29 BAB 3
METODE PENELITIAN
Bab metode penelitian berisi tentang prosedur yang dilakukan dalam melakukan suatu penelitian yang mencangkup tata cara mulai dari pengumpulan data hingga pengolahan data dalam rangka mencapai tujuan penelitian dan menjawab rumusan masalah yang ada, meliputi:
pendekatan penelitian dan jenis penelitian, kerangka rancang penelitian, variabel dan kebutuhan data, teknik pengumpulan data dan yang terakhir adalah teknik analisis data.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai Kesiapan Aksesibilitas Wisata dalam Mengintegrasikan Obyek Wisata di Kabupaten Karanganyar Bagian Timur ini merupakan pendekatan deduktif. Pendekatan deduktif merupakan pendekatan yang dilakukan untuk menguji teori dari keadaan real yang ada di lapangan. Dalam penelitian ini penulis menemukan fenomena atau isu yang memiliki nilai kebenaran, selanjutnya mengkaji atau mencari berbagai macam teori yang dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian mengenai Tingkat Kesiapan Aksesibilitas Wisata dalam Mengintegrasikan Obyek Wisata di Kabupaten Karanganyar Bagian Timur.
Teori pertama yang dibahas adalah mengenai pariwisata secara umum dengan jenis, obyek, serta komponen komponen yang ada didalamnya. Hingga didapatkan sintesis mengenai apa saja komponen dalam pariwisata, kemudian dikaji lebih lanjut mengenai transportasi dan aksesibilitas untuk mengetahui hubungan dan seberapa penting aksesibilitas bagi pengembangan pariwisata. Setelah menghubungkan keduanya, didapatkanlah pengertian dan komponen dalam aksesibilitas wisata, dimana penlis melakukan sintesis untuk memperoleh variabel dalam aksesibilitas wisata. Berikutnya, penulis mencari mengenai teori integrasi dan mengelompokkan setiap variabel kedalam jenis-jenis integrasi yang ada. Kemudian penulis mencari mengenai teori kesiapan dan parameter dalam kesiapan yang diterapkan disetiap variabel dan sub variabel yang sudah diperoleh.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan analisis numerik atau angka yang berpedoman pada filsafat positisme dalam setiap langkahnya mulai dari penentuan sampel dan populasi, pengambilan sampel, pengumpulan data hingga analisis data yang bertujuan untuk membuktikan kebenaran dari suatu hipotesis (Sugiyono, 2008).
commit to user
digilib.uns.ac.id
30 Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif untuk melakukan pengukuran dan pengujian hingga menghasilkan jawaban identifikasi masalah mengenai Tingkat Kesiapan Aksesibilitas Wisata dalam Mengintegrasikan Obyek Wisata di Kabupaten Karanganyar Bagian Timur. Oleh sebab itu, peneliti membutuhkan indikator penilaian kesiapan aksesibilitas wisata yang diperoleh dari hasil penggalian teori untuk memberikan skor terhadap fenomena yang ada sehingga dapat menjawab rumusan masalah yang ada.
Kerangka Rancang Penelitian
Kerangka rancangan penelitian menggabarkan seluruh tahap yang dilalui dalam sebuah penelitian. Berikut merupakan kerangka rancangan dalam penelitian mengenai Tingkat Kesiapan Aksesibilitas Wisata dalam Mengintegrasikan Obyek Wisata di Kabupaten Karanganyar Bagian Timur :
3.2.1 Tahap Persiapan
Dalam tahap ini penulis melakukan identifikasi potensi dan masalah kawasan yang memunculkan sebuah isu yang dapat dijadikan topik dalam melakukan penelitian. Pada tahap ini peneliti akan mendapatkan tema, topik dan judul yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, yang menjadi focus pembahasan penulis adalah tingkat kesiapan aksesibilitas wisata di Kabupaten Karanganyar bagian Timur. Tahap persiapan dalam penelitian mencangkup : latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup (substansi, wilayah dan waktu), posisi penelitian terhadap ilmu perencanaan wilayah dan kota serta posisi penelitian terhadap penelitian terdahulu , manfaat penelitian, kemudian mengumpulkan beberapa teori mengenai transportasi, pariwisata, aksesibilitas, aksesibilitas wisata dan integrasi sehingga dapat merumuskan variabel penelitian yang akan digunakan sehingga dapat dilanjutkan untuk menentukan metode penelitian.
3.2.2 Tahap Pelaksanaan
Terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan yaitu : a. Pengumpulan Data
Terdapat dua cara yang dapat dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan yaitu melalui survei data primer (melakukan peninjauan langsung ke lapangan) dan melalui survei data sekunder (data bisa didapatkan di instansi pemerintah yang dituju/ berbagai literatur)
b. Kompilasi Data
Tahap kompilasi data merupakan suatu kegiatan mengolah dan mengumpulkan data hasil dari survei primer dan survei sekunder yang berbentuk data mentah kemudian
commit to user
digilib.uns.ac.id
31 dilakukan pengolahan data, hal ini dilakukan agar data yang ada dapat diartikan, dibaca dan dipahami sehingga mempermudah dalam melakukan tahapan selanjutnya.
c. Analisis Data
Tahap analisis data merupakan tahapan yang akan memberikan output ataupun memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti untuk dapat menjawab permasalahan yang diteliti sehingga dapat memberikan suatu kesimpulan dalam penelitian dengan menggunakan metode analisis tertentu
3.2.3 Tahap Akhir
Pada tahap ini peneliti akan melakukan pembahasan, menarik kesimpulan dan mampu memberikan rekomendasi bagi pihak terkait sesuai dengan apa yang didapatkan dari proses sebelumnya. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penelitian selanjutnya maupun menjadi input bagi stakeholder terkait.
Kerangka rancang penelitian Tingkat Kesiapan Aksesibilitas Wisata dalam Mengintegrasikan Obyek Wisata di Kabupaten Karanganyar Bagian Timur dapat dilihat pada gambar berikut ini :
commit to user
digilib.uns.ac.id
32 Menentukan Tema/Topik terkait dengan Aksesibilitas
Wisata
Menggali fenomena / isu / urgensi permasalahan terkait Aksesibilitas Wisata
Menyusun Latar Belakang
Menentukan Rumusan Masalah
Mengumpulkan Teori Tentang Pariwisata, Komponen wisata, Aksesibilitas , Aksesibilitas Wisata, Tingkat
Kesiapan dan Integrasi dalam pariwisata
Menentukan Variabel dalam Penelitian
Melakukan Pengumpulan Data
Melakukan Kompilasi Data
Melakukan Analisis Data dan Pembahasan
Menarik Kesimpulan dan Membuat Rekomendasi berdasarkan dari hasil penelitian
Menyusun Produk Penelitian (Laporan)
Tahap Persiapan Penelitian
Tahap Pelaksanaan
Penelitian
Tahap Akhir Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka Rancang Penelitian Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2021
commit to user
digilib.uns.ac.id
33 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi dari setiap variable dan sub variable yang ada dan bertujuan untuk memberikan penjelasan agar tidak terjadi salah tafsir atau multitafsir.
Berikut ini merupakan definisi operasional dari 5 Variabel dan 15 Sub Variabel yang ada dalam penelitian Tingkat Kesiapan Aksesibilitas Wisata dalam Mengintegrasikan Obyek Wisata di Kabupaten Karanganyar bagian Timur :
3.3.1 Sarana Penunjang wisata
3.3.1.1 Sarana Transportasi umum dari dan menuju ke bandara
Sarana transportasi umum dari dam menuju ke bandara merupakan sarana transportasi (baik angkutan jalan maupun angkutan kereta api) yang bertujuan untuk memudahkan akses wisatawa baik dari bandara menuju obyek wisata maupun sebaliknya (Yoeti, 2008)
3.3.1.2 Sarana Transportasi Umum menuju DTW
Dalam PP No. 50 Tahun 2011 sarana transportasi umum dalam kepariwisataan meliputi sarana transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan penyebrangan, angkutan laut, angkutan udara dan angkutan kereta api. Dalam penyelenggaraannya, transportasi umum harus selalu tersedia dan beroperasi di jam operasional sehingga dapat memudahkan pergerakan dan akses wisatawan ke berbagai sumber pendapatan produktif tidak terkecuali obyek wisata (Thynell, 2009).
3.3.1.3 Sarana Parkir
Sarana parkir merupakan sarana yang bertujuan untuk pemberhentian sementara di suatu lokasi. Menurut Simanjuntak et al. (2018) salah satu komponen penting aksesibilitas fisik dalam pariwisata adalah ketersediaan sarana parkir. Soekadijo (1996) juga berpendapat bahwa salah satu persyaratan aksesibilitas wisata yang harus dipenuhi adalah ketersediaan sarana parkir di setiap obyek wisata.
3.3.1.4 Terminal dan Bandara
Terminal dan bandara merupakan sarana yang diperuntukan sebagai tempat pergantian penumpang (drop point), titik pergantian moda perjalanan, tempat perhentian sementara serta berperan sebagai gerbang masuk bagi satu daerah. Tersedianya terminal dan bandara merupakan salah satu syarat terbentuknya aksesibilitas yang baik dalam pariwisata (Stankovic
& Dukic, 2009);(Herlina et al., 2016);(Soekadijo, 1996).
3.3.1.5 Akses Multimoda
Akses multimoda merupakan perwujudan integrasi antar moda transportasi yang berbeda jenis. Dalam PP No. 50 Tahun 2011 pengembangan aksesibilitas pariwisata meliputi penyediaan dan pengembangan berbagai sarana transportasi (jalan, air, perairan, kereta api dan
commit to user
digilib.uns.ac.id
34 udara) yang saling terintegrasi. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dan mempersingkat waktu yang dibutuhkan wisatawan untuk melakukan perjalanan, karena pada prinsipnya transportasi harus langsung dan cepat sebagai syarat dalam perjalanan wisatawan (Hadinoto, 1996).
3.3.1.6 Sarana Transportasi yang aman, nyaman, mampu memenuhi kebutuhan wisatawan serta ramah bagi kaum difabel
Terdapat 9 indikator untuk menilai kemampuan moda transportasi dalam menciptakan rasa aman, nyaman dalam memenuhi kebutuhan wisatawan serta ramah bagi kaum difabel (Thynell, 2009); (March, 2004); Bovy dan Lawson (1998); (Simanjuntak et al., 2018);
(Hadinoto, 1996) :
1. Kapasitas Angkutan Umum
Mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia PM 18 Tahun 2020 Tentang Pengendalian Transportasi Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran COVID-19 menyatakan bahwa jumlah maksimal penumpang kendaraan bermotor umum berupa mobil penumpang, bus dan perseorangan maksimal adalah 50% (lima puluh persen) dari jumlah kapasitas tempat duduk dan penerapan jaga jarak fisik
2. Kemampuan Angkutan Umum dalam menciptakan rasa aman saat melakukan perjalanan
Rasa aman merupakan perasaan yang dirasakan seseorang Ketika tidak merasa terancam keselamatannya. Untuk itu, dalam angkutan umum harus mamu menciptakan rasa aman bagi seluruh penumpang didalamnya (Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 85 Tahun 2018 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan Perusahaan Angkutan Umum, 2018).
3. Kelengkapan fasilitas pada moda transportasi umum dalam memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No PM 98 Tahun 2017 Tentang Penyediaan Aksesibilitas Pada Pelayanan Jasa Transportasi Publik Bagi Pengguna Jasa Berkebutuhan Khusus, sarana transportasi umum minimal harus dilengkapi dengan:
- Alat bantu untuk naik dan turun dari dan ke sarana transportasi;
- Pintu yang aman dan mudah diakses;
- Informasi audio/ visual tentang perjalanan mudah di akses;
- Petunjuk khusus pada area pelayanan di sarana transportasi yang mudah di akses;
- Tempat duduk prioritas dan toilet yang mudah diakses; dan
- Penyediaan fasilitas bantu yang mudah di akses, aman dan nyaman. commit to user
digilib.uns.ac.id
35 4. Kelengkapan fasilitas moda transportasi umum dalam hal keamanan
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No PM 85 Tahun 2018 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan Perusahaan Angkutan Umum, standar perlengkapan keamanan yang harus dimiliki oleh kendaraan bermotor yang mengangkut penumpang diantaranya : Sabuk pengaman, Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Kotak P3K, Palu/ alat pemecah kaca, dan tanda peringatan (dilarang merokok dan pemakaian sabuk pengaman).
5. Kebersihan moda transportasi umum
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No PM 15 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek disebutkan bahwa setiap perusahaan angkutan umum harus memelihara kebersihan dan kenyamanan kendaraan yang dioperasikan. Apabila hal tersebut dilanggar, maka akan dikenai tindakan hukum berupa sanksi ringan sesuai peraturan yang berlaku.
6. Tingkat Kelayakan angkutan umum untuk digunakan dan dioperasikan
Kelayakan angkutan umum untuk beroperasi dapat dilihat melalui kondisi fisik angkutan umum yang bersangkutan serta performa angkutan umum saat mengangkut penumpang (tidak mengalami mogok/ macet dan kerusakan di tengah perjalanan).
7. Ketersediaan Pengelola Transportasi umum dalam menerima masukan yang kritis dan konstruktif dari wisatawan
Menurut Chandra (2005:210) keterlibatan publik untuk menjamin tingkat kepuasan dan kenyamanan pelayanan umum dapat dilakukan dengan penyediaan system keluhan dan saran melalui beberapa media seperti kotak saran, kartu komentar, saluran telepon khusus. Dalam hal ini konsumen diberi peluang untuk memberikan masukan yang kritis dan konstruktif terhadap pelayanan transportasi public (Thynell, 2009).
8. Keterjangkauan biaya
Salah satu indikator penting dalam menciptakan kenyamanan dan memenuhi kebutuhan wisatawan akan angkutan umum adalah biaya. Semakin rendah biaya yang ditawarkan maka semakin banyak pula wisatawan yang kebutuhannya dapat terlayani serta semakin tinggi pula minat wisatawan untuk menggunakan angkutan umum saat melakukan perjalanan wisata.
9. Kemudahan dalam cara/ metode pembayaran
Semakin mudah cara pembayaran angkutan umum, maka akan semakin meningkatkan minat masyarakat untuk bepergian menggunakan angkutan umum.Di era Modern serta bertepatan dengan era New Normal, pemerintah dan penyedia jasa
commit to user
digilib.uns.ac.id
36 transportasi berusaha untuk menggunakan metode pembayaran yang semodern mungkin sekaligus mengurangi terjadinya kontak fisik yang berlebihan antar pelaku wisata.
3.3.2 Prasarana Penunjang wisata
3.3.2.1 Jaringan Jalan yang menghubungkan obyek wisata
Jaringan jalan adalah prasarana transportasi berupa jaringan yang terdiri dari jaringan primer dan sekunder yang membentuk suatu system dan diperuntukkan untuk lalu lintas.
Penyediaan jaringan jalan yang menghubungkan obyek wisata sangatlah penting, hal ini selaras dengan PP No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 yang menyatakan bahwa penyelenggaraan aksesibilitas pariwisata mencangkup penyediaan dan pengembangan system transportasi berbagai macam angkutan (jalan, air, perairan, kereta api dan udara).
3.3.2.2 Rute angkutan umum yang menghubungkan antar obyek wisata
Rute merupakan jalur yang dilalui oleh angkutan umum secara konstan dan berulang.
Ketersediaan rute angkutan umum akan meninkatkan integrasi antar obyek wisata yang ada, oleh sebab itu rute merupakan salah satu komponen penyusun aksesibilitas wisata (Stankovic
& Dukic, 2009).
3.3.3 Waktu
3.3.3.1 Waktu yang diperlukan wisatawan untuk menuju DTW
Merupakan lama waktu yang dihabiskan wisatawan selama berada dalam angkutan umum saat melakukan perjalanan wisata dari tempat asal menuju ke tempat tujuan. Waktu normal yang dapat dihabiskan penumpang untuk berada dalam angkutan umum adalah 1,5 hingga 3 jam (Armstrong-Wright & Thiriez, 1987). Dengan kata lain, jika penumpang melakukan perjalanan melebihi waktu tersebut maka, perjalanan wisatawan tersebut sudah tergolong tidak efisien dan tidak memperhatikan standar keaaman waktu mengemudi ideal (safety standard).
3.3.3.2 Waktu tunggu kedatangan Angkutan Umum
Merupakan jangka waktu yang dihabiskan wisatawan untuk menunggu kedatangan angkutan umum. Rentang waktu standar untuk menunggu kedatangan angkutan umum adalah 5 -10 menit (Armstrong-Wright & Thiriez, 1987).
3.3.4 Informasi Mengenai Obyek Wisata
3.3.4.1 Informasi yang memuat lokasi obyek wisata
Merupakan sarana berupa rambu pemberitahuan bagi wisatawan yang berisi informasi mengenai lokasi obyek wisata. Berdasarkan PERMENPAR No 3 Tahun 2018 Tentang Petunjuk
commit to user
digilib.uns.ac.id
37 Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata informasi mengenai obyek wisata dibagi menjadi 5 jenis yaitu gateway sign, advance sign, intersection sign, position sign, dan reassurance sign yang tersebar di seluruh kawasan wisata untuk memudahkan wisatawan saat melakukan perjalanan wisata.
3.3.4.2 Pusat Informasi
Dalam PERMENPAR No 3 Tahun 2018 menggolongkan Pusat Informasi Wisata/
Tourism Information Centre (TIC) menjadi 3 jenis yaitu : TIC yang terletak di Pusat Kota;TIC yang terletak di Tempat Kedatangan; dan TIC yang terletak di dalam Kawasan Obyek Wisata.
Pemerintah Daerah diperbolehkan untuk memilih jenis Pusat Informasi Wisata (TIC) yang sesuai dengan kemampuan keuangan yang dimiliki dan yang paling mempresentasikan daerah masing-masing.
3.3.5 Manajemen Aksesibilitas Wisata 3.3.5.1 Stake holder terkait
Stake holder merupakan pihak yang terlibat dan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan aksesibilitas wisata. Stakeholder merupakan komponen penting karena berperan sebagai ujung tombak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan aksesibilitas wisata.
3.3.5.2 Pembiayaan
Menurut Simanjuntak et al. (2018) komponen aksesibilitas mencangkup segala peraturan dan regulasi terhadap aktivitas berwisata serta pelayanan manajemen yang didalamnya mencangkup pembiayaan. Pembiayaan merupakan sumber daya berupa dana yang digunakan untuk mengoptimalkan penyelenggaraan aksesibilitas wisata.
3.3.5.3 Keterlibatan Masyarakat (Community Involment)
Keterlibatan masyarakat merupakan peran masyarakat dalam terlaksananya suatu program atau kegiatan. Fuad (2014:144) menggolongkan partisipasi masyarakat ke dalam 4 bentuk yaitu : Partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran, Partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga, Partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran dan tenaga, Partisipasi masyarakat dalam bentuk keahlian/ skill.
Kebutuhan Data dan Sumber Data
Untuk melakukan penelitian mengenai Tingkat Kesiapan Aksesibilitas Wisata dalam Mengintegrasikan Obyek Wisata di Kabupaten Karanganyar Bagian Timur dibutuhkan data yang berasal dari berbagai sumber. Berikut merupakan tabel sumber data yang dibutuhkan penulis selama melakukan penelitian :
commit to user
digilib.uns.ac.id
38 Tabel 3.1 Kebutuhan Data dan Sumber Data
Variabel Sub Variabel Kebutuhan Data Unit Data
Jenis
Data Bentuk Data
Sumber data Tahun
Metode Pengumpulan
Data P S P T F D
Sarana Penunjang Pariwisata
Sarana Transportasi Umum
Data jumlah dan jenis Sarana Transportasi umum
Kabupaten DISHUB Terbaru
(2020)
Studi dokumen
Data Statistik Pariwisata Kabupaten DISPARPORA Terbaru
(2018)
Studi dokumen
Data Jumlah Wisatawan 6 Tahun terakhir
Kabupaten DISPARPORA Terbaru
(2016- 2018)
Studi dokumen
Kemampuan moda transportasi umum untuk
menciptakan rasa aman, nyaman dan mampu memenuhi kebutuhan
wisatawan
Data Kemampuan moda transportasi umum untuk menciptakan rasa aman, nyaman dan mampu memenuhi kebutuhan wisatawan
Kawasan Studi
Wisatawan 2020 Kuisioner
Sarana Parkir
Data ketersediaan sarana parkir di setiap obyek wisata unggulan dan andalan
Kawasan Studi
Kawasan Studi 2020 Observasi Lapangan
Akses Multimoda Data integrasi antar moda transportasi (darat, laut, maupun udara)
Kabupaten DISHUB,
Kawasan Studi
2020 Observasi Lapangan Studi dokumen Terminal dan Bandara Data jumlah dan persebaran Bandara
dan Terminal
Kabupaten DISHUB r 2020 Studi dokumen
Prasarana Penunjang Pariwisata
Jaringan Jalan yang menghubungkan obyek
wisata
Data jaringan jalan Kabupaten DISHUB,
DPUPR
2020 Studi dokumen
Rute angkutan umum yang menghubungkan
obyek wisata
Data rute angkutan umum Kabupaten DISHUB 2020 Studi dokumen
Informasi mengenai obyek wisata
Rambu petunjuk arah yang memuat lokasi
obyek wisata
Data jumlah dan persebaran rambu yang memuat informasi obyek wisata
Kawasan Studi
Kawasan Studi, DISPARPORA
DPUPR
2020 Observasi Lapangan dan Studi dokumen
commit to user
digilib.uns.ac.id
39
Variabel Sub Variabel Kebutuhan Data Unit Data
Jenis Data
Bentuk Data
Sumber data Tahun
Metode Pengumpulan
Data
P S P T F D
Informasi mengenai obyek wisata
Pusat Informasi Data jumlah dan persebaran pusat informasi wisata
Kawasan Studi
Kawasan Studi, DISPARPORA ,
DPUPR
2020 Observasi Lapangan dan Studi dokumen
Manajemen Aksesibilitas
wisata
Stakeholder terkait LKJIP Kabupaten Karanganyar Kabupaten BAPPEDA,
DISPARPORA, DISHUB
DPUPR, SAKIP Kabupaten Karanganyar
Terbaru (2018)
Studi Dokumen RKT Kabupaten Karanganyar
IKU Kabupaten Karanganyar RPJMD Kabupaten Karanganyar RENSTRA Kabupaten
Karanganyar
RENAKSI Kabupaten Karanganyar
Cascading Kinerja Kabupaten Karanganyar
Target/ Capaian Program Kegiatan
Pembiayaan APBD Kabupaten Karanganyar BAPPEDA,
DISPARPORA, DPUPR, DISHUB Dokumen Pelaksanaan Anggaran
SKPD terkait
Target/ Capaian Program Kegiatan
LAKIP SKPD terkait
Target dan Realisasi Pendapatan DISPARPORA
Keterlibatan Msyarakat (Community
involment)
Keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan aksesibilitas wisata
Kawasan Studi Terbaru (2020)
Observasi, Kawasan Studi
Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2021
commit to user
digilib.uns.ac.id
40 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik pengumpulan data secara sekunder dan teknik pengumpulan data primer.
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data Primer
Teknik Pengumpulan data primer merupakan teknik pengumpulan informasi yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumbernya sesuai dengan variabel dan tujuan dari penelitian (Sekaran, 2006). Teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan melalui beberapa metode yaitu : Interview/ Wawancara, Kuisioner, Observasi.
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Teknik Pengumpulan data sekunder merupakan teknik pengumpulan data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada (Sekaran, 2006).
Sumber data sekunder meliputi publikasi pemerintah, media, situs Web, internet dan sebagainya.
Obyek, Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1 Obyek Penelitian
Objek penelitian merupakan hal yang menjadi perhatian utama atau sasaran saat melakukan penelitian untuk mendapatkan jawaban tentang rumusan masalah yang ada beserta solusinya. Oleh sebab itu, obyek peneilitian harus bersifat obyektif dan valid (Sugiyono, 2008).
Selain itu, penelitian juga harus memiliki subjek untuk diteliti. Subjek penelitian dapat berupa hal, benda ataupun tempat data yang mengandung variable penelitian (Arikunto, 2005).
Dalam penelitian ini, hal-hal yang menjadi objek penelitian penulis adalah Tingkat Kesiapan Aksesibilitas Wisata dalam Mengintegrasikan Obyek Wisata yang terdiri atas Sarana Penunjang Pariwisata, Prasarana Penunjang Pariwisata, Waktu, Informasi mengenai Obyek Wisata dan Manajemen Aksesibilitas Wisata. Sedangkan yang menjadi subjek penelitian adalah Obyek Wisata Andalan dan Unggulan di Kabupaten Karanganyar Bagian Timur.
3.6.2 Populasi Penelitian
Populasi merupakan cakupan penelitian yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dilakukan penelitian (Sugiyono, 2008). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan obyek wisata andalan dan unggulan di Kabupaten Karanganyar. Untuk mengetahui berapa populasi wisatawan obyek wisata andalan dan unggulan di Kabupaten Karanganyar, peneliti menggunakan asumsi yang diperoleh dari rata-rata jumlah kunjungan wisatawan obyek wisata commit to user
digilib.uns.ac.id
41 andalan dan unggulan di Kabupaten Karanganyar selama 3 (tiga) tahun terakhir dari tahun 2016 – 2018, sehingga dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3.2 Rata-rata Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2016-2018
Sumber :Hasil Olahan Peneliti, 2021 Dari data di atas dapat diketahui bahwa jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian tentang Tingkat Kesiapan Aksesibilitas Wisata dalam Mengintegrasikan Obyek Wisata di Kabupaten Karanganyar bagian Timur adalah sebesar 1.577.943 orang.
3.6.3 Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi (Sugiyono, 2008). Sampel sangatlah diperlukan dalam suatu penelitian untuk membantu peneliti dalam mengambil suatu kesimpulan tanpa harus meneliti seluruh populasi yang ada disebabkan karena adanya berbagai keterbatasan dalam suatu penelitian seperti biaya, waktu, tenaga dan lain sebagainya. Setelah menghitung populasi, untuk menentukan jumlah sampel yang dibutuhkan, penulis menggunakan metode Slovin dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : n = jumlah sampel N = besarnya populasi e = margin error/ toleransi
No. Nama Obyek Wisata Rata-Rata Kunjungan WisataTahun 2016-2018
1 Air Terjun Grojogan Sewu 396.362
2 Candi Sukuh 22.820
3 Candi Cetho 126.649
4 Museum Kampung Purba 20.878
5 Agrowisata Sondokoro 200.644
6 Puncak Lawu 10.575
7 Pertapan Pringgodani 9.306
8 Bukit Sekipan 39.098
9 Wana Wisata Gunung Bromo 7.213
10 Sapta Tirta Pablengan 7.138
11 Camping Tawangmangu Resort 16.929
12 Situs Watukandang 592
13 Astana Mangadeg 61.887
14 Astana Girilayu 1.786
15 Astana Giribangun 142.759
16 Pura Pasekan 6.041
17 New Balekambang 125.811
18 Edupark 326.457
19 Pemancingan Putri Duyung 373
20 Agrowisata Amanah 54.627
1.577.943
commit to user
digilib.uns.ac.id
42 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan margin error sebesar 10%, yang artinya tingkat kepercayaan akan hasil dari penelitian ini adalah sebesar 90%, sehingga diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :
n = N/ (1+N.e2)
n = 1.577.943 / (1+1.577.943 x 10%2) n = 99,99366303 dibulatkan menjadi 100
Dari perhitungan di atas, diketahui bahwa jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 sampel. Selanjutnya, penulis menggunakan salah satu teknik probability sampling yaitu cluster random sampling dengan metone One Stage Cluster Sampling. Cluster random sampling merupakan metode sampling yang digunakan untuk sampel yang tidak terdiri dari individu – individu melaikan terdiri dari beberapa kelompok (Scheaffer et al., 1990). Dari jumlah sampel yang diperoleh, penulis melakukan pengelompokan untuk menentukan sample yang harus didapatkan dari setiap obyek wisata baik obyek wisata unggulan maupun andalan berdasarkan perbandingan kunjungan wisatawan selama 3 tahun terakhir (2016-2018). Sehingga diperolah hasil seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 3.3 Distribusi Jumlah Sampel Penelitian di Obyek Wisata Unggulan dan Andalan
Sumber :Hasil Olahan Peneliti, 2021 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa beberapa obyek wisata seperti Wana Wisata Gunung Bromo, Sapta Tirta Pablengan, Situs Watukandang, Astana Girilayu, Pura Pasekan,
No. Nama Obyek Wisata Kategori Wisata Jumlah Kuisioner 1 Air Terjun Grojogan Sewu
Unggulan
25
2 Candi Sukuh 1
3 Candi Cetho 8
4 Museum Kampung Purba 1
5 Agrowisata Sondokoro 13
6 Puncak Lawu
Andalan
1
7 Pertapan Pringgodani 1
8 Bukit Sekipan 3
9 Wana Wisata Gunung Bromo 0
10 Sapta Tirta Pablengan 0
11 Camping Tawangmangu Resort 1
12 Situs Watukandang 0
13 Astana Mangadeg 4
14 Astana Girilayu 0
15 Astana Giribangun 9
16 Pura Pasekan 0
17 New Balekambang 8
18 Edupark 21
19 Pemancingan Putri Duyung 0
20 Agrowisata Amanah 4
100
commit to user
digilib.uns.ac.id
43 dan Pemancingan Putri Duyung memiliki jumlah kuisioner 0, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jumlah kunjungan wisata yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan obyek wisata lainnya. Namun, demi menjaga validitas data, peneliti tetap memberikan 1 kuisioner untuk mewakili keenam obyek wisata tersebut sehingga jumlah total kuisioner menjadi 106 kuisioner yang harus diisi oleh wisatawan di 20 Obyek wisata unggulan dan Andalan di Kabupaten Karanganyar yang melakukan perjalanan wisata dengan menggunakan transportasi umum.
Namun, dikarenakan pelaksanaan penelitian ini bertepatan dengan adanya Pandemic COVID-19, pada akhirnya peneliti hanya mampu memperoleh sebanyak 81 responden yang melakukan kegiatan wisata di obyek wisata unggulan dan andalan di Kabupaten Karanganyar bagian Timur dengan menggunakan moda transportasi umum seperti yang dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Distribusi Perolehan Sampel Penelitian di Obyek Wisata Unggulan dan Andalan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2021
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu tahapan untuk mengelola berbagai data menjadi sebuah informasi yang mampu menjawab rumusan masalah yang ada. Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam
No. Nama Obyek Wisata Kategori Wisata
Perolehan Sampel Penelitian
1 Air Terjun Grojogan Sewu
Unggulan
25
2 Candi Sukuh 0
3 Candi Cetho 0
4 Museum Kampung Purba 0
5 Agrowisata Sondokoro 13
6 Puncak Lawu
Andalan
1
7 Pertapan Pringgodani 1
8 Bukit Sekipan 3
9 Wana Wisata Gunung Bromo 1
10 Sapta Tirta Pablengan 1
11 Camping Tawangmangu Resort 1
12 Situs Watukandang 1
13 Astana Mangadeg 1
14 Astana Girilayu 1
15 Astana Giribangun 1
16 Pura Pasekan 0
17 New Balekambang 8
18 Edupark 19
19 Pemancingan Putri Duyung 0
20 Agrowisata Amanah 4
81
commit to user
digilib.uns.ac.id
44 analisis data dalah mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2008).
3.7.1 Kerangka Analisis
Kerangka analisis merupakan gambaran mengenai tahapan analisis yang akan dilakukan oleh peneliti guna mencapai sasaran dan tujuan penelitian yang dimulai dari input data, proses dan output yang dihasilkan. Berikut merupakan kerangka analisis dalam penelitian mengenai Tingkat Kesiapan Aksesibilitas Wisata dalam mengintegrasikan obyek wisata di Kabupaten Karanganyar bagian Timur :
commit to user
digilib.uns.ac.id
45
Tingkat kesiapan aksesibilitas wisata dalam mengintegrasikan
obyek wisata di Kabupaten Karanganyar
bagian Timur
INPUT PROSES 1 OUTPUT 1
• Data Jumlah dan jenis sarana Transportasi umum
• Data Statistik kunjungan Wisata tahun 2016-2018
• Data Ketersediaan Sarana Parkir
• Data Jumlah dan Persebaran Terminal dan Bandara
• Data integrasi antar moda transportasi (darat, laut, dan atau udara)
• Data jaringan jalan
• Data Rute angkutan umum
• Data Jumlah, Jenis dan Persebaran Rambu yang memuat informasi obyek wisata
• Data jumlah, jenis dan persebaran Pusat Informasi Wisata
• Data kemampuan angkutan umum dalam menciptakan rasa aman, nyaman dan mampu memenuhi kebutuhan wisatawan
• LKJIP, RKT, IKU, RPJMD, RENSTRA, RENAKSI, Cascading Kinerja Lembaga, Capaian Program Kegiatan, dan Buku Statistik Wisata Kab. Karanganyar
• Data keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan aksesibilitas wisata
Analisis ketersediaan sarana, prasarana, informasi dan manajemen aksesibilitas wisata dalam mengintegrasikan obyek
wisata
Analisis Skoring tingkat kesiapan aksesibilitas
wisata dalam mengintegrasikan obyek
wisata di Kabupaten Karanganyar bagian
Timur
PROSES 2 OUTPUT AKHIR
• Kapasitas moda transportasi umum
• Kemampuan moda transportasi umum dalam menciptakan rasa aman pada wisatawan
• Kelengkapan fasilitas pada moda transportasi umum dalam memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas
• Kelengkapan fasilitas pada moda transportasi umum dalam hal keamanan
• Kebersihan dalam moda transportasi umum
• Tingkat kelayakan moda transportasi umum untuk dioperasikan
• Kesediaan pengelola angkutan umum untuk menerima masukan yang kritis dan konstruktif dari wisatawan
• Keterjangkauan biaya
• Kemudahan dalam melakukan pembayaran
• Waktu yang dibutuhkan wisatawan untuk melakukan perjalanan
• Waktu yang dibutuhkan wisatawan untuk menunggu kedatangan angkutan umum
Analisis Kemampuan moda transportasi umum
untuk menciptakan rasa aman, nyaman dan memenuhi kebutuhan
wisatawan
Mengidentifikasi waktu rata-rata yang dibutuhkan
wisatawan untuk melakukan pejalanan
wisata
Kemampuan moda transportasi umum untuk menciptakan rasa
aman, nyaman dan memenuhi kebutuhan
wisatawan
Waktu yang dibutuhkan wisatawan untuk melakukan pejalanan
wisata Ketersediaan sarana, prasarana, informasi
dan manajemen aksesibilitas wisata
dalam mengintegrasikan
obyek wisata
Gambar 3.2 Kerangka Analisis Penelitian Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2021
commit to user
digilib.uns.ac.id
46 3.7.2 Analisis Ketersediaan sarana, prasarana, informasi dan Manajemen dalam
pengelolaan aksesibilitas wisata
Analisis Ketersediaan sarana, prasarana, informasi dan Manajemen dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya komponen terkait dalam penyelenggaraan aksesibilitas wisata di Kabupaten Karanganyar bagian timur. Analisis ketersediaan bertujuan untuk melihat keberadaan komponen berdasarkan kuantitasnya. Semakin lengkap dan tinggi ketersediaan dari setiap komponen sarana, prasarana, informasi dan manajemen, maka semakin tinggi pula skor/
poin yang didapatkan oleh setiap variabel dan sub variabel sesuai dengan parameter tabel 3.6.
3.7.3 Analisis Kemampuan Moda Transportasi umum untuk menciptakan rasa aman, nyaman, mampu memenuhi kebutuhan wisatawan dan ramah bagi kaum difabel Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan Moda Transportasi umum untuk menciptakan rasa aman, nyaman dan mampu memenuhi kebutuhan penggunanya yang dalam hal ini adalah wisatawan. Analisis ini dilakukan dengan cara mengolah data yang didapatkan dari survei kuisioner terhadap wisatawan dengan 9 indikator penilaian sebagai berikut :
1. Kapasitas Angkutan Umum
2. Kemampuan Angkutan Umum dalam menciptakan rasa aman saat melakukan perjalanan
3. Kelengkapan fasilitas pada moda transportasi umum dalam memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas
4. Kelengkapan fasilitas moda transportasi umum dalam hal keamanan 5. Kebersihan moda transportasi umum
6. Tingkat Kelayakan angkutan umum untuk digunakan dan dioperasikan
7. Ketersediaan Pengelola Transportasi umum dalam menerima masukan dari wisatawan 8. Keterjangkauan biaya
9. Kemudahan dalam cara/ metode pembayaran
3.7.4 Analisis waktu yang dibutuhkan wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata Analisis ini dilakukan untuk mengetahui waktu rata rata yang dibutuhkan wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata, baik waktu perjalanan menuju obyek wisata maupun waktu yang dibutuhkan wisatawan untuk menunggu kedatangan angkutan umum. Data dari analisis ini juga diperoleh dari survei kuisioner terhdap wisatawan yang berwisata dengan menggunakan angkutan umum.
commit to user
digilib.uns.ac.id
47 3.7.5 Analisis skoring tingkat kesiapan aksesibilitas wisata dalam mengintegrasikan
obyek wisata di Kabupaten Karanganyar bagian Timur
Langkah akhir dalam penelitian ini adalah melakukan Analisis skoring untuk mengetahui Tingkat KesiapanAksesibilitas Wisata Dalam Mengintegrasikan Obyek Wisata di Kabupaten Karanganyar Bagian Timur pada setiap variabel dengan menggunakan pendekatan skala Likert.
Skala Likert merupakan skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan.
Skala Likert juga umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Menurut Djaali (2008) dalam Helmi et.al. (2016) Skala Likert merupakan besaran skala yang digunakan untuk mengukur berbagai macam hal seperti sikap, jejak pendapat, dan persepsi responden tentang berbagai fenomena dalam variabel yang diperinci ke dalam beberapa indikator variabel.
Dalam penelitian ini, penulis mengkategorikan Kesiapan Aksesibilitas Wisata dalam Mengintegrasikan Obyek Wisata di Kabupaten Karanganyar bagian Timur menjadi 3 tingkatan seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.5 Tiga Tingkatan Kesiapan
Tingkat Kesiapan Skor
Tinggi 3
Sedang 2
Rendah 1
Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2021 Terdapat 5 variabel dan 15 Sub Variabel dimana setiap variabel memiliki bobot yang sama yaitu 1 poin, walaupun memiliki jumlah sub variabel yang berbeda-beda. Seperti pada tabel 3.6. Nilai maksimal yang memungkinkan dari hasil skoring adalah 15 sedangkan nilai terendahnya adalah 5. Selanjutnya, dilakukan penentuan interval untuk menentukan tingkatan Kesiapan Aksesibilitas Wisata di Kabupaten Karanganyar bagian Timur dengan rumus sebagai berikut :
Interval = ( Skor tertinggi – Skor terendah ) : Kelas
= (15 – 5) : 3
= 3,33
Sehingga diperoleh pengelompokan tingkat kesiapan aksesibilitas sebagai berikut : Tabel 3.6 Pengelompokan Tingkatan Kesiapan beserta Intervalnya
Kategori Tingkat Kesiapan
Interval kelas
Tinggi 11.68 - 15
Sedang 8,34 – 11,67
Rendah 5 – 8,33
Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2021 commit to user
digilib.uns.ac.id
48 Keterangan :
• Jika hasil skoring menunjukkan angka 5 – 8,33 maka artinya Tingkat Kesiapan aksesibilitas wisata dalam mengintegrasikan obyek wisata di Kabupaten Karanganyar bagian timur dikategorikan RENDAH.
• Jika hasil skoring menunjukkan angka 8,34 – 11,67 maka artinya Tingkat Kesiapan aksesibilitas wisata dalam mengintegrasikan obyek wisata di Kabupaten Karanganyar bagian timur dikategorikan SEDANG.
• Jika hasil skoring menunjukkan angka 11.68 - 15 maka artinya Tingkat Kesiapan aksesibilitas wisata dalam mengintegrasikan obyek wisata di Kabupaten Karanganyar bagian timur dikategorikan TINGGI.
commit to user
digilib.uns.ac.id
49 Tabel 3.7 Skoring Parameter Variabel dan Sub Variabel
Jenis
Integrasi Variabel Bobot Sub Variabel
Bobot Sub Variabel
Parameter Tingkat Kesiapan Total
Skor Tertinggi
Total Skor Terendah Tinggi
(Skor 3)
Sedang (Skor 2)
Rendah (Skor 1)
Integrasi Fisik
Sarana Penunjang
Wisata
1
Sarana Transportasi umum
mrnuju DTW 0,16
Sudah tersedia angkutan umum baik trayek maupun non trayek yang mampu melayani perjalanan wisatawan menuju obyek wisata
Hanya tersedia satu jenis angkutan umum yang mampu melayani perjalanan wisatawan menuju
obyek wisata
Belum tersedia angkutan umum baik trayek maupun non trayek yang mampu melayani perjalanan
wisatawan menuju obyek wisata
3 1
Sarana Transportasi Umum dari dan Menuju Bandara
0,16
Akses menuju bandar udara dapat dilayani oleh angkutan jalan dan angkutan kereta api
Akses menuju bandar udara hanya dapat dilayani satu jenis transportasi umum
Belum terdapat transportasi umum baik angkutan jalan maupun angkutan kereta api yang mampu menyediakan
akses menuju bandar udara Sarana Parkir 0,16 Jika >66.6% obyek wisata sudah memiliki lahan
parkir
Terdapat 33.3% - 66.6% obyek wisata yang sudah memiliki lahan parkir
Hanya terdapat <33.3% obyek wisata yang sudah memiliki lahan parkir
Terminal dan Bandara 0,16 Sudah tersedia terminal maupun bandara untuk
mendukung pergerakan wisatawan Hanya tersedia salah satu diantara keduanya Belum tersedia terminal maupun bandara untuk mendukung pergerakan wisatawan Akses multimoda 0,16 Moda terintegrasi secara penuh antara angkutan
jalan , angkutan kereta api, dan angkutan udara
Hanya ada integrasi antar dua jenis moda
transportasi Tidak ada moda yang terintegrasi
Sarana transportasi yang aman, nyaman, mampu memenuhi kebutuhan wisatawan serta ramah bagi difabel
0,16
Tingkat keamanan, kenyamanan dan kemampuan moda transportasi umum dalam memenuhi
kebutuhan wisatawan tinggi
Tingkat keamanan, kenyamanan dan kemampuan moda transportasi umum dalam memenuhi
kebutuhan wisatawan sedang
Tingkat keamanan, kenyamanan dan kemampuan moda transportasi umum dalam memenuhi kebutuhan
wisatawan rendah
Prasarana Penunjang Wisata
1
Jaringan jalan yang
menghubungkan obyek wisata 0.5 Seluruh obyek wisata yang ada sudah dilalui/
dilengkapi dengan jaringan jalan
Masih terdapat obyek wisata yang belum dilalui/
dilengkapi jaringan jalan
Belum tersedia jaringan jalan yang menghubungkan antar obyek wisata
3 1
Rute angkutan umum yang
menghubungkan obyek wisata 0.5
Jika rute angkutan umum sudah mampu menjangkau sebanyak >66.6% dari total obyek
wisata yang ada
Jika rute angkutan umum hanya mampu menjangkau sebanyak 33.3% - 66.6% dari total
obyek wisata yang ada
Jika rute angkutan umum hanya mampu menjangkau sebanyak <33.3% dari total obyek wisata yang ada
Waktu 1
Waktu Perjalanan menuju DTW
0.5
Mayoritas wisatawan menghabiskan waktu selama < 1,5 jam untuk melakukan perjalanan
wisata menggunakan angkutan umum
Mayoritas wisatawan menghabiskan waktu selama 1,5 - 3 jam untuk melakukan perjalanan
wisata menggunakan angkutan umum
Mayoritas wisatawan menghabiskan waktu selama > 3 jam untuk melakukan perjalanan wisata menggunakan
angkutan umum
3 1
Ketepatan Waktu kedatangan
Angkutan Umum 0.5
Mayoritas wisatawan menghabiskan waktu selama < 5 menit untuk menunggu kedatangan
angkutan umum
Mayoritas wisatawan menghabiskan waktu selama 5-10 menit untuk menunggu kedatangan
angkutan umum
Mayoritas wisatawan menghabiskan waktu selama >10 menit untuk menunggu kedatangan angkutan umum Integrasi
Informasi
Informasi Obyek wisata
1
Informasi yang memuat lokasi obyek wisata
0.5
Terdapat rambu petunjuk arah yang memuat informasi kepariwisataan di seluruh kelas jalan
(arteri primer, arteri ssekunder, kolektor dan jalan lokal)
Rambu petunjuk arah yang memuat informasi kepariwisataan hanya dapat di temui di jalan
arteri dan kolektor
Rambu petunjuk arah yang memuat informasi kepariwisataan hanya dapat di temui di jalan arteri
3 1
Pusat Informasi
0.5 Memiliki seluruh jenis Pusat Informasi Wisata/
TIC
Hanya memiliki beberapa jenis Pusat Informasi Wisata/ TIC
Sama sekali belum memiliki Pusat Informasi Wisata/
TIC Integrasi
Managemen
Manajemen Aksesibilitas
Wisata
1
Stake holder terkait
0,33
Jika pemerintah melakukan semua perannya berupa penyusunan program, pelaksanaan
kegiatan serta pengawsan
Jika pemerintah melakukan perannya berupa penyusunan program, pelaksanaan kegiatan
namun belum melakukan pengawasan
Jika pemerintah hanya sebatas melakukan penyusunan program, namun belum sampai pada tahap pelaksanaan
kegiatan serta pengawasan
3 1
Pembiayaan
0,33
Jika terdapat pembiayaan dalam pengelolaan aksesibilitas wisata dan berasal dari berbagai sumber baik dari APBD, investasi/ penanaman
modal dan sumber lainnya
Jika terdapat pembiayaan namun hanya mengandalkan pembiayaan yang bersumber dari
APBD
Jika belum terdapat pembiayaan yang dialokasikan khusus untuk pengelolaan aksesibilitas wisata Partisipasi Masyarakat
0,33
Masyarakat sudah terlibat dalam segala bentuk partisipasi (ide, tenaga, maupun keahlian) dalam
penyelenggaraan aksesibilitas wisata
Masyarakat sudah terlibat dalam beberapa bentuk partisipasi (ide, tenaga, maupun keahlian) dalam
penyelenggaraan aksesibilitas wisata
Masyarakat sama sekali belum terlibat dalam segala bentuk partisipasi (ide, tenaga, tenaga dan ide, maupun
keahlian) dalam penyelenggaraan aksesibilitas wisata
TOTAL SKOR 15 5
Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2021 commit to user
digilib.uns.ac.id