7
Menurut Rahayu dan Berlian (1999) tanaman bawang merah dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Liliales
Family : Liliaceae Genus : Alium
Spesises : Alium ascalonicum L.
1. Akar
Tanaman bawang merah berakar serabut dengan system perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar.
Diameter bervariasi antara 5-2 mm. Akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar (AAK, 2004).
2. Batang
Memiliki batang sejati atau disebut “discus” yang berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh), diatas discus terdapat batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun dan
batang semua yang berbeda di dalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis (Sudirja, 2007).
3. Daun
Berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing, berwarna hijau muda sampai tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relative pendek (Sudirja, 2007).
4. Bunga
Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30-90 cm, dan di ujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga (Sudirja, 2007).
5. Buah dan Biji
Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tenaman secara generatif (Rukmana, 1995).
6. Syarat Tumbuh a. Iklim
Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi ± 1.100 m (ideal 0-800 m) diatas permukaan laut,
tetapi produksi terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung keadaan iklim meliputi suhu udara antara 25-32 C dan iklim kering, tempat terbuka dengan pencahayaan ± 70%, karena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup panjang, tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan pembentukan umbinya akan tinggi (BPPT, 2007 ).
b. Tanah
Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0-1.000 m dpl. Meskipun demikian ketinggian optimalnya adalah 0-400 m dpl saja, Secara umum tanah yang dapat ditanami bawang merah adalah tanah yang bertekstur remah sedang sampai liat, drainase yang baik, penyinaran matahari minimum 70%. (BPPT, 2007 ). Bawang merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik dengan dukungan jenis tanah lempung berpasir atau lempung berdebu, drajad kemasaman tanah (pH) tanah untuk bawang merah antara 5,5-6,5, tata air (darainase) dan tata udara (aerasi) dalam tanah berjalan baik, tidak boleh ada genangan (Sudirja, 2007).
B. Gulma Siam
Gulma siam (Chromolaena odorata L) (Asteraceae: Asterales) dalam bahasa Inggris disebut siam weed merupakan gulma padang rumput yang sangat luas penyebarannya di Indonesia. Gulma ini diperkirakan sudah tersebar di Indonesia sejak tahun 1910-an (Sipayung et al., 1991), dan tidak hanya terdapat di
lahan kering atau pegunungan tetapi juga banyak terdapat di lahan rawa dan lahan basah lainnya (Thamrin dan Asikin, 2007).
Gulma siam adalah gulma yang awalnya diketahui berasal dari Amerika Selatan dan Tengah, kemudian menyebar ke daerah tropis Asia, Afrika dan Pasifik, dimana ia digolongkan sebagai gulma invasif. Gulma ini dicirikan sebagai semak berkayu yang dapat berkembang dengan cepat, juga dikenal sebagai gulma siam, berdiri membentuk padat yang dapat mencegah pembentukan jenis tumbuhan lainnya. Gulma ini merupakan pesaing agresif dan mungkin memiliki efek allelopati. Gulma ini juga sangat merugikan karena dapat mengurangi kapasitas tampung padang penggembalaan, menyebabkan keracunan, bahkan mungkin sekali mengakibatkan kematian bagi ternak serta dapat menimbulkan bahaya kebakaran (Prawiradiputra, 2007).
Selain itu, gulma ini juga dikenal sebagai “tanaman marginal”, yaitu jenis tanaman yang bisa tetap tumbuh baik di areal yang kurang subur atau areal yang tidak cocok bagi pertumbuhan tanaman lainnya (Handayani dan Prawito, 2006).
Gulma siam termasuk ordo Asterales, keluarga Asteraceae. Bentuk daun oval dan bagian bawahnya lebih lebar, makin ke ujung makin runcing. Panjang daun 6–10 cm dan lebarnya 3–6 cm. Tepi daun bergerigi, menghadap ke pangkal, letaknya juga berhadap-hadapan. Karangan bunga terletak di ujung cabang (terminal), dan setiap karangan terdiri atas 20–35 bunga. Warna bunga pada saat muda kebiru-biruan, semakin tua menjadi coklat. Waktu berbunga serentak pada musim kemarau selama 3–4 minggu. Pada saat biji masak tumbuhan akan mengering kemudian bijinya pecah dan terbang terbawa angin. Kurang lebih satu
bulan setelah awal musim hujan, potongan batang, cabang dan pangkal batang akan bertunas kembali. Biji-biji yang jatuh ke tanah juga mulai berkecambah sehingga dalam waktu dua bulan berikutnya kecambah dan tunas-tunas telah terlihat mendominasi area (Prawiradiputra, 1985).
Perkembangan gulma siam sangat cepat, selain itu tumbuhan ini juga membentuk komunitas yang rapat sehingga dapat menghalangi berkembangan tumbuhan lain (FAO, 2006).
Potensi pertumbuhan gulma siam sangat tinggi. Hasil survei yang dilakukan oleh Suharjo dan Titik Nur Aeny (2011) di daerah Lampung menunjukkan bahwa gulma siam tersebar merata di berbagai jenis lahan seperti sawah, bantaran sungai, lahan kosong, tepi jalan, dan pekarangan. Rerata populasi gulma siam tertinggi di peroleh pada lahan kosong dengan persentase sebasar 53% dari keseluruhan populasi, sedangkan yang terendah di pekarangan sebesar 8%. Menurut Prasad et al., (1996), mula-mula gulma siam menyebar dan berkembang biak dengan biji, tetapi kemudian dapat memperbanyak diri secara vegetatif dengan cabang lateral, dan dapat tumbuh kembali setelah pembabatan atau pembakaran. Kemampuan pertumbuhan ini yang menyebabkan gulma siam berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber bahan organik atau kompos. Selain itu gulma siam mengandung unsur Nitrogen yang cukup tinggi. Hasil penelitian Kastono (2005) menunjukkan bahwa analisis kompos gulma siam mengandung N total sebesar 2,87%, pH 7,3, C organik 4,75%, bahan organik 8,18%, P2O5 1,44 mg/100 g, dan K2O 0,77 mg/100g. Pada komunitas yang rapat, kepadatan tanaman bisa mencapai 36 tanaman dewasa per m2 ditambah dengan tidak kurang
dari 1300 kecambah, padahal setiap tanaman dewasa masih berpotensi untuk menghasilkan tunas (Yadav dan Tripathi, 1981).
Kemampuannya mendominasi area dengan cepat disebabkan oleh produksi bijinya yang sangat banyak. Setiap tumbuhan dewasa mampu memproduksi sekitar 80.000 biji setiap musim (Department of Natural Resources, Mines and Water, 2006).
Gulma siam dapat tumbuh pada ketinggian 1000-2800 m dpl, sedangkan di Indonesia banyak ditemukan di dataran rendah (0-500 m dpl) seperti di perkebunan-perkebunan karet dan kelapa serta di padang-padang penggembalaan (FAO, 2006). Tinggi tumbuhan dewasa dapat mencapai lebih dari 5 m (Departmen of Natural Resources, Mines and Water, 2006).
Batang muda agak lunak dan berwarna hijau kemudian berangsur-angsur menjadi coklat dan keras (berkayu) apabila sudah tua. Letak cabang biasanya berhadap hadapan dan jumlahnya sangat banyak. Cabangnya yang rapat menyebabkan berkurangnya cahaya matahati kebagian bawah, sehingga menghabat pertumbuhan spesies lain, termasuk rumput yang tumbuh di bawahnya. (Chromolaena odorata L.) adalah salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai larvasida alami. Tumbuhan ini mengandung senyawa fenol, alkaloid, triterpenoid, tanin, flavonoid (eupatorin) dan limonen. Kandungan tanin yang terdapat dalam daun kirinyuh adalah 2,56% (Romdonawati, 2009).
Gulma siam sendiri mempunyai beberapa bagian yang menyusun bagian tumbuhannya, diantaranya yaitu:
1. Akar
Sistemnya radix primaria (akar tunggang). Bentuknya fusiformis (tombak) dan menjalar pada pangkalnya.
2. Batang
Memiliki batang yang tegak, berkayu, ditumbuhi rambut-rambut halus, bercorak garis-garis membujur yang paralel, tingginya mencapai 100-200 cm, bercabang-cabang dan susunan daun berhadapan
3. Daun
Daunnya berbentuk oval, bagian bawah lebih lebar, makin ke ujung makin runcing. Panjang daun 6-10 cm dan lebarnya 3-6 cm. Tepi daun bergerigi, menghadap ke pangkal. Letak daun juga berhadap - hadapan.
4. Bunga
Karangan bunga terletak di ujung cabang (terminal), dan setiap karangan terdiri atas 20–35 bunga. Warna bunga pada saat muda kebiru-biruan, semakin tua menjadi coklat. Waktu berbunga serentak pada musim kemarau selama 3–4 minggu.
5. Buah
Berupa buah yang kelopaknya tertinggal sebagai pappus (jambul).
Sehingga bisa dianggap tanaman ini tidak berbuah.
6. Biji
Kirinyuh memiliki kemampuan mendominasi area dengan sangat cepat.
Hal ini didukung karena jumlah biji yang dihasilkan sangat melimpah.
C. Klasifikasi Gulma Siam
1. Secara Ilmiah klasifikasi gulma siam (Chromolaena odorata L.) adalah:
Kingdom : plantae Diviso : Magnoliohyta Kelas : Magnoliopsida Sub-kelas : Asterales
Familia : Asteraceae Genus : Chromolaena
Spesies : Chromolaena odorataL.
2. Secara umum : Siklus hidup, Habitat, Bentuk Daun
a) Siklus Hidup : Gulma siam merupakan gulma yang dapat hidup lebih dari satu tahun hingga beberapa tahun (perennial). Kirinyuh memiliki kemampuan mendominasi area dengan sangat cepat. Hal ini didukung karena jumlah biji yang dihasilkan sangat melimpah. Pada saat biji pecah dan terbawa angin, lalu jatuh ke tanah, biji tersebut dapat dengan mudah berkecambah. Dalam waktu dua bulan saja, kecambah dan tunas-tunas telah terlihat mendominasi area.
b) Habitat : Gulma ini dapat tumbuh baik pada semua jenis tanah dan akan tumbuh lebih baik lagi bila mendapat cahaya matahari yang cukup.
Kondisi yang ideal bagi gulma ini adalah wilayah dengan curah hujan.
1.000 mm/tahun. Gulma ini tidak tahan terhadap naungan, namun demikian di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya krinyu banyak dijumpai di perkebunan karet, kelapa sawit, kelapa, jambu mente dan sebagainya.
c) Bentuk Daun : Bentuk daun oval dan bagian bawahnya lebih lebar, makin ke ujung makin runcing. (Chromolaena odorata L.) merupakan gulma bagi pertanian karena pertumbuhannya yang cepat, sehingga menggu produksi tanaman pertanian dan dapat menutupi lahan pertanian.