KAJIAN SENSE OF PLACE TERHADAP PARIWISATA HERITAGE PADA KAWASAN ISTANA MAIMUN, MEDAN
TESIS
OLEH
SUCI ANANDA PUTERI TARIGAN 187020010/ AR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2020
KAJIAN SENSE OF PLACE TERHADAP PARIWISATA HERITAGE PADA KAWASAN ISTANA MAIMUN, MEDAN
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Teknik Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
OLEH
SUCI ANANDA PUTERI TARIGAN 187020010/ AR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2020
PERNYATAAN
KAJIAN SENSE OF PLACE TERHADAP PARIWISATA HERITAGE PADA KAWASAN ISTANA MAIMUN, MEDAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, September 2020
(Suci Ananda Puteri Tarigan)
PARIWISATA HERITAGE PADA KAWASAN ISTANA MAIMUN, MEDAN NAMA MAHASISWA : SUCI ANANDA PUTERI TARIGAN NOMOR POKOK : 187020010
PROGRAM STUDI : TEKNIK ARSITEKTUR BIDANG KEKHUSUSAN :
MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA
Telah Di Uji Pada : 28 September 2020
Panitia Penguji Tesis
Ketua Komisi Penguji : Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD, IPM Anggota Komisi Penguji : 1. Amy Marisa, ST, M.Sc, Ph.D
2. Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia M.Sc, PhD, IPM 3. Beny O.Y Marpaung, ST, MT, PhD, IPM 4. Dr. Imam Faisal Pane, ST, MT, IPM
ABSTRAK
Salah satu sektor yang memberikan kontribusi untuk meningkatkan perekonomian adalah pariwisata. Di zaman modern ini, pariwisata telah banyak diterapkan dan berkembang. Keberhasilan Pariwisata heritage, membutuhkan kontribusi dari wisatawan dan masyarakat setempat pada lokasi wisata. Untuk mendukung keberhasilan pariwisata heritage, maka dibutuhkan sense of place pada wisatawan dan masyarakat setempat. Salah satu tujuan wisata yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi pariwisata heritage dengan menerapkan sense of place adalah Istana Maimun, Medan. Istana Maimun merupakan kawasan heritage yang berada di kota Medan yang memiliki daya tarik tersendiri.
Adapun yang dikaji dalam penelitian ini adalah elemen-elemen sense of place yaitu makna simbolis dan persepsi. Dengan melakukan pengkajian terhadap makna simbolis dan persepsi, maka pariwisata heritage pada kawasan Istana Maimun akan meningkat. Meningkatnya pariwisata heritage pada kawasan Istana Maimun, maka kualitas dan perekonomian masyarakat setempat akan mengalami peningkatan pula.
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif dengan melakukan observasi, survey lapangan, penyebaran kuesioner dan wawancara terhadap responden. Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi stakeholders dan menjadi acuan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian serupa.
Kata kunci : sense of place, wisata heritage, istana maimun
One sector that contributes to improving the economy is tourism. In these modern times, tourism has been widely applied and developed. The success of tourism heritage requires contributions from tourists and local communities at tourist sites. To support the success of tourism heritage, it takes the sense of place on tourists and local people.
One of the potential tourism destinations to be developed into heritage tourism by applying the sense of place is Maimun Palace, Medan. Istana Maimun is a heritage area in the city of Medan that has its own charm. The condition of Istana Maimun is now growing the sense of place on tourists and local people.
As for the study in this research are elements of sense of place namely symbolic meaning, perception and attachment. By reviewing the elements, the tourism heritage of the Maimun Palace area will increase. The increasing tourism of heritage in the area of Maimun Palace, the quality and economy of the local people will increase also.
The methods used for this study are qualitative and quantitative methods by conducting observations, field surveys, dissemination of questionnaires and interviews to respondents. The results of this research is expected to be used as an evaluation for stakeholders and a reference for other researchers to conduct similar research.
Keyword : sense of place, heritage tourism, maimun palace
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Dengan mengucapkan, puji dan syukur penulis panjatkan atas rahmat, hidayah dan karunia Allah SWT dan sholawat serta salam kepada Rasullullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tesis ini yang berjudul “Kajian Sense of Place Terhadap Kawasan Istana Maimun, Medan” dengan baik. Tesis ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik dalam bidang kekhususan Manajemen Pembangunan Kota, Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara.
Selama penyusunan tugas akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa telah mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, dorongan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD, IPM, selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Arsitektur sekaligus Dosen Pembimbing I dan Amy Marisa, ST, M.Sc, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing II, atas segala bimbingan, kesempatan dan ide serta masukan-masukan dalam penyusunan dan pembuatan tesis ini. Serta ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh Bapak/Ibu Dosen dan civitas akademika di lingkungan Program Studi Magister Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah berkenan memberikan pembekalan berbagai disiplin ilmu arsitektur, khususnya bidang Manajemen Pembangunan Kota.
Penghormatan yang setinggi-tingginya dan penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada ayahanda Ir. Ahmad Effendi Tarigan, ibunda Aisyah Sofyan, dan
segenap keluarga penulis yang telah memberikan motivasi, bantuan material maupun non material, serta kasih sayang dan dukungan kepada penulis. Terima kasih kepada seluruh teman–teman di Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara khususnya jurusan Manajemen Pembangunan Kota, dan seluruh kerabat yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas segala do’a, bantuan dan motivasi yang telah kalian berikan.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan proposal penelitian ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan proposal penelitian ini. Penulis berharap proposal penelitian ini dapat diterima dan menjadi landasan peneliti dalam melakukan penelitian tesis.
Medan, September 2020 Penulis,
Suci Ananda Puteri Tarigan
Nim 187020010/AR
RIWAYAT HIDUP
Identitas
Nama : Suci Ananda Puteri Tarigan Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 24 Februari 1995 Status Perkawinan : Belum Menikah
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat
Riwayat Pendidikan
: Jl. Puri, Medan Area No. 199 Medan
2000-2006 : Sekolah Dasar Kartini Medan 2006-2009 : SMP Swasta Al-Ulum Medan 2009-2012 : SMA Swasta Al-Ulum Medan
2012-2017 : Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Pengalaman Pekerjaan
2018 : Freelance Ilustrator
Halaman
ABSTRAK………. i
ABSTRACT……….... ii
KATA PENGANTAR………... iii
RIWAYAT HIDUP………... iv
DAFTAR ISI ………. vi
DAFTAR GAMBAR ……… x
DAFTAR TABEL……….. xii
BAB I PENDAHULUAN………... 1
1.1 Latar Belakang……… 1
1.2 Perumusan Masalah……… 5
1.3 Tujuan Penelitian……… 5
1.4 Batasan Masalah………. 5
1.5 Manfaat Penelitian……….. 5
1.6 Kerangka Berfikir………... 6
1.7 Sistematika Penulisan………... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 9
2.1 PenelitianTerdahulu……… 9
2.2 Sense of Place……….. 12
2.2.1 Persepsi………... 18
2.2.2 Makna Simbolis………..………... 20
2.3 Pariwisata Heritage………...………... 22
2.3.1 Pariwisata Heritage Tangible.………. 24
2.3.2 Pariwisata Heritage Itangible.………. 24
2.4 Sense of Place terhadap Pariwisata Heritage………. 25
2.4.1 Persepsi terhadap Pariwisata Heritage………... 26
2.4.2 Makna Simbolis pada Pariwisata Heritage….... 27
2.5 Kesimpulan………. 27
BAB III METODOLOGI………. 29
3.1 Jenis Penelitian……… 29
3.2 Variabel dan Indikator Penelitian………... 29
3.3 Populasi dan Sampel………... 31
3.4 Metode Pengumpulan Data………. 34
3.4.1 Data Primer……… 34
3.4.2 Data Sekunder………. 41
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas……….. 41
3.5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Masyarakat Lokal………... 41 3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Wisatawan... 43
3.6 Metode Analisa Data………... 44
BAB IV KAWASAN PENELITIAN………... 47
4.1 Kawasan Kota Medan………. 47
4.2 Lokasi Penelitian……… 49
4.3.1 Sejarah Istana Maimun……… 50
4.3.2 Arsitektur Istana Maimun………... 51
4.3.3 Kondisi Istana Maimun Sekarang…………... 52
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 58
5.1 Kajian Elemen Sense of Place terhadap Pariwisata Heritage pada Kawasan Istana Maimun………. 58
5.2 Kajian Elemen Persepsi terhadap Pariwisata Heritage pada Kawasan Istana Maimun………. 58
5.2.1 Sikap……… 58
5.2.2 Pengalaman………. 66
5.3 Kajian Elemen Makna Simbolis terhadap Pariwisata Heritage pada Kawasan Istana Maimun………. 73 5.3.1 Sejarah………... 73
5.3.2 Kondisi Fisik………... 76
5.3.3 Identitas………... 82
5.4 Penemuan Penelitian………... 86
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……….. 80
6.1 Kesimpulan………..……….. 89
6.2 Saran………..………..……….. 89
DAFTAR PUSTAKA……… 90
LAMPIRAN………... 95
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1 Kerangka Berfikir……….. 6
2.1 Elemen-Elemen Pembentuk Pariwisata Heritage………... 22
2.2 Proses Kajian Teori Sense of Place pada Kawasan Pariwisata Heritage………. 25
3.1 Lokasi Penelitian………... 26
3.2 Kerangka Metode Analisa……….. 38
4.1 Lokasi Penelitian………... 48
4.2 Perkembangan Istana Maimun dari Tahun ke Tahun……… 49
4.3 Pintu Gerbang Masuk Kawasan Istana Maimun ……….. 50
4.4 Area Parkir Pengunjung Istana Maimun ……….. 52
4.5 Deretan Pertokoan Istana Maimun ……… 52
4.6 Area Halaman Kawasan Istana Maimun ………... 52
4.6 Perabotan yang terdapat di Istana Maimun……… 51
4.7 Tampak Istana Maimun………. 52
4.8 Area Lobby Istana Maimun ……….. 53
4.9 Ruang Balairung……… 54
4.10 Area Pertokoan Souvenir dan Singgasana………. 54
4.11 Perabotan dan Peninggalan Sultan Terdahulu ……….. 53
5.1 Peta Analisa Sikap pada Kawasan Istana Maimun………. 62
5.2 Peta Analisa Sikap pada Interior Istana Maimun ………... 64
5.4 Peta Analisa Pengalaman pada Interior Istana Maimun………. 70
5.5 Peta Peletakan Prasasti Elemen Sejarah pada Kawasan Istana Maimun………..………..………..………..………..……... 74
5.6 Peta Peletakan Elemen Sejarah pada Interior Istana Maimun……... 74
5.7 Peta Peletakan Elemen Kondisi Fisik pada Kawasan Istana Maimun…………..………..………..………..………..……... 78
5.8 Peta Peletakan Elemen Kondisi Fisik pada Interior Istana Maimun……..………..………..………..……... 83
5.9 Desain Gerigi pada Balkon Teras Istana Maimun……….. 83
5.10 Desain Pintu Istana Maimun……….. 83
5.11 Tampak Istana Maimun ………. 84
5.12 Perabotan yang terdapat di Istana Maimun ……… 84
5.12 Atap Istana Maimun ….………..………... 84
5.13 Tiang-Tiang Penopang ……….. 84
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Tingkatan Sense of Place………. 11
2.2 Elemen-Elemen Pembentuk Sense of Place………. 13
2.3 Elemen-Elemen Pembentuk Makna Simbolis………. 15
2.4 Elemen-Elemen Pembentuk Persepsi……….. 17
2.5 Sense of Place terhadap Pariwisata Heritage…...………. 23
3.1 Variabel dan Indikator Penelitian……… 27
3.2 Karakteristik Sampel………... 31
3.3 Metode pengumpulan data primer ……….. 32
3.4 Rentang Skala ……….. 34
3.5 Data Yang diperlukan dalam Observasi Lapangan……….. 35
3.6 Pertanyaan pada Kuesioner Online………. 37
3.7 Uji Validitas Sense of Place terhadap Masyarakat Lokal……… 42
3.8 Item-Total Statistics……..…………..…………..……… 43
3.9 Reliability Statistics……..…………..…………..……… 43
3.10 Rangkuman Uji Validitas Sense of Place pada Wisatawan……... 43
3.11 Item-Total Statistics……..…………..…………..………... 44
3.12 Reliability Statistics……..…………..…………..……… 44
3.13 Skala Penilaian Sense of Place……..…………..………. 45
5.1 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Sikap……….. 65
5.3 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Sejarah……… 75 5.4 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Kondisi Fisik……….. 79 5.5 Perpaduan Arsitektur yang Terdapat di Istana Maimun……….. 83 5.6 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Identitas……….. 85 5.7 Nilai rata-rata total aspek Sense of Place pada kawasan Istana
Maimun……….……….……….………. 87
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1 Kerangka Berfikir……….. 6
2.1 Elemen-Elemen Pembentuk Pariwisata Heritage………... 22
2.2 Proses Kajian Teori Sense of Place pada Kawasan Pariwisata Heritage………. 25
3.1 Lokasi Penelitian………... 26
3.2 Kerangka Metode Analisa……….. 38
4.1 Lokasi Penelitian………... 48
4.2 Perkembangan Istana Maimun dari Tahun ke Tahun……… 49
4.3 Pintu Gerbang Masuk Kawasan Istana Maimun ……….. 50
4.4 Area Parkir Pengunjung Istana Maimun ……….. 52
4.5 Deretan Pertokoan Istana Maimun ……… 52
4.6 Area Halaman Kawasan Istana Maimun ………... 52
4.6 Perabotan yang terdapat di Istana Maimun……… 51
4.7 Tampak Istana Maimun………. 52
4.8 Area Lobby Istana Maimun ……….. 53
4.9 Ruang Balairung……… 54
4.10 Area Pertokoan Souvenir dan Singgasana………. 54
4.11 Perabotan dan Peninggalan Sultan Terdahulu ……….. 53
5.1 Peta Analisa Sikap pada Kawasan Istana Maimun………. 62
5.2 Peta Analisa Sikap pada Interior Istana Maimun ………... 64
5.4 Peta Analisa Pengalaman pada Interior Istana Maimun………. 70
5.5 Peta Peletakan Prasasti Elemen Sejarah pada Kawasan Istana Maimun………..………..………..………..………..……... 74
5.6 Peta Peletakan Elemen Sejarah pada Interior Istana Maimun……... 74
5.7 Peta Peletakan Elemen Kondisi Fisik pada Kawasan Istana Maimun…………..………..………..………..………..……... 78
5.8 Peta Peletakan Elemen Kondisi Fisik pada Interior Istana Maimun……..………..………..………..……... 83
5.9 Desain Gerigi pada Balkon Teras Istana Maimun……….. 83
5.10 Desain Pintu Istana Maimun……….. 83
5.11 Tampak Istana Maimun ………. 84
5.12 Perabotan yang terdapat di Istana Maimun ……… 84
5.12 Atap Istana Maimun ….………..………... 84
5.13 Tiang-Tiang Penopang ……….. 84
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Tingkatan Sense of Place………. 11
2.2 Elemen-Elemen Pembentuk Sense of Place………. 13 2.3 Elemen-Elemen Pembentuk Makna Simbolis………. 15 2.4 Elemen-Elemen Pembentuk Persepsi……….. 17 2.5 Sense of Place terhadap Pariwisata Heritage…...………. 23 3.1 Variabel dan Indikator Penelitian……… 27 3.2 Karakteristik Sampel………... 31 3.3 Metode pengumpulan data primer ……….. 32
3.4 Rentang Skala ……….. 34
3.5 Data Yang diperlukan dalam Observasi Lapangan……….. 35 3.6 Pertanyaan pada Kuesioner Online………. 37 3.7 Uji Validitas Sense of Place terhadap Masyarakat Lokal……… 42 3.8 Item-Total Statistics……..…………..…………..……… 43 3.9 Reliability Statistics……..…………..…………..……… 43 3.10 Rangkuman Uji Validitas Sense of Place pada Wisatawan……... 43 3.11 Item-Total Statistics……..…………..…………..………... 44 3.12 Reliability Statistics……..…………..…………..……… 44 3.13 Skala Penilaian Sense of Place……..…………..………. 45 5.1 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Sikap……….. 65 5.2 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Pengalaman………… 71
5.4 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Kondisi Fisik……….. 79 5.5 Perpaduan Arsitektur yang Terdapat di Istana Maimun……….. 83 5.6 Hasil Nilai Rata-Rata Kuesioner Terkait Identitas……….. 85 5.7
Nilai rata-rata total aspek Sense of Place pada kawasan Istana
Maimun……….……….……….………. 87
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara memiliki sekitar 600-an bangunan bersejarah yang berusia lebih dari 100 tahun yang merupakan saksi kemakmuran dan kejayaan kota Medan tempo dulu. Adapun bangunan-bangunan yang merupakan peninggalan kolonial Belanda tersebut memiliki keterkaitan dengan aktivitas perkebunan tembakau Deli yang produknya sangat terkenal di dunia pada masanya (Asmyta, 2012). Hal tersebut, menjadikan kota Medan memiliki potensi dalam meningkatkan perekonomian melalui pariwisata heritage. Salah satu destinasi wisata heritage di kota Medan yang berpotensi adalah kawasan Istana Maimun. Kawasan istana Maimun merupakan area pariwisata yang dikenal sebagai landmark kota Medan.
Adapun kawasan istana Maimun terbentuk selama periode kolonial Belanda (Ginting,2016). Awalnya, bangunan-bangunan (istana Maimun, Kolam Srideli dan Masjid raya Al-Mashun) yang terdapat di kawasan istana Maimun merupakan satu bagian yang tak terpisahkan (Takari,2010). Namun seiring berjalannya waktu, tata letak ketiga bangunan tersebut menjadi terpisah akibat terdapat bangunan-bangunan lain disekitaran kawasan tersebut. hal tersebut meyebabkan berkurangnya keindahan dari ketiga bangunan tersebut, terutama istana Maimun. Ketiga bangunan tersebut merupakan saksi kemakmuran dan kesejahteraan kesultanan Deli dalam menumbuhkan perekonomian kota pada masanya (Ginting, 2016). Hal ini menjadikan ketiga bangunan
tersebut sangat penting bagi kota Medan, karena mengandung cerita sejarah perkembangan pemerintahan kolonial dan Malaysia.
Kondisi Istana Maimun dan sekitarnya sekarang tidak lagi mencerminkan kemegahan dan kemakmuran kesultanan Deli. Kurangnya perhatian dan pemeliharaan terhadap Istana Maimun dan sekitarnya memudarkan keindahan istana Maimun. Hal ini dapat berdampak kepada berkurangnya minat pengunjung untuk menjadikan istana Maimun dan sekitarnya sebagai destinasi wisata. Menurut Ginting (2014), bahwasanya eksistensi bangunan bersejarah sangatlah penting untuk menampilkan gambaran akan aktivitas manusia pada masa lampau dan mampu memberikan atmosfir sejarah dan menimbulkan rasa terikat terhadap bangunan tersebut. Oleh sebab itu, sangatlah diperlukan perhatian untuk pemeliharaan bangunan Istana Maimun agar eksistensinya sebagai salah satu destinasi wisata bangunan bersejarah tetap terjaga.
Adapun bangunan-bangunan bersejarah berkontribusi besar terhadap peran pariwisata, khususnya bangunan yang telah menjadi identitas suatu kota (Mahasti,2012). Bagi Kota Medan sendiri, bangunan Istana Maimun telah menjadi salah satu identitas kota yang penting untuk dilestarikan. Agar intensitas pengunjung yang berkunjung ke kawasan istana Maimun tidak mengalami penurunan dan sekaligus meningkatkan aspek pariwisata bagi kota Medan, maka pelestarian pada bangunan- bangunan tersebut sangat penting untuk dilakukan. Adapun pelestarian bangunan- bangunan yang terdapat pada kawasan istana Maimun dapat didukung apabila pengunjung dan masyarakat sekitar kawasan tersebut memiliki sense of place. Hal ini
3
didukung oleh pendapat Azhari dan Mohamed (2012) bahwasanya sense of place mendorong nilai sejarah yang sangat bernilai tinggi. Keberadaan bangunan-bangunan tersebut dapat menjadi pengingat bagi pengujung yang datang, bahwasanya bangunan- bangunan tersebut merupakan saksi atas kemakmuran kota Medan di masa lampau.
Selain menjadi pengingat, bangunan-bangunan tersebut juga mampu memberikan perasaan terikat bagi pengunjung, seakan-akan mereka kembali ke masa lampau. Maka dari itu, sense of place pada kawasan istana Maimun sangat dibutuhkan, agar pengunjung maupun masyarakat sekitar dapat lebih merasa terikat terhadap kawasan tersebut.
Sebuah tempat (place) tidak hanya mengenai membiasakan diri, tapi juga tentang menciptakan dan menumbuhkan hubungan yang kuat terhadapat tempat tersebut dan secara perlahan merasakan tempat tersebut menjadi bagian dari kita dan membentuk identitas individu (Shukran, 2014). Menurut Shuwen dan Lewis (2016) bahwa sense of place memainkan peran penting dalam pariwisata dan bisnis. Dalam hal ini baik penduduk lokal maupun orang luar, dapat berkontribusi untuk melestarikan budaya di tempat tersebut. Oleh karena itu, menumbuhkan sense of place pada suatu tempat dapat membantu mensejahterakan dan memakmurkan perekonomian masyarakat. Ketika pengunjung tempat pariwisata dapat merasakan sense of place pada tempat tersebut, maka tempat tesebut berpotensi untuk meningkatkan perekonomian dan pariwisata tempat tersebut. Salah satu pariwisata yang berpotensi meningkatkan pariwisata dan perekonomian daerah adalah pariwisata heritage.
Perubahan yang terjadi pada istana Maimun dan sekitarnya tidak hanya terdapat bangunan-bangunan namun kondisi fisik istana Maimun sendiri yang menjadi kurang terawat. Mengingat Istana Maimun merupakan salah satu objek wisata di kota Medan, yang juga akan menjadi destinasi para wisatawan untuk berkunjung dan berpotensi untuk memajukan pariwisata heritage. Berdasarkan hal tersebut sudah sepatutnya istana Maimun mendapatkan perhatian lebih, baik untuk kondisi fisik istana Maiuon sendiri, lingkungan sekitarnya dan individu yang terkait dengan istana Maimun. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan dan meningkatkan elemen-elemen yang menjadi faktor terbentuknya sense of place pada kawasan istana Maimun. Dengan terciptanya sense of place di kawasan Istana Maimun, diharapkan mampu menarik wisatawan untuk berkunjung dan istana Maimun menjadi lebih dikenal sehingga menjadikan kawasan Istana Maimun sebagai wisata heritage dapat berkembang dan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Dengan meningkatnya pendapatan asli daerah, maka kehidupan masyarakat sekitar menjadi makmur dan sejahtera.
Berdasarkan paparan isu-isu dan potensi yang ada di kawasan istana Maimun tersebut menjadi alasan mengapa penelitian Kajian Sense of place terhadap wisata Heritage pada kawasan Istana Maimun ini penting untuk dilakukan. Penelitian ini akan mengkaji sense of place di kawasan istana Maimun sehingga mampu memecahkan masalah pada istana
Maimun.
5
1.2 Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka peneliti merumuskan permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini, yaitu : elemen-elemen apa saja yang membentuk sense of place pada pariwisata heritage di kawasan Istana Maimun
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan yang akan dijawab, maka tujuan penelitian adalah: menemukan elemen-elemen sense of place yang ada pada kawasan istana Maimun.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bahan dan rekomendasi untuk pemerintah Kota Medan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan tentang pelestarian kawasan pariwisata heritage di kota Medan khususnya istana Maimun.
2. Sebagai kajian pengembangan kawasan pariwisata heritage di kota Medan sebagai parameter pembangunan.
3. Sebagai bahan referensi untuk dunia pendidikan 1.5 Batasan Penelitian
Pada penelitian ini, batasan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini yaitu kawasan Istana Maimun yang merupakan lokasi penelitian dan variabel penelitian yaitu sense of place dan pariwisata heritage.
1.6 Kerangka Berpikir
Proses penelitian ini dibagi dalam beberapa tahapan berpikir. Tahapan-tahapan berpikir penelitian ini dirangkum dalam kerangka berfikir yang dapat dilihat pada Gambar 1.1.
1. Kontribusi bangunan bersejarah terhadap pariwisata 2. Istana Maimun sebagai bukti kemamkuran kesultanan Deli 3. Sense of place untuk meningkatkan nilai sejarah suatu tempat 4. Dalam rangka untuk meningkatkan PAD
1. Eksistensi bangunan bersejarah sangatlah penting untuk menampilkan gambaran akan aktivitas manusia pada masa lampau dan mampu memberikan atmosfir sejarah serta mampu menimbulkan rasa keterikatan terhadap bangunan tersebut (Ginting, 2016).
2. Adapun bangunan-bangunan bersejarah berkontribusi besar terhadap pariwisata, khususnya bangunan yang telah menjadi identitas suatu kota (Mahasti, 2012).
3. Istana Maimun, Kolam Srideli dan Mesjid Raya merupakan saksi kemakmuran dan kesejahteraan kesultanan Deli dalam menumbuhkan perekonomian kota pada masanya (Ginting,2016).
4. Sense of place memainkan peran penting dalam pariwisata dan bisnis. Dalam hal ini baik penduduk lokal maupun orang luar, dapat berkontribusi untuk melestarikan budaya di tempat tersebut (Shuwen dan Lewis, 2016).
7
1.7 Sistematika Penulisan
Adapun urutan pembahasan yang digunakan dalam menerangkan penelitian ini menggunakan sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini merupakan bagian yang menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka
Bab ini merupakan bagian yang mengemukakan dasar teori sense of place dan elemen- elemen yang membentuknya serta pariwisata heritage.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini merupakan bagian yang menjelaskan metode yang digunakan dalam proses penelitian tersebut. Bab ini berisi uraian tentang penentuan jenis penelitian, metode penentuan kawasan penelitian, metode penentuan variabel penelitian, metode pengumpulan data serta metode analisa data.
BAB IV Deskripsi Kawasan Penelitian
Merupakan bagian yang menjelaskan kawasan penelitian yang digunakan peneliti. Bab ini terdiri dari sub-bab yang berisi penjelasan tentang kawasan Kota Medan, penjelasana tentang kawasan Istana Maimun.
BAB V Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi hasil dan pembahasan yang terdiri dari kajian elemen-elemen sense of place yang terbentuk di kawasan Istana Maimun dan keterkaitannya untuk
meningkatkan pariwisata di Kota Medan.
BAB VI Kesimpulan
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang didapat dari pembahasan pada tahap-tahap sebelumnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu akan menjadi acuan dan referensi bagi peneliti dalam melakukan kajian dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu yang terkait dengan sense of place terhadap suatu kawasan terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Bazher,
dkk (2017), yang melakukan kajian mengenai teori sense of place dengan studi kasus kawasan konservasi, yaitu Kampung Arab Pasar Kliwon. Upaya konservasi dengan menerapkan konsep sense of place pada lokasi kajian dilakukan untuk tujuan mempertahankan dan mengembangkan living heritage fisik maupun non-fisik. Adapun pengaplikasian konsep sense of place pada penelitian ini memberikan pengaruh terhadap keberadaan bangunan heritage yang terdapat di lokasi kajian yaitu tetap dipertahankannya kegiatan eksisting namun juga menambahkan kegiatan baru, pembentukan suasana ruang, dan tampilan bangunan. Selain itu penambahan elemen fisik dilakukan dengan tujuan untuk mewadahi kegiatan-kegiatan baru yang mampu beradaptasi terhadap image (kesan, pesan dan peran), yang ingin dicapai melalui tindakan konservasi pada lokasi kajian. Adapun pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan konsep sense of place pada suatu kawasan adalah dengan tetap mempertahankan dan menambahkan kegiatan dan elemen fisik yang telah ada yang dapat beradaptasi terhadap image yang ingin dicapai pada tempat tersebut (Tabel 2.1).
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Wardhani (2019) mengenai keterkaitan sense of place terhadap faktor fisik dan sosial pada Pasar Barang Antik Triwindu,
Surakarta. Adapun temuan dari penelitian ini adalah terdapat faktor-faktor fisik yang membentuk sense of place pada Pasar Triwindu, yaitu gaya arsitektur dan keunikan yang terdapat pada kawasan dan pengelompokan area pada bagian interior. Sedangkan untuk faktor-faktor sosial yang terdapat pada lokasi kajian adalah history memory, aktivitas, promosi, karakter pedagang dan pengunjung. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hubungan yang terbentuk antara manusia terhadap kondisi fisik tempat sangat berpengaruh dalam terbentuknya sense of place (Tabel 2.1).
Penelitian lain yang dijadikan acuan pada penelitian ini membahas mengenai pelestarian Istana Maimun yang dilakukan oleh Ginting (2016), pada penelitian tersebut menemukan bahwasanya pelestarian kawasan heritage sangat erat kaitannya dengan identitas tempat. Identitas suatu tempat dapat mempengaruhi makna tempat dan kualitas hidup masyarakat, sehingga memberikan keunikan dan daya tarik bagi wisatawan. Hal tersebut menjadikan tindakan pelestarian terhadap kawasan heritage perlu dilakukan perencanaan yang dapat menyesuaikan terhadap identitas yang dimiliki kawasan tersebut. Temuan pada penelitian ini bertujuan untuk mendukung identitas tempat dengan melakukan perencanaan dalam proses pelestarian kawasan Istana Maimun.
Adapun pelestarian kawasan Istana Maimun harus memenuhi empat unsur, yaitu : bangunan peninggalan, sejarah yang dimiliki tempat tersebut, nostalgia dan fasilitas pendukung (Tabel 2.1).
11
Penelitian-penelitian terdahulu tersebut akan menjadi bahan acuan bagi peneliti untuk memperkaya bahan kajian terhadap penelitian ini. Adapun penelitian-penelitian tersebut dirangkum pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Sebelumnya
Nama Peneliti Judul Penelitian Keterangan
Bazher, Handayani &
Iswati (2017).
Penerapan Teori Sense of Place sebagai Upaya Konservasi Kawasan : Studi Kasus pada Kampung Arab Pasar Kliwon.
Mempertahankan dan
menambahkan kegiatan dan elemen fisik yang telah ada yang dapat beradaptasi terhadap image yang ingin dicapai pada tempat.
Wardhani,
Kusumowidagdo, Kaihatu &
Rahadiyanti (2019).
Sense of Place Pasar Barang Antik Triwindu : Eksplorasi Faktor Fisik dan Sosial pada Kompleks Arsitektur Komersial di Surakarta
Hubungan yang terjalin antara manusia terhadap kondisi fisik tempat sangat berpengaruh terhadap terbentuknya sense of place pada suatu kawasan.
Ginting &
Rahman (2016)
Maimoon Palace Heritage District in Medan, Indonesia : What we preserve and why we preserve ?
Pelestarian kawasan Istana Maimun harus memenuhi empat unsur, yaitu : bangunan bersejarah, sejarah, nostalgia dan fasilitas pendukung.
2.2 Sense of Place
Sense of place adalah sebuah persepsi yang bersifat subjektif terhadap suatu
kondisi lingkungan dan memiliki keterikatan terhadap suatu tempat yang dapat dirasakan oleh invidu. Berdasarkan hal tersebut, konsep sense of place sendiri menyangkut psikologi dan konsep fisik suatu tempat (Hashemnezhad,2013). Agar konsep sense of place pada suatu tempat dapat terwujud, individu harus mampu menerima makna terkandung yang dimiliki pada lingkungan tempatnya berada. Sense of place dapat pula diartikan sebagai kumpulan makna simbolis, keterikatan dan
kepuasan terhadap keadaan spasial yang dipegang oleh seorang individu ataupun kelompok (Stedman, 2001). Individu yang berada di dalam suatu tempat, memiliki berbagai macam interpretasi yang berbeda terhadap kondisi lingkungan dimana individu tersebut berada. Adapun tempat tersebut akan memiliki sense of place jika terdapat elemen-elemen yang dapat diterima oleh individu terhadap tempat tersebut.
elemen-elemen tersebut adalah makna simbolis, keterikatan dan kepuasaan.
Terbentuknya sense of place pada suatu tempat melibatkan makna-makna simbolis yang terdapat pada tempat tersebut. Menurut Roztamzadeh (2012) bahwasanya sense of place adalah makna simbolis yang terbentuk dari kondisi lingkungan pada suatu
tempat, sehingga hal tersebut dapat diterima oleh satu individu ke individu lain dan dari waktu ke waktu. Dalam memahami sebuah makna simbolis yang terkandung pada suatu tempat, seorang individu lantas tidak langsung dapat menginterpretasikan makna tersebut, seperti yang dikatakan oleh Stedman (2001) bahwasanya seorang individu tidak secara langsung dapat menerima perasaan terikat terhadap suatu tempat, kecuali
13
tempat tersebut mampu memberikan ingatan yang bersifat personal kepada individu, sehingga individu tersebut dapat merasakan keterikatan terhadap tempat tersebut. Hal tersebut dapat membentuk sense of place pada tempat tersebut. Berdasarkan hal tersebut, sense of place pada suatu tempat tidak dapat terbentuk dengan sendirinya, sehingga harus melibatkan individu dan kondisi lingkungan pada suatu tempat. Agar sense of place pada suatu tempat dapat terbentuk, maka dibutuhkan pengalaman yang
sangat berkesan terhadap suatu tempat. Pengalaman-pengamalan yang berkesan dapat terbentuk jika pada suatu tempat memiliki elemen-elemen yang dapat diterima individu sebagai pengalaman yang berkesan. Adapun elemen-elemen yang dapat membentuk pengalaman yang berkesan bagi individu adalah ritual, simbol-simbol, dan mitos-mitos, yang terdapat pada suatu tempat (Roztamzadeh, 2012). Ketika pengalaman individu dan elemen pembentuk pengalaman berkesan seperti, ritual, simbol-simbol dan mitos- mitos yang dapat diterima oleh individu, maka akan terbentuklah perasaan terikat antara individu dengan tempat tersebut. Hal tersebut selaras dengan yang disampaikan oleh Najafi dan Kamal (2011) bahwasanya konsep sense of place biasa digunakan untuk mempelajari ikatan antara manusia terhadap suatu tempat dan makna dari suatu tempat.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka sense of place didefinisikan sebagai suatu kesan yang mencakup keseluruhan cara-cara umum individu dalam menerima perasaan terhadap suatu tempat, baik itu dengan ikatan emosi yang dirasakan individu, konsep yang ditetapkan pada suatu tempat dan nilai-nilai yang terkandung pada tempat tersebut.
Sense of place mencakup nilai-nilai spesifik yang dimiliki pada suatu tempat dan
ikatan pribadi yang dibentuk individu dengan lingkungannya, termasuk aspek biofisik,
sosial-budaya, psikologis, dan politik-ekonomi dari lingkungan seorang individu berada. (Ardoin,2012). Sense of place selalu memiliki keterkaitan dengan lingkungan sekitarnya (lanskap) sehingga tidak hanya aspek visual (tangible), namun aspek-aspek yang bersifat nonvisual (intangible) dari suatu tempat juga mempengaruhi dalam terbentuknya sense of place. Selain itu Ardoin (2012) juga berpendapat bahwasanya Sense of place yang terdapat disuatu tempat dapat terus meningkat akibat adanya
keterlibatan koneksi antar individu terhadap tempat tersebut berdasarkan pengalaman pribadi yang pernah dialami individu tersebut.
Adapun koneksi yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap suatu tempat dapat terus meningkat dan berkembang dari waktu ke waktu akibat adanya perasaan terikat dengan tempat tersebut. Hal ini berarti adanya ikatan koneksi antara individu dengan suatu tempat dan ikatan tersebut menjadi terus berkembang akibat adanya keterlibatan individu terhadap tempat tersebut berdasarkan pengalaman yang pernah dialaminya. Namun, menurut Gooch (2012) terbentuknya sense of place tak hanya mampu dirasakan oleh individu yang memiliki keterikatan pada lingkungan biofisik mereka, tetapi juga meluas kepada ikatan emosional terhadap komunitas sosial. Ikatan emosional yang terbentuk oleh koneksi individu terhadap komunitas sosial dapat dibangun melalui keakraban dan interaksi sosial. Perasaan keterikatan yang dimiliki oleh seorang individu dapat terus berkembang menjadi keterikatan antara satu individu dengan individu lain yang menciptakan keterikatan komunitas. Hal tersebut sangat baik untuk terciptanya sense of place pada suatu tempat dengan melibatkan hubungan keterikatan komunitas terhadap suatu tempat, sehingga terbentuklah perasaan memiliki
15
sense of belonging terhadap tempat tersebut yang bermanfaat untuk perkembangan dan
pemeliharaan lingkungan tempat tersebut berada (Gooch,2012).
Koneksi yang terjadi antara individu terhadap suatu tempat dapat menciptakan sebuah sikap, sehingga Jogersen (2001) berpendapat bahwasanya sense of place adalah struktur psikososial kompleks yang mengatur emosi dan perilaku individu dalam memiliki komitmen pada tempat tersebut. Hal tersebut dapat memberikan kontribusi positif antara individu terhadap lingkungan sekitar sehingga terbentuklah sense of belonging terhadap tempat tersebut.
Terbentuknya rasa sense of belonging terhadap suatu tempat sangat positif untuk perkembangan lingkungan suatu tempat. Seperti halnya yang dikatakan oleh Gooch (2012) apabila suatu tempat telah memiliki sense of place maka seiring berjalannya waktu, sense of belonging akan tercipta pula di tempat tersebut sehingga mampu menciptakan rasa peduli dan semangat suka rela untuk berkontribusi terhadap tempat tersebut dalam jangka waktu yang Panjang. Perasaan keterikatan yang dirasakan oleh individu dapat terus berkembang sehingga menciptakan sebuah sikap akibat telah adanya perasaan sense of belonging terhadap tempat tersebut. Berdasarkan hal ini, dapat diketahui bahwasanya terciptanya sense of place pada suatu tempat terhadap seorang bahkan sekelompok individu, memiliki tahapan-tahapan yang seiring berjalannya waktu terus meningkat. Seperti pendapat Shamai (1991) Terdapat tingkatan yang berbeda pada seorang individu dalam menerima sense of place pada suatu tempat yaitu: tidak memiliki sense of place pada tempat, pengetahuan terhadap keberadaan suatu tempat,
adanya sense of belonging terhadap tempat, adanya rasa keterikatan terhadap tempat, memahami tujuan yang terdapat pada tempat, adanya rasa keterlibatan terhadap suatu tempat dan adanya rasa ingin berkontribusi terhadap suatu tempat.
Tingkatan-tingkatan yang dipaparkan oleh Shamai (1991) tersebut menjelaskan bahwasanya setiap individu yang berada di suatu tempat akan menerima ikatan yang berbeda-beda berdasarkan persepsi yang mereka tangkap. Selain itu peran individu terhadap suatu tempat juga sangat berperan penting untuk mewujudkan sense of place ditempat tersebut. Perasaan yang diterima dan pengalaman individu juga mempengaruhi terbentuknya sense of place pada suatu tempat. Sama halnya seperti yang dikatakan oleh Hazemnezhad (2013) bahwasanya faktor-faktor kognitif termasuk kedalam makna- makna yang diterima oleh individu sehingga membentuk persepsi. Setiap individu akan memiliki persepsi yang berbeda tergantung dari pengalaman yang pernah dialaminya, motivasi dan latar belakang intelektual individu tersebut sehingga dapat terbentuk sense of place. Selain itu Najafi dan Kamal (2011) berpendapat bahwa konsep sense of place
dapat mempermudah untuk mengetahui keterikatan suatu tempat dan perilaku individu terhadap keberadaan suatu tempat. Keberadaan sense of place pada suatu tempat sangat penting untuk proses pemeliharaan kualitas lingkungan dan integritas manusia yang berada di lingkungan suatu tempat. Hal tersebut berarti sense of place yang terbentuk di suatu tempat mampu mendorong seorang individu ataupun sekelompok individu untuk berkontribusi terhadap lingkungan sekitar dan memiliki kesadaran untuk memelihara lingkungan sekitarnya. Adapun hal tersebut menjadikan lingkungan suatu tempat dan sekelompok individu disekitar tempat tersebut juga menjadi berkualitas. Berdasarkan
17
kajian literatur yang telah dilakukan peneliti terkait sense of place maka dapat disimpulkan beberapa aspek yang mempengaruhi terbentuknya sense of place di suatu tempat (Tabel 2.2).
Tabel 2.2 Elemen-Elemen Pembentuk Sense of Place
No. Referensi
Elemen-Elemen Pembentuk Sense of
Place
Kesimpulan
1. Shamai (1991) 1. Persepsi 2. Keterikatan
Adapun elemen-elemen pembentuk Sense of Place adalah :
1. Persepsi Individu yang berada di Istana maimun.
2. Makna simbolis yang terdapat pada suatu tempat
3. Stedman (2001) 1. Makna simbolis 2. kepuasan
4. Jogersen (2001) 1. Keterikatan 2. Perilaku 3. Komitmen
5. Najafi dan Kamal (2011)
1. Persepsi 2. Perilaku
6. Ardoin (2012) 1. Persepsi 2. Sosial-budaya 3. Politik-ekonomi 4. lanskap
Tabel 2.2 (Lanjutan)
Berdasarkan kajian yang telah diuraikan pada Tabel 2.1, elemen-elemen yang berperan dalam terbentuknya sense of place pada suatu tempat, yaitu : makna simbolis dan persepsi.
2.2.1 Persepsi
Menurut Casakin dan Hernadez (2015), munculnya persepsi pada diri seorang individu dipengaruhi oleh faktor keyakinan, sikap, dan pengalaman yang pernah terjadi pada individu tersebut, sehingga dapat mewakili apa yang dirasakan oleh individu. Apa yang dirasakan oleh individu merupakan hal penting untuk terbentuknya persepsi terhadap tempat tersebut. Karakter yang dimiliki oleh individu terhadap suatu tempat merupakan elemen yang berperan penting untuk terbentuknya persepsi pada diri individu. Seperti halnya yang dijelaskan oleh Rollero dan Piccoli (2010) bahwa Persepsi individu terhadap suatu tempat tidak hanya berdasarkan keterikatan dan keunikan yang
No. Referensi
Elemen-Elemen Pembentuk Sense of
Place
Kesimpulan
7. Rostamzadeh, dkk (2012)
1. Makna simbolis 2. Persepsi
3. lanskap
Adapun elemen-elemen pembentuk Sense of Place adalah :
1. Persepsi
2. Makna Simbolis
8. Hashemnezad (2013)
1. Persepsi 2. Keterikatan
19
dimiliki oleh tempat tersebut, melainkan karakter individu juga berpengaruh terhadap terciptanya persepsi pada tempat tersebut. Berdasarkan hal tersebut elemen-elemen yang berperan penting dalam terbentuknya persepsi pada diri individu adalah keunikan tempat dan karakter individu. Karakter individu yang berbeda-beda dapat memberikan persepsi yang berbeda-beda.
Karakter yang dimiliki setiap individu dapat terbentuk karena pengalaman yang pernah dialami oleh individu tersebut. Menurut Scannell dan Gifford (2010), persepsi pada setiap individu terhadap suatu tempat akan memiliki makna yang berbeda dikarenakan pengalaman yang dialami oleh individu seperti peristiwa sejarah ataupun pengaruh agama, sehingga makna yang dimiliki tersebut dapat ditransmisikan ke generasi berikutnya. Pengalaman yang dimiliki oleh setiap individu akan berpengaruh terhadap terbentuknya persepsi terhadap suatu tempat. Makna-makna persepsi yang bervariasi juga berdasarkan pengalaman pribadi yang pernah terjadi pada individu tersebut. Selain itu cara individu dalam merespon suatu situasi pada suatu tempat juga berpengaruh untuk terbentuknya persepsi yang beragam. Seperti yang diutarakan oleh Felonneau (2004) bahwasanya persepsi terhadap suatu tempat bervariasi antara satu individu ke individu lain, tergantung pada sikap individu tersebut terhadap suatu lingkungan dan integrasinya terhadap lingkungan tempat tinggalnya.
Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan peneliti terkait persepsi yang terbentuk pada individu terhadap suatu tempat, maka dapat disimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya persepsi seperti pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Elemen-Elemen Pembentuk Persepsi
No. Referensi Elemen-Elemen
Pembentuk Persepsi Kesimpulan
1. Scannell dan
Gifford (2010) Pengalaman Adapun elemen-
elemen pembentuk Persepsi adalah :
1. Pengalaman yang didapatkan
individu terhadap suatu tempat 2. Sikap individu
terhadap tempat 2. Casakin dan
Fernandez (2015)
1. Pengalaman 2. Keyakinan 3. Sikap 3. Felonneau (2004) Sikap 4. Rollero dan Piccoli
(2010) Karakter individu
Berdasarkan kajian yang telah diuraikan pada Tabel 2.3, terdapat elemen- elemen yang berperan dalam terbentuknya Persepsi pada suatu tempat, yaitu : sikap dan pengalaman.
2.2.2 Makna Simbolis
Makna simbolis adalah sebuah makna yang dimiliki pada suatu tempat yang berkontribusi terhadap sekelompok individu (komunitas) sehingga memberikan identitas pada kelompok tersebut (Monnet, 2011). Berdasarkan hal tersebut, makna simbolis tidak terlepas dari peranan sekelompok individu (komunitas) pada tempat tersebut. Makna simbolis yang terbentuk pada suatu tempat dapat memberikan identitas bagi sekelompok individu. Hal tersebut mampu membangkitkan respon emosional bagi sekelompok individu. Menurut Azaryahu dan Kellerman (1999) Makna simbolis yang terdapat pada suatu tempat tidak terlepas dari sejarah yang dimiliki pada suatu tempat, sehingga mampu membangkitkan respon emosional dan pengalaman yang berkesan
21
untuk individu. Respon emosional yang terbentuk pada diri individu ataupun sekelompok individu berasal dari elemen makna simbolis pada suatu tempat yang memberi kesan mendalam bagi individu. Adapun salah satu elemen yang mampu memberikan respon emosional salah satunya adalah sejarah.
Sejarah yang dimiliki oleh suatu tempat merupakan hal yang sangat penting dan berkesan sehingga mampu menciptakan rasa kagum dan hormat pada diri individu.
Sejarah merupakan elemen yang berkaitan erat dengan kondisi fisik suatu tempat.
Stedman (2003) berpendapat bahwasanya elemen penting yang membentuk makna simbolis adalah kondisi fisik suatu tempat.
Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan peneliti terkait makna simbolis pada suatu tempat, maka dapat disimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya makna simbolis di suatu tempat pada (Tabel 2.3 ).
Tabel 2.3 Elemen-Elemen Pembentuk Makna Simbolis No. Referensi Elemen-Elemen
Pembentuk Makna Simbolis
Kesimpulan
1.
2.
3.
Azaryahu dan Kellerman (1999)
Stedman (2003) Monnet (2011)
Sejarah
Kondisi Fisik Identitas Tempat
Adapun elemen-elemen pembentuk Makna Simbolis adalah :
1. Sejarah yang dimiliki suatu tempat
2. Kondisi Fisik suatu tempat
3. Identitas suatu tempat
Berdasarkan kajian yang telah diuraikan pada tabel 2.3, terdapat elemen-elemen yang berperan dalam terbentuknya makna simbolis pada suatu tempat, yaitu: sejarah, identitas tempat dan kondisi fisik.
2.3. Pariwisata Heritage
Pariwisata adalah fenomena sosial, budaya dan ekonomi yang mensyaratkan perpindahan orang ke negara atau tempat di luar lingkungan biasanya untuk keperluan pribadi atau bisnis (United Nations world tourism Organization, 2008). Adapun pelaku pariwisata disebut dengan pengunjung. Kegiatan pengunjung ketika mengunjungi lokasi wisata dapat berdampak akan meningkatnya perekonomian masyarakat sekitar lokasi wisata tersebut. Selain memiliki implikasi pada ekonomi, pariwisata juga memiliki implikasi terhadap lingkungan dan bangunan, serta masyarakat sekitar lokasi wisata tersebut. Karena dampak yang dihasilkannya tersebut, masyarakat sekitar dapat menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan pengunjung.
Heritage merupakan sesuatu yang mendeskripsikan psikologi, adat istiadat,
atau cita-cita masyarakat, dan diturunkan dari generasi sebelumnya dalam bentuk nyata atau tidak berwujud (Edson, 2004). Berdasarkan hal tersebut, heritage juga dapat disebut dengan warisan. Menurut Knudsen dan Charles (2008) Warisan adalah seperangkat gagasan, simbol, dan peristiwa yang membangun dan memperkuat kohesi sosial dan identitas, baik secara nyata ataupun tidak nyata, dari sekelompok individu.
Warisan dapat merujuk pada karakter manusiawi, alami, dan historis dari unsur-unsur material dan simbolis kehidupan serta produktivitas intrinsik dari tindakan sosial
23
(Edson, 2004). Keberhasilan pariwisata heritage sebagian dipengaruhi oleh persepsi wisatawan tentang identitas tempat. Hal tersebut akan membantu meningkatkan daya tarik dan kepuasan bagi wisatawan dan pengunjung, sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar kawasan heritage (Ginting, 2016). Menurut Knudsen (2008) pariwisata heritage terjadi dalam suatu bentang alam yang dapat berkembang menjadi lanskap pariwisata yang berkaitan dengan semua bentang alam dengan berbagai tingkatan produk budaya tertentu berdasarkan budaya yang dimiliki suatu tempat. Oleh karena itu, wisata budaya dapat dilihat sebagai wisata warisan yang terkait dengan artefak masa lalu dan wisata seni yang terkait dengan produksi budaya kontemporer (Richards, 2001). Namun, menurut Murjana (2011), pariwisata heritage merupakan sebuah metode untuk memberdayakan dan memanfaatkan peninggalan- peninggalan sejarah baik yang bersifat tangible maupun intangible termasuk masyarakat sekitar lokasi wisata. Berdasarkan hal tersebut, bahwasanya pariwisata warisan digolongkan menjadi dua yaitu berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible) (Timothy dan Boyd, 2003). Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan peneliti terkait Pariwisata heritage, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat aspek-aspek yang membentuk pariwisata heritage seperti pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Aspek Pembentuk Pariwisata Heritage No. Referensi Aspek Pembentuk
Pariwisata Heritage Kesimpulan
1. Timothy dan Boyd (2003)
1. Tangible
2. Intangible Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, terdapat teori-teori yang
No. Referensi Aspek Pembentuk
Pariwisata Heritage Kesimpulan
2. Murjana (2011)
1. Tangible 2. Intangible
mengkategorikan heritage menjadi dua aspek, yaitu : 1. Tangible (berwujud) 2. Intangible (tidak berwujud
Berdasarkan kajian literatur yang telah diuraikan (Tabel 2.6), aspek pembentuk pariwisata heritage yaitu : tangible dan intangible.
2.3.1 Pariwisata Heritage Tangible (Berwujud)
Warisan tangible digolongkan lagi menjadi warisan tidak bergerak (immovable heritage) dan warisan bergerak (movable heritage). Adapun warisan tidak bergerak
merupakan tempat atau objek yang berada di luar ruangan (tempat terbuka) seperti : situs-situs bersejarah, bentang alam dan bangunan bersejarah (Tabel2.1). Sedangkan warisan bergerak merupakan objek-objek yang berada didalam ruangan (Tabel 2.1), seperti : dokumen, foto, karya seni, arsip, bahkan bisa berupa audio visual seperti kaset, video dan film (Galla,2001).
2.3.2 Pariwisata Heritage Intangible (Tidak Berwujud)
Warisan yang bersifat intangible sering dikaitkan dengan budaya. Adapun, budaya merupakan elemen penting dalam pariwisata heritage yaitu dapat bertindak dalam hal meningkatkan jumlah kunjungan wisata pada suatu tempat (Jansen-Verbeke, 2005). Adapun elemen yang membentuk budaya, yaitu seni termasuk kedalam warisan intangible. Seni yang termasuk kedalam warisan intangible adalah musik, tarian, sastra,
bela diri, bahasa, cara hidup, tradisi, teater dan cerita-cerita rakyat (Timothy dan
25
Boyd,2003). Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, pariwisata heritage dikategorikan menjadi tangible dan intangible. Untuk pariwisata heritage tangible dikategorikan menjadi immovable heritage dan movable heritage. Sedangkan untuk pariwisata heritage intangible, budaya menjadi elemen pembentukya (Gambar 2.1).
2.4 Sense of Place Pariwisata Heritage
Pada penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian, yaitu sense of place dan pariwisata heritage. Variabel penelitian yaitu sense of place memiliki beberapa indikator pembentuk, yaitu Persepsi, Makna Simbolis dan Keterikatan. Sedangkan pariwisata heritage dikategorikan menjadi tangible (berwujud) dan intangible (tidak berwujud). Berdasarkan hal tersebut, untuk mempermudah dalam proses penelitian,
Pariwisata Heritage
Tangibl e
Intangible Budaya 1. musik
2. tarian, 3. sastra, 4. bela diri, 5. bahasa, 6. cara hidup, 7. tradisi, 8. teater
9. cerita-cerita rakyat Immovable
Heritage
Movable Heritage
1. situs-situs bersejarah,
2. bentang alam
3. bangunan bersejarah
1. dokumen, 2. foto, 3. karya seni, 4. arsip, 5. audio visual
Gambar 2.1 Elemen-Elemen Pembentuk Pariwisata Heritage
maka harus diketahui keterkaitan sense of place terhadap pariwisata heritage dengan cara mengaitkan indikator pembentuk sense of place dan aspek-aspek pembentuk pariwisata heritage.
2.4.1 Persepsi Individu terhadap Pariwisata Heritage
Berdasarkan kajian yang sudah dilakukan, terdapat elemen-elemen pembentuk persepsi individu, yaitu sikap dan pengalaman. Pada aspek pembentuk pariwisata heritage yaitu tangible, dikategorikan menjadi heritage immovable (warisan yang tidak
dapat dipindahkan) dan heritage movable (warisan yang dapat dipindahkan). Untuk mengetahui bagaimana persepsi individu terhadap pariwisata heritage, maka akan dikaitkan antar kedua aspek tersebut (Tabel 2.7).
Tabel 2.7 Persepsi Individu terhadap Pariwisata Heritage Variabel
Sense of Place
Indikator Pariwisata Heritage
Tangible Intangible
Persepsi 1. Sikap 2. Pengalaman
Immovable Movable Budaya Sikap dan
pengalaman yang diberikan individu terhadap warisan yang tidak dapat dipindahkan
Sikap dan Pengalaman yang dirasakan individu
terhadap warisan yang dapat dipindahkan
Sikap dan Pengalaman yang dirasakan individu
terhadap budaya yang dimiliki pada suatu tempat.
27
2.4.2 Makna Simbolis terhadap Pariwisata Heritage
Berdasarkan kajian yang sudah dilakukan, terdapat elemen-elemen pembentuk Makna simbolis, yaitu sejarah, identitas tempat dan kondisi fisik tempat. Pada aspek pembentuk pariwisata heritage yaitu tangible, dikategorikan menjadi heritage immovable (warisan yang tidak dapat dipindahkan) dan heritage movable (warisan yang
dapat dipindahkan). Untuk mengetahui bagaimana persepsi individu terhadap pariwisata heritage, maka akan dikaitkan antar kedua aspek tersebut (Tabel 2.8).
Tabel 2.8 Makna Simbolis terhadap Pariwisata Heritage Variabel
Sense of Place
Indikator
Pariwisata Heritage
Tangible Intangible
Makna Simbolis
1. Sejarah 2. Identitas 3. Kondisi
Fisik
Immovable Movable Budaya Sejarah, identitas
dan kondisi fisik yang dimiliki warisan tidak dapat dipindahkan.
Sejarah, identitas dan kondisi fisik yang dimiliki warisan dapat dipindahkan.
Pengaruh sejarah, identitas dan kondisi fisik suatu tempat terhadap individu
2.5 Kesimpulan
Pada Sub-bab ini peneliti akan melakukan kajian literatur yang menghubungkan antara landasan teori sense of place dan Wisata Heritage. Melalui kajian literatur sebelumnya telah ditemukan faktor-faktor yang membentuk sense of place dan faktor-
faktor keberhasilan wisata heritage. Adapun proses kajian teori yang telah dilakukan dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Kerangka Teori Sense of place pada Pariwisata Heritage Teori Sense of Place pada Kawasan
Pariwisata Heritage
Kajian Sense of Place Terhadap Pariwisata Heritage
Wisata Heritage Sense of Place
Persepsi
Makna Simbolis
Tangible
Intangible
Sense of Place pada Kawasan Pariwisata Heritage
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian mengenai sense of place terhadap kawasan wisata heritage Istana Maimun Medan ini mengikuti metode penelitian sejenis oleh Lissimia (2014) yang berjudul Sense of Place pada Tempat Favorit. Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian tersebut menggunakan metode campuran (mix method), Menurut Cresswell (2010), Metode campuran merupakan kombinasi dari penelitian kualitatif dan kuantitatif. Sependapat dengan pernyataan tersebut, Sugioyono (2011), berpendapat bahwa metode campuran merupakan penggabungan dua metode penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif dengan tujuan untuk memperoleh data yang bersifat objektif, valid, reliable dan komprehensif. Adapun pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian campuran. Dalam proses pengumpulan data, peneliti akan menyebarkan kuesioner secara online dan melakukan observasi serta wawancara.
3.2 Variabel dan Indikator Penelitian
Dalam menentukan variabel, peneliti terlebih dahulu melakukan kajian literatur yang berkaitan dengan sense of place dan pariwisata heritage. Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan, terdapat dua indikator yang membentuk sense of place yaitu, persepsi dan makna simbolis Indikator yang digunakan peneliti dalam penelitian ini merupakan kesimpulan dari indikator yang didapat melalui kajian literatur tentang
sense of place dan wisata heritage. Variabel dan indikator yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Penelitian Variabel Sense
of Place Indikator Paramater
Persepsi
Sikap
1. Sikap ataupun respon yang diberikan individu terhadap warisan yang tidak dapat dipindahkan 2. Sikap ataupun respon yang diberikan individu
terhadap warisan yang tidak dapat dipindahkan.
3. Sikap ataupun respon yang diberikan individu terhadap budaya yang terdapat pada suatu tempat.
Pengalaman
1. Pengalaman yang dirasakan individu terhadap warisan yang tidak dapat dipindahkan
2. Pengalaman yang dirasakan individu terhadap warisan yang dapat dipindahkan
3. Pengalaman yang dirasakan individu terhadap budaya yang dimiliki pada suatu tempat.
Makna
Simbolis Sejarah
1. Sejarah pada warisan yang tidak dapat dipindahkan
2. Sejarah yang dimilki pada warisan yang dapat dipindahkan
3. Pengaruh sejarah pada suatu tempat.
31
Tabel 3.1 (Lanjutan).
Variabel Sense of
Place Indikator Paramater
Identitas
1. Identitas dimiliki pada warisan yang dapat dipindahkan
2. Identitas dimiliki pada warisan yang tidak dapat dipindahkan
3. Pengaruh identitas suatu tempat terhadap individu
Kondisi Fisik
1. Kondisi fisik yang dimiliki warisan tidak dapat dipindahkan.
2. Kondisi fisik yang dimiliki warisan dapat dipindahkan.
3. Pengaruh kondisi fisik suatu tempat terhadap individu
3.3 Populasi dan Sampel
Dalam proses pengumpulan data, peneliti membutuhkan subjek atau sumber data yang akan diteliti atau yang disebut dengan populasi. Dalam penelitian, populasi tidak hanya mencakup manusia saja, namun termasuk juga benda-benda yang terdapat di lokasi kajian maupun mahluk hidup lainnya (Nisfiannoor,2009). Populasi yang akan dilakukan penelitian bersifat beragam dengan keunikan karakteristik yang dimilikinya sehingga menjadi pembeda dari kelompok subjek lainnya atau disebut dengan sampel.
Karakteristik yang dimaksud tidak hanya mencakup ciri lokasi namun terdiri dari karakteristik-karakteristik yang dimiliki individu (Azwar, 2010). Karakteristik responden merupakan pengunjung dan masyarakat sekitar kawasan Istana maimun.
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Adapun teknik purposive sampling ini adalah teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel
diantara populasi sesuia dengan tujuan ataupu masalah yang terdapat pada penelitian tersebut, sehingga sampel yang ditentukan dapat mewakili karakteristik yang telah diketahui sebelumnya (Nursalam, 2011).
Dalam penelitian ini, peneliti menentukan populasi penelitian berdasarkan data yang didapatkan mengenai jumlah angka rata-rata kunjungan ke Istana Maimun per bulan. Data yang bersumber dari Kepala Bidang SDM Yayasan Sultan Ma’moen Al Rasyid, Tengku Dicky mengatakan bahwa jumlah rata-rata tingkat kunjungan ke Istana Maimun sekitar 5000 orang per bulan. Berdasarkan data tersebut, peneliti menentukan jumlah populasi penelitian adalah 5000 jiwa. Untuk mempermudah peneliti dalam menentukan sumber data yang akan diteliti, maka peneliti akan menentukan sampel dari keseluruhan populasi. Dalam penentuan pengambilan sampel, peneliti menggunakan rumus slovin, yaitu :
... ………..(3.1) Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Seluruh Populasi E = Toleransi Error
Untuk menentukan jumlah sampel penelitian berdasarkan data jumlah populasi yaitu 5000 jiwa dengan taraf keyakinan sebesar 90 % yang artinya hanya 10 % kesalahan
n = N ( 1 + N𝑒2)