyawarah Nasional berikutnya.

(4) Usui perubahan Anggaran Dasar diajukan oleh se- kurang-kurangnya 5 Pengurus Daerah yang tiap Pengu­ rus Daerah minimal didukung oleh 4 Cabang yang bersangkutan.

BAB X V II P E N U T U P

Pasal 45

(1) Hal-hal yang belum cukup diatur didalam Anggaran Dasar, diatur didalam Anggaran Rumah Tangga. (2) Anggaran Rumah Tangga tidak boleh bertentangan

dengan Anggaran Dasar.

(3) Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak disahkan dan ditetapkan.

*

(20)
(21)

A N G G A R A N R U M AH TA N G G A

BAB I

NAM A, W AKTU DAN KEDUDUKAN Pasal 1

(1) Penggunaan nama penuh Palang Merah Indonesia maupun nama singkatan PM I memiliki makna dan arti yang sama.

(2) Palang Merah Indonesia diakui oleh Komite Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross) pada tanggal 15 Juni 1950.

(3) Palang Merah Indonesia diterima menjadi Anggota Liga Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (League of Red Cross and Red Crescent Societies) pada tanggal 16 Oktober 1950.

BAB II ASAS dan TUJUAN

Pasal 2

PM I sebagai Perhimpunan Nasional menolak segala penga-ruh yang bertentangan dengan Pancasila.

Pasal 3

Untuk mencapai tujuan seperti dimaksud dalam Pasal 5 Anggaran Dasar, PM I melaksanakan berbagai kegiatan pokok antara lain :

1. Siap siaga dalam pemberian pertolongan serta bantuan bagi korban kecelakaan dan bencana.

2. Upaya Pelayanan Tranfusi Darah.

3. Penyelenggaraan Pendidikan, Pelatihan dan Pembinaan, Generasi Muda, melalui PMR, KSR, dan TSR.

4. Ikut serta dalam pembangunan kesejahteraan masya- rakat.

5. Penyebarluasan Prinsip-prinsip Palang Merah dan Hu- kum Perikemanusiaan Internasional dalam rangka

(22)

menanamkan rasa kasih sayang sesama manusia dan ik u t serta menciptakan perdamaian dunia.

BAB III SI FAT DAN FUNGSI

Pasal 4

Dalam melaksanakan prinsip-prinsip Palang Merah Inter- nasional, PMI hekerja sama dengan ICRC, LRCRCS dan Perhimpunan-Perhimpunan Palang Merah negara lain se- panjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.

Pasal 5

(1) Pengurus Pusat mendelegasikan wewenangnya sebagai wakil • Palang Merah Indonesia didalam dan diluar hukum kepada Pengurus Pusat Harian.

(2) Apabila dianggap perlu Pengurus Pusat dapat mende­ legasikan wewenang dimaksud pada ayat (1) kepada Pengurus Daerah atau Pengurus Cabang.

BAB IV

LAMBANG DAN LAGU Pasal 6

(1) Bentuk perbandingan ukuran dan arti lambang Palang Merah yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) Anggaran Dasar adalah seperti pada gambar dalam lampiran I. (2) Bentuk, ukuran dan arti lambang Palang Merah Indo­

nesia seperti dimaksud pada Pasal 8 ayat (3) Anggaran Dasar adalah seperti gambar dalam lampiran II.

Pasal 7

Mars Palang Merah Indonesia yang dimaksud pada pasal 9 Anggaran Dasar adalah seperti termuat dalam Lampiran III.

BAB V P E L I N D U N G

Pasal 8

(1) Pelindung diminta atau tidak, dapat memberikan

(23)

petunjuk kepada Dewan Pertimbangan dan Pengurus Pusat.

(2) Pengurus Pusat PM I berkewajiban memberikan laporan kepada Pelindung.

(3) Pelindung tingkat Daerah, tingkat Cabang, dan tingkat Ranting diminta tidak atau diminta memberikan petunjuk kepada Pengurus Daerah/Cabang/Ranting yang bersangkutan dan Pengurus yang bersangkutan berkewajiban memberikan laporan kepada Pelindung.

BAB VI

KETUA KEHORMATAN Pasal 9

Kedudukan Ketua Kehormatan bersifat Nasional.

BAB V II

DEWAN PERTIMBANGAN Pasal 10

(1) Kedudukan Dewan Pertimbangan bersifat Nasional. (2) Dewan Pertimbangan diangkat oleh Pengurus Pusat

atas persetujuan Pelindung.

(3) Jangka waktu keanggotaan Dewan Pertimbangan berlangsung dari saat pengangkatan sampai dibentuk- nya Pengurus Pusat yang berikutnya.

(4) Anggota Dewan Pertimbangan berjumlah sedikit- dikitnya lima orang dan sebanyak-banyaknya sem- bilan orang.

(5) Dewan Pertimbangan bertugas untuk :

a. memberikan saran dan pertimbangan kepada Pe­ ngurus Pusat PM I baik dim inta atau tidak.

b. mengawasi pelaksanaan kegiatan Pengurus PMI.

BAB V III KEANGGOTAAN

Pasal 11

(1) Yang dapat diterima sebagai Anggota Remaja ialah

(24)

Warga Negara Indonesia berumur 10 tahun sampai dengan 20 tahun.

(2) Anggota Remaja sebagai calon anggota dan kader penerus PM I berkewajiban membantu pelaksanaan kegiatan kepalang merahan.

(3) Setiap Anggota Remaja dapat menjadi Anggota Biasa setelah mencapai usia 20 tahun.

(4) Hak dan kewajiban Anggota Remaja dilaksanakan melalui wadah Palang Merah Remaja, disingkat PMR.

Pasal 12

(1) Status, Persyaratan tugas dan kegiatan Palang Merah Remaja ditetapkan oleh Pengurus Pusat.

(2) Status, Persyaratan, tugas dan kegiatan Korps Suka- rela (KSR) ditetapkan oleh Pengurus Pusat.

(3) Status, Peryaratan, tugas dan kegiatan, Tenaga Suka- rela (TSR) ditetapkan oleh Pengurus Pusat.

Pasal 13

(1) Anggota Biasa adalah Warga Negara Indonesia yang menaruh perhatian dan minat untuk berperan serta memajukan gerakan kepalang merahan.

(2) Anggota Biasa serendah-rendahnya berumur 20 tahun atau yang telah kawin.

(3) Anggota Biasa berkewajiban membayar iuran dan atau menyumbangkan darma baktinya menurut ke- bijaksanaan Cabang sesuai dengan peraturan Pengurus Pusat.

(4) a. Anggota Biasa mempunyai hak untuk menghadiri Musyawarah Cabang.

b. Dalam hal Anggota Biasa di Cabang yang sudah mempunyai Ranting mewakilkan haknya kepada irtusan Ranting yang bersangkutan.

Pasal 14

(1) Untuk menjadi Anggota Biasa, wajib mendaftarkan pada Pengurus Cabang.

(25)

(2) a. Keabsahan sebagai Anggota Biasa PMI dinyatakan oleh tercantumnya nama anggota yang bersangkut- an dalam buku daftar anggota dan kepadanya di- berikan kartu anggota.

b. Setiap anggota yang pindah keluar Cabang diwajib- kan memberitahukan kepada Cabang yang ber- sangkutan dan melaporkan kepada Cabang di- tempat tinggal yang baru.

(3) Anggota Biasa berhenti sebagai anggota apabila yang bersangkutan :

a. minta berhenti. b. meninggal dunia.

(4) Anggota Biasa dapat diberhentikan oleh Pengurus Cabang apabila yang bersangkutan melakukan per- buatan yang mencemarkan nama Palang Merah Indo­ nesia.

Pasal 15

(1) Anggota Kehormatan ialah Warga Negara Indonesia yang diangkat dengan Surat Keputusan Pengurus Pusat berdasarkan jasa-jasanya kepada Palang Merah Indonesia.

(2) Pengurus Pusat, Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang dapat mengusulkan seseorang untuk diangkat men- jadi Anggota Kehormatan, sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan Pengurus Pusat.

BAB IX

SUSUNAN ORGANISASI Pasal 16

(1) PMI Pusat dibentuk ditingkat Pusat, meliputi seluruh Wilayah Republik Inddnesia.

(2) PMI Daerah dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Pengurus Pusat ditingkat Propinsi atau wilayah yang setingkat.

(3) a. PMI Cabang dibentuk di Daerah Tingkat II meli­ puti wilayah Kabupaten/Kotamadya dan Kota Adm inistratip.

(26)

b. PM I Cabang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Pengurus Daerah yang bersangkutan, yang kemu- dian dikukuhkan oleh Pengurus Pusat.

(4) PMI Ranting, sebagai pembantu PM I Cabang, dibentuk ditingkat Kecamatan berdasarkan Surat Keputusan Pengurus Cabang yang bersangkutan.

(5) PMI Anak Ranting sebagai pembantu PMI Ranting, dibentuk ditingkat Desa/Kelurahan berdasarkan Surat Keputusan Pengurus Cabang yang bersangkutan apabila kondisinya telah memungkinkan.

BAB X

MUSYAWARAH DAN RAPAT Pasai 17

(1) Pimpinan Musyawarah :

a. Pengurus Pusat/Daerah/Cabang memimpin sidang pleno Musyawarah Nasional/Daerah/Cabang sampai dengan diterimanya laporan Pertanggung jawaban Pengurus Pusat/Daerah/Cabang oleh Musyawarah. b. Sidang-sidang pleno selanjutnya, sidang-sidang ko-

misi dan sidang lain dipimpin oleh Pimpinan sidang yang dipilih diantara peserta musyawarah yang ber­ sangkutan.

(2) a. Rancangan tata te rtib Musyawarah Nasional disusun oleh Pengurus Pusat untuk disahkan oleh Musya­ warah Nasional.

b. Rancangan ta ta .te rtib Musyawarah Daerah disusun oleh Pengurus Daerah untuk disahkan oleh Musya­ warah Daerah.

c. Rancangan tata te rtib Musyawarah Cabang disusun oleh Pengurus Cabang untuk disahkan oleh Musya­ warah Cabang.

(3) PertanggungJawaban Pengurus :

a. Didalam Musyawarah, Pertanggung Jawaban Pengu rus ditingkat Pusat disampaikan oleh Pengurus Pusat, ditingkat Daerah dan Cabang disampaikan oleh Pengurus Daerah dan Cabang masing-masing, untuk disahkan dalam Musyawarah.

(27)

b. Pertanggung Jawaban Pengurus termasuk pertang- gung Jawaban perbendaharaan dalam bentuk ter- tulis dibagikan kepada peserta sebelum Musyawarah dim ulai.

c. Setelah Pertanggung Jawaban Pengurus diterima oleh Musyawarah, Pengurus yang bersangkutan dinyatakan demisioner.

d. Setelah Pengurus dinyatakan demisioner, Anggota Pengurus yang bersangkutan menjadi peserta Mu­ syawarah dan dapat pula diangkat sebagai Nara Sumber.

(4) Pemilihan Pengurus :

a. Pemilihan Pengurus Pusat, Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang dilakukan dengan pembentukan Formatur.

b. Formatur terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dan sebanyak-banyak 5 (lima) orang.

c. Formatur berkewajiban menyelesaikan tugasnya dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan setelah penunjukan.

(5) Garis-garis Kebijaksanaan :

a. Pengurus Pusat mengajukan Rancangan Garis- garis Kebijaksanaan untuk waktu empat tahun berikutnya.

b. Pengurus Daerah mengajukan Rancangan penjabar- an Garis-garis Kebijaksanaan sesnai dengan kondisi Daerah untuk kurun waktu empat tahun berikut­ nya.

c. Pengurus Cabang mengajukan rancangan penjabaran Garis-garis Kebijaksanaan sesuai dengan kondisi Daerah dan Cabang untuk kurun waktu empat tahun berikutnya.

(6) Keputusan-keputusan lain :

Musyawarah dapat mengambil keputusan mengenai masalah-masalah penting lainnya tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan yang berlaku.

(28)

Pasal 18

(C a ta ta n )

(1) Musyawarah Kerja Nasional, Daerah dan Cabang di-

persiapkan oleh penyelenggara Musyawarah Kerja yang bersangkutan.

(2) Persiapan tersebut dalam ayat (1) mencakup :

a. Laporan pelaksanaan Program Kerja dan Reali- sasi Anggaran dan Pendapatan dan Belanja untuk tahun yang lalu.

b. Rancangan Program Kerja dan Rancangan Pen­ dapatan dan Belanja untuk tahun yang akan datang. c. Hal-hal yang dianggap penting.

(3) Musyawarah Kerja Nasional, Daerah dan Cabang di- pimpin oleh Pengurus Pusat, Daerah dan Cabang yang bersangkutan.

Pasal 19 Musyawarah Luar Biasa :

(1) Musyawarah Nasional Luar Biasa, Musyawarah Daerah Luar Biasa dan Musyawarah Cabang Luar Biasa, diada- kan atas prakarsa Pengurus yang bersangkutan.

(2) a. Musyawarah Nasional Luar Biasa, dapat diadakan atas usul satu pertiga jumlah Daerah dan Cabang. b. Musyawarah Daerah Luar Biasa, dapat diadakan

atas usul satu pertiga dari jumlah Cabang.

c. Musyawarah Cabang Luar Biasa, dapat diadakan atas usul satu pertiga dari jumlah anggota atau

Ranting.

(3) Musyawarah Luar Biasa, harus jelas mencantumkan acara yang bersifat luar biasa didalam undangan. (4) Musyawarah Luar Biasa, adalah sah apabila dihadiri

dua pertiga dari jumlah yang berhak hadir.

(5) Keputusan didalam Musyawarah Luar Biasa diambil atas dasar Musyawarah mufakat, atau didukung se- kurang-ktirangnya tiga perempat dari jumlah yang hadir sesuai dengan korum seperti termaksud ayat (4) diatas.

(29)

(6) Keputusan yang diambil dalam Musyawarah Luar Biasa sama kuatnya dengan keputusan yang diambil dalam Musyawarah Nasional, Musyawarah Daerah dan Musyawarah Cabang.

Pasal 20

(1) Rapat Pengurus Pusat, Pengurus Daerah, Pengurus Cabang dan Pengurus Ranting dan Pengurus Anak Ranting dilakukan sekurang-kurangnya 4 kali dalam satu tahun disesuaikan menurut kebutuhan orga- nisasi.

(2) Rapat Pengurus Pusat Harian, Pengurus Daerah Harian dan Pengurus Cabang Harian dilakukan sekurang- kurangnya 12 kali dalam satu tahun.

(3) Rapat Pengurus Pleno dan Pengurus Harian di tmgkat Pusat, Daerah dan Cabang adalah sah, apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah dari jumlah Pe­ ngurus Pleno atau, Pengurus Harian yang bersang- kutan.

BAB XI K E P E N 6 U R U S A N

Pasal 21

Syarat-syarat bagi seseorang calon Anggota Pengurus adalah :

a. Warga Negara Indonesia yang setia pada Panca- sila dan Undang-Undang Dasar 1945.

b. Belum pernah dihukum dan atau tidak terlibat dalam organisasi terlarang.

c. Bersedia menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan Garis-garis Kebijaksanaan PMI.

d. Berpengalaman dalam berorganisasi.

e. Memiliki rasa Pengabdian yang penuh terhadap PMI.

f. Menandatangani pernyataan sanggup dicalonkan menjadi Anggota Pengurus.

(30)

(C a ta ta n )

g. Bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk

organisasi.

Pasal 22 Mulai berfungsi kepengurusan :

(1) a. Pengurus Pusat mulai berfungsi setelah diadakan serah terima dari Pengurus Pusat lama,

b. Serah terima harus dilaksanakan selambat-lambat- nya satu bulan setelah formateur menyusun Pengu­ rus Pusat lengkap.

(2) a.‘ Pengurus Daerah adalah sah apabila telah mendapat-kan Surat Pengesahan dari Pengurus Pusat.

b. Serah terima harus dilaksanakan selambat-lambat- nya satu bulan setelah menerima Surat Pengesahan termaksud pada butir a.

c. Pengurus Daerah mulai berfungsi setelah diadakan Pelantikan dan serah terima dari Pengurus Daerah lama.

(3) a. Pengurus Cabang adalah sah apabila setelah men-dapat Surat Pengesahan dari Pengurus Daerah. b. Serah terima harus dilaksanakan selambat-lambat-

nya satu bulan setelah menerima Surat Pengesah­ an termaksud pada butir a.

c. Pengurus Cabang mulai berfungsi setelah diadakan Pelantikan dan serah terima dari Pengurus Cabang lama.

Pasal 23 Kewajiban Pengurus Pusat :

(1) Dalam melaksanakan keputusan-keputusan Musyawa- rah Nasional, Pengurus Pusat berkewajiban :

a. Menetapkan ketentuan-ketentuan dan peraturan pelaksanaan keputusan-keputusan Musyawarah Na­ sional.

b. Menyusun Program Tahunan atas dasar Garis-garis Kebijaksanaan Musyawarah hasil Musyawarah Na­ sional.

(31)

(C a ta ta n )

(2) Dalam memimpin Palang Merah Indonesia, Pengurus

Pusat :

a. Melaksanakari pembinaan, pengembangan dan pe- ngawasan kepalang merahan diseluruh wilayah Republik Indonesia melalui hubungan dan pen- debatan, baik secara langsung maupun tidak lang- sung dengan segenap jajaran PMI.

b. Bekerjasama dengan Pemerintah Pusat dan Orga- nisasi-organisasi lain ditingkat Pusat.

c. Berpartisipasi dalam kegiatan Palang Merah Inter- nasional serta bekerjasama dengan Lembaga-lem- baga internasional lainnya.

d. Melakukan hal-hal lain untuk kepentingan Palang Merah Indonesia.

Pasal 24 Kewajiban Pengurus Pusat Harian :

(1) Pengurus Pusat Harian berkewajiban melaksanakan tugas Pengurus Pusat dalam masa antara dua Rapat Pengurus Pusat.

(2) Dalam melaksanakan kewajiban tersebut dalam ayat (1) Pengurus Pusat Harian berkewajiban :

a. Menyusun Rencana Kerja Umum sebagai Penja- baran Program Tahunan Pengurus Pusat.

b. Menentukan skala prioritas rencana kerja untuk kurun waktu antara dua rapat Pengurus Pusat. c. Menetapkan tugas-tugas yang harus dilaksanakan

oleh Kepala Markas Besar.

(3) Pembagian Tugas Pengurus Pusat Harian diatur oleh Pengurus yang bersangkutan.

Pasal 25

Pertanggung Jawaban Pengurus Pusat dan Pengurus Pusat Harian :

(1) Pengurus Pusat menyampaikan Pertanggung Jawaban kepada Musyawarah Nasional.

(2) Pengurus Pusat Harian menyampaikan Pertanggung jawaban kepada Pengurus Pusat, berupa :

(32)

(C a ta ta n )

a. segala hasil pelaksanaan tugas selama kurun waktu

diantara dua rapat Pengurus Pusat.

b. segala Pertanggung jawaban Pengurus Pusat Harian setelah disetujui menjadi tanggung jawab Pengurus Pusat.

Pasal 26 Kewajiban Pengurus Daerah :

(1) Dalam melaksanakan keputusan-keputusan Musyawa- rah Daerah, Musyawarah Kerja Daerah.

Pengurus Daerah berkewajiban :

a. Menetapkan ketentuan-ketentuan dan peraturan- peraturan pelaksanaan dari keputusan Musyawarah Daerah dan keputusan Pengurus Pusat.

b. Menyusun program tahunan atas dasar Garis-garis Kebijaksanaan hasil Musyawarah Daerah.

(2) Dalam memimpin pelaksanaan tugas-tugas PMI di wilayah kerjanya berkewajiban :

a. Melakukan pembinaan, pengembangan serta hu- bungan dan pendekatan baik secara langsung mau- pun tidak langsung dengan PMI Cabang.

b. Melakukan kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan organisasi-organisasi lain ditingkat Daerah yang bersangkutan.

Pasal 27 Kewajiban Pengurus Daerah Harian :

(1) Pengurus Daerah Harian berkewajiban melaksanakan tugas diantara dua rapat Pengurus Daerah.

(2) Dalam melaksanakan kewajiban tersebut dalam ayat (1) Pengurus Daerah Harian berkewajiban :

a. Menyusun Rencana Kerja Daerah sebagai pen- jabaran Program Tahunan Pengurus Daerah.

b. Menentukan skala prioritas rencana kerja.

c. Menetapkan tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh Kepala Markas Daerah.

(3) Pembagian Tugas Pengurus Daerah Harian diatur oleh Pengurus yang bersangkutan.

(33)

(Catatan)

Pertanggung Jawaban Pengurus Daerah dan Pengurus

Daerah Harian :

(1) Pengurus Daerah menyampaikan Pertanggung Jawaban kepada Musyawarah Daerah.

(2) Pengurus Daerah menyampaikan laporan kepada Pengurus Pusat, berupa :

a. Laporan berkala sesuai dengan petunjuk Pengurus Pusat mengenai pelaksanaan tugas kepalang merah- an didaerahnya.

b. Laporan insidentil mengenai pelaksanaan tugas yang diberikan secara khusus oleh Pengurus Pusat atau mengenai hal-hal yang dianggap penting oleh Pengurus Daerah.

(3) Pengurus Daerah Harian menyampaikan Pertanggung- jawaban kepada Pengurus Daerah, berupa :

a. segala hasil pelaksanaan tugas selama kurun waktu diantara dua rapat Pengurus Daerah, secara ter- tulis.

b. segala Pertanggungjawaban Pengurus Daerah Harian setelah disetujui, menjadi tanggung jawab Pengurus Daerah.

Pasal 28

Pasal 29 Kewajiban Pengurus Cabang :

(1) Dalam melaksanakan keputusan Musyawarah Cabang dan Musyawarah Kerja Cabang, Pengurus Cabang berkewajiban :

a. Menetapkan ketentuan-ketentuan dan peraturan- peraturan pelaksanaan dari keputusan-keputusan Musyawarah Cabang dan keputusan-keputusan Pe­ ngurus Daerah dan Pengurus Pusat.

b. Menyusun Program Tahunan atas dasar Garis- garis Kebijaksanaan hasil Musyawarah Cabang. (2) Dalam melaksanakan tugas operasional diwilayah

(34)

a. Melakukan hubungan dan pendekatan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan Pengurus

Ranting.

b. Melakukan kerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat dan Organisasi-organisasi lain dalam wi- layah kerjanya.

(3) Pembagian Tugas Pengurus Cabang Harian diatur oleh Pengurus yang bersangkutan.

Pasal 30 Kewajiban Pengurus Cabang Harian :

(1) Pengurus Cabang Harian berkewajiban melaksanakan tugas diantara dua rapat Pengurus Cabang.

(2) Dalam melaksanakan kewajiban tersebut dalam ayat (1) Pengurus Cabang Harian berkewajiban :

a. Menyusun Rencana Kerja Cabang sebagai penja- baran Program Tahunan Pengurus Cabang.

b. Menentukan skala prioritas operasional.

c. Menetapkan tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh Kepala Markas Cabang.

Pasal 31

Pertanggungjawaban Pengurus Cabang dan Pengurus Cabang Harian :

(1) Pengurus Cabang menyampaikan Pertanggungjawaban kepada Musyawarah Cabang.

(2) Pengurus Cabang menyampaikan laporan kepada Pengurus Daerah, dengan tindasan kepada Pengurus Pusat berupa :

a. Laporan Berkala sesuai dengan petunjuk Pengurus Pusat mengenai pelaksanaan tugas kepalang merah- an didaerahnya.

b. Laporan insidentil mengenai pelaksanaan tugas yang diberikan secara khusus oleh Pengurus Daerah, Pengurus Pusat atau mengenai hal yang dianggap penting oleh Pengurus Cabang.

(3) Pengurus Cabang Harian menyampaikan Pertanggung jawaban kepada Pengurus Cabang, berupa :

(35)

(Catatan)

a. segala hasil pelaksanaan tugas operasional selama

kurun waktu diantara dua rapat Pengurus Cabang. b. segala Pertanggung Jawaban Pengurus Cabang Harian setelah disetujui, menjadi tanggung jawab Pengurus Cabang.

Pasal 32

(1) Pertanggung Jawaban Pengurus Ranting disampaikan kepada Pengurus Cabang.

(2) Pertanggung Jawaban Pengurus Anak Ranting disam­ paikan kepada Pengurus Cabang melalui Pengurus Ranting.

Pasal 33

Pengurus Daerah, Pengurus Cabang dapat mengangkat seorang atau lebih penasehat apabila dipandang perlu.

Pasal 34

Penasehat ditingkat Daerah dan ditingkat Cabang memberi- kan nasehat, pertimbangan dan bimbingan, baik diminta maupun tidak.

Pasal 35 Lowongan Pengurus :

a. Apabila terjadi lowongan ditingkat Pengurus Pusat, lowongan dapat diisi berdasarkan Keputusan Rapat Pleno Pengurus Pusat.

b. Apabila terjadi lowongan ditingkat Pengurus Dae­ rah, lowongan dapat diisi berdasarkan keputusan Rapat Pleno Pengurus Daerah dan diusulkan kepada Pengurus Pusat untuk mendapatkan pengesahan. c. Apabila terjadi lowongan ditingkat Pengurus Ca­

bang, lowongan dapat diisi berdasarkan keputusan Rapat Pleno Pengurus Cabang dan diusulkan kepada Pengurus Daerah, untuk mendapat pengesahan, dan dilaporkan kepada Pengurus Pusat.

(36)

BAB XII M A R K A S

Pasal 36

Struktur Organisasi Markas ditetapkan oleh Pengurus yang bersangkutan dan berpedoman kepada ketentuan yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat dan tidak berten- tangan dengan A D /A R T.

Pasal 37

(1) a. Kepala Markas Besar tidak dibenarkan dijabat oleh anggota Pengurus Pusat.

b. Kepala Markas Besar adalah tenaga profesional yang diangkat dengan Surat Keputusan Pengurus Pusat dan tunduk kepada peraturan kepegawaian PMI.

(2) a. Kepala Markas Daerah tidak dirangkap oleh Ang­ gota PengUrus Daerah.

b. Kepala Markas Daerah adalah tenaga profesional yang diangkat dengan Surat Keputusan Pengurus Daerah dan tunduk kepada peraturan kepegawai­ an PMI.

(3) a. Kepala Markas Cabang tidak dirangkap oleh Ang­ gota Pengurus Cabang.

b. Kepala Markas Cabang adalah tenaga profesional yang diangkat dengan Surat Keputusan Pengurus Cabang dan tunduk kepada peraturan kepegawaian PMI.

(4) Pelaksanaan ayat (2) dan (3) diatur oleh ketentuan Pengurus Pusat.

Pasal 38

(1) Didalam lingkungan Markas terdapat kesatuan-kesa- tuan kerja, untuk menangani tugas-tugas kepalang merahan yang didukung oleh tenaga Karyawan yang memadai yang ditetapkan oleh Pengurus yang ber­ sangkutan sesuai dengan pedoman yang ditentukan oleh Pengurus Pusat.

(37)

(2) Kesatuan-kesatuan kerja tersebut pada ayat (1) dikoor- dinir oleh Kepala Markas Besar di Markas Besar, oleh Kepala Markas Daerah, di Markas Daerah dan oleh Kepala Markas Cabang di Markas Cabang.

BAB X III PERBENDAHARAAN

Pasal 39

(1) Inventarisasi seluruh kekayaan Cabang maupun Daerah serta Pusat terdapat di Markas Besar.

(2) Hak atas harta kekayaan PM I berupa barang ber- gerak dan barang tidak bergerak serta surat-surat berharga, tidak dibenarkan dialihkan kepada pihak ketiga, kecuali atas dasar keputusan Rapat Pleno Pengurus yang bersangkutan dengan sepengetahuan Pengurus Pusat untuk Daerah, Cabang dan Ranting. (3) Kekayaan Palang Merah Indonesia diperoleh dari :

a. luran anggota b. Bulan Dana

c. Sumbangan-sumbangan yang tidak mengikat. d. Usaha-usaha lain yang sah dan tidak bertentangan

dengan asas dan tujuan PM I.

(4) Didalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Be- lanja diusahakan pemupukan Dana Abadi.

Pasal 40

(1) Pengurus Harian menyusun Rencana Anggaran Pen­ dapatan dan Belanja tahunan yang kemudian disah- kan oleh Pengurus dimasing-masing tingkatan, baik Pusat, Daerah maupun Cabang.

(2) Tahun Anggaran PM I ialah kurun waktu antara tanggal 1 A pril sampai dengan tanggal 31 Maret tahun beri- kutnya.

(3) Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Pusat, Daerah, Cabang dilaporkan setiap akhir tahun ang­ garan oleh Pengurus kepada MUKERNAS, MUKERDA dan MUKERCAB.

(38)

(4) Apabila diperlukan, Musyawarah Nasional, Musyawa- rah Daerah atau Musyawarah Cabang dapat mem- bentuk Panitia Verifikasi yang bertugas untuk me- lakukan pemeriksaan atas kebenaran data perben- daharaan.

BAB X IV P E N E R T I B A N

Pasal 41

(1) Pembubaran Pengurus Daerah dan Cabang dilaksana- kan melalui pembekuan terlebih dahulu dengan ke- tentuan sebagai berikut :

a. Dalam hal pembekuan Pengurus Daerah oleh Pengu­ rus Pusat, Pengurus Cabang oleh Pengurus Daerah, harus terlebih dahulu menyampaikan peringatan tertulis pertama dengan menyebutkan alasan secara jelas tentang pembekuan tersebut.

b. Bila terhadap peringatan tertulis pertama sesuai pada ayat (1) tersebut diatas tidak memberikan tanggapan apapun dalam jangka waktu satu bulan, maka Pengurus Pusat Pengurus Daerah harus me­ nyampaikan peringatan untuk kedua kalinya. c. Bila peringatan tertulis kedua tidak juga mendapat

perhatian dalam jangka waktu satu bulan, maka Pengurus Pusat berhak membekukan Pengurus Daerah yang bersangkutan setelah berkonsultasi dengan Pelindung PM I Daerah setempat dan Pengu­ rus Daerah berhak membekukan Pengurus Cabang setelah berkonsultasi dengan Pelindung PM I Ca­ bang yang bersangkutan.

(2) a. Untuk mencegah kekosongan dalam kepengurusan PM I Daerah, Pengurus Pusat berhak mengangkat Pengurus Daerah Sementara dengan berkonsultasi terlebih dahulu kepada Pelindung Pengurus Daerah yang bersangkutan.

b. Untuk mencegah kekosongan dalam kepengurusan PMI Cabang, Pengurus Daerah berhak mengangkat Pengurus Cabang Sementara dengan berkonsultasi

(C a ta ta n )

(39)

terlebih dahulu kepada Pelindung Cabang yang bersangkutan, dan dilaporkan kepada Pengurus Pusat.

(3) Dalam jangka waktu paling lambat tiga bulan Pengu­ rus Sementara dimaksud harus telah menyelenggara- kan Musyawarah Luar Biasa untuk menentukan ke- pengurusan yang tetap sesuai dengan ketentuan Ang- garan Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI.

Pasal 42 •y Pemberhentian Anggota Pengurus :

(1) Dalam hal memberhentikan seorang atau lebih Ang­ gota Pengurus Pusat, Pengurus Daerah, Pengurus Cabang, Pengurus yang bersangkutan harus terlebih dahulu menyampaikan peringatan tertulis pertama dengan menyebutkan alasan yang jelas.

(2) Bila terhadap peringatan tertulis pertama, Anggota Pengurus yang bersangkutan tidak memberikan tang- gapan apapun atau memberikan tanggapan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, maka Pengurus harus menyampaikan peringatan tertulis kedua.

(3) Bila peringatan tertulis kedua tidak mendapat per- hatian dalam jangka waktu satu bulan, atau tetap memberikan tanggapan yang tidak dapat dipertang­ gung jawabkan, maka Pengurus Pusat, Pengurus Dae­ rah, Pengurus Cabang berhak memberhentikan Ang­ gota Pengurus Pusat, Anggota Pengurus Daerah dan Anggota Pengurus Cabang yang bersangkutan.

(4) Usui pemberhentian seorang Anggota Pengurus harus berdasarkan Keputusan Rapat Pleno Pengurus Pusat, Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang yang bersang-■s kutan dan diperkuat oleh rekomendasi Dewan Per-timbangan untuk Pengurus Pusat dan Pelindung untuk Daerah atau Cabang.

(5) Yang menyangkut pemberhentian seorang Pengurus Ranting dan Anak Ranting atau pembubaran Kepe- ngurusan Ranting, Anak Ranting ditentukan sepenuh- nya oleh Pengurus Cabang yang bersangkutan.

(40)

BAB XV P E N G H A R G A A N

Pasal 43

Pengurus Pusat, Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang dalam hal memberikan penghargaan kepada mereka yang telah berjasa terhadap PM I disesuaikan dengan pedoman yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat.

BAB X V I

PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Pasal 44

(1) Anggaran Rumah Tangga hanya dapat diubah oleh Musyawarah Nasional.

(2) Keputusan perubahan Anggaran Rumah tangga adalah sah apabila disetujui secara mufakat bulat atau seku- rang-kurangnya tiga perempat dari jumlah suara yang sah.

BAB X V II P E N U T U P

Pasal 45

(1) Hal-hal yang belum cukup diatur didalam Anggaran Rumah tangga ini, diatur oleh Pengurus Pusat dan tidak boleh bertentangan denganAD/ART PMI.

(2) Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak disahkan dan ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta Pada tangga I :

Pimpinan Musyawarah Nasional PALANG MERAH INDONESIA.

Lampiran :

(1) Lambang Palang Merah ( PERLINDUNGAN ) (2) Lambang Palang Merah Indonesia

(3) Mars Palang Merah Indonesia.

(C a ta ta n )

(41)

(1)

Lambang Palang Merah (PERLINDUNGAN)

(C a ta ta n )

Penjelasan : 1. U m u m :

a. Tanda Palang Merah berwarna merah diatas dasar putih.

b. Ukuran panjang palang horisontal sama dengan panjang palang vertikal.

2. Perbandingan ukuran :

a. ukuran jarak antara titik -titik :

a s/d b = b s/d c = c s/d d = d s/d e = e s/d f = f s/d g = g s/d h = h s/d i = i s/d j = j s/d k = k s/d I = I s/d a b. apabila ditarik garis imajinasi dari titik -titik :

I s/d c; c s/d f; f s/d i; i s/d I, maka

seakan-akan diperoleh 5 buah bujur sangkar yang sama.

(42)

(2) Lambang Palang Merah Indonesia

(Catatan)

B Penjelasan :

1. U m u m :

Tanda Palang Merah dengan Lingkaran Bunga harus se- lalu berwarna merah dan terletak diatas dasar warna putih.

2. Perbandingan ukuran :

a. Perbandingan ukuran Palang Merah sama seperti pada ketentuan Lampiran satu.

b. Lingkaran Bunga dibuat dengan menggabungkan lima buah busur dari lingkaran bulat seperti mem- bentuk gambar bunga berkelopak lima.

c. Perbandingan antara lebar bidang palang dengan kontur bunga (A : B) adalah 5 : 1 .

(43)

(3)

Mars Palang Merah Indonesia

M A R S P. M.l.

F * Do Syair : Djamalul AS.

4 /4 Lagu Iskandar.

5 . 5 / 5 1 . 1 4 2 . 2 / 5 3 . 1 6 6 5 3 4 / 5 3 . 1 4 3 7 1 / 1 . f o 5 1 / / 5 1 . 1 7 1 / 6 4 J M 5 “ 6 / /

Pa-lang Merah In-do - nesia sumber ka-/ 5 3 “ 1 2 3 ka-/ 2 . 2 O l 5 7 " ! ka-/ 4 2_2 7“ 2 3 ~ 4 ka-/ sih um at manu - sia warisan lu h u r nu-sa dan / 5 1 1 0 l 2 1 / 2 2 7 1 2 1 / 1 / 5 . 5 T 5 5 1 /

. • ----- - . • bangsa. U ju d nya - ta mengayom Panca Si - la Gerak ju-/ 4 4 " 1 4~3 2 l ju-/ 2 . 2 T 5 5 7 1 ju-/ 3 3 1 T 6 H / angnya keseluruh nusa Mendharmakan bakti bagi Ampe-/ 3 . 3 0 “ 1 1 ” 1 Ampe-/ 4 4 “ 5 6 6 ~ 4 Ampe-/ 3 7"3 3 ~ 4 5_5 0 3 Ampe-/ Ampe-/

ra tunaikan tugas suci Tujuan P.M.I.

Di-/ 2 2 7 3 4 l 3 l Di-/ 5 . 5 Q~I 1 ~ 1 / 4 4 7 1 6_6 ~ 4 / persa - da bunda P ertiw i. U n tu k umat manu - sia di / 3 3 ~ 5_5 0~3 / F T 7 1 r ? 4 l / 1 . i l 5 7 1 / / sluruh dunia P.M .I. mengantarkan jasa. Palang

// 1 . T 3 o / sa

Referensi

Dokumen terkait

harga jual sebesar Rp 12000/kg Persentase untuk ekspor ke China (kualitas super 2) ialah sekitar 20 % dari total penjualan manggis dengan. harga jual sebesar Rp 8000/kg

1) Persyaratan yang tidak bertentangan dengan tujuan akad. Misalnya: seseorang mahasiswa membeli sebuah laptop dan mensyaratkan kepada penjual agar menanggung segala cacat

● Antena, kabel yang tepat (koaksial 75 ), dan steker terminasi yang tepat diperlukan untuk mendapatkan gambar dan suara dengan kualitas optimal.. ● Apabila yang digunakan

PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor

Laman laporan kegiatan Menguji filter data laporan pernikahan berada di laman laporan kegiatan Input periode laporan lalu atau biarkan kosong form klik tombol submit

Dengan kata lain, hal ini juga menyangkut ideal kemanusiaan-idea sering kali diartikan sama dengan esensi-atau diri ideal manusia, karena sebagaimana yang telah

Analisis ragam menunjukkan bahwa pada taraf 5%, posisi batang berpengaruh nyata pada variabel diameter pori, lebar dan tinggi jari-jari serta sangat nyata pada

Pembayaran zakat fitrah dengan uang yang dilakukan oleh masyarakat Jorong V Sungai Jariang, dengan cara menyerahkan zakat fitrah kepada panitia zakat fitrah atau pengurus