ADAB INTERAKSI GURU DAN MURID DALAM KISAH
MUSA DAN KHIDHR (TELAAH TERHADAP SURAT
AL-KAHF AYAT 60-82)
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Oleh:
Afif Arundina Raniyatushafa’ G 0000 900 45
FAKULTAS AGAMA ISLAM
1 ABSTRAK
Kisah-kisah dalam Al-Qur’an merupakan berita dari suatu permasalahan dalam masa yang saling berkelanjutan atau dengan kata lain suatu pemberitaan mengenai keadaan umat yang telah lalu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Salah satu kisah dalam Al-Qur’an yang berkenaan dengan kisah umat terdahulu yaitu kisah Musa dan Khidhr yang terdapat dalam Surat Al-Kahf Ayat 60-82, karena mengandung i‘tibār yang harus diamati dan dijadikan ‘ibrah dalam kehidupan.
Penelitian dalam skripsi ini membahas tentang masalah adab interaksi guru dan murid dalam kisah Musa dan Khidhr (telaah terhadap Surat Al-Kahf ayat 60-82) dan bertujuan untuk mengetahui adab interaksi guru dan murid dalam kisah tersebut beserta relevansinya dengan komponen interaksi guru dan murid serta problema dan tantangan pendidikan Islam kontemporer.
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian pustaka (library research), dengan sumber data yang digunakan adalah Tafsir Al-Mishbāh karangan Muhammad Quraish Shihab dan Tafsir Al-Maraghi karangan Ahmad Musthafa Al-Maraghi yang diterjemahkan oleh Hery Noer Aly dan Bahrun Abubakar, ditambah dengan buku-buku penunjang lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, kemudian dianalisis dengan menekankan pada analisis isi (content analysis) dan menggunakan metode deskriptif dan induktif.
Ada enam poin adab interaksi murid terhadap guru dan lima adab interaksi guru dengan murid dalam surat Al-Kahf ayat 60-82 yang sesuai dengan ahli pendidikan yaitu belajar dengan niat ibadah karena Allah, semangat dalam menuntut ilmu, memperlihatkan keseriusan dengan ungkapan sopan dan
tawadhu’, menghormati guru, murid memposisikan diri sebagai seseorang yang
membutuhkan ilmu, menghormati guru dan menepati kontrak belajar yang sudah disepakati antara murid dengan guru. Seorang guru harus melakukan tes minat dan bakat, melakukan kontrak belajar dengan murid, memberikan hukuman kepada murid sesuai dengan pelanggaran yang telah dilakukan, menjelaskan suatu pelajaran secara bertahap, dan menjelaskan hikmah (pengetahuan irfani) dibalik fakta atau fenomena (pengetahuan empiri) kepada murid.
Dalam kisah Musa dan Khidhr ini memiliki relevansi dengan pendidikan Islam kontemporer yaitu adanya komponen interaksi guru dan murid, seperti tujuan pendidikan, metode pendidikan, ciri-ciri interaksi guru dan murid, dan adanya pola interaksi antara guru dan murid, serta memiliki solusi bagi problema dan tantangan pendidikan Islam kontemporer, seperti tujuan menuntut ilmu yang certificate oriented, orientasi pendidikan Islam yang tidak menentu dan cenderung berpijak pada kebutuhan pragmatis, metode pembelajaran yang cenderung konservatif dan dikhotomi pendidikan.
2 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Banyak kisah-kisah tentang pendidikan yang terdapat di dalam Al-Qur’an karena berkaitan erat dengan adanya interaksi yang memuat unsur-unsur pendidikan. Namun tidak semua interaksi dikatakan sebagai interaksi guru dan murid tanpa mengetahui syarat dan faktor terpenting dalam proses tersebut. Menurut Winarno Surakhmad (1996: 14), yang disebut sebagai interaksi guru dan murid apabila memuat beberapa unsur dasar, di antaranya adalah bahan (materi) yang menjadi isi proses, tujuan yang jelas yang akan dicapai, pelajar (anak didik) yang aktif mengalami, guru (pendidik) yang melaksanakan proses, metode tertentu untuk mencapai tujuan, proses interaksi tersebut berlangsung dalam ikatan situasional dan adanya alat pendidikan.
Suatu kisah dapat dikatakan memiliki keterkaitan
dengan pendidikan apabila dalam proses interaksi tersebut mengandung tujuan pendidikan, pendidik, anak didik, metode, situasi pendidikan, materi atau bahan yang diberikan dalam proses pendidikan dan alat pendidikan. Kisah adalah salah satu metode Al-Qur’an untuk menyampaikan berbagai ide, berbagai aktivitas manusia dalam masyarakat dan konsekuensi-konsekuensi
perbuatan baik dan buruk kepada manusia agar mereka dapat bertindak dengan berpikir terlebih dahulu. Kisah mempunyai spesifikasi lebih leluasa untuk mengutarakan gagasan-gagasan, ide-ide dan pesan dengan tidak memberatkan pembaca sehingga tidak merasa jemu dan bosan (Ahmadi, 2001: 7).
3 telah lalu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
Interaksi guru dan murid akan menjadi hubungan timbal balik yang baik apabila keduanya saling mengindahkan aturan agama, norma dan nilai-nilai yang berlaku. Namun, dalam kenyataannya yang banyak terjadi di masyarakat, dalam dunia pendidikan khususnya di Indonesia, banyak perilaku yang tidak sesuai dengan norma, nilai, dan prinsip kesopanan yang diatur dalam lembaga pendidikan, adat-istiadat masyarakat maupun ajaran agama. Sedikitnya ada berbagai kejadian asusila akibat tidak dilaksanakannya adab kesopanan antara guru dan murid. Ada murid yang melakukan tindakan tidak terpuji terhadap gurunya.
Berawal dari kondisi yang terjadi di lapangan, maka diperlukan kajian khusus tentang adab interaksi guru dan murid untuk menunjang proses pendidikan dan menekan kejadian yang tidak diinginkan.
Penulis juga ingin mengungkap salah satu kisah dalam Al-Qur’an yang berkenaan dengan kisah umat terdahulu. Kisah ini berkenaan dengan Musa dan Khidhr yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahf Ayat 60-82 karena mengandung i‘tibār yang harus diamati dan dijadikan
‘ibrah dalam kehidupan.
Diungkapkan dalam buku Kisah-kisah Sangat Misterius Super
Inspiratif dalam Al-Qur’an
(Horriyah, 2011: 141-143), “semua kisah yang terkandung dalam Al-Qur’an menyimpan banyak hikmah dan pelajaran untuk kita petik, tak terkecuali kisah Musa dan Khidhr yang mengajarkan mengenai sikap, adab dan etika dalam menuntut ilmu”.
B. Tujuan Penelitian
4 dengan komponen interaksi guru dan murid, serta problema dan tantangan pendidikan Islam kontemporer.
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Interaksi Guru dan Murid
Interaksi guru dan murid adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Menurut Sardiman A. M. (2011: 1), interaksi pendidikan mengandung arti adanya kegiatan interaksi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar di satu pihak dengan warga belajar (murid, anak didik atau subjek belajar) yang sedang melaksanakan kegiatan belajar di pihak lain.
B. Ciri-ciri Interaksi Guru dan Murid
Syaiful Bahri Djamarah (2000: 15-16), menjelaskan bahwa ciri-ciri interaksi guru dan murid sebagai berikut:
1. Interaksi guru dan murid mempunyai tujuan
2. Mempunyai prosedur yang direncanakan untuk mencapai tujuan
3. Interaksi guru dan murid ditandai dengan penggarapan materi khusus
4. Ditandai dengan aktivitas murid
5. Guru berperan sebagai pembimbing
6. Interaksi guru dan murid membutuhkan disiplin
7. Mempunyai batas waktu 8. Diakhiri dengan evaluasi 9. Evaluasi dilakukan oleh guru
untuk mengetahui sudah tercapai atau tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan
C. Tujuan Interaksi Guru dan Murid
5 tentang Sisdiknas Bab II Pasal 3, yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. D. Komponen-komponen
Interaksi Guru dan Murid Kegiatan belajar mengajar melibatkan serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh guru dan murid yang bertindak sebagai pelaku dalam pendidikan. Keduanya bersama-sama saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Proses interaksi antara guru dan murid tidak terlepas dari adanya komponen-komponen yang
mendukung kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini seperti yang dimuat dalam buku Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif (Djamarah, 2000: 16-21) bahwa interaksi guru dan murid mengandung sejumlah komponen, di antaranya adalah tujuan, bahan pelajaran, metode, alat dan sumber belajar (Fathurrohman, 2012: 60). E. Macam-macam Pola Interaksi
Guru dan Murid
Syaiful Bahri Djamarah (2000: 13-14) menyebutkan ada lima pola interaksi guru dan murid, yaitu:
1. Pola Guru-Murid
6 murid hanya berlangsung sepihak, yaitu dari pihak guru (Roestiyah, 1994: 41).
2. Pola Guru-Murid-Guru Tugas guru pada pola ini sebagai fasilitator yang memberikan motivasi dan menciptakan kondisi yang memungkinkan murid untuk giat belajar. Guru melontarkan masalah-masalah tertentu agar timbul inisiatif dari murid untuk mengkritisi dan memecahkan permasalahan tersebut. Sehingga terjadilah interaksi antara guru dan murid, karena pada pola ini ada hubungan timbal balik yang terjadi di antara guru dan murid dan ada situasi khusus yang timbul yaitu interaksi belajar mengajar.
3. Pola Guru-Murid-Murid Dalam hal ini, guru hanya menciptakan situasi dan kondisi sehingga tercipta suasana dan proses belajar mengajar yang aktif. Masing-masing murid memegang peranan dalam proses
interaksi belajar mengajar tersebut sedangkan guru berperan sebagai pembimbing yang mengawasi dan mengarahkan jalannya kegiatan pembelajaran. 4. Pola Guru-Murid,
Murid-Guru, Murid-Murid
Pola komunikasi multi arah, memungkinkan adanya kesempatan yang sama bagi setiap murid dan guru untuk saling berinteraksi. Setiap murid yang menghadapi permasalahan akan senantiasa aktif mencari jawaban dengan inisiatifnya sendiri sedangkan guru hanya membimbing, mengarahkan dan menunjukkan sumber belajar (Roestiyah, 1994: 41-45). 5. Pola Melingkar
7 berbicara dua kali agar murid yang lain mendapatkan giliran untuk mengemukakan pendapat, sanggahan dan jawaban.
F. Macam-macam Metode
Interaksi Guru dan Murid Metode adalah cara yang pada fungsinya merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan. Hal ini berlaku bagi guru sebagai metode mengajar dan bagi murid sebagai metode belajar. Semakin baik metode yang digunakan, semakin baik pula hasil yang didapatkan (Surakhmad, 2001: 96).
Para ahli menganggap metodologi pembelajaran sebagai ilmu bantu yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi berfungsi membantu bidang-bidang lain dalam proses pembelajaran. Sebuah metode memang bersifat netral dan umum, tidak diwarnai oleh suatu bidang saja, tetapi mengandung unsur-unsur inovatif karena memberi alternatif lain yang dapat digunakan di dalam kelas.
G. Hubungan Baik Guru dan
Murid
Guru dan murid memiliki adab yang harus dipenuhi dalam proses interaksi pendidikan. Kata adab menunjuk pada suatu kebiasaan, etika, pola tingkah laku yang dianggap sebagai model yang membawa implikasi makna etika dan sosial (Syafi’i, 2009). Sedangkan interaksi berarti hubungan timbal balik secara langsung antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar (Sastrapradja, 1981: 288). Kata adab dan interaksi digunakan sebagai bentuk tata kesopanan dalam hubungan timbal balik antara guru dan murid.
H. Problema dan Tantangan Pendidikan Kontemporer
8 tinggi, dan ditemukannya nila-nilai Islam dalam sistem pendidikan (Daulay, 2009: 160).
Meskipun demikian, bukan berarti pendidikan Islam tidak memiliki masalah yang muncul di era masa kini. Ada dua faktor yang melatar belakangi masalah tersebut, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini penjelasannya:
1. Faktor Internal
Faktor internal yang menjadi masalah pada pendidikan masa kini di antaranya adalah:
a. Orientasi pendidikan Islam yang tidak menentu dan cenderung berpijak pada kebutuhan pragmatis.
b. Metode pembelajaran yang cenderung konservatif.
2. Faktor Eksternal
a. Dikhotomi pendidikan. b. Certificate oriented.
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian pustaka (library research) atau deskriptif, yaitu penelitian yang datanya disimpulkan berupa tulisan, kata-kata, gambar dan bukan angka-angka (Moleong, 2002: 6). Dalam hal ini peneliti akan menganalisis adab interaksi guru dan murid dalam kisah Musa dan Khidhr (telaah Surat Al-Kahf ayat 60-82).
B. Metode Pengumpulan Data Karena penelitian ini adalah penelitian pustaka, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi yaitu dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel melalui catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan lain sebagainya (Arikunto, 2006: 231). Data dikumpulkan dalam wujud catatan atau data tertulis. C. Sumber Data
9 peneliti mengamati, membaca, atau bertanya tentang data (Arikunto, 2006: 116). Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah Tafsir
Al-Mishbāh karangan Muhammad
Quraish Shihab dan Tafsir
Al-Maraghi karangan Ahmad
Musthafa Al-Maraghi yang diterjemahkan oleh Hery Noer Aly dan Bahrun Abubakar. Tafsir Al-Mishbāh dipilih karena menekankan pada aspek kekinian dan memiliki corak kebahasaan yang dominan untuk memudahkan memahami Al-Qur’an. Sedangkan Tafsir Al-Maraghi dipilih karena memiliki
corak penafsiran yang lebih rinci dengan uraian-uraian yang panjang lebar.
D. Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dalam kegiatan penelitian ini selanjutnya dianalisis supaya dapat diambil kesimpulan, dengan menekankan pada analisis isi (content analysis). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan induktif.
HASIL
A. Adab Interaksi Guru dan Murid dalam Surat Al-Kahf Ayat 60-82
1. Interaksi Murid dengan Guru
Dalam surat Al-Kahf ayat 60-82 terdapat beberapa adab interaksi murid dengan guru yang dilakukan oleh Musa terhadap Khidhr, di antaranya adalah:
a. Belajar dengan niat ibadah karena Allah
Tujuan menuntut ilmu yang dilakukan oleh Musa tersebut berdasarkan perintah dan petunjuk dari Allah (lihat bab III halaman 64), sehingga niatnya pun untuk beribadah kepada Allah. Teori ini sesuai dengan penjelasan Heri Jauhari Muchtar yang diuraikan pada bab II halaman 22, bahwa “Pendidikan dalam Islam haruslah berusaha
10 mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu kepada Rubbubiyah Allah sehingga mewujudkan manusia yang berjiwa tauhid, takwa kepada Allah, rajin beribadah dan beramal shalih, ulil albab, serta berakhlakul karimah”.
b. Semangat dalam menuntut ilmu
Musa sangat antusias untuk mencari hamba Allah, sehingga dia membulatkan tekad untuk berguru dengan menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan (lihat bab III halaman 64 dan halaman 77-78) dan secara implisit sesuai dengan teori pada bab II halaman 46 poin g. c. Memperlihatkan
keseriusan dengan ungkapan sopan dan tawadhu’
Pada ayat 66 menjelaskan tentang ucapan Musa terhadap
Khidhr yang sangat halus (lihat bab III halaman 69, 80-81). Dia tidak menuntut untuk diajar, tetapi permintaannya diajukan dalam bentuk pertanyaan, “Bolehkah aku mengikutimu?”. Ucapan ini mengandung makna kesungguhan dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai pengikut atau pelajar dan sesuai dengan bab II, poin c pada halaman 45 yaitu murid harus bersikap tawadhu’ (rendah hati) dengan cara meninggalkan
kepentingan pribadi untuk kepentingan
pendidikannya.
d. Murid memposisikan diri
sebagai yang
11 Upaya tersebut menjadikan diri Musa sebagai pengikut atau pelajar (lihat bab III halaman 69).
e. Menghormati guru
Dalam percakapan antara Musa dan Khidhr, terlihat bahwa Musa menggunakan kalimat-kalimat yang sopan dan halus sebagai bentuk penghormatan seorang murid kepada gurunya. Apabila Musa melakukan kesalahan, dia dengan segera akan minta maaf dan berjanji untuk berlaku sabar dan taat (lihat bab III halaman 70 dan 81). Hal ini sesuai dengan penjelasan pada bab II halaman 47 bahwa murid harus ikhlas dalam menuntut ilmu dengan cara menghormati guru dan berusaha memperoleh keridhaan guru dengan menggunakan cara-cara yang baik.
f. Menepati kontrak belajar yang sudah disepakati antara murid dengan guru
Pada ayat 69 ditafsirkan sebagai janji dan merupakan adab yang mengandung makna permohonan untuk memperoleh bantuan Allah dalam menghadapi sesuatu, dengan ucapan inilah Nabi Musa tidak dapat dinilai berbohong dengan
ketidaksabarannya,
karena dia telah berusaha (lihat halaman 70 dan 81). Hal ini juga sesuai dengan teori pada bab II halaman 20.
2. Interaksi Guru dan Murid a. Melakukan tes minat dan
12 70). Kesabaran adalah bagian dari karakter. Dari tes tentang karakter dapat diperluas ke tes minat dan bakat. Karena bisa jadi seseorang tidak mempunyai bakat tetapi mempunyai minat tinggi yang dia akan berhasil. Meskipun dalam kasus ini Musa tidak berhasil.
Hal di atas sesuai dengan pendapat Abuddin Nata yang diuraikan pada bab II halaman 48 poin c yaitu
guru harus
memperlakukan murid sesuai dengan kesanggupannya. Tes minat dan bakat dilakukan untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh murid dalam proses pembelajaran.
b. Melakukan kontrak belajar dengan murid
Konsekuensi dan syarat yang diucapkan Khidhr ini menunjukkan
adanya keterikatan (kontrak) antara Musa dengan Khidhr yaitu Musa dilarang untuk menyanggah, bertanya ataupun memberikan komentar terhadap perbuatan yang akan dilakukan Khidhr. Kontrak belajar ini selanjutnya menjadi peraturan yang mengikat antara Khidhr dan Musa.
Penjelasan di atas membuktikan adanya interaksi yang terjadi antara guru (Khidhr) dan Murid (Musa) dan sesuai dengan ciri-ciri interaksi guru dan murid yang diungkapkan oleh Syaiful Bahri Djamarah (2000: 15-16) pada bab II halaman 20, yaitu interaksi guru dan murid membutuhkan disiplin. c. Memberikan hukuman
13 Bentuk hukuman yang diberikan dalam kisah ini adalah:
1) Diperingatkan dengan lemah lembut.
2) Diperingatkan dengan cara agak keras, seperti memberikan celaan.
3) Menghukum dengan perpisahan
d. Menjelaskan suatu pelajaran secara bertahap
Sebagai pendidik,
Khidhr telah
membimbing dan mengarahkan Musa. Salah satu cara yang dilakukannya adalah menjelaskan suatu pelajaran secara bertahap.
e. Menjelaskan hikmah (pengetahuan irfani) dibalik fakta atau fenomena (pengetahuan empiri) kepada murid
Pada ayat 78-82 dijelaskan bahwa Khidhr menjelaskan hikmah dari perbuatan yang telah
dilakukannya selama melakukan perjalanan bersama Musa.
B. Relevansi Adab Guru dan Murid dalam Surat Al-Kahf Ayat 60-82
1. Relevansi dengan Komponen-komponen dalam Interaksi Guru dan Murid
a. Adanya tujuan pendidikan Tujuan pendidikan pada kisah ini ditunjukkan pada ayat 60, yaitu Musa menuntut ilmu berdasarkan perintah dan petunjuk dari Allah (lihat bab III halaman 64), sehingga niatnya pun untuk beribadah kepada Allah. Teori ini sesuai dengan penjelasan Heri Jauhari Muchtar yang diuraikan pada bab II halaman 22.
b. Adanya metode pendidikan
Metode
14 dengan metode pendidikan kontemporer adalah metode teaching and motivation (lihat bab II halaman 34-35) yang ditunjukkan pada rasa keingintahuan dan semangat yang dimiliki oleh Musa untuk mempelajari ilmu bersama Khidhr, metode
wisdom in answering
question yang
ditunjukkan pada sikap Khidhr yang bijaksana dalam menyikapi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Musa, metode reasoning and
argumentation yaitu
Khidhr menjelaskan ilmu kepada Musa secara bertahap, dan metode mau‘izhah yang memiliki
kesesuaian dengan metode reasoning and argumentation.
c. Adanya ciri-ciri interaksi guru dan murid yaitu interaksi guru dan murid membutuhkan disiplin
Disiplin dalam kisah ini ditunjukkan dengan adanya kontrak belajar yang harus ditaati oleh Musa (lihat bab III halaman 81 poin e). d. Terdapat pola interaksi
antara guru dengan murid, yaitu pola komunikasi dua arah atau disebut dengan pola guru-murid-guru (lihat bab II halaman 26-27 nomor 2) yang melibatkan Musa dan Khidhr.
2. Relevansi sebagai Solusi bagi Problema dan
Tantangan Pendidikan Islam Kontemporer
Dalam kisah Musa dan Khidhr ini, terdapat solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan yang sedang terjadi pada pendidikan masa kini, sebagaimana diuraikan sebelum ini, yaitu:
15 ilmu yang certificate oriented.
b. Adanya semangat dalam menuntut ilmu sebagai solusi bagi problema orientasi pendidikan Islam yang tidak menentu dan cenderung berpijak pada kebutuhan pragmatis.
c. Bentuk pengabdian dan penghormatan kepada seorang guru di antaranya dengan memperlihatkan keseriusan dengan ungkapan sopan dan
tawadhu’, murid
memposisikan diri sebagai seorang yang membutuhkan ilmu dan menghormati guru juga sebagai solusi bagi problema orientasi pendidikan Islam yang tidak menentu dan cenderung berpijak pada kebutuhan pragmatis. d. Metode pembelajaran
yang bervariasi seperti metode teaching and motivating, reasoning and
argumentation, wisdom in
answering question dan
metode mau’izhah sebagai solusi bagi penggunaan metode pembelajaran yang cenderung konservatif. e. Adanya interaksi
pendidikan yang terjadi antara guru dengan murid, yaitu pola guru-murid-guru sebagai solusi bagi penggunaan metode pembelajaran yang cenderung konservatif. Namun, interaksi ini hanya sebatas interaksi yang memberikan
feedback kepada guru,
belum terdapat interaksi antar murid. Akan lebih baik jika pola yang digunakan adalah pola yang melibatkan murid secara keseluruhan. f. Menjelaskan hikmah
16 solusi bagi problema dikhotomi pendidikan, karena pengetahuan irfani adalah dasar bagi bangunan ilmu agama sementara pengetahuan empiri adalah dasar bagi bangunan ilmu yang disebut sekuler.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diungkapkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa adab interaksi guru dan murid dalam kisah Musa dan Khidhr (telaah terhadap surat Al-Kahf ayat 60-82) adalah sebagai berikut:
1. Adab interaksi murid terhadap guru dalam surat Al-Kahf ayat 60-82 a. Belajar dengan niat
ibadah karena Allah. b. Semangat dalam
menuntut ilmu. c. Memperlihatkan
keseriusan dengan
ungkapan sopan dan
tawadhu’.
d. Murid memposisikan diri sebagai seseorang yang membutuhkan ilmu. e. Menghormati guru. f. Menepati kontrak belajar
yang sudah disepakati antara murid dengan guru.
Dari enam poin interaksi murid dengan guru, ada dua poin baru yang belum dijelaskan dalam pemikiran ahli pendidikan Islam pada bab II, yaitu murid memposisikan dirinya sebagai seseorang yang membutuhkan ilmu dan menepati kontrak belajar yang sudah disepakati antara murid dengan guru. 2. Adab interaksi guru dengan
murid dalam surat Al-Kahf ayat 60-82
a. Melakukan tes minat dan bakat.
b. Melakukan kontrak belajar dengan murid. c. Memberikan hukuman
17 d. Menjelaskan suatu
pelajaran secara bertahap.
e. Menjelaskan hikmah (pengetahuan irfani) dibalik fakta atau fenomena (pengetahuan empiri) kepada murid. Dari lima poin interaksi guru dengan murid ada satu poin baru yang belum dijelaskan dalam pemikiran ahli pendidikan Islam yang dijelaskan pada bab II yaitu menjelaskan hikmah (pengetahuan irfani) dibalik fakta atau fenomena (pengetahuan empiri) kepada murid.
3. Kisah Musa dan Khidhr ini memiliki relevansi dengan pendidikan Islam kontemporer:
a. Dalam komponen-komponen interaksi guru dan murid, yaitu:
1) Tujuan pendidikan yang diniatkan untuk beribadah kepada Allah.
2) Adanya metode pendidikan, yaitu
metode teaching and motivation, wisdom in
answering question,
reasoning and
argumentation, dan
metode mau‘izhah. 3) Terdapat pola
interaksi antara guru dengan murid, yaitu pola komunikasi dua arah atau disebut dengan pola guru-murid-guru yang melibatkan Musa dan Khidhr.
b. Sebagai Solusi bagi problema dan tantangan pendidikan Islam kontemporer, yaitu: 1) Belajar dengan niat
ibadah kepada Allah sebagai solusi bagi problema tujuan menuntut ilmu yang certificate oriented.
18 dan cenderung berpijak pada kebutuhan
pragmatis.
3) Bentuk pengabdian dan penghormatan kepada seorang guru di antaranya dengan memperlihatkan keseriusan dengan ungkapan sopan dan
tawadhu’, murid
memposisikan diri sebagai seorang yang membutuhkan ilmu dan menghormati guru juga sebagai solusi bagi problema orientasi pendidikan Islam yang tidak menentu dan cenderung berpijak pada kebutuhan pragmatis.
4) Metode
pembelajaran yang bervariasi seperti metode teaching and motivating,
reasoning and
argumentation,
wisdom in answering
question dan metode
mau’izhah sebagai
solusi bagi penggunaan metode pembelajaran yang cenderung
konservatif.
5) Adanya interaksi pendidikan yang terjadi antara guru dengan murid, yaitu pola guru-murid-guru sebagai solusi bagi penggunaan metode
pembelajaran yang cenderung
konservatif. Namun, interaksi ini hanya sebatas interaksi yang memberikan
feedback kepada
guru, belum terdapat interaksi antar murid. Akan lebih baik jika pola yang digunakan adalah
pola yang
19 6) Menjelaskan hikmah
(pengetahuan irfani) dibalik fakta atau fenomena
(pengetahuan
empiri) kepada murid dapat dijadikan sebagai solusi bagi problema dikhotomi
pendidikan, karena pengetahuan irfani adalah dasar bagi bangunan ilmu agama sementara pengetahuan empiri adalah dasar bagi bangunan ilmu yang disebut sekuler. B. SARAN
Setelah membaca dan mencermati kembali adab interaksi antara guru dan murid dalam surat Al-Kahf ayat 60-82, ada beberapa saran yang penulis ajukan:
1. Kajian kisah Musa dan Khidhr ini relevan dan dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki adab interaksi guru dan murid pada zaman
sekarang, karena di dalamnya menawarkan dua poin baru yang belum dijelaskan dalam pemikiran pendidikan Islam, yang salah satunya menjadi solusi terhadap problema dan tantangan pendidikan Islam kontemporer.
2. Karena peneliti hanya mencari konsep adab interaksi guru dan murid dalam kisah Musa dan Khidhr (telaah terhadap surat Al-Kahf ayat 60-82), maka untuk penelitian selanjutnya yang akan membahas kisah Musa dan Khidhr atau adab interaksi guru dan murid, hendaknya menerapkan konsep adab yang telah ditemukan oleh peneliti dari kisah ini melalui penelitian tindakan kelas atau lapangan dengan cara menguji kelayakan teorinya secara langsung.
20 terhadap perbuatan Khidhr dan tentang kontrak belajar yang sudah disepakati antara murid dan guru, pada poin f adab interaksi antara murid dan guru.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. 1994. Tafsir Al-Maraghi Juz XIII, terjemahan Hery Noer Aly dan Bahrun Abubakar. Semarang: CV Toha Putra.
Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Daulay, Haidar Putra. 2009. Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: Rineka Cipta.
Depag RI. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Penerbit Lentera Hati.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru
dan Anak Didik dalam
Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis
Psikologis. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fathurrohman, Muhammad. 2012.
Belajar dan Pembelajaran
Membantu Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuai Standar Nasional. Yogyakarta: Penerbit Teras.
Horriyah. 2011. Kisah-kisah Sangat
Misterius Super Inspiratif
dalam Al-Qur’an. Jogjakarta: Bening.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sardiman A. M.. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Shihab, Muhammad Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbāh: Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Qur’an Jilid 8. Jakarta: Lentera
Hati.
Syafi’i, Agus. 2009. “Pengertian Adab”.
http://agusysyafii.blogspot.com
. (Diakses pada tanggal 18 Maret 2013 pukul 12:26 WIB).