• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Prabawa, Karamoy, & Mawikere, (2020) meneliti tentang Pengaruh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Prabawa, Karamoy, & Mawikere, (2020) meneliti tentang Pengaruh"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Reviu Penelitian Terdahulu

Prabawa, Karamoy, & Mawikere, (2020) meneliti tentang Pengaruh Sistem Pengendalian Internal dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Good Governance. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah 211 pejabat eselon III pada 33 SKPD di Kabupaten Minahasa. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda untuk menguji pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent. Sampel atas responden dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menyatakan bahwa: (1) sistem pengendalian internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap upaya mewujudkan good governance pada Pemerintah Kabupaten Minahasa, artinya jika sistem pengendalian internal diterapkan dengan baik maka upaya mewujudkan good governance bisa tercapai. (2) Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap upaya mewujudkan good governance pada Pemerintah Kabupaten Minahasa.

Kurangnya SDM yang berlatar belakang pendidikan akuntansi dirasa memiliki dampak pada proses perencanaan, pelaksanaan penatausahaan, pelaporan, pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan daerah.

Dalam penelitian Budiati, Sugiyanto & Niati (2019) tentang Pengaruh

GCG Terhadap Kinerja Pengelolaan Dana Desa Dengan Moderasi Sistem

(2)

8

Pengendalian Internal. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perangkat desa yang terlibat dalam pengelolaan dana desa. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 84 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi aparatur pemerintah desa berdasarkan prinsip good governance (Transparansi, akuntabilitas dan partisipasi), serta kapasitas aparatur pemerintah desa terhadap kinerja pengelolaan dana desa dengan sistem pengendalian internal sebagai variabel moderasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa: (1) Good corporate governance berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengelolaan dana desa. (2) Sistem Pengendalian Internal Memperkuat Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Pengelolaan Dana Desa.

Penelitian (Putra & Rasmini, 2019) tentang Pengaruh Akuntabilitas,

Transparansi, dan Partisipasi Masyarakat Pada Efektivitas Pengelolaan Dana

Desa. Penelitian ini dilakukan di desa-desa yang terdapat di kecamatan

Abiansemal yang berjumlah 18 desa dengan populasi sebanyak 396 perangkat

desa. Perangkat desa yang terlibat langsung dalam pengelolaan dana desa dan

memiliki pengalaman bekerja minimal 1 tahun. Metode yang sering digunakan

adalah survei tentang arah pikiran masyarakat atau pertemuan lingkungan

masyarakat dan public hearing atau dengar pendapat dengan masyarakat. Hasil

dari penelitian ini menyatakan bahwa semakin baik akuntabilitas dalam

pemerintahan desa maka efektivitas pengelolaan dana desa cenderung akan

semakin meningkat, akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban dari

agent (Perangkat desa) atas kegiatan penyelenggaraan pemerintah desa kepada

(3)

9

principal (masyarakat desa). Semakin tinggi transparansi yang terjadi maka cenderung semakin efektif pengelolaan dana desa dimana teori keagenan menjelaskan adanya asimetri informasi, yaitu keadaan dimana principal tidak memperoleh informasi yang sama dengan agent, sehingga dengan adanya transparansi yang tinggi principal dapat memperoleh informasi selengkap- lengkapnya dan terjadinya asimetri informasi dapat dihindari. Semakin tinggi partisipasi masyarakat maka cenderung semakin tinggi pula efektivitas pengelolaan dana desa, penelitian dari sigit (2013) menyatakan bahwa membagi jenjang partisipasi masyarakat terhadap program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam 8 tingkat partisipasi masyarakat dengan berdasarkan kekuasaan yang diberikan kepada masyaratak. Salah satu tingkat partisipasi yaitu consultation dengan begitu masyarakat dapat diundang untuk berbagi pendapat.

(Widyatama, Novita, & Diarespati, 2017) meneliti tentang Pengaruh

Kompetensi dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Akuntabilitas Pemerintah

Desa dalam Mengelola Alokasi Dana Desa (ADD). Populasi penelitian ini adalah

aparatur pemerintah Desa Kabupaten Sigi yang berjumlah sekitar 155 orang yang

mewakili masing – masing desa di Kabupaten Sigi. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagian dari populasi dengan Sampling Method

menggunakan random sampling. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif

dengan kesimpulan hasil yang didapatkan bahwa sistem pengendalian aparatur

dari pemerintah desa memberikan pengaruh positif terhadap akuntabilitas dalam

pengelolaan ADD. Kendala yang dihadapi Aparatur Pemerintah Desa untuk

meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa adalah minimnya

(4)

10

pengetahuan aparatur pemerintah dalam mengelola dana desa, kurangnya pengetahuan aparatur pemerintah desa dalam hal penyusunan laporan keuangan, kurangnya pemahaman mengenai mekanisme, teknik sistem akuntansi serta standar akuntansi pemerintah.

(Yesinia, Yuliarti, & Puspitasari, 2018) meneliti tentang Faktor yang Mempengaruhi Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan populasi penelitian ini adalah seluruh perangkat desa di Kecamatan Yosowilangun Kabupaten Lumajang yang berjumlah 42 orang. Teknik yang akan digunakan dalam penelitian adalah metode sampel jenuh atau sensus. Hasil penelitian menyatakan bahwa: (1) Peran perangkat desa berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa di Kecamatan Yosowilangun Kabupaten Lumajang, berarti semakin baik peran perangkat desa maka akan meningkatkan akuntabilitas pengelolaan anggaran dana desa, (2) Sistem pengendalian internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa di Kecamatan Yosowilangun Kabupaten Lumajang, berarti semakin baik Sistem Pengendalian Internal maka akan meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Anggaran Dana Desa.

2.2 Teori dan Tinjauan Pustaka 2.2.1 Teori keagenan (Agency Teory)

Berkaitan dengan masalah keagenan, praktek pelaporan keuangan dalam

organisasi sektor publik merupakan suatu konsep yang didasari oleh teori

keagenan. Dalam pelaporan keuangan, pemerintah yang bertindak sebagai agen

(5)

11

mempunyai kewajiban menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna informasi keuangan pemerintah yang bertindak sebagai prinsipal dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik serta baik secara langsung atau tidak langsung melalui wakil- wakilnya. Dalam suatu pemerintahan demokrasi, hubungan antara pemerintah dan para pengguna informasi keuangan pemerintah dapat digambarkan sebagai suatu hubungan keagenan (Faristina, 2011). Pemerintah berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi keuangan pemerintah kepada pengguna informasi principal sebagai wujud dari tanggung jawab atas pengelolaan keuangan desa namun informasi yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya sehingga hal ini memacu terjadinya konflik agency problem.

2.2.2 Good Governance

Good Governance merupakan isu yang paling mengemuka dalam pengelolaan Keuangan dan administrasi dewasa ini. Dengan meningkatnya tingkat pengetahuan masyarakat dan pengaruh globalisasi, masyarakat gencar untuk menuntut pemerintah melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dengan baik.

Pola-pola lama penyelenggaraan pemerintahan tidak sesuai lagi bagi tatanan

masyarakat yang telah berubah. Oleh karena itu, tuntutan tersebut merupakan hal

yang wajar dan sudah seharusnya direspon oleh pemerintah dengan melakukan

perubahan-perubahan yang terarah pada terwujudnya penyelenggaraan

pemerintahan yang baik.

(6)

12 a. Pengertian Good Governance

Good Governance merupakan wujud dari penerimaan akan pentingnya suatu perangkat peraturan atau tata kelola yang baik untuk mengatur hubungan, fungsi dan kepentingan berbagai pihak dalam urusan bisnis maupun pelayanan publik. Melaksanakan Good Governance yang baik tentu kinerja instansi pemerintah akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan. Hal ini dapat diberikan kesimpulan bahwa apabila pelaksanaan Good Governance ditingkatkan maka otomatis dapat meningkatkan kinerja instansi pemerintah. (Effendi 2016)

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Good Governance merupakan tata pemerintahan yaitu penggunaan wewenang ekonomi, politik, dan administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan tersebut mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-Iembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka.

b. Prinsip-prinsip Good Governance

Berdasarkan pedoman umum Good Governance yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (2006), terdapat prinsip- prinsip utama dasar yaitu :

1. Transparansi (Transparency)

Pemerintah harus menyediakan informasi yang material dan

relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku

(7)

13

kepentingan. Transparansi bermakna tersedianya informasi yang cukup, akurat dan tepat waktu. Dengan ketersediaan informasi seperti ini, masyarakat dapat mengawasi sehingga kebijakan publik yang ada memberikan hasil yang optimal bagi masyarakat serta mencegah terjadinya kecurangan dan manipulasi yang hanya akan menguntungkan salah satu pihak saja. (Among Makarti 2018)

2. Akuntabilitas (Accountability)

Pemerintah harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparansi dan wajar. Akuntabilitas berarti menggambarkan proses penganggaran dan pelaporan, mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD), harus benar-benar dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada yang berkepentingan, dan juga dapat diakses oleh masyarakat di wilayah tersebut.

3. Partisipasi (Participation)

Partisipasi berarti, mengambil keputusan publik secara partisipatif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang akan terpengaruh dengan keputusan tersebut. Partisipasi merupakan elemen penting dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD).

Partisipasi masyarakat dapat mendukung tugas pemerintah untuk

mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, mengatur agenda dan prioritas

pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan sesuai

dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat (Kurrohman 2015).

(8)

14 4. Responsibilitas (Responsibility)

Pemerintah harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang (KNKG, 2006).

5. Kemandirian (Independency)

Yaitu suatu keadaan dimana keuangan desa dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang- undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat (KNKG, 2006).

6. Kesetaraan dan kewajaran (Fairness)

Yaitu perlakuan yang adil dan setara didalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku (KNKG, 2006).

Dari keenam prinsip yang disebutkan di atas, paling tidak terdapat sejumlahprinsip yang dianggap sebagai prinsip-prinsip utama yang melandasi good governance,yaitu 1) Akuntabilitas; 2) Transparansi;

dan 3) Partisipasi Masyarakat (Krina, 2003).Ketiga prinsip utama itulah

yang akan ditekankan dalam penelitian ini sebagai tolak

ukurPengelolaan Dana Desa dalam Mewujudkan Good Governance.

(9)

15

2.2.3 Sistem Pengendalian Internal Pemerintah a. Pengertian Sistem Pengendalian Internal

Sistem Pengendalian Internal (SPI) menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 adalah “Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan , pengamanan aset negara , dan ketaatan terhadap Peraturan Perundang – undangan“. Sedangkan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian internal yang diselenggarakan secara menyeluruh dilingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

b. Tujuan Sistem Pengendalian Internal

Tujuan pokok sistem pengendalian internal adalah menjaga aset organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Sedangkan tujuan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah Menurut PP No. 60 Tahun 2008 adalah untuk memberi keyakinan yang memadai tentang ; kegiatan yang efektif dan efisien, laporan keuangan yang dapat diandalkan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap Peraturan Perundang – Undangan.

c. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Internal

Unsur pokok sistem pengendalian internal adalah struktur organisasi

yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas, sistem

(10)

16

wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap aset, utang, pendapatan dan beban, praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi, karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Sedangkan unsur–unsur Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, yaitu Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan Pemantauan Pengendalian Intern.

d. Indikator dan Penilaian efektivitas Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) telah dilaksanakan sejak pemberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008. Untuk mengukur sejauhmana keberhasilan pengaruh Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) ini digunakan acuan dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, dalam bentuk indikator-indikator penilaian sebagai berikut:

a. Lingkungan Pengendalian

Untuk mengukur tingkat efektifitas lingkungan pengendalian, indikator yang digunakan adalah:

1. Organisasi adalah mencakup proses pembentukan organisasi yang efektif dan efisien, penyusunan struktur dan rincian tanggung jawab.

2. Sumberdaya Manusia adalah subsistem dalam suatu organisasi

sebagai upaya agar para pegawai dapat dimanfaatkan secara

efisiens dan efektif dalam mencapai tujuan organisasi.

(11)

17

3. Kebijakan adalah ketentuan hukum sebagai landasan bagi pelaksana dalam penyelenggaraan kegiatan.

4. Prosedur adalah rangkaian dari beberapa perintah atau aturan yang mewakili aktivitas yang dilakukan dengan peralatan dan waktu tertentu untuk mencapai tujuan sesuai dengan kebijakan pimpinan.

b. Penilaian Resiko

Untuk mengukur tingkat efektifitas bagaimana menangani semua resiko dalam pencapaian tujuan organisasi, indikator yang digunakan adalah:

1. Identifikasi Resiko, adalah melaksanakan identifikasi tahapan- tahapan pelaksanaan kegiatan dengan menetapkan titik kritis serta menyusun daftar resiko.

2. Penanganan Resiko adalah upaya yang akan dilakukan untuk menangani resiko yang telah terindentifikasi, untuk mengeliminasi penyebab terjadinya resiko.

c. Pengendalian.

Untuk mengukur tingkat efektifitas kegiatan pengendalian, indikator yang digunakan adalah:

1. Review atas Kinerja adalah untuk memastikan bahwa kebijakan dan prosedur yang ditetapkan telah dipatuhi oleh seluruh personil serta untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan.

2. Pemisahan Fungsi adalah kebijakan, prosedur, teknik, dan

mekanisme yang memberikan arah bagi manajemen untuk

mencapai tujuan.

(12)

18 d. Informasi dan Komunikasi.

Untuk mengukur tingkat efektifitas informasi dan komunikasi, indikator yang digunakan adalah:

1. Pencatatan adalah untuk menjamin keandalan proses pengolahan data menjadi keluaran yang bebas dari kekeliruan dan kesalahan yang fatal/signifikan.

2. Pelaporan adalah adalah kebijakan, prosedur, teknik, dan mekanisme yang memberikan arah bagi manajemen untuk mencapai tujuan.

e. Pemantauan dan Pengendalian Intern.

Untuk mengukur tingkat efektifitas pemantauan dan pengendalian intern, indikator yang digunakan adalah:

1. Pemantauan yang berkelanjutan adalah penilaian atas mutu kinerja Sistem Pengendalian Intern secara terus menerus dan menyatu dalam kegiatan instansi pemerintah.

2. Evaluasi terpisah adalah kegiatan membandingkan hasil atau prestasi suatu kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.

3. Tindaklanjut atas rekomendasi hasil audit adalah Penyelesaian

rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya sesuai ketentuan.

(13)

19 2.2.4 Alokasi Dana Desa (ADD)

a. Pengertian Alokasi Dana Desa (ADD)

Alokasi dana desa adalah anggaran keuangan yang diberikan pemerintah kepada desa yang mana sumbernya berasal dari bagi hasil pajak daerah serta dari dana pertimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten.

b. Tujuan Alokasi Dana Desa (ADD)

1. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan.

2. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan ditingkat desa dan pemberdayaan masyarakat.

3. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan.

4. Meningkatan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial.

5. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat.

6. Meningkatkna pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat.

7. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat.

8. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).

2.3 Pengembangan Hipotesis

1.

Pengaruh Good Governance terhadap efektivitas sistem pengendalian

internal pemerintah.

(14)

20

Penelitian oleh (Prabawa, Karamoy, & Mawikere, 2020) tentang Pengaruh Sistem Pengendalian Internal dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Good Governance. sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap upaya mewujudkan good governance artinya jika sistem pengendalian internal diterapkan dengan menciptakan kondisi dimana terdapat budaya pengawasan terhadap seluruh organisasi dan kegiatan sehingga dapat mendeteksi terjadinya sejak dini kemungkinan penyimpangan serta meminimalisir terjadinya tindakan yang dapat merugikan.

Salah satu upaya untuk meminimalisir terjadinya tindakan yang dapat merugikan dilakukan dengan mengukur efektivitas sistem pengendalian internal pemerintah. Banyak faktor yang mendukung dalam pengukuran efektivitas sistem pengendalian internal pemerintah salah satunya adalah tata kelola pemerintah atau Good Governance.

Pengelolaan pemerintah yang kurang baik banyak menimbulkan dampak negatif bagi pemerintah dan masyarakat atau pihak lainnya, salah satunya adalah pemerintah akan mengalami kurangnya kepercayaan masyarakat dan akan mempertajam isu-isu krusial yang terjadi pada masyarakat, jika tata kelola pemerintahnya dikelola dengan baik maka tidak menutup kemungkinanakan baik pula pelaksanaan sistem pengendalian internal pemerintah, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat lebih tinggi kepada pemerintah.

Penyelenggaraan kegiatan dalam suatu pemerintah mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,sampai dengan pertanggungjawaban

(15)

21

merupakan bagian dari Sistem Pengendalian Internal Sehingga dapat memberi keyakinan bahwa penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah dapat mencapai tujuannya serta melaporkan pengelolaan keuangan secara andal, mengamankan aset dan mendorong ketaatan terhadap peraturan perundang – undangan, dengan demikian dapat menghasilkan sistem pengendalian internal yang tertib, terkendali serta efesien dan efektif.

Dengan adanya prinsip-prinsip good governance sistem pengendalian internal dapat dijalankan dengan baik. Jika tata kelola pemerintahan baik akan berpengaruh ke pengelolaan dana desa maka akan semakin efektif pula pelaksanaan SPIP di daerah tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H1: terdapat pengaruh Good Governance (GG) terhadap efektivitas sistem pengendalian internal pemerintah.

2.

Pengaruh Akuntabilitas terhadap efektivitas sistem pengendalian internal pemerintah.

Akuntabilitas merupakan suatu upaya untuk memberikan pertanggungjawaban mengenai segala aktivitas dan kinerja yang telah dilakukan oleh suatu entitas kepada pihak-pihak yang berkpentingan.

Akuntabiltas adalah pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas

yang dilakukan. Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang

amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan.

(16)

22

melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Mahmudi, 2015: 9).

Berdasarkan penelitian Prabawa, Karamoy, & Mawikere, (2020) tentang Pengaruh Sistem Pengendalian Internal dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Good Governance. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap sistem pengendalian internal, artinya jika akuntabilitas dalam pemerintahan desa semakin baik maka efektivitas sistem pengendalian internal cenderung akan semakin meningkat, hal ini menegaskan bahwa, dengan dilaksanakannya akuntabilitas dalam mengelola dana desa oleh aparatur desa, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H2: terdapat pengaruh Akuntabilitas terhadap efektivitas sistem pengendalian internal pemerintah.

3.

Pengaruh Transparansi terhadap efektivitas sistem pengendalian internal pemerintah.

Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi

setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan

pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan

pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. Transparansi yakni adanya

(17)

23

kebijakan terbuka bagi pengawasan, sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau oleh publik.

Berdasarkan Penelitian (Putra & Rasmini, 2019) tentang Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, dan Partisipasi Masyarakat Pada Efektivitas Pengelolaan Dana Desa. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa semakin baik transparansi dalam pemerintahan desa maka efektivitas pengelolaan dana desa cenderung akan semakin meningkat.

Upaya dalam meningkatkan pengelolaan dana desa harus terbuka atas semua informasi yang didapat serta melibatkan masyarakat. Keterbukaan atau informasi yang didapat dan keterlibatan publik dalam pengelolaan dana desa adalah awal perencanaan penyusunan dana desa melalui musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) pada berbagai tingkat. Pada saat musyawarah rencana pembangunan, usulan pembangunan adalah berdasarkan pada skala prioritas yang langsung diusulkan oleh publik. Pelaksanaan dari musyawarah rencana pembangunan yang sudah disusun berdasarkan skala prioritas harus sesuai dengan usulan pada saat musyawarah rencana pembangunan. Semakin tinggi transparansi yang terjadi maka cenderung semakin efektif pengelolaan dana desa. Dari uraian diatas maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H3: terdapat pengaruh transparansi terhadap efektivitas sistem

pengendalian internal pemerintah.

(18)

24

4.

Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap efektivitas sistem pengendalian internal pemerintah.

Partisipasi adalah prinsip bahwa setiap orang memiliki hak untuk terlihat dalam pengambilan keputusan di setiap penyelenggaraan pemerintahan baik secara langsung maupun tidak langsung. Partisipasi dalam pengelolaan dana desa sangat penting untuk meningkatkan pengelolaan yang efektif, dimana jika terjadi sesuatu yang tidak sesuai dalam penggunaan dana tersebut, masyarakat daapat komplain guna untuk menciptakan pengelolaan yang terarah.

Berdasarkan Penelitian (Putra & Rasmini, 2019) tentang Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, dan Partisipasi Masyarakat Pada Efektivitas Pengelolaan Dana Desa. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa semakin tinggi partisipasi masyarakat maka cenderung semakin tinggi pula efektivitas pengelolaan dana desa. Maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi berpengaruh signifikan terhadap efektivitas sistem pengendalian internal dalam mengelola dana desa.Dari uraian diatas maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H4: terdapat pengaruh partisipasi masyarakat terhadap efektivitas

sistem pengendalian internal pemerintah.

(19)

25 2.4 Kerangka Pemikiran

Variabel Independen Variabel Dependen

Sumber: Penulis, 2020 AKUNTABILITAS

(X1)

PARTISIPASI (X3) TRANSPARANSI

(X2)

Efektivitas Sistem Pengendalian

Internal Pemerintah

(Y)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penentuan nilai ambang pada Penelitian ini, digunakan penjumlahan dua parameter statistik, yaitu rerata dan simpangan baku dari hasil pengujian sebelumnya

PAM LYONNAISE JAYA yang telah diuraikan dalam penelitian, aplikasi ini dapat memudahkan pengguna dalam peminjaman buku dan modul, dapat membantu perusahaan dalam

Diharapkan dengan menggunakan metode Quantum Teaching dalam belajar membaca permulaan dapat meningkatkan keterampilan membaca permulaan siswa kelas satu MI Da’watul Khoirot

PRICELIST BAHAN FARMASI DAN KIMIA PANDU MEDIKAL, EDISI 2020

Hasil dari penelitian menyatakan bahwa baik secara simultan dan parsial variabel penyajian laporan keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap akuntabilitas

Selain faktor diatas keberhasilan toilet training pada anak juga dipengaruhi oleh pola asuh orangtua yang mengabaikan toilet training pada malam hari, hal ini

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Sistem Pengendalian Internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Laporan Keuangan dan Good Corporate Governance

Sumber Sekunder, sifat sumber sekunder adalah sebagai data pendukung, sehingga terbuka untuk semua jenis dokumen, baik itu berupa buku, artikel, surat kabar atau