• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CETAK BERBASIS KOMUNIKASI VISUAL BERMUATAN LOKAL PADA TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP SUBTEMA AYO CINTAI LINGKUNGAN UNTUK SD KELAS IV.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CETAK BERBASIS KOMUNIKASI VISUAL BERMUATAN LOKAL PADA TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP SUBTEMA AYO CINTAI LINGKUNGAN UNTUK SD KELAS IV."

Copied!
238
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CETAK BERBASIS KOMUNIKASI VISUAL BERMUATAN LOKAL PADA

TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP SUBTEMA AYO CINTAI LINGKUNGAN

UNTUK SD KELAS IV

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Lukman Primadi NIM 12108241129

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Memperlakukan alam dan segala isinya dengan baik adalah cara lain manusia menghargai Tuhan.”

(6)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT dan mengucap syukur atas karunia-Nya, karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku yang telah menjadi sosok penyemangat, terimakasih atas segala doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang belum sempat kubalas.

(7)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CETAK BERBASIS KOMUNIKASI VISUAL BERMUATAN LOKAL PADA

TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP SUBTEMA AYO CINTAI LINGKUNGAN

UNTUK SD KELAS IV

Oleh Lukman Primadi NIM 12108241129

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar cetak pelengkap pembelajaran berbasis komunikasi visual bermuatan lokal yang layak digunakan sebagai media pembelajaran pada Tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk kelas IV di SD Negeri 1 Srandakan, Kabupaten Bantul.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan (research and

development) dengan mengacu pada model 4-D yang dikembangkan oleh

Thiagarajan, Semmel, dan Semmel. Selanjutnya model tersebut diadaptasi menjadi tahap pendefinisan (Define), perancangan (Design), dan pengembangan (Develop). Bahan ajar yang dikembangkan divalidasi oleh satu orang ahli materi dan satu orang ahli media. Sebelum dilakukan uji coba kepada siswa, bahan ajar juga mendapatkan tanggapan dari guru selaku praktisi melalui angket respon guru. Subjek uji coba penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Srandakan, Kabupaten Bantul. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah pedoman wawancara, pedoman observasi, dan angket. Teknik analisis data yaitu deskriptif.

Hasil validasi dan review dari ahli materi dan media menyatakan bahwa bahan ajar cetak yang dikembangkan dengan mengangkat muatan lokal berupa materi tentang permasalahan lingkungan akibat fenomena alam abrasi di Kabupaten Bantul yang dikemas berbasis komunikasi visual sudah layak diujicobakan di lapangan. Hal tersebut dibuktikan dari hasil validasi ahli materi pada aspek kelayakan isi dan bahasa mendapatkan skor rata-rata 4,05 dan 3,84 termasuk dalam kategori baik. Hasil validasi ahli media pada aspek kelayakan kegrafikan dan penyajian mendapatkan skor rata-rata 4,06 dan 4,00 termasuk dalam kategori baik. Hasil angket respon guru mendapatkan skor rata-rata 4,22 termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil uji coba kelompok kecil (terbatas) mendapatkan skor rata-rata 4,16 termasuk dalam kategori baik. Hasil uji coba lapangan (luas) mendapatkan skor rata-rata 4,44 termasuk dalam kategori sangat baik.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Cetak Berbasis Komunikasi Visual Bermuatan Lokal

pada Tema Peduli terhadap Makhluk Hidup Subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk SD Kelas IV” dengan baik.

Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Studi Strata I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Penulisan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang memberikan kemudahan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan bimbingan

dan arahan.

5. Dosen Pembimbing serta ahli materi Ibu Dr. Pratiwi Pujiastuti, M.Pd. yang memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

7. Bapak Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru SD Negeri 1 Srandakan yang telah memberi ijin, bimbingan dan masukan.

8. Seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1 Srandakan yang telah banyak membantu selama penelitian.

9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki keterbatasan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 12

C. Pembatasan Masalah ... 12

D. Rumusan Masalah ... 13

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 14

G. Manfaat Penelitian ... 15

(11)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka Mengenai Bahan Ajar ... 18

1. Pengertian Bahan Ajar ... 18

2. Karakteristik Bahan Ajar ... 20

3. Jenis Bahan Ajar ... 22

4. Fungsi Bahan Ajar dalam Pembelajaran ... 24

5. Penyusunan Bahan Ajar ... 25

6. Aspek Kelayakan Bahan Ajar ... 29

B. Kajian Pustaka Mengenai Pembelajaran Tematik ... 30

1. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 30

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 32

3. Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar ... 34

C. Kajian Pustaka Mengenai Komunikasi Visual ... 36

1. Pengertian Komunikasi Visual ... 36

2. Unsur-Unsur Visual ... 39

3. Prinsip-Prinsip Desain ... 44

4. Jenis Media Grafis ... 46

D. Kajian Pustaka Mengenai Muatan Lokal ... 51

1. Pengertian Muatan Lokal ... 51

2. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal ... 53

E. Desain Komunikasi Visual Bermuatan Lokal ... 56

F. Materi Kelas IV SD pada Kurikulum 2013 ... 57

(12)

H. Kajian tentang Hasil Penelitian yang Relevan ... 62

I. Kerangka Pikir ... 64

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 65

B. Validasi dan Uji Coba Produk... 66

C. Subjek Penelitian ... 68

D. Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 68

E. Jenis Data ... 76

F. Metode Pengumpulan Data ... 77

G. Teknik Analisis Data ... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 85

B. Revisi Produk ... 114

C. Deskripsi Hasil Pengembangan Produk ... 121

D. Pembahasan ... 124

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 128

B. Saran ... 128

C. Keterbatasan Penelitian ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 130

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Lembar Validasi Ahli Materi dan Ahli Media ... 132

Lampiran 2. Surat Permohonan Judgement Instrumen ... 144

Lampiran 3. Surat Permohonan Nara Sumber Ahli ... 145

Lampiran 4. Surat Pernyataan Validator Instrumen ... 146

Lampiran 5. Surat Pernyataan Validator Materi ... 148

Lampiran 6. Surat Pernyataan Validator Media ... 149

Lampiran 7. Instrumen Penilaian Ahli Materi ... 150

Lampiran 8. Instrumen Penilaian Ahli Media ... 155

Lampiran 9. Instrumen Lembar Respon Guru ... 161

Lampiran 10. Instrumen Lembar Respon Siswa ... 165

Lampiran 11. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap Pertama ... 167

Lampiran 12. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap Kedua ... 173

Lampiran 13. Hasil Validasi Ahli Media Tahap Pertama ... 179

Lampiran 14. Hasil Validasi Ahli Media Tahap Kedua ... 187

Lampiran 15. Data Hasil Respon Guru Tahap Pertama ... 195

Lampiran 16. Data Hasil Respon Guru Tahap Kedua ... 200

Lampiran 17. Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil (Terbatas) ... 205

Lampiran 18. Data Hasil Uji Coba Lapangan (Luas) ... 206

Lampiran 19. Lembar Respon Siswa ... 207

Lampiran 20. Dokumentasi ... 216

(14)
(15)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Daftar Tema dan Subtema untuk Kelas IV SD ... 58

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian untuk Ahli Materi ... 81

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian untuk Ahli Media ... 81

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Respon untuk Guru ... 82

Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Respon untuk Siswa ... 82

Tabel 6. Konversi Data Kuantitatif ... 83

Tabel 7. Konversi Data Kuantitatif menjadi Data Kualitatif ... 84

Tabel 8. Kompetensi Inti ... 88

Tabel 9. Pemetaan Kompetensi Dasar ... 89

Tabel 10. Indikator ... 90

Tabel 11. Rumusan Tujuan Pembelajaran ... 91

Tabel 12. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Isi Tahap I ... 96

Tabel 13. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Bahasa Tahap I ... 97

Tabel 14. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Isi Tahap II ... 98

Tabel 15. Data Validasi Ahli Materi Aspek Kelayakan Bahasa Tahap II ... 99

Tabel 16. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Kegrafikan Tahap I. 101 Tabel 17. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Penyajian Tahap I .. 102

Tabel 18. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Kegrafikan Tahap II 104

Tabel 19. Data Validasi Ahli Media Aspek Kelayakan Penyajian Tahap II . 105 Tabel 20. Data Respon Guru Tahap Pertama ... 107

(16)

Tabel 22. Data Respon Siswa Uji Coba Terbatas ... 111

Tabel 23. Data Respon Siswa Uji Coba Lapangan ... 113

Tabel 24. Saran Perbaikan Ahli Materi ... 114

(17)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir ... 64

Gambar 2. Desain Validasi dan Uji Coba Produk ... 68

Gambar 3. Desain Pengembangan Bahan Ajar yang Diadaptasi dari 4D….. 70

Gambar 4. Diagram Batang Penilaian Ahli Materi ... 100

Gambar 5. Diagram Batang Penilaian Ahli Media ... 106

Gambar 6. Diagram Batang Respon Guru ... 110

Gambar 7. Perubahan Lokasi menjadi Lebih Spesifik ... 115

Gambar 8. Perubahan pada Gambar Penjelasan Percobaan ... 115

Gambar 9. Perubahan dan Penambahan Gambar ... 116

Gambar 10. Penambahan Materi Jenis Penyu dan Glosarium ... 116

Gambar 11. Penambahan Sampul Dalam ... 117

Gambar 12. Perubahan pada Karakter Tokoh ... 118

Gambar 13. Perubahan pada Kecerahan Gambar ... 118

Gambar 14. Perubahan pada Daftar Isi ... 119

Gambar 15. Penambahan Caption pada Ilustrasi Gambar ... 119

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses pendewasaan peserta didik melalui pembelajaran secara sadar dan terencana untuk aktif mengoptimalkan potensi yang ada pada diri peserta didik, sehingga terbentuk watak, karakter, dan kepribadian sebagai manusia seutuhnya. Peserta didik diberikan pengalaman untuk dapat mengembangkan kemampuannya selaras dengan minat dan bakat yang mereka miliki. Sejalan dengan hal tersebut, mengacu kepada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Dwi Siswoyo, 2011: 55).

(19)

dalam proses pencapaian tujuan pendidikan yakni untuk mempersiapkan peserta didik hidup di dalam lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara.

Selaras dengan perkembangan dan kemajuan zaman yang senantiasa berubah-ubah dari masa ke masa, kurikulum sebagai sarana pencapaian tujuan pendidikan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan tantangan zaman yang semakin kompleks. Oleh karena itu, di Indonesia sempat beberapa kali mengalami perubahan kurikulum. Mulai dari kurikulum awal yaitu Rentjana Pembelajaran 1947, CBSA, KBK, KTSP, kemudian terakhir adalah Kurikulum 2013 yang dalam penerapannya masih menemui banyak kendala sehingga harus dikembalikan lagi pada kurikulum sebelumnya yaitu KTSP. Selanjutnya, pemerintah sebagai pemangku kebijakan akan menerapkan Kurikulum 2013 secara bertahap sehingga dapat diimplementasikan sempurna pada tahun ajaran 2019/2020 (Okezone.com). Walaupun dirasakan belum matang, khususnya dalam pergantian dari KTSP ke Kurikulum 2013, pada dasarnya pergantian kurikulum tersebut dilandaskan pada tuntutan zaman yang dinamis serta isu-isu global yang tengah berkembang di masyarakat. Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016 ini merupakan salah satu contoh tantangan yang harus dihadapi Indonesia berkaitan dengan daya saing dan kesiapan dari berbagai aspek kehidupan, seperti aspek sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak terkecuali dalam aspek pendidikan.

(20)

Ekonomi ASEAN (MEA), setidaknya masih ada empat permasalahan pendidikan yang dihadapi Indonesia. Permasalahan pertama adalah kurikulum yang masih memerlukan beberapa perbaikan. Permasalahan berikutnya adalah guru yang berperan sebagai ujung tombak dalam pendidikan, akan tetapi masih kurang mendapatkan pelatihan yang aplikatif dan berkualitas. Selain itu, budaya literasi di kalangan guru masih sangat lemah. Sedangkan permasalahan terakhir adalah buku pelajaran yang digunakan masih bersifat lower order thinking skill (LOTS). “Misalnya, membahas tentang sunat. Buku di Indonesia masih sekadar membahas apa itu sunat. Padahal kalau buku di luar negeri sampai detail membahas siapa orang pertama yang disunat dan sebagainya,” kata Namin saat dihubungi di Jakarta selaku pembicara dalam acara Indonesia Youth Conference (IYC) 2015. Permasalahan-permasalahan tersebut mengindikasikan bahwa perlu adanya suatu usaha perbaikan di berbagai lini, mulai dari kurikulum, guru, sampai pada permasalahan bahan ajar berupa buku pelajaran.

(21)

proses pembelajaran. Oleh karena itu, penyesuaian terhadap bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran perlu dilakukan supaya relevan dan sejalan dengan realitas kehidupan serta permasalahan-permasalahan yang sedang terjadi di lingkungan sekitar.

Buku ajar yang umumnya digunakan sebagai salah satu sumber belajar utama siswa di sekolah pada kenyataannya masih memiliki beberapa kelemahan dalam hal konten, isi, serta kemampuan dalam membangun pengetahuan dan pengalaman belajar secara mandiri. Dengan kata lain, buku ajar belum memberikan ruang yang cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi fenomena maupun permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar mereka. Akibatnya, siswa akan terhambat untuk mendapatkan sumber belajar yang memadai untuk mendukung proses pembelajaran yang bermakna. Hal tersebut tidak sejalan dengan pemaparan Muhammad Nuh (Imas Kurniasih, 2014: 7) mengenai ciri kurikulum 2013 yang mendorong siswa untuk lebih memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal maupun antarpersonal, serta memiliki kemampuan untuk berfikir kritis melalui proses pembelajaran.

(22)

baik. Akan tetapi, sistem pengorganisasian dan penyampaian pesan atau isi dalam buku ajar yang ada belum memiliki tatanan yang baik serta tampilannya kurang menarik bagi siswa usia sekolah dasar. Dampaknya siswa menjadi kurang tertarik untuk membaca buku pelajaran yang dari segi tampilan kurang menarik dan lebih dominan berisi teks. Didasari oleh kondisi tersebut, dipandang perlu adanya usaha perbaikan dalam proses penyampaian pesan yang biasanya dilakukan dengan menggunakan simbol-simbol verbal berupa rangkaian huruf yang membentuk tulisan serta pengkombinasian simbol visual dalam bentuk ilustrasi, gambar, foto, desain grafis, diagram, warna, dan lain sebagainya.

Penggunaan simbol-simbol visual menjadi penting karena memiliki fungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan apabila tidak digrafiskan (Arief S. Sadiman, 2008: 28). Untuk itu, diperlukan sebuah alat yang difungsikan sebagai sarana penyampai pesan atau informasi. Pengorganisasian dan pengolahan media visual sebagai proses penyampaian informasi atau pesan kepada pihak lain yang berkaitan dengan indera penglihatan inilah yang dikenal dengan istilah komunikasi visual (visual communication).

(23)

proses pembelajaran yang mewajibkan setiap guru pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran. Sumber belajar merupakan salah satu aspek yang terdapat di dalam sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran yang tidak boleh luput dari perhatian guru. Menurut Wina Sanjaya (2010: 206) seiring dengan kemajuan teknologi, peran dan tugas guru sebagai sumber belajar kini bergeser menjadi peran sebagai pengelola sumber belajar. Melalui pengelolaan sumber belajar yang baik dan bervariasi diharapkan kualitas pembelajaran akan meningkat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru diharapkan secara kreatif mampu mengembangkan sumber belajar, salah satunya adalah dalam pengembangan bahan ajar.

(24)

Padahal, pembelajaran baru terjadi ketika siswa mampu memahami materi pembelajaran dari sudut pandang budaya yang ada pada lingkungan mereka sendiri, sehingga pengetahuan dan kearifan lokal berupa aktivitas penduduk lokal, lingkungan, serta interaksi penduduk dengan lingkungan sekitarnya perlu diintegrasikan dalam pendidikan formal, yaitu sekolah (Mukhyati, 2015: 152).

Buku ajar yang digunakan secara nasional memang telah dirancang sesuai dengan standar isi menurut kurikulum yang sedang diberlakukan oleh pemerintah. Diperlukan sebuah buku ajar pelengkap sebagai sarana untuk mengakomodasi keberadaan konteks kelokalan dan budaya setempat yang merupakan sebuah keniscayaan sehingga tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Namun demikian, bahan ajar harus tetap disesuaikan dengan latar belakang sosial, budaya, tahap perkembangan, minat, serta potensi yang dimiliki siswa. Guru sebagai seorang yang menguasai materi pelajaran, memahami situasi lingkungan sekitar dan kemampuan peserta didik, serta lebih mengerti peralatan atau perlengkapan yang diperlukan dalam penyampaian suatu bahan pelajaran dapat menyusun bahan ajar sendiri seperti modul, diktat, maupun buku ajar atau buku teks (Syaiful Sagala, 2009: 15).

(25)

dokumen Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul tahun 2014, Kabupaten Bantul memiliki garis pantai sepanjang 17 kilometer meliputi tiga wilayah kecamatan yaitu Srandakan, Sanden, dan Kretek. Disamping potensi wisata bahari yang dimiliki, terdapat usaha pemanfaatan sumber daya alam yang telah dikembangkan di daerah pesisir pantai, yaitu pemanfaatan energi alternatif berupa pembangkit listrik tenaga kincir angin dan tenaga surya.

Selain beragam potensi sumber daya alam, Kabupaten Bantul juga memiliki kawasan konservasi laut daerah berupa perlindungan terhadap penyu di kawasan Patihan serta perlindungan terhadap perikanan laut di kawasan Baros dan Parangtritis. Kawasan konservasi laut tersebut memiliki luas secara keseluruhan yaitu 105 Ha. Khusus di kawasan Baros, terdapat pula kawasan konservasi hutan mangrove atau pohon bakau seluas 6 Ha yang mulai dikembangkan untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat pengikisan tanah areal pantai oleh air laut atau lebih dikenal dengan istilah abrasi. Usaha tersebut cukup beralasan karena dari kurun waktu tahun 2009 sampai 2013 saja telah terjadi sepuluh kejadian abrasi di sepanjang kawasan pantai Kabupaten Bantul. Fenomena alam tersebut berdampak pada perubahan lingkungan kawasan pantai. Kerusakan yang nyata meliputi kerusakan sarana prasarana pariwisata pantai berupa los pasar, tempat pelelangan ikan, bangunan rumah warga, maupun kerusakan ekosistem lingkungan serta kerusakan lahan kawasan konservasi laut.

(26)

berkurangnya lahan ekosistem pohon cemara udang yang digunakan sebagai lahan penyangga kawasan pantai. Adanya hama penyakit yang melanda tambak udang membuat satu persatu pengusaha tambak udang bangkrut dan menutup usahanya. Akibatnya, bekas lahan tambak yang tidak digunakan lagi sebagian besar hanya dibiarkan mengering tak terurus. Hal tersebut tentu saja menambah luas lahan kritis dari lahan bekas tambak yang ditinggalkan.

Upaya pengolahan lahan bekas tambak untuk bisa ditanami kembali membutuhkan waktu yang lama dan tidak mudah karena kualitas lahan terlampau rusak akibat pengolahan tambak yang kurang ramah lingkungan. Kerusakan lingkungan tersebut sudah seharusnya menjadi perhatian bagi seluruh warga, khususnya yang berada di lingkungan pesisir pantai termasuk kalangan siswa. Kelestarian lingkungan dan kekayaan potensi alam perlu untuk senantiasa dijaga agar keberlangsungan keseimbangan lingkungan tidak terganggu. Oleh karena itu, konteks kelokalan berupa lingkungan sekitar beserta permasalahan-permasalahan yang terjadi di kawasan pesisir pantai perlu untuk diangkat dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengintregasikannya ke dalam bahan ajar supaya siswa lebih memahami kondisi yang nyata terjadi di lingkungan terdekat mereka. Dengan demikian, sikap kepedulian siswa terhadap kelestarian lingkungan dapat ditanamkan melalui upaya tersebut.

(27)

dengan karakteristik siswa. Sebagian besar buku teks yang ada di sekolah masih bersifat menjejali siswa dengan lebih banyak terfokus pada sajian materi dan penyelesaian soal saja. Selain itu, bahasa yang digunakan kurang komunikatif sehingga pesan dalam buku kurang dapat tersampaikan dengan baik pada siswa.

Lebih lanjut, keberadaan konteks kelokalan belum banyak diangkat dalam buku ajar karena memang buku yang tersedia dan digunakan dalam pembelajaran umumnya berpaku pada standar isi dari kurikulum berskala nasional. Di sisi lain, pengembangan bahan ajar yang mengangkat konteks lokal masih tergolong rendah. Selanjutnya, apabila dilihat dari segi tampilan atau perwajahan, buku ajar yang digunakan minim variasi dalam desain grafis, tata letak, layout, serta pengilustrasian isi sehingga kurang menarik dan kurang sesuai untuk siswa yang masih tergolong usia anak-anak. Padahal, tampilan buku akan memberikan kesan pertama terhadap keseluruhan isi buku. Siswa akan lebih tertarik pada bahan ajar yang memiliki banyak gambar dan penggunaan teks yang tidak terlalu dominan. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa SD Negeri 1 Srandakan.

(28)

penggunaan dan pengembangan bahan ajar yang variatif. Beberapa faktor tersebut yang menjadi kendala dan menghambat guru untuk dapat mengembangkan sumber belajar berupa bahan ajar yang memadai dan mengangkat konteks kelokalan untuk para siswanya.

(29)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah yang muncul adalah sebagai berikut.

1. Masih terbatasnya guru yang secara mandiri melakukan pengembangan bahan ajar cetak berbentuk buku ajar pelengkap sebagai pegangan siswa. 2. Buku yang digunakan siswa umumnya masih bersifat lower order thinking

skill, sehingga kedalaman materi yang diajarkan masih terkesan dangkal

serta masih menjejali siswa dengan materi berupa hafalan.

3. Sistem pengorganisasian dan penyampaian pesan/ isi dari buku ajar yang ada belum memiliki tatanan yang baik serta tampilannya kurang menarik bagi siswa usia sekolah dasar.

4. Masih terbatasnya ruang pengangkatan konteks kelokalan di kawasan pesisir Kabupaten Bantul dalam bahan ajar khususnya buku ajar pelengkap yang digunakan dalam pembelajaran siswa di sekolah sebagai upaya penanaman sikap kepedulian terhadap kelestarian lingkungan.

C. Pembatasan Masalah

(30)

Ayo Cintai Lingkungan untuk kelas IV SD. Pengembangan bahan ajar dengan materi pembelajaran yang mengintegrasikan konteks kelokalan berupa kondisi dan permasalahan lingkungan sekitar ke dalam pembelajaran. Bahan ajar berupa buku ajar pelengkap tersebut diterapkan pada proses pembelajaran kelas IV SD Negeri 1 Srandakan, Kabupaten Bantul.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kelayakan produk bahan ajar cetak pelengkap pembelajaran berbasis komunikasi visual bermuatan lokal pada tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk SD kelas IV berdasarkan penilaian ahli/ validator dan praktisi?

E. Tujuan Penelitian

(31)

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Spesifikasi produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini adalah:

1. Bahan ajar cetak untuk kelas IV (empat) berbentuk buku ajar pelengkap pembelajaran dengan tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan.

2. Bahan ajar cetak untuk kelas IV (empat) berbentuk buku pelengkap pembelajaran dengan ukuran kertas A4, bahan kertas untuk isi buku adalah Art Paper 120 gram, serta untuk halaman sampul berbahan kertas Ivory 260 gram dan terdiri dari 30 halaman bolak-balik.

3. Bahan ajar disusun sesuai dengan standar isi Kurikulum 2013 terdiri peta konsep, daftar isi, tujuan pembelajaran, kompetensi dasar, uraian materi yang dilengkapi dengan soal-soal latihan berupa kuis yang bervariasi, kegiatan sains, proyek sains, juga dilengkapi berbagai rubrik serta artikel untuk menambah wawasan dan sumber pendukung.

(32)

5. Memberikan variasi tugas yang menyenangkan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, serta percobaan tentang fenomena-fenomena alam yang berkaitan dengan tema.

G. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari pengembangan bahan ajar berupa buku ajar cetak pelengkap pembelajaran berbasis komunikasi visual bermuatan lokal pada tema Peduli terhadap Makhluk Hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk SD kelas IV baik secara teoritis dan praktis adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan referensi dan menambah wawasan guna pengembangan bahan ajar berupa buku ajar cetak pelengkap pembelajaran berbasis komunikasi visual bermuatan lokal dalam pembelajaran, khususnya melalui jalur pendidikan formal yaitu sekolah.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap berbagai pihak, antara lain kepada: a. Bagi siswa, dapat menambah motivasi siswa untuk lebih giat belajar

dan meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui bahan ajar yang komunikatif, menarik, merangsang rasa ingin tahu siswa, dan menanamkan sikap kepedulian terhadap kelestarian lingkungan.

(33)

pembelajaran yang mengangkat muatan konteks kelokalan dengan memperhatikan kebutuhan, karakteristik, dan tahap perkembangan siswa.

c. Bagi sekolah, dapat memberikan tambahan koleksi bahan ajar dengan variasi yang berbeda, sehingga dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai salah satu alternatif sumber belajar dalam proses pembelajaran di dalam kelas maupun pembelajaran individu di perpustakaan.

d. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan bahan rujukan dalam pengembangan bahan ajar dengan bentuk produk yang berbeda dan materi pembelajaran lain.

H. Definisi Istilah

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dan penafsiran yang berbeda, maka perlu diberikan penjelasan tentang arti beberapa istilah penting. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Komunikasi Visual

(34)

2. Muatan Lokal

(35)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka Mengenai Bahan Ajar 1. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis, sehingga tercipta suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Paulina Panen (2001: 6) menyatakan bahwa bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Pendapat senada juga disampaikan oleh Andi Prastowo (2012: 17) bahwa bahan ajar dapat diartikan sebagai segala bahan yang dapat berupa informasi, alat, maupun teks yang disusun secara sistematis serta menampilkan secara utuh kompetensi yang akan dikuasai siswa melalui proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

(36)

pembelajaran yang mengacu pada kurikulum yang digunakan tergantung jenis pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka mencapai kompetensi-kompetensi yang ditentukan. Khusus dalam Kurikulum 2013, kompetensi-kompetensi tersebut tercermin dari Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kompetensi yang diharapkan mampu dikuasai oleh siswa tersebut dapat diartikan sebagai suatu tujuan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, melalui bahan ajar siswa dapat mempelajari suatu kompetensi secara runtut dan sistematis. Selanjutnya, siswa dapat menguasai kompetensi yang telah ditentukan dalam proses pembelajaran secara utuh dan terpadu.

Bahan ajar atau learning materials merupakan bahan pembelajaran yang secara langsung digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, bahan ajar lazimnya berisi tentang semua cakupan materi dari semua mata pelajaran. Bahannya sendiri merupakan media atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran, baik berupa pesan yang sifatnya visual, audio, maupun pesan audio visual. Secara umum, media atau sarana penyampaian pesan tersebut dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu bahan ajar yang tercetak (printed materials) dan bahan ajar yang tidak tercetak (non-printed materials)

(Udin Syaefudin Sa’ud, 2009: 215).

(37)

sesuai dengan bidang studi tertentu. Penyusunan bahan ajar perlu mengacu pada kurikulum yang digunakan supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan tercapainya kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan demikian, melalui bahan ajar yang runtut dan terarah siswa dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru.

2. Karakteristik Bahan Ajar

Terdapat beragam bentuk buku yang digunakan oleh sekolah, misalnya buku referensi, modul ajar, buku praktikum, bahan ajar, dan buku diktat. Segala bahan atau materi yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran dapat disebut sebagai bahan ajar apabila memenuhi beberapa karakteristik yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan pedoman penulisan bahan ajar yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (dalam Ika Lestari, 2013: 2-3), bahan ajar memiliki karakteristik sebagai berikut.

a. Self instructional, yaitu bahan ajar dituntut untuk dapat membantu siswa mampu belajar secara mandiri maupun dengan panduan guru. Untuk itu, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dengan jelas agar siswa dapat mengetahui kompetensi apa saja yang harus dicapai pada saat pembelajaran berlangsung.

b. Self contained, yaitu bahan ajar sebisa mungkin dapat memuat seluruh materi pelajaran dari kompetensi yang dipelajari secara utuh.

(38)

lain atau pada saat penggunaanya tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.

d. Adaptive, yaitu bahan ajar diharapkan memiliki daya adaptif yang tinggi sehingga mampu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

e. User friendly, yaitu bahan ajar dapat digunakan dengan mudah serta bersahabat dengan pemakainya.

Selanjutnya, berkaitan dengan pembelajaran tematik sebagai salah satu ciri pengimplementasian Kurikulum 2013 khususnya di sekolah dasar, bahan ajar yang digunakan harus didesain dan disusun sedemikian rupa untuk mendukung proses pembelajaran. Menurut Andi Prastowo (2013: 313-314) bahan ajar tematik memiliki empat macam karakteristik sebagai berikut.

a. Aktif, artinya bahan ajar memuat materi yang menekankan pada pengalaman belajar serta mampu mendorong siswa untuk aktif baik secara fisik maupun mental dalam proses pembelajaran.

b. Menarik atau menyenangkan, artinya bahan ajar bersifat merangsang, menarik perhatian siswa, serta mendorong siswa untuk senantiasa belajar melalui tantangan yang diberikan, sehingga siswa memicu adrenalin serta keterlibatan siswa secara langsung.

(39)

d. Autentik, artinya bahan ajar memberikan suatu pengalaman langsung dan pengetahuan yang dapat diperoleh dari siswa sendiri. Selain itu, bahan ajar memberikan informasi yang kontekstual dengan realitas yang ada di sekitar siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna.

Karakteristik menjadi sebuah identitas dan ciri yang melekat pada sebuah bahan ajar. Hal tersebut akan membedakan bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain yang disesuaikan dengan peruntukkannya. Oleh karena itu, aspek-aspek yang menjadi ciri khas sebuah bahan ajar harus ada dan dapat tercermin dari bahan ajar itu sendiri.

3. Jenis Bahan Ajar

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah diimplementasikan melalui interaksi belajar yang melibatkan guru dan siswa baik di dalam maupun di luar kelas. Selanjutnya, interaksi tersebut dapat disebut dengan proses pembelajaran. Dalam kaitannya dengan penggunaan bahan ajar, guru dapat berperan sebagai fasilitator, sumber tunggal, ataupun sebagai penyaji dari bahan ajar yang dipilih dan dikembangkannya sendiri (Trianto, 2013: 235). Berkenaan dengan hal itu, saat ini tersedia berbagai jenis bahan ajar yang dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran, baik bahan ajar yang berbentuk media cetak maupun bahan ajar berbasis komputer.

(40)

a. Bahan cetak (printed) merupakan segala bahan yang berisi sejumlah materi pembelajaran yang disiapkan dalam kertas, dapat berupa buku, modul, lembar kerja siswa, maket, brosur, serta wall chart.

b. Bahan ajar dengar (audio) dapat diartikan sebagai seperangkat bahan ajar menggunakan sinyal suara secara langsung yang hanya dapat didengar, sebagai contohnya adalah kaset, radio, piringan hitam, dan compact audio disk.

c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual), yaitu bahan ajar yang dapat dilihat dan didengar melalui pengkombinasian antara sinyal audio dan gambar bergerak, bahan ajar ini biasanya berupa video, film, dan compact disk.

d. Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials) merupakan kombinasi dari dua atau beberapa jenis media (multimedia) yang dimanipulasikan atau diberi perlakuan khusus, sehingga dapat menampilkan perintah tertentu, misalnya compact disk pembelajaran interaktif, bahan ajar berbasis web, serta computer assisted instruction.

(41)

memiliki fasilitas memadai yang dapat mendukung secara optimal penggunaan bahan ajar berbasis multimedia, audio, maupun audio visual. Dengan demikian, bahan ajar cetak sebagai bahan ajar yang pada umumnya digunakan dalam pembelajaran perlu dioptimalkan dengan cara dikemas secara lebih menarik dan bervariasi.

4. Fungsi Bahan Ajar dalam Pembelajaran

Terdapat beberapa alasan mengapa bahan ajar menjadi penting pada proses pembelajaran. Keberadaan bahan ajar memiliki sejumlah fungsi dalam proses pembelajaran. Andi Prastowo (2013: 299-300) menyebutkan fungsi bahan ajar bagi guru sebagai berikut: (1) menghemat waktu guru dalam mengajar, (2) mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi fasilitator, (3) meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif, (4) pedoman bagi guru untuk mengarahkan segala aktivitasnya dalam pembelajaran, (5) alat evaluasi pencapaian hasil belajar. Adapun bagi siswa, bahan memiliki fungsi antara lain sebagai berikut: (1) siswa dapat belajar mandiri tanpa harus ada guru atau siswa yang lain, (2) siswa dapat belajar kapanpun dan dimanapun yang ia kehendaki, (3) siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan masing-masing terkait dengan tingkat kecepatan memahami suatu materi, (4) siswa dapat belajar sesuai urutan yang ia kehendaki, (5) menjadi pedoman bagi siswa untuk mengarahkan segala aktivitasnya dalam pembelajaran.

(42)

mengoptimalkan proses pembelajaran menjadi efektif serta dapat menghidupkan suasana belajar yang interaktif. Selain itu, dengan bahan ajar proses pembelajaran akan lebih terarah sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Kemampuan siswa yang beragam dalam memahami suatu materi dapat disiasati dengan adanya bahan ajar karena siswa dapat menyesuaikan diri dalam belajar. Terkadang guru dalam menjelaskan suatu materi terlalu cepat dan kurang jelas bagi sebagian siswa, dengan adanya bahan ajar siswa dapat belajar secara mandiri untuk memahami materi yang diajarkan guru. Sejumlah fungsi yang dimiliki oleh bahan ajar tersebut akan terasa kebermanfaatannya apabila bahan ajar yang digunakan memenuhi kriteria dan standar yang telah ditentukan. Dengan terpenuhinya kriteria buku pelajaran yang memenuhi standar, fungsi dan peran buku pelajaran sebagai bahan ajar akan benar-benar tampak dan dapat dirasakan kebermanfaatanya.

5. Penyusunan Bahan Ajar

Sama halnya dengan bentuk bahan ajar yang beragam, dalam penyusunan sebuah bahan ajar juga terdapat beberapa cara yang dapat ditempuh. Dapat melalui cara yang sederhana maupun yang rumit, dari yang hanya membutuhkan sedikit biaya sampai yang membutuhkan banyak biaya. Adapun menurut Paulina Pannen (2001: 11-16), secara umum penyusunan bahan ajar dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: a. Menulis sendiri (starting from scratch), merupakan sebuah cara

(43)

mengerti kebutuhan siswa. Dengan beberapa asumsi tersebut, guru dapat menulis sendiri bahan ajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Penulisan bahan ajar dengan cara ini dapat menekan biaya pembuatan bahan ajar sehingga merupakan cara yang paling ekonomis, namun beban guru menjadi cukup berat. Beratnya beban yang diemban guru ini akan setimpal dengan manfaat yang diperoleh guru, yaitu dapat menambah keterampilan guru dalam menulis bahan ajar secara mandiri.

b. Pengemasan kembali informasi (information repackaging atau text transformation), penyusunan bahan ajar yang tidak memposisikan guru

sebagai penulis bahan ajar sendiri dari awal (from nothing), akan tetapi guru memanfaatkan buku-buku teks dan informasi yang sudah ada untuk dikemas kembali berdasarkan kebutuhan dan strategi yang sesuai. Adanya proses penyesuaian atau penggubahan melalui penambahan dan pengurangan konten dalam buku sumber ini tentu membutuhkan ijin dari pengarang aslinya. Oleh karena itu, meskipun beban guru tidak terlalu berat namun membutuhkan biaya yang lebih mahal jika dibandingkan dengan penulisan dari awal.

(44)

atau dikumpulkan dengan pemilahan terlebih dahulu, selanjutnya disusun sesuai kompetensi yang akan dicapai.

Selanjutnya, terdapat berbagai pertimbangan dalam penyusunan bahan ajar. Pada dasarnya pertimbangan dalam penyusunan bahan ajar adalah dapat terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan atau kompetensi yang telah ditentukan dalam pembelajaran. Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2014: 141-155) beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar adalah sebagai berikut.

a. Sesuai dengan tahapan saintifik yang mengacu pada Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Dimana di dalamnya mengisyaratkan pembelajaran yang sesuai dengan kaidah pendekatan ilmiah atau saintifik. Oleh karena itu, bahan ajar disusun dengan memunculkan komponen-komponen tahapan saintifik, yaitu: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.

b. Kompetensi-kompetensi yang akan dicapai diintegrasikan pada satu unit melalui pengorganisasian Kompetensi Dasar pada setiap mata pelajaran. Dengan demikian, konten setiap tema yang dibicarakan pada setiap mata pelajaran menjadi lebih padat dan lebih sederhana karena berada dalam satu unit.

(45)

konten-konten tersebut tidak menimbulkan interpretasi yang menyimpang, berbau SARA atau diskriminasi terhadap subjek tertentu.

d. Menumbuhkan rasa ingin tahu dan keaktifan siswa, dapat dengan cara menghadirkan pertanyaan-pertanyaan yang memancing daya imajinasi ataupun dengan menunjukkan bahwa pengetahuan itu penting dan menarik.

e. Keseimbangan antara tugas individu dan kelompok untuk membiasakan siswa memiliki sikap tanggung jawab dengan kewajiban masing-masing siswa. Selain itu, dapat mengajarkan siswa untuk saling bertukar pendapat, belajar berinteraksi dalam menuntaskan persoalan-persoalan yang tidak bisa diselesaikan sendiri.

f. Memiliki keluasan materi untuk mencapai kompetensi yang dikehendaki, dapat dengan cara melibatkan orang tua, serta pemberian tugas pengayaan dari berbagai sumber.

g. Reflektif dengan adanya penilaian diri oleh siswa.

h. Rencana aksi untuk mengaplikasikan apa yang telah didapat di kelas melalui materi yang disampaikan. Selanjutnya dilaksanakan dalam bentuk kegiatan atau sikap di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

(46)

karakteristik siswa, baik dari segi tampilan, konten, serta cara penyajiannya. Dengan demikian, bahan ajar yang disusun akan akan berdampak positif bagi guru maupun siswa dalam proses pembelajaran. 6. Aspek Kelayakan Bahan Ajar

Berdasarkan observasi di lapangan, bahan ajar yang umumnya yang digunakan oleh sekolah berbentuk bahan ajar cetak berupa buku pelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, Badan Standar Nasional Pendidikan (Urip Purwono, 2008) telah menentukan beberapa acuan dan kriteria sebagai pedoman penyusunan bahan ajar buku pelajaran yang memenuhi standar. Selanjutnya, BSNP merinci kompenen tersebut menjadi empat instrumen penilaian, sebagaimana dijelaskan dalam rincian berikut.

a. Kelayakan Isi

Komponen kelayakan isi ini diuraikan menjadi beberapa subkomponen atau indikator berikut.

1) Kesesuaian materi dengan KI dan KD. 2) Keakuratan materi.

3) Kemutakhiran materi. 4) Mendorong keingintahuan. b. Kebahasaan

Komponen kelayakan kebahasaan ini diuraikan menjadi beberapa subkomponen atau indikator berikut.

(47)

3) Dialogis dan interaktif.

4) Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik. 5) Kesesuaian dengan kaidah bahasa.

6) Penggunaan istilah, simbol, atau ikon. c. Penyajian

Komponen kelayakan penyajian ini diuraikan menjadi beberapa subkomponen atau indikator berikut.

1) Teknik penyajian. 2) Pendukung penyajian. 3) Penyajian pembelajaran.

4) Koherensi dan keruntutan alur pikir. d. Kegrafikan

1) Ukuran buku.

2) Desain sampul buku. 3) Desain isi buku.

B. Kajian Pustaka Mengenai Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Pembelajaran Tematik

(48)

pembelajaran ini melibatkan beberapa kompetensi serta indikator dari satu mata pelajaran maupun beberapa mata pelajaran dalam satu waktu.

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Abdul Majid (2014: 87), menurutnya pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari beberapa mata pelajaran. Dengan kata lain, suatu tema dapat ditinjau dari beberapa mata pelajaran atau bidang studi lain, sehingga pembelajaran jenis ini menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum. Sependapat dengan hal itu, Trianto (2011: 155) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai kompetensi dari satu atau beberapa mata pelajaran. Penerapan pembelajaran dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu penentuan berdasarkan keterkaitan kompetensi, tema, dan masalah yang dihadapi. Lebih lanjut, pemberian tema dimaksudkan untuk menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh sehingga siswa dapat mengenal berbagai konsep-konsep dalam konten pembelajaran secara lebih mudah dan jelas.

(49)

lainnya, sehingga akan memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.

Dari beragam pengertian di atas mengenai pembelajaran tematik, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang dirancang dengan melibatkan secara aktif siswa untuk menemukan konsep-konsep keilmuan secara utuh melalui penggunaan tema sebagai sarana untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna. Kegiatan pembelajaran akan berlangsung dengan bahasan konsep-konsep pokok pengetahuan dari berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan tema yang diusung. Tema ditentukan dengan mengacu pada dunia nyata dimana siswa dapat secara langsung memahami suatu konsep melalui pengamatan langsung untuk kemudian dihubungkan dengan konsep lain.

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik

(50)

Adapun menurut Rusman (2011: 257-258), karakteristik pembelajaran tematik dapat dilihat dari kelebihan yang dimilikinya apabila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Karakteristik pembelajaran tematik yang sekaligus menjadi keunggulannya yaitu: (1) pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa sekolah dasar, (2) aktivitas pembelajaran mengacu pada minat dan kebutuhan siswa, (3) kegiatan belajar lebih bermakna dan memberi kesan bagi siswa, (4) membantu dalam pengembangan keterampilan berpikir siswa, (5) menyajikan informasi yang sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa, dan (6) mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Apabila merujuk pada pendapat Indrawati (dalam Trianto, 2013: 159-160), selain keenam karakteristik yang telah disebutkan di atas, terdapat tiga karakteristik lain, yaitu: (1) meningkatkan kerjasama antarguru; guru dengan siswa; siswa dengan siswa; guru atau siswa dengan narasumber, apabila pembelajaran tematik didesain bersama sehingga belajar lebih menyenangkan, (2) menyajikan beberapa keterampilan dalam suatu proses pembelajaran, dan (3) memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

(51)

yang fleksibel menjadikan bahan ajar yang digunakan dapat dikaitkan dengan lingkungan dan kondisi sekitar siswa. Di samping itu, sekat-sekat antara mata pelajaran tidak tampak karena pembelajaran difokuskan kepada pembahasan tema-tema yang berkaitan dengan kehidupan siswa. 3. Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar

Pembelajaran tematik yang dilaksanakan di sekolah dasar sebelumnya hanya dilaksanakan di kelas rendah saja, sedangkan untuk kelas tinggi setiap mata pelajaran berdiri sendiri. Pemberlakuan kurikulum 2013 tiga tahun terakhir berimplikasi terhadap penggunaan model pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Salah satu ciri khas yang melekat pada proses pembelajarannya adalah dengan adanya pengintegrasian berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Sebagaimana tercantum dalam salinan lampiran Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses, bahwa pembelajaran tematik terpadu di sekolah dasar disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.

(52)

bahwa proses pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada siswa.

Pendapat serupa dikemukakan oleh Andi Prastowo (2013: 223), konsep dasar yang termuat dalam tiap-tiap mata pelajaran diikat oleh tema yang diintegrasikan melalui pendekatan intradisipliner, multidisipliner, interdisipliner, dan transdisipliner. Pendekatan intradisipliner ditandai dengan adanya usaha dalam mengintegrasikan kompetensi sikap, keterampilan, serta pengetahuan dalam satu kesatuan yang utuh pada setiap mata pelajaran. Integrasi multidisipliner dan interdisipliner dilakukan dengan merumuskan kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti sebagai integrator horizontal antarmata pelajaran dalam satu jenjang kelas. Selanjutnya, untuk integrasi transdisipliner dilakukan dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran yang ada dengan permasalahan yang dijumpai di lingkungan sekitar.

Sedangkan E. Mulyasa (2013: 170) lebih memandang bahwa pengimplementasian pembelajaran tematik didasari oleh kurikulum yang berbasis kompetensi dan karakter. Dengan demikian, pembelajaran dirancang untuk mempersiapkan siswa memiliki sikap atau budi pekerti yang baik serta keterampilan disamping aspek pengetahuan yang sebelumnya lebih mendominasi. Kesemuanya itu dimaksudkan sebagai bekal siswa untuk mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya.

(53)

tema-tema yang dekat dan berkaitan dengan kehidupan dan lingkungan sekitar siswa. Hal itu dapat dilihat dari tema yang dipilih khususnya pada kelas rendah berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, proses pembelajaran akan memberikan makna dan pengalaman langsung karena dirancang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakat yang dimiliki siswa. Harapannya, melalui pemberian pengalaman belajar yang demikian itu dapat membantu siswa untuk memecahkan masalah yang kelak mereka akan hadapi di kemudian hari.

Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran tematik khususnya yang dilaksanakan di jenjang sekolah dasar hendaknya dijalankan dengan menyeimbangkan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Di samping itu, penggunaan tema yang dikaitkan dengan kehidupan dan lingkungan sekitar siswa akan memberikan makna karena siswa dihadapkan pada peristiwa atau keadaan sebenarnya. Oleh sebab itu, pembelajaran yang berlangsung diharapkan dapat menarik bagi siswa, menyenangkan, serta memberikan pengalaman langsung kepada siswa.

C. Kajian Pustaka Mengenai Komunikasi Visual 1. Pengertian Komunikasi Visual

(54)

dimana unsur dasar bahasa visual sebagai kekuatan utama dalam penyampaian pesan adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan dapat dipakai untuk menyampaikan arti, makna, atau pesan kepada penerima pesan yang dituju. Sependapat dengan hal itu, Lia Anggraini dan Kirana Nathalia (2014: 14) menyatakan bahwa komunikasi visual adalah sebuah rangkaian proses penyampaian informasi atau pesan kepada pihak lain dengan menggunakan media yang hanya terbaca oleh indera penglihatan atau mata. Dengan kata lain, sarana penyampaian informasi menggunakan media yang bersifat kasat mata.

(55)

Penyebutan istilah desain komunikasi visual sering dikaitkan dengan istilah desain grafis. Kedua istilah tersebut pada dasarnya memang memiliki arti yang hampir sama. Menurut Daniel Surya (dalam Lia Anggraini dan Kirana Nathalia, 2014: 5) desain grafis merupakan suatu bentuk komunikasi visual dan seni yang mampu menyampaikan informasi dan pesan kepada konsumen ataupun penikmat. Desain grafis mencakup tipografi, ilustrasi, fotografi, pengolahan gambar, dan tata letak di dalamnya. Baik desain komunikasi visual maupun desain grafis menyinggung mengenai penyampaian informasi kepada pihak lain menggunakan media yang mengandung unsur-unsur visual atau grafis.

(56)

Dari beberapa pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi visual merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi melalui pengolahan unsur-unsur visual yang bersifat kasat mata sebagai kekuatan utama dalam rangka penyampaian informasi atau pesan yang efektif kepada penerima pesan. Unsur-unsur visual sebagai perwujudan dan penggambaran pesan yang perlu diolah di dalamnya dapat berupa garis, warna, bidang, tipografi, dan sebagainya. Pengolahan unsur-unsur visual tersebut disusun dengan memperhatikan aspek tata letak dan komposisi. Dengan demikian, tujuan utama komunikasi visual untuk menyampaikan sebuah pesan kepada sasaran yang dituju tentu harus menyesuaikan dengan karakteristik penerima pesan itu sendiri. Pada posisi ini kreativitas penyampai pesan dibatasi oleh penerima pesan sebagai sasaran yang dikehendaki. Penyampai pesan yang berperan sebagai desainer komunikasi visual tidak dapat seenaknya sendiri menentukan media, ukuran, bahan, serta teknik yang digunakan. Hal tersebut didasari bahwa komunikasi visual mengedepankan pada penyampaian informasi kepada subjek yang dituju melalui sebuah media, bukan hanya pada pengekpresian ide melalui sebuah karya yang mengedepankan aspek seni semata.

2. Unsur-Unsur Visual

(57)

suatu tampilan visual sebuah desain, beberapa unsur yang diperlukan adalah titik, garis, bidang, ruang, warna, dan tekstur. Hal senada dikemukakan oleh Lia Anggraini dan Kirana Nathalia (2014: 32-40), menurutnya dalam membuat suatu hasil karya dibutuhkan beberapa unsur penyusun. Unsur tersebut sebenarnya sudah sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, dimana pada setiap hasil karya desain dapat dipastikan memiliki unsur-unsur seperti garis, bentuk, tekstur, kontras atau gelap terang, ukuran, dan warna.

Merujuk pada pendapat Arsianti Latifah (2011: 27-29), unsur dasar dalam desain komunikasi visual meliputi garis, bidang atau bentuk, kontras nilai, warna, tekstur, serta tipografi. Unsur dasar tersebut membentuk satu kesatuan yang menyusun sebuah karya visual atau media visual/ grafis untuk menyampaikan pesan atau kesan tertentu pada sasaran yang dituju. Dengan demikian, sebenarnya unsur-unsur dapat dilihat dari sebuah media visual yang ada di dalam kehidupan sehari-hari, seperti media periklanan, poster, bahkan rambu-rambu lalu lintas.

Apabila mengacu pada pendapat ketiga ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah karya grafis/ visual tersusun dari beberapa unsur dasar visual sebagai berikut.

a. Titik

(58)

kelompok dengan variasi jumlah, susunan, dan kepadatan atau kerapatan tertentu.

b. Garis

Garis dikenal sebagai goresan atau coretan, selain itu garis juga menjadi batasan suatu bidang atau warna. Di samping itu, garis juga dapat diartikan sebagai dua titik yang dihubungkan yang memiliki ciri khas memiliki arah dan dimensi memanjang. Bentuknya dapat berupa garis lurus (straight) maupun lengkung (curve). Susunan bentuk, huruf, bahkan cahaya yang diletakkan secara beraturan dapat membentuk sebuah garis. Dalam desain komunikasi visual, garis dapat difungsikan sebagai sarana untuk memperjelas dan mempermudah pembaca sebagai penerima pesan.

c. Bentuk

(59)

d. Kontras

Kontras merupakan warna yang berlawanan antara satu dengan yang lainnya, terdapat perbedaan baik warna atau titik fokus. Kontras digunakan untuk menggambarkan rentang kecerahan dan kegelapan suatu elemen visual. Dengan mengatur komposisi gelap terang suatu media visual, akan membantu nilai keterbacaan, fokus, dan titik berat suatu desain sehingga dapat menonjolkan pesan atau informasi yang disampaikan.

e. Warna

Warna merupakan unsur penting dalam obyek desain media visual/ grafis. Warna mampu berbicara sebagai warna itu sendiri, warna sebagai representasi alam, warna sebagai lambang atau simbol, dan warna sebagai ekspresi. Warna merupakan salah satu unsur visual yang dapat menarik perhatian, meningkatkan suasana hati pembaca, serta menggambarkan citra suatu objek tertentu.

Lebih lanjut, setiap warna memiliki karakter dengan sifat yang berbeda (Lia Anggraini & Kirana Nathalia, 2014: 38). Sifat-sifat warna tersebut sebagai berikut.

1) Merah: menyimbolkan agresivitas, keberanian, semangat, percaya diri, gairah, kekuatan dan vitalitas.

(60)

3) Biru: tidak bisa lepas dari elemen langit, air, dan udara, berasosiasi dengan alam, melambangkan keharmonisan, memberi kesan lapang, kesetiaan, ketenangan, sensitif, kepercayaan.

4) Kuning: menyimbolkan warna persahabatan, optimis, santai, gembira, harapan, toleran, menonjol dan eksentrik.

5) Hijau: melambangkan alam, kehidupan, dan simbol kesuburan, sehat, natural.

6) Hitam: warna yang kuat dan penuh percaya diri, penuh perlindungan, maskulin, elegan, dramatis, dan misterius.

f. Tekstur

Tekstur adalah tampilan permukaan atau corak dari suatu benda yang dapat dinilai dengan cara dilihat atau diraba. Tekstur dikategorikan menjadi dua, yaitu tekstur nyata (tactile) dan tekstur semu/ ilusi (visual). Penggunaan tekstur pada desain media visual akan menambah pengalaman dan menjadi nilai lebih daripada sekedar estetik. Selain itu, tekstur banyak digunakan untuk mengatur keseimbangan pada sebuah desain.

g. Tipografi

(61)

3. Prinsip-Prinsip Desain

Sebuah pesan visual yang baik adalah apabila pesan yang disampaikan dapat dipahami dan dimengerti oleh penerima pesan. Oleh karena itu, pesan visual harus kreatif, asli, inovatif, komunikatif, efisien, dan efektif, sekaligus indah secara estetis. Merujuk pada pendapat Lia Anggraini dan Kirana Nathalia (2014: 41-46), dalam mendesain sebuah pesan visual, seorang desainer harus memperhatikan beberapa prinsip kerja desain yang harus diterapkan. Prinsip-prinsip desain yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Keseimbangan

(62)

b. Irama

Irama merupakan pengulangan gerak atau penyusunan bentuk secara berulang-ulang. Dalam desain, irama dapat berupa repetisi yaitu perulangan unsur visual yang dibuat secara berulang-ulang dan konsisten. Selain itu, dapat berupa variasi yaitu perulangan unsur visual disertai perubahan bentuk, ukuran, atau posisi.

c. Penekanan

Penekanan merupakan suatu prinsip dasar tata rupa yang digunakan untuk membangun unsur-unsur visual sebagai pusat perhatian. Hal itu bertujuan untuk menonjolkan salah satu unsur sebagai pusat perhatian sehingga mencapai nilai yang artistik. Informasi yang dianggap paling penting untuk disampaikan pada penerima pesan harus ditonjolkan dengan mencolok melalui unsur visual yang kuat. Terdapat beberapa cara untuk menonjolkan suatu unsur visual dalam sebuah karya desain, yaitu dengan menggunakan kontras, isolasi obyek, dan penempatan obyek.

d. Kesatuan

(63)

Desain dikatakan menyatu apabila dipandang tampak harmonis serta terdapat kesatuan antara tema, tipografi, dan ilustrasi/ foto.

4. Jenis Media Grafis

Media grafis atau media visual merupakan salah satu jenis media yang lazim digunakan di Indonesia. Selain sederhana dan mudah baik dalam pembuatan maupun penggunaannya, media grafis termasuk media yang relatif murah apabila ditinjau dari segi biaya. Apabila mengacu pada pendapat Eko Budi Prasetyo (2000: 47-79), terdapat banyak jenis media grafis yang umum digunakan dalam kegiatan pembelajaran, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Gambar

Di antara media pendidikan, gambar merupakan media yang paling umum dipakai. Sifat gambar yang konkret, dapat lebih menunjukkan pokok masalah jika hanya dibandingkan dengan media verbal semata. Selain itu, gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, di mana tidak semua benda, objek, atau peristiwa dapat dibawa ke dalam kelas. Melalui media gambar, hal tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, dunia pendidikan telah lama menyadari pentingnya peran media gambar dalam mencapai tujuannya.

(64)

cukup popular dan familiar digunakan untuk keperluan tersebut adalah Corel Draw.

b. Bagan

Bagan merupakan penyajian visual yang menggunakan titik, garis, gambar atau simbol visual lain dengan sedikit keterangan, agar siswa belajar lebih jelas menerima apa yang dikomunikasikan oleh guru. Sering kali siswa bingung ketika dihadapkan pada data yang banyak sekaligus. Oleh karena itu, penggunaan bagan dapat membantu siswa untuk menerima pesan yang disajikan oleh guru secara bertahap. c. Grafik

Grafik merupakan suatu jenis penyajian informasi yang bersifat visual dengan menggunakan titik, garis, gambar, atau simbol grafis lain untuk memvisualisasikan suatu data kuantitatif. Selain itu grafik digunakan untuk menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan. Berbeda dengan bagan, grafik disusun berdasarkan prinsip matematik dan menggunakan data-data komparatif. Ada beberapa macam grafik yang dapat digunakan, antara lain grafik garis (line graphs), grafik batang (bar graphs), grafik lingkaran (pie graphs), dan grafik gambar (pictorial graphs).

d. Diagram

(65)

komponennya atau sifat-sifat proses yang ada di situ. Diagram umumnya berisi petunjuk-petunjuk. Diagram menyederhanakan hal yang kompleks sehingga dapat memperjelas penyajian pesan.

e. Sketsa

Sketsa merupakan suatu gambar sederhana yang melukiskan bagian-bagian pokok tanpa detailnya. Penggunaan sketsa dimaksudkan untuk memperjelas pesan belajar dan menarik perhatian siswa, sehingga dapat konsentrasi serta terlibat aktif dalam pembelajaran. Di samping itu, penggunaan sketsa akan mengurangi pengalaman belajar yang verbalistis.

f. Poster

Poster adalah suatu gambar yang cukup besar yang ditekankan pada penyampaian pokok suatu ide pokok. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan akan cepat dipahami. Penggunaan warna dalam poster adalah salah satu cara menambah daya tarik untuk menarik perhatian sehingga fungsi poster akan semakin kuat. Selain untuk menyampaikan kesan tertentu, poster mampu pula mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya, termasuk siswa. g. Kartun dan Karikatur

(66)

yang cukup kuat. Kartun biasanya hanya menangkap esensi pesan yang harus disampaikan dan menuangkannya ke dalam gambar sederhana. Oleh karena itu, kartun yang sempurna sebenarnya tidak memerlukan keterangan dengan menggunakan teks, sebab gambar yang dibuat sudah menjadi simbol pesan itu sendiri.

h. Komik

Komik merupakan salah satu jenis media grafis yang berupa gambar berseri. Pada awalnya komik hanya terbatas pada cerita lucu, namun kemudian berkembang mencakup semua jenis cerita bergambar. Komik dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk mengkomunikasikan materi-materi pelajaran dengan cara yang berbeda. Hal tersebut tentu saja perlu dilakukan dengan memperhatikan berbagai pertimbangan-pertimbangan yang rasional. Beberapa pertimbangan itu antara lain adalah dari segi aspek kebermanfaatan atau keuntungan dan kerugian penggunaan komik, keterkaitan dengan tujuan pembelajaran, serta kesesuaian dengan karakteristik siswa.

i. Peta Datar (Dua Dimensi)

(67)

jenis, antara lain peta keadaan alam, peta politik, peta ekonomi, peta ethnografi, serta peta sejarah.

j. Media Cetak

Seiring ditemukannya teknologi percetakan, berbagai jenis media cetak menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kegiatan pendidikan, khususnya pada proses pembelajaran. Jenis-jenis media cetak yang sering digunakan dalam proses pembelajaran antara lain: buku pelajaran, majalah, surat kabar, kamus, ensiklopedi, dan lain-lain. Selain beberapa jenis media grafis yang telah dipaparkan di atas, Arief S. Sadiman, dkk (2009: 48-49) dalam buku Media Pendidikan menambahkan dua jenis media grafis, yaitu:

a. Papan Flanel

Papan flanel merupakan salah satu media grafis yang efektif untuk menyajikan pesan-pesan tertentu pada siswa. Papan berlapis kain flanel ini dapat dilipat sehingga praktis. Gambar-gambar yang akan disajikan dapat dipasang dan dicopot dengan mudah, sehingga dapat digunakan berkali-kali. Selain gambar, dapat pula dipakai untuk menempelkan angka dan huruf sebagai pengenalan di kelas-kelas awal. Penyajiannya yang praktis dan seketika membuat sajian lebih efisien dan menarik perhatian siswa.

b. Papan Buletin

(68)

media untuk menerangkan sesuatu serta memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu.

Pada penelitian pengembangan ini tidak semua jenis media grafis dimasukkan dalam bahan ajar yang akan dikembangkan. Beberapa jenis media ada yang akan digunakan dan tidak akan digunakan, sifatnya fleksibel menyesuaikan kebutuhan dan karakteristik bahan ajar itu sendiri. Dikarenakan bahan ajar yang akan dikembangkan berupa media cetak atau buku, maka jenis media grafis berupa papan flanel dan papan buletin tidak dapat dimasukkan dalam bahan ajar.

D. Kajian Pustaka Mengenai Muatan Lokal 1. Pengertian Muatan Lokal

(69)

Muatan lokal menurut Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 1987 (Yufiarti, 1999: 2) adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial budaya, serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari murid di daerah itu. Senada dengan pendapat tersebut, Dakir (2010: 111) menyatakan bahwa muatan lokal merupakan sebuah kurikulum yang disusun dengan mengacu pada keadaan masyarakat setempat. Berbagai kondisi lingkungan sekitar berupa lingkungan alam fisik dan lingkungan masyarakat menjadi bahan yang diajarkan dalam program pendidikan muatan lokal.

Adapun menurut Soewardi (dalam Suharsimi Arikunto dan Asnah Said, 2007: 1.10) muatan lokal pada intinya adalah program pendidikan yang di dalamnya memuat materi pelajaran dan pengenalan berbagai hal yang memperlihatkan ciri khas daerah tertentu. Tidak hanya terdiri dari keterampilan dan kerajinan tradisional saja, akan tetapi juga berbagai manifestasi kebudayaan daerah yang bersangkutan. Manifestasi kebudayaan suatu daerah dapat meliputi bahasa daerah, tulisan daerah, legenda, serta adat istiadat.

(70)

digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan secara khusus, muatan lokal adalah program pendidikan dalam bentuk mata pelajaran yang isi dan media pembelajarannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah yang wajib dipelajari oleh siswa di daerah tersebut.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa muatan lokal merupakan program pendidikan yang memuat materi pelajaran yang dikaitkan dengan keadaan lingkungan sekitar, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya masyarakat, serta memperhatikan kebutuhan daerah. Berakar dari simpulan tersebut, selain memuat pengenalan potensi serta ciri khas yang dimiliki suatu daerah, permasalahan-permasalahan lingkungan yang terjadi di daerah tersebut dapat diangkat dalam penyelenggaraan muatan lokal. Dengan demikian, dampak kerusakan lingkungan akibat permasalahan-permasalahan lingkungan yang terjadi dapat diminimalisir baik dengan langkah penanggulangan maupun yang sifatnya pencegahan. Salah satu cara yang dapat diupayakan adalah melalui penanaman kesadaran pada siswa untuk mencintai lingkungan lewat proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.

2. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal

(71)

penyelenggaraan sistem pemerintahan desentralisasi yang dianut oleh Indonesia. Oleh karena itu, selain diberlakukannya muatan

Gambar

Tabel 1. Daftar Tema dan Subtema untuk Kelas IV Sekolah Dasar
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir
Gambar 2. Desain Validasi dan Uji Coba Produk
Gambar 3. Desain Pengembangan Bahan Ajar yang Diadaptasi dari 4-D
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menghasilkan bahan ajar yang berbasis integrasi Islam dengan hasil produk media cetak buku ajar pada pembelajaran tematik tema 3 subtema 2

Pengembangan bahan ajar tematik berbasis islam & kearifan lokal ini didasari oleh penelitian yang dilakukan oleh Alexon &Sukmadinata 2010 yang menghasilkan dalil-dalil yaitu :

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini berfokus pada pengembangan bahan ajar IPS yang diintegrasikan dengan muatan kearifan lokal Bali untuk

JURNAL JPSD Vol.7 No. Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan bahan ajar IPA dengan media audio visual pada tema selamatkan makhluk hidup yang sederhana, mudah

Dapat disimpulkan bahwa pengembangan bahan ajar video berbasis kearifan lokal pada materi tema 3 Makanan Sehat subtema 2 Pentingnya Makanan Sehat Bagi Tubuh kelas V di

Menyikapi hal tersebut maka pentingnya pembinaan karakter peduli lingkungan berbasis kearifan lokal melalui bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran gerakan lingkungan

Bahan ajar merupakan alat bantu yang disajikan secara sistematis untuk mencapai tujuan dan kompetensi yang ingin disampaikan.6 Bahan ajar ini berupa media cetak atau buku teks.7 Setiap

Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Budaya Lokal Banten Tema Daerah Tempat Tinggalku ini menggunakan model ADDIE yang mecangkup lima tahap yang dilakukan, antara lain: 1 analysis analisis