• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. manusia sehari-hari. konflik umumnya terbentuk secara alami dalam kehidupan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. manusia sehari-hari. konflik umumnya terbentuk secara alami dalam kehidupan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

38

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Konflik atau perbedaan kepentingan adalah hal yang lazim terjadi pada kehidupan manusia sehari-hari. konflik umumnya terbentuk secara alami dalam kehidupan sosial dan tidak dapat dipisahkan dari manusia. Ahli Stephen P Robbin (1990) mendefinisikan1

“A process that statrts when an individual or group have differences and opposition about interests and resources, beliefs, values, practice or other things matter that makes them against itself and another individual or group”.2

Konflik dapat diartikan menjadi sebuah cara atau proses dimana terdapat satu pihak yang dengan sengaja membuat suatu usaha dengan tujuan mengimbangi atau menghalangi pihak lain dalam meraih tujuan atau lebih mengutamakan kepentingan dirinya atau kelompoknya. Ahli Joel A Digirolamo menjabarkan lebih lanjut bahwa konflik sebagai proses dimulai ketika terdapat individu ataupun kelompok masyarakat merasakan benturan kepentingan ataupun pertentangan antara individu maupun antar kelompok perihal kepercayaan, sumberdaya, keyakinan atau hal-hal lain yang dinilai penting bagi mereka.

1 Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, Jakarta, Salemba Humanika, 2010, hlm 5 2

(2)

39

Menurut Wirawan

“Konflik dijelaskan sebagai proses perbedaan dan benturan yang diekspresikan oleh suatu pihak dengan pihak lain atau lebih yang memiliki peran yang kekuatan yang sama dan berpusat dalam masalah konflik, menerapkan pola perilaku serta hubungan dalam konflik yang kemudian melahirkan hasil atau dikenal dengan keluaran konflik”2.

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai resolusi konflik pada suatu permasalahan alih fungsi lahan tanah pertanian yang akan menjadi lahan obyek wisata yang telah banyak dibuktikan lebih dalam di sejumlah daerah, dengan tujuan menemukan adanya perbedaan antara penelitian yang telah dilakukan terdahulu dengan penelitian yang saat ini dilakukan oleh peneliti.. Beberapa penelitian tersebut akan dijabarkan secara rinci dalam tabel berikut.

2.1 Perbandingan Beberapa Penelitian Resolusi Konflik Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Obyek Wisata

Pertama, I made arya wira martha, I ketut surya diarta dan I gede setiawan adi pura

melaksanakan penelitian dengan judul Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian Terhadap Tingkat Konflik dan Manajemen

Konflik, penelitian ini dilakukan di daerah Subak Bau, Kabupaten Gianyar, Menurut Sudaratmaja dan Soethama (2003), terdapat beberapa dampak dari alih

(3)

40

fungsi lahan bidang pertanian yang berpotensi timbul seperti dampak dari alih fungsi lahan terhadap ketahanan bidang ekonomi krama subak, dampak dari alih fungsi lahan terhadap potensi ketahanan bidang sosial krama subak, serta dampak dari alih fungsi lahan terhadap potensi ketahanan bidang ekologi subak. Pada kategori ketahanan ekonomi, terjadi penurunan peluang kerja bagi buruh tani karena adaya akses jalan baru dari areal sawah menuju jalan utama sehingga memudahkan petani membawa hasil pertanian tanpa perlu menggunakan jasa buruh tani.

Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Ante, dkk.(2016), dimana dengan adanya alih fungsi lahan menyebabkan penurunan pendapatan petani yang secara tidak langsung menghilangkan mata pencaharian buruh tani. Berdasarkan data hasil wawancara, dari segi pendapatan petani tentunya akan memberikan pengaruh terhadap hasil produksi pertanian yang akan mempengaruhi pendapatan petani. Berkurangnya luas lahan pertanian di Subak Bau menyebabkan penurunan produksi hasil pertanian sehingga berdampak pada menurunnya pendapatan penduduk yang masih berprofesi sebagai petani.Produksi pertanian (dalam hal ini komoditi padi) petani di subak Bau dari tahun 2013-2017 mengalami penurunan sekitar 12,465 ton. Dengan berkurangnya peluang kerja para petani, tentunya akan berpengaruh juga berkurangnya pendapatan petani, dan terakhir akan berimbas dengan rasa kesejahteraan yang para petani rasakan. Konflik yang terjadi antar anggota Subak Bau dengan kelompok (pengurus inti subak) diselesaikan dengan metode pengabungan. Pengurus inti Subak Bau membuat tujuan bagaimana agar dapat memecahkan konflik yang terjadi akibat pro kontra iuran untuk upacara keagamaan yang rutin diadakan di Subak Bau. Pengurus

(4)

41

ini merencanakan dan membuat proposal yang nantinya akan di serahkan ke Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dan terdapat beberapa dana punia yang diperoleh dari penduduk pendatang di wilayah Subak Bau, sehingga dengan adanya hal tersebut dapat membantu pengeluaran materi dari anggota subak, dan kedua belah pihak merasa tidak dirugikan, serta dapat bekerjasama dalam dalam segala acara maupun upacara3.

Kedua, Skripsi berjudul “Ekologi Politik Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Objek Wisata Jatim Park 3 di Kota Batu”Rachmawati Nuril ( 2020) dalam penelitian ini mengunakan teori ekologi politik yang terdapat arti dasar dalam ekologi politik bahwa perubahan pada lingkungan tidak memiliki sifat netral, namun kemungkinan diakibatkan oleh suatu bentuk politik pemerintahan yang mana juga melibatkan pihak-pihak yang memiliki kepentingan baik di wilayah lokal,wilayah regional, hingga global. Salah satu contoh bentuk ekologi politik dapat kita lihat pada kurang berhasilnya hasil kebijakan lahan pertanian pangan berkesinambungan di Kota Batu yang disebabkan oleh pemerintah yang tidak memprioritaskan dan memberi dukungan pada usaha-usaha perlindungan lahan dan justru pihak pemerintah yang turut menjadi dalang dalam kebijakan yang gagal. Dapat disimpulkan bahwa terjadinya perizinan dalam jual beli lahan pertanian yang sejatinya telah dilindungi tidak mengindahkan aturan yang tertera pada perda PLPB. Hal ini menunjukkan bahwa

3 I made arya wira martha, I ketut surya diarta, I gede setiawan adi pura. Januari 2020.Dampak Alih

Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian Terhadap Tingkat Konflik dan Manajemen Konflik di Subak Bau Kabupaten Gianyar.Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. Vol. 9 No. 1

(5)

42

pemerintah hanya berorientasi pada pembangunan ekonomis daripada menjaga sumberdaya yang ada4.

Ketiga, jurnal berjudul “Menalar Dinamika Konflik Wisata Goa

Pindul” (Laode Machdani Afala). Kasus yang pernah mendera daerah wisata Goa Pindul di daerah kabupaten Pindul ini adalah salah satu kasus nyata dari sekian banyak pariwisata yang terbilang ckup buruk paska hancurnya rezim Orde Baru. Konflik ini juga termasuk dalam salah satu fenomena politik lokal di sektor pariwisata. Meski kasus ini berjalan dalam situasi yang cukup fluktuatif dan masih bisa di tolerir, namun kasus ini berpotensi menghawatirkan di masa depan. Sejauh ini, situasi konflik wisata Goa Pindul menjelaskan perjalanan dan arah konflik yang juga membawa banyak aktor ke dalam wadah perseteruan yang kompleks. permasalahan ini bisa kita amati dengan hadirnya keterlibatan banyak actor yang memiliki konflik kepentingan, seperti pihak pokdarwis, sektor pemerintah, masyarakat, dan kepentingan individu. Dengan demikian, kasus dinamika konflik yang menghantam daerah wisata Goa Pindul tersebut memberikan gambaran bahwa politik pertikaian di sektor pariwisata tidak sekedar diartikan sebagai masalah individu, tetapi konflik tersebut menjadi inti dari konflik yang turut melibatkan berbagai aktor, sektor, mekanisme serta proses5.

Keempat, jurnal berjudul “Analisis Konflik Antara Masyarakat ,

4 Rachmawati Nuril ( 2020 ). Ekologi Politik Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Objek Wisata

Jatim Park 3 di Kota Batu.Skripsi : Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

5 Laode Machdani Afala. Juni 2017.Menalar Dinamika Konflik Wisata Goa

(6)

43

Pemerintah dan Swasta (Studi Kasus di Dusun Sungai Samak, Desa Sungai Samak, Kecamatan Badau, Kabupaten Belitung). Penelitian ini diangkat oleh Irwandi, Endah R. Chotim.Konflik ini berlangsung di kawasan Dusun Sungai Samak, Desa Sungai Samak Kecamata Badau, Kabupaten Belitung. Konflik yang eksis diduga terjadi karena berbagai faktor seperti sosialisasi yang tidak dilaksanakan, pemerintah desa yang tidak transparan dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat yang kemudian mendorong kuatnya perbedaan kepentingan serta melahirkan dampak signifikan akibat aktivitas penambangan. Bentuk konflik yang ditemukan dalam kasus ini ialah konflik vertikal dan juga konflik horizontal. Konflik vertikal sendiri muncul diantara pihak masyarakat, pihak pemerintah desa dan dan dari pihak perusahaan penambang. Sedangkan konflik horizontal lahir dari pihak msyarakat setempat yang mana terbagi dalam bentuk kelompok yang mendukung atau pro dan kelompok yang menentang atau kontra. Cara resolusi konflik dibuat baik oleh masyarakat, pemerintah dan perusahaan tambang dengan melakukan beberapa hal isalnya dengan cara Negosiasi; Kosuliasi; Mediasi; dan terakhir Arbitrasi. Sayangnya, saat tahap arbitrasi gugatan masyarakat tidak diterima oleh Pengadilan Negeri Tanjung Pandan, begitujuga dengan hasil keputusan di tingkat banding. Meskipun begitu, setelah hasil keputusan banding menyatakan bahwa perusahaan menghentikan aktivitas pertambangan mereka secara tiba-tba di daerah Dusun Sungai Samak6.

6 Irwandi, Endah R. Chotim. Tahun 2017. Analisis Konflik Antara Masyarakat , Pemerintah dan Swasta

(Studi Kasus di Dusun Sungai Samak, Desa Sungai Samak, Kecamatan Badau, Kabupaten Belitung). JISPO VOL. 7 No. 2 Edisi Juli-Desember

(7)

44

2.2 Resolusi Konflik

Resolusi konflik dapat didefinisikan sebagai usaha menyelesaiakan permasalahan-permasalahan konflik dan berupaya membantu menjalin hubungan baru dalam jangka panjang diantara kelompok-kelompok yang berkonflik. Namun pada akhirnya, setiap resolusi konflik diharapkan dapat mendukung para pihak yang berkonflik untuk menghentikan upaya perselisihan terhadap serta adanya keharusan agar dapat menerima keberadaan satu sama lain. Resolusi konflik sendiri terlihat menjadi alat yang sangat mendesak untuk dikuasai di tengah proses perubahan yang terus berlangsung, dimana keterbukaan seringkali menjadi pertarungan kepentingan. Mediasi dan resolusi konflik ditujukan bagi mereka yang berkonflik untuk menciptakan keadilan, kedamaian, apapun latarbelakang mereka7.

Dilihat dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa resolusi konflik aialah bentuk upaya antara pihak yang terlibat dalam perseteruan atau berkonflik dalam menuntaskan perselisihan yang terjadi pada mereka dengan baik. Resolusi konflik turut mengupayakan penyelesaian dengan strategi-strategi yang lebih demokratis dan efektif dalam membereskan benturan kepentingan dengan mengembalikan secara penuh kesempatan pada pihak-pihak yang memiliki benturan kepentingan atau konflik untuk menyelesaiakan permasalahan. Dengan begitu akan mempermudah dalam menyelesaikan konflik apabila kedua belah pihak saling berdamai dan berpendapat sesuai kemauannya, ditambah dengan menghadirkan

7 Jamil, M. Muksin. 2007. Modul Training : MEDIASI DAN RESOLUSI KONFLIK. Semarang, Wali

(8)

45

pihak ketiga yang diharuskan untuk bersikap bijak, netral serta adil sebagai mediasi dalam membantu pihak-pihak yang berkonflik menemukan jalan keluar terbaik atas konflik mereka.

1.2.1 Dimensi-dimensi Resolusi Konflik a. Negosiasi

Negosiasi merupakan bentuk interaksi sosial antarpihak dalam mencari jalan keluar bersama dan kesepakatan terbaik. Dalam interaksi tersebut, terjadi benturan pendapat dan pikiran yang menghalangi antarpihak dalam mencapai tujuannya. Selain itu, juga terdapat proses tawar menawar untuk menghasilkan keputusan yang kemudian hasil dari proses negosiasi ini ialah kesepakatan dari pihak yang berinteraksi dan menjadi dasar pembuatan aturan yang lebih baru dan baku.

b. Mediasi

Mediasi dapat dijelaskan sebagai salah satu strategi dalam menyelesaikan konflik dengan adanya intervensi dari pihak ketiga sebagai mediator. Dalam penyelesaian konflik ini, terdapat proses perundingan ataupun kesepakatan melalui proses musyawarah. Karena sifatnya yang dilandasi dengan musyawarah, maka dalam cara ini tidak dibolehkan adanya paksaan hasil yang dicapai nanti. Mediasi memungkinkan bagi kedua belah pihak untuk mendapatkan win-win solution dari persoalan yang dihadapi.

c. Pengambilan keputusan berdasarkan consensus

Cara ini mengupayakan terjadinya kesepakatan sejumlah pihak atas sesuatu yang dilakukan secara sadar serta bersifat kolektif karena

(9)

46

melibatkan banyak pihak. Pada umumnya, sebelum terjadi pengambilan keputusan, terjadi perdebatan dan persoalan yang melandasi sehingga memerlukan upaya bersama dalam mendapatkan kesepakatan.

2.2.2 Indikator-indikator Resolusi Konflik

Dalam konteks pemahaman resolusi konflik, terdapat beberapa bagian yang menjadi indikator landasan bagi sejumlah aktivitas atau kebijakan dari pemerintah. Ahli Bryant dan Bailey menyebutkan Indikator-indikator tersebut meliputi ; a) Resiko dan keuntungan yang di nikmati aktor; b) Dampak yang dihasilkan; c) Hubungan antar aktor.8 Penjabaran dari beberapa indikator tersebut akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut:

a. resiko dan manfaat yang dinikmati aktor secara tidak merata.

Indikator diatas menurut konteks resolusi konflik meliputi resiko dan keuntungan para aktor secara tidak merata. Indikator yang membahas mengenai keseluruhan fenomena ekologi politik ini umumnya lebih menghadirkan resiko dari segi lingkungan dibandingkan dengan resiko-resiko lain seperti resiko masyarakat.10 Kemudian kajian resolusi konflik turut menjelaskan adanya kerusakan lingkungan yang mucul akibat aktivitas atau program yang dilaksanakan oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta. Oleh karena itu, resolusi konflik terhadap proyek pembangunan yang seharusnya terselesaikan tetapi cenderung berakibat masalah dengan adanya dampak buruk bagi alam

8 Bryant, Sinead Bailey. 1997. Third World Political Ecology. New York. Routledge 10Ibid Hal 27

(10)

47

sekitar.

b. Dampak yang dihasilkan dari proses resolusi konflik

Indikator selanjutnya ialah dampak atau imbas yang dihasilkan dari proses resolusi konflik. Bryant dan Bailey menmberi penjelasan bagaiamana dampak dari resolusi konflik turut memberikan kesenjangan dalam keuntungan ekonomi karena dinilai tidak merata bagi setiap aktor yang terlibat dalam permasalahan Embung cempaka tersebut. Selain itu, keuntungan ekonomis yang paling besar pasti akan menekan kemarahan bagi keuntungan yang lebih sedikit.

c. Relasi antar aktor

Indikator berikutnya ialah relasi antar aktor. Disini, Bryant maupun Bailey mengartikan bahwa proses resolusi konflik yang komprehensif berpotensi juga dalam menghasilkan relasi yang berbeda dari setiap aktor yang memiliki intervensi. Dalam hal ini, relasi tersebut mencakup komponen seperti kendali swasta baik terhada pihak masyarakat, pihak pemerintah, serta adanya pemberontakan masyarakat terhadap pihak swasta. definisi dari pemahaman tersebut dari sebuah pembagian proses resolusi konflik, mempunyai hak dan tugasnya masing-masing untuk mengontrol sebuah perkembangan obyek wisata.

Dalam pengontrolan pasti ada sebuah perbedaan dari setiap aktor. 2.3 Alih Dayaguna dan Fungsi Lahan

Sumberdaya alam memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah yang lazim kita kenal dengan lahan. Lahan secara terminologi ialah suatu bidang tanah yang didalamnya terdapat beragam manfaat, fungsi dan kebaikan dalam membantu manusia memenuhi kebutuhan baik untuk bidang produksi sektor pertanian dan

(11)

48

juga non-pertanian. Selain itu, kebutuhan penggunaan lahan juga mengalami perkembangan yang diakibatkan oleh angka permintaan yang mengalami peningkatan yang sigifikan.

Alih Dayaguna dan Fungsi Lahan umumnya didefinisikan sebagai proses pergantian daya guna lahan dari bentuk penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian menjadi penggunaan lahan untuk kegiatan diluar sektor pertanian. Lahan termasuk sumber daya alam yang multifungsi dalam membantu mencukupi kebutuhan manusia. Misalnya untuk bidang ekonomi, lahan digunakan sebagai modal tetap utama untuk berbagai aktivitas produksi komunitas pertanian dan luar sector pertanian. Lahan pada dasarnya banyak digunakan untuk kegiatan produksi dan menjadi permintaan turunan dan permintaan komunitas yang dihasilkan. Dengan demikian, peningkatan kebutuhan lahan yang akan digunakan dalam setiap unit aktivitas produksi akan diikuti juga oleh peningkatan angka permintaan setiap komunitas. Namun komunitas pangan terlihat kurang efektif dengan keseimbangan pendapatan daripada permintaan komoditas nonpertanian yang menimbulkan resiko pembangunan ekonomi dengan peningkatan pendapatan juga turut menimbulkan naiknya permintaan lahan untuk aktivitas di luar pertanian yang lebih signifikan dibandingkan kenaikan permintaan lahan untuk aktivitas di bidang pertanian9.

Proses alih fungsi lahan biasanya dimulai dengan proses alih penguasaan lahan. Kenyataan yang terjadi di balik proses alih fungsi lahan justru berupa proses tumpang tindih dalam penguasaan dan pengelolaan sumber daya. Konflik seputar

9 Prasada, I. M. Y., & Rosa, T. A. (2018).Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah Terhadap Ketahanan

(12)

49

proses alih penguasaan lahan mencakup, (1) adanya upaya perebutan hak atas tanah dan penguasa lahan, (2) kecenderungan penguasaan lahan yang kian terkosentrasi bagi pengelola antara kelompok Pemerintah Desa dengan Masyarakat tertentu, serta (3) kelompok masyarakat tanpa lahan yang turut bertambah. Dalam hal ini menjadikan proses alih dayaguna dan fungsi lahan di bidang pertanian menjadi non pertanian mendapatkan pertentangan dalam penguasa lahan.

2.3.1 Dampak Konversi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian

Pembangunan yang semakin berpusat pada sektor industri, pemukiman, perumahan, perhotelan, serta obyek wisata menyebabkan perubahan konversi lahan. Sebagai dampak dari pembangunan tersebut kemudian menciptakan pro-kontra dimana satu sisi bersifat positif misalnya dalam membuka lapangan pekerjaan baru diluar sector pertanian, dan juga bersifat negatif khususnya berkaitan dengan ekosistem alam dan lingkungan.

Berikut adalah beberapa dampak buruk akibat konversi lahan menurut Widjanarko antara lain: a) Lahan pertanian yang semakin berkurang dan berpotensi pada penurunan aktivitas produksi pangan yang akan mengganggu kestabilan swasembada pangan. b) Melahirkan ptransisi lapangan pekerjaan dari sector pertanian ke sector diluar pertanian yang selanjutnya kerap berujung pada terjadinya konflik sosial pada sumberdaya manusia dalam masyarakat yang berimbas pada resiko pengangguran. c) Sarana dan prasarana pengairan yang tidak membuahkan hasil yang baik. d) Ketidakberhasilan pihak investor bisnis dalam

(13)

50

membangun fasilitas dan prasarana sehinggapemanfaatan tanah berjalan tidak semestinya dan angka lahan yang mengalami peningkatan signifikan.10

Dampak adanya aktivitas transisi fungsi dan dayaguna lahan memiliki manfaat baik yang dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung. Dampak secara langsung contohnya jumlah lahan pertanian yang akan mengalami penurunan, penurunan jumlah intensitas kesuburan lahan pertanian, infrastuktur irigasi yang hilang hingga terciptanya konfik sosial. Sedangkan dampak secara tidak langsung contohnya dengan terjadinya peningkatan angka penduduk sebagai imbas dari akgivitas urbanisasi. kemudian, perubahan lahan pertanian untuk aktivitas diluar pertanian juga nantinya berpotensi mengganggu ekosistem alam disekitarnya. 2.4 Pengembangan Pariwisata

2.4.1 Definisi Pariwisata

Pariwisata (Tourism) umumnya dapat diartikan sebagai keseluruhan proses perjalanan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok orang (wisatawan, turis) menuju suatu destinasi tempat baik dengan tujuan menikmati masa liburan, memanjakan mata dengan keindahan pemandangan alam dan budaya (sightseeing), urusan bisnis, ataupun melakukan kunjungan kepada kerabat serta tujuan tertentu lainnya (Ramly, 2007). Dilihat dari kacamata pemerintah, menurut UU No 10 Tahun 2009 mengenai kepariwisataan yang digambarkan dalam terminology tersendiri untuk istilah pariwisata. berdasarkan kebijakan tersebut, pariwisata dikaitkan dengan beragam jenis aktivitas wisata yang

10 Fitrianingsih, Eka. 2017. Tinjauan Terhadap Alih Fungsi Lahan Tanah Pertanian Menjadi Non

Pertanian di Kecamatan Tomoni Kabupaten Luwu Timur. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Hasanudin. Semarang. Hal, 11

(14)

51

didukung sarana serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pihak pemerintah serta pemerintah daerah. Sedangkan kata kepariwisataan mengacu pada kesuluruhan aktivitas yang berhubungan dengan pariwisata dan memiliki beragam dimensi dan disiplin yang bertujuan menjadi suatu bentuk kebutuhan setiap individu dan negara juga interaksi antara turis dan pihak warga lokal, anatara wisatawan, pemerintah,pihak pemerintah daerah ataupun wirausaha.11

Wisata sendiri termasuk bentuk keuntungan penggunaan sumberdaya alam yang memanfaatkan kebaikan alam bagi kepuasan manusia, dalam Mnusef (1995) didasarkan pada Sulaksmi (2007), aktivitas pariwisata meliputi tiga unsur primer sebagai berikut:

1. Manusia (Man), yaitu individu ataupun kelompok yang bepergian ke suatu destinasi tempat dengan maksud untuk memanjakan mata dan jiwa melalui keindahan alam di tempat (alam);

2. Ruang (Space), yaitu tempat fisik atau daerah yang dituju dalam aktivitas perjalanan wisata.

3. Waktu (time), yaitu waktu atau durasi yang dihabiskan selama aktivitas perjalanan wisata ataupun singgah di destinasi wisata.12

2.4.2 Pengembangan Pariwisata

Pengembangan dan pemeliharaan destinasi wisata dapat menjadi jawaban yang mampu mendukung manfaat dalam bidang ekonomi maupun usaha pelestarian. Pengembangan dan pemeliharaan destinasi wisata ini biasanya diupayakan melalui

11 Dokumen Undang-Undang Nomer 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

12 Yustinaningrum, diah. 2017. Pengembangan Wisata Bahari di Taman Wisata Perairan Pulau Pieh

(15)

52

pembangun kembali atau restrukturisasi beragam peluang dan manfaat sumberdaya alam dan hayati secara terperinci dan padu. Selanjutnya, tahap yang dijelaskan lebih lanjut dalam model pengelolaan destinasi wisata yang berorentasi pelestarian lingkungan (Ramly, 2007). Pengembangan pariwisata sebagai jenis peluang industri yang menjanjikan diharuskan berdasarkan pada empat prinsip utama yang pernah dikemukakan oleh ahli Purwanto (2002), antara

lain:

1. Kelangsungan ekologi, menjelaskan bahwa perkembangan pariwisata diharuskan memberikan penanganan perawatan secara baik serta pada potensi terhadap sumberdaya alam sebagai magnet bagi wisatawan, seperti, ekosistem laut, hutan, pantai, danau dan sungai.

2. Keberlanjutan kehidupan sosial dan budaya, menjelaskan bahwa penanganan destinasi pariwisata perlu menghadirkan partisipasi dan tangan masyarakat monitoring tata kehidupan berdasakan aturan nilai yang dituju yang menjadi symbol identitas masyarakat tersebut.

3. Kesinambungan dalam bidang ekonomi, menjelaskan bahwa penanganan dan perawatan destinasi pariwisata harus dapat membantu membuka peluang lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja bagi para actor yang memiliki intervensi aktivitas pengembangan wisata yang didukung dengan sistem ekonomi yang sehat dan baik.

4. Menghadirkan perbaikan dan peningkatan kualitas hidup warga setempat melalui kesempatan untuk berkontribusi dalam aktivitas penanganan dan perawatan destinasi wisata.

(16)

53

Selanjutnya, ahli Meutia (2004) menjabarkan bahwa penanganan dan perawatan destinasi wisata (secara berkelanjutan) memerlukan strategi dan rencana yang matang dan diharuskan memberi cerminan terhadap tiga dimensi kepentingan yakni industri pariwisata, fasilitas dan dukungan lingkungan (sumberdaya alam), dan masyarakat atau warga setempat dengan tujuan dapat melahirkan perbaikan kualitas hidup yang menjadi konsekuensi dari ketiga kepentingan tersebut, pengembangan dan pemeliharaan pariwisata yang mementingkan aspek lingkungan (sumberdaya alam) juga diharapkan dapat mengahsilkan setidaknya dua keuntungan dan manfaat sekaligus secara merata dan ideal yakni :

1. Manfaat yang diperoleh bagi masyarakat lokal (setempat) guna berpartisipasi dan ikut andil dalam aktivitas penanganan dan perawatan destinasi pariwisata dan juga memperoleh pendapatan dari aktivitas tersebut. (multiplier effec-nya ialah menghadirkan dampak positif bagi perkonomian daerah.

2. Upaya pelestarian terhadap komponen dan kekayaan pariwisata yang dimiliki (kualitas lingkungan sumberdaya alam yang lebih lestari dan berkembang dengan baik serta atraktif bagi wisatawan).13

13 Yustinaningrum, diah. 2017. Pengembangan Wisata Bahari di Taman Wisata Perairan Pulau Pieh

dan Laut Sekitarnya. Ejournal Publishing-widyagama. Agrika 11 (1)

Referensi

Dokumen terkait

meyakinkan para pelaku utama kegiatan perikanan dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk melihat sendiri hasil suatu teknologi baru,.. demonstrasi suatu keterampilan,

Penggunaan metode ini dikarenakan beberapa parameter dari problema transportasi dan logistik dalam rantai suplai bersifat stokastik, dimana parameter tersebut berfungsi

[r]

Pengaruh investasi pada subsektor industri makanan dan minuman terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur dengan menggunakan metode pendekatan Sistem Dinamik...

Persoalan yang mendasar dalam penggunaan metode Monte Carlo adalah bagaimana merumuskan masalah menjadi fungsi yang dapat diuji dengan bilangkan acak. Penentuan inside dan

Di kabupaten Kerinci, Jambi terdapat beberapa sumber mata air panas, salah satunya adalah sumber mata air panas Semurup yang dapat dilakukan isolasi bakteri

[r]

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Kemudian nilai rata-rata penjualan pada UD. Hal ini berarti bahwa nilai mean lebih