• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Disusun Oleh: RAHMAD ASWANDI NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Disusun Oleh: RAHMAD ASWANDI NIM"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

KESEHATAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MELALUI LABELISASI HALAL

(Studi Pada Konsumen Restoran Cepat Saji Gunung Salju Banda Aceh)

Disusun Oleh:

RAHMAD ASWANDI

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH 2021 M/1442 H NIM. 160602238

(2)

iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertandatangan di bawah ini Nama : Rahmad Aswandi NIM : 160602238 Program Studi : Ekonomi Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan SKRIPSI ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.

Bila di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan dan ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap untuk dicabut gelar akademik saya atau diberikan sanksi lain berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar- Raniry.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Banda Aceh, 20 Januari 2021 Yang Menyatakan,

Rahmad Aswandi

(3)

iv

PERSETUJUAN SIDANG MUNAQASYAH SKRIPSI

PENGARUH KEAMANAN PANGAN KESADARAN KESEHATAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MELALUI LABELISASI

HALAL

(Studi Pada Konsumen Restoran Gunung Salju Banda aceh)

Disusun Oleh:

Rahmad Aswandi NIM. 160602238

Disetujui untuk disidangkan dan dinyatakan bahwa isi dan formatnya telah

memenuhi syarat Penyelesaian studi pada Program Studi Ekonomi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negri Ar- RaniryBanda Aceh

Pembimbing I

Dr. T. Meldi Kesuma, SE., MM NIP. 1975051520006041001

Pembimbing II

Dara Amanatillah, M.Sc.Finn NIP. 2022028705 Mengetahui

Ketua Prodi,

Dr. Nilam Sari, M.Ag NIP. 19710317 200801 2 007

(4)

v

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH SKRIPSI

Pengaruh Keamanan Pangan Kesadaran Kesehatan Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Labelisasi Halal

(Studi Pada Konsumen Restoran Gunung Salju Banda Aceh) Rahmad Aswandi

NIM. 160602238

Telah Disidangkan oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh dan Dinyatakan Lulus Serta Diterima Sebagai Salah Satu Beban Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Strata Satu (S-1) dalam bidang Ekonomi

Syariah

Pada Hari/Tanggal: Kamis, 01 April 2021 M 18 Sya‟ban 1442 H Banda Aceh

Tim Penilai Seminar Hasil Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Dr. T. Meldi Kesuma, SE., MM NIP. 1975051520006041001

Dara Amanatillah, M.Sc.Finn NIP. 2022028705

Penguji I, Penguji II,

Fakhrurrazi, SE., MM NIP. 197605252013121002

Jalaluddin, ST., MA NIP. 2030126502

(5)

vi

FORM PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASIKARYA ILMIAH MAHASISWA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Lengkap : Rahmad Aswandi NIM :160602238

Fakultas/Program Studi : Ekonomi dan Bisnis Islam/Ekonomi Syariah E-mail : Rahmad.aswandi@gmail.com

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UPT Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah:

Tugas Akhir KKU Skripsi ...

yang berjudul:

Pengaruh Keamanan Pangan Kesadaran Kesehatan Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Labelisasi Halal (Pada Konsumen Restoran Gunung Salju Banda Aceh)

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non- Eksklusif ini, UPT Perpustakaan UIN Ar-Raniry Banda Aceh berhak menyimpan, mengalih-media formatkan, mengelola, mendiseminasikan, dan mempublikasikannya di internet atau media lain secara fulltext untuk kepentingan akademik tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis, pencipta dan atau penerbit karya ilmiah tersebut.

UPT Perpustakaan UIN Ar-Raniry Banda Aceh akan terbebas dari segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di :Banda Aceh Pada tanggal : Januari 2021

Mengetahui, Penulis

Rahmad Aswandi

Pembingbing I

Dr. T. Meldi Kesuma, SE., MM

Pembimbing II

Dara Amanatillah, M.Sc.Finn

NIP. NIP.

(6)

vii

LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka

sendiri.”

(QS. Ar Rad: 11)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS.

Alam Nasyroh: 5)

“Laa Tahzan… Innallaha ma Ana”

“Petunjuk tidak dapat dicapai kecuali dengan pengetahuan, dan arah tujuan yang benar tidak bisa dituju kecuali dengan kesabaran.”

(Ibnu Taimiyah)

Siapa yang bersungguh sungguh lillahi ta‟ala, pasti akan merasakan garis akhir yang bahagia. Maka jangan sampai menyerah untuk melakukan yang terbaik semampu kita. Percayalah bahwa Allah

SWT bersama orang-orang yang bersabar, lagi bertawakkal.

(Penulis)

Alhamdulillahirabbil’alamin Atas berkat Rahmad dan Karunia Allah

Aku persembahkan skripsi ini untuk Bapak dan Ibu selaku

“Permata Hati” ku di dunia ini yang terus memberikan motivasi dan dorongan.

Cinta yang mereka berikan dengan penuh keikhlasan.

Kasih sayang, cinta dan pengorbanan yang tak terbilang.

(7)

viii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Keamanan Pangan Kesadaran Kesehatan Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Labelisasi Halal (Studi Pada Konsumen Restoran Gunung Salju Banda Aceh)”, Shalawat beriring salam tidak lupa kita curahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, yang telah mendidik seluruh umatnya untuk menjadi generasi terbaik di muka bumi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa ada beberapa kesilapan dan kesulitan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Zaki Fuad, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry.

2. Dr. Nilam Sari, M.Ag dan Cut Dian Fitri, SE, Ak., M.si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah.

3. Muhammad Arifin, Ph.D dan Rina Desiana, ME selaku Ketua dan Sekretaris Lab Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry.

(8)

ix

4. Dr. T. Meldi Kesuma, S.E., MM dan Dara Amanatillah, M.Sc.Finn selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak memberi waktu, pemikiran serta pengarahan baik berupa saran maupun arahan menuju perbaikan.

5. Fakhrurrazi, SE., MM dan Jalaluddin, ST., MA selaku penguji I dan penguji II yang telah bersedia meluangkan waktu, pemikiran baik berupa saran dan masukan menuju perbaikan.

6. Prof. Dr. Nazaruddin AW, MA. selaku Penasehat Akademik yang telah memberikan informasi dan pengarahan selama penulis menempuh perkuliahan. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry yang telah banyak memberikan bantuan dan kemudahan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan selama proses belajar mengajar.

7. Terima kasih juga kepada pemilik dan karyawan restoran gunung salju sudah sudikiranya memberikan izin dan membantu penulis melakukan penelitian.

8. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Raziman dan ibunda Aja Aswanti yang senantiasa memberikan kasih sayang, cinta, semangat dan doa serta motivasi yang tiada hentinya agar penulis memperoleh yang terbaik, didikan, dukungan serta semua jasa yang tidak ternilai harganya yang telah diberikan selama ini. Adik tersayang Ikhlas Maulana, Iqram Haikal dan Muhammad

(9)

x

Alhadi yang selalu mendoakan yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam menjalankan perkuliahan dan menyelesaikan penulisan ini guna memperoleh gelar sarjana dan ilmu yang diperoleh berkah juga bermanfaat bagi seluruh umat di penjuru bumi.

9. Sahabat-sahabat dan Teman-teman seperjuangan angkatan 2016 di Prodi Ekonomi Syariah tercinta yang terus menemani dan memberi doa, dukungan serta semangat.

Penuh cinta kepada Ridho Hanafi, Khiza Nurkhairi, Nabila Nasmakaraz, Said Ikhsan Salasa Purnama, Lutfi maulidiansyah, Rian Rahmad, Rozi Amsal, Fakhrul Rizal, Adhini, Budi Safriani, Irfan Jauzi, Reva nanda yang terus memberikan motivasi dukungan, nasihat, arahan, semangat serta doa dan teman teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan selalu memberikan dukungan penuh selama menempuh studi di UIN Ar-Raniry.

Banda Aceh, 20 Januari 2021 Penulis,

Rahmad Aswandi

(10)

xi

TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K

Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543b/u/1987

1. Konsonan

No. Arab Latin No. Arab Latin

1 ا Tidak

dilambangkan 16 ط

2 ب B 17 ظ

3 ت T 18 ع

4 ث Ṡ 19 غ G

5 ج J 20 ف F

6 ح Ḥ 21 ق Q

7 خ Kh 22 ك K

8 د D 23 ل L

9 ذ Ż 24 م M

10 ر R 25 ن N

11 ز Z 26 و W

12 س S 27 ه H

13 ش Sy 28 ء

14 ص Ṣ 29 ي Y

15 ض

(11)

xii 2. Vokal

Vokal Bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

a. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin

َ

Fatḥah A

َ

Kasrah I

َ

Dammah U

b. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harkat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf, yaitu:

Tanda dan Huruf Nama Gabungan Huruf

ي َ

Fatḥah dan ya Ai

و َ

Fatḥah dan wau Au

Contoh:

فيك

: kaifa

لوه

: haul

(12)

xiii 3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harkat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda

ا َ

ي /

Fatḥah dan alif atau ya Ā

ي َ

Kasrah dan ya Ī

ي َ

Dammah dan wau Ū

Contoh:

لا ق : qāla ى م ر : ramā لْي ق : qīla ل ْو ق ي : yaqūlu

4. Ta Marbutah (ة)

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua.

a. Ta marbutah (ة) hidup

Ta marbutah (ة) yang hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah dan dammah, transliterasinya adalah t.

b. Ta marbutah (ة) mati

Ta marbutah (ة) yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah h.

c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbutah (ة) diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al,

(13)

xiv

serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta marbutah (ة) itu ditransliterasikan dengan h.

Contoh:

ْلا فْط لَْا ة ض ْو ر

: Rauḍah al-aṭfāl/ rauḍatulaṭfāl

ة ر ّو ن مْلا ة نْي د مْل ا

: Al-Madīnah al-Munawwarah/

alMadīnatul Munawwarah

ْة حْل ط

: Ṭalḥah

Catatan:

Modifikasi

1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa tanpa transliterasi, seperti M. Syuhudi Ismail, sedangkan nama-nama lainnya ditulis sesuai kaidah penerjemahan.

Contoh: Ḥamad Ibn Sulaiman.

2. Nama Negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia, seperti Mesir, bukan Misr; Beirut, bukan Bayrut;

dan sebagainya.

3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam kamus Bahasa Indonesia tidak ditransliterasi. Contoh: Tasauf, bukan Tasawuf.

(14)

xv ABSTRAK

Nama : Rahmad Aswandi

NIM : 160602238

Fakultas/Program Studi : Ekonomi dan Bisnis Islam/Ekonomi Syariah

Judul : Pengaruh Keamanan Pangan Kesadaran Kesehatan Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Labelisasi Halal (Studi Pada Konsumen Restoran Gunung Salju Banda Aceh)”.

Pembimbing I : Dr. T. Meldi Kesuma, S.E., MM Pembimbing II : Dara Amanatillah, M.Sc.Finn

Kata Kunci : Keamanan Pangan, Kesadaran

Kesehatan, Keputusan Pembelian, Labelisasi Halal.

Kebutuhan makan dan minum setiap hari yang diperlukan konsumen untuk menopang kebutuhan hidupnya dalam mengkonsumsi makanan konsumen harus teliti dan cermat dalam memilih guna untuk apa yang dikonsumsi tidak menyebabkan kerugian lahir dan batin, secara lahir mengkonsumsi produk yang mengandung bahan berbahaya dapat menyebabkan gangguan kesehatan, secara batin mengkonsumsi produk yang tidak halal menimbulkan dosa, oleh sebab itu label halal diperlukan untuk melindungi konsumen muslim, bahwa produk produk yang ditawarkan aman dan sehat sehingga tidak menimbulkan keragu braguan dalam mengkonsumsi produk makanan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Pengaruh Keamanan Pangan Kesadaran Kesehatan Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Labelisasi Halal. Populasi dalam penelitian ini Pada Konsumen Restoran Gunung Salju Banda Aceh, dengan jmlah sampel sebesar 100 responden.Teknis Analisis yang digunakan menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel keamanan pangan (X1) kesadaran kesehatan (X2) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) melalui labelisasi halal (Z) pada restoran gunung salju di Banda Aceh.

(15)

xvi DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

ILMIAH ... iii

PERSETUJUAN SIDANG MUNAQASYAH SKRIPSI ... iv

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH SKRIPSI ... v

FORM PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH MAHASISWA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK... vi

LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR ... viii

TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN .... xi

ABSTRAK ... xv

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR TABEL ... xx

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

1.5. Sistematika Penulisan ... 11

1.6. Batasan Penelitian ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

2.1 Keputusan Pembelian ... 14

2.1.1. Pengertian Keputusan Pembelian ... 14

2.1.2. Tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian ... 15

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen ... 17

2.1.4. Keputusan Pembelian Dalam Islam ... 18

2.1.5. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam ... 19

2.1.6 Indikator Keputusan Pembelian ... 21

2.2 Keamanan Pangan (Food Safety)... 21

(16)

xvii

2.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Keamanan Pangan ... 23

2.2.2. Indikator Keamanan Pangan ... 26

2.3. Kesadaran Kesehatan (Health Consciousness) ... 27

2.3.1. Indikator Kesadaran Kesehatan ... 29

2.4. Labelisasi Halal ... 30

2.4.1. Pengertian Labelisasi Halal ... 30

2.4.4. Logo Halal ... 33

2.4.5 Indikator Kehalalan ... 34

2.5 Penelitian Terkait ... 34

2.6. Hubungan Antar Variabel ... 41

2.6.1. Hubungan Keamanan Pangan terhadap Keputusan Pembelian ... 41

2.6.2. Hubungan Kesadaran Kesehatan terhadap Keputusan Pembelian ... 41

2.6.3. Hubungan Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian ... 41

2.6.4 Hubungan Keamanan Pangan terhadap Labelisasi halal ... 41

2.6.5 Hubungan Kesadaran Kesehatan terhadap Labelisasi Halal ... 42

2.6.6 Hubungan keamanan pangan terhadap keputusan pembelian melalui lebelisasi halal ... 43

2.7 Kerangka Penelitian ... 44

2.8 Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46

3.1 Jenis penelitian ... 46

3.2 Populasi dan Penarikan Sampel ... 46

3.2.1 Populasi ... 46

3.2.2 Sampel ... 47

3.3 Lokasi dan Objek Penelitian ... 48

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.5 Skala Pengukuran ... 49

3.6 Definisi Operasional ... 50

3.7 Metode Analisis Data ... 53

3.7.1. Uji Instrumen ... 53

3.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 54

(17)

xviii

3.7.3 Uji Hipotesis ... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 61

4.1 Profil Restoran Cepat Saji Gunung Salju ... 61

4.2 Karakteristik Responden ... 61

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 62

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 63

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan / Uang Saku ... 63

4.3 Uji Validitas ... 64

4.3.1 Uji Validitas Variabel Keputusan Pembelian ... 64

4.3.2 Uji Validitas Variabel Keamanan Pangan ... 65

4.3.3 Uji Validitas Variabel Kesadaran Kesehatan ... 66

4.3.4 Uji Validitas Variabel Labelisasi Halal ... 66

4.4 Uji Reliabilitas ... 67

4.5 Uji Asumsi Klasik ... 68

4.5.1 Uji Normalitas ... 68

4.5.2 Uji Multikolinearitas ... 68

4.5.3 Uji Heteroskedastisitas ... 70

4.6 Analisis Deskriptif ... 71

4.6.1 Variabel Keputusan Pembelian ... 71

4.6.2 Variabel Keamanan Pangan ... 74

4.6.3 Variabel Kesadaran Kesehatan ... 76

4.6.4 Variabel Labelisasi Halal ... 77

4.7 Uji Hipotesis Analisis Jalur ... 79

4.7.1 Koefisien Determinasi Model 1 ... 79

4.6.2 Uji t Model 1 ... 80

4.6.3 Koefisien Determinasi Model 2 ... 82

4.6.4 Uji t Model 2 ... 83

4.6.5 Uji Sobel ... 86

4.8 Pembahasan Hasil Penelitian ... 88

(18)

xix

4.8.1 Keamanan Pangan Berpengaruh

Terhadap Labelisasi Halal ... 88

4.8.2 Kesadaran Kesehatan Berpengaruh Terhadap Labelisasi Halal ... 89

4.8.3 Labelisasi Halal Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian ... 89

4.8.4 Keamanan Pangan Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian ... 90

4.8.5 Kesadaran Kesehatan Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian ... 91

4.8.6 Keamanan Pangan Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian melalui Labelisasi Halal ... 92

4.8.7 Kesadaran Kesehatan Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian melalui Labelisasi Halal ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 94

5.1 Kesimpulan ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN ... 103

(19)

xx

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Restoran yang sudah memiliki Sertifikat Halal .... 8

Tabel 2.1 Matrik Persamaan dan Penelitian Terdahulu ... 38

Tabel 3.1 Skor Alternatif Jawaban ... 50

Tabel 3.2 Operasional Variabel ... 51

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 61

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan .. 62

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Uang Saku ... 62

Tabel 4.5 Uji Validitas Variabel Keputusan Pembelian ... 63

Tabel 4.6 Uji Validitas Variabel Keamanan Pangan ... 64

Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Kesadaran Kesehatan ... 65

Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Labelisasi Halal ... 66

Tabel 4.9 Uji Reliabilitas ... 66

Tabel 4.10 Uji Normalitas ... 67

Tabel 4.11 Uji Multikolinearitas ... 68

Tabel 4.12 Uji Heteroskedastisitas ... 69

Tabel 4.13 Interval Penilaian Jawaban ... 70

Tabel 4.14 Uji Deskriptif Variabel Keputusan Pembelian ... 70

Tabel 4.15 Uji Deskriptif Variabel Keamanan Pangan ... 73

Tabel 4.16 Uji Deskriptif Variabel Kesadaran Kesehatan ... 75

Tabel 4.17 Uji Deskriptif Variabel Labelisasi Halal ... 77

Tabel 4.18 Uji Determinasi Model 1 ... 78

Tabel 4.19 Uji t Model 1 ... 79

Tabel 4.20 Uji Determinasi Model 2 ... 81

Tabel 4.21 Uji t Model 2 ... 82

(20)

xxi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo Halal MUI ... 33

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ... 44

Gambar 4.1 Diagram Jalur Model 1 ... 81

Gambar 4.2 Diagram Jalur Model 2 ... 84

(21)

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner penelitian

Lampiran 2 Restoran yang sudah memiliki Sertifikat Halal di Kota Banda Aceh Tahun 2019

Lampiran 3 Data Jawaban Responden Lampiran 4 Output SPSS

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan dunia saat ini semakin maju dan pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi juga berdampak pada bidang pangan (makanan). Oleh karena itu pangan merupakan kebutuhan pokok hidup manusia yang tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga masalah pangan digolongkan ke dalam kebutuhan primer atau kebutuhan pokok.

Tanpa mengkonsumsi makanan dan minuman dengan jumlah mutu yang cukup dalam pemenuhan hidupnya menyebabkan tidak produktifnya seorang manusia dalam melakukan atau mengerjakan aktivitas. Pada hakikatnya makanan dibutuhkan hanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup, akan tetapi dewasa ini pola konsumsi manusia semakin ragam dan pilihan cita rasa makanan menjadi salah satu faktor yang penting dalam mengkonsumsi makanan. Gaya hidup yang mendorong semakin instan dan cepat juga menuntut makanan yang penyajiannya semakin cepat dan instan.

Kemajuan teknologi yang memudahkan masyarakat dalam mengakses segala informasi baik ilmu pengetahuan, budaya dan gaya hidup dari seluruh kebutuhan hidup manusia semakin berkembang. Perubahan gaya hidup mempengaruhi tingkat pemikiran manusia dalam memilih produk yang digunakan seperti produk makanan, minuman, kosmetik dan lainnya. Masyarakat

(23)

modern sudah selektif dalam memilih makanan sehat dan segar dengan makanan olahan. Aktivitas di luar rumah membuat masyarakat cenderung menginginkan segala sesuatu yang bersifat instan. Hal tersebut juga membawa masyarakat mengkonsumsi makanan yang serba instan atau cepat. Salah satunya melahirkan konsep baru dalam proses penyediaan makanan, yang saat ini maraknya rumah makan yang menyediakan berbagai macam jenis makanan termasuk makanan cepat saji (fast food).

Makanan cepat saji merupakan makanan yang disajikan secara cepat, praktis, dan penyajiannya hanya membutuhkan waktu yang singkat. Oleh karena itu penyajiannya dan pengolahan makanan cepat saji memudahkan bagi masyarakat yang memiliki banyak kesibukan bahkan tidak ada waktu untuk memasak.

Fenomena yang terjadi saat ini padatnya aktivitas sosial menimbulkan tidak adanya waktu untuk memasak seperti mahasiswa yang disibukkan dengan aktivitas perkuliahan atau masyarakat lainnya yang sibuk dengan pekerjaannya. Hal-hal seperti ini yang mendorong seseorang mengkonsumsi makanan cepat saji. Hadirnya restoran cepat saji di kota-kota besar menyebabkan meningkatnya konsumsi makanan cepat saji menjadi kebutuhan utama yang dipilih sebagai alternatif untuk menghemat waktu. Oleh sebab itu, restoran cepat saji memerlukan suatu prosedur yang menjamin dan meyakinkan konsumen bahwa produknya layak dan aman dikonsumsi. Pemahaman seseorang diperlukan dalam memilih makanan cepat saji yang sesuai selera,

(24)

namun juga tidak berbahaya untuk dikonsumsi. Mengkonsumsi makanan cepat saji tidak membahayakan kesehatan apabila seseorang membatasi konsumsi makanan cepat saji serta memperhatikan keamanan pangannya.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 18 Tahun 2012 tentang pangan, bahwa keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, sehingga aman untuk dikonsumsi.

Keamanan pangan adalah suatu risiko yang dapat diterima dan ditolerir atas keadaan sakit, penyakit, atau cedera yang diakibatkan dari konsumsi makanan. Keamanan pangan dicapai melalui kebijakan, peraturan, standar, penelitian, rancang teknik dan teknologi, pengawasan dan pemeriksaan, dan upaya lainnya yang dapat diterapkan untuk mengurangi resiko atau pengendalian bahaya dalam rantai pasokan pangan. Ini mencakup semua makanan dan bahan makanan, dimulai dari produksi pertanian, dilanjutkan dengan panen, pengolahan, penyimpanan, penyaluran, penanganan, persiapan, dan beragam kegiatan lainnya sebelum dikonsumsi (Knechtges, 2015).

Perkembangan industri pangan saat ini sangat memperhatikan mutu dan keamanan pangan dimana merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh produsen makanan atau restoran cepat saji

(25)

agar menghasilkan produk yang aman, sehat dan halal untuk dikonsumsi. Keamanan pangan sangat berpengaruh pada kesehatan jika seseorang kurang perhatian pada keamanan pangan, bisa saja hal buruk terjadi seperti keracunan makanan dikarenakan proses penyajiannya atau pembuatannya tidak higienis, penggunaan bahan kimia atau pengawet yang mengakibatkan munculnya penyakit pada konsumen, oleh karena itu seseorang perlu memperhatikan makanan yang dikonsumsinya dan memiliki kesadaran kesehatan.

Selain itu, keamanan pangan perlu menjadi pertimbangan dalam memutuskan pembelian suatu produk makanan, karena keamanan pangan berdampak pada kesehatan. Peningkatan mutu banyak dilakukan oleh industri pangan adalah dengan menerapkan sistem HACCP ( Hazard Analysis Critical and Control Point) sebagai teknis yang mengatur penjamin mutu keamanan pangan.

Pelaksanaan sistem HACCP merupakan salah satu cara dari perusahaan atau organisasi untuk menunjukkan kemampuan dalam menjalankan prinsip keamanan pangan. Dengan adanya teknis yang mengatur penjamin mutu keamanan pangan, diharapkan organisasi atau perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan/pembeli, menghasilkan produk makanan yang terjamin keamanannya, serta mempunyai keunggulan baik kompetitif maupun komperatif dipasar global, dimana standar keamanan pangan dan kesesuaian menjadi syarat utama. Oleh sebab itu amannya suatu makanan atau keamanan pangan memiliki peran besar dan sangat berdampak bagi kesehatan seseorang.

(26)

Kesadaran kesehatan merupakan kepedulian dan perhatian untuk menjadi lebih baik dan termotivasi dalam memperbaiki, mempertahankan, menjaga kesehatan dan kualitas hidup dengan menerapkan pola hidup sehat (Michaelidou and Hassan, 2008).

Lebih jauh Michaelidou and Hassan menyatakan terdapat empat dimensi kesadaran kesehatan, yaitu kepedulian dalam kesehatan, perhatian yang tinggi bahwa asupan makanan mempengaruhi kesehatan, penghargaan pada makanan yang sehat dan alami, dan usaha memilih makanan yang sehat. Kesadaran kesehatan merupakan kesadaran konsumen mengenai kesehatan mereka yang menyebabkan kehati-hatian dalam memilih makanan yang aman (Phong, 2010). Konsep kesehatan penting untuk membantu memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang arti pentingnya kesehatan yang menyeluruh. Konsumen yang sadar akan kesehatan mereka dan termotivasi meningkatkan kesehatan serta kualitas hidup untuk mencegah penyakit dan terlibat dalam perilaku hidup sehat dan sadar dengan kesehatan (Michaelidou dan Hassan, 2008).

Oleh sebab itu tingkat kesadaran kesehatan dan perhatian pada keamanan makanan tersebut akan mempengaruhi sikap dan minat membeli makanan yang sehat (Michaelidou and Hassan, 2008;

Shaharudin et al., 2010). Bahkan secara khusus Magnuson et al.

(2001) menemukan bahwa kesadaran kepada kesehatan menjadi prediktor yang sangat kuat terhadap sikap dan minat membeli kosumen.

(27)

Keputusan pembelian merupakan suatu konsep dalam perilaku pembelian dimana konsumen memutuskan untuk bertindak atau melakukan sesuatu dan dalam hal ini melakukan pembelian ataupun memanfaatkan produk atau jasa tertentu (Balawera, 2013).

Pengambilan keputusan konsumen pada dasarnya merupakan proses pemecahan masalah. Peneliti menggunakan variabel keputusan pembelian ini karena studi tentang keputusan pembelian masih layak untuk diteliti mengingat semakin banyaknya produk yang beredar mengakibatkan perlunya berbagai pertimbangan bagi masyarakat dalam melakukan keputusan pembelian. Kebanyakan konsumen, baik konsumen individu maupun pembeli organisasi akan melalui proses mental yang hampir sama dalam memutuskan produk dan merek apa yang akan dibeli (Yulindo 2013). Keputusan pembelian konsumen dapat dilakukan apabila produk tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen, disisi lain konsumen memutuskan pembelian tidak hanya yang diinginkan atau dibutuhkan tetapi juga konsumen harus jeli dalam memperhatikan kehalalan produk terutama makanan.

Dengan adanya label halal, konsumen muslim dapat memilih dan memastikan keamanan produk mana saja yang boleh mereka konsumsi, yaitu produk yang memiliki dan mencantumkan label halal pada kemasannya. Dalam hal ini terdapat pada pasal 2 dalam fatwa MUI yang berbunyi “produsen harus mencantumkan tulisan

“halal” pada label/penandaan makanan produknya bertanggung jawab terhadap makanan tersebut bagi pemeluk Islam.Label

(28)

merupakan alat penyampaian informasi tentang produk yang tercantum pada kemasan Sedangkan kehalalan adalah sebagai parameter utama dalam proses pemilihan produk. Ketentuan untuk membuat batasan pada suatu produk untuk memasuki pasar umat Muslim, memastikan makanan yang dikonsumsi halal menjadi tanggung jawab bagi setiap Muslim untuk mempermudah mengetahui apakah produk yang dikonsumsi halal dalam kemasan maka dapat dilihat dari label halal yang tercantum pada kemasan produk tersebut, Llbel pada produk terutama produk pangan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan (Aprizawarman, 2014). Pencatuman label halal menjadi kewajiban jika produsen atau pelaku usaha telah menyatakan halal bagi umat Islam, Label halal boleh dicamtumkan jika produsen atau pelaku usaha sudah mendapatkan sertifikat halal yang diterbitkan LPPOM MUI dan khusus Provinsi Aceh ada tambahan yaitu harus mendapatkan sertifikat yang dikeluarkan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Provinsi Aceh.

Berikut nama restoran-restoran di Kota Banda Aceh yang telah memiliki label halal dan sertifikat halal:

(29)

Tabel 1.1

Restoran yang sudah memiliki Sertifikat Halal di Kota Banda Aceh Tahun 2019

Sumber: MPU Aceh, (2020)

Berdasarkan data dari MPU Provinsi Aceh tahun 2019 hanya ada 4 restoran di kota Banda Aceh yang sudah mendapatkan Sertifikat Halal dan Berlabelisasi Halal. Akan tetapi di Kota Banda Aceh masih banyak sekali ditemukan produsen atau pelaku usaha yang belum memperoleh labelisasi halal dari MPU Provinsi Aceh, salah satunya restoran cepat saji yaitu restoran Gunung Salju yang berlokasi di Jl. T. Panglima Polem No. 45 Peunayong Kec. Kuta Alam, Kota Banda Aceh. Restoran Gunung Salju tersebut memiliki banyak konsumen muslim yang menjadi pelanggannya yang saat ini tidak terlalu memperhatikan kehalalan dan label halalnya namun merasa tenang dan yakin dengan apa yang dikonsumsi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan dan Utami (2019), menunjukkan bahwa variabel kesadaran kesehatan memiliki pengaruh kecil terhadap niat beli ulang pada konsumen Pizza Hut. Hal ini terjadi karena konsumen melihat pada variabel

No Nama

Produk Merek Valid Date Mulai Berlaku

Masa Berakhir

Nama Perusahaan 1 Restoran

Hotel Rasamala

Restoran Hotel Rasamala

2019-04-29 2022-04-28 PT. Rasamala Indah 2 Restoran

Oasis Atjeh Hotel

Restoran Oasis Atjeh Hotel

2019-07-02 2022-07-01 Oasis Atjeh Hotel 3 I Am Family I Am Family 2019-10-25 2022-10-24 I Am Family 4 Restoran

Ayani Hotel

Restoran Ayani Hotel

2019-09-30 2022-09-29 PT. Ayani Family Group

(30)

lain seperti nilai yang dirasakan, keamanan pangan dan harga dalam hal niat beli ulang mereka pada produk Pizza Hut. Juga penelitian yang dilakukan oleh Lismanizar dan Utami (2018), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keamanan pangan, kesadaran kesehatan, nilai yang dirasakan dan harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli pada produk KFC. Dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan, terdapat hasil penelitian yang tidak konsistensi serta masih sedikitnya penelitian mengenai pengaruh makanan dan kesadaran kesehatan pada konsumen di Banda Aceh.

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian denagn judul “Pengaruh Keamanan Pangan dan Kesadaran Kesehatan terhadap Keputusan Pembelian Melalui Labelisasi Halal Pada Konsumen Restoran Cepat Saji di Banda Aceh”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah keamanan pangan berpengaruh terhadap labelisasi halal?

2. Apakah kesadaran kesehatan berpengaruh terhadap labelisasi halal?

3. Apakah labelisasi halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian?

(31)

4. Apakah keamanan pangan berpengaruh terhadap keputusan pembelian?

5. Apakah kesadaran kesehatan berpengaruh terhadap keputusan pembelian?

6. Apakah keamanan pangan berpengaruh terhadap keputusan pembelian melalui labelisasi halal?

7. Apakah kesadaran kesehatan berpengaruh terhadap keputusan pembelian melalui labelisasi halal?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, diperoleh beberapa tujuan penelitian, antara lain:

1. Untuk mengetahui pengaruh keamanan pangan terhadap labelisasi halal.

2. untuk mengetahui pengaruh Kesadaran Kesehatan Terhadap Labelisasi Halal.

3. untuk mengetahui Labelisasi Halal Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian.

4. untuk mengetahui Keamanan Pangan Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian.

5. untuk mengetahui Kesadaran Kesehatan Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian.

6. untuk mengetahui Keamanan Pangan Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian melalui Labelisasi Halal.

7. untuk mengetahui Kesadaran Kesehatan Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian melalui Labelisasi Halal.

(32)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi guna menambah pengetahuan bagi para Akademisi dan ilmu pengetahuan yang ingin meneliti masalah ini dengan memasukkan variabel-variabel lain serta menambah pengetahuan dibidang ekonomi khususnya prilaku konsumen serta dapat menjadi bahan rujukan dalam penelitian yang lebih lanjut.

2. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pelatihan intelektual untuk meningkatkan kompetensi keilmuan yang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajari dalam melakukan penganalisaan tentang perilaku konsumen, khususnya mengenai keputusan pembelian.

1.5. Sistematika Penulisan

Penelitian ini di susun dalam lima bab pembahasan sebagai acuan dalam berfikir secara sistematis, adapun rancangan sistematika pembahasan skripsi ini adalah:

BAB I : Merupakan pendahuluan yang merupakan gambaran umum isi penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.

(33)

BAB II : Merupakan Landasan Teori yang berisi tentang serangkaian teori dan konseyang terkait dengan penelitian, temuan penelitian terkait, model penelitian atau kerangka berfikir serta pengembangan hipotesis.

BAB III : Merupakan Metode penelitian yang berisi tentang penjelasan mengenairencana dan prosedur penelitian yang dilakukan penulis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan serta menguji hipotesis yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Dimana terdiri daripenjelasan tentang jenis penelitian, data dan teknik pemerolehannya, teknik pengumpulan data, skala pengukuran, uji validitas dan realibilitas, variabel penelitian, metode analisis data dan pengujian hipotesis.

BAB IV : Merupakan hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang deskripsi objek penelitian, hasil analisi serta pembahasan secara mendalam tentang hasil dan menjelaskan implikasinya.

BAB V : Merupakan penutup merupakan penutup dari pembahasan skripsi yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

1.6. Batasan Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti membatasi masalah atau ruang lingkup penelitian yaitu hanya mencakup keputusan

(34)

pembelian dengan labelisasi halal sebagai variabel intervening pada Restoran Gunung Salju.

(35)

14

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Keputusan Pembelian

2.1.1. Pengertian Keputusan Pembelian

Jual beli tidak terlepas dari aktivitas kehidupan manusia.

Sebelum melakukan pembelian, biasanya seseorang akan melakukan keputusan pembelian terhadap sesuatu yang hendak dibeli. Pengambilan keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh perilaku konsumen. Proses tersebut sebenarnya merupakan proses pemecahan masalah dalam rangka memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen (Sangadji & Sopiah, 2013 : 332). Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Pengertian keputusan pembelian menurut Peter dan Olson (2000), keputusan pembelian adalah proses mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya.

Setiadi (2003), menuturkan pengambilan keputusan yang diambil oleh konsumen dapat disebut sebagai pemecahan masalah.

Dalam proses pengambilan keputusan, konsumen memiliki sasaran atau perilaku mana yang ingin dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut. Dengan demikian hal ini dapat membantu memecahkan masalahnya. Selanjutnya dijelaskan pemecahan masalah

(36)

merupakan suatu aliran timbal balik yang berkesinambungan diantara faktor lingkungan, proses kognitif dan afektif serta tindakan perilaku. Pada tahap pertama merupakan pemahaman adanya masalah. Selanjutnya terjadi evaluasi terhadap alternatif yang ada dan tindakan yang paling sesuai dipilih. Pada tahap selanjutnya, pembelian dinyatakan dalam tindakan yang pada akhirnya barang yang telah dipilih atau ditunjuk akan digunakan dan konsumen akan melakukan evaluasi ulang mengenai keputusan yang telah diambilnya.

Pranoto (2008), juga menjelaskan perilaku pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian produk atau jasa diawali dengan adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan atau keinginan dan menyadari adanya masalah selanjutnya, makakonsumen akan melakukan beberapa tahap yang pada akhirnya sampai pada tahap evaluasi pasca pembelian.

2.1.2. Tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian

Proses keputusan pembelian yang spesifik menurut Kotler dan Armstrong (2008) terdiri dari urutan kejadian berikut:

pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian.

Secara rinci tahap-tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pengenalan masalah, yaitu konsumen menyadari akan adanya kebutuhan. Konsumen menyadari adanya

(37)

perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang di harapkan.

2. Pencarian informasi, yaitu konsumen ingin mencari lebih banyak konsumen yang mungkin hanya memperbesar perhatian atau melakukan pencarian informasi secara aktif.

3. Evaluasi alternatif, yaitu mempelajari dan mengevaluasi alternatif yang diperoleh melalui pencarian informasi untuk mendapatkan alternatifpilihan terbaik yang akan digunakan untuk melakukan keputusan pembelian.

4. Keputusan membeli, yaitu melakukan keputusan untuk melakukan pembelian yang telah diperoleh dari evaluasi alternatif terhadap merek yang akan dipilih.

5. Perilaku sesudah pembelian, yaitu keadaan dimana sesudah pembelian terhadap suatu produk atau jasa maka konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan.

Philip Kotler (2005), J.w. Stanton (1993) yang menyebutkan bahwa ada beberapa proses yang dilakukan dalam rangka tindakan pembelian yaitu: mengenali atau pemahaman adanya kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, tindakan pembelian dan perilaku pasca pembelian (Effendi, 2016:292).

(38)

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen

Kotler (2005) dalam Apriyanti (2011) perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh sikap konsumen terhadap produk, apabila sikapnya positif maka konsumen akan melakukan pembelian terhadap produk yang merknya diminati.

Suardika dkk (2014) menjelaskan bahwa beberapa faktor yang berperan dalam pemilihan produk pangan adalah persepsi dan sikap terhadap atribut produk dan harapan kualitas sesungguhnya yang diperoleh sebelum dan setelah pembelian dan konsumsi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Kotler, 2005) yang terkait penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor psikologis 2. Keputusan pembelian 3. Perilaku pasca pembelian

Proses pembelian konsumen dapat dipengaruhi oleh keadaan , waktu , dan lokasi . Selain itu, faktor yang dapat berpengaruh terhadap situasional proses pembelian konsumen terdiri atas lima kategori yaitu yang pertama adalah sekitar seperti fisik, lokasi, menyimpan ambience, atau cuaca. Kedua adalah sifat dan sekitarnya seperti sosial interaksi dengan orang lain. Dimensi ketiga adalah waktu. Waktu bermain peran penting sebagai pembeli menganggap daya tahan produk produk menggunakan atau frekuensi. Sebagainya menjadi alasan mengapa konsumen membeli

(39)

produk tertentu. Konsumen yang terakhir kondisi atau perasaan mungkin berimbas pada proses keputusan konsumen membeli (Sagala dkk, 2014).

2.1.4. Keputusan Pembelian Dalam Islam

Proses pengambilan keputusan dalam Islam diterangkan dalam beberapa ayat yang bersifat umum, artinya dapat diterapkan dalam segala aktifitas. Konsep pengambilan keputusan dalam Islam lebih ditekankan pada sifat adil dan berhati-hati terhadap informasi seperti yang dijelaskan dalam Al-qur‟an:





































Artinya: “Hai orang orang yang beriman jika datang kepadamu yang fasik membawa satu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaan yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu” (Q.S: Al-Hujarat [49]:6).

Q.S Al- Hujarat (46) ayat 6 secara eksplisit menjelaskan bagaimana dengannya berbicara tentang seharusnya seseorang merespons suatu berita. Dalam, hal ini, Ibn Katsir, Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, serta Quraish Shihab menyebutkan beberapa musafir saja, menjelaskan tentang penafsirannya akan Q.S Al-Hujarat (49) ayat 6. Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya al- Quran al-Adzim, menjelaskan agar seseorang janganlah percaya dengan segala bentuk berita apalagi itu berasal dari kaum fasik.

(40)

Karena dikhawatirkan orang yang mendengar kabar tersebut menjadi terprovokasi ataupun terhasut terkait berita yang disebarkan.

Dan juga ayat diatas menjelaskan bahwa sebagai umat muslim hendaknya berhati-hati dalam menerima berita atau informasi. Ayat ini dapat disandarkan dengan sikap kehati-hatian umat Islam dalam mengambil keputusan untuk mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk.

2.1.5. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam Menurut Munrokhim Misanam (2004), Perilaku konsumen muslim dipengaruhi oleh Masalah berkah/keberkatan, prinsip utama sistem ekonomi Islam dalam menyikapi permasalahan tentang perilaku konsumen, termasuk konsumsi didalamnyaGaya hidup hemat dan tidak bermewah-mewah (abstain from wasteful and lixurius living), yang dimaksud hidup hemat disini yakni tindakan ekonomi diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan bukan untuk pemuasan keinginan. Seperti yang dijelaskan dalam al-Quran:

























Artinya : “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian”. (Q.S : Al-Furqan : [25] : 67)

(41)

Dari ayat diatas nenurut tafsir Ibnu Katsir dalam ayat tersebut mengartikan bahwasanya hamba-hamba yang mukmin itu jika membelanjakan hartanya, mereka tidak berlaku mubadzir dan boros untuk menonjolkan kekayaannya dan tidak pula berlaku kikir dan bakhil dikarenakan cinta sayangnya sangat kepada harta kekayaannya. Tidak berlebih lebihan dan tidak pula menahan diri.

Serta hendaklah hidup di antara keduanya (moderat). Selain itu ayat tersebut selanjutnya membenarkan perkataan Rasul mengenai dosa besar yakni berlaku syirik, membunuh jiwa yang diharamkan dan berzina.

Sekilas dapat disimpulkan menurut tafsir Ibnu Katsir dari ayat di atas, dapat dilihat bahwa larangan untuk berlebih-lebihan dalam hal membelanjakan harta (dilarang berperilaku boros) ketika membeli sesuatu yang sangat disenangi, dan juga larangan untuk bersifat kikir yakni sikap tidak mau mengeluarkan harta yang semestinya harus dikeluarkan, baik untuk dirinya, untuk kepentingan agama maupun untuk orang lain dan masyarakat, perintah untuk hidup moderat atau berada di pertengahan.

Menjalankan usaha-usaha yang halal (permissible conduct), jauh dari riba, maisir dan gharar baik dalam proses maupun outputnya. Dalam konsumsi Islam memposisikan sebagai bagian dari aktifitas ekonomi yang bertujuan untuk mendapatkan falah.

Motif berkonsumsi dalam Islam pada dasarnya maslahah atas kebutuhan dan kewajiban (Kurniati, 2016).

(42)

2.1.6 Indikator Keputusan Pembelian

Menurut Kotler dan Keller (2013) ada Sembilan indikator keputusan pembelian, yaitu:

1. Kemantapan 2. Kebiasaan

3. Memberikan rekomendasi 4. Melahirkan pembelian ulang 5. Pengenalan Kebutuhan 6. Pencarian informasi 7. Evaluasi alternatif 8. Keputusan Membeli

9. Tingkah Laku Pasca Pembelian 2.2 Keamanan Pangan (Food Safety)

Menurut UU RI nomor 18 tahun 2012, tentang pangan, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati berupa produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makana atau minuman. Pangan merupakan kebutuhan dasar yang permintaannya terus meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan kualitas hidup.

(43)

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Smith (2008) mendefinisikan keamanan pangan sebagai kondisi dan upaya mempertahankan kualitas sebuah makanan yang mencegah kontaminasi dan foodborne desease. Makanan dapat terkontaminasi pada setiap tahap alur makanan dari pertanian sampai ke meja.

Sumber kontaminasi dapat berasal dari tanah, air, tumbuhan, hewan, dan manusia. Oleh sebab itu pencegahan dan pengendalian harus diawali dari makanan tersebut diterima sampaii makanan tersebut disajikan.

Keamanan pangan merupakan keprihatinan konsumen dengan memakan yang dihasilkan dari semprotan bahan kimia, pupuk, dan pengawet (Wallace, Ruth, & Joe:2005). Anwar, F (2004) mendefinisikan pangan yang tidak aman dapat menyebabkan penyakit yang disebut dengan foodborne diseases yaitu gejala penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi pangan yang mengandung bahan /senyawa beracun atau atau organisme patogen. Saleh et al., (2010) Keamanan pangan menjadi perimbangan yang paling penting ketika membuat keputusan pembelian.

Sajogjo Goenardi, dkk, (1993) menyatakan ada dua masalah utama yang menyebabkan rendahnya keamanan pangan tersebut yaitu pelaksanaan kebersihan dan sanitasi yang masih sangat kurang dan penggunaan bahan berbahaya yang sebetulnya tidak

(44)

boleh untuk pangan. Hal yang terakhir biasanya dilakukan oleh industri rumah tangga karena faktor ketidaktahuan dan biayanya lebih murah. Oleh karena itu, perlu dibentuk jaringan komunikasi keamanan pangan untuk memberikan penyuluhan terhadap masalah ini. Renee, (2008) Keamanan pangan mengacu pada kondisi dan praktik yang menjaga kualitas makanan untuk mencegah kontaminasi dan penyakit bawaan makanan.dapat disimpulkan dari teori diatas menunjukkan bahwa kurangnya pemahaman dan pengetahuan produsen dalam mengolah produk pangan dengan menggunakan bahan berbahaya guna menghemat cost produksi tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan konsumen.

2.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keamanan Pangan Menurut Anwar (2004), pangan yang tidak aman dapat menyebabkan penyakit yang disebut dengan foodborne diseases yaitu gejala penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi pangan yang mengandung bahan/senyawa beracun atau organisme patogen.

Penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh pangan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok utama, yaitu infeksi dan intoksikasi. Istilah infeksi digunakan bila setelah mengkonsumsi pangan atau minuman yang mengandung bakteri patogen, timbul gejala-gejala penyakit. Beberapa faktor yang menyebabkan makanan menjadi tidak aman adalah :

(45)

1. Kontaminasi Kontaminasi adalah masuknya zat asing ke dalam makananyang tidakdikehendaki atau diinginkan.

Kontaminasi dikelompokkan ke dalam empat macam, yaitu : a. Kontaminasi mikroba seperti bakteri, jamur, cendawan.

b. Kontaminasi fisik seperti rambut, debu, tanah, serangga dan kotoran lainnya.

c. Kontaminasi kimia seperti pupuk, pestisida, merkuri, arsen, cyianida dan sebagainya.

d. Kontaminasi radioaktif seperti radiasi, sinar alfa, sinar gamma, radio aktif, sinar cosmis dan sebagainya.

Terjadinya kontaminasi dapat dibagi dalam tiga cara, yaitu:

 Kontaminasi langsung yaitu adanya bahan pencemar yang masuk ke dalam makanan secara langsung karena ketidaktahuan atau kelalaian baik disengaja maupun tidak disengaja.

 Kontaminasi silang yaitu kontaminasi yang terjadi secara tidak langsung sebagai akibat ketidaktahuan dalam pengolahan makanan.

 Kontaminasi ulang (recontamination) yaitu kontaminasi yang terjadi terhadap makanan yang telah dimasak sempurna

1. Keracunan Menurut Dirjen PPM dan PL (2000), Keracunan adalah timbulnya gejala klinis suatu penyakit atau gangguan kesehatan lainnya akibat mengkonsumsi makanan yang tidak hygienis. Makanan yang menjadi

(46)

penyebab keracunan umumnya telah tercemar oleh unsur- unsur fisika, mikroba atau kimia dalam dosis yang membahayakan. Kondisi tersebut dikarenakan pengelolaan makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan atau tidak memperhatikan kaidahkaidah hygiene dan sanitasi makanan.

Keracunan makanan adalah keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu zat atau makanan ke dalam tubuh melalui mulut yang mengakibatkan bahaya bagi tubuh. Keracunan makanan adalah suatu penyakit yang terjadi setelah menyantap makanan yang mengandung racun, berasal dari bahan beracun yang terbentuk akibat pembusukan makanan dan bakteri. Keracunan dapat terjadi karena (Junaidi, 2011):

a. Bahan makanan alami, yaitu makanan yang secara alami telah mengandung racun seperti jamur beracun, ikan, buntel, ketela hijau, umbi gadung atau umbi racun lainnya.

b. Infeksi mikroba, yaitu bakteri pada makanan yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlahbesar (infektif) dan menimbulkan penyakit seperti cholera, diare, disentri.

c. Racun/toksin, mikroba yaitu racun atau toksin yang dihasilkan oleh mikroba dalammakanan yang masuk ke

(47)

dalam tubuh dalam jumlah membahayakan (lethal dose).

d. Zat kimia, yaitu bahan berbahaya dalam makanan yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah membahayakan.

e. Alergi, yaitu bahan allergen di dalam makanan yang dapat menimbulkan reaksi sensitif kepada orang-orang yang rentan.

2.2.2. Indikator Keamanan Pangan

HACCP (hazard analysis critical control point) adalah sistem manajemen keamanan pangan yang didesain untuk identifikasi dan mencegah microba dan bahaya lainnya dalam proses produksi makanan dan keseluruhan rantai makanan. haccp meliputi tahapan pendesainan untuk mencegah masalah sebelum masalah itu terjadi dan untuk mengoreksi penyimpanan secara sistematis dengan cepat dapat mendeteksi masalah yang ada. haccp memungkinkan produsen, pengolah, distributor, eksportir dari produk pangan untuk menggunakan sumber daya teknik secara efisien dan dalam hal biaya yang efektif dalam jaminan keamanan pangan (Anonim: 2005).

Indikator untuk mengukur keamanan pangan dengan menerapkan sistem HACCP (hazard analysis critical control point) menurut Bryan (1992) adalah sebagai berikut :

1. Penerimaan makanan (receipt of food).

2. Proses memasak(cooking).

(48)

3. Persiapan dan penyajian (preparation and serving).

4. Penawaran/pembelian (supply/purchase).

Menurut Codex Alimentarius Commission / FAO / WHO / HACCP,(2012) mengemukakan bahwa ada empat indikator kesadaran kesehatan, yaitu:

1. Identifikasi Bahaya.

2. Penilaian bahaya.

3. Kontrol Bahaya

2.3. Kesadaran Kesehatan (Health Consciousness)

Kesadaran kesehatan adalah suatu kepedulian dan perhatian untuk menjadi lebih baik dan termotivasi dalam memperbaiki, mempertahankan, menjaga kesehatan dan kualitas hidup dengan menerapkan pola hidup sehat (Michaelidou and Hassan, 2008).

Lebih jauh Michaelidou and Hassan menyatakan terdapat empat dimensi kesadaran kesehatan, yaitu kepedulian dalam kesehatan, perhatian yang tinggi bahwa asupan makanan mempengaruhi kesehatan, penghargaan pada makanan yang sehat dan alami, dan usaha memilih makanan yang sehat.

Menurut Yang., et al (2014:14), kesadaran akan kesehatan diartikan sebagai suatu sikap dimana orang-orang menyadari pentingnya kesehatan dalam makanan dan gaya hidup mereka.

Hong menyatakan bahwa kesadaran kesehatan adalah kesadaran berdasarkan persepsi kesehatan sebagai individu, dengan tanggung jawab dan motivasi agar menjadi sehat (Hong, 2011).

(49)

Kesadaran Kesehatan menyangkut penilaian kesiapan untuk melakukan tindakan kesehatan (Becker, Kirscht, Haefner, &

Drachman, 1977). Konsumen kini lebih sadar pada nutrisi yang terkandung dalam makanan, makanan yang sehat, dan kualitas dari makanan yang mereka konsumsi, kemudian kesehatan menjadi kriteria yang penting ketika membeli produk makanan Magnusson, et al., (2001), dan Wandel dan Bugge, (1997).

Konsep kesehatan sangat penting untuk membantu memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang arti betapa pentingnya kesehatan yang menyeluruh. Kesadaran kesehatan adalah suatu kepedulian dan perhatian untuk menjadi lebih baik dan termotivasi untuk memperbaiki, mempertahankan, menjaga kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup dengan menerapkan pola hidup sehat (Michaelidou and Hassan: 2008).

Kesadaran kesehatan mengacu pada tingkat dimana perhatian akan kesehatan terintegrasi ke dalam aktivitas seharihari seseorang (Jayanti dan Burns, 1998:10).

Kesadaran kesehatan dianggap sebagai niat atau motivasi subjektif untuk meningkatkan kesehatan individu. Apabila dikaitkan dengan koteks makanan organik dapat disimpulkan bahwa sikap positif terhadap makanan organik oleh konsumen berasal dari keyakinan bahwa makanan organik baik untuk kesehatan, dengan demikian mereka dapat mengkonsumsi tanpa ada rasa takut dan khawatir (Suh et al., 2012:55).

(50)

Iversen & Kraft (2006) mengatakan bahwa kesadaran kesehatan mengacu pada bagaimana individu memperhatikan kesehatannya. Konsumen yang sadar akan kesehatan adalah orang yang lebih memilih melakukan sesuatu untuk kesehatan yang lebih baik bersama dengan tindakan hidup sehat seperti mengonsumsi makanan sehat. Dapat disimpulkan kesadaran kesehatan perhatian pada makanan yang dikonsumsi oleh konsumen, kesadaran kesehatan yang tinggi membuat konsumen lebih berhati-hati dalam memilih makanan yang dikonsumsinya disebabkan hal yang paling utama yang harus dijaga oleh konsumen adalah kesehatan, karena tanpa kesehatan yang baik maka tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari.

2.3.1. Indikator Kesadaran Kesehatan

Michaelidou dan Hassan (2008) mengemukakan bahwa ada empat indikator kesadaran kesehatan, yaitu:

1. Kepedulian akan kesehatan.

2. Perhatian yang tinggi bahwa asupan makanan mempengaruhi kesehatan.

3. Penghargaan pada makanan yang sehat.

4. Usaha dalam memilih makanan yang sehat.

Dutta-Bergman (2004) menyebutkan ada empat indikator kesadaran kesehatan, yaitu:

1. Integrasi perilaku kesehatan.

2. Pencarian dan penggunaan informasi kesehatan.

(51)

3. Tanggung jawab pribadi.

4. Motivasi kesehatan.

2.4. Labelisasi Halal

2.4.1. Pengertian Labelisasi Halal

Labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud berstatus sebagai produk halal, di Indonesia lembaga yang diberi wewenang oleh Pemerintah dalam proses sertifikasi halal adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI). Labelisasi halal mempunyai tujuan untuk memenuhi tuntutan pasar (konsumen) secara universal. Maka apabila tuntutan itu bisa terpenuhi, secara ekonomi para pebisnis Indonesia akan mampu menjadi tuan rumah dari segi produk yang di pasarkan,tujuan lain yang sangat mendasar adalah melindungi akidah para konsumen terutama yang beragama Islam Wibowo dan Mandusari (2018).

Labelisasi halal menurut Sam et al (2009:84) adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud berstatus sebagai produk halal.

Menurut Stanton dalam Suryani (2008), label adalah bagian sebuah produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau tentang penjualnya. Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan atau pula etiket (tanda pengenal) yang dicantumkan pada produk. Label dibagi kedalam 3 klasifikasi yaitu: 1. Brand label,

(52)

yaitu merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan pada kemasan. 2. Descriptive label, yaitu label yang memberikan informasi objektif mengenai penggunaan, konstruksi/pembuatan, perhatian/perawatan dan kinerja produk, serta karakteristik- karakteristik lainnya yang berhubungan dengan produk. 3. Grade label, yaitu label yang mengidentifikasikan penilaian kualitas produk dengan suatu huruf, angka atau kata. Misalnya buah-buahan dalam kaleng diberi label kualitas A, B dan C.

Menurut Stanton, J.W. (2004) Label merupakan bagian sebuah produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau tentang penjualnya. Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasasan atau pula etiket (tanda pengenal) yang dicantumkan pada produk. Label terbagi kedalam tiga klasifikasi yaitu : Brand label, Describtive label, Grade label. menurut Latiff et.al.,(2015) label makanan halal terdiri dari tiga (3) bagian yaitu : a. Terdapat logo halal, b. Terdapat label komposisi c. Terdapat label kandungan nutrisi. Menurut Sukesti, F. dan Mamdukh B., (2014) labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud bersetatus sebagai produk halal. Label pada kemasan hanya sekedar menginformasikan tentang logo dan komposisi sebuah produk, tetapi berbeda pada label lahal, label halal tidak hanya sekedar menginformasikan logo tetapi juga kopisisi atau bahan yang terkandung didalamnya sudah terjamin kehalalannya.

(53)

Kotler (2008) menyatakan bahwa label memiliki 3 fungsi utama yaitu: 1. Mengindentifikasi produk atau merek 2.

Menentukan kelas produk 3. Menjelaskan produk yaitu siapa pembuatnya, kapan, dimana dan apa isinya.

Untuk mendapat mendapatkan label halal dari MUI, ada 11 kriteria yang harus dimiliki oleh suatu produk yaitu ( Kumparan Bisnis, 2017)

1. Perusahaan memiliki kebijakan halal.

2. Tim manajemen pengelola kebijakan halal.

3. Melakukan pelatihan dan pendidikan mengenai konsep halal.

4. Memiliki kriteria bahan halal dan non halal.

5. Mengetahui kriteria produk yang bisa dan tidak bisa disertifikasi.

6. Memiliki fasilitas yang bebas dari hal yang mencemari kehalalan.

7. Memiliki kreteria prosedur tertulis untuk aktivitas produksi dalam keadaan kritis.

8. Memiliki sistem keterlurusan. Atrinya, bahan dasar produk yang dihasilkan bisa ditelusuri kehalalannya.

9. Prosedur menangani produk yang tidak halal.

10. Memiliki tim audit internal untuk melakukan evaluasi minimal enam bulan sekali.

11. Memiliki tinjauan manajemen atau manajemen riview.

(54)

Dalam ayat Al-quran, Allah secara tegas memerintahkan umatnya dalam mengonsumsi makanan yang halal yang dijelaskan pada Q.S Al-Baqarah: 168 :



































Artinya : “Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”(Q.S Al-Baqarah [2]:

168).

2.4.4. Logo Halal

Pemberian sertifikat halal MUI pada produk pangan, obat- obatan dan kosmetika bertujuan untuk melindungi konsumen muslim terhadap produk yang tidak halal. Sertifikat halal merupakan hak konsumen muslim atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.

Sumber : www.halalmui.org (2020).

Gambar 2.1 Logo Halal MUI

Gambar

Gambar 2.1   Logo Halal MUI
Tabel 2.1  Penelitian Terkait  No  Nama & Judul
Tabel 2.1 Lanjutan
Tabel 2.1 Lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persamaan linear yang didapatkan dari setiap kurva digunakan untuk menentukan IC 50. Hasil penentuan IC 50 disajikan dalam Tabel 4. Berdasarkan data pada Tabel 5, besarnya

islami dan melatih pribadi siswa untuk giat mengerjakan kewajibannya sebagai seorang muslim yang taat. Alur dari modeling dimulai dari memaparkan dari sebuah cerita

Hasil penelitian asosiasi pedagang buku bekas lapangan merdeka menunjukan para pedagang dari asosiasi P2BLM sangat terbebani dengan adanya kebijakan pembangunan yang

Perhitungan pajak penghasilan pasal 21 atas penghasilan pegawai pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Manado, dilakukan dengan menggunakan bantuan

Chair, Department of Social Work College of Health Professions Governors State University Masters of Social Work Program University Park, IL 60466 g-outlaw@govst.edu

siklus pengaturan lingkungan, penegakan hukum lingkungan berada dalam suatu sistem yang terdiri dari beberapa unsur didalamnya yang secara dinamis terbentuk menjadi satu kesatuan

Penelitian dilaksanakan dengan tujuan menghitung kekuatan tarik maksimum (tensile strength) sambungan las dan logam las material aluminium 5083 dengan menggunakan

Selain itu, fenomena jerebu rentas sempadan pada tahun 2013 menyebabkan kemerosotan kualiti udara dengan bacaan tertinggi PM 10 di Pasir Gudang sebanyak 459 µg/m 3 berbanding