Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN ATLET ANGGAR SEBELUM MENGHADAPI
PERTANDINGAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Kepelatihan Olahraga
Oleh: Wisnu Haruman
0807684
JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN
WISNU HARUMAN 0807684
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN ATLET ANGGAR SEBELUM MENGHADAPI
PERTANDINGAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Komarudin, M. Pd NIP. 197204031999031003
Pembimbing II
Drs. Hadi Sartono, M. Pd NIP. 19600113198703102
Mengetahui
Jurusan Pendidikan Kepelatihan
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Ketua.
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN ATLET ANGGAR SEBELUM MENGHADAPI
PERTANDINGAN
Oleh Wisnu Haruman
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salahsatu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga
© Wisnu Haruman 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN ATLET SEBELUM MENGHADAPI
PERTANDINGAN
Pembimbing I : Dr. Komarudin, M.Pd. Pembimbing II : Drs. Hadi Sartono M.Pd
Wisnu Haruman* 0807684
Penelitian ini membahas menggenai pengaruh terapi musik klasik terdapat penurunan kecemasan atlet anggar sebelum menghadapi pertandingan. Penelitian ini bertujuan untuk menggetahui tingkat signifikansi pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan kecemasan atlet sebelum manghadapi pertandingan. Untuk mengetahui tingkat signifikan, maka dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen dengan sampel atlet UKM anggar UPI sebayak 16 orang dengan menggunakan instrumen berupa angket. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh informasi bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terapi musik klasik terhadap penurunan kecamasan atlet sebelum menghadapi pertandingan. Terapi musik klasik memberikan penurunan kecemasan sebesar 37,05%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis memberikan saran bawah terapi musik kalsik perlu diberikan kepada atlet sebelum pertandingan, karena terapi musik klasik dapat menurunkan kecemasan atlet sebelum menghadapi pertandingan. Dampak positif terhadap diri atlet akan menjadi meningkat.
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
C.Tujuan Penelitian... 4
D.Manfaat Penelitian... 4
E. Anggapan Dasar ... 5
F. Hipotesis Penelitian ... G.Lokasi dan Sampel Penelitian ... 6 7 BAB II TINJAUAN TEORITIS A.Kosep Dasar Terapi Musik ... 8
1. Pengertian Terapi Musik ... 8
2. Sejarah Terapi Musik ... 8
3. Jenis-Jenis Musik Dan Manfaat Musik ... 9
4. Manfaat Terapi Musik ... 11
5. Pengaruh tindakan terapis kepada terapi ...
6. Stategi Terapi Musik ... 12
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
B.Fokus Terapi Musik Klasik ... 14
1. Pengertian Musik Klasik ... 15
2. Manfaat Musik Klasik ... 15
3. Jenis-Jenis Psikoterapi ... 4. Pengunaan Musik Dalam Terapi ... 16 17 C.Kecemasan ... 19
1. Pengertian Kecemasan ... 19
2. Gejala kecemasan ... 20
3. Faktor Yang Menyebabkan Kecemasan ... 21
4. Jenis-Jenis Kecemasan ... D. Profil Anggar dan cara Permainan ... E. Pengaruh Kecemasan, Pertandingan dan Terapi Musik klasik ...
B.Lokasi, Populasi Sampel ...
1. Lokasi ...
F. Uji Validitas Dan Realibilitas ...
1. Validitas ...
2. Realibilitas ...
G.Pelaksanaan Pengumpulan Data ...
1. Prosedur Pengumpulan Data ...
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3. Menguji Normalitas Data Dengan Menggunakan Uji
Kenormalan Liliefors ...
4. Menghitung Uji-t ... 42
43
BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
A.Hasil Pengolahan Dan Analisis Data ... 44
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL Tabel
3.1. Kisi-Kisi Angket Kecemasan Atlet Anggar ... 34
3.2. Pola Penskoran Alat Pengumpulan Data ... 36
3.3. Hasil Uji Validitas Butir Angket Penurunan Kecemasan ... 38
3.4. Hasil Uji Relibilitas Angket Penurunan Kecemasan ...
3.5 Kretiria frekuensi Presentase ...
4.1. Perbandingan Gejala Fisik Sebelum dan Sesudah ...
4.2. Perbandingan Gejala Psikis Sebelum dan Sesudah ...
4.3. Perbandingan Kecemasan Sebelum dan Sesudah ... 41
42
45
48
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR BAGAN Bagan
2.1. Proses Terjadinya Anxiety dan Ketegangan ...
2.2. Pengaruah Anxiety Terhadap Sterss/Kecemasan Pada Prestasi ... 22
25
2.3. Hubungan antara Kecemasan dengan Pertandingan ... 26
3.1. Desain Penelitian ... 31
3.2. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan kecemasan ... 32
4.1. U-terbalik ... 57
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR DIAGRAM Diagram
4.1. Gejala Kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) ...
4.2. Gejala Somatik/Fisik (sensorik) ...
46
46
4.3. Gejala Otonom ...
4.4. Perasaan Cemas (ansietas) ...
4.5. Ketegangan ...
4.6. Ketakutan ...
4.7. Perasaan Depresi (murung) ...
4.8. Gangguan Kecerdasaan ...
4.9. Gejala Grasrointestital (pencernaan) ...
4.10. Tingkah laku (sikap) ... 47
50
50
51
52
52
53
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GRAFIK Grafik
4.1. Gejala Fisik Sebelum dan Sesudah ... 44
4.2. Gejala Psikis Sebelum dan Sesudah ... 48
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Olahraga anggar dapat diartikan sebagai permainan bela diri yang
menggunakan pedang. Menurut IKASI (2002: 1). Anggar dapat diartikan
sebagai permainan beladiri yang menggunakan pedang. Menurut Cheri (2002: 1)
“Sebelum adanya bentuk Anggar seperti sekarang, pedang digunakan pada masa Persia, Yunani, Romawi dan Babilonia. Relief yang terdapat di candi Luxor di
Mesir menggambarkan adegan pertandingan anggar sekitar abad 119 sebelum
Masehi, menggunakan pedang sebagai alat.” Saat itu, permainan pedang juga
sudah menggunakan pelindung muka juga pelindung pada ujung pedang agar
tidak mencelakakan orang. Disamping itu, ada seorang yang bertugas mencatat
hasil pertandingan yang digambarkan dengan indahnya dalam relief tersebut.
Anggar masuk ke Indonesia pada zaman Belanda, para tentara Kerajaan
Belanda membawa serta olahraga anggar masuk ke Indonesia. Pada saat itu
terdapat dua macam tujuan permainan anggar, nyaitu untuk berkelahi dan
olahraga. Kemampuan bermain anggar untuk berkelahi diwajibkan bagi setiap
tentara Hindia Belanda (KNIL) dengan menggunakan kelewang (pedang) atau
sangkur. Sedangkan, permainan anggar untuk olahraga dipersilakan bagi para
bintara, perwira, serta mahasiswa.
Olahraga anggar merupakan suatu olahraga bela diri yang bersifat
perorangan atau individu. Permainan anggar bersifat menyerang dan bertahan
dari serangan lawan main, pada saat pertarungan (sparring), sehingga
dibutuhkan penguasaan reaksi emosi untuk selalu dapat berkonsentrasi dengan
baik selama pertandingan supaya mendapatkan perpormance yang baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi penampilan yang baik adalah faktor psikologis.
Pengaruh faktor psikis pada atlet anggar biasanya bisa tidak langsung atau
non teknis misalnya, sepatu, baju anggar dan senjata yang tidak nyaman pada
saat pertandingan, hal tersebut akan mempengaruhi penampilannya. Adapun
2
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
penampilan yang baik untuk mencapai gelar juara pada saat bertanding oleh
seorang pelatih sehingga menjadikan ketegangan emosi atau kecemasan yang
berlebih pada atlet anggar.
Kecemasan ini akan menyertai disetiap kehidupan manusia terutama bila
dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik. Sebenarnya
kecemasan merupakan suatu kondisi yang pernah dialami oleh hampir semua
orang, hanya tarafnya saja yang berbeda-beda. Menurut Richard Streers &
Stewart Black 1994 dalam Ibrahim dan Komarudin (2008: 243). “Kecemasan
adalah suatu perasaan tidak mampu menghadapi suatu bahaya yang mengancam.
Jadi, rasa cemas atau khawatir akan muncul ketika seseorang tidak memiliki
respons yang sesuai untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.”
Kecemasan yang dirasakan seseorang dapat dibedakan menjadi ke dalam
dua jenis kecemasan. Pertama, “State Anxiety” ialah kecemasan yang dirasakan seseorang dalam waktu tertentu, dan lebih bersifat sementara. Kedua, “Trait Anxiety” ialah sifat pencemas yang melekat dalam kepribadian seseorang.
Kondisi emosi seperti cemas adalah sesuatu yang wajar muncul. Bahkan
dalam situasi-situasi tertentu, kondisi ini dibutuhkan agar membangkitkan
gugahan emosi dalam bentuk kegairahan untuk melakukan sesuatu dalam
berkompetisi, meskipun dibayang-bayangi oleh kekuatan akan gagal. Jika
seorang atlet pada dasarnya memiliki trait anxiety, maka manifestasi
kecemasannya akan selalu berlebihan dan mendominasi aspek psikhisnya. Hal
ini merupakan kendala yang serius bagi atlet tersebut untuk dapat berpenampilan
baik.
Masalah kecemasan ini bukan tidak mungkin untuk diatasi, sebenarnya
banyak cara yang bisa dilakukan. Tiap orang mempunyai caranya sendiri untuk
mengatasi kecemasan salah satunya dengan kebiasaan-kebisasan yang dilakunan
atlet itu sendiri misalnya berbincang-bincang, makan coklat, makan permen dan
mendengarkan musik.
Menurut Djohan (2005: 23) “Musik secara psikologis penentuan aktifitas
musik termasuk persepsi dan kognisi ditanggapi secara apriori walapun prilaku
3
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
penelitian ilmiah. Menurut Lane (2007: 112) dikatakan bahwa “... psychological effects entail the impact music has on mood, emotion, affect ( feelings of pleasure/displeasure), cognitive (thought processes) and behavior.” Efek psikologis memerlukan musik dampak pada suasana hati, emosi, mempengaruhi
(perasaan senang/ ketidak senangan), kognitif (proses berpikir) dan perilaku.
Musik telah terbukti dapat mengurangi kecemasan dan stres. Menurut Aizid
(2011: 99) “Seseorang yang sering mendengarkan musik, khususnya musik
klasik atau musik-musik yang menenangkan jiwa, maka kemungkinan untuk
mengalami stres dan kecemasan sangat kecil.” Menurut Djohan (2005: 223)
“Penggunaan musik sebagai peralatan terapis untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi. Kemampuan nonverbal,
kreativitas dan rasa alamiah dari musik menjadi fasilitator untuk hubungan,
ekspresi diri, komunikasi, dan pertumbuhan.”
Menurut Milyartini dalam Aizid (2011: 99) berdasarkan hasil penelitian bahwa:
Musik dapat meningkatkan kreativitas, membangun kepercayaan diri, mengembangkan keterampilan sosial, dan meningkatkan keterampilan motorik, persepsi, serta perkembangan psikomotorik musik juga bisa dijadikan terapi untuk berbagai kebutuhan, seperti pengganti obat depresan bagi mereka yang akan menghadapi meja operasi di rumah sakit.
Musik menurut Aizid (2001: 102) “Musik diyakini dapat digunakan untuk
relaksasi, meringankan stres, dan mengurangi kecemasan karena musik
merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terorgaisasi, yang terdiri atas
melodi, ritme, harmoni, bentuk, dan gaya.” Menurut Campbell dalam Hermaya
(2002: 97) “... ada salah satu cara dalam mengurangi kecemasan, salah satunya
dengan mendengarkan musik Mozart/musik klasik. Musik klasik adalah musik
yang mampu memperbaiki konsentrasi, ingatan dan persepsi social.”
Berdasarkan uraian di atas peneliti menganggap penting untuk diangkat
dalam bentuk penelitian, khususnya penelitian mengenai terapi musik klasik
terhadap penurunan kecemasan atlet sebelum bertandingan. Oleh sebab itu,
peneliti berkeinginan untuk membuat penelitian tentang terapi musik terhadap
penurunan kecemasan, dan mengambil judul. Pengaruh terapi musik terahadap
4
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu B. Rumusan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut : “Apakah terapi musik klasik memberi pengaruh yang
signifikan terhadap penurunan kecemasan atlet anggar sebelum bertandingan.”
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh terapi musik
klasik terhadap penurunan kecemasan atlet anggar sebelum pertandingan.
D.Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis paparkan, maka penelitian ini
diharapkan bermanfaat bagi seluruh mahasiswa Fakultas Pendidikan Olahraga
dan Kesehatan (FPOK), atlet UKM anggar UPI dan atlet Jawa Barat, para
pelatih dan insan olahraga dan pihak lain yang berkepentingan dalam bidang
olahraga anggar.
1. Secara Teoritis
a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi ilmuwan
psikologi dan pelatih sehingga dapat mengembangkan ilmu psikologi
khususnya yang berkaitan dengan pengaruh terapi musik klasik terhadap
penurunan kecemasan.
b. Untuk memperoleh pemahaman dan gambaran secara teoritis mengenai
pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan kecemasan atlet sebelum
Pertandingan.
2. Secara Praktis
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan atau acuan bagi para
pelatih, atlet dan insan olahraga khususnya untuk penurunan tingkat
kecemasan dengan terapi musik klasik dalam proses pembinaan yang
dijalankan.
b. Dapat memberikan sumbangan dalam upanya meningkatkan kualitas dan
5
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
olahraga dan atlet dalam proses latihan terutama untuk penurunan
kecemasan atlet dengan terapi musik klasik.
E. Anggapan Dasar
Dalam melaksanakan suatu penelitian, anggapan dasar merupakan suatu
asumsi yang menjadi tumpuan segala pandangan kegiatan terhadap masalah
yang diteliti. Arikunto (2010: 65) “Anggapan dasar adalah suatu gagasan tentang
letak persoalan atau permasalahan dalam hubunganya yang lebih luas.”
Dalam penelitian ini anggapan dasar yang diajukan adalah sebagai berikut:
Kecamasan bagi atlet dalam bertanding itu hal bisa dan lumrah karena
acaman bahaya yang tidak jelas bagi atlet dalam dirinya dan setiap orang
mengalaminya, kecemasan berpengaruh terhadap perilaku dan penampilan atlet
sebelum bertanding seperti dikemukakan oleh Mun & Frenalt, 1969; Holme,
1972; Bernard,1972, Levitt, 1980 dalam Husdarta (2010: 73) “Kecemasan dapat
didefinisikan sebagai salah satu perasaan sebjktif terhadap salah satu yang
ditandai oleh kehawatiran, ketakutan, ketegangan, dan meningkatnya kegairahan
secara fisiologik.” Adapun terapi menurut Djohar (2005: 223) dalam psikologi
musik:
Terapi pada umunya untuk menanggulangi sesorang dalam bentuk hal apapun agar menjadi lebih baik, seperti penyakit ataupun kecemasan dan terapi yang tepat untuk kecemasan sendiri ialah Terapi musik adalah penggunaan musik sebagai peralatan terapis untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi. Kemampuan nonverbal, kreativitas dan rasa alamiah dari musik menjadi fasilitator untuk hubungan, ekspresi diri, komunikasi, dan pertumbuhan.
Musik pada umumnya setiap orang menyukai musik tergantung kepada
individu seseorang musik apa yang disukai, karena bayak jenis dan aliran musik
itu sendiri, musik adalah produk pikiran, seperti dikemukakan Parker, 1990
dalam Djohar (2005: 24).
6
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Elemen vibrasi (fisika dan kosmos) atas frekuensi, bentuk, ampitudo, dan durasi belum jadi musik bagi masusia sampai semua itu ditranformasi secara neurologis dan diinterperstasikan melalui otak menjadi: pitch, warna suara, keras lembut dan waktu (dalam krangka total). Tranformasi kedalam musik dan respon manusia (perilaku) adalah unik untuk dirasa (afeksi) kerena otak manusia (kognisi) berkembang dengan amat pesat sebagai akibat pengalaman musikal.
Menurtut Campbell dalam Hermaya (2002: 97) “Musik klasik pada dasarnya
musik yang dimainkan dengan not-not rendah yang enak untuk di dengarkan.
Musik klasik seperti Haydn dan Mozart memiliki kejernihan dan keanggunan dan
kebeningan. Musik ini memperbaiki konsentrasi ingatan dan persepsi spesial.”
Musik dikatakan Djohan (2005: 26) “Hubungan (interaksi) antara konsep
psikologi dan musik juga ditunjukan olah tumbuh kembang disiplin terapi musik
dalam kontek pentingnya pengalaman musikal bagi kehidupan manusia.” Seperti
yang dikemukakan Adisasmito (2007: 64) “Bahwa melalui musik yang
menjadikan kegemaran atlet yang sedang mengalami ketegangan atau
kecemasan.” Dalam jurnal Karageorghis dan Terry (1997) Music in sport and exercise: Theory and practice. The Sport. Menyatakan ”In the hotbed of competition, where athletes are often very closely matched in ability, music has the potential to elicit a small but significant effect on performance.” Dalam ajang kompetisi, dimana atlet seringkali sangat erat cocok dalam kemampuan, musik
memiliki potensi untuk menimbulkan efek yang kecil tapi signifikan terhadap
kinerja.
Menurut Campbell dalam Hermaya (2002: 17) “Berdasarkan penelitian
mengurangi stres ataupun kecemasan bisa dengan terapi musik dan
kemungkinan bisa juga menguranggi kecemasan atlet anggar sebelum
menghadapi pertandingan. Pemberian musik mozart hanya belasan menit.”
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesa merupakan suatu jawaban sementara yang perlu diuji
kebenarannya Arikunto (2010: 110) bahwa: “Hipotesis adalah suatu jawaban
yang sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data
7
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
sebagai berikut: “Terdapat pengaruh yang signifikan terapi musik klasik
terhadap penurunan kecemasan atlet anggar sebelum pertandingan.”
G. Lokasi dan Sampel Penelitian
Dalam suatu penelitian dibutuhkan adanya sumber data penelitian. Sumber
data tersebut diperoleh dari lokasi dan sampel penelitian, berikut ini adalah
lokasi dan sampel dalam penelitian ini.
1. Lokasi
Lokasi penelitian digedung GOR trilomba juang dan Sport Hall, UKM atlet anggar UPI Bandung dan atlet Jawa Barat.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populusi tersebut. Menurut (Sugiyono, 2011: 81). Menurut Arikunto (2010:
183) “Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas
strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.”
Menurut Sugiyono (2011: 91) “Mengatakan bahwa batas sampel untuk quasi eksperimen sederhana antara 10-20 orang.” Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah atlet Jawa Barat yang tergabung dalam UKM anggar
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai
tujuan penelitian yang tepat dalam melakukan proses penelitian. Tujuan penelitian
adalah untuk menggungkap, menggambarkan dan menyimpulkan hasil pemecahan
masalah melalui cara tertentu sesaui prosedur jenis penelitian. Sesuai maksud dan
tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap
penurunan kecemasan atlet sebelum bertandingan. Menurut Arikunto (2010: 123) “Maka metode yang digunkan oleh penulisan adalah metode Pre Eksperimen. karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang
dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu.”
Pelaksanaan metode Pre Eksperimen ini belum memenuhi persyaratan yang sungguh-sungguh seperti eksperimen umumnya yang dapat dilakukan ilmiah
mengikuti peraturan-peraturan tertentu yang dianggap belum baik seperti eksperimen
sebenarnya seperti True eksperimen.
B. Lokas, Populasi dan Sampel 1. Lokasi
Lokasi penelitian tanggal 1-2 Juni 2013 digedung GOR Trilomba Juang dan Sport Hall, UKM atlet anggar UPI Bandung dan atlet Jawa Barat.
2. Populasi
Dalam suatu penelitian yang dilaksanakan oleh seorang peneliti terlebih dahulu
perlu menetukan populasi sebagai sumber data untuk keperluan penelitian. Menurut
Sugiono (2011: 61) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tentu ditetapkan oleh
30
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
UKM anggar merupakan salah satu cabang olahraga dari semua cabang
olahraga yang ada di UPI yang mempunyai anggota dari univeritas baik di luar
universitas yang mengikuti UKM anggar tersebut. Beberapa diantaranya adalah
atlet pelatnas atau pengcab Jawa Barat, pada penelitian ini hanya pada aspek
psikologis saja atlet yang mengalami kecemasan, dan kecemasan ini diraskan oleh
setiap individu yang akan melakukan pertandingan.
3. Sampel
Pengambilan sampel dalam suatu penelitian dikarena adanya batasan-batasan
penelitian dalam poses terjadinya penelitian yang akan dilakukan. Menurut Sugiono
(2011: 81) menyatakan bahwa.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila penelitian besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka penelitian menggunakan sampel yang diambil dari populasi.
Dalam penelitian penulis mengambil sampel diambil dengan cara purposive sampling. Menurut Sugiono (2011: 30) “Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.” Pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengambil sampel adalah sampel yang
digunakan merupakan atlet anggar yang telah mengikuti beberapa kejuaraan dan
memiliki pengalaman bertanding baik daerah maupun nasional.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling dengan pertimbangan atlet menjadi sampel adalah yang sering mengikuti
pertandingan anggar ditingkat Jawa Barat maupun tingkat nasional. Dalam hal ini
penulis mengambil sampel 10-20 atlet UKM anggar UPI dan atlet Jawa Barat.
Peneliti menyimpulkan atlet UKM UPI dan atlet Jawa Barat yang menjadi
sampel 16 orang, dan di Treatment dengan menggunakan kombinasi musik klasik
Albatross dan Symponi No 4 Mozart selama 10:31 menit dengan 16 kali pertemuan
31
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
C. Desain Penalitian
Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan suatu rencana untuk
menunjang tercapainya tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti. Dalam penelitian ini
diperlukan suatu desain penelitian, mengenai desain penelitian. Sukmadinata (2008:
287) menyatakan bahwa:
Tiap peneliti harus direncanakan. Untuk ini diperlukan suatu desain penelitian. Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan peneliti.
Lebih jelas lagi Sugiyono (2011: 42) menyatakan: “. . . paradigma penelitian diartikan sebagai pola pikir yang menunjukan antara variabel yang akan diteliti
sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab
melalui penelitian.” Adapun sesuai penelitian yang disusun oleh penulis seperti yang di Bagan 3.1.
r
Bagan 3.1.
Desain Penelitian
(Sugiono, 2011:42)
X = Kecemasan sebelum treatment terapi musik klasik
Y = Kecemasan sesudah treatment terapi musik klasik
r = Terapi musik klasik (treatment)
32
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Desain penelitian yang digunakan dalam langkah pengumpulan data Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Desain penelitian
Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan kecemasan Sampel
Treatment/ Terapi
Musik Klasik
Penurunan
Kecemasan
Sebelum Terapi
Musik Klasik
Angket
Analisis dan
Pengolahan data
Penurunan
Kecemasan
Setelah Terapi
Musik Klasik Populasi
33
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
D. Instrumen Penelitian
Melakukan pengumpulan data-data yang diperlukan penulisan mengunakan alat pengukar atau media pengumpulan data, instumen penelitian. Menurut Arikunto
(2006: 219) “Suatu alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data.” Sedangkan menurut Sigiyono (2011: 102) “Instumen penelitian adalah suatu alat ukar yang digunakan untuk mengukur penomena alam maupun sosial yang diamati.” Menurut Hawari (2006: 78) “Berkaitan dengan penelitian ini maka instumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A).” (dimodifikasi).
1. Angket
Sehubungan dengan angket ataupun kuesioner dijelaskan oleh Sugiyono
(2011: 142) sebagai berikut: “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.” Kuesioner atau angket digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran apakah terapi musik klasik
bisa menurunkan kecemasan atlet sebelum melakukan pertandingan.
Angket dalam penelitian ini terdiri dari komponen atau variabel, jenis,
indikator-indikator baik pertanyaan maupun pernyataan. Butir–butir pertanyaan ataupun pernyataan itu merupakan gambaran tentang tingkat kecemasan atlet
sebelum melakukan pertandingan. Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian
ini adalah angket tertutup.
a. Menyusun Kisi-Kisi Angket
Untuk memudahkan dalam penyusunan butir-butir pertanyaan dan
pernyataan angket setra alternatif jawaban yang tersedia, peneliti membuat
kisi-kisi. Kisi-kisi angket penelitian ini didasarkan pada Arikunto (2006: 12) sebagai
berikut:
1. Penelitian memberikan gambaran yang jelas dan lengkap tentang jenis
34
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2. Penelitian akan mendapatkan kemudahan akan dapat menyusun instrumen
karena kisi-kisi ini berfungsi sebagai pedoman dalam menulis butir-butir
soal.
3. Instumen yang disusun akan lengkap dan sistematis karena ketika menyusun
kisi-kisi penelitian belum dituntut untuk memikitkan rumusan
butir-butirannya.
4. Kisi-kisi berfungsi sebagai “peta perjalanan” dari aspek yang akan dikumpulkan datanya, dari mana data diambil, dan dengan apa pula data
tersebut dambil.
5. Dengan adanya kisi-kisi yang mantap peneliti dapat menyerahkan tugas
dengan anggota tim yang menyusun atau membagi tugas dengan anggota
tim ketika menyusun instumen.
6. Validitas dan rebilitas instumen dapat diperolah dan diketahui pihak-pihak
luar tim peneliti sehingga pertanggung jawaban peneliti lebih tajam.
Indikator gejala kecemasan modifikasi dari instrumen (Hawari, 2006: 80-83)
untuk Atlet Anggar dilihat Tabel 3.1.
Tabel 3.1.
Kisi-Kisi Angket Kecemasan Atlet Anggar Terapi Musik
Variabel Sub Variabel Indikator No Soal
Kecemasan
(Anxiety)
Gejala Fisik 1. Gejala
kardiovaskuler
(jantung dan
pembuluh darah)
1,4
2. Gejala somatik/fisik
(sensotik)
7,13,24
35
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Gejala Psikis 1. Gejala perasaan
cemas (ansietas)
11,16,19,35
2. Ketegangan 6,8,23,27,32,34
3. Ketakutan 5,18,26,30
4. Perasaan depresi
(murung)
3,9,14,21,28,31,33
5. Gangguan
kecerdasan
25,29
6. Gejala
Grasrointestital
(pencernaan)
20,15
7. Tingkah Laku
(sikap)
10,12,22
Indikator-Indikator yang telah dirumuskan kedalam kisi-kisi tersebut diatas
selanjutnya di jadikan bahan penyusunan butir-butir pertanyaan atau soal dalam
angket. Butir-butir pertanyaan atau soal tersebut dibuat dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan dengan kemungkinan jawaban yang tersedia. Menggenai alternatif
jawaban dalam angket, penulis menggunakan skala sikap yakin skala Likert. Sigiyono (2009:93) “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial”. Responden diminta untuk memilih salah satu respon yang sesuai dengan dirinya terhadap suatu
pertanyaan dari 4 kategori jawaban, Sangat Sesuai (SS), Sering (S), Sesuai (K),
Kadang-Kadang (TS), Tidak Sesuai. Pola Penskoran Alat Pengumpulan Data
36
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2.
Tabel Penskoran Alat Pengumpul Data
Pilihan Positif Negatif
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Kadang-kadang (K) 2 3
Tidak sesuai (TS) 1 4
Dalam penulisan angket ini penulisan berpedoman pada penjelasan Sugiyono
(2011:142) sebagai beriku :
a. Isian dan tujuan pertanyaan harus jelas. Setiap pertanyaan harus skala
pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi atau mengukur yang diteliti.
b. Bahasa yang digunakan. Dalam penulisan kuesioner (angket) harus disesuaikan
dengan kemampuan bahasa responden.
c. Tipe dan bentuk pertanyaan. Tipe pertanyaan yang tertutup akan membantu
respoden menjawab dengan cepat, dan memudahkan penelitian dalam
melaksanakan analisis data terhadap seluruh angket yang terkumpul.
d. Pertanyaan tidak mendua. Setiap pertanyaan angket jangan mendua
(double-barreled) sehingga menyulitkan responden menjawab.
e. Tidak menanyakan yang sudah lupa. Setiap pertanyaan dalam instrumen
angket, sebaiknya juga tidak menanyakan hal-hal yang sekitar responden lupa,
atau pertanyan yang memerlukan jawaban dengan berfikir berat.
f. Pertanyaan yang mengiring. Jawaban tidak mengiring yang baik saja atau ke
yang jelek saja.
g. Pajang pertanyaan. Pertanyaan tidak terlalu panjang disarankan pertanyaannya
h. Urutan pertanyaan. Pertanyaan dimulai dari yang menuju ke hal yang sepesifik,
37
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
i. Perinsip pengukuran. Untuk mengukuar variabel yang akan diteliti, olah karena
itu instumen tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang
valid dan reliabel tentang variabel yang diukur.
j. Penampilan fisik angket. Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data
yang akan mempengaruhi responden atau keseriusan responden dalam mengisi
angket.
Dari uraian tersebut, maka akan menyusun pertanyaan dalam angket ini
harus bersifat jelas, ringkas dan tegas. Pernyataan-pernyataan angket dalam
penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.
E.Uji Coba Angket
Instumen yang telah disusun harus diuji cobakan untuk mengukur tingkat
validitas dan realibilitas dari setiap butir pertayaan-pertanyaan. Dan uji coba
instumen akan diperoleh sebuah instumen serta memenuhi syarat dan dapat di
gunakan sebagai pengukur alat pengumpulan data dalam penelitian ini.
Uji coba ini instumen dilakukan dengan tujuan untuk mengukur validitas dan
reabilitas instrumen serta untuk mengukur sejauh mana instrumen dapat
menggambarkan dengan tepat gejala-gejala yang akan diukur. Uji coba dalam
penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 Januari 2013. Uji coba insrumen
diberikan kepada anggota UKM anggar UPI dan atlet pencab Jawa Barat dengan
berjumlah 16 orang, sebelum para sampel mengisi angket, penulis memberikan
penjelasan mengenai cara-cara pengisian angket tersebut.
F. Uji Validitas Dan Realibilitas 1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menujukan tingkat-tinggkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai valid
yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas
38
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
contruct yang kuat. Jadi dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki
validitas kontruksi yang baik.”
Mengkorelasikan antara skor butir-butir pernyataan kelompok genap dan
kelompok ganjil dengan menggunakan rumus korelasi Pearson product moment Arikunto (2010: 22) sebagai berikut:
=
Keterangan Rumus:
rxy = Koefisiensi korelasi yang dicari
n = Jumlah responden
∑X = Jumlah skor variabel X (skor total butir soal) ∑Y = Jumlah skor variabel Y (skor total butir) ∑XY = Jumlah skor variabel X dikalikan dengan Y ∑X² = Jumlah hasil kuadrat skor variabel X
∑Y² = Jumlah hasil kluadrat skor variabel Y
Dari rumus diatas maka didapatkan uji validitas sebagai berikut seperti
terlihat dari Tabel 3.3.
Tabel 3.3.
Hasil Uji Validitas Butir Angket Penurunan Kecemasan
No Soal Nilai r Keterangan No soal Nilai r Kererangan
1 0,576 Valid 22 0,192 Tidak Valid
2 0,768 Valid 23 0,720 Vailid
3 0,685 Valid 24 0,222 Tidak Valid
4 0,867 Valid 25 0,157 Tidak Valid
39
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
6 0,082 Tidak Valid 27 0,704 Valid
7 0,378 Valid 28 0,755 Valid
8 0,406 Valid 29 0,454 Valid
9 0,447 Valid 30 0,382 Valid
10 0,459 Valid 31 0,060 Tidak Valid
11 0,714 Valid 32 0,600 Valid
12 0,551 Valid 33 0,831 Valid
13 0,051 Tidak Valid 34 0,729 Valid
14 0,704 Valid 35 0,609 Valid
15 0,555 Valid 36 0,628 Valid
16 0,461 Valid 37 0,032 Tidak Valid
17 0,581 Valid 38 0,451 Valid
18 0,804 Valid 39 0,851 Valid
19 0,635 Valid 40 0,625 Valid
20 0,849 Valid 41 0,799 Valid
21 0,611 Valid 42 0,552 Valid
Berdasarkan Tabel 3.3 dari 42 soal pertanyaan menunjukan bahwa 7 butir
pertanyaan tidak valid dan 35 valid dan dinyatakan sebagai alat pengukur data untuk
angket dalam penelitian terapi musik klasik terhadap penurunan kecemasan sebelum
bertandingan.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah menujukan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Arikunto (2010: 221). Reliabilitas menunjukkan
apakah suatu prosedur yang dalam suatu penelitian dapat secara konsisten
memperoleh hasil yang mirip dalam mengukur suatu objek, sifat, atau gagasan
40
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
dilakukan untuk mengukur konsistensi dari jawaban pertanyaan–pertanyaan yang ada. Instrumen dalam penelitian yang reliabel adalah variabel yang apabila
disebarkan secara berulang–ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama dan dapat dipercaya.
Uji realibilitas dalam penelitian ini dapat diukur dengan Cronbach’s coefficient alpha. Tingkat keandalan suatu data dapat dilihat dari koefisien alpha yang dihasilkan. Menurut Hair et al. Dalam buku Kusnaendi (1995: 41) “Apabila
Cronbach’s alpha diatas 0,70 maka menandakan bahwa variabel tersebut andal dan dapat diterima. Semakin tinggi nilai koefisien alpha mendekati 1, maka pertanyaan
dalam kuesioner dianggap memiliki reliabilitas yang tinggi.” Sedangkan Sekaran, (2003: 205) “Cronbach’s alpha adalah suatu koefisien relaibilitas yang member tanda seberapa baiknya suatu barang dengan melihat pengaruh positif dari satu
variabel ke variabel lainnaya.”
Rumus reliabilitas dengan metode cronbach alpha. Sugiono (2011: 132 ) sebagai
berikut:
=
Keterangan Rumus:
r
11 = Reliabilitas instrumenk = Banyaknya butir pertanyaan ∑σb2 = Jumlah varian butir
41
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Dari rumus diatas maka didapatkan uji realibilitas sebagai berikut seperti
terlihat dari Tabel 3.4.
Tabel 3.4.
Hasil Uji Reliabilitas Angket Penurunan Kecemasan
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha
N of
Items
0.947 42
Dari nilai Cronbach’s Alha sebesar 0,947 maka dapat dikatakan angket memiliki reliabilitas yang tinggi.
G.Pelaksanaan Pengumpulan Data 1. Prosedur Pengumpulan
Selanjutnya instrumen yang telah dinyatakan valid dan reliabel diperbayak
dan disebarkan kepada sampel penelitian ini adalah atlet anggar Jawa Barat dan atlet
UKM anggar UPI Bandung.
a. Melakukan penyebaran kuesioner pada responden yang telah ditentukan.
b. Mendengarkan musik klasik (terapi musik).
c. Melakukan penyebaran kuesioner pada respoden setelah terapi musik.
d. Data yang berasal dari koesioner yang telah diisi responden. Kemudian
ditabulasikan dalam bentuk data kuantitatif.
e. Jawaban dari tiap responden disajikan dalam tabel distibusi.
2. Analisis Data
Data yang belum diolah yaitu berupa mentahan sehingga diperlukan
pengolahan data untuk membakukan. Kemudian data-data yang telah dibakukan
dapat diolah dan dianalisis untuk menghasilkan suatu pengaruh yang positif melalui
42
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3. Menguji Normalitas Data Dengan Menggunakan Uji Kenormalan Liliefors
Prosedur yang digunakan untuk menguji normalitas data menurut Nurhasanet al.
(2008: 118-119) adalah :
a. Hitung nilai rata-rata ( dan simpangan baku(S).
b. Hitung nilai Zi masing-masing skor yang didapat dengan pendekatan
c. Tentukan luas daerah dengan bantuan tabel F (nilai-nilai Z). Jika nilai Zi nya
negatif, maka ketentuannya ( 0,5 – hasil tabel Z1 ) dan jika nilai Z1 nya positif, maka dalam menentukan F ( Z1 ) adalah ( 0,5 + hasil tabel Z1).
d. Selanjutnya dihitung proporsi S ( Z1) dengan pendekatan urutan skor dibagi
jumlah keseluruhan.
e. Menghitung selisih F ( Z1) - S ( Z1 ) kemudian tentukan harga mutlaknya.
f. Hasil selisih tersebut ambil harga terbesar ( Lo )
g. Untuk menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan Lo dengan nilai kritis
L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesisnya adalah : hipotesis diterima apabila Lo < Lα tabel , dan hipotesis ditolak apabila Lo >Lα tabel.
4. Menghitung Uji-t
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode statistik yang
diambil dari buku “Pokok pokok materi statistika 2” karangan Ir. M. Iqbal Hasan, M.M (2001).
Adapun alat statistik yang digunakan adalah pengujian hipotesis beda dua rata-rata untuk data berpasangan dengan sampel n≤30 dengan rumus sebagai berikut.
43
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
= Rata-rata nilai d
sd = Simpangan baku dari nilai d
n = Banyaknya pasangan
t0 memiliki distribusi dengan db = n-1
Dalam hal ini memilih presentase dan menafsirkan kriteria penilaian presentase
yang diambil dari buku Hawari (2006: 76) yang terbagi dalam kriteria. Kreteria
frekwensi presentase dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5.
Kreteria frekwensi presentase
Rentang Nilai Kriteria Gajala per %
80% - 100% Kecemasan Sangat Tinggi
61% - 80% Kecemasan Tinggi
41% - 60% Kecemasan Sedang
21 %- 40% Kecemasan Rendah
61
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data dari penelitian yang telah
dilakukan menggenai pengaruh musik klasik terhadap penurunan kecemasan atlet
sebelum mengahadapi pertanding, maka dapat penulis simpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dengan terapi musik klasik terhadap penurunan kecemasan
atlet sebelum mengahadapi pertandingan.
B. Saran
1. Untuk atlet agar tidak memiliki kecemasan yang tinggi sebelum menghadapi
bertandingan harus mengetahui bagaiman cara penanganan dalam penurunan
kecemasan dengan tepat dan positif yaitu dengan terapi musik klasik, bila
kecemasan penurunan bisa berdampak baik bagi atlet dalam penampilan
(performance) menghadapi pertandingan.
2. Untuk para pelatih, agar kecemasan atlet tidak tinggi pada waktu sebelum
menghadapi pertandingan maka diperlukan teknik-teknik khusus (treatmen
khusus) seperti terapi musik kalsik untuk menurunkan atau mengurangi
kecemasan gejala fisik maupun gejala psikis. Untuk itu peran pelatih sangat
diperlukan dalam menanggani atletnya menghadapi kecemasan.
3. Untuk para staf pelatih disarankan dalam penyusunan program latihan tidak hanya
latian fisik dan teknik dalam menangani atlet, akan tetapi harus disertai dengan
latihan mental kerena, mental menujang atlet dalam pertandingan.
4. Untuk peneliti yang akan datang, penulis mengharapkan agar mencoba melakukan
penelitian dengan menggunakan sampel yang lebih banyak dan lebih umum, serta
memiliki kriteria yang lebih baik, agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik
dan kajian lebih mendalam, agar berguna untuk meningkatkan kualitas mahasiswa
63
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Daftar Pustaka
Adisasmito, Sudarwat. L. (2007). Mental juara Modal Atlet Berprestasi. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada.
Aizid, Rizem. (2011). Sehat dan Cerdas dengan Terapi Musik. Jogjakarta: Penerbit Laksana.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendektan Prkatik. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Campbell, Don dan Hermaya (2002). Efek Mozart Memamfaatkan Kekuatan Musik untuk Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kereatifitas dan Menyehatkan Tubuh. Jakarta: Penerbit Gamedia Pusaka Utama.
Cheris, Elaine. (2002). Olahraga Anggar Langkah Menuju Sukses. Jakarta: Penerbit PB IKSI.
Djohan. (2005). Pisikologi Musik. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik.
Hanton, Sheldon. Mellalieu, Stephen & Hall, Rose (2003). Slef-confidence and Anxiety: A qualitative investigation. Swanse : UK (8 Juni 2003).
Harmon, nicole & Kravitz, Len. (2006). The beat Goes On: The effects of Music on Exercise. [online]. Tersedia: www.drlenkravitz.com/Articles/musicexercisedlk. (15 Febuari 2013).
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek - Aspek Psikologis dalam Coaching. Bandung: Penerbit C.V. Tambak Kusuma.
Hasan, Iqbal. (2001). Poko-Poko Statistik 2. Jakarta: Penerbit Bumi Angkasa.
Hawari, Dadang. (2006). Menejemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta: Penertbit FKUI.
Husdarta. (2010). Psikologi Olahraga. Bandung: Penerbit Alfabeta.
64
Wisnu Haruman, 2013
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Kecemasan Atlet Sebelum Menghadapi Pertandingan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
IKASI. (2002). Sejarah, Kegiatan, Peraturan. www.http//KONI.or.id.
Karageorghis, C.I. & Terry, P.C. (1997). The Psychophysical Effects of Music in Sport
and Exercise: A Review. [online]. Tersedia:
www.cabdirect.org/abstracts/19971804084. [15 Januari 2013].
Komarudin. (2013). Psikologi Olahraga. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Kusanaendi. (1995). Modul Persamaan Struktural Satu dan Multigrouf Sample dangan Lusrel. Bandung: Penerbit ALPABETA.
Lane, Andy. (2006). Sport and Exercise Psyhologoy. Inggris: Penerbit Hordder Education.
Nurhasan, Dudung, H.C. dan Nidaul, Hidayah. (2012). Modul Mata Kuliah Statistik. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Stuart. (2005). Penerapan Prinsip Dalam Praktik Keperawatan, Bandung: Penerbit Alpa Beta.
Susanti, Wijaya. D & Rohman, Ainun. F (2011). Efektivitas Musik Klasik Dalam Menurunkan Kecemmasan Matematika (Math Anxiety) pada Siswa Kleas XI. [online].Tersedia:www.journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/view/237le. co.id/#hl=id&sclient=psy-. [5 Febuari 2013].
Sugiyono. (2011). Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit ALFABETA.
Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Penerbit Tarsito.
Wiramihardja, Sutardjo. (2005). Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Penerbit Refika Aditama.
Yuliasari, Eka. (2010). Pengaruh Pemberian Musik Klasik (Mozart) Terhadap Peningkatan Daya Ingat Anak Autis di Rumah Sakit Bakasi Tahun 2010. Jakarta: Skipsi.
________. Albatros-Studio Version. [Online]. Tersedia: www.youtube.com/ watcfh?v=dAeFTj7GXwQ [4Desember 2012]