PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DAN EKSPOSITORI TERHADAP HASIL BELAJAR
KETERAMPILAN BOLA VOLI DAN SIKAP SOSIAL
(Studi Eksperimen Pada Siswa MAN Palabuhanratu)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Olahraga
LISYA ANGGRAENI 1007341
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCA SARJANA
PERNYATAAN
“Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola
Voli dan Sikap Sosial Siswa” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya
sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang
tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya
apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
tulis saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.
Bandung, 12 Agustus 2013
Yang membuat pernyataan
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. Nurlan Kusmaedi, M.Pd. NIP : 19530111 198003 1 002
Pembimbing II
Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd. NIP : 19650909 199102 1 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana UPI
ABSTRAK
Lisya Anggraeni (2013): “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli dan Sikap Sosial Siswa”. Tesis,
Bandung. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Pembimbing: (1) Dr. Nurlan Kusmaedi, M.Pd., (2) Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd.
Penelitian ini terinspirasi oleh rendahnya hasil belajar keterampilan bola voli dan sikap sosial siswa. Hal ini diduga disebabkan oleh pola pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya dan terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal itu, penulis meneliti mengenai perbedaan pengaruh model pembelajaran kooperatif dan ekspositori terhadap hasil belajar keetrampilan bola voli dan sikap sosial siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh model pembelajaran kooperatif dan ekspositori terhadap hasil belajar keterampilan bola voli dan sikap sosial siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain
nonequivalent pretest posttest group desain. Penelitian dilaksanakan di MAN
Palabuhanratu, subjek penelitian dipilih dengan teknik purposive sampling terdiri atas 2 kelas yaitu kelas XI IPS 1 (20 siswa) sebagai kelas yang menggunakan model pembealajaran kooperatif dan kelas XI IPS 2 (20 siswa) sebagai kelas yang menggunakan model pembelajaran ekspositori. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu tes keterampilan bola voli dan sikap sosial. Hasil uji coba instrumen menunjukkan bahwa dari 40 butir soal terdapat 30 soal valid dengan reliabilitas 0,85. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan program Statistical Product and
Service Solition versi 17.0 pada taraf signifikan α = 0,05 dengan uji paired sample t-test.
Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil post-test keterampilan bola voli dan sikap sosial kelompok kooperatif dan kelompok ekspositori, terdapat perbedaan pengaruh yang positif. Kemudian didapatkan hasil, bahwa untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan bola voli dan sikap sosial kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif lebih baik dari pada hasil belajar kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran ekspositori.
Lisya Anggraeni,2013
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola DAFTAR ISI B. Identifikasi Variabel dan Perumusan Masalah ………...
1. Identifikasi Variabel ………...………
1. Manfaat Secara Teoritis ………...……...
2. Manfaat Secara Praktis ………...………
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ……….... 15
A. Hakikat Pendidikan Jasmani ………...……… 15
B. Model Pembelajaran Kooperatif ………... 20
C. Model Pembelajaran Ekspositori ……….... 31
D. Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli ……… 1. Belajar dan Mengajar ………. 2. Keterampilan Hasil Belajar Bola Voli ……….……….. 3. Permainan Bola Voli ………..
2. Pembentukan dan Perubahan Sikap Sosial ………... 49
3. Teori Disonansi Kognitif Festinger ……… 64
Lisya Anggraeni,2013
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola
C. Populasi dan Sampel Penelitian ……….. 62
1. Populasi Penelitian ………... 62
2. Sampel Penelitian ………...… 62
D. Instrumen dan Variabel Penelitian ……….…. 63
1. Intrumen Penelitian ………...…….…...………….… 63
2. Variabel Penelitian ………...……….. 71
E. Teknik Pengumpulan Data………...……….. F. Analisis dan Pengolahan Data ……… 74 76 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………..……… A. Hasil Penelitian ……….. 78 78 1.Gambaran Umum Hasil Penelitian ………...………. 78
2.Analisis Data Hasil Penelitian ………..………. 80
B. Pembahasan………...………..………... 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………...………..
A. Kesimpulan ……….
B. Saran ………...
Daftar Pustaka ………
102 102 102
Lisya Anggraeni,2013
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif ……… 21
3.1. Tugas Pembantu Pengumpulan Data Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli ……….…… 64
3.2. Formulir Tes Keterampilan Bola Voli ……….….. 65
3.3. Kisi-kisi Instrumen Sikap Sosial Siswa ……….…… 67
3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen ……….…… 69
3.5. Hasil Uji Reliabilitas ………….………...…… 70
3.6. Rancangan Program Penelitian ……….….… 74
4.1. Deskripsi Data Pretest dan Posttest Tes Keterampilan Bola Voli dan Sikap Sosial ……….………... 79
4.2. Hasil Uji Normalitas Pretest Tes Keterampilan Bola Voli ……….…... 81
4.3. Hasil Uji Normalitas Pretest Sikap Sosial ……….……. 81
4.4. Hasil Uji Normalitas Posttest Tes Keterampilan Bola Voli …….…….. 82
4.5. Hasil Uji Normalitas Posttest Sikap Sosial ……….……... 83
4.6. Hasil Uji Homogenitas Pretest Keterampilan Bola Voli Antara Kelompok Model Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori ………… 84
4.7. Hasil Uji Homogenitas Pretest Sikap Sosial Antara Kelompok Model Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori ………. 84
4.8. Hasil Uji Homogenitas Posttest Keterampilan Bola Voli Antara Kelompok Model Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori ………… 85
4.9. Hasil Uji Homogenitas Posttet Sikap Sosial Antara Kelompok Model Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori ………. 86
4.10. Data uji-t Pretest dan Posttest Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli dan Sikap Sosial Siswa ……… 87
Lisya Anggraeni,2013
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1. Desain Penelitian Pretest Posttest Nonequivalent Group Desain ….… 61 3.2. Pelaksanaan Tes Keterampilan Bola Voli ………. 65
Lisya Anggraeni,2013
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skor Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli (pretest koopeatif)... 109
2. Skor Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli (posttest koopeatif)... 110
3. Skor Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli (pretestekspositori)... 111
4. Skor Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli (posttestekspositori)... 112
5. Skor Sikap Sosial (Pretest Kooperatif) ... 113
6. Skor Sikap Sosial (Posttest Kooperatif) ... 114
7. Skor Sikap Sosial (Pretest Ekspositori) ... 115
8. Skor Sikap Sosial (Posttest Ekspositori) ... 116
9. Deskripsi Skor Pretest dan Posttest Hasil Penelitian ... 117
10. Hasil Uji Normalitas Belajar Keterampilan Bola Voli (pretest) ... 118
11. Hasil Uji Normalitas Belajar Keterampilan Bola Voli (posttest) ... 119
12. Hasil Uji Normalitas Sikap Sosial (Pretest) ... 120
13. Hasil Uji Normalitas Sikap Sosial (Posttest) ... 121
14. Uji Homogenitas ... 122
15. Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretest dan Posttest Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli dengan Model Pembelajaran Kooperatif ... 123
16. Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretest dan Posttest Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli dengan Model Pembelajaran Ekspositori ... 124
17. Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretest dan Posttest Sikap Sosial dengan Model Pembelajaran Kooperatif ... 125
18. Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretest dan Posttest Sikap Sosial dengan Model Pembelajaran Ekspositori ... 126
19. Uji Perbedaan Rata-rata Skor Hasil Belajar Keterampilan Bola Voli Antara Model Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori ... 127
20. Uji Perbedaan Rata-rata Skor Sikap Sosial Antara Model Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori ... 128
21. Tes Keterampilan Bermain Bola Voli ... 129
22. Tabel Norma Penggolongan Keterampilan Bermain Bola Voli Atas Dasar Keterampilannya ... 130
23. Formulir Tes Keterampilan Teknik Dasar Bola Voli ... 131
24. Panduan Pembelajaran Sikap Sosial Melalui Permainan Menyerupai Bola Voli ... 132
25. Desain Program Penelitian ... 136
Lisya Anggraeni,2013
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bola
27. Angket Sampel Sikap Sosial ... 160 28. Surat Keterangan Penelitian ... 164 29. Surat Keputusan Penulisan Tesis ... 165 30.
31.
Dokumentasi Penelitian ...
Riwayat Hidup ………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Olahraga di sekolah dipandang sebagai alat pendidikan yang mempunyai peran
penting terhadap pencapaian tujuan belajar mengajar secara keseluruhan.
Olahraga sebagai alat pendidikan, bersamaan dengan makna pendidikan jasmani
dan merupakan salah satu pelajaran yang wajib diajarkan baik di Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Umum
(SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Husdarta (2009: 3) menyatakan:
“Pendidikan jasmani dan kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan
yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan
holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional.”
Sedangkan Adang Suherman, (2000: 23) menyatakan: “Tujuan umum dari
pendidikan jasmani diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu: (1)
perkembangan fisik, (2) perkembangan gerak, (3) perkembangan mental dan, (4)
perkembangan sosial.” Melalui pendidikan jasmani diharapkan dapat merangsang
perkembangan dan pertumbuhan jasmani siswa, merangsang perkembangan sikap,
mental, sosial, emosi yang seimbang serta keterampilan gerak siswa. Pentingnya
peranan pendidikan jasmani di sekolah maka harus diajarkan secara baik dan
benar. Pendidikan jasmani seperti arti kata dasarnya adalah pendidikan yang
memanfaatkan jasmani. Wujud aktivitas jasmani dimanfaatkan untuk
memerankan tujuan pendidikan aktivitas jasmani, yang kemudian tercermin
menjadi gerak berkembang menjadi pendidikan gerak.
Berbagai bentuk dan corak gerakan yang diperoleh anak merupakan dasar
dalam memasuki tahap-tahap perkembangannya, baik perkembangan yang
berhubungan dengan pengetahuan, nilai dan sikap maupun keterampilan gerak itu
sendiri (kognitif, afektif dan psikomotor). Pedoman dasar dalam praktik
pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah adalah kurikulum yang
memiliki ruang lingkup untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan
sportivitas, disiplin, kerjasama dan hidup sehat. Dalam hal ini sebagaimana yang
Pembelajaran olahraga adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan, dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia yang seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
Sehubungan dengan hal itu, agar pengelolaan proses pembelajaran
menyenangkan, menyeluruh dan persuasif serta dapat meningkatkan kreativitas
dan prakarsa yang baik dari anak didik, maka menurut Taruh (2001: 16-17) guru
dapat menerapkan sistem pembelajaran yang berpijak pada empat pilar, yaitu:
(1) learning to know (belajar mengetahui): rasa ingin tahu, memahami, memikirkan dan menalarkan, (2) learning to do (belajar berbuat): berlatih, praktek, mencari pengalaman dan bekerja sambil belajar, (3) learning to be (belajar menjadi seseorang): berbuat sendiri, berinisiatif sendiri, merencanakan sendiri, bertanggung jawab sendiri, berpikir dan bernalar sendiri, dan memecahkan masalah sendiri, dan (4) learning to live together (belajar hidup bersama): belajar dalam kelompok, menyatukan pendapat yang berbeda-beda, toleransi, dan berorganisasi
Proses pembelajaran itu sendiri merupakan suatu upaya menciptakan kondisi
yang memungkinkan siswa belajar. Dalam proses pembelajaran pendidikan
jasmani secara eksplisit ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan
model pembelajaran untuk mencapai hasil yang diinginkan. Guru pendidikan
jasmani sebagai sentral dalam proses pembelajaran tentunya memiliki tanggung
jawab besar dalam upaya mengefektifkan pembelajaran pendidikan jasmani.
Mengingat betapa pentingnya kedudukan guru dalam proses pembelajaran, maka
sewajarnya setiap guru pendidikan jasmani harus mengetahui, memahami dan
menghayati seluk beluk pembelajaran agar proses pembelajaran dapat
berlangsung efektif dan mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan tujuan
pendidikan jasmani bersifat menyeluruh, dan untuk mencapai tujuan tersebut guru
harus memberikan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik
Model mengajar itu sendiri merupakan suatu pola atau langkah-langkah yang
akan ditempuh dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru
untuk siswa, yang dipilih sesuai dengan tujuan belajar yang akan dilakukan.
Menurut Gunter et. al., (1990: 40) bahwa : “An instructional model is a step by a
step procedure that leads to specific learning outcomes. The best models have
been used extensively and have been found to be effective in achieving objectives
of instruction.” Lebih lanjut menurut Gunter et. al., (1990: 40) bahwa ciri-ciri
suatu model pembelajaran yang efektif adalah :
1. They allow students to become active participants in learning process.
2. They take students through specific steps.
3. They reflect research about thinking, learning, and behavior.
Ciri-ciri model pembelajaran yang baik adalah siswa aktif belajar dalam proses
belajar mengajar, siswa mengikuti setiap langkah dalam proses belajar dengan
baik, dan melibatkan pikiran, belajar dan perilaku geraknya.
Hasil penelitian yang dilakukan Gunter et. al., (1990: 12) paling sedikit ada 8
model pembelajaran, di antaranya adalah: model pembelajaran langsung
/ekspositori, model pembelajaran konsep, model pengembangan konsep, model
pembelajaran inkuiri, model diskusi kelas, model kerja kelompok/kooperatif,
model mengembangkan memori siswa, model resolusi konflik, dan model lainnya.
Namun dalam pendidikan jasmani dan olahraga model belajar langsung dan
praktik yang sering digunakan oleh guru atau pelatih.
Berdasarkan kutipan Gunter tersebut, penulis mencoba mengangkat dua model
pembelajaran yang sedang berkembang pelaksanaannya di dunia pendidikan
meskipun belum sepenuhnya mendapat perhatian guru, khususnya guru
pendidikan jasmani dan olahraga di Madrasah Aliyah yakni: “model pembelajaran
kooperatif dan ekspositori: Kedua model ini kurang tersentuh dalam pelaksanaan
pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga di MAN Palabuhanratu.
Mengenai model pembelajaran kooperatif, Metzler (2000: 221) mengartikan
It is a set of teaching strategies that key attributes, the most important being the grouping of students into learning teams for set amounts of time or assigments, with the expectation that all students will contribute to the learning process and autcomes. The word team takes on the same meaning as it does in sport-all members work to achieve a common goal.
Dari kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif
merupakan seperangkat strategi mengajar yang ditandai dengan pengelompokkan
siswa ke dalam beberapa kelompok belajar dalam waktu atau tugas-tugas tertentu,
dengan harapan semua siswa berperan baik dalam proses maupun hasil belajarnya.
Semua anggota bekerja untuk mencapai tujuan yang sama. Pembelajaran
kooperatif bukan hanya belajar secara kelompok, melainkan belajar untuk
memupuk pembentukan kelompok kerja dengan lingkungan positif yang dapat
memacu semangat siswa untuk saling membantu memecahkan masalah yang
mereka hadapi (Nur dan Wikandari, 1999: 6).
Salah satu penelitian dari Polvi dan Telama (Jurnal, 2000) mengenai pengaruh
dari model pembelajaran kooperatif pada perkembangan perilaku sosial.
Menyimpulkan bahwa kelompok yang diberikan perlakuan melalui model
pembelajaran kooperatif kurang termotivasi untuk membantu dan memberikan
dukungan fisik dan psikologis, khususnya terhadap perkembangan perilaku sosial
siswa. Karena bekerja dengan orang yang sama sepanjang waktu tidak
mengembangkan sikap sosial siswa. Studi ini menunjukkan bahwa, model
pembelajaran kooperatif baik digunakan untuk membantu mengembangkan
perilaku khususnya di sekolah, jika anak diberi kesempatan untuk
mempraktikkannya dengan beberapa anak yang lain.
Sedangkan model pembelajaran ekspositori adalah salah satu model
pembelajaran yang paling banyak pemakaiannya. Hampir seluruh guru
menggunakan model ini untuk mengajarkan semua topik, karena dalam model ini
guru sebagai pembimbing program pembelajaran yang telah dipilih. Penyajian
pengajaran dalam model ini dilakukan guru dengan cara penuturan atau
penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa, dimulai dengan memberikan
informasi atau ceramah dalam menerangkan suatu konsep atau topik,
guru menjelaskan kembali apabila ada siswa yang belum mengerti serta
memberikan contoh penggunaan konsep tersebut sekaligus memberikan soal-soal
atau tugas-tugas yang serupa kepada siswa untuk dikerjakan atau dilakukan di
tempat masing-masing. Kegiatan terakhir siswa menyusun kembali materi yang
telah diterangkan dan biasanya disertai dengan soal-soal pekerjaan rumah
(Djamawah dan Zin, 1996:110; Amrina, 1996: 26).
Selain itu menurut Sunaryo (1989: 91) pembelajaran ekspositori salah satu
pembelajaran yang sangat efektif.
Model pembelajaran ekspositori yang pelaksanaannya didominasi oleh guru, tekanan utama terletak pada guru menjelaskan atau memberikan informasi melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab, dengan maksud agar penyajian informasi kepada siswa berlangsung secepatnya dan seefektif mungkin.
Model pembelajaran ekspositori ini dapat terlaksana dengan baik dan efektif
apabila pesan yang akan disampaikan itu bersifat pemberian informasi. Dengan
demikian model pembelajaran ekspositori dalam pendidikan jasmani secara
menyeluruh dengan bentuk-bentuk kegiatan yang diberikan oleh guru akan
secepatnya dimengerti dan dikuasai oleh siswa, akibatnya siswa dapat
berpartisipasi secara aktif, senang dan bergairah mengikuti proses pembelajaran.
Berkaitan dengan kedua model pembelajaran tersebut, lalu dengan adanya
pembelajaran cabang olahraga bola voli di sekolah yang pada dasarnya adalah
bentuk tim/kelompok, maka akan lebih menuntut siswa untuk bekerja sama dalam
mempersiapkan timnya sebaik mungkin, mengingat keberhasilan dalam
belajarnya tidak hanya diukur dan ditentukan dengan kemampuan individu saja,
tetapi kemampuan kelompok juga turut diperhitungkan.
Dalam permainan bola voli, siswa di sekolah diajarkan keterampilan bermain
bola voli, yang terdiri dari servis, pasing, spike dan block. Hal tersebut
memerlukan model pembelajaran yang tepat dan konsentrasi yang tinggi dalam
jangka waktu yang relatif lama. Oleh karena itu peranan guru dituntut untuk
menerapkan model pembelajaran yang efektif sehingga tujuan dari pembelajaran
Berdasarkan pengamatan penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa
pembelajaran permainan bolavoli di sekolah, guru pendidikan jasmani dan
olahraga cenderung masih menggunakan model pembelajaran yang sifatnya
tradisional yaitu dengan kebiasaan mengajar yang lama sudah turun temurun
digunakan dan tidak mengutamakan pada prinsip karakteristik siswa, sehingga
kurang efektif terhadap pengembangan dan peningkatan keterampilan gerak serta
sikap sosial siswa, baik dari segi tanggung jawabnya sebagai siswa maupun
kerjasama diantara siswa dan unsur-unsur sekolah lainnya. Dalam proses
pembelajaran ini guru biasanya lebih menekankan kepada teknik keterampilan
siswa dalam permainan bola voli daripada nilai-nilai yang terkandung dalam
permainan bola voli tersebut. Sehingga hasil belajar lebih tekankan pada aspek
psikomotornya saja daripada aspek kognitif, khususnya aspek afektif.
Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan konteks pembelajaran pendidikan
jasmani di sekolah, ada kecenderungan yang lebih diarahkan pada pencapaian
tujuan yang bersifat perkembangan fisik dan penguasaan keterampilan cabang
olahraga ketimbang pencapaian tujuan yang diarahkan pada dimensi afektif,
termasuk pembentukan sosial anak. Sementara ini, bangsa Indonesia dihadapkan
pada permasalahan multidimensional yang menyentuh berbagai tatanan kehidupan
manusia. Permasalahan muncul bukan hanya berdampak pada aspek sosial dan
moral, bahkan akan berdampak pada akhlak siswa. Permasalahan sosial
khususnya, sudah menunjukkan gejala yang memprihatinkan. Berita-berita
tentang penyimpangan sosial dalam bentuk perilaku kekerasan pemaksaaan
kehendak, pengrusakan, konflik antar kelompok sering muncul baik dimedia masa
maupun media elektronik. Selain itu, berbagai bentuk kemiskinan sosial juga
banyak diperlihatkan, seperti miskin pengabdian, kurang disiplin dan kurang
bertanggungjawab terhadap masalah sosial. Hal ini sebagai pertanda bahwa rasa
Ke-bhineka Tunggal Ika-an Bangsa Indonesia yang penuh dengan persaudaraan,
kepedulian, kerjasama dan tolong menolong dalam kehidupan masyarakat sudah
mulai luntur.
Yang lebih memprihatinkan lagi, gejala ini sering terjadi pada dunia
kesadaran akan perbedaan untuk tetap hidup saling menghormati, saling
berinteraksi dalam kehidupan sosial dengan penuh kesadaran untuk bekerja sama,
saling peduli dan penuh kedamaian. Seperti terlihat pada proses pembelajaran di
sekolah yang teramati penulis, banyak sikap sosial siswa yang menyimpang,
seperti tidak bertanggungjawab, misalnya setelah siswa memakai bola pada saat
pembelajaran penjas maupun di luar pembelajaran penjas, kebiasaan mereka
adalah membiarkan bola tersebut berserakan di lapangan dan tidak
mengembalikannya lagi ke tempat semula. Selain itu, pada pelaksanaan
pertandingan antar kelas sering terjadi rasisme sehingga yang terjadi antar siswa
adalah saling mengejek yang mengakibatkan lunturnya saling mneghargai antar
teman.
Hal tersebut bisa saja akibat dari implementasi dari penggunaan model
pembelajaran yang tidak dapat mengoptimalkan peranan fungsi pengajaran,
bahkan dari ketiga domain kognitif, afektif dan psikomotor, perkembangan sikap
sosial siswa relatif kurang mendapat perhatian. Apabila hal ini kurang
diperhatikan oleh guru, maka proses perkembangan kedewasaan siswa tidak akan
mencerminkan atau kurang memperhatikan perilaku yang bercirikan kerjasama
dan hasrat untuk bersahabat (Abdoellah dan Manadji, 1994: 182).
Berdasarkan permasalahan tersebut, kiranya perlu merenungkan kembali
mengenai fungsi pendidikan sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No.
20 Tahun 2003 yang berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemajuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta beratanggungjawab.
Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa, hasil dari proses pendidikan yang
diharapkan adalah terbentuknya sumber daya manusia yang tidak hanya memiliki
kemampuan intelektualnya saja, tetapi juga memliki kemampuan sosial dan moral
memegang peranan yang sangat penting dalam upaya mempersiapkan sumber
daya manusia.
Rijsdorp (Rusli Lutan, 1997: 8) dalam Gymnologi menguraikan pengalaman
belajar yang bersifat mendidik antara lainnya adalah pembentukkan sosial, dengan
rincian sebagai berikut: (a) mengakui dan menerima peraturan dan norma
bersama; (b) belajar bekerjasama, menerima pimpinan dan sikap untuk
memimpin; (c) mengembangkan pengakuan terhadap orang lain sebagai diri
pribadi dan hidup bermasyarakat.
Selanjutnya dikemukakan oleh Abdoellah dan Manadji (1994: 182) tentang
perkembangan sosial manusia yakni: semenjak lahir seseorang berkembang
sebagai makhluk sosial dan juga sebagai satu individu yang mempunyai keinginan
dan perhatian pribadi. Sementara proses menjadi dewasa berlanjut, anak
memperlihatkan perilaku yang bercirikan kerjasama, hasrat untuk bersahabat atau
kekeluargaan, bertanggung jawab, disiplin dan kasih sayang atau tolong
menolong. Berdasarkan hal ini, maka pengalaman untuk hidup bersama tersedia
banyak dalam aktivitas olahraga dan pendidikan jasmani dan melalui pengalaman
nyata itu pula nilai-nilai inti untuk mewujudkan perdamaian, demokrasi,
penghargaan terhadap hak azasi manusia dan wawasan berorientasi lingkungan
dapat dipupuk. Adegan pergaulan yang memupuk toleransi, saling mendukung,
solidaritas, tanggung jawab, berpikir kritis dan orientasi ke depan mudah dijumpai
dalam olahraga dan pendidikan jasmani bila dikelola dengan baik (Rusli Lutan,
1998: 14).
Sehubungan dengan hal itu, implementasi nilai-nilai pendidikan jasmani
pembinaan watak dan pembinaan moral dalam menumbuhkan suasana kerjasama,
disiplin, tanggungjawab, bersahabat atau kekeluargaan, dan saling tolong
menolong akan mengurangi potensi munculnya perselisihan. Oleh karena itu
pendidikan sebagai wahana pembinaan kepribadian dan perkembangan sosial
anak akan memberikan kontribusi yang lebih besar dan berpengaruh terhadap
perubahan sikap dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian
menumbuhkan perkembangan sikap sosial, sebagai upaya pendidikan menyeluruh
yang mencangkup perkembangan jasmani, mental, sosial dan emosional.
Berkaitan dengan permasalahan di atas, pendidikan jasmani sebagai salah satu
mata pelajaran yang terdapat di sekolah mempunyai peranan yang sangat strategis
dalam upaya mengembangkan kemampuan sosial dan moral siswa. Pendidikan
jasmani dengan kelengkapan yang dimilikinya diharapkan mampu memberikan
sumbangan yang positif terhadap pengembangan kemampuan sosial dan moral.
Sebagaima dikemukakan Siedentop (1990: 253) bahwa ”The generally accepted
goals of physical education are to promote physical fitness, selft esteem and
cognitive and social development.” Begitu juga Rusli Lutan (1998: 1)
mengemukakan bahwa ”Tujuan yang ingin dicapai bukan saja perkembangan
aspek fisik tetapi juga aspek mental, sosial dan moral.” Dari kedua kutipan
tersebut dengan jelas dikatakan bahwa sasaran pendidikan jasmani tidak hanya
pada pengembangan aspek psikomotor saja, tetapi aspek kognitif, rasa harga diri,
kepribadian, sosial dan moral siswa turut dikembangkan.
Kemampuan sikap sosial tidak akan muncul dengan sendirinya, tetapi harus
diajarkan secara sengaja agar menjadi suatu kebiasaan. Seperti dikemukakan
Anshel (1997; dalam Hoedaya, 2009: 30) sebagai berikut:
Kebiasaan untuk berbagi dan memikirkan orang lain dimulai sejak masa kanak-kanak; akan tetapi tidak serta merta muncul begitu saja pada seorang anak melainkan perlu diajarkan oleh orang tuanya, karena anak biasanya akan menirukan sikap gembira dan sifat menyayangi orang lain dari orang tuanya sendiri.
Berkaitan dengan pernyataan yang dikemukakan Ansel (1997; dalam Hoedaya,
2009: 30) mengemukakan juga pendapatnya bahwa:
Dari kedua kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa agar sikap sosial muncul
dan berkembang di kalangan siswa, maka diperlukan upaya yang dilakukan secara
sengaja yang diorganisir dengan baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
diantaranya melalui proses pembelajaran.
Maka dalam hal ini guru mempunyai peranan yang sangat menentukan
mengenai bagaimana suatu pembelajaran dapat dilaksanakan. Guru harus
memiliki kemampuan dalam menentukan model pembelajaran yang tepat agar
dapat menyatukan perbedaan dan memungkinkan berkembangnya kemampuan
sikap sosial diantara para siswa sehingga tujuan pembelajaran baik yang
berkenaan dengan aspek keterampilan maupun aspek moral dapat dicapai secara
bersamaan.
Berdasarkan permasalahan di atas, berkaitan dengan pengembangan
kemampuan sikap sosial siswa melalui model pembelajaran kooperatif dan
ekspositori yang diintegrasikan ke dalam permainan bola voli, maka diperlukan
pengkajian yang lebih lanjut sehingga diperoleh suatu bukti empirik di lapangan.
Untuk itu, penulis merasa tergugah dan tertarik untuk meneliti seberapa besar
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar
Keterampilan Bola Voli dan Sikap Sosial.
Dalam kaitannya dengan keterampilan dasar bola voli, model pembelajaran
kooperatif dimaksudkan untuk mendorong siswa untuk kerjasama saling
membantu satu sama lain, berdiskusi dan memberi kesempatan kepada siswa
untuk menerapkan ide mereka sendiri dan strategi mereka dalam belajar, yakni
mereka secara aktif membangun pengetahuannya sendiri dan menentukan apa
yang akan dipelajari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000: 7) yang
mengemukakan bahwa “Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai tiga tujuan pembelajaran penting, yakni: prestasi akademik, penerimaan
terhadap keragaman atau perbedaan yang ada, dan pengembangan ketrampilan sosial.”
Sedangkan malalui pembelajaran ekspositori dimaksudkan agar siswa dapat
menyusun atau merangkaikan urutan gerakan dan menghubungkannya dengan
pembelajaran tersebut akan diketahui tingkat penguasaan keterampilan teknik
dasar bola voli dan perkembangan sikap sosial siswa.
B. Identifikasi Variabel dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Variabel
Karena luasnya permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran bola voli dan
agar penelitian ini mempunyai arah dan tujuan yang jelas maka perlu adanya
pembatasan masalah. Penelitian yang dilakukan hanya terbatas pada variabel
tertentu yang dapat diamati serta dapat diukur dan juga diasumsikan dapat
mempengaruhi metode pengajaran dalam permainan bola voli. Karena itu
penelitian yang dilakukan dapat difokuskan pada:
Model pembelajaran kooperatif berarti bersifat kerjasama. Pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran yang mengacu kepada metode pembelajaran
dimana siswa bekerjasama dalam kelompok kecil yang bervariasi kemampuannya,
yakni siswa belajar bersama saling membantu dan berdiskusi bersama-sama dalam
menyelesaikan suatu kegiatan belajar (Ibrahim, dkk, 2000: 17-20 ; Nur dan
Mikandari, 1999: 6).
Model pembelajaran ekspositori, dalam proses belajar mengajar ekspositori
berarti guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang fakta, data, atau
informasi penting lainnya (Sunaryo, 1989:92; Hudojo, 1990: 123).
Sikap sosial adalah kesadaran individu dalam menentukan perbuatan yang
nyata, dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi secara berulang-ulang
terhadap objek sosial dalam suatu masyarakat. Sikap sosial yang dimaksud terdiri
dari: (1) Disiplin; (2) Tanggung jawab; (3) Kerja sama; (4) Memberikan
pertolongan; dan (5) Saling menghargai. Alat ukur yang digunakan untuk
menentukan sikap sosial siswa adalah sosiometri yang dibuat secara sederhana
dengan skala kategorisasi.
Hasil belajar keterampilan dasar permainan bola voli dalam penelitian ini
adalah terbentuknya perubahan keterampilan motorik yang baru atau terjadinya
perubahan motorik yang lebih sempurna dari hal yang sebelumnya tidak
menguasai keterampilan dasar tersebut pada permainan bola voli setelah diberikan
perlakuan melalui proses belajar yang sistematis dan berulang-ulang. Sedangkan
tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar permainan bola voli penulis
menentukan tiga jenis tes yang dibuat oleh Pusat Kesegaran Jasmani dan
Kesehatan Rekreasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang terdiri dari
pasing atas/bawah, servis dan smes yang digolongkan dalam teknik-teknik
keterampilan dasar permainan bola voli.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini, penulis uraikan sebagai berikut.
a. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran kooperatif
terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar bola voli dan sikap sosial
siswa MAN?
b. Apakah terdapat pengaruh yang signifkan dari model pembelajaran ekspositori
terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar bola voli dan sikap sosial
siswa MAN?
c. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran
kooperatif dan model pembelajaran ekspositori terhadap hasil belajar
keterampilan teknik dasar bola voli dan sikap sosial siswa MAN?
C. Tujuan Penelitian
Suatu bentuk kegiatan yang sifatnya ilmiah harus mempunyai tujuan yang
jelas, apalagi dalam kegiatan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan
rumusan masalah di atas sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari model
pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar bola
voli dan sikap sosial siswa dan siswi MAN.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari model
pembelajaran ekspositori terhadap hasil belajar keterampilan teknik dasar bola
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara
model pembelajaran kooperatif dan ekspositori terhadap hasil belajar
keterampilan teknik dasar bola voli dan sikap sosial siswa dan siswi MAN.
D. Manfaat Penelitian
Setelah selesai penelitian ini, hasil yang diperoleh nantinya diharapkan dapat
bermanfaat bagi guru, sehingga:
1. Manfaat Secara Teoritis
a. Sebagai sumbangan penting dan memperluas wawasan bagi kajian ilmu
pendidikan khususnya pendidikan jasmani dalam program pengajaran
sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pengembangan penelitian
pendidikan yang akan datang.
b. Memberikan informasi dan khasnah ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah
terutama dalam bidang pedagogi olahraga.
c. Untuk mengembangkan keterampilan bola voli dan sikap sosial siswa melalui
model pembelajaran kooperatif dan ekspositori dalam pendidikan jasmani di
sekolah tingkat SMA/MA.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru Pendidikan Jasmani
Dapat dijadikan pedoman untuk mengembangkan diri dan profesinya sehingga
kepercayaan kepada guru pendidikan jasmani menjadi lebih baik.
b. Bagi Lembaga Pendidikan (Departemen Agama Kabupaten Sukabumi)
Dapat dijadikan pedoman untuk merencanakan dan mengembangkan
sumberdaya guru pendidikan jasmani. Pengembangan guru pendidikan
jasmani diarahkan pada pengembangan kecerdasan emosional yang menuju
pada perubahan kepribadian yang positif.
c. Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman sebagai peneliti, serta
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat diteruskan oleh peneliti lain dengan cakupan
yang lebih luas dan lebih mendalam.
E. Definisi Istilah
1. Kooperatif berarti bersifat kerjasama. Pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang mengacu kepada metode pembelajaran dimana siswa
bekerjasama dalam kelompok kecil yang bervariasi kemampuannya, yakni
siswa belajar bersama saling membantu dan berdiskusi bersama-sama dalam
menyelesaikan suatu kegiatan belajar (Ibrahim, dkk, 2000: 17-20 ; Nur dan
Mikandari, 1999: 6).
2. Kata ekspositori berasal dari kata “eksposisi” yang berarti mempertotonkan,
memberikan penjelasan. Dalam proses belajar mengajar, ekspositori berarti
guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang fakta, data, atau informasi
penting lainnya (Sunaryo, 1989: 92; Hudojo, 1990: 123).
3. Permainan bola voli harus dilakukan dengan dipantulkan. Syarat pantulan bola
harus sempurna tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Dari
masing-masing tim dapat memantulkan bola sebanyak-banyaknya tiga kali
dan setelah itu bola harus diseberangkan melewati net ke daerah permainan
lawan (A. Sarumpaet, Zulfar Djazet, dan Imam Sadikun, 1992: 86).
4. Sikap sosial adalah kesadaran individu dalam menentukan perbuatan yang
nyata, dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi secara
berulang-ulang terhadap objek sosial dalam suatu masyarakat. Sikap tersebut adalah
sikap terhadap suatu objek tertentu yang juga merupakan sikap pandangan
atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk
bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tersebut (Ahmadi, 1999: 163;
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN A.Metode Penelitian
Metode dalam sebuah penelitian adalah suatu cara yang digunakan oleh
peneliti untuk melakukan sebuah penelitian atau riset. Metode atau cara dalam
sebuah penelitian sangat penting, agar penelitian yang dilakukan dapat
memperoleh hasil berupa jawaban penelitian. Penggunaan metode tergantung
kepada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain penggunaan suatu
metode harus dilihat dari efektivitasnya, efisiennya, dan relevansinya metode
tersebut. Suatu metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat
adanya perubahan positif menuju tujuan yang diharapkan.
Mengenai penelitian eksperimen ini Sugiyono (2009: 108) membaginya ke
dalam empat jenis yaitu “Pre-experimental Design, True Experimental Design,
Factorial Design, dan Quasi Experimental Design.” Adapun penelitian
eksperimen yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Quasi
Experiment. Mengenai Quasi Experiment selanjutnya Sugiyono (2009: 114)
menjelaskan bahwa, “Quasi experimental design, digunakan karena pada
kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk
penelitian.” Demikian halnya dengan penelitian yang akan penulis lakukan.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan perbedaan
pengaruh model pembelajaran kooperatif dan ekspositori terhadap hasil belajar
keterampilan bola voli dan sikap sosial siswa MAN Palabuhanratu. Untuk itu
diperlukan data berupa skor yang menunjukkan taraf hasil belajar keterampilan
bola voli dan sikap sosial siswa. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif dan ekspositori terhadap perubahan hasil belajar keterampilan bola
voli dan sikap sosial siswa maka dilakukan tes keterampilan bola voli dan tes
angket sikap sosial. Adapun tes tersebut, adalah tes awal untuk mengetahui hasil
permulaan tes dua kelompok dan tes akhir untuk mengetahui hasilnya setelah
diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dan
ekspositori pada kelas yang berbeda. Apabila pembelajaran yang dilakukan
terhadap hasil belajar keterampilan bola voli dan sikap sosial siswa, maka jelas
dapat dikatakan bahwa skor perolehan itu diakibatkan oleh perlakuan kedua
model pembelajaran tersebut. Prosedur ini digunakan dengan alasan bahwa hasil
belajar kedua model pembelajaran dapat diobservasi dan dianalisis berdasarkan
kemampuan yang dianggap melekat sesudah memperoleh perlakuan.
B.Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menyimpulkan dan
menganalisis data agar dapat dilaksankan secara ekonomis dan sesuai dengan
tujuan penelitian. Menurut Sudjana (1992: 7) menjelaskan sebagai berikut:
Desain penelitian adalah suatu rancangan percobaan (dengan tiap langkah
tindakan yang betul-betul teridentifikasikan) sedemikian rupa sehingga informasi
yang berhubungan atau diperlukan untuk persoalan yang sedang diselidiki dapat
dikumpulkan.
Desain penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan dua variabel terikat.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dan sebagai penyebab salah
satu faktor dalam penelitian. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian Quasi
Experiment. Bentuk desain Quasi experiment yang digunakan adalah Pretest
Posttest Nonequivalent Control Group Design. Adapun rancangan desainnya
dapat dilihat di Gambar 3.1.
Gambar 3.1
Desain Penelitian Pretest Posttest Nonequivalent Group Design (Darmadi, 2013: 223)
Keterangan:
X1 = treatment yang diberikan kepada sampel dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif
X2 = treatment yang diberikan kepada sampel dengan menggunakan model
pembelajaran ekspositori
Intact Classes Pretest Treatment Posttest
(Experiment Variable) (Dependent Variable) G1 Classes 1 O1 Approach1 (X1) O2
O1 = pre-test keterampilan bola voli dan pengisian angket sikap sosial yang
diberikan pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif.
O2 = post-test keterampilan bola voli dan pengisian angket sikap sosial yang
diberikan pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif.
O3 = pre-test keterampilan bola voli dan pengisian angket sikap sosial yang
diberikan pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran ekspositori.
O4 = post-test keterampilan bola voli dan pengisian angket sikap sosial yang
diberikan pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran ekspositori.
C.Populasi dan Subjek Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisai yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas atau karaktristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk
di pelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2009: 117). Ditegaskan
oleh Sugiyono (2012: 119): “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karekateristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dak kemudian ditarik kesimpulannya.”
Jadi populasi yang dimaksud bukan hanya orang, tetapi juga objek dan
benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
objek/subjek yang dipelajari, tetapi juga meliputi seluruh karakteristik/sifat yang
dimiliki oleh subjek atau objek itu.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa dan siswi
kelas XI MAN Palabuhanratu yang terdiri dari lima kelas, yaitu kelas XI IPA 1,
XI IPA 2, XI IPS 1, XI IPS 2 dan XI Agama yang keseluruhannya berjumlah 133
orang.
Subjek yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah siswa/i kelas
XI IPS 1 dan siswa/i kelas XI IPS 2. Kelas XI IPS 1 untuk kelompok model
pembelajaran kooperatif dan kelas XI IPS 2 untuk kelompok model pembelajaran
ekspositori, dengan memiliki kriteria:
1. Berdasarkan pengamatan, keterampilan bola voli dan sikap sosial yang
dimiliki oleh siswa/i MAN Palabuhanratu kelas XI kurang sesuai dengan
2. Peralatan olahraga yang tersedia sangat terbatas, sehingga untuk mencapai
keterampilan maksimal siswa guru harus menetukan model pembelajaran
yang sesuai dengan kondisi sekolah MAN Palabuhanratu.
D.Instrumen dan Variabel Penelitian 1. Instrumen Penelitian
a. Penyusunan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua bentuk, yakni:
instrumen bentuk tes untuk hasil belajar keterampilan bola voli yang terdiri dari
teknik passing bawah/atas, smes dan servis bawah serta instrumen berbentuk skala
untuk sikap sosial siswa yang terdiri dari disiplin, tanggung jawab, kerja sama,
memberikan pertolongan dan saling menghargai.
Penilaian berskala untuk penguasaan keterampilan teknik dasar bola voli dibuat
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)Proses keterampilan teknik dasar bola voli
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa untuk memperoleh data hasil
belajar keterampilan bola voli digunakan tes keterampilan bola voli yang dibuat
oleh Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Tes ini terdiri dari tigas jenis, yaitu: (1) Passing atas dan passing
bawah; (2) servis bawah; dan (3) smes yang digolongkan dalam teknik-teknik
keterampilan dasar permainan bola voli. Diperuntukkan bagi mereka yang
berumur 13 tahun ke atas, putra dan putri. Tujuan tes ini adalah untuk: (1)
mengukur kecakapan dan keterampilan seseorang dalam bermain bola voli; (2)
memberikan dasar penilaian; (3) menetapkan urutan (ranking) dan
pengelompokkan dalam seleksi; dan (4) mencari bakat (talent scouting)
(Depdikbud, 1977: 1). Tes ini telah diuji reliabiitas dan validitasnya. Perhitungan
statistik dari pengujian menunjukkan nilai reliabilitas 0.94 dan validitas 0,84.
Sebelum tes dilakukan maka peneliti terlebih dahulu mempersiapkan alat-alat
pengumpul data, lapangan tempat tes dan tenaga pembantu pelaksana tes.
Alat-alat pengumpul data yang dipersiapkan seperti: (1) format atau blanko tes
yang dapat menampung data pribadi siswa; (2) lapangan yang digunakan untuk
melakukan tes; (3) stopwatch dan meteran; (4) bola voli yang biasa digunakan
oleh Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) sebanyak 12 buah; (5) alat
tulis; dan (6) tali rafiah secukupnya.
b) Penyiapan tenaga Pembantu
Setelah mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan, maka langkah-langkah
selanjutnya tenaga pembantu. Sebelum tenaga pembantu ditetapkan tugasnya,
terlebih dahulu diberikan pengarahan dan petunjuk-petunjuk sesuai dengan
ketentuan pelaksanaan tes. Untuk lebih jelasnya pembagian tugas tenaga
pembantu dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Untuk kelancaran dan tertibnya jalan pelaksanaan tes, maka perlu diadakan
suatu langkah kerja yang diperhitungkan dengan waktu pelaksanaan tes. Langkah
kerja yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2
Pelaksanaan Tes Keterampilan Dasar Bola Voli
Keterangan:
1. Tempat membagi dan mengumpulkan kembali formulir 2. Tempat menunggu giliran
3. Lapangan tes passing, servis, dan smes.
Angka dalam Gambar 3.2 menunjukkan pos yang harus dilalui oleh setiap
subjek yang akan melakukan tes sesuai dengan petunjuk arah anak panah pada
gambar. Setelah subjek menerima formulis tes, lalu menuju ke pos dua untuk
menunggu giliran tes pada pos tiga. Setelah melakukan tes kemudian
menyerahkan formulir yang sudah berisi hasil tes ke pos satu. Data hasil tes
keterampilan bola voli diperoleh subjek setelah melakukan tes umpan, servis, dan
smes. Sebelum pelaksanaan tes penelitian terlebih dahulu diadakan tes awal
keterampilan dasar bola voli untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam
permainan bola voli. Setelah 12 kali perlakuan, kemudian diadakan tes akhir
keterampilan dasar bola voli untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh siswa
dalam hasil belajar keterampilan dasar bola voli.
Data yang terkumpul merupakan data dalam bentuk angka-angka melalui
ketiga item tes di atas, kemudian dimasukkan dalam norma dan selanjutnya
dimasukkan ke dalam T skor. Setelah dicari T skornya, maka nilai-nilai inilah
yang dijadikan sebagai nilai atau penguasaan siswa tentang keterampilan dasar
permainan bola voli.
2)Penyusunan Format Pengamatan
Pengisian format pengamatan komponen hasil belajar keterampilan bola voli
dilakukan dengan cara mengisi tabel berupa nilai yang diperoleh siswa.
Komponen yang di observasi terdiri dari: (1) Passing atas dan passing bawah; (2)
servis bawah; dan (3) smes yang digolongkan dalam teknik-teknik keterampilan
dasar permainan bola voli.
Tabel 3.2
Formulir Tes Keterampilan Dasar Bola Voli
(Sumber: Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi Depdikbud)
TES Servis Umpan Smes
Sasaran Perkalian Nilai Sasaran Nilai Sasaran Detik Nilai
I II III IV V VI
Jumlah nilai 4 kali yang terbaik Jumlah nilai 4 kali
3)Instrumen sikap sosial
Alat ukur atau instrumen merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh
data yang diperlukan dalam penelitian. Bentuk alat ukur yang digunakan
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian. Mengenai instrumen ini,
Sugiyono (2012: 147) menerangkan sebagai berikut:
Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Oleh karena itu alat atau instrumen dalam sebuah penelitian mutlak harus ada
sebagai bahan untuk pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti. Secara
garis besar mengenai alat evaluasi ini Arikunto (1997: 138) menggolongkannya
atas dua macam yaitu tes dan non tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Non tes adalah dengan mengamati sampel yang diteliti sesuai dengan kebutuhan
penelitian sehingga diperoleh data yang diinginkan.
Komponen sikap sosial diadaptasi dari Abdoellah dan Manadji (1994: 17),
maka di dalam rincian pengembangan instrumen dimasukkan 5 (lima) komponen
objek sikap sosial, yaitu: (1) disiplin, (2) tanggung jawab, (3) kerjasama, (4)
memberikan pertolongan, dan (5) saling menghargai. Komponen-komponen ini
dikembangkan lebih lanjut berdasarkan pengembangan pembentukan sikap sosial
dalam pengalaman belajar yang dipaparkan oleh Rusli Lutan (1997: 3). Dalam hal
ini sampel diberikan serangkaian pernyataan tentang sikap sosial yang disajikan
dalam bentuk angket.
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan instrumen penelitian, penulis
merumuskan sebagai berikut:
a) Membuat dan menyusun kisi-kisi angket sikap sosial.
b) Membuat dan menyusun skala penilaian dari angket sikap sosial. Penulis
komponen di random atau diacak untuk mencegah terjadinya bias dalam
pengumpulan data.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini penulis jabarkan mengenai kisi-kisi angket
sikap sosial pada Tabel 3.3
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Sikap Sosial Siswa
Variabel Komponen Sub Komponen No. Soal
Sikap Sosial A. Disiplin 1. Tunduk pada keputusan 2. Teratur B. Kerjasama 1. Partisipasi
2. Kolaborasi C. Tanggung jawab 1. Menaggung resiko
2. Sadar kewajiban
Sebuah instrumen dapat digunakan dalam sebuah penelitian apabila instrumen
tersebut sudah valid dan dapat mengukur apa yang akan diukur dalam penelitian
tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang
dibuat dengan cara diuji coba. Uji coba dilakukan pada tanggal 14 Mei 2013
kepada siswa/i SMA N Cikakak, sekolah tersebut diambil karena memiliki
karakteristik yang sama dengan populasi dan sampel penelitian. Uji coba
diberikan pada 30 orang responden.
Setelah pelaksanaan uji coba angket, selanjutnya penulis menentukan tingkat
Mengenai validitas ini Sugiyono (2012: 168), menjelaskan “Instrumen yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.”
American Psychological Association, 1985 (Baumgartner dan Jackson. 1975:
140) menunjukkan bahwa: validitas merupakan hal yang penting dalam
pengukuran. Tes atau alat ukur dikatakan valid jika dilakukan dengan
langkah-langkah yang seharusnya dalam pengukuran.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menentukan validitas dan
reliabilitas adalah sebagai berikut:
1) Menganalisis dan memilih angket dari kemungkinan adanya butir soal yang
tidak dijawab oleh responden.
2) Memberikan skor pada masing-masing pernyataan setiap responden.
3) Memasukkan data yang diperoleh pada program komputer Microsoft Excel.
4) Kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan Statistical Product and
Service Solution (SPSS) seri 17.
Pengujian validitas setiap butir soal digunakan analisis item, yaitu
mengkorelasikan skor setiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap
skor butir. Teknik korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang
merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Korelasi yang digunakan adalah
korelasi Pearson Product Moment, yaitu mengkorelasikan antara skor tiap butir
dengan skor total.
Berdasarkan analisis validitas instrumen dari setiap butir penelitian yang
berjumlah 40 pernyataan, diperoleh 30 butir soal yang valid yang dapat mewakili.
Setelah berkonsultasi dengan dosen pembimbing dan dosen ahli maka angket
tersebut dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.
Berikut ini penulis uraikan mengenai hasil uji validitas instrumen sikap sosial
yang dianalisis dengan menggunakan program Statistical Product and Service
Solution (SPSS) seri 17. Sedangkan untuk hasil uji coba angket secara rinci,
Tabel 3.4
Item r hitung Valid/Tidak Valid
1 0,391 Valid 21 0,509 Valid
Hasil analisis uji validitas instrumen angket sacara lengkap penulis sajikan
pada bagian lampiran.
Selanjutnya item tes yang valid tersebut diuji tingkat reliabilitasnya. Uji
reliabailitas dilakukan dengan teknik belah dua (Split half), yaitu membagi item
soal yang valid dalam dua kelompok ganjil dan genap. Selanjutnya skor total
kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya.
Adapun hasil uji reliabilitas pada uji coba instrumen yang ke-1 diperoleh
reliabilitas dengan Cronbach’s Alpha 0,85 yang terdiri atas 30 item soal.
Berdasarkan kriteria keputusan bahwa Cronbach Alpha > 0,6 maka instrumen
dinyatakan reliabel. Berikut adalah hasil uji coba reliabilitas ke-1 dengan analisis
Tabel 3.5
Hasil Uji Reliabilitas ke 1
Croanbach’s Alpha n of Item
0,85 28
Jika reliabilitas nilai Cronbach’s Alpha semakin mendekati angka 1, maka
instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil
analisis tersebut, maka instrumen yang diujicobakan layak untuk digunakan dalam
penelitian. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
instrumen penelitian layak digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur.
Selanjutnya butir valid tersebut akan digunakan sebagai tes yang akan penulis
teliti kepada sampel yang sebenarnya yaitu sebanyak 30 butir soal.
2. Variabel Penelitian
Penelitian ini secara operasional menggunakan dua variabel bebas (model
pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran ekspositori) serta dua varaibel
terikat (hasil belajar keterampilan bola voli dan sikap sosial). Agar lebih jelas,
hubungan variabel yang terlibat dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.3
Hubungan Variabel dalam Penelitian
Hubungan variabel tersebut merupakan hubungan sebab akibat dari variabel
bebas dan variabel terikat yang menjadi fokus pengamatan selama penelitian
berlangsung. Di samping itu terdapat faktor-faktor lain yang terlibat dan diduga
mempengaruhi hasil penelitian, yakni validitas internal dan validitas eksternal.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas internal dan
validitas eksternal. Hal tersebut dipaparkan oleh Hyllegard dkk (1996: 135)
bahwa:
Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran ekspositori
Hasil belajar keterampilan teknik dasar bola voli
Careful selection and measurement of the independent and dependent variables does not guarantee a good experiment. Issues related to the validity of the overall experiment are important. Experimental validity issues are broadly classified into internal and external validity concerns. Artinya
pemilihan dan pengukuran yang cermat dari variabel-variabel independen dan dependen tidak menjamin eksperimen yang baik. Isu yang berhubungan dengan validitas eksperimen secara keseluruhan adalah sangat penting.Isu tentang validitas eksperimen tersebut dapat digolongkan ke dalam validitas internal dan eksternal.
Validitas yang digunakan dalam penelitian eksperimen ini adalah validitas
internal dan eksternal. Validitas internal bertujuan untuk menentukan apakah
perlakuan (treatment) benar-benar memberikan pengaruh terhadap hasil
eksperimen. Dengan kata lain, eksperimen ini memiliki validitas internal apabila
hasil belajar keterampilan bola voli dan sikap sosial siswa benar-benar
dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan. Sedangkan validitas
eksternal bertujaun agar temuan hasil eksperimen dapat digeneralisasikan kepada
kelompok lain yang lebih luas.
a. Validitas Internal
Validitas dari rancangan penelitian perlu dikontrol supaya hasil-hasil yang
diperoleh dalam penelitian benar-benar sebagai akibat dari perlakuan yang
diberikan kepada kelompok-kelompok eksperimen.
Validitas internal diperoleh dengan melakukan pengontrolan terhadap variabel
ekstra yang mungkin dapat mempengaruhi validitas internal sebagai berikut:
1) Pengaruh historis, dikontrol dengan mencegah timbulnya kejadian-kejadian
khusus yang dapat mempengaruhi subyek serta pelaksanaan perlakuan. Untuk
mengatasi hal ini, para siswa dianjurkan untuk tidak terlibat dalam kegiatan
khusus dalam pembelajaran penjas diluar eksperimen.
2) Pengaruh kematangan, dikontrol dengan cara perlakuan dalam jangka waktu
tidak terlalu lama, agar proses yang terjadi dalam diri siswa sebagai akibat dari
perlakuan yang diberikan seperti kelelahan dan rasa lapar tidak akan timbul.
Karena kematangan merupakan perubahan seseorang dari waktu ke waktu dan
semakin terampil yang diakibatkan oleh kematangan dalam melakukan
maka eksperimen dalam penelitian ini dijadwalkan selama 12 kali pertemuan
dapat memberikan hasil yang cukup signifikan.
3) Pengaruh instrumen penelitian, dikontrol dengan tidak mengubah alat ukur
yang dipakai. Maksudnya, yang digunakan adalah tes keterampilan teknik
dasar bola voli dan angket yang telah dibakukan untuk sikap sosial siswa.
4) Pengaruh perbedaan subjek penelitian, dikontrol dengan cara mengambil
subjek secara purposive yang memiliki kemampuan awal kurang lebih sama.
b. Validitas Eksternal
Maksud pengontrolan validitas eksternal desain penelitian adalah agar hasil
yang diperoleh benar-benar refresentatif serta dapat digeneralisasikan. Ada dua
kategori validitas eksternal menurut Donald ( 1982; dalam La Kamadi, 1999: 56)
yaitu validitas populasi dan validitas ekologi yang masing-masing dijelaskan
sebagai berikut:
1) Validitas populasi, bertujuan agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan
kapada populasi yang jauh lebih besar, walaupun populasi tersebut belum
diteliti. Validitas populasi ini dikontrol dengan jalan : (a) mengambil sampel
sesuai karakteristik populasi penelitian yakni mengambil siswa dengan tingkat
belajarnya yang berada pada tingkat kelas yang sama, (b) memberikan hak
yang sama kepada setiap sampel dalam penerimaan perlakuan penelitian.
2) Validitas ekologi, bertujuan agar hasil penelitian ini digeneralisasikan kepada
kondisi lingkungan yang lain. Dalam pengontrolannya digunakan teknik: (a)
tidak memberitahhukan kepada siswa bahwa mereka sedang dijadikan subyek
penelitian dengan teknik perlakuan yang sengaja memakai kelas, guru, dan
jadwal belajar yang biasa untuk menghindari pengaruh reaktif akibat proses
penelitian, (b) mempergunakan guru mereka sendiri yang telah diberikan
pengarahan pelaksanaan perlakuan tersebut, (c) tidak mengubah jadwal yang
telah ditetapkan, dan (d) tidak menyatakan harapan khusus kepada guru
pelaksana perlakuan tentang hasil penelitian dengan maksud untuk
Pengontrolan validitas internal dan eksternal diharapkan, agar hasil penelitian
ini benar-benar merupakan akibat pengaruh dari perlakuan penelitian, sehingga
dapat berlaku umum terhadap populasi penelitian.
E.Teknik Pengumpulan Data 1. Pretest
Sebelum siswa mengikuti program pembelajaran, maka seluruh siswa kelas XI
MAN Palabuhanratu terlebih dahulu diadakan pretest, yaitu pengisian angket
untuk sikap sosial yang terdiri dari: (1) Disiplin; (2) Tanggung jawab; (3) Kerja
sama; (4) Memberikan pertolongan; dan (5) Saling menghargai. Serta tes
keterampilan teknik dasar bola voli digunakan tes keterampilan teknik dasar bola
voli yang dibuat oleh Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Tes ini terdiri dari tigas jenis, yaitu: (1) Passing atas
dan passing bawah; (2) servis bawah; dan (3) smes yang digolongkan dalam
teknik-teknik keterampilan dasar permainan bola voli.
Pelaksanaan tes ini bertujuan untuk mengukur rata-rata skor awal hasil belajar
keterampilan bola voli dan sikap sosial siswa. Hal ini akan menjadi pembanding
antara hasil pretest dan posttest sebagai dampak dari perlakuan model
pembelajaran kooperatif dan ekspositori yang telah dilaksanakan.
a. Mendesain Program Pembelajaran
Sebelum memberikan perlakuan teknik dasar dalam permainan bola voli pada
siswa atau subjek penelitian, peneliti terlebih dahulu membuat desain program
pembelajaran. Desain tersebut adalah untuk model pembelajaran kooperatif dan
ekspositori. Selanjutnya berdasarkan keterampilan teknik dasar bola voli dan
instrumen sikap sosial yang telah dirangkum dalam program pembelajaran yang
akan diberikan pada subjek penelitian, peneliti memberikan perlakuan terhadap
siswa atau subjek dengan mengajar sebanyak 12 kali pertemuan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif dan ekspositori. Berikut adalah
desain program pembelajaran yang akan diberikan kepada sampel kelas
eksperimen untuk model pembelajaran kooperatif serta kelas eksperimen untuk
Tabel 3.6
Pretest keterampilan bola voli (passing bawah/atas, servis bawah dan smes) Pretest angket sikap social
Lapangan bola voli
Keterampilan teknik dasar passing bawah dalam permainan bola voli
Keterampilan teknik dasar passing bawah dalam permainan bola voli
Keterampilan teknik dasar passing atas dalam permainan bola voli
Keterampilan teknik dasar passing atas dalam permainan bola voli
Keterampilan teknik dasar passing atas dalam permainan bola voli bawah/atas, smes dan servis dalam permainan bola voli
Posttest keterampilan bola voli (passing bawah/atas, servis bawah dan smes) Posttest angket sikap social
Lapangan bola voli & ruangan kelas MAN