D A F T A R I S I
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH ………. v
DAFTAR ISI ……….. vi
D. Signifikansi Penelitian ………... 20
E. Struktur Organisasi Desertasi …..………..……… 22
3. Manajemen kualitas terpadu dalam pendidikan ………
4. Manajemen kualitas terpadu di perguruan tinggi ………
5. Standar kualitas pendidikan ……….……….….….
31
35
35
43
6. Manajemen kulitas pendidikan ………
7. Sistem penjamin kualitas perguruan tinggi ………
55 2. Karakteristik kompetensi …………..……….……. 3. Kompetensi dosen ………. E. Hasil Penelitian terdahulu ………. 99
1. Disertasi …..…………..……….…….... 2. Referensi dari Jurnal ……….….……… 3. Referensi dari Internet ……….…….. 4. Kesimpulan hasil penelitian terdahulu ………..…… 99 115 117 118 F. Kerangka Pemikiran Penelitian ………. 120
G. Hipotesis Penelitian ……….. 125
BAB III METODE PENELITIAN ……….……. 129
B. Populasi dan Sampel Penelitian …………..…………..….……..
2. Kepemimpinan manajerial (X1) ……….…….
3. Kompetensi Dosen (X2) ……….……….……
4. Sumber Daya Fasilitas Pendidikan (X3) ……….
133
2. Pengujian instrumen penelitian ……….….….
3. Pengujian validitas dan reliabilitas ……….….……….
135
2. Pengujian persyaratan penelitian ………..…..
3. Pengujian hipotesis penelitian ………..…………...…...
4. Analisis hubungan antar variabel ………..……….……
C. Model Konseptual Pengembangan Kualitas Kinerja Manajemen
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….…. 198
A. Kesimpulan ……….…. 198
B. Rekomendasi ……….…… 199
DAFTAR PUSTAKA ……….……. 203
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pertumbuhan ekonomi secara tradisional ditentukan oleh faktor-faktor
modal berupa perangkat keras atau fisik, modal finansial, sumber daya alam, dan
sumber daya manusia. Perpaduan antara sumber-sumber daya tersebut semakin
lama semakin bergeser proporsi bobot kepentingannya kepada sumber daya
manusia. Aspek utama yang diunggulkan pada sumber daya manusia adalah
kemampuan akal dan daya nalar, yang merupakan perpaduan antara apa yang dia
ketahui tentang kebenaran yang berdasarkan azas ilmu pengetahuan, informasi
dan pengalaman-pengalaman kebenaran lain yang dia dapatkan, yang secara
umum dinamakan pengetahuan (knowledge). Dalam kaitan tersebut pertumbuhan
ekonomi akan lebih dipacu dengan gagasan-gagasan baru dan inovasi
pengetahuan. Artinya pengetahuan akan menjadi sumber daya yang lebih penting
dalam pertumbuhan ekonomi maupun dalam mengembangkan keunggulan
komparatif maupun kompetitif. Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa
yang menjadi masalah utama adalah bagaimana mengembangkan dan mengelola
sumberdaya manusia yang berpengetahuan ini. Ekonomi yang pertumbuhannnya
mengandalkan akal budi atau pengetahuan manusia disebut ekonomi berbasis
pengetahuan (economy based knowledge), sedangkan untuk industrinya disebut
industri berbasis pengetahuan (knowledge based industry).
Menurut Hadi Waratama (2002:574), setiap dunia usaha atau industri pasti
lagi. Dalam industri yang berbasis pengetahuan, kemampuan menghasilkan dan
memanfaatkan pengetahuan untuk melakukan inovasi bukan hanya faktor penentu
kemakmuran, melainkan juga merupakan basis untuk menciptakan keunggulan
komparatif. Terlebih lagi dalam era seperti saat ini, yang disebut era informasi
dan globalisasi, hanya dunia usaha dan industri yang berbasis pengetahuanlah
yang akan bertahan, sedangkan yang lain, misal yang berbasis tenaga kerja murah
atau bahan baku melimpah, tidak akan bertahan. Seperti diketahui globalisasi
memudarkan bahkan menghilangkan batas-batas geografi perdagangan dunia,
yang disertai dengan tersedianya pengumpulan, pengolahan dan pengiriman
informasi yang berkemampuan tinggi, melalui kemajuan pesat pada bidang sistem
komunikasi serat optik, satelit, komputer dan sistem digital lainnya. Untuk dapat
mempertahan eksistensinya, industri secara umum harus dapat mengembangkan
gagasan-gagasan baru, produk-produk baru, maupun proses-proses baru secara
terus menerus dan berkesinambungan melalui pengembangan pengetahuan dan
kemampuan berinovasi tinggi, serta dilakukan secara cepat. Tantangan yang
dihadapi, dimana industri pada era globalisasi yang berbasis pengetahuan sangat
membutuhkan tenaga kerja yang amat mahir (highly-skilled workers). Tenaga
kerja tersebut harus mempunyai kemampuan belajar dan mau belajar terus
menerus untuk meningkatkan dan memperbaharui kemahiran dan keahliannya,
serta mampu memecahkan masalah dan merealisasikan konsep secara ekonomis.
Untuk menutupi kebutuhan akan tenaga kerja sesuai kebutuhan tersebut, maka
diperlukan sistem dan jenjang pendidikan dan pelatihan yang mumpuni.
Sesuai dengan undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
menengah ke atas di layani melalui pendidikan jenjang Perguruan Tinggi. Pasal
20 ayat 1, menyatakan bahwa Perguruan Tinggi dapat berbentuk akademi,
politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Jadi politeknik adalah
pendidikan tinggi yang mempunyai kedudukan setara dengan perguruan tinggi
lainnya. Jika universitas dalam pelaksanaan pendidikannya lebih menitikberatkan
pada bidang keilmuan, sedangkan politeknik menyelenggarakan pendidikan
terapan dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus yang lebih berorientasi pada
kebutuhan industri.
Seperti halnya pada lembaga pendidikan lainnya, politeknik dalam
melaksanakan misi pendidikannya menggunakan wahana tridarma perguruan
tinggi, yakni menganut tiga azas : 1). Pendidikan, 2). Penelitian dan 3).
Pengabdian kepada Masyarakat. Ketiga komponen ini harus diupayakan untuk
dapat membentuk sinergi dan saling mendukung, serta mengoptimalkan
penggunaan semua sumber daya yang ada.
Salah satu tujuan umum pendidikan politeknik adalah untuk mendukung
pengembangan industri baru dan turut serta dalam memperbaiki industri yang
sudah ada. Selain itu politeknik juga mempunyai tujuan khusus, yaitu turut serta
dalam mencetak tenaga-tenaga yang terampil dan profesional di bidangnya, serta
siap berperan aktif dalam pembangunan nasional, khususnya dalam
perkembangan dunia industri.
Pendidikan politeknik di Indonesia, dirintis oleh Institut Teknologi
Bandung (ITB) yang berkerjasama dengan Departemen Pekerjaan Umum tahun
1972. Pada saat itu didirikan Lembaga Pendidikan Politeknik Pekerjaan Umum –
kerja dengan keterampilan tinggi yang mampu menjembatani antara lulusan
universiatas atau institut dengan lulusan sekolah menengah kejuruan. Pada tahun
1976 didirikan lembaga pendidikan politeknik yang baru, dengan nama
Politeknik Mekanik Swiss-Institut Teknologi Bandung (PMS-ITB), lembaga ini
didirikan untuk memenuhi akan kebutuhan tenaga terampil dan profesional level
akhli madya yang berkaitan dengan bidang mekanik. Selanjutnya setelah dicapai
keberhasilan dari dua politeknik yang didirikan ITB dan lembaga lain, pada tahun
1982 pemerintah Indonesia membangun dan membuka enam buah politeknik baru
di berbagai daerah.
Pendidikan politeknik hingga saat ini terus berkembang dan bertambah
jumlahnya, baik yang dibangun oleh pemerintah maupun pihak swasta.
Perkembangan ini dilandasi oleh pengalaman yang menunjukkan bahwa:
Pertama, masa studi yang berlangsung dan terlaksana sesuai kurikulum dan
terkontrol secara ketat, sehingga dapat dikatakan pendidikan di politeknik
dapat dilaksanakan tepat waktu. Hal ini menguntungkan baik dari segi
perencanaan dan penggunaan waktu, juga tingkat mentalitas dan kedisiplinan
lulusannya relatif lebih baik.
Kedua, daya serap pasar kerja khususnya dunia industri terhadap lulusan
politeknik yang begitu tinggi. Alasan utama industri lebih memilih lulusan
politeknik antara lain mereka lebih terampil dan profesional.
Ketiga, lulusan politeknik masih memungkinkan untuk dapat melanjutkan
pendidikan pada program-program pendidikan yang lebih tinggi, baik pada
Jalur pendidikan politeknik merupakan jalur pendidikan yang saat ini
disebut jalur pendidikan vokasi dengan berbagai tingkatan atau disebut jalur
diploma. Jenjang ini berkembang sesuai „setara‟ dengan beberapa program
pendidikan strata pada jalur akademik. Program-program diploma yang
dikembangkan di politeknik ditujukan untuk memenuhi pasar kerja sesuai dengan
prinsip dapat mengimplementasikan dan mentransformasikan sains dan atau
teknologi kedalam produk dan atau jasa yang bernilai guna dan ekonomis, sesuai
dengan standar, nasional atau internasional.
Saat ini jenjang pendidikan yang diselengarakan di politeknik dapat berupa
jenjang diploma 1 (D1), diploma 2 (D2), diploma 3 (D3) dan diploma 4 (D4).
Untuk jenjang diploma 3 di kategorikan dengan sebutan sebagai Akhli madya
(Amd), sedangkan untuk jenjang diploma 4 di kategorikan sebagai Sarjana Sain
Terapan (SST). Sesuai dengan keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan
Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, maka arah pendidikan yang
diselenggarakan politeknik adalah:
Program Diploma 1, diarahkan pada hasil lulusan yang menguasai
kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan yang bersifat rutin, atau
memecahkan masalah yang sudah akrab sifat-sifat maupun kontekstualnya
dibawah bimbingan.
Program Diploma 2, diarahkan pada hasil lulusan yang menguasai
kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan yang bersifat rutin, atau
secara mandiri, baik dalam bentuk pelaksanaan maupun tanggunggjawab
kerjanya.
Program Diploma 3, diarahkan pada hasil lulusan yang menguasai
kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan yang bersifat rutin maupun yang
belum akrab sifat-sifat maupun kontekstualnya, secara mandiri dalam
pelaksanaan maupun tanggunggjawab pekerjaannya, serta mampu
melaksanakan pengawasan dan bimbingan atas dasar keterampilan manajerial
yang dimilikinya.
Program Diploma 4, diarahkan pada hasil lulusan yang menguasai
kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan yang kompleks, dengan dasar
kemampuan profesional tertentu, termasuk keterampilan merencanakan,
melaksanakan kegiatan, memecahkan masalah dengan tanggungjawab mandiri
pada tingkat tertentu, memiliki keterampilan manajerial, serta mampu
mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi dalam bidang
keahliannya.
Gambaran yang lebih jelas mengenai lulusan politeknik dan sarjana teknik
dapat dijelaskan seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.1. Pada gambar tersebut
menjelaskan jenjang tenaga kerja yang harus dipenuhi oleh lembaga pendidikan
Gambar 1.1. Piramida Sistem Pendidikan di Indonesia (Sumber: Budiono Bambang. Dr. Ir. ME 2004:13)
Berkaitan dengan hubungan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja,
pada tanggal 17 januari 2012 diterbitkan Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2012,
tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). KKNI adalah kerangka
penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan,
dan mengintegarsikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta
pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai
dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. KKNI terdiri atas sembilan jenjang
kualifikasi, mulai dari jenjang 1 sebagai jenjang terendah sampai jenjang 9
sebagai jenjang tertinggi. Jenjang kualifikasi pada KKNI dibagi pada tiga
kategori, yaitu :
a). Jenjang kualifikasi 1 sampai dengan jenjang 3, dikelompokkan dalam jabatan
operator.
b). Jenjang kualifikasi 4 sampai dengan jenjang 6, dikelompokkan dalam jabatan
c). Jenjang kualifikasi 7 sampai dengan jenjang 9, dikelompokkan dalam jabatan
ahli.
Penyetaraan capaian pemebelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan
dengan jenjang kualifikasi pada KKNI terdiri atas:
a). lulusan pendidikan dasar setara dengan jenjang 1
b). lulusan pendidikan menengah paling rendah setara dengan jenjang 2
c). lulusan Diploma 1, paling rendah setara dengan jenjang 3
d). lulusan Diploma 2, paling rendah setara dengan jenjang 2
e). lulusan Diploma 3, paling rendah setara dengan jenjang 5
f). lulusan Diploma 4, atau Sarjana Terapan dan Sarjana paling rendah setara
dengan jenjang 6
g). lulusan Magister Terapan dan Magister, paling rendah setara dengan jenjang 8
h). lulusan Doktor Terapan atau Doktor, setara dengan jenjang 9
i). lulusan pendidikan Profesi, setara dengan jenjang 7 atau 8, dan
j). lulusan pendidikan Spesialis, setara dengan jenjang 8 atau 9.
Politeknik Negeri Bandung (Polban) mempunyai visi: “Menjadi institusi
yang unggul dan terdepan dalam pendidikan vokasi yang inovatif dan adaptif
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan”. Sedangkan misi Polban adalah : 1) Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan
lulusan yang kompeten, memiliki semangat terus berkembang, bermoral, berjiwa
kewirausahaan dan berwawasan lingkungan. 2). Melaksanakan penelitian terapan
dan menyebarluaskan hasilnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan 3). Melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung peningkatan
mutu kehidupan.
Pada awalnya Polban dinamakan Politeknik-ITB karena berada dalam
naungan Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan 4 program studi dalam tiga
jurusan yaitu: Program studi Teknik Sipil (Jurusan Teknik Sipil); Program studi
Teknik Mesin (Jurusan Teknik Mesin); Program studi Teknik Elektronika dan
Teknik Listrik (Jurusan Teknik Elektro). Politeknik ITB memulai penerimaan
mahasiswa baru pertama kali pada Tahun Akademik 1982/1983 yang
pendiriannya diresmikan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi bersama-sama
dengan Politeknik USU Medan, Politeknik UNSRI Palembang, Politeknik UI
Tahun 1986 dibuka program pendidikan diploma bidang Tata Niaga di
bawah Jurusan Tata Niaga dengan tiga program studi yaitu Program studi
Akuntansi, Program Studi Keuangan & Perbankan, dan Program Studi
Kesekretariatan & Administrasi Perkantoran. Di tahun yang sama juga membuka
program studi Telekomunikasi di bawah jurusan Teknik Elektro.
Tahun Akademik 1987/1988 Pendidikan Ahli Teknik Komputer yang
berada dalam lingkungan ITB dialihkan ke Politeknik-ITB menjadi jurusan
Teknik Komputer. Pada tahun yang sama Politeknik-ITB membuka jurusan baru
bernama Jurusan Teknik Kimia. Dua program studi baru di bawah jurusan Teknik
Mesin juga dibuka yaitu program studi Teknik Refrigerasi dan Tata Udara, dan
program studi Teknik Energi.
Melalui surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0313/O/1991 tentang Penataan Politeknik dalam lingkungan Universitas dan
Institut Negeri, maka Politeknik Bandung berada di bawah binaan ITB dan
bernama Politeknik ITB, menyelenggarakan pendidikan program diploma dengan
7 Jurusan yaitu : Jurusan Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik
Komputer, Teknik Kimia, Akuntansi, dan Administrasi Niaga.
Pada Tahun 1997 Politeknik-ITB menjadi institusi mandiri berpisah dari
ITB secara passing-out menjadi Politeknik Negeri Bandung (Polban) melalui
Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 085/O/1997. Statuta
Polban ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No. 269/O/1998, yang kemudian setelah dilakukan beberapa perbaikan dan
ditetapkan oleh menteri melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Tahun 2001 melalui SK Dirjen Dikti No. 45/Dikti/Kep/2001 ditetapkan
perubahan nama Program Studi Kesekretariatan dan Administrasi Perkantoran
menjadi program studi Administrasi Bisnis. Di tahun yang sama melalui SK
Dirjen Dikti No 46/Dikti/Kep/2001 dibuka Program Studi Usaha Perjalanan
Wisata yang berada di bawah jurusan Administrasi Niaga.
Mulai tahun akademik 2006/2007 Polban mengembangkan program
pendidikan D4 atau Sarjana Sains Terapan (SST), dengan membuka beberapa
program studi yaitu : Program Studi Perancangan Jalan dan Jembatan (Jurusan
Teknik Sipil); Program Studi Teknik Telekomunikasi Nirkabel (Jurusan Teknik
Elektro); Program Studi Akuntansi Manajemen Pemerintahan dan Program
Keuangan Syari‟ah (Jurusan Akuntansi); dan Program Studi Manajemen Aset
(Jurusan Administrasi Niaga). Pada tahun akademik 2011/2012 Polban kembali
membuka 3 program pendidikan D4 Teknik Perancangan dan Konstruksi Mesin
(Jurusan Teknik Mesin), Teknik Refrigerasi dan Tata Udara (Jurusan Teknik
Refrigerasi dan Tata Udara), dan Teknik Otomasi Industri (Jurusan Teknik
Elektro).
Sampai dengan tahun akademik 2011/2012 Polban menyelenggarakan
pendidikan Diploma 3, 18 Program Studi dan pendidikan D4/Sarjana Sains
Terapan 14 Program Studi. Dengan jumlah mahasiswa aktif 4475 orang. Adapun
proses penyelenggaraan pendidikan di Polban diampu oleh dosen tetap dengan
kualifikasi pendidikan mulai SI/D4 sampai yang berkualifikasi S3 (Doktor).
Jumlah dosen Polban berdasarkan kualifikasi pendidikan adalah berpendidikan D4
sebanyak 21 orang, S1 sebanyak 82 orang, SP-1 sebanyak 6 orang, S2 sebanyak
Sebagian besar dosen dengan pendidikan D4 dan S1, saat ini sedang mengikuti
studi lanjut program S2, diberbagai perguruan tinggi, sehingga pada tahun 2014
diharapkan semua dosen Polban minimal berpendidikan S2.
Pokok permasalahan yang timbul dari paparan di atas adalah: apakah
pendidikan politeknik, khususnya Polban pada saat ini sudah atau masih
menghasilkan lulusan yang mempunyai kualifikasi “highly skilled worker” untuk
memenuhi kebutuhan industri dengan standar “knowledge based Industry” ?. Bila
“lulusannya” masih memenuhi kualifikasi berarti politeknik berjalan pada
jalurnya, tetapi bila tidak memenuhi, berarti perlu dilakukan evaluasi dan
dilakukan upaya perbaikan-perbaikan.
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja lembaga pendidikan
termasuk politeknik, untuk tetap konsisten menjaga dan terus meningkatkan
kualitas “produknya”. Salah satu sudut pandang yang komprehensif yang
menyangkut hal tesebut, bila dilihat dari ilmu administrasi pendidikan adalah
dengan menguji “kualitas kinerja manajemen program pendidikan” tersebut.
Selanjutnya akan timbul pertanyaan faktor-faktor atau variabel apa saja yang
terkait dengan kualitas kinerja manajemen program pendidikan politeknik
tersebut?.
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik yang
dibahas pada penelitian ini, antara lain:
a. Masih terdapat kesenjangan antara kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan di
b. Karakteristik kualitas lulusan politeknik yang cenderung dikeluhkan oleh pihak
industri selain pada tingkat keterampilan dibidangnya akan tetapi juga pada
sikap atau etos kerja yang masih dianggap relatif rendah.
c. Secara umum penyelenggaraan (manajemen) dan pengembangan program
pendidikan politeknik dilaksanakan secara normative mengikuti pola dan
kaidah penyelenggaraan baku pendidikan ringgi yang berlaku pada umumnya.
d. Kesulitan politeknik memenuhi harapan industri dan pasar kerja terutama
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan manajerial kelembagaan politeknik
dalam menciptakan, memanfaatkan dan mengerahkan berbagai sumberdaya
atau kapital yang ada pada lembaga politeknik.
e. Kompetensi dosen memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kualitas
pelayanan pendidikan yang diberikan dosen pada mahasiswanya.
f. Banyak kebijakan yang tidak efektif dan menjadi penyebab rendahnya kinerja
dan memperlemah pencapaian tujuan mulai dari hulu sampai hilir pada suatu
lembaga pendidikan.
g. Perilaku kepemimpinan, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
kinerja dosen.
h. Fasilitas sekolah berpengaruh signifikan terhadap proses belajar mengajar di
tingkat SMA Kabupaten Serang.
i. Fasilitas belajar dapat menghambat guru dan siswa dalam meraih sukses. Hasil
survei terhadap guru di Chicago menunjukkan bahwa 85% dari meraka
berpendapat bahwa fasilitas pendidikan mempengaruhi kemampuan mereka
j. Pada suatu distrik di Columbia sebanyak 38% guru meninggalkan sekolah
mereka, dikarenakan fasilitas yang dipunyai sekolahnya kurang memadai.
Hasil dari beberapa penelitian terdahulu tersebut, dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang berkaitan dengan kualitas “produk” yang dihasilkan suatu
lembaga pendidikan, antara lain berkaitan dengan : 1). Kualitas kinerja lembaga
pendidikan, 2). Kepemimpinan, 3). Kompetensi dosen, dan 4). Fasilitas
pendidikan.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Identifikasi masalah
Suatu lembaga pendidikan dapat dinyatakan memenuhi standar, bila
lembaga tersebut setelah dievaluasi sesuai dengan visi dan misi, serta memenuhi
standar baku yang telah ditetapkan. Di Indonesia untuk perguruan tinggi evaluasi
suatu lembaga pendidikan dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan
Tinggi (BAN-PT). Standar evaluasi ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 15 tahun 2005. Ruang lingkup, Fungsi dan Tujuan,
dinyatakan pada pasal 2, yaitu :
(1) Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi: a. standar isi; b. standar
proses; c. standar kompetensi lulusan; d. standar pendidik dan tenaga
kependidikan; e. standar sarana dan prasarana; f. standar pengelolaan; g.
standar pembiayaan; dan h. standar penilaian pendidikan.
(2) Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan Standar
(3) Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan
berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional,
dan global.
Pasal 3, Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Pasal 4 Standar Nasional
Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat.
Untuk menjamin pelaksanaaan, pengembangan dan terjaganya mutu
pendidikan di Indonesia, mulai pasal 73 Peraturan Pemerintah ini menyatakan :
Dalam rangka pengembangan, pemantauan, dan pelaporan pencapaian standar
nasional pendidikan, dengan Peraturan Pemerintah ini dibentuk Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).
Bertitik tolak dari latar belakang sebagaimana diuraikan terdahulu, tema
sentral permasalahan penelitian ini adalah ingin melakukan evaluasi terhadap
kualitas kinerja manajemen program pendidikan politeknik, khususnya Polban.
Kajian faktor-faktor yang berhubungan dan mempengaruhi kualitas kinerja
pendidikan polietknik dalam penelitian ini, didasarkan kepada teori Manajemen
Kualitas Terpadu. Dari sudut pandang manajemen kualitas, kualitas suatu
organisasi dapat dicapai melalui interelasi kompleks dari berbagai elemen yang
membentuk sistem kualitas manajemen.
Melihat begitu banyak faktor yang akan berpengaruh terhadap kualitas
membatasi pada variabel : Kepemimpinan manajerial (X1), Kompetensi dosen
(X2), Sumber daya fasilitas pendidikan (X3) dan Kualitas kinerja manajemen
program pendidikan politeknik (Y).
Alasan ditelitinya variabel tersebut, dapat dijelaskan pada paparan di
bawah ini.
Kepemimpinan adalah salah satu faktor penting dalam mengelola suatu
organisasi termasuk lembaga pendidikan. Kualitas kepemimpinan akan
berpengaruh besar akan jalannya suatu organisasi, semakin baik kepemimpinan,
maka akan semakin baik kualitas organisasi tersebut, demikian sebaliknya.
Stephen P. Robbins (1991:354) mengatakan :kepemimpinan adalah
kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian (tujuan).
Pendapat ini memandang semua anggota kelompok organisasi sebagai satu
kesatuan, sehingga kepemimpinan dimaknai sebagai kemampuan mempengaruhi
semua anggota kelompok organisasi agar bersedia melakukan kegiatan/bekerja
untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasi. Menurut Jacobs & Jacques
(1990), kepemimpinan adalah sebuah proses memberi makna (pengaruh yang
bermakna) terhadap suatu kolektif dan mengakibatkan kesediaan untuk
melakukan usaha yang diinginkan dalam mencapai tujuan.
Sondang P. Siagian (1994) menyatakan bahwa: kepemimpinan
merupakan inti manajemen, yakni sebagai motor penggerak bagi sumber-sumber
dan alat-alat dalam organisasi. Sukses tidaknya suatu organisasi mencapai tujuan
yang ditetapkan tergantung atas cara-cara memimpin yang dipraktikan
pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien, Azis A.
W (2011:132).
Kompetensi tenaga pendidik, khususnya dosen, diartikan sebagai
seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,
dikuasai dan diwujudkan oleh dosen dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
Kompetensi tersebut meliputi : (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi
kepribadian, (3) kompetensi sosial dan (4) kompetensi profesional.
Pada buku Pedoman Beban Kerja Dosen dan Evaluasi Pelaksanaan
Tridarma Perguruan Tinggi (Dirjen Dikti, 2010), dijelaskan bahwa dosen adalah
salah satu komponen esensial dalam suatu sistem pendidikan di perguruan tinggi.
Peran, tugas, dan tanggung jawab dosen sangat penting dalam mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan
kualitas manusia Indonesia, yang meliputi kualitas iman dan takwa, akhlak mulia,
dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta mewujudkan
masyarakat Indonesia yang maju, adil, makmur, dan beradab. Untuk
melaksanakan fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis tersebut,
diperlukan dosen yang profesional.
Sumber daya pendidikan menurut Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
(SPM-PT : 2010), terdiri dari manajemen: 1) akademik, 2) kemahasiswaan, 3)
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, 4) fasilitas dan infrastruktur, 5)
sumber daya manusia, 6) keuangan, dan 7) sistem informasi. Lembaga-lembaga
dan unit-unit di lingkungan perguruan tinggi mengatur penggunaan sumber daya
dalam menunjang proses utama untuk menghasilkan output, yaitu alumni dan
Mengingat banyaknya komponen yang termasuk sumber daya pendidikan,
maka pada penelitian ini hanya dibatasi sumber daya pendidikan pada yang
berkaitan dengan manajemen fasilitas dan infrastuktur atau sarana dan prasarana,
serta yang berkaitan dengan manajemen sistem informasi. Hal ini peneliti anggap
penting mengingat : 1) komposisi kurikulum pendidikan polteknik menerapkan
perbandingan matakuliah teori dengan praktik sekitar 50% : 50%, dengan
koposisi tersebut mengharuskan penyediaan sarana dan prasarana untuk
pendidikan politeknik lebih banyak dari perguruan tinggi lainnya, 2) untuk
mendukung semua yang terkait dengan pengelolaan atau manajemen sumber daya
pendidikan seperti dijelaskan pada SPM-PT, maka dengan sendirinya peranan dari
manajemen sistem informasi menjadi sangat penting untuk mendukung
operasional pendidikan yang berkualitas, khususnya bagi pendidikan politeknik.
Perumusan Masalah
Secara umum rumusan masalah penelitian ini adalah, apakah struktur
hubungan antara variabel-variabel yang mempengaruhi secara langsung maupun
tidak langsung terhadap kualitas kinerja manajemen program pendidikan
politeknik (Y), yang terdiri dari: 1). Kepemimpinan manajerial (X1), 2).
Kompetensi dosen (X2), dan 3). Sumber daya fasilitas pendidikan (X3).
Rumusan masalah secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut:
1. Berapa besar kontribusi kepemimpinan manjerial terhadap kualitas kinerja
manajemen program pendidikan politeknik?
2. Berapa besar kontribusi kompetensi dosen terhadap kualitas kinerja
3. Berapa besar kontribusi sumber daya fasilitas pendidikan terhadap kualitas
kinerja manajemen program pendidikan politeknik?
4. Berapa besar kontribusi kepemimpinan dan kinerja dosen terhadap kualitas
kinerja manajemen program pendidikan politeknik?
5. Berapa besar kontribusi kepemimpinan dan sumber daya pendidikan terhadap
kualitas kinerja manajemen program pendidikan politeknik?
6. Berapa besar kontribusi kinerja polban dan Sumber daya pendidikan terhadap
kualitas kinerja manajemen program pendidikan politeknik?
7. Berapa besar kepemimpinan, kompetensi dosen dan sumber daya fasilitas
pendidikan berkontribusi terhadap kualitas kinerja manajemen program
pendidikan politeknik?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian secara umum, adalah untuk memperoleh pemahaman
dan fakta empirik berdasarkan persepsi dosen mengenai struktur hubungan
variabel-variabel yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung
terhadap kualitas kinerja manajemen program pendidikan politeknik, yang terdiri
dari : kepemimpinan manajerial, kompetensi dosen dan sumber daya fasilitas
pendidikan. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memperoleh pemahaman dan fakta empirik tentang:
a. Kontribusi kepemimpinan terhadap kualitas kinerja manajemen program
pendidikan politeknik.
b. Kompetensi dosen berkontribusi terhadap kualitas kinerja manajemen
c. Sumber daya fasilitas pendidikan berkontribusi terhadap kualitas kinerja
manajemen program pendidikan politeknik.
d. Kepemimpinan dan kompetensi dosen berkontribusi terhadap kualitas
kinerja manajemen program pendidikan politeknik.
e. Kepemimpinan dan sumber daya fasilitas pendidikan berkontribusi
terhadap kualitas kinerja manajemen program pendidikan politeknik.
f. Kompetensi dosen dan sumber daya fasilitas pendidikan berkontribusi
terhadap kualitas kinerja manajemen program pendidikan politeknik.
g. Kepemimpinan, kompetensi dosen dan Sumber daya fasilitas pendidikan
berkontribusi terhadap kualitas kinerja manajemen program pendidikan
politeknik.
2. Menganalisis berbagai fakta empirik seperti dijelaskan pada butir satu,
khususnya hal-hal apa saja yang berkontribusi secara signifikan atau
sebaliknya, terhadap kualitas kinerja manajemen program pendidikan
politeknik.
3. Mengembangkan “model pengembangan manajemen program pendidikan
politeknik yang berkualitas”.
D. Signifikansi Penelitian
Secara langsung maupun tidak langsung, penelitian ini dapat digunakan
untuk memperoleh gambaran dan mengkaji tentang faktor-faktor yang berkaitan
dengan kualitas kinerja manajemen program pendidikan politeknik, sehingga
nantinya dapat dijadikan untuk acuan dalam meningkatkan kualitas kinerja
kepada masyarakat, khususnya dilingkungan pendidikan politeknik Negeri
Bandung. Kegunaan secara teoritis dari hasil penelitian ini, akan memberikan
sumbangan bagi ilmu administrasi pendidikan, khususnya yang menyangkut
manajemen kualitas. Disamping itu temuan yang dihasilkan diharapkan mampu
dijadikan bahan pengembangan teoritik, atau bahan untuk mengkaji teori yang
sudah ada, sehingga akan dihasilkan kembali temuan-temuan ilmiah baru dan
lebih produktif. Secara lebih rinci manfaat penelitian yang diharapkan, yaitu:
Manfaat secara teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap pengembangan ilmu
administrasi pendidikan bagi para pelaku perubahan termasuk di dalamnya
pimpinan dan penyelenggara pendidikan, dosen, mahasiswa, alumni dan
instansi lain sebagai penerima layanan pendidikan.
b. Mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya korelasi antar variabel
hubungannya dengan kualitas kinerja manajemen program pendidikan
pendidikan.
c. Penggunaan ilmu pengetahuan dan penelitian empirik di bidang
kepemimpinan, kompetensi dosen, dan sumber daya fasilitas pendidikan
secara lebih luas dalam hubungannya dengan peningkatan kualitas kinerja
manajemen program pendidikan politeknik.
Manfaat secara praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk membantu dalam
pengembangan kebijakan yang menyangkut kepemimpinan, kompetensi
b. Masukan bagi pemangku kepentingan pendidikan tinggi, khususnya
politeknik untuk menentukan kebijakan yang menyangkut profil
kepemimpinan yang mampu meningkatkan kualitas kompetensi dosen,
sehingga dapat menjalankan tugas dengan lebih baik lagi.
c. Masukan bagi pimpinan dan dosen agar lebih mampu memberdayakan
sumber daya fasilitas pendidikan secara lebih efektif dan efisien.
d. Memberikan rekomendasi kebijakan dan operasionalisasi penyelenggara
manajemen kualitas yang adaptif terhadap pengembangan lingkungan
stratejik di politeknik.
e. Memberikan masukan dalam perbaikan sistem manajemen operasional
pendidikan politeknik, untuk menghasilkan kualitas pelayanan yang lebih
baik lagi.
f. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan kajian dalam bidang yang
relevan sesuai dengan perkembangan ilmu dan praktik layanan manajemen
pendidikan.
E. Struktur Organisasi Penelitian
Struktur organisasi pendidikan dibagi menjadi lima bab, yaitu:
Bab 1. PENDAHULUAN, meliputi : Latar belakang penelitian, Identifikasi dan
perumusan masalah, Tujuan penelitian, Signifikansi penelitian, dan
Struktur organisasi penelitian.
Bab 2. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN, meliputi: Kualitas manajemen pendidikan,
pendidikan, Hasil penelitian terdahulu yang relevan, Kerangka pemikiran
dan Hipotesis penelitian.
Bab 3. METODE PENELITIAN, meliputi : Metode penelitian, Populasi dan
sampel penelitian, Definisi operasional, Prosedur penelitian, dan Analisis
data.
Bab 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, meliputi: Hasil penelitian,
Pembahasan penelitian, Model pengembangan kualitas kinerja
manajemen program pendidikan politeknik.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini meggunakan metode survei dengan pendekatan penelitian
kuantitatif. Peneliti berusaha untuk mendapatkan dan mengumpulkan data, serta
informasi dari berbagai individu yang dijadikan responden penelitian dengan
menggunakan instrumen daftar pernyataan yang disusun secara terstruktur sesuai
dengan kepentingan data yang diperlukan, dan berpedoman pada substansi serta
judul penelitian. Penelitian survei dimaksudkan untuk menentukan hubungan
kausal dan pengujian hipotesis. Menurut Dyah K (2001), penelitian survei adalah
penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner
sebagai alat pengukur data pokok. Penelitian jenis ini dapat digunakan untuk
maksud : 1) penjajagan, 2) deskriptif eksplanatory atau confirmatory, yakni
menjelaskan hubungan kausal dan pengajuan hipotesis, 3) evaluasi, 4) prediksi, 5)
penelitian operasional, dan 6) pengembangan indikator-indikator sosial.
Sugiyono (2010) menyatakan: metode penelitian kuantitatif dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel
pada umumnya menggunakan sampel random, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif (statistik) dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Langkah-langkah yang dilakukan
penelitian survei, antara lain: 1) merumuskan masalah: masalah penelitian dan
kepustakaan, 3) menentukan sampel, 4) membuat kuisioner, 5) melakukan
pekerjaan lapangan, 6) mengolah data, dan 7) analisis dan pelaporan. Analisis data
yang digunakan adalah analisis jalur. Analisis ini akan digunakan dalam menguji
besarnya kontribusi ditunjukkan oleh keoefisien jalur pada setiap diagram jalur dari
hubungan antar variabel Kepemimpinan manajerial (X1), Kompetensi dosen (X2),
dan Sumber daya fasilitas pendidikan (X3) terhadap Kualitas kinerja manajemen
program pendidikan politeknik (Y).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan keudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang,
tetapi juga objek dan benda-benda slsm yang lain. Ppulasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek sampel itu Sugiyono
(2010). Dalam penelitian, populasi dibedakan antara populasi secara umum, populasi
target, dan populasi terukur. Populasi umum adalah populasi menyeluruh, populasi
target adalah populasi yang menjadi sasaran keberlakuan kesimpulan penelitian,
sedangkan populasi terukur adalah populasi yang secara ril dijadikan dasar dalam
penentuan sampel. Populasi target merupakan populasi yang dengan alasan yang kuat
memiliki kesamaan karakteristik dengan populasi terukur.
2. Sampel Penelitian
sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
Sedangkan menurut Arikunto (1998:117-120), bahwa yang disebut dengan sampel
adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili
seluruh populasi. Penentuan jumlah sampel dengan cara mengambil sebanyak 10%
s/d 15% atau 20 s/d 25 % atau lebih jika populasi lebih dari 100, sedangkan jika
kurang dari 100 sebaiknya diambil semuanya. Berkaitan dengan teknik
pengambilan sampel Nasution (2003:135) menyatakan bahwa, "Mutu penelitian
tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya
dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya (asumsi-asumsi statistik), serta mutu
pelaksanaan dan pengolahannya.
Dalam penelitian kuantitatif yang menjadi perhatian utamanya ada populasi
oleh karena itu, dikemukakan beberapa pendapat, para ahli tentang pengertian
populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun
pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai
sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya
(Sudjana, 2003:6). Pada umumnya pengertian survei dibatasi pada penelitian yang
datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi.
Pada tahun akademik 2011/2012 Polban menyelenggarakan pendidikan Akhli
Madya (Diploma 3) sebanyak 18 Program Studi dan pendidikan Sarjana Sains Terapan
(Dipoma 4) sebanyak 14 Program Studi. Dengan jumlah mahasiswa aktif 4475 orang.
Proses penyelenggaraan pendidikan di Polban diampu oleh dosen tetap dengan
kualifikasi pendidikan mulai SI/D4 sampai yang berkualifikasi S3. Adapun jumlah
dosen Polban berdasarkan kualifikasi pendidikan adalah D4 sebanyak 21 orang, S1
Dari penjelasan tersebut maka jumlah polulasi sebesar 492. Adapun Tabulasi
dari rincian tersebut ditunjukkan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Jumlah Populasi Dosen Tetap Politeknik Negeri Bandung
No. Strata Populasi Dosen
1. S1+D4 82+21=103
2. S2+Sp1 353+5=359
3. S3 30
Total 492
Teknik pengambilan sampel ini adalah berdasarkan kelompok yang mewakili
populasi, dan untuk menghitung banyaknya sampel pada penelitian ini dengan
menggunakan rumus Taro Yamane pada Riduwan (2008:44), yaitu:
n
=
N(N� 2+1)
Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumah populasi
d = presisi yang ditetapkan
Dengan menetapkan tingkat presisi sebesar 10%, tingkat kepercayaan 95% dan
jumlah populasi sebanyak 495, maka diperoleh:
n = 492
(492x0,1 2+1)
n = 492
(492x0,01+1)
n = 83,193
C. Definisi Operasional
1. Kualitas kinerja manajemen program pendidikan politeknik (Y)
Ace Suryadi (1993) menjelaskan bahwa "Mutu pendidikan adalah kemampuan
lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk
meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin". Analisis konsep ini
menekankan kepada kinerja lembaga pendidikan, yaitu ada kecenderungan semakin
efektif dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan dan hasil yang dicapai
baik, maka dapat dikatakan pendidikan tersebut memiliki mutu yang baik. Menurut
Tampubolon (1996) perguruan tinggi merupakan lembaga yang melaksanakan usaha
pelayanan atau jasa. Usaha untuk penilaian kinerja perguruan tinggi tersebut
didasarkan pada lima di dimensi manajemen layanan, yaitu manajemen jasa : a)
kurikuler, b) penelitian, c) administrasi, d) kebijakan umum atau kepemimpinan, dan e)
ekstrakurikuler. Pada penelitian ini penulis memodifikasi pembidangan tersebut
menjadi : a) kebijakan umum/kepemimpinan, b) administrasi, c) pendidikan (kurikuler
dan ekstra kurikuler, dan d) penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Keempat
dimensi kajian tersebut pada penelitian ini di operasionalkan menjadi 80 item
kuisioner, yang disusun dengan format skala Linkert, kisaran secara kontinyu
antara 1 sampai dengan 5 jawaban.
2. Kepemimpinan manajerial (X1)
Dalam lingkungan pendidikan, secara spesifik kepemimpinan pendidikan
dimaknai sebagai kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya
tujuan pendidikan. Fungsi kepemimpinan pendidikan di sekolah sebagai
kepemimpinan manajerial adalah pengelola mutu, yang meliputi perencanaan mutu,
pelanggan secara efektif dan efisien . Kajian kepemimpinan manajerial yang
dikembangkan pada penelitian ini terdiri dari lima dimensi, yaitu : a) Kepemimpinan
Pendidikan, b) Kepemimpinan Personal, c) Kepemimpinan Relasional, d) Kepemimpinan
Intelektual, dan e) Kepemimpinan Organisasi. Kelima dimensi kajian tersebut di operasionalkan menjadi 28 item kuisioner, yang disusun dengan format skala
Linkert, kisaran secara kontinyu antara 1 sampai dengan 5 jawaban.
3. Kompetensi dosen (X2)
Penjabaran operasional variabel kompetensi dosen didasarkan pada aturan
yang dikeluarkan oleh Dikti, yakni membagi menjadi empat dimensi kajian, yakni:
a) kompetensi pedagogik, b) kompetensi kepribadian, c) kompetensi kompetensi
sosial, dan d) kompetensi profesional. Keempat dimensi kajian tersebut pada
penelitian ini di operasionalkan menjadi 28 item kuisioner, yang disusun dengan
format skala Linkert, kisaran secara kontinyu antara 1 sampai dengan 5 jawaban.
4. Sumber daya fasilitas pendidikan (X3)
Sumber daya fasilitas pendidikan menurut Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi (SPM-PT : 2010), meliputi dimensi manajemen : a) akademik, b)
kemahasiswaan, c) penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, d) fasilitas dan
infrastuktur, e) sumber daya manusia, g) keuangan, dan f) sistem informasi.
Dalam penelitian ini dimensi sumber daya pendidikan di tetapkan dengan
memilih elemen-elemen yang peneliti anggap “paling penting” dari standar yang
dikeluarkan oleh dikti, yaitu meyangkut : a) fasilitas dan infrastuktur atau sarana
dan prasarana, dan b) sistem informasi, serta di definisikan sebagai : sumber daya
operasionalkan menjadi 35 item kuisioner, yang disusun dengan format skala
Linkert, kisaran secara kontinyu antara 1 sampai dengan 5 jawaban.
D. Prosedur Penelitian
1. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu perangkat yang digunakan untuk
megukur nilai variabel yang diteliti. Menurut Sugiyono(2010:120), langkah
dalam pengembangan instrumen penelitian dimulai dengan menentukan
variabel penelitian yang ditetapkan pada pendefinisian variabel penelitian,
menentukan indikator yang akan diukur, selanjutnya menjabarkan indikator
kedalam butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan
penyusunan instrumen, maka perlu digunakan “matriks pengembangan
instrumen” atau disebut kisi-kisi instrumen. Variabel dan dimensi atau indikator
penelitian yang ditunjukkan pada tabel 3.2.
2. Pengujian instrumen penelitian
Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk
mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Untuk itu instrumen
penelitian sebelum dipergunakan, harus dilakukan proses uji reliabilitas dan
uji validitas untuk setiap item pertanyaan. Pungujian diawali dengan
memberikan uji coba kepada populasi penelitian, kemudian hasil uji coba
dihitung validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Artinya instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang
objek yang sama maka akan menghasilkan data yang sama. Setelah didapatkan
hasil dari perhitungan validitas dan reliabiltas, kemudian item pertanyaan yang
tidak valid direvisi atau diganti untuk digunakan pada penelitian sebenarnya.
Tabel 3.2. Variabel dan Dimensi Penelitian
No Variabel Dimensi Item
3. Pengujian validitas dan reliabilitas
Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap
konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya
diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Riduwan
(2004:109) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang
kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat
ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur
secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan
skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir.
Uji validitas
Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product
Moment adalah :
Rxy = N∑XY− ∑X (∑Y)
{ N∑X2− ∑X 2}{ N∑Y2− ∑Y 2}
dimana:
Rxy = validitas instrumen
∑X = jumlah skor item
∑Y = jumlah skor total N = jumlah responden
Selanjutnya dihitung uji-t dengan rumus:
t
hitung=
r n−2t = nilai thitung
Jika instrumen tersebut valid, maka dilihat kriteria penapsiran mengenai indeks
korelasinya ( r) sebagai berikut:
(a). Uji validitas variabel Kepemimpinan Manajerial (X1)
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Variabel Kepemimpinan Manajerial (X1)
Lanjutan Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas
(b). Uji validitas variabel Kompetensi Dosen (X2)
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Dosen (X2)
Item r hitung r tabel Keterangan Kesimpulan
Lanjutan Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Dosen (X2)
Item r hitung r tabel Keterangan Kesimpulan
p13 0.80 r hitung> r tabel Valid
(c). Uji validitas variabel Sumber Daya Fasilitas Pendidikan (X3)
Tabel 3.5. Hasil Uji Validitas Variabel Sumber Daya Fasilitas Pendidikan (X3)
Lanjutan Tabel 3.5. Hasil Uji Validitas Variabel Sumber Daya Fasilitas Pendidikan (X3)
Item r hitung r tabel Keterangan Kesimpulan
p13 0.74 r hitung> r tabel Valid
p14 87.00 r hitung> r tabel Valid
p15 0.90 r hitung> r tabel Valid
p16 0.65 (n=85, =5%) r hitung> r tabel Valid
p17 0.62 0,213 r hitung> r tabel Valid
p18 0.54 atau r hitung> r tabel Valid
p19 0.58 (n=85, =1%) r hitung> r tabel Valid
p20 0.58 0,276 r hitung> r tabel Valid
p21 0.73 r hitung> r tabel Valid
p22 0.73 r hitung> r tabel Valid
p23 0.63 r hitung> r tabel Valid
p24 0.76 r hitung> r tabel Valid
p25 0.69 r hitung> r tabel Valid
p26 0.63 r hitung> r tabel Valid
p27 0.51 r hitung> r tabel Valid
p28 0.62 r hitung> r tabel Valid
p29 0.41 r hitung> r tabel Valid
p30 0.56 r hitung> r tabel Valid
p31 0.56 r hitung> r tabel Valid
p32 0.71 r hitung> r tabel Valid
p33 0.73 r hitung> r tabel Valid
p34 0.69 r hitung> r tabel Valid
p35 0.61 r hitung> r tabel Valid
Lanjutan 1 tabel 3.6. Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Kinerja Manajemen Program Pendidikan Politeknik (Y)
Lanjutan 2 tabel 3.6. Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Kinerja
Uji reliabilitas digunakan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keajegan
atau keandalan) instrumen penelitian. Riduwan (2004:115), untuk pengujian
reliabilitas digunakan rumus alpha, adapun tahapan yang halus dilakukan adalah:
(1). Menghitung varian skor tiap item :
∑ ��2 = jumlah kuadrat item xi ( ∑ ��)2= jumlan item xi dikuadratkan N = jumlah responden
(2). Mejumlahkan semua varian :
∑Si = S1 + S2 + 31…. + Sn
Dimana :
∑Si = varian semua item
S1, S2, S3…n = varian item ke 1, 2, 3 ….n
(3). Menghitung varian total :
St = ∑ ���−
(∑ �� �)�)
� �
Dimana :
St = varian skor tiap item
∑ ��2 = jumlah kuadrat item xt ( ∑ ��)2= jumlan item xt dikuadratkan N = jumlah responden
(4). Masukan nilai alpha:
r
11 = ( ��−1)(1- ∑ ��
�� )
Dimana :
r
11 = nilai reliabilitas∑ �� = jumlah varian skor tiap item St = varian total
(5). Uji reliabilitas
Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi Pearson Product Moment
dengan teknik belah dua awal-akhir:
rb = �
(∑ )−(∑ ).(∑ ) {� ∑ 2− ∑ 2}−{� ∑ 2−(∑ )2}
Harga rxy atau rb ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes, atau disebut
tawal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan rumus Spearman Brown,
yaitu :
r11
=
2��1+��
Untuk mengetahui signifikansi koefesien korelasi, digunakan tabel
distribusi (Tabel t), untuk α = 0,05 atau =0,01 dengan derajat kebebasan (dk = n
-2). Kemudian membandingkan r11 dengan rtabel, bila memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
Jika : r11 > rtabel , berarti instrumen Reliabel
Jika : r11 < rtabel , berarti instrumen Tidak Reliabel.
(a). Uji reliabilitas variabel Kepemimpinan manajerial (X1)
Tabel 3.7. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepemimpinan Manajerial (X1)
Cronbach's Alpha N of Items
(b). Uji reliabilitas variabel Kompetensi Dosen (X2)
Tabel 3.8. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kompetensi Dosen (X2)
Cronbach's Alpha N of Items
.945 28
(c). Uji reliabilitas variabel Sumber Daya Fasilitas Pendidikan (X3)
Tabel 3.9. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sumber Fasilitas Pendidikan (X3)
Cronbach's Alpha N of Items
.953 28
(d). Uji reliabilitas variabel Kualitas Kinerja Manajemen Program Pendidikan Politeknik (Y)
Tabel 3.10. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kualitas Kinerja Manajemen Program Politeknik (Y)
Cronbach's Alpha N of Items
.982 28
Hasil uji reliabilitas untuk masing-masing variabel : kepemimpinan
manajerial, kompetensi dosen, sumber daya fasilitas pendidikan dan kualitas
kinerja manajemen program pendidikan politeknik seperti ditunjukkan pada tabel
0,982. Nilai-nilai tersebut lebih besar dari 0,6 , berarti semua variabel tersebut
memenuhi kriteria reliabilitas.
E. Analisis Data
Analisis data adalah proses pengolahan data untuk mengambil atau
menentukan kesimpulan-kesimpulan dari data yang sudah dikumpulkan, dengan
demikian nantinya dapat diketahui hasil dari penelitian. Proses pengolahan data
seperti telah dilakukan pada pengujian validitas dan reliabilitas variabel, yakni
menggunakan alat bantu berupa komputer mikro dan perangkat lunak Statistical
Product and Service Solution (SPSS) versi 20 dan Microsoft Exel 2007. Adapun
prosedur pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: 1)
menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, 2) menentukan bobot nilai untuk
setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel dengan menggunakan skala
penilaian yang telah ditentukan, kemudian ditentukan skornya, 3) menganalisis
secara deskriptif, untuk mengetahui karakteristik data. Dari analisis ini akan
diketahui rata-rata, nilai tengah atau median, deviasi standar dan varian dari
masing-masing variabel.
Penentuan korelasi menggunakan rumus Pearson Product Moment, dimana
korelasi diberi lambang r. Nilai r berada pada minus satu sampai dengan satu (-1
≤ r ≤ 1). Bila nilai r = -1, bertarti korelasi negatif sempurna, bila r = 0 berarti tidak
ada korelasi, serta bia r = 1 , berarti korelasinya sempurna atau kuat. Definisi atau
Tabel 3.11. Interpretasi Koefesien Korelasi
Interval Koefesien Tingkat Hubungan
0,800 - 1,000 Sangat Kuat (SK)
0,600 - 0,799 Kuat (K)
0,400 – 0,599 Cukup Kuat (CK)
0,200 - 0,399 Rendah (R)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kepemimpinan manajerial berkontribusi signifikan terhadap kualitas kinerja
manajemen program pendidikan politeknik, telah dapat dibuktikan dan hasil
penelitian ini telah dapat menjawab hipotesis yang diajukan.
2. Kompetensi dosen berkontribusi signifikan terhadap kualitas kinerja manajemen
program pendidikan politeknik, telah dapat dibuktikan dan hasil penelitian ini telah
dapat menjawab hipotesis yang diajukan.
3. Sumber daya fasilitas pendidikan berkontribusi signifikan terhadap kualitas kinerja
manajemen program pendidikan politeknik, telah dapat dibuktikan dan hasil
penelitian ini telah dapat menjawab hipotesis yang diajukan.
4. Kepemimpinan manajerial, kompetensi dosen, dan sumber daya fasilitas pendidikan
secara simultan berkontribusi secara signifikan terhadap kualitas kinerja manajemen
program pendidikan politeknik, telah dapat dibuktikan dan hasil penelitian ini telah
dapat menjawab hipotesis yang diajukan.
5. Sesuai dengan hasil pada butir empat, dimana kepemimpinan manajerial,
kompetensi dosen, dan sumber daya fasilitas pendidikan berkontribusi signifikan
terhadap kualitas kinerja manajemen program pendidikan politeknik, tetapi masih
terdapat residu sebesar 34,6%. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat variabel
6. Terdapat korelasi yang signifikan antar variabel kepemimpinan manajerial,
kompetensi dosen, dan sumber daya fasilitas pendidikan. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian mempunyai keterkaitan
antara satu dengan yang lainnya.
7. Nilai hasil perhitungan koefisien jalur masing-masing variabel terhadap kualitas
kinerja manajemen program pendidikan politeknik, urutan pertama adalah sumber
daya fasilitas pendidikan, kedua adalah kompetensi dosen, dan ketiga adalah
kepemimpinan manajerial.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, bahwa
variabel penelitian kepemimpinan manajerial, kompetensi dosen, dan sumber daya
fasilitas pendidikan telah terbukti berkontribusi secara signifikan terhadap variabel
kualitas kinerja manajemen program pendidikan politeknik. Oleh sebab itu peneliti
mengajukan beberapa rekomendasi antara lain:
1. Untuk Pihak Internal
Berdasarkan hasil penelitian, maka bagi pihak internal diperlukan usaha-usaha
pengembangan kualitas kinerja kualitas kinerja manajemen program pendidikan
politeknik secara komprehensif, teratur dan berkesinambungan. Usaha-usaha yang perlu
dilakukan antara lain:
a). Melakukan pelatihan, workshop, seminar atau upaya lain yang menyangkut
pengembangan kualitas kepemimpinan manajerial di politeknik.
c). Masih diperlukan peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia,
khususnya dosen, dengan berbagai usaha, seperti melaksanakan pelatihan-pelatihan
dan atau melalui pendidikan formal berupa studi lanjut pada jenjang yang lebih
tinggi.
d). Pengelolaan sumber daya fasilitas pendidikan, mulai dari perencanaan, pengadaan,
penggunaan, pemeliharaan dan perbaikan, hingga penggatian dengan perangkat
baru, harus diakukan dengan lebih terencana dan komprehensif. Hal ini guna
mendukung usaha pengembangan dan peningkatan kualitas kinerja manajemen
program pendidikan politeknik.
2. Untuk Pihak Eksternal
Berdasarkan hasil penelitian, maka bagi para pemangku kepentingan (termasuk
DIKTI), bila ingin meningkatkan kualitas kinerja manajemen program pendidikan
politeknik diperlukan berbagai langkah kongkrit, upaya peningkatan kualitas kinerja
yang secara langsug maupun tidak langsung mempengaruhi peningkatan kualitas kinerja
manajemen program pendidikan politeknik, antara lain:
a). Menerbitkan standar dan aturan yang secara langsung terkait dengan usaha
peningkatan kualitas kinerja politeknik, juga disesuaikan dengan jenis pendidikan
yang diselengarakan oleh lembaga politeknik. Hal ini sangat diperlukan mengingat
politeknik berupa pendidikan vokasi, jadi berbeda dengan jenis pendidikan pada
perguruan tinggi lain. Di politeknik koposisi mata kuliah teori dengan praktik
berkisar antara 50% teori dan 50% praktik, pola operasional pendidikannnya lebih
banyak belajar di kelas atau laboratorium, sehingga diperlukan aturan atau standar
dilaksanakan dengan sistem paket, jadi begitu harus menerapkan sistem kredit
semester (SKS), terjadi hambatan dalam operasionalnya. Misal seorang dosen yang
mengajar kuliah praktikum tertentu yang dilaksanakan dengan periode 6 jam di lab,
maka selama ini perhitungan sks-nya hanya sebesar 2, berarti untuk mendapatkan
bobot 10 sks, diperlukan mengajar sebanyak (10/2)x6 jam = 30 jam. Dampak dari
keadaan ini, seorang dosen di politeknik sulit melakukan aktifitas tridarma
perguruan tinggi yang lainnya, seperti penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, serta kesulitan melaksanakan program-program peningkatan diri yang
lainnya, karena waktunya habis dipakai mengajar di laboratorium.
b). Kontribusi sumber pendidikan terhadap kualitas kinerja politeknik pada penelitian
ini mempunyai nilai yang paling tinggi. Ini menunjukkan bahwa kualitas kinerja
politeknik sangat ditentukan oleh sumber daya pendidikan. Oleh karena itu bagi para
pemangku kepentingan harus mendukung secara penuh terhadap keberadaan,
pengadaan dan pengawasan sumber daya pendidikan. Kualitas dan kuantitas sumber
daya pendidikan tentunya akan berpengaruh secara lagsung, terhadap kualitas
kinerja politeknik. Hal yang paling pokok yang berkaitan dengan sumber daya
pendidikan adalah anggaran, jadi para pemangku kepentingan harus mengupayakan
untuk membantu dalam penyediaan anggaran yang proporsional, guna peningkatan
kualitas kinerja manajemen program pendidikan politeknik.
c). Memberi dukungan kongkrit terhadap usaha-usaha peningkatan kualitas kinerja
pendidikan politeknik, seperti membuka jalan untuk kerja sama dengan berbagai
3. Untuk Penelitian Selanjutnya
Dari hasil penelitian menujukkan bahwa selain variabel kepemimpinan
manajerial, kompetensi dosen, dan sumber daya fasilitas pendidikan yang berkontribusi
terhadap kualitas kinerja manajemen program pendidikan politeknik, masih ada variabel
yang harus disertakan, seperti variabel iklim organisasi, budaya kualitas dan lain-lain,
agar penelitian lebih lengkap. Hal lain, misalnya masih perlu juga dilakukan penelitian
dengan menggunakan metode kualitatif untuk mengungkap karakteristik kepemimpinan,
Yusuf Sofyan
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, 2009. Strategic Management for Educational Management (Manajemen Stratejik Untuk Pendidikan). Bandung : Penerbit Alfabeta
Argyris, Chris. 1992. On Organizational Learning (2nd edition). Oxford, UK : Blackwell
Ariatmi, Siti Zuhriah dan Andi Haris Prabawa. 2002. Paradigma Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi Tahun 2000. Surakarta : Penerbit Universitas Muhammadiyah Surakarta
Asosiasi Karyawan Pendidikan Nasional. 2002. Direktori Perguruan Tinggi Swasta Jawa Barat dan Banten. Jawa Barat : Asokadikna
Atmadilaga, Didi. 1997. Panduan Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung : Pionir Jaya Atmosudirdjo, Prajudi. 1982. Administrasi dan Management Umum. Jakarta :
Ghalia Indonesia
Aziz Abdul Wahab 2011, Anatomi Organisasi dan Kepemipinan Pendidikan, Bandung : Alfabeta
Beckef, Gary S. ----. Human Capital : A Theoretical and Empirical Analysis with Special Reference to Education. Chicago and London : The University of Chicago Press
Becker, Brian E. dkk. 2001. The HR Scorecard : Linking People, Strategy, and Performance. USA : Harvard Business School Press
Berk, Susan dan Joseph.1995. Total Quality Management : Implementing Continuous Improvement. Malaysia : S. Abdul Majeed & Co.
Budiono Bambang. 2005. Filosopi Pendidikan Politeknik. Makalah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Byram, Harold M. dan Ralph C. Wenrich. 1956. Vocational Education and Practical Arts in the Community School. New York : The Macmillan Company
Cartin, T.J. 1999. Principles and Practices of Organizational Performance Excellence. Milwaukee, Wisconsin : ASQ Quality Press
Cohn, Elchanan. 1979. The Economics of Education. USA : Ballinger Publishing Company
Danim Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan :Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Penerbit Pustaka Setia Bandung