• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Dasar merupakan lembaga pendikan yang paling dasar serta tempat di mana langkah paling awal dari proses pendidikan di Sekolah. Pendidikan di Sekolah Dasar memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia yang bermutu. Hal ini disebabkan Sekolah Dasar merupakan penentu keberhasilan pendidikan di jenjang selanjutnya. Para siswa di Sekolah Dasar akan mendapatkan dasar-dasar pengalaman belajar yang mendasar untuk dapat mengikuti pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Pendidikan di Sekolah Dasar akan mengembangkan potensi awal yang dimiliki siswa baik ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Menurut Pemendiknas Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, pada Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI) terdapat delapan mata pelajaran yaitu: 1) Pendidikan Agama, 2) Pendidikan Kewarganegaraan. 3) Bahasa Indonesia, 4) Matematika, 5) Ilmu Pengetahuan Alam, 6) Ilmu Pengetahuan Sosial, 7) Seni Budaya dan Keterampilan, 8) Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Kedelapan mata pelajaran tersebut memberikan konstribusi untuk tercapainya tujuan pendidikan di Sekolah Dasar. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar yaitu Matematika. Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak dapat dipisahkan dari mata pelajaran lainnya sesuai dengan pendapat Kline (Dulpaja, 2013:17, Suwangsih, 2006:4) stated that: "Mathematics is not an autonomous knowledge that can be perfect by

itself, but was mainly to help people in understanding and mastering the problems

of social, economic, and nature." Artinya, bahwa matematika itu bukan

pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

Pelaksanaan pembelajaran matematika yang optimal tentunya tidak terlepas oleh permasalahan paradigma terhadap matematika terutama oleh siswa,

(2)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

salah satunya yaitu matematika masih dianggap sulit bagi siswa. Paradigma tersebut sejalan dengan pendapat Cockcroft (Wahyudin,2003:4), “Mathematics is a difficult subject both to teach and to learn” atau matematika merupakan pelajaran yang sulit untuk diajarkan maupun dipelajari.

Paradigma proses pembelajaran matematika di Sekolah Dasar perlu diperbaiki secara benar, salah satu contoh paradigma yang harus dirubah adalah guru masih mejadi pusat pembelajaran bagi siswa-siswanya atau dikenal dengan teacher centered, guru sebagai sumber pengetahuan dan sebagai penyampai bahan

pelajaran, paradima tersebut harus dirubah menjadi guru sebagai sebagai fasilitator yang lebih menekankan pada aktivitas belajar siswa dan sebagai pusat proses pembelajaran (student centered), sehingga proses pembelajaran matematika dapat menjadikan siswa: 1)Memahami materi pelajaran matematika dengan baik; 2)Mengembangkan keterampilan proses berpikir siswa; dan 3)Mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa hasil penelitian menunjukan proses pembelajaran matematika di Sekolah Dasar masih belum memberikan hasil yang memuaskan. Dalam penelitian Sumarmo (Patmawati, 2008), mengemukakan bahwa hasil belajar matematika siswa Sekolah Dasar belum memuaskan, juga adanya kesulitan belajar yang dihadapi siswa dan kesulitan yang dihadapi guru dalam mengajarkan matematika. Sejalan dengan pendapat di atas, Soedjadi (Patmawati, 2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa daya serap rata-rata siswa Sekolah Dasar untuk mata pelajaran matematika hanya sebesar 42% dari 100%. Menurut hasil penelitian tersebut dapat dijadikan dasar perlunya peningkatan mutu dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Peningkatan mutu dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar salah satunya dapat dilakukan dengan mengoptimalkan interaksi antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa.

(3)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Tujuan mata pelajaran matematik di Sekolah Dasar juga sesuai dengan standar pendidikan matematik yang di tetapkan oleh National Council of Teacher of Mathematics (NCTM). Dalam NCTM (2000) menyatakan bahwa,

kemampuan-kemampuan standar yang harus dicapa i dalam pembelajaran matematik meliputi beberapa aspek yaitu: 1) Komunikasi Matematis (mathematical communication); 2) Penalaran Matematis (mathematical reasoning); 3) Pemecahan Masalah Matematis (mathematical problem solving); 4) Koneksi Matematis (mathematical connection); dan 5) Representasi Matematis (mathematical representation).

Salah satu kemampuan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah kemampuan koneksi matematis (mathematical connection). Kemampuan koneksi matematis merupakan kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

(4)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

matematis, baik koneksi antara konsep dalam matematika, koneksi antara konsep mata pelajaran lain, maupun antara konsep matematik dengan kehidupan sehari-hari.

Selain kemampuan koneksi matematis, kemampuan komunikasi matematis (mathematical communication) dalam pembelajaran juga perlu dikembangkan. Menurut Dewan NCTM pada Principles and Standards for School Mathematics (Hirschfeld & Cotton, 2008), “communication is an essential part of mathematics.” artinya komunikasi adalah bagian penting dari matematika. Proses komunikasi membantu membangun makna. Melalui komunikasi matematis siswa dapat mengorganisasikan berpikir matematikanya ba ik secara lisan maupun tulisan, serta siswa dapat memberikan respon yang tepat pada stimulus yang diberikan guru di dalam proses pembelajaran. Selain itu, tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dapat dilihat dari kemampuan mengkomunikasikan materi yang telah dipelajarinya agar dipahami oleh orang lain dengan baik, hal ini sejalan dengan Huggins (Qohar, 2010) yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan pemahaman konseptual matematis, siswa dapat mengemukakan gagasan matematisnya kepada orang lain. Maka dari itu pengembangan kemampuan komunikasi matematis di Sekolah Dasar sangatlah penting.

Dari paparan di atas tampak bahwa pengembangan kemampuan koneksi dan komunikasi matematis adalah hal yang penting. Maka dari itu perlu mengupayakan pembelajaran yang inovatif sehingga dapat mendorong siswa untuk berlatih mengembangkan kemampuan koneksi dan komunikasi matematisnya. Pembelajaran inovatif ini tentunya pembelajaran yang berpusat pada siswa, hal ini sesuai dengan pendapat Zakaria dan Iksan (2006) menyatakan bahwa berbagai strategi pengajaran telah dianjurkan untuk digunakan dalam kelas ilmu pengetahuan dan matematik, mulai dari pendekatan yang berpusat pada guru menjadi lebih berpusat pada siswa.

(5)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

matematis. Pembelajaran secara berkelompok dapat memungkinkan siswa lebih aktif, hal ini berdasarkan pendapat Ibrahim dan Syaodih (2003:47) bahwa pembelajaran lebih tepat jika dilaksanakan secara berkelompok. Dengan berkelompok siswa dimungkinkan lebih aktif dalam mengikuti pelajaran. Pembelajaran secara berkelompok adalah salah satu unsur utama pada pembelajaran kooperatif, karena menurut Sutawidjaja (2011:4.14) Pembelajaran kooperatif merupakan perluasan dari pembelajaran kelompok kecil (small-group work). Pembelajaran kooperatif juga dapat dijadikan sebagai dorongan yang kuat

bagi siswa untuk mengembangkan kemampuannya, sesuai dengan pendapat Tran (2014) bahwa pembelajaran kooperatif juga dapat memberikan rangsangan atau dorongan aktifitas kognitif, memperkenalkan tingkat yang lebih tinggi dari prestasi dan pengetahuan.

Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran, salah satunya adalah mata pelajaran matematika, karena menurut Zakaria dan Ikhsan (2006) pada dekade terakhir terdapat sejumlah besar penelitian yang dilakukan pada pembelajaran kooperatif dalam ilmu pengetahuan alam dan matematika. Pembelajaran kooperatif ini didasarkan pada keyakinan bahwa belajar paling efektif ketika siswa aktif terlibat dalam berbagi ide dan bekerja kooperatif untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Selain itu menurut Leikin dan Orit (2013) dalam kesimpulan artikelnya mengatakan bahwa pembelajaran matematika yang di atur dengan pembelajaran kooperatif tertentu, sering kali siswa dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, masalah yang lebih abstrak, dan mengembangkan pemahaman matematika siswa.

(6)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Thing Pair Share (TPS) lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Menurut pendapat dan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa upaya untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan komunikasi matematis dapat menerapkan pembelajaran kooperatif (Cooperative learning).

Menurut Slavin (1995:4) “In cooperative learning methodes, students work together in four member to master material initially presented by the teacher”. Uraian tersebut menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran kelompok kecil yang berjumlah 4 orang secara kolaboratif agar siswa menguasai materi yang disajikan guru. Sejalan dengan Slavin, menurut Karli dan Yuliatiningsih (2002:70) Model Kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Dengan demikian, keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh setiap individu melakukan kerjasama antar individu pada satu kelompok atau tim. Selanjutnya agar siswa semakin memahami materi pelajaran dan dapat mengembangkan kemampuan koneksi dan komunikasi matematis diperlukan kegiatan yang menyenangkan berupa permainan (games) dalam bentuk perlombaan (Tournament) antar tim. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menyenangkan tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT). Sesuai dengan pendapat Saco (Rusman, 2010:224) bahwa di dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing- masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok.

Berdasarkan ura ia n di atas maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Terhadap Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis

(7)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, masalah ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan koneks i antara siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan siswa yang memperoleh pembelajaran klasikal?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi antara siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan siswa yang memperoleh pembelajaran

klasikal?

3. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematis terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa?

4. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematis terhadap peningkatan kemampuan Komunikasi matematis siswa?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi objektif tentang peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran Kooperatif tipe TGT untuk menanamkan kesadaran individu untuk memperhatikan proses berpikir dalam mempelajari matematika.

(8)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) serta siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran klasikal.

2. Mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) serta siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran klasikal.

3. Mengetahui pengaruh interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematis siswa terhadap peningkatan kemampuan koneksi matemtis siswa.

4. Mengetahui pengaruh interaksi antara pembelajaran dan kemampuan matematis awal siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matemtis siswa.

D. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbagan pengetahuan pembelajaran matematika dalam mengembangkan kemampuan koneksi di Sekolah Dasar.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumba ngan pengetahuan pembelajaran matematika dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematis di Sekolah Dasar.

3. Penelitian ini sebagai salah satu alternatif desain pembelajaran pada siswa kelas tinggi di Sekolah Dasar.

E. Definisi Operasional

(9)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Kemampuan koneksi matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Adapun indika tor kemampuan koneksi matematis dalam penelitian ini adalah 1)Kemampuan menghubungkan pengetahuan konseptual dengan pengetahuan prosedural; 2)Menghubungkan berbagai representasi konsep atau prosedur satu sama lain; 3)Mengenali hubungan antara topik-topik berbeda dalam matematika; 4)Menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kemampuan komunikasi matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Adapun indikator kemampuan komunikasi matematis dalam penelitian ini adalah 1)Mengaitkan gambar atau diagram ke dalam gagasan-gagasan matematis; 2)Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematis; 3)Menjelaskan gagasan, situasi, dan relasi ke gambar, grafik, atau ajabar. 3. Pembelajaran Kooperatif tipe TGT yang dimaksud dalam penelitian ini

(10)

Arifin Muslim, 2013

(11)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Populasi / Sampel Penelitian

Lokasi Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Dasar Cikuya 1 yang beralamat di Desa Cikuya Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Cikuya 1 Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung.

Sampel penelitian ini adalah para siswa kelas IVA dan kelas IVB SDN Cikuya 1 sebanyak 52 orang siswa. 26 siswa dari kelas IVA ditetapkan menjadi kelas eksperimen. 26 siswa lainnya dari kelas IVB ditetapkan menjadi kelas kontrol. Selain itu, alasan mengapa memilih kelas IV yaitu mempertimbangkan bahwa siswa kelas IV dapat berpartisipasi dengan model pembelajaran baru dan tidak disibukkan dengan persiapan Ujian Nasional seperti Kelas V serta guru yang mengajar di kelas IV SDN Cikuya 1 dianggap mampu untuk mengajarkan Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), sehingga memudahkaan peneliti untuk melaksanakan penelitian.

B. Metode Penelitian

Metode yang peneliti pilih dalam penelitian ini adalah K uasi Eksperimen. Metode ini dipilih karena penelitian dilakukan pada bidang pendidikan, yang mana Subjek Eksperimen dan Subjek Kontrol dapat dipilih tidak secara acak (random), dan hal tersebut pada penelitian Eksperimen sebenarnya (real eksperiment) tidak dapat dilakukan.

Penelitian terdiri dari dua kelas yang berbeda yaitu kelas eksperimen dan kelas Kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Times Games Tournamen (TGT). Sedangkan, kelas kontrol adalah kelompok siswa yang pembelajarannya tidak menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Times Games Tournamen (TGT). Kelas IV A SDN Cikuya I merupakan kelas eksperimen

(12)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Variabel Penelitian

Adapun variabel penelitian ini dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (independent), adapun variabel bebas pada penelitian ini yaitu model pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament (TGT)

2. Variabel terikat (dependent), adapun variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan koneksi dan komunikasi matematis.

D. Desain Penelitian

Menurut Arikunto (2013: 123) terdapat tiga jenis design yang dimasukkan ke dalam kategori kuasi eksperimen , yaitu 1) One shot case study, 2) Pre-test and Post-Test, dan 3) Static Group Comparasion. Adapun Desain Penelitian

umumnya dipakai dalam pendidikan adalah Pre-Tes and Post-Test. Hal ini sesuai dengan pendapat McMillan & Schumacher (2010:342) Desain Pre-Tes dan Post-Tes sangat umum dan berguna dalam pendidikan, karena sering tidak mungkin untuk menetapkan secara acak subyek. Adapun desain Penelitian Pre-Tes and Post-Test dapat dilihat di bawah ini:

Keterangan :

A : Kelas Eksperimen X : Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT B : Kelas Kontrol O : Instrumen Pre-Test & Post-Test

Gambar 3.1 Desain Penelitian

E. Instrumen Penelitian

Intrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes, berupa tes bentuk uraian untuk mengukur kemampuan koneksi dan komunikasi matematis siswa.

1. Intrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis

Group Pretest Treatment Posttes

t A

B

O O

X O

O Time

(13)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Soal tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi dan komunikaisi matematis siswa terdiri dari 10 butir soal yang berbentuk uraian. Dalam penyusunan soal tes di awali dengan menyusun kisi-kisi soal yang dilanjutkan dengan menyusun soal beserta kunci jawaban dan aturan pemberian skor untuk masing- masing butir soal. Adapun tabel kisi-kisi soal tes berdasarkan indikator kamampuan koneksi dan komunikasi matematis yaitu.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Tes Kemampuan Koneksi Matematis

Kemampuan koneksi

1.1 Menghubungkan pengetahuan konseptual dengan pengetahuan prosedural.

1, 2 1.2 Menghubungkan berbagai representasikan

konsep atau prosedur satu sama lain.

3 1.3 Mengenali hubungan Antara topik-topik

berbeda dalam matematika

4 1.4 Menggunakan matematika dalam

kehidupan sehari-hari.

5, 6 Tabel 3.2

Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Kemampuan

Komunikasi Matematis Indikator

Nomor

2.1 Mengaitkan gambar/diagram kegagasan matematis

7 2.2 Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam

Bahasa atau symbol matematis

8 2.3 Menjelaskan gagasan, situasi, dan relasi ke

gambar, grafik atau aljabar.

9, 10

2. Proses Pengembangan Instrumen

(14)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Validitas

Menurut Sudjana (2010:12) mengatakan bahwa validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap skor per- item soal dengan menggunakakan rumus Product Moment Pearson setelah itu dihitung uji signifikan korelasi dengan menggunakan rumus t student. Untuk menentukan valid dan tidak validnya insrumen maka thitung akan dikonsultasikan dengan ttabel. Harga ttabel pada tingkat kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan (dk) = n – 2 =30 – 2 = 28 didapat ttabel = 1,701. Kriteria pengujian validitas adalah jika thitung > ttabel dengan taraf signifikan α = 0,05 untuk uji satu pihak (one tail test). Jika hasil yang diperoleh di luar taraf nyata tersebut maka item angket dinyatakan tidak valid. Adapun hasil uji validitas setiap item soal pada tabel 3.3 Berikut,

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Per-item Soal Intrumen Penelitian

Item Soal Koefisen Korelasi

Uji Signifikansi

korelasi (thitung ) Uji validitas Kesimpulan

No. 1 0,684 5,036 5,036 > 1,701 Valid

No. 2 0,79 6,923 6,923 > 1,701 Valid

No. 3 0,579 3,824 3,824 > 1,701 Valid

No. 4 0,709 5,417 5,417 > 1,701 Valid

No. 5 0,655 4,664 4,664 > 1,701 Valid

No. 6 0,727 5,693 5,693 > 1,701 Valid

No. 7 0,733 5,795 5,795 > 1,701 Valid

No. 8 0,841 8,368 8,368 > 1,701 Valid

No. 9 0,776 6,615 6,615 > 1,701 Valid

No. 10 0,671 4,869 4,869 > 1,701 Valid

b. Reliabilitas

(15)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk subjek yang sama. Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas tes ini adalah rumus Alpha.

Hasil perhitungan reliabilitas tes kemampuan koneksi dan komunikasi matematis telah diujicobakan di dapatkan nilai r11 = 0,798. Selanjutnya nilai r11 di atas dikonsultasikan dengan nilai tabel r Product Moment dengan dk = n – 2 = 30

– 2 = 28, signifikansi 5% maka diperoleh rtabel = 0,374. Keputusan dengan membandingkan r11 dengan rtabel, kaidah keputusan: jika r11> rtabel berarti Reliabel dan r11< rtabel berarti Tidak Reliabel. Setelah di dapatkan nilai r11 = 0,798 lebih besar dari rtabel = 0,374. maka semua data yang dianalisis dengan metode Alpha adalah Reliabel.

c. Indeks Kesukaran

(16)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ketentuan yang sering diikuti dalam menentukan indeks kesukaran dengan klasifikasi sebagai berikut:

- Soal dengan P, 0,00 sampai dengan 0,30 adalah soal sukar - Soal dengan P, 0,30 sampai dengan 0,70 adalah soal sedang - Soal dengan P, 0,70 sampai dengan 1,00 adalah soal mudah

Hasil perhitungan indeks kesukaran tes kemampuan koneksi dan komunikasi matematis telah diuji cobakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.4

Indeks kesukaran tes kemampuan koneksi dan komunikasi matematis No

Soal

Banyaknya siswa yang menjawab benar (1 untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Sedangkan menurut Arikunto (2010:211) Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (kemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besar daya pembeda disebut indeks diskriminasi disingkat D. Daya pembeda (indeks diskriminasi) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. dd

(17)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

J = Jumlah Peserta

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar BB = Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu benar PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

Adapun setelah di dapatkan skor daya pembeda dapat ditentuan klasifikasi koefisien Daya Pembeda sebagai berikut:

Tabel 3.5

Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda

Kriteria Daya Pembeda Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Untuk data dalam jumlah yang banyak (kelas besar) dengan n > 30, maka sebanyak 50% siswa memperoleh skor tertinggi dikategorikan kedalam kelompok atas (upper group) dan sebanyak 50% siswa yang memperoleh nilai terendah dikategorikan kelompok bawah (lower group).

Dari hasil perhitungan daya pembeda menggunakan klasifikasi di atas rangkumannya secara rinci disajikan pada tabel 3.6 berikut ini.

Tabel 3.6

Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis

No. soal Skor Daya Pembeda Klasifikasi Daya Pembeda

(18)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara ringkas, hasil uji validitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda item tes kemampuan koneksi dan komunikasi matematis siswa. Disajikan di dalam tabel 3.7 berikut ini,

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas, Taraf Kesukaran, dan Daya Pembeda Per-item Soal Tes Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis Siswa

No. Soal

Validitas Indeks kesukaran Daya Pembeda

Keputusan

thitung Kesimpulan Skor Kesimpulan Skor Kesimpulan

1 5,036 Valid 0,553 Sedang 0,28 Cukup Digunakan

2 6,923 Valid 0,693 Mudah 0,37 Cukup Digunakan

3 3,824 Valid 0,273 Sukar 0,15 jelek Digunakan

No. Soal

Validitas Indeks kesukaran Daya Pembeda

Keputusan

thitung Kesimpulan Skor Kesimpulan Skor Kesimpulan

4 5,417 Valid 0,607 Sedang 0,23 cukup Digunakan

Setelah dilakukan uji coba serta analisis terhadap tes kemampuan koneksi dan Komunikasi matematis maka perangkat tes tersebut akan digunakan sebagai instrumen penelitian, karena untuk setiap butir soal dianggap baik untuk dijadikan sebagai alat ukur penelitian.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur pada penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pengumpulan data. Uraian dari kedua tahap tersebut adalah sebagai berikut,

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian meliputi tahap-tahap penyusunan proposal, seminar proposal, studi pendahuluan, penyusunan instrumen penelitian pengujian instrumen dan perbaikan instrumen. Kegiatannya meliputi:

(19)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penentuan jadwal penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapan waktu yang tepat melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014.

b. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, dengan mengkaji terlebih dahulu silabus mata pelajaran matematika kelas IV SD semester genap. Pengkajian dilakukan terhadap materi pelajaran, alokasi waktu, indikator pencapaian serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP disusun disesuaikan dengan pembelajaran model pembelajaran Kooperatif tipe Times Games Tournamen (TGT) di sekolah dasar.

c. Membuat kisi-kisi tes uji coba.

d. Mempersiapkan instrumen pengumpulan data berupa tes kemampuan koneksi matematis siswa dan lembar observasi.

2. Tahap pelaksanaan

Peneliti melaksanakan pembelajaran model pembelajaran Kooperatif tipe TGT di kelas eksperimen. Berikut ini dijelaskan proses pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen, Secara garis besar tahapan–tahapan tersebut dapat dilihat dari gambar prosedur penelitian ini,

Kelas Eksperimen

Pembelajaran matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Team Games Tournament

Kelas Kontrol

Pembelajaran matematika dengan pembelajaran Klasikal Pelaksanaan

Penelitian

Tes Awal (Pretest)

Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis Siswa

Analisis validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran

Tes Akhir (Postest)

(20)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2. Prosedur Penelitian

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan guna menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Penelitian ini menggunakan tiga cara pengumpulan data yaitu tes, wawancara dan observasi.

1. Tes,

Tes merupakan suatu teknik atau cara yag digunakan dalam melaksanakan pengukuran yang didalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Tes yang dilakukan dalam bentuk tes tertulis berupa tes uraian. Tes tertulis, dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas eksperiment maupun kelas kontrol sebelum (pretest) dan sesudah mendapatkan treatment (posttest) dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT.

2. Wawancara,

Wawancara dilakukan kepada guru dan siswa untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran.

H. Teknik Pengolahan Data

(21)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(pretes) maupun tes akhir (postes). Pengolahan data ini ditujukan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan. Dalam hal ini, terdapat empat hipotesis utama yang akan diuji.

Hipotesis ke-1, dan ke-2 berhubungan dengan uji dua pihak dari dua sampel bebas dengan tingkat pengukuran interval rasio. Langkah-langkah yang diperlukan untuk uji hipotesis ke-1 dan ke-2 yaitu:

1. Memberikan skor pada tes pretes dan postes ke las eksperimen dan kelas kontrol, sesuai dengan kunci jawaban dan sistem perskoran.

2. Menghitung peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran yang dihitung yaitu gain ternormalisasi yang dikembangkan oleh Meltzer (Zalihar, 2012:63)

Tabel 3,8

Interpretasi Kualifikasi Skor N-Gain

Skor N-Gain Interpretasi

0,7 < g ≤ 1,00 0,3 < g ≤ 0,7

g ≤ 0,3

Tinggi Sedang Rendah

3. Melakukan uji normalitas data n-gain pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan menggunakan Uji Shapiro-Wilk dengan SPSS 20.

4. Jika berdistribusi normal maka dilanjutkan pada uji homogenitas varians dari skor n- gain untuk dengan menggunakan rumus Uji Levene dengan SPSS 20.

5. Melakukan uji perbedaan dua rata-rata, Jika data berdistribusi normal dan homogen, maka uji beda yang digunakan adalah uji-t. Sedangkan apabila datanya tidak memenuhi kriteria normal atau tidak homogen, maka uji beda yang digunakan adalah Uji Mann Whitney.

(22)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan: : Dan : Atau

Gambar 3. 3. Kaidah Uji Dua Pihak dari Dua Sampel Bebas (Prabawanto,2013) Sementara itu, pada hipotesis ke-3 dan ke-4 terdapat dua buah faktor, yaitu faktor pembelajaran (kelas) dan faktor pengelompokan berdasarkan kemampuan awal matematis. Faktor pertama terdiri dari dua macam pembelajaran (pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dan pembelajaran klasikal) dan faktor kedua terdiri dari tiga macam pengelompokkan (rendah, sedang, dan tinggi). Menurut Prabawanto (2013:99) bahwa desain faktorialnya adalah desain faktorial 3x2. Tabel berikut menggambarkan rata-rata n- gain kemampuan koneksi dan komunikasi matematis ditinjau dari faktor pembelajaran dan faktor kemampuan awal matematis.

Tabel 3. 9

Rata-rata Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Komunikasi Matematis ditinjau dari Faktor Kemampuan Koneksi Matematis

Kemampuan Koneksi Matematis

Kemampuan Komunikasi Matematis

Pembelajaran Pembelajaran

KTGT Klasi KTGT K

(23)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Setelah Memperoleh Pembelajaran (A)

Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Setelah Menurut Kemampuan Awal Matematis (B) Kelompok

Tinggi (T) KKonMKTGTT KKonMKT KKomMKTGTT KKomMKT Sedang (S) KKonMTKGTS KKonMKS KKomMKTGTS KKomMKS Rendah (R) KKonMKTGTR KKonMKR KKomMKTGTR KKomMKR

Keterangan:

KAM = Kemampuan awal matematis KKonM = Kemampuan Koneksi Matematis KKomM = Kemampuan Komunikasi Matematis KTGT = Kooperatif tipe TGT

K = Klasikal

Untuk mengetahui pengaruh interaksi antar faktor pembelajaran dan faktor kemampuan awal siswa terdahadap kemampuan koneksi, dan komunikasi matematis digunakan uji ANOVA dua jalur jika syaratnya dipenuhi. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menguji hipotesis ke 3, dan ke-4 ini adalah,

1. Menghitung peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran yang dihitung yaitu n-gain ternormalisasi

2. Melakukan uji normalitas data skor n-gain kemampuan koneksi dan komunikasi matematis.

3. Melakukan uji homogenitas varians data skor n- gain kemampuan koneksi dan komunikasi matematis dengan menggunakan rumus Uji Levene dengan SPSS 20.

4. Melakukan uji perbedaan dari n-gain dengan menggunakan Uji ANOVA dua jalur. Jika terdapat perbedaan maka akan diteruskan pada Uji ANOVA lanjutan dengan menggunakan Uji HSD Tukey.

Secara ringkas langkah- langkah uji hipotesis ke-1 dan ke-2 dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut

(24)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Apakah setiap data A (1,2) dan data (1,2,3) berdistribusi normal?

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya Ya

Tidak

Tidak Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Gambar 3.4. Kaidah Uji Interaksi antara Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematis Siswa (Prabawanto, 2013) Apakah Pengelompokan memberi efek

beda? (kruskal-Wallis)

Apakah Setiap dua kelompok data B (1,2,3) masing-masing berdistribusi

normal?

Apakah Setiap dua kelompok data B (1,2,3) homogen?

Uji t Uji

Mann-Whitney

Apakah terdapat pengaruh interaksi A*B terhadap kemampuan Koneksi dan Komunikasi matermatis? (Anova

Dua Jalur)

Apakah pengelompokkan memberi efek beda? (Anova Satu Jalur)

Uji t’ Uji HSD T ukey

(25)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Agustiawan, R. dan dkk. (2013). Analisis Kesalahan Matematika Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Pembelajaran Sistem Persamaan Linier Dua Variabel. Artikel Penelitian Universitas Negeri Gorontalo. [Online]. http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFMIPA/article/viewFile/3369/3345. (14 November 2014)

Alhadad, I. (2012). Penerapan Teori Perkembangan Mental Piaget Pada Konsep Kekekalan Panjang. Infinity Jurnal Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bangung Vol 1, No.1, Februari 2012. [Online]. http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2012/08/Idrus-Alhadad.pdf. (17 November 2014).

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara. _______. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi

Aksara.

Ahmad, Z. & Nasir M. (2010). Effects of Cooperative Learning vs. Traditional Instruction on Prospective Teachers’ Learning Experience and Achievement. Pakistan: Ankara University, Journal of Faculty of Educational Sciences, year: 2010, vol: 43, no: 1, 151-164. [Online]. http://dergiler.ankara.edu.tr/dergiler/40/1342/15555.pdf. (6 November 2014).

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan.

Fadhilaturrahmi. (2014). Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD dan GI Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. Thesis SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan. [Online]. http://repository.upi.edu/11431/. (15 November 2014)

Hirschfeld, K. & Cotton. (2008). Mathematical Communication, Conceptual Understanding, and Students' Attitudes Toward Mathematics. Math in the Middle Institute Partnership Action Research Project Report: University of

Nebraska-Lincoln. [Online].

(26)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dulpaja, J. & Dedi R. (2013). Connected Mathematics Project (CMP) Model Based on Presentation Media to the Mathematical Connection Ability of Junior High School Student. Bandung: Journal of Education and Practice ISSN 2222-1735 (Paper) ISSN 2222-288X (Online) Vol.4, No.4, 2013. [Online].

http://www.scribd.com/doc/210294419/4512-6574-1-PB. (7 November). Hamalik, O .(2003) . Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Ibrahim, R dan Syaodih S, N. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Isjoni. (2010). Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta

Karli, H dan Yuliaritiningsih .(2002). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Model-model Pembelajaran. Bandung : Bina Media Informasi

Leinkin, R and Orit Z. (2013). Cooperative Learning in Mathematics.

NCTM.[Online]. Tersedia:

http://jwilson.coe.uga.edu/EMAT7050/Students/Dwyer/27970923.pdf. (6 November 2014).

Lie, A. (2008). Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara.

National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) .(2000). Curriculum And Evaluluations Standards For School Mathematics. Reston, VA : Authur _______. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA.

NCTM.

Nursyahidah, F. (2012). Penelitian Eksperimen. Makalah. [Online].

http://faridanursyahidah.files.wordpress.com/2012/05/penelitian-eksperimen_farida.pdf. (16 November 2014)

Mousley, J. (2004). An Aspect of Mathematical Understanding: The Notion Of “Connected Knowing”. Deakin University, Australia : Proceedings of the 28th Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics Education, 2004 Vol 3 pp 377–384. [Online]. http://www.emis.de/proceedings/PME28/RR/RR301_Mousley.pdf. (6 November 2014).

(27)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

McMillan, J. H. & Sally S. (2010). Reasearch In Education A Concetual Introductin.NewYork& London: Longman.

Patmawati, H. (2008). Pembelajaran Melalui Pendekatan Pemecahan masalahan untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Siswa. Thesis SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Mendiknas. (2006). Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta : Mendiknas

Prabawanto, S. (2013). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi, dan Self-Efficacy Matematis Mahasiswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metacognitive Scaffolding. S3 Disertasi, Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Qomar,N. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. S1 Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan. [Online]. http://repository.upi.edu/3195/. (12 November 2014).

Qohar, A. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi dan Komunikasi Matematis Serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching. S3 Disertasi, Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Reys, R., Marlyn N. S, Mary M L, Nancy L S. (1998). Helping Children Learn Mathematics. Boston : Allyn and Bacon.

Riduwan. (2009). Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajawalai Press.

Russefendi. E. T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA (edisi Revisi). Bandung:Tarsito.

Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matemtatik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi Pada PPs UPI. Tidak diterbitkan.

(28)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

of Australasia M. Goos, R. Brown, & K. Makar (Eds.), © MERGA Inc. 2008.[Online]. http://www.merga.net.au/documents/RP512008.pdf. (9 November 2014).

Setiadi, Y. (2009) Meningkatkan Kemampuan Pemahamand Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Think-Pair-Square. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan. [Online]. http://repository.upi.edu/9236/. (15 November 2014) Suherman Ar, E dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: JICA–UPI.

Slavin, R. E. (1990). Cooperative Learning Theory, Research, and Practice Second Edition. Boston, London, Toronto, Sydney, Tokyo, and Singapore: Allyn and Bacon.

_______. (2009) Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa dua. Penerjemah:Lita.

Solihatin, E. dan Raharjo. (2009). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara.

Subekti, F.E dan Wanda N. Y. (2013). Peningkatan Kemandirian Belajar dan Kemampuan Komunikasi Matematika Melalui Pembelajaran SQ3R. Universitas Muhammadiyah Purwokerto : Khazanah Pendidikan Jurnal Ilmiah Kependidikan Halaman 52-61

Sudjana, N. (2010) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Sugiyanto, (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitas dan R&D. Bandung: Alfabeta.

_______. (2010) Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sumarmo, U. (2012). Bahan Ajar Mata Kuliah Proses Berpikir Matematik Program S2 Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 2012. Bandung: diterbitkan.

(29)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sutawidjaja, A. & Jarnawi A. D. (2011). Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suwangsih, E. & Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI PRESS

Tran, V. D. (2014). Cooperative learning stimulated cognitive activities, promoted higher levels of achievement and knowledge retention. Faculty of Education, An Giang University, Vietnam, An Giang, Vietnam : International Journal of Higher Education Vol. 3, No. 2; 2014. [Online]. Tersedia: http://www.sciedu.ca/journal/index.php/ijhe/article/download/4763/2761. (6 september)

UPI .(2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI Press.

Wahyudin. (2003). Matematika dan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal Pendidikan, (2), 4-11.

_______. (2010). Materi Pelajaran Matematika Kelas Rendah. Bandung: Mandiri Bandung.

_______. (2010). Pembelajaran Matematika di Kelas Tinggi. Bandung: Mandiri Bandung.

_______.,dkk. (2013). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Melalui Aktivitas Menulis Matematika Dan Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Jurnal UPI Vol 1, No(2013): [Online]. Tersedia: http://journal.fpmipa.upi.edu/index.php/jopmk/article/view/23. (9 Januari 2014)

Wragg. E. (1997). Keterampilan Mengajar di Sekolah Dasar. Jakarta: P.T. Grasindo.

Yenni. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Santri Putra Dan Santri Putri Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pada Mts Berbasis Pesantren. S2 Thesis, UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

(30)

Arifin Muslim, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Per-item Soal Intrumen Penelitian
Tabel 3.4
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kemelekwacanaan warga negara dan keterampilan partisipatori secara bersama-sama berpengaruh secara positif dan cukup kuat terhadap partisipasi politik siswa, maka

Penelitian ini merupakan penelitian fenomenologi hermeneutika karena penelitian ini merupakan penelitian interpretasi tentang pengalaman hidup mahasiswa dengan

Catatan : Membawa Dokumen Penawaran Asli sesuai dengan yang di Upload ke SPSE LPSE Kabupaten Simalungun , Data – Data perusahaan Asli, bagi yang diwakilkan membawa surat kuasa

a) Selesai Masa Bakti di Provinsi Maluku sedangkan yang bersangkutan saat ini berdomisili di Jakarta, maka legalisir dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi

87,5% di Puskesmas Slumbung, Intensitas nyeri per- salinan kala I fase aktif setelah perlakuan massase lumbal pada skala nyeri sedang sebesar 75% di Puskesmas Slumbung, Ada

Sedangkan untuk tenaga kesehatan diharapkan dapat melaku- kan sosialisasi penggunaan daun sirih sebagai alternative pilihan jika antiseptic lain tidak tersedia, khususnya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan air kelapa tua dengan sari sirsak memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar vitamin C, total asam, nilai pH, total

Semakin jauh jaraknya peringkat sosial ( rank rating ) antara penutur dan mitra tutur, tuturan yang digunakan akan cenderung menjadi semakin santun.. Sebaliknya,