• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH IKLIM SEKOLAH TERHADAPKINERJA GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN PATOKBEUSI KABUPATEN SUBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH IKLIM SEKOLAH TERHADAPKINERJA GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN PATOKBEUSI KABUPATEN SUBANG."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU

DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN PATOKBEUSI

KABUPATEN SUBANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Departemen Administrasi Pendidikan

Oleh

Dini Syamsiah

1001797

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

DINI SYAMSIAH

1001797

PENGARUH IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI

SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN PATOKBEUSI KABUPATEN

SUBANG

Disetujui Dan Disahkan Oleh Pembimbing :

Pembimbing I

Drs. Asep Sudarsyah, M.Pd NIP. 19610731 198703 1 001

Pembimbing II

Dr. Nani Hartini, M.Pd NIP. 19780331 20012 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

Pengaruh Iklim Sekolah Di Sekolah Dasar se-Kecamatan

Patokbeusi Kabupaten Subang

Oleh Dini Syamsiah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Dini Syamsiah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana iklim sekolah di sekolah dasar se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang, bagaimana kinerja guru di sekolah dasar se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang, serta seberapa besar pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja guru di sekolah dasar se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja guru di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang ditunjang oleh studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui angket tertutup dengan 4 skala penilaian (likert). Populasi yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah guru di sekolah dasar se-kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang sebanyak 391 guru, dengan sampel yang diambil yaitu sebanyak 151 guru.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dihitung dengan menggunakan teknik WMS (Weight Means Scored) menunjukan bahwa rata-rata kecenderungan umum untuk variabel X (Iklim Sekolah) sebesar 3.26. nilai tersebut jika dikonsultasikan dengan tabel WMS termasuk dalam kategori sangat baik. Sedangkan rata-rata kecenderungan umum untuk variabel Y (Kinerja Guru) Sebesar 3.41. nilai tersebut jika dikonsultasikan dengan tabel WMS termasuk dalam kategori sangat baik. Besaran pengaruh variabel X terhadap variabel Y ditunjukan dari hasil uji koefisien determinasi sebesar 15.9% yang artinya 85,1% dipengaruhi oleh faktor lain. Persamaan regresi Y atas X adalah Ŷ =30.103 + 0.399, artinya setiap terjadi perubahan (peningkatan atau penurunan) satu poin pada variabel X, maka akan diikuti pula oleh perubahan variabel Y sebesar 0.399. Berdasarkan tafsiran dari hasil pengolahan data tersebut, peneliti menarik kesimpulan bahwa Iklim Sekolah berpengaruh signifikasn terhadap meningkatnya Kinerja Guru di Sekolah Dasar se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang.

(5)

ABSTRACT

The research problem is how the school climate in elementary school at District of Patokbeusi Subang, how the performance of teachers in elementary schools at District of Patokbeusi Subang, and how much influence the school climate on the performance of teachers in elementary schools at District of Patokbeusi Subang. The purpose of of this research is to obtain an overview of the school climate influences the performance of teachers in elementary schools at District Patokbeusi of Subang. The method used in this research is descriptive method with a quantitative approach that is supported by the study of literature. Data collection techniques used through the questionnaire enclosed with a 4 rating scale (Likert). Population is used as a source of data in this study were teachers in primary schools throughout the subdistrict Patokbeusi Subang 391 teachers, with samples taken as many as 151 teachers.

Based on the results of data processing techniques were calculated using the WMS (Weight Means Scored) showed that the average general tendency for the variable X (School Climate) at 3,26. that value if consulted with WMS tables included in the excellent category. While the average general trend in Y (teacher performance) As much as 3,41. that value if consulted with WMS tables included in the excellent category. The magnitude of the effect of variable X to variable Y is shown from the test results of determination coefficient of 15.9%, which means 85.1% influenced by other factors. The regression equation of Y on X is Ŷ =30.103+0.399, meaning that any change (increase or decrease) of the points on the variable X, it will be followed by a change of variable Y for 0399. Based on the interpretation of the data processing, the researchers conclude that the School Climate influences of increasing signifikasn the Performance of Teachers in Elementary School at District of Patokbeusi Subang.

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat/Signifikasi Penelitian ... 8

E. Struktur Organis Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka 1. Konsep Dasar Kinerja Guru a. Pengertian Kinerja ... 11

b. Pengertian Guru ... 12

c. Kompetensi Guru ... 14

c. Peranan Guru ... 15

d. Pengertian Kinerja Guru ... 16

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... 18

f. Dimensi Kinerja Guru ... 20

2. Konsep Dasar Iklim Sekolah a. Pengertian Iklim Sekolah ... 22

(7)

vii

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Iklim Sekolah ... 26

3. Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Guru ... 27

B. Penelitian Terdahulu ... 27

C. Kerangka Pikir Penelitian ... 29

D. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian ... 32

2. Populasi Penelitian ... 32

B. Desain Penelitian ... 39

C. Metode Penelitian ... 41

D. Definisi Operasional ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 43

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 46

G. Teknik Pengumpulan Data ... 51

H. Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Seleksi Data ... 65

2. Klasifikasi Data ... 66

3. Hasil Pengolahan Data ... 69

a. Hasil Perhitungan Kecenderungan Umum Rata-rata Responden Berdasarkan Perhitungan Rata-rata (Weight Means Scored) 69 b. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Baku ... 78

c. Uji Normalitas Distribusi Data ... 81

4. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ... 83

a. Analisis Korelasi ... 83

b. Uji Signifikansi ... 85

(8)

d. Uji Regresi... 87 B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Iklim Sekolah... 90 2. Gambaran Umum Kinerja Guru ... 92 3. Besarnya Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Guru ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 102

B. Rekomendasi ... 103

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi adalah suatu wadah yang terdiri atas sekumpulan orang yang bekerja sama dalam melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Organisasi merupakan bagian

yang tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Seperti dalam mencapai tujuan pendidikan pun manusia membutuhkan sebuah organisasi dalam penyelenggaraan pendidikannya. Organisasi tersebut tidak lain adalah sekolah, tempat dimana terjadinya suatu proses pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Sumber daya manusia yang terdapat di sekolah meliputi kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa. Setiap individu yang terdapat dalam suatu organisasi memiliki perilaku yang berbeda dengan individu yang lainnya, jika perbedaan tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan terhadap individu-individu tersebut dalam proses interaksi dalam pelaksanaan tugasnya.

Guru merupakan tenaga profesional yang memiliki tugas dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai kegiatan akademik sekaligus dalam kegiatan pembelajaran. (Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Pasal 39). Sedangkan, guru profesional yaitu seorang guru yang memiliki kemampuan dan keahlian yang khusus dalam bidang keguruan sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai seorang guru.

(10)

Fenomena yang terjadi mengenai kinerja guru yang dikemukakan oleh Endah Enny dalam edukasi.kompasiana.com 28 Novembr 2013, yaitu:

Masih dijumpai banyak guru dalam melaksanakan tugas di sekolahnya kurang memahami bagaimana menyusun serta merealisasikan rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik sesuai dengan tuntutan profesi. Bahkan ditemukan beberapa kasus guru tidak bisa menyelesaikan soal, yang pada akhirnya muridlah yang bisa menyelesaikan soal tersebut. Serta munculnya fenomena kinerja guru yang belum profesional disebabkan oleh kurangnya penguasaan ilmu, rendahnya unjuk kerja serta hilangnya motivasi berprestasi guru.

Dalam antarnews.com Jum’at, 27 September 2013, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Kebudayaan (BPSDMPK) dan Peningkatan Mutu Pendidikan (PMP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Syahwal Gultom, mengakui mutu dan kualitas guru di Tanah Air saat ini masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji kompetensi yang dilakukan selama tiga tahun terakhir yang menunjukkan bahwa kualitas guru di Indonesia masih sangat rendah. Dan dari sisi kualifikasi pendidikan, hingga saat ini dari 2,92 juta guru, baru sekitar 51 persen yang berpendidikan S-1 atau lebih, sedangkan sisanya belum berpendidikan S-1. Selain jenjang pendidikan yang belum memadai, kompetensi guru juga masih bermasalah. Saat dilakukan tes terhadap guru semua bidang studi, rata-rata tak sampai 50 persen soal yang bisa dikerjakan.

Selanjutnya, dalam Lampost.co Senin, 25 November 2013, dengan kasus yang sama menunjukan bahwa masih banyaknya guru SD yang belum memenuhi kualifikasi S-1. Sekitar 40% dari 1.582.000 guru SD

belum berkualifikasi S-1 belum mencapai S-1.

(11)

3

kemampuan guru dalam menguasai bahan, mengelola proses belajar mengajar, dan mengelola kelas; kecepatan/ ketepatan kerja, kemampuan guru dalam menggunakan media atau sumber belajar, dan dalam merencanakan program pembelajaran; Inisiatif dalam kerja, yaitu bagaimana guru dalam mengelola interaksi belajar mengajar serta melakukan penilaian hasil belajar siswa; Bimbingan dan penyuluhan, yaitu

bagaimana guru melakukan proses pembimbingan pada siswa yang mengalami kesulitan dalam pelajaran atau kepada siswa yang memiliki

bakat khusus; dan kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan administrasi sekolah. Terkait dengan indikator kinerja tersebut, diketahui bahwa pada indikator kecepatan/ ketepatan kerja yaitu pada kemampuan guru dalam merencakan program pengajaran, masih adanya guru yang tidak membuat Rencana pelaksanaan bembelajaran (RPP) sebelum mengajar setiap harinya. Karena berdasarkan keterangan pengawas sekolah, guru-guru tersebut menganggap bahwa pengalaman dalam mengajar lebih sudah cukup menjadi bekal dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga RPP sebagai panduan dalam melaksanakan pembelajaran tidak terlalu penting. Selanjutnya, tidak adanya perhatian khusus dari guru pada siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran di kelas yaitu dengan mengadakan bimbingan tersendiri diluar proses pembelajaran. Serta dalam penyelenggaraan administrasi di sekolah pun tidak dilakukan langsung oleh guru-guru, karena setiap sekolah memiliki operator yang melaksanakan kegiatan administrasi di sekolah.

Kinerja guru harus menjadi perhatian kita semua, karena dengan penurunan kinerja guru seperti pada permasalahan di atas akan berdampak

(12)

yang sesuai, guru akan terampil dalam melaksanakan pekerjaannya, maka akan lebih mudah dalam mencapai kinerja yang maksimal. Selanjutnya faktor motivasi yaitu dimana motivasi merupakan kondisi yang dapat membangkitkan, mengarahkan, atau menjadi sebab seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Motivasi kerja merupakan suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang guru, yang dapat dikembangkannya

sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang dapat mempengaruhi hasil kinerjannya. Seperti seorang kepala sekolah dalam

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh seorang guru dengan memberikan motivasi pada guru yang belum memenuhi kualifikasi pendidikan untuk melanjutkan pendidikannya, atau motivasi yang dilakukan oleh sesama guru dalam mengembangan potensinya. Motivasi kerja juga dapat berasal dari lingkungan kerja, dimana lingkungan kerja yang kondusif serta nyaman dapat meningkatkan kinerja guru. Lingkungan kerja sangat menunjang bagi pegawai dalam mencapai prestasi kerja. Dimana lingkungan kerja tersebut mencakup uraian jabatan yang jelas, otoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi yang efektif, hubungan kerja yang harmonis, iklim kerja yang dinamis, peluang berkarier dan fasilitas kerja yang memadai.

Iklim organisasi pertama kali dikemukakan oleh Kurt Lewin pada tahun 1930, dengan menggunakan istilah iklim psikologi. Kemudian istilah iklim organisasi dipakai oleh R. Tagiuri dan G. Litwin. Menurut R. Tagiuri dan G. Litwin dalam Wirawan (2007: 121) bahwa, “iklim organisasi merupakan kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif terus berlangsuang, dialami oleh anggota organisasi, dan

mempengaruhi perilaku setiap anggotanya”. Carolyn S. Andersen dalam Wirawan (2007: 122) mendefinisikan “iklim organisasi sekolah sebagai

rasa sekolah, seperti dipersepsikan oleh mereka yang bekerja atau yang mengikuti kelas di sekolah. Iklim organisasi merupakan apa yang kita

rasakan dan kehidupan interaktif sekolah”. Selanjutnya Uhar Suharsaputra

(13)

5

sosial dari suatu lingkungan belajar sebagai ciri dari suatu sekolah. Kondisi proses pendidikan yang terjadi di sekolah merupakan kondisi dimana kulitas suatu sekolah yang relatif bertahan, dan peran guru sangat penting dalam proses tersebut, sehingga bagaimana guru mempersepsikan lingkungan sekolah maka akan menentukan pula bagaimana proses pendidikan atau pembelajaran terjadi. Iklim sekolah pada dasarnya

menggambarkan aspek lingkungan sekolah yang menjadi tempat bekerja bagi mereka yang terlibat di dalamnya, sesuai dengan tugas dan perannya

masing-masing. Terdapat empat aspek lingkungan sekolah yang membentuk iklim sekolah, diantaranya lingkungan fisik yang menggambarkan bagaimana situasi dan kondisi tata ruang yang kondusif untuk proses pembelajaran, lingkungan sosial yang berkaitan dengan komunikasi dan interaksi yang terjadi di dalam sekolah, lingkungan afektif yang berkaitan dengan penumbuhan rasa memiliki dan harga diri, serta lingkungan akademik yang berkaiatan dengan peningkatan belajar dan pemenuhan diri.

Sekolah merupakan organisasi atau lembaga pendidikan formal yang memberikan pelayanan pendidikan pada masyarakat, sekolah memerlukan sumberdaya dan fasilitas yang tersedia di dalam sekolah untuk memperlancar kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut. Guru dan kepala sekolah merupakan aspek yang sangat penting yang terlibat secara langsung dalam meberikan layanan pendidikan di sekolah. Sekolah merupakan tempat dimana banyak sekali interaksi yang terjadi yang melibatkan kinerja guru itu sendiri. Interaksi-interaksi tersebut seperti interaksi yang antara guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan kepala sekolah sebagai pengelola sekolah, interaksi tersebut dapat

(14)

dalam kegiatan pembelajaran yang terjadi di sekolah, sehingga upaya dalam pencapaian pendidikan di sekolah tersebut dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Uhar Suharsaputra (2010: 77) yang menyatakan bahwa:

Iklim sekolah yang baik dan kondusif bagi kegiatan pendidikan akan menghasilkan interaksi edukatif yang efektif, demikian juga iklim sekolah yang memberikan ruang bagi kreativitas dan inovasi adakn mendorong para guru untuk berkinerja kreatif dan inovatif, sehingga upaya pencapaian tujuan pendidikan sekolah akan berjalan dengan baik.

Iklim sekolah akan mempengaruhi perilaku orang-orang yang berada dalam sekolah tersebut dalam melakukan kerjasama guna pengembangan organisasi dan dilihat dari bagaimana besarnya dedikasi serta komitmen dalam pencapaian tujuan organisasi yang nantinya akan

menentukan kualitas dari organisasi atau sekolah tersebut. Hal tersebut sejalan dengan apa yang telah dikemukakan oleh Andrews (1971) dalam Syaiful Sagala (2008: 130) sebagai “suatu kualitas dari organisasi dalam menentukan kualitas kerjasama, pengembangan organisasi, besarnya dedikasi dan komitmen terhadap tujuan dari organisasi tersebut”.

(15)

7

pendidikan menjadi lebih baik, sebaliknya dampak negatif kualitas yang terdapat dalam organisasi menjadi rendah dan rusak.

Berdasarkan pemasalahan serta pemaparan yang telah dikemukakan diatas, maka dalam hal ini peneliti akan meneliti lebih lanjut

mengenai “PENGARUH IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA

GURU DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN PATOKBEUSI

KABUPATEN SUBANG”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dan untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian ini serta agar masalah dalam penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang ingin diteliti dan agar menjadi fokus dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan secara konseptual dan kontekstual, yaitu : a. Secara konseptual, batasan masalah dari penelitian ini yaitu

variabel X mengenai iklim sekolah yang merupakan persepsi guru mengenai apa yang ada dan terjadi di sekolah yang mempengaruhi perilaku guru dalam melaksanakan kinerjanya , sedangkan untuk varibel Y yaitu mengenai kinerja guru yang dilihat dari kemampuan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik.

b. Secara kontekstual, penulis melakukan penelitian mengenai pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja guru di sekolah dasar se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang.

2. Rumusan Masalah

(16)

“Bagaimanakah Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Guru di

Sekolah Dasar se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang?”.

Rumusan masalah ini dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana iklim sekolah di sekolah dasar se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang?

b. Bagaimana kinerja guru di sekolah dasar se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang?

c. Seberapa besar pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja guru di sekolah dasar se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran empirik pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja guru di sekolah dasar se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui iklim sekolah di sekolah dasar se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang;

b. Untuk mengetahui kinerja guru di sekolah dasar se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang;

c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja guru di sekolah dasar se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang.

D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian

(17)

9

1. Segi Teoritis

Dari segi teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan disiplin ilmu administrasi pendidikan, yaitu dalam konteks iklim organisasi khususnya iklim sekolah terhadap kinerja guru.

2. Segi Praktis

a. Bagi peneliti, bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam pengembangan ilmu yang relevan dengan

bidang studi yang sedang ditekuni, yaitu administrasi pendidikan, khususnya pada aspek iklim sekolah dan kinerja guru.

b. Bagi sekolah, penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah dalam mengelola serta dalam memperhatikan iklim yang ada di sekolahnya agar selalu kondusif, sehingga guru dapat melaksanakan tugasnya dengan produktif.

E. Struktur Organisasi

Secara sistematis, struktur skripsi ini terdiri dari bagian awal, inti, dan penutup. Pada bagian awal terdiri dari judul penelitian, lembar pengesahanm pernyataan keaslian skripsi dan bebas plagiarisme, kata mutiara, ucapan terima kasih, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

Pada bagian inti terdiri dari lima bab, yaitu bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah yang di dalamnya berupa batasan masalah dan rumusan masalah,

(18)

dan hipotesis penelitian. Bab ketiga merupakan metode penelitian yang terdiri dari lokasi dan subjek populasi/ sampel penelitian, cara penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya, serta analisis data. Bab keempat merupakan hasil penelitian dan pembahasan, menyajikan hasil penelitian

dari variabel X iklim sekolah dan variabel Y kinerja guru, pembahasan dan analisis temuan. Bab kelima merupakan kesimpulan dan saran yang berisis

mengenai kesimpulan dari hasil pembahasan penelitian serta saran.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Subjek Populasi, dan Sampel Penelitian

1. Lokasi

Lokasi dalam penelitian ini merupakan tempat peneliti dalam

melakukan penelitian mengenai pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja guru. Adapun lokasi atau tempat penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang.

2. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan objek/subjek yang menjadi sumber data penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Sugiyono (2010: 117) menyatakan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Saifuddin Azwar (2012: 77) mendefinisikan, “Populasi sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian”. Arikunto (2006:130) menjelaskan bahwa, populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sementara itu, Riduwan (2009: 11) berpendapat bahwa, “Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian”. Selanjutnya, Nana Syaodih (2012: 251) mengemukakan bahwa, populasi dibedakan menjadi populasi target dan populasi terukur.

(20)

Populasi tidak hanya terfokus pada manusia saja, melainkan berbagai hal yang dapat diteliti dalam konteks keilmuan yang menjadi sumber data yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti. Sesuai dengan permasalahan penelitian, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Dasar yang berada di Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang dengan jumlah populasi

sebanyak 391 orang guru, sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Populasi

No Nama Sekolah Jumlah Guru

1. SDN Tanjungrasa 9

2. SDN Tanjungrasakidul 9

3. SDN Tritura 11

4. SDN Ampera 11

5. SDN Ciberes 9

6. SDN Tunasmekar 11

7. SDN Pelita 7

8. SDN Cibanteng 6

9. SDN Jatiragas I 9

10. SDN Jatiragas II 8

11. SDN Pasirkonci 7

12. SDN Patokbeusi 11

13. SDN Sukamulya 8

14. SDN Pundong 12

15. SDN Gardu 7

16. SDN Rancabango 14

17. SDN Tunas Harapan 8

18. SDN Pangipukan 10

19. SDN Purwamekar 8

(21)

34

21. SDN Binawinaya 9

22. SDN Mulyasari 15

23. SDN Purwasari 13

24. SDN Karangwinaya 9

25. SDN Tirtawinaya 10

26. SDN Jatiwinaya 8

27. SDN Jayawinaya 9

28. SDN Rancawinaya 11

29. SDN Putrabudaya 8

30. SDN Baktiwinaya 7

31. SDN Mekarjaya 9

32. SDN Mekarbakti 8

33. Sd.Mitrabudaya 8

34. SDN Rancabudaya 9

35. SDN Mekarsari 7

36. SDN Karangkamulyan 7

37. SDN Karokrok 8

38. SDN Budimekar 9

39. SDN Tridaya 7

40. SDN Jatimulya 9

41. SDN Pancadaya 8

42. SDN Sarengsengjaya 10

Jumlah 391

(22)

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini yiatu teknik probability sampling, dan cara pengambilan sampling dengan cara Simple Random Sampling. Teknik probability sampling yaitu teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan, Simple Random Sampling yang tergolong dalam teknik

probability sampling merupakan cara pengambilan sampel dan

anggota populasi dengan menggunakan cara acak tanpa

memperhatikan srata dalam anggota populasi tersebut. (Riduwan, 2009: 58).

Surakhmad (1994) dalam Riduwan (2009: 65) berpendapat bahwa,

apabila ukuran populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1000, ukuran sampel diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi.

Penentuan jumlah sampel dirumuskan sebagai berikut:

S = 15% + −n

− . (50% - 15%)

Dimana:

S = Jumlah sampel yang diambil n = Jumlah anggota Populasi

S = 15% + − 9

Jadi, jumlah sampel sebesar 391×38,6% = 150,93 = 151 responden. Untuk menentukan jumlah sampel dari masing-masing sekolah,

dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus dari Sugiyono dalam Riduwan (2013: 66), yaitu:

ni = NNi. n

Keterangan:

(23)

36

Adapun perhitungan untuk menentukan sampel dari masing-masing sekolah berdasarkan rumus di atas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Sampel Guru Sekolah Dasar Berdasarkan Sekolah

Untuk menentukan jumlah sampel dari masing-masing sekolah,

dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus dari Sugiyono dalam Riduwan (2013: 66), yaitu:

ni = NNi. n

Adapun perhitungan untuk menentukan sampel dari masing-masing sekolah berdasarkan rumus di atas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Sampel Guru Sekolah Dasar Berdasarkan Sekolah

No Nama Sekolah Ni ni = Ni N. N

Jumlah Sampel

1. SDN Tanjungrasa 9 ni = . 151 3

2. SDN Tanjungrasakidul 9 ni = . 151 3

3. SDN Tritura 11 ni = . 151 5

4. SDN Ampera 11 ni = . 151 5

5. SDN Ciberes 9 ni = . 151 3

Keterangan:

(24)

6. SDN Tunasmekar 11 ni = . 151 5

7. SDN Pelita 7 ni = . 151 3

8. SDN Cibanteng 6 ni = . 151 2

9. SDN Jatiragas I 9 ni = . 151 3

10. SDN Jatiragas II 8 ni = . 151 3

11. SDN Pasirkonci 7 ni = . 151 3

12. SDN Patokbeusi 11 ni = . 151 5

13. SDN Sukamulya 8 ni = . 151 3

14. SDN Pundong 12 ni = . 151 5

15. SDN Gardu 7 ni = . 151 3

16. SDN Rancabango 14 ni = . 151 6

17. SDN Tunas Harapan 8 ni = . 151 3

18. SDN Pangipukan 10 ni = . 151 5

19. SDN Purwamekar 8 ni = . 151 3

20. SDN Karyamekar 9 ni = . 151 3

21. SDN Binawinaya 9 ni = . 151 3

22. SDN Mulyasari 15 ni = . 151 6

(25)

38

24. SDN Karangwinaya 9 ni = . 151 3

25. SDN Tirtawinaya 10 ni = . 151 5

26. SDN Jatiwinaya 8 ni = . 151 3

27. SDN Jayawinaya 9 ni = . 151 3

28. SDN Rancawinaya 11 ni = . 151 5

29. SDN Putrabudaya 8 ni = . 151 3

30. SDN Baktiwinaya 7 ni = . 151 3

31. SDN Mekarjaya 9 ni = . 151 3

32. SDN Mekarbakti 8 ni = . 151 3

33. Sd.Mitrabudaya 8 ni = . 151 3

34. SDN Rancabudaya 9 ni = . 151 3

35. SDN Mekarsari 7 ni = . 151 3

36. SDN Karangkamulyan 7 ni = . 151 3

37. SDN Karokrok 8 ni = . 151 3

38. SDN Budimekar 9 ni = . 151 3

39. SDN Tridaya 7 ni = . 151 3

40. SDN Jatimulya 9 ni = . 151 3

(26)

42. SDN Sarengsengjaya 10 ni = . 151 5

Jumlah 391 151

B. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana dan struktur pennyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan penelitiannya. Rencana tersebut berupa suatu skema menyeluruh yang mencakup program penelitian. Dalam desain penelitian, terangkum paparan mengenai hal-hal yang akan dilakukan oleh peneliti, mulai dari penulisan hipotesis dan implikasi operasional hipotesis, sampai dengan analisis akhir terhadap data yang diperoleh. (Ulber Silalahi, 2012: 180)

Menurut Mohamad Ali (1985: 72), “Rancangan penelitian pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara

masal hal-hal yang akan dilakukan dan akan dijadikan pedoman selama pelaksanaan penelitian”. Sementara itu Nana Syaodih (2012: 52)

mengemukakan bahwa, “Rancangan penelitian menggambarkan prosedur

atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondidi arti apa data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah”. Nasution (2009: 23) mengemukakan kegunaan desain penelitian, sebagai berikut:

1. Desain memberikan pegangan yang lebih jelas kepada peneliti dalam melakukan penelitiannya. Dalam penelitian, desain merupakan syarat mutlak agar dapat meramalkan sifat pekerjaan serta kesulitan yang akan dihadapi.

2. Desain menentukan batas-batas yang bertalian dengan tujuan penelitian.

3. Desain penelitian selain memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang harus dilakukan juga memberi gambaran tentang macam-macam kesulitan yang akan dihadapi yang mungkin juga telah dihadapi oleh peneliti lain.

(27)

40

melaksanakan penelitian dan mencapai tujuan yang diharapkan dari penelitiannya.

Penulis dalam hal ini mencoba menggambarkan desain penelitian

dalam konsep sistem, yaitu penelitian ini terdiri dari bagian sistem diantaranya terdiri dari input, proses, dan output. Pada bagian input menggambarkan latar belakang penelitian yang dilakukan yang terdiri dari fenomena-fenomena dan hasil dari sudi pendahuluan peneliti terhadap permasalahan penelitian. Selanjutnya prumusan masalah yang akan

(28)

memperjelas alur penelitian terhadap pengujian hipotesis penelitian, yang kemudian hipotesis penelitian akan menentukan metode dan pendekatan penelitian yang akan digunakan. Bagian selanjutnya yaitu bagian proses, dimana bagian ini berhubungan dengan operasional penelitian yang meliputi pengumpulan dan analisis data yang di arahkan pada pengujian hipotesis penelitian. Pada bagian proses, terdapat beberapa langkah yang

dilakukan sebelum melakukan proses pengumpulan data, seperti mendefinisikan variabel penelitian, menyusun alat pengumpulan data, dan

sebagainya. Pada bagian proses tersebut akan muncul kesimpulan dari penelitian yang disebut juga sebagai pengujian hipotesis. Selanjutnya bagian output yaitu penarikan kesimpulan terhadap hasil dari analisis data dan pengujian hipotesis. Dengan bagian output ini akan diperoleh informasi apakah hipotesis penelitian yang disusun oleh penulis akan sama dengan hasil penelitian yang dilakukan atau sebaliknya. Bagian ini juga akan melahirkan beberapa rekomendasi yang nantinya dapat digunakan oleh berbagai pihak untuk diteliti kembali.

C. Metode Penelitian

“Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi” (Nana Syaodih: 2012: 52). Sementara itu, Sugiyono (2010: 3) menjelaskan metode penelitian secara umum yang diartikan sebagai cara ilmian yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Metode penelitian digunakan untuk mencapai tujuan penelitian

(29)

42

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Nana Syaodih (2012: 72) Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaannya dengan fenomena lain.

“Metode penelitian deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permaslahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang” (Muhammad Ali, 1985: 120). Selanjutnya, Moh. Nazir (1988: 63) mengemukakan bahwa, “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.

Sementara itu, yang dimaksud dengan pendekatan kuantitatif yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008: 8) bahwa:

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan pengertian suatu varibel yang menggambarkan secara spesifik indikator-indikator yang akan diteliti, dengan berdasarkan pada konsep penelitian yang dibangun atas teori-teori yang relevan.

(30)

1. Iklim Sekolah

Iklim sekolah merupakan persepsi guru mengenai lingkungan sekolah dimana lingkungan tersebut terdiri atas lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan akademik.

2. Kinerja Guru

Kinerja guru merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya baik sebagai

seorang pendidik maupun dalam menjalankan tugas kelembagaanya. Kinerja guru mengacu pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada proses pembelajarannya, serta melakukan pembimbingan dan penyuluhuan, dan penyelenggaraan kegiatan administrasi sekolah.

E. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2011: 148) mengemukakan bahwa, “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Instrumen penelitian dgunakan untuk memperoleh data yang secara spesifik berhubungan dengan variabel penelitian. Instrumen yang digunakan harus berdasarkan pada karakteristik sumber data dari variabel yang akan diteliti, sehingga dapat mempermudah peneliti dalam memperoleh data.

(31)

44

pengumpulan data yang sangat fleksibel dan relatif mudah digunakan”. Selanjutnya, Sugiyono (20011: 192) mendefinisikan bahwa:

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner juga merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.

Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan peneliti. Penyebaran angket bertujuan untuk mencari informasi secara lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir dalam memberikan jawaban bila jawaban tersebut tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisiannya. (Riduwan, 2009: 71).

1. Variabel Penelitian dan Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel X (Iklim Sekolah) dan Variabel Y (Kinerja Guru). Adapun yang menjadi sumber data dari penelitian ini yaitu guru SD yang berada di wilayah Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang. Guru dipilih sebagai responden karena akan memberikan gambaran terkait variabel yang akan diteliti.

2. Teknik Pengukuran Variabel Penelitian

(32)

Tabel 3.3

Skala Likert

Alternatif Jawaban Skor

Selalu (SL) 4

Sering (SR) 3

Kadang-kadang (KD) 2

Tidak Pernah (TP) 1

3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi instrumen penelitian diperlukan guna mempermudah peneliti dalam penyusunan instrumen penelitian, karena pada kisi-kisi instrumen akan terlihat dimensi atau indikator dari variabel penelitian yang selanjutnya akan dijabarkan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan sebagai instrumen penelitian. Berikut di bawah ini kisi-kisi instrumen penelitian dari variabel yang akan diteliti, yang terdapat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Variabel X

Variabel Y Indikator Sub Indikator Item

Iklim Sekolah

Lingkungan Fisik Kondisi ruang kerja 1,2,3,4,5,6

Media Pembelajaran 7,8,9

Lingkungan Sosial Hubungan guru dengan kepala sekolah

10,11,12

Hubungan antar guru 13,14

Hubungan guru dengan peserta didik

15,16,17

Lingkungan Akademik

(33)

46

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Instrumen Variabel Y

Variabel X Indikator Sub Indikator Item

Kinerja Guru

Perencanaan Merencanakan

program pembelajaran

1,2,3

Pelaksanaan Mengelola kelas 4,5,6,7

Menggunakan

(34)

terpenting dalam kegiatan ujicoba ini yaitu untuk memberikan gambaran dari tingkat validitas dan realibilitas dari instrumen penelitian.

1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (1995) dalam Riduwan (2009: 97), “validitas adalah suatu ukuran yang menjukan tingkat keandalan atau kesahihan suatu a;at ukur”. Uji validitas dilakukan pada setiap item pertanyaan dari instrumen penelitian, agar instrumen penelitian dapat teruji dan dapat digunakan dalam pengukuran data yang seharusnya diukur.

Adapun rumus yang digunakan dalam pengujian validitas instrumen ini adalah rumus Pearson Product Moment adalah sebagai berikut: rhitung = n(∑ XY) –(∑X). (∑X)

√{n. ∑X – ∑X }. {n. ∑Y – ∑Y }

(Riduwan, 2009: 98) Dimana:

rhitung = Koefisien korelasi ∑X = Jumlah skor item

∑Y = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden

setelah r diketahui, selnjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus:

thitung = √ −

√ − ²

(Riduwan, 2009: 98) Dimana :

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung n = Jumlah responden

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajad kebebasan (dk = n - 2) kaidah keputusan : Jika t hitung > t tabel berarti valid

(35)

48

(36)

19 0,618 4,159 1,701 Valid

20 0,310 1,725 1,701 Valid

(37)

50

18 0,492 3,992 1,701 Valid

19 0,630 4,289 1,701 Valid

20 -0,085 -0,450 1,701 Tidak Valid

21 0,865 9,128 1,701 Valid

22 0,354 2,004 1,701 Valid

23 0,753 6,062 1,701 Valid

24 0,764 8,269 1,701 Valid

25 0,366 2,083 1,701 Valid

26 0,808 7,248 1,701 Valid

27 0,355 2,009 1,701 Valid

28 0,560 3,581 1,701 Valid

29 -0,135 -0,722 1,701 Tidak Valid

30 0,590 3,871 1,701 Valid

31 0,876 9,622 1,701 Valid

32 0,329 1,842 1,701 Valid

Hasil uji validitas terhadap variabel Y yaitu dari 32 item yang diujikan, 27 item dinyatakan valid dan 5 item dinyatakan tidak valid yaitu item nomor 6, 12, 13, 20, dan 29. Dilakukan perbaikan untuk item yang dinyatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat konsistensi dan kestabilan instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data. Instrumen yang reliabel menunjukan bahwa alat tersebut secara konsisten memberikan hasil dari data atau temuan yang sama, sehingga

(38)

r11 = (

) . (1 −

∑��

)

Tabel 3.8

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel X (Iklim Sekolah)

Variabel X r11 rtabel Kesimpulan

Iklim Sekolah 0,884 0,367 Reliabel

r11 > rtabel

Tabel 3.9

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Y (Kinerja Guru)

Variabel Y r11 rtabel Kesimpulan

Kinerja Guru 0,844 0,367 Reliabel

r11 > rtabel

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Angket (Kuesioner)

“Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataab tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2008: 142)”. Pemilihan metode angket sebagai alat pengumpulan data dikarenakan angket sangat efisien dalam mengumpulan data yang bila jumlah respondennya cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.

2. Metode Dokumentasi

(39)

52

H. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian, agar data yang telah dipeoleh dapat dianalisis dan mempunyai makna. Sugiyono (2011: 207) menjelaskan bahwa “Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data yang lain terkumpul”. Kegiatan

analisis data dapat membantu peneliti dalam menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis penelitian melalui perhitungan statistik. Adapun

langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis data, yaitu:

1. Seleksi Data

Seleksi angket dilakukan setelah semua data terkumpul. Proses seleksi angket merupakan kegiatan awal atau persiapan dalam analisis data, yaitu dimana peneliti memeriksa kelengkapan angket yang telah terkumpul setelah disebarkan. Kegiatan ini penting dilakukan untuk meyakinkan bahwa data-data yang telah terkumpul siap untuk diolah lebih lajut. Adapun tahapan dalam seleksi angket, yaitu sebagai berikut:

a. Memeriksa apakah data semua angket dari responden telah terkumpul

b. Memeriksa apakah semua pertanyaan/penyataan dijawab sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan

c. Memeriksa apakah data yang telah terkumpul tersebut layak untuk diolah. Data dapat dinyatakan layak olah apabila telah memenuhi kelengkapan seperti yang telah dipaparkan pada poin-poin di atas.

2. Klasifikasi Data

(40)

kecenderungan skor-skor responden terhadap dua variabel yang diteliti.

3. Uji Kecenderungan Umum Skor Responden Masing-Masing

Variabel Dengan Weight Means Scored (WMS)

Teknik WMS digunakan untuk menghitung kecenderungan

rata-rata variabel penelitian dan untuk menentukan gambaran atau kecenderungan umum responden pada variabel penelitian. Perhitungan

ini dimaksudkan untuk menentukan kedudukan setiap item sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung WMS tersebut adalah sebagai berikut:

a. Memberikan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban item dengan menggunakan skala Likert yang telah ditentukan.

b. Menghitung jumlah frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang tersedia.

c. Menjumlahkan dari setiap responden atau frekuensi pada masing-masing item dan dikalikan dengan bobot nilai alternatif jawabannya masing-masing.

d. Menghitung nilai rata-rata untuk setiap item pada masing-masing kolom, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

X =

Keterangan:

X : Jumlah rata-rata yang dicari

X : Jumlah skor gabungan (frekuensi jawaban dikalikan dengan bobot untuk setiap alternatif kategori) N : Jumlah responden

(41)

54

Tabel 3.10

Kriteria Konsultasi Hasil Perhitungan WMS

Rentang Nilai Kriteria Penafsiran

3.01-4.00 Sangat Baik Selalu Selalu

2.01-3.00 Baik Sering Sering

1.01-2.00 Cukup

Kadang-Kadang

Kadang-kadang 0.01-1.00 Rendah Tidak Pernah Tidak Pernah

4. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Baku Untuk Setiap

Variabel

Dalam proses mengubah skor mentah menjadi skor baku untuk setiap variabel dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Riduwan, 2009: 131):

T=50+10 . �– �

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mengubah skor mentah menjadi skor baku untuk setiap variabel yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

a. Menentukan skor terbesar dan skor terkecil.

b. Menentukan nilai rentangan (R) dengan rumus: R = skor terbesar – skor terkecil

c. Menentukan banyaknya kelas (BK) dengan menggunakan rumus Sturgess, yaitu:

BK = 1 + 3,3 (log n)

(42)

d. Menentukan nilai panjang kelas (i), yaitu dengan cara mengurangkan rentangan (R) dengan banyak kelas BK. Adapun rumus tersebut sebagai berikut:

i

=

R

BK

e. Membuat tabel penolong distribusi frekuensi sesuai dengan nilai banyak kelas (BK) dan nilai panjang kelas (i) yang telah ditentukan sebelumnya.

f. Menentukan rata-rata (mean) dengan menggunakan rumus:

X

=

∑ �

g. Menentukan simpangan baku atau standar deviasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

� = √

�.∑ �

2– ∑ �ᵢ ²

� . �−1

h. Mengubah skor mentah menjadi skor baku dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

T= 50+10 . �– �

5. Uji Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas distribusi data dimaksudkan untuk mengetahui normal tidaknya penyebaran data. Hasil dari pengujiannya akan

(43)

56

pengujian normalitas data menggunakan rumus Chi Kuadrat (� ) sebagai berikut:

�2 = ∑²

=1

(Riduwan, 2009: 124)

Keterangan:

χ² : Chi Kuadrat yang dicari

fo : Frekuensi yang ada (frekuensi observasi atau frekuensi sesuai

dengan keadaan)

fₑ : Frekuensi yang diharapkan, sesuai dengan teori

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung uji normalitas data yang dikemukakan dalam Riduwan (2009: 121) adalah sebagai berikut:

a. Mencari skor terbesar dan skor terkecil dari skor atau data baku. b. Mencari nilai rentangan (R) dengan rumus sebagai berikut:

R = skor terbesar – skor terkecil

c. Mencari banyak kelas (BK) dengan menggunakan rumus Sturgess sebagai berikut:

BK = 1 + 3,3 (log n)

d. Mencari nilai panjang kelas (i), dengan cara membagi nilai rentangan (R) dengan kelas interval (BK) yaitu:

i

=

R

BK

e. Membuat tabel penolong distribusi frekuensi yang sesuai dengan nilai banyak kelas (BK) dan nilai panjang kelas (i) yang telah diteketahui.

f. Mencari nilai rata-rata (mean), dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(44)

g. Mencari simpangan baku atau standar deviasi dengan rumus sebagai berikut:

S =

n.∑fXi2 –(∑fXi)2

n. (n − 1)

h. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara:

1) Menentukan batas kelas interval, yaitu skor kiri (interval pertama) dikurang 0,5 dan semua skor kanan interval ditambah 0,5.

2) Mencari batas kelas interval dengan menghitung angka standar atau Z-score dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

� =

� � − ×

3) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal 0 – Z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas. Sehingga diperoleh batas 0 – Z.

4) Mencari luas dari setiap kelas interval dengan cara mengurangi angka-angka atau bilangan 0 – Z dengan interval selanjutnya (nilai luas 0 – Z pada baris pertama dikurangi dengan nilai luas 0 – Z pada baris kedua) untuk tanda Z-score yang sama, dan menambahkan nilai luas 0 – Z yang mempunyai tanda yang berbeda (tanda positif dan negatif) ditambahkan dengan angka berikutnya.

5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan mengalikan luas dari setiap interval dengan jumlah responden (n).

i. Menentukan nilai Chi-Kuadrat (2), dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

�2 = ∑²

(45)

58

Setelah diketahui nilai χ²hitung, kemudian dikonsultasikan dengan nilai χ²tabel, dimana untuk taraf signifikansi (α) sebesar 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1. Adapun kriteria pengujiannya sebagai berikut:

1) Jika � ℎ� � > � , artinya distribusi data tidak normal.

2) Jika � ℎ� � > � , artinya distribusi data normal.

Dalam melakukan perhitungan uji normalitas tersebut, penulis menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for Windows. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Buka program SPSS.

b. Masukkan data mentah variabel X dan Y pada Data View.

c. Klik Variabel View. Pada kolom Variabel View, kolom name pada baris pertama diisi dengan variabel X dan pada baris kedua diisi dengan variabel Y, kolom decimal diubah menjadi 0, dan kolom label diisi dengan nama dari masing-masing variabel.

d. Klik Analyze, pilih Nonparametric Test, kemudian klik 1-Sample K-S.

e. Klik variabel X dan pindahkan ke kotak Tet Variable List dengan mengklik tanda

f. Klik options, kemudian pilih descriptive pada kotak Statistic dan eclude cases test by test, kemudian pilih continue.

g. Pada kotak Test Distribution, klik normal dan pilih OK (Lakukan

dengan langkah yang sama untuk menghitung uji normalitas variabel Y).

6. Pengujian Hipotesis Penelitian

(46)

a. Analisis Korelasi

Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel X (Supervisi Akademik Kepala Sekolah) dengan variabel Y (Kinerja Mengajar Guru). Teknik perhitungan statistik yang digunakan dalam menentukan derajat hubungan dalam penelitian ini adalah statistik parametrik dengan

menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment, karena distribusi data dari kedua variabel penelitian bersifat normal.

Adapun rumus korelasi Pearson Product Moment (Suharsimi Arikunto, 2009: 327):

= n ∑XY − ∑X ∑Y

√{n. (∑X2) − ∑X 2}. {n − ∑Y ²}

(Riduwan dan Sunarto, 2010: 80) Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi yang dicari n = Banyaknya subjek pemilik nilai X = Nilai variabel 1

Y = Nilai variabel 2

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah:

Ho = Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

Iklim Sekolah dengan Kinerja Guru.

Ha = Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Iklim Sekolah dengan Kinerja Guru.

Dalam perhitungan tersebut, rxy merupakan hasil koefisien korelasi dari variabel X dan Y. Kemudian rxy hitung dibandingkan dengan rxy

(47)

60

diterima. Agar dapat memberikan interpretasi terhadap kuat atau tidak kuatnya hubungan, maka dapat digunakan pedoman interpretasi koefisien kolerasi sebagai berikut:

Tabel 3.11

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Sedang

0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

(Riduwan, 2009: 138)

Adapun langkah-langkah untuk menghitung koefisien korelasi variabel X dan Y dengan menggunakan program SPSS (Riduwan dan Sunarto, 2010: 274-277), adalah sebagai berikut: a. Buka program SPSS, destinasikan varabel view dan definisikan

dengan mengisi kolom-kolomh berikut:

1) Kolom Name pada baris pertama diisi dengan X dan baris kedua diisi dengan Y.

2) Kolom Type diisi Numeric 3) Kolom Width diisi 8. 4) Kolom decimal = 0.

5) Kolom label untuk baris pertama (X) ketikan nama variabel X dan baris kedua (Y) ketikan nama variabel Y.

6) Kolom value diisi dengan None. 7) Kolom Missing diisi None. 8) Kolom Coloumn diisi 8. 9) Kolom Align pilih Center. 10) Kolom Measure pilih Scale.

(48)

c. Klik menu Analyze, kemudian pilih Correlate dan pilih Bivariate.

d. Sorot variabel X dan Y lalu pindahkan ke kotak variabel dengan mengklik tanda

e. Tandai pilihan pada kotak Pearson Two-tailed Falg Significant Correlations.

f. Klik Option dan tandai pilihan pada kotak Mean and Standar deviation. Klik Continue.

g. Klik OK.

b. Uji Tingkat Signifikansi

Uji tingkat signifikasnsi dilakukan untuk mengetahui signifikansi dari hasil koefisien korelasi kedua variabel, yaitu variabel X dan variabel Y, dan untuk mengetahui apakah hubungan tersebut signifikasi atau berlaku untuk seluruh populasi. Untuk menguji signifikansi korelasi digunakan rumus sebagai berikut:

tℎ� � =r√n−2 √1−r² (Riduwan, 2009: 139) Keterangan:

thitung = Nilai thitung

R = Koefisien korelasi hasil rhitung N = Jumlah responden

Selanjutnya dibandingkan antara thitung dengan ttabel. Apabila thitung > ttabel maka Ha diterima sehingga dapat dikatakan bahwa nilai korelasi Pearson Product Moment tersebut signifikan, dan jika

thitung < ttabel maka Ho diterima sehingga dapat dikatakan bahwa

nilai korelasi Pearson Product Moment tersebut tidak signifikan.

Tingkat kesalahan dalam uji signifikansi ini adalah 5% dengan derajat kebebasan (dk) = n-2.

(49)

62

a. Buka program SPSS, destinasikan variabel view dan definisikan dengan mengisi kolom-klom berikut:

1) Kolom Name pada baris pertama diisi dengan X dan baris kedua diisi dengan Y.

2) Kolom Type diisi Numeric. 3) Kolok Width diisi 8.

4) Kolom Decimal = 0.

5) Kolom label untuk baris pertama (X) diisi dengan nama variabel X dan untuk baris kedua (Y) diisi dengan nama variabel Y.

6) Kolom Value diisi None. 7) Kolom Missing diisi None. 8) Kolom Coloumns diisi 8. 9) Kolom Align pilih Center. 10) Kolom Measure pilih Scale.

b. Aktifkan data view, dan masukkan data baku variabel X dan Y. c. Klik menu Analyze, kemudia pilih Correlations dulu untuk

mendapatkan sig. (2-tailed), lalu Regression dan pilih Linear. d. Klik variabel X, lalu masukkan pada kotak independent(s) dan

variabel Y masukkan pada kotak dependent, dengan mengklik tanda

e. Klik Statistic, pilih Estimates, Model Fit dan Descriptive, lalu klik Continue.

f. Klik Plots, lalu masukkan SDRESID ke kotak Y dan ZPRED ke kotak X. Lalu klik Next.

g. Masukkan ZPRED ke kotak Y dan DEPENDENT ke kotak X. h. Pilih Histogram dan Normal probability plot. Klik Continue. i. Klik Save, pada Predicted Value Anda pilih Unstandarized dan

Prediction Interval klik Mean dan Individu, kemudian klik Continue.

j. Klik Options, (pastikan bahwa teksiran probability dalam kondisi default sebesar 0.05), lalu klik Continue.

k. Klik OK.

Dari hasil perhitungannya, hasil nilai Uji-t yang digunakan berada pada tabel Coefficient.

c. Uji Koefisien Determinasi

(50)

KD = r x %

(Riduwan, 2009: 139) Keterangan:

KD = Nilai koefisien determinasi r = Nilai koefisien korelasi

Langkah-langkah untuk mencari nilai uji determinasi dengan menggunakan SPSS ditempuh sama dengan langkah untuk

mencari nilai signifikansi (Uji-t), dan hasil yang digunakan adalah nilai R square yang terdapat dalam Tabel Model Summary.

d. Analisis Regresi

Analisis regresi dapat digunakan apabila adanya hubungan fungsional atau sebab akibat antara variabel X (independen) terhadap variabel Y (dependen). Riduwan (2009: 148) mengemukakan bahwa “Kegunaan regresi dalam penelitian salah satunya adalah untuk meramalkan atau memprediksi variabel terikat (Y) apabila variabel bebas (X) diketahui.” Sehingga rumus yang digunakan adalah rumus regresi sederhana (Riduwan, 2009: 148), sebagai berikut:

Ŷ = a +bX Keterangan:

Ŷ = (baca Y topi) subjek variabel terikat yang diproyeksikan X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk

diprediksikan

a = Nilai konstanta harga Y jika X = 0

b = Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-)

(51)

64

Untuk mengetahui nilai a dan b, maka digunakan rumus sebagai berikut:

a=∑Y− nb . ∑X

b=n . ∑XY− ∑X . ∑Y n . ∑X2− ∑X ² (Riduwan dan Sunarto, 2010: 97)

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan yang mengacu pada teori-teori

keilmuan yang relevan, maka secara rinci dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Gambaran umum mengenai iklim sekolah di Sekolah Dasar se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang berdasarkan hasil perhitungan WMS berada pada kategori sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari indikatornya yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan akademik, yang kemudian dijabarkan kembali ke dalam masing-masing sub indikator.

2. Gambaran umum mengenai kinerja guru di Sekolah Dasar se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang berdasarkan hasil penelitian memiliki kategori sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari indikatornya yaitu kemampuan guru dalam melakukan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, bimbingan dan penyuluhan, serta penyelenggaraan administrasi sekolah, yang kemudian dijabarkan kembali ke dalam masing-masing sub indikator. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa kienrja guru di Sekolah Dasar se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.

3. Besarnya Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Guru di Sekolah Dasar se-kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang tergolong rendah.

(53)

103

penurunan) satu poin pada variabel X, maka akan diikuti pula oleh perubahan variabel Y sebesar 0.399. Dan dari hasil pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti sebelumnya dapat diterima. Artinya bahwa Iklim Sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Guru di Sekolah Dasar se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan-temuan penelitian yang diperoleh, maka peneliti mengajukan beberapa rekomendasi terkait hasil penelitian yang telah dilakukan yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru-guru di sekolah dasar se-Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang, penelitian selanjutnya, serta bagi pihak lain yang berkepentingan untuk selanjutnya dapat ditindaklanjuti. Adapun rekomendasi-rekomendasi tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Bagi guru, peneliti mencoba memberikan rekomendasi terkait lingkungan akademik dengan sub indikator pengembangan diri serta bimbingan dan penyuluhan. Dari hasil penelitian, dikemukakan bahwa indikator lingkungan akademik dengan sub indikator pengembangan diri serta indikator bimbingan dan penyuluhan memiliki skor kecenderungan terendah. Untuk itu, peneliti berharap agar guru senantiasa mau belajar untuk mengembangkan kemampuan dirinya, terlebih dalam melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi atau mengikuti seminar-seminar pendidikan yang dapat meningkatkan pengetahuan yang dimiliki oleh para guru. Selanjutnya, sebagai

(54)

2. Penelitian Selanjutnya

a. Hendaknya peneliti selanjutnya dapat meneliti, mengkaji mengenai lingkungan akademik pada iklim sekolah, karena walaupun lingkungan akademik memiliki kategori yang baik, namun perlu ditingkatkan lagi peranannya;

b. Hendaknya peneliti selanjutnya mencoba untuk meneliti

faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kinerja guru selain faktor-faktor iklim sekolah;

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhamad. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur & Strategi. Bandung: Angkasa.

Antarnews. (2013). Kemendikbud Akui Kualitas Guru Masih Rendah. [Online]. Tersedia: http://www.antaranews.com/berita/397722/kemdikbud-akui-kualitas-guru-masih-rendah.html. [30 Januari 2014]

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anwar, Saifuddin. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

B. Uno, Hamzah. dan Lamatenggo, Nina. 2012. Teori Kinerja dan Pengukurannya. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Edukasi Kompasiana. (2011). Menyoal Kinerja Profesional Guru Bimbingan dan

Konseling. [Online]. Tersedia:

http://edukasi.kompasiana.com/2013/11/28/menyoal-kinerja-profesional-guru-bimbingan-dan-konseling-613928.html. [02 september 2014]

Fauza, Sabrina. (2010). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru. [Online]. Tersedia: http://sabrinafauza.wordpress.com/2010/04/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kinerja-guru/. [13 Februari 2014]

Fathurrohman, Pupuh. dan Suryana, Aa. 2011. Supervisi Pendidikan Dalam Pengembangan Proses Pengajaran. Bandung: PT Refrika Aditama.

Ibrahim, R. dan Syaodih, Nana. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Komariah, Aan. Dan Triatna, Cepi. 2005. Visionary Leadership; Menuju Sekolah Efektif Jakarta : Bumi Aksara.

Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persanda.

Lampost. (2013). Indonesia Kekurangan Guru Pendidikan Dasar 112 Ribu Orang. [Online]. Tersedia: http://lampost.co/berita/indonesia-kekurangan-guru-pendidikan-dasar-112-ribu-orang.html. [30 Januari 2014]

Munajat, Risman. (2012). Iklim Organisasi Di Sekolah. [Online]. Tersedia:

(56)

Nasution, S. 2009. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

P. Robbins, Stephen. dan A. Judge, Timothy. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. dan Sunarto. 2010. Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sagala, Syaiful. 2009. Memahami Organisasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV. Mandar Maju.

Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika aditama.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombiasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra, Uhar. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Syaodih Sukmadinata, Nana. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

(57)

http://tlingus.wordpress.com/2010/04/19/merumuskan-anggapan-dasar-107

Dini Syamsiah, 2014

merumuskan-hipotesis-teknik-pengambilan-sampel/.html. [30 Januari 2014]

Usman, Moh. Uzer, dan Setiawati, Lilis. 1993. Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Undang-undang Dasar Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahin 2003, Pasal 39

Undang-undang Tentang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, Bab 1 Pasal 1 Ayat1

Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Gambar

Tabel 3.2 Sampel Guru Sekolah Dasar Berdasarkan Sekolah
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.3 Skala Likert
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Y
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan pendekatan pembelajaran tidak langsung serta pendekatan gabungan langsung dan tidak langsung dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir matematika

Pendapat lain yang lebih rinci mengenai klien yakni menurut Latipun mendefinisikan klien sebagai seseorang atau sekelompok orang yang sedang mengalami atau menghadapi masalah

[r]

“Developing your teachers so that they live, breathe and deliver excellence in the classroom is the most powerful thing you can do to impact on the.. lives of the young people

Adanya produk lain yang lebih menguntungkan (lebih murah dan lebih hemat), maka saya akan meninggalkan. IM3 Ya

Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru (selain itu misalkan dalam bentuk lembar kerja, tugas mencari materi dari buku paket atau buku-buku penunjang

Dalam ajaran agama islam orang tua atau keluarga bertanggung jawab penuh agar anaknya dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berguna sesuai dengan tujuan

Dalam reaktor dapat dibuat reaksi fusi antara dua isotop hidrogen, dengan dihasilkan energi. Energi ini bisa digunakan sebagai bahan