PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GENERATIVE LEARNING DENGAN BAHAN AJAR MODULAR TERHADAP PENINGKATAN
HASIL BELAJAR KOGNITIF
(Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen di
Universitas Pendidikan Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh :
Martha Rosdiana Hutagaol
0806937
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2013
Pengaruh Penggunaan Model
Generative Learning dengan Bahan
Ajar Modular Terhadap
Peningkatan Hasil belajar Kognitif
Oleh
Martha Rosdiana Hutagaol
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Martha Rosdiana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
ABSTRAK
Martha Rosdiana Hutagaol, skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Generative Learning dengan Bahan Ajar Modular Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Kognitif”.
Skripsi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung 2013.
Fokus penelitian ini yaitu untuk melihat Apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan bahan ajar modul dalam menigkatkan kemampuan kognitif mahasiswa pada mata kuliah Pendidikan Agama Kristen di Universitas Pendidikan Bandung.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen dengan desain penelitian one group pretest-posttest time series design. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian menggunakan tes tulis yang terdiri dari tes objektif. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa yang mengontrak mata kuliah Pendidikan Agama Kristen semester 2 tahun ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia sebanyak 30 orang. Pengolahan data dilakukan dengan langkah : 1) mendekripsikan data temuan, 2) uji validitas dan reliabilitas, 3) pengujian normalitas data, 4) pengujian hipotesis, 5) penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh penggunaan bahan ajar modular terhadap hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Pendidikan Agama Kristen. Adapun kesimpulan khusus yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah 1) penggunaan model
Generative Learning dengan bahan ajar modular dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Pendidikan Agama Kristen ranah kognitif aspek mengingat. 2) penggunaan model Generative Learning dengan bahan ajar modular dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Pendidikan Agama Kristen ranah kognitif aspek memahami.
ABSTRACT
Martha Rosdiana Hutagaol, thesis entitled "The Influence of Generative Learning Model with Modular Instructional Materials Toward Improved Cognitive Learning Outcomes" .
Thesis Department of Curriculum and Education Technology, Faculty of Education, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung 2013.
The focus of this study is to see is there a significant effect of the use of instructional materials in the modules enhances the cognitive abilities of students in Christian Religious Education course at the University of Education in Bandung.
This research uses a quasi- experimental research with design one group pretest - posttest design time series. Collecting data that used in this research using a written test consists of objective tests. The sample was students taking courses Christian Religious Education 2nd semester of the school year 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia with 30 students. Processing data with five the steps : 1) decrypt the data findings, 2)validity and reliability, 3)test the normality of data, 4) hypothesis testing, 5)conclusion.
Based on the results of research, it can be concluded that there are significant use of modular instructional materials on learning outcomes of students in Christian Religious Education courses. The specific conclusions that can be drawn in this research were 1) the use of Generative Learning Model with modular teaching materials to improve learning outcomes of students in Christian Religious Education courses cognitive aspects of remembering. 2) the use of Generative Learning Model with modular teaching materials to improve learning outcomes of students in Christian Religious Education courses cognitive aspect of understanding.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
DAFTAR BAGAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II LANDASAN TEORI A. Generative Learning ... 9
1. Pengertian Pembelajaran Generatif ... 9
2. Tahapan Pembelajaran Generatif ... 9
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Generatif ... 12
B. Bahan Ajar ... 14
1. Pengertian Bahan ajar ... 14
2. Fungsi dan Klasifikasi Bahan Ajar ... 15
a. Fungsi, Tujuan dan Peranan Bahan Ajar ... 15
b. Jenis-Jenis Bahan Ajar ... 17
C. Modul ... 18
1. Pengertian Modul ... 18
3. Ciri-ciri Pembelajaran Modul ... 20
4. Prinsip-prinsip Modul ... 20
5. Komponen-komponen Modul ... 21
6. Cara mempelajari Modul ... 22
7. Modul dalam Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen ... 22
D. Belajar ... 23
1. Pengertian Belajar ... 23
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 28
E. Hasil Belajar ... 34
1. Pengertian Hasil Belajar ... 34
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 35
F. Hasil Penelitan Terdahulu ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 37
B. Desain Penelitian ... 37
C. Metode Penelitian ... 38
D. Definisi Operasional ... 39
E. Instrumen Penelitian ... 40
F. Uji Coba Instrumen ... 41
G. Teknik Pengumpulan Data ... 47
H. Teknik Analisis Data ... 48
I. Prosedur dan Alur Penelitian ... 49
J. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Objektif ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 53
B. Pengujian Hipotesis ... 57
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan ... 70
B. Rekomendasi ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 73
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan modern menghendaki agar para siswa sebanyak mungkin
dilibatkan dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa tidak hanya
mendapatkan materi dari guru tetapi juga usaha sendiri mencari sumber-sumber
lain sebagai pengayaan dari ilmu yang diperoleh. Untuk mencapai keberhasilan
kualitas belajar mengajar yang diharapkan perlu adanya suatu pendekatan
pembelajaran yang relevan sesuai tuntutan kurikulum yang terus berubah
(Maulana, 2011:1).
Kualitas pendidikan yang baik tentu saja didukung oleh kemampuan serta
watak yang baik dari peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan
Negara Indonesia yang tercantum dalam Undang – Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dirumuskan :
Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut Sadulloh (2007:104) “pendidikan merupakan suatu proses
pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak
manusia lahir”. Warisan sosial merupakan bagian dari lingkungan masyarakat,
merupakan alat bagi manusia untuk pengembangan manusia yang terbaik dan
untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, sehingga perlu diperhatikan
Selama ini proses pembelajaran yang terjadi di lembaga pendidikan pada
umumnya, peserta didik hanya menggunakan waktu untuk mendengar dan
mencatat apa yang disampaikan oleh pendidik karena kegiatan yang dilakukan
oleh pendidik hanya menggunakan metode ceramah, sehingga ketika proses
belajar mengajar berlangsung siswa bersifat pasif dan proses belajar mengajar
menjadi tidak efektif. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan
peserta didik untuk menghafal informasi, otak peserta didik dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami
informasi yang diingatnya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pada mata
pelajaran agama, tidak dapat mengambangkan sikap yang sesuai dengan
norma-norma agama, kareena proses pembelajaran hanya diarahkan agar peserta didik
bisa menguasai dan menghafal materi pelajaran.
Riset PISA (Programme for International Student Assesment) (Thomson:
2003): menunjukkan kemamuan belajar 69% siswa Indonesia hanya level 1.
Artinya siswa tidak mampu menangkap dan memahami materi yang diajarkan di
sekolah secara keseluruhan karena siswa hanya berfokus kepada guru sebagai
sumber belajar. Kondisi itulah yang nampaknya memacu pemerintah untuk terus
meningkatkan mutu pendidikan agar proses belajar mengajar berjalan efektif.
Universitas, sebagai salah satu lembaga pendidikan bertanggung jawab
dan memiliki kewajiban untuk mengarahkan dan membimbing proses belajar
mengajar agar berjalan secara efektif dan efisien. Universitas merupakan suatu
lembaga pendidikan yang diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas melalui proses pembelajaran yang dilakukan.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan, Prof Dr Ir
H Musliar Kasim MS dalam website koran suara merdeka (2012) menilai, belajar
mandiri belum menjadi budaya bagi banyak perguruan tinggi di Indonesia.
Beberapa perguruan tinggi masih memiliki motivasi yang sangat kurang termasuk
aktivitas non kurikuler. Padahal, kemandirian merupakan salah satu nilai
Salah satu strategi belajar mengajar efektif dan efisien adalah melibatkan
siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Proses belajar mengajar
efektif dan efisien dengan melibatkan langsung siswa dapat memotivasi siswa
untuk belajar aktif dan kreatif yaitu dengan menggunakan modul dalam setiap
pelajaran berlangsung. Dengan demikian siswa akan menemukan konsep yang
dipelajari (Maulana, 2011:1).
Proses pembelajaran yang ada di Indonesia saat ini dilakukan dengan
sistem pembelajaran klasikal, artinya pembelajaran ini biasanya menggunakan
metode ceramah dan sumber belajar berupa buku ajar. Dasar penerapan
pembelajaran klasikal adalah adanya asumsi bahwa siswa yang mempunyai usia
sebaya, dapat diberikan materi sama dan harus ditempuh dalam waktu tertentu.
Sistem ini menitik beratkan pada persamaan dari pada perbedaan. Sistem ini
mengandung kelemahan antara lain mengabaikan perbedaan individual, potensi
dalam diri siswa tidak dapat dikembangkan secara optimal, siswa cenderung
bersikap pasif sedangkan guru harus aktif dan dominan (Zumrotul, 2009:1).
Pembelajaran menggunakan modul merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Modul merangsang mahasiswa untuk lebih
bergerak aktif untuk membaca dan belajar memecahkan masalah yang mereka
hadapi dalam proses belajar mengajar dibawah pengawasan dan bimbingan dosen.
Mahasiswa diharuskan untuk menemukan dan mendeskripsikan materi yang telah
diberikan. Dalam hal ini dosen merupakan fasilitator yang membimbing dan
memberikan pengawasan ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Penggunaan bahan ajar modul dalam kegiatan belajar pada mata kuliah
Pendidikan Agama Kristen sangat diperlukan. Hal ini didasarkan pada
pengamatan dan wawancara yang dilakukan dengan dosen terkait, kondisi
perkuliahan yang berlangsung antara lain adalah : Pertama, mahasiswa kurang
memiliki disiplin waktu. Mereka sering kali terlambat memasuki kelas sehingga
dapat mengganggu proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Hal ini
dosen secara utuh. Kedua, ketika proses belajar mengajar berlangsung, mahasiswa
cenderung kurang fokus pada penyampaian materi. Hal ini ditunjukkan dengan
tidak adanya tanggapan terhadap materi yang disampaikan lewat pertanyaan
maupun pernyataan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa mahasiswa tidak dapat
menerima materi perkuliahan secara utuh. Kondisi prestasi belajar Pendidikan
Agama Kristen di Universitas Pendidikan Indonesia cenderung menurun, karena
kondisi belajar mengajar yang kurang efektif.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan dosen Pendidikan
Agama Kristen di Universitas Pendidikan Indonesia, dalam proses belajar
mengajar dosen tersebut menggunakan metode ceramah (pembelajaran berpusat
pada dosen). Ketika proses belajar mengajar berlangsung mahasiswa tidak
memiliki buku pegangan perkuliahan (modul). Beliau juga mengatakan bahwa
aspek mengingat dan memahami oleh mahasiswa dalam pembelajaran kurang. Hal
ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai mahasiswa yang masih rendah. Penelitian
ini memfokuskan pada perbedaan prestasi belajar mahasiswa pada aspek
mengingat dan memahami.
Hasil studi pendahuluan yang pernah dilakukan peneliti memperlihatkan
bahwa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen menggunakan metode
ceramah (hanya berpusat pada dosen) yang menyebabkan mahasiswa cenderung
pasif dan tidak memahami materi yang diberikan oleh dosen. Hal ini ditunjukkan
dengan rendahnya rata-rata hasil belajar mahasiswa yaitu 65. Mahasiswa yang
memperoleh nilai diatas rata-rata hanya 8,4%. Prestasi belajar Pendidikan Agama
Kristen di Universitas Pendidikan Indonesia rendah.
Sistem Pembelajaran dengan modul diharapkan dapat mengubah kebiasaan
belajar siswa dan dapat membantu siswa memahami teori secara mendalam
melalui pengalaman belajar, selain itu juga dapat meningkatkan budaya membaca
pada siswa. Sistem ini diharapkan menjadi program pendidikan yang mendorong
kompetensi, tanggungjawab dan partisipasi siswa. Sistem pembelajaran modul
terhadap kemampuan, menjunjung keadilan menerapkan persamaan dan
memperhatikan keragaman peserta didik (Zumrotul, 2009).
Dalam proses kegiatan belajar mengajar dosen masih menggunakan model
pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah. Suatu proses pembelajaran
harus menggunakan model atau pendekatan pembelajaran yang sesuai agar dapat
menciptakan kondisi perkuliahan yang aktif dan kondusif. Ketika proses belajar
mengajar berlangsung pembelajaran tidak hanya berpusat pada dosen saja tetapi
mahasiswa harus dapat mengkonstruk sendiri pengetahuan dan pemahamannya.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan baru, apa yang
dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Ketika proses pembelajaran berlangsung dosen
berperan sebagai fasilitator dan mahasiswa sebagai pembelajar aktif sehingga
pembelajaran tidak hanya terpusat kepada dosen saja melainkan pada
mahasiswanya. Salah satu dari pembelajaran berorientasi konstruktivisme ini
yaitu model pembelajaran generatif.
Pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang
terlatarbelakangi dari konstruktivisme dimana mahasiswa diberi motivasi terlebih
dahulu sehingga memiliki minat lebih untuk mempelajarinya. Menurut Osborn
dan Cosgrove dalam Wena (2009:177) model pembelajaran generatif ini
dilakukan melalui empat tahap yaitu, eksplorasi, pemfokusan, tantangan, dan
penerapan konsep. Dengan model pembelajaran generatif ini memungkinkan
terjadinya pembelajaran yang dapat mengungkap konsepsi awal mahasiswa,
menciptakan adu argumentasi, dan menciptakan konflik kognitif yang dapat
mengubah konsepsi mahasiswa yang salah menjadi benar, yang tidak lengkap
menjadi lengkap.
Berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran salah satunya bergantung
pada model pembelajaran yang digunakan oleh dosen sedangkan dalam proses
seharusnya dibentuk oleh mahasiswa secara aktif, bukan hanya diterima dari
dosen begitu saja.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud untuk
mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Modular
Dengan Pendekatan Generative Learning bagi Mahasiswa untuk Meningkatkan
Kemampuan Kognitif”.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk mempermudah dan
memperjelas penelitian dalam mencapai tujuan penelitian. Rumusan masalah
umum penelitian adalah “Bagaimana pengaruh penggunaan bahan ajar modular
dengan pendekatan Generative Learning untuk meningkatkan kemampuan
kognitif ?”.
Peneliti membatasi rumusan masalah agar tidak melebar. Batasan masalah
yang akan diteliti adalah pada ranah kognitif aspek mengingat (C1) dan
memahami (C2).
Rumusan masalah yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini, agar
penelitian ini lebih terarah pada pokok permasalahan yang hendak diteliti, dirinci
menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh penggunaan model Generative Learning dengan
bahan ajar modular terhadap peningkatan hasil belajar kognitif aspek
mengingat (C1) pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan model Generative Learning dengan
bahan ajar modular terhadap peningkatan hasil belajar kognitif aspek
C. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan bahan ajar modular dengan pendekatan Generative Learning bagi
mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan kognitif..
Secara khusus penelitian ini mempunyai tujuan yang ingin dicapai sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan model
Generative Learning dengan bahan ajar modular terhadap peningkatan
hasil belajar kognitif aspek mengingat pada Mata Kuliah Pendidikan
Agama Kristen.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan model
Generative Learning dengan bahan ajar modular terhadap peningkatan
hasil belajar kognitif aspek memahami pada Mata Kuliah Pendidikan
Agama Kristen.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam dunia pendidikan baik
lembaga pendidikan formal, informal, maupun, non formal, serta khusus bagi guru
serta mahasiswa yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dalam mengkaji,
menganalisis dan mengembangkan sumber belajar yang relevan dengan
kebutuhan peserta didik serta memperoleh konsep baru dalam peningkatan
dan pengembangan mutu pendidikan di massa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
Manfaat paktis bagi pendidik (Praktisi Pendidikan), implementasi modul
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dapat digunakan sebagai salah
meningkatkan prestasi belajar peserta didik terhadap mata kuliah Pendidikan
Agama Kristen.
Implementasi modul dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen bagi
peserta didik dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan baru bagi
peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen yang nantinya
dapat meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar peserta didik terhadap
mata kuliah Pendidikan Agama Kristen.
Peneliti, dapat menerapkan teori-teori yang didapat dalam perkuliahan
serta dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta pengalaman
peneliti mengenai pembelajaran di lembaga pendidikan.
Peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan masukan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Populasi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Pendidikan Indonesia jalan Jl. Dr.
Setiabudhi No. 229 Bandung.
2. Populasi Penelitian
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan” (Sugiyono, 2010:80).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Kristen
yang mengontrak Pendidikan Agama Kristen Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012
Universitas Pendidikan Indonesia yang berjumlah 30 orang. Dalam hal ini
menggunakan penelitian populasi karena seluruh jumlah populasi akan diberikan
perlakuan.
3. Sampel Penelitian
Definisi sampel menurut Zainal Arifin (2011:215), “Sampel merupakan sebagian dari populasi yang akan diteliti atau dapat juga dikatakan bahwa sampel
adalah populasi dalam bentuk mini.”
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel jenuh.. Jadi
seluruh jumlah populasi akan diberikan perlakuan.
in Penelitian B. Desain Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan adalah one group-test-post-test time
series design. Dalam desain ini hanya ada kelas eksperimen saja tanpa kelas
control. Kelompok eksperimen terlebih dahulu diberi pre-test kemudian
Tabel 3.1
DESAIN PENELITIAN ONE GROUP PRETEST-POSTTEST TIME
SERIES DESIGN
Pretest Treatment Posttest
T1 X T4
T2 X T5
T3 X T6
Keterangan :
T1 : Tes awal (pretest) seri 1
T2 : Tes awal (pretest) seri 2
T3 : Tes awal (pretest) seri 3
X : Treatment dengan menggunakan modul
T4 : Tes akhir (posttest) seri 4
T5 : Tes akhir (posttest) seri 5
T6 : Tes akhir (posttest) seri 6
Sampel penelitian akan diberi treatment yaitu dengan menggunakan modul
sebanyak tiga kali. Dalam proses pembelajaran sampel penelitian terlebih dahulu
diberi tes awal (pretest), kemudian diberi treatment dengan menggunakan modul
dan diakhir diberi posttest. Soal yang digunakan dalam pretest dan posttest adalah
sama.
C. Metode Penelitian
“Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya” (Arikunto, 2006:160). Pada penelitian ini
metode yang digunakan adalah quasi eksperimen atau eksperimen semu. Bentuk
yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Quasi eksperimen digunakan karena
pada kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk
penelitian (Sugiyono, 2010:75).
Metode ini digunakan tanpa menggunakan kelas kontrol atau kelas
pembanding karena keterbatasan jumlah populasi sehingga seluruh jumlah
populasi akan diberikan perlakuan. Oleh sebab itu tidak terdapat kelas kontrol
atau kelas pembanding.
Variabel dalam penelitian ini, yaitu variable bebas dan variable terikat.
Penggunaan modul dalam pembelajaran sebagai variable bebas. Hasil belajar
mahasiswa pada ranah kognitif sebagai variable terikat.
Tabel 3.2
Generative Learning dengan modul (X1)
Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul tulisan ini, maka
perbedaan penafsiran. Adapun definisi dari istilah-istilah yang digunakan penulis
adalah :
1. Bahan ajar modular adalah suatu bentuk bahan ajar yang digunakan untuk
membantu mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan belajar, yang terdiri dari
materi kegiatan belajar, tes formatif yang disusun sedemikian rupa dalam
bentuk tertulis yang mencakup satu unit konsep dari materi dan disusun untuk
membantu mahasiswa utuk mencapai sejumlah tujuan yang diperoleh dari
pembelajaran tersebut.
2. Generative Learning merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan
pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan
pengetahuan yang sudah dimiliki mahasiswa sebelumnya. Pengetahuan baru
itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau
gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil menjawab
permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan
dalam memori jangka panjang.
3. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang. Pada dasarnya
kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Sebagaimana diketahui bahwa
hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan lingkungan.
4. Pendidikan Kristen adalah usaha untuk membentuk dan membimbing peserta
didik tumbuh berkembang mencapai kepribadian utuh, yang mencerminkan
manusia sebagai gambar Allah yang memiliki kasih dan ketaatan kepada
Tuhan, kecerdasan, keterampilan, berbudi luhur, kesadaran untuk memelihara
dan melestarikan lingkungan hidup serta bertanggung jawab dalam
pembangunan masyarakat, bangsa, dan Negara.
E. Instrumen Penelitian
“Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam
dalam arti lebih hemat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah” (Arikunto, 2006:160).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah tes objektif. Tes
objektif digunakan untuk mengukur kemampuan mahasiswa antara sebelum
mendapatkan pembelajaran menggunakan modul dan sesudah menggunakan
modul. Bentuk tes objektif ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar mahasiswa dalam ranah kognitif aspek mengingat dan memahami. Modul
yang dikembangkan merupakan bahan ajar yang digunakan siswa untuk
memahami materi pelajaran yang diberikan oleh dosen.
F. Uji Coba Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian sebaiknya terlebih dahulu
dilakukan uji coba. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh adalah data
yang benar sehingga dapat menggambarkan kemampuan subjek penelitian dengan
tepat. Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian dilakukan analisis dengan
uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran untuk memperoleh
keterangan layak atau tidak layaknya soal digunakan dalam penelitian.
1. Uji Validitas
Sebelum menggunakan suatu tes, hendaknya mengukur terlebih dahulu
derajat validitasnya. Dengan kata lain, untuk melihat apakah tes tersebut valid,
kita harus membandingkan skor peserta didik yang didapat dalam tes dengan skor
yang dianggap sebagai skor nilai baku. Validitas suatu tes erat kaitannya dengan
tujuan penggunaan tes tersebut. Namun, tidak ada validitas yang berlaku secara
umum. Artinya, jika suatu tes dapat memberikan informasi yang sesuai dan dapat
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, maka tes itu valid untuk tujuan
tersebut.
Penelitian ini menggunakan dua uji validitas, yaitu validitas butir soal dan
validitas alat ukur. Validitas butir soal adalah ketepatan mengukur yang dimiliki
oleh sebutir soal dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir soal
dengan 1 (bagi item yang dijawab benar) dan 0 (bagi item yang dijawab salah).
Untuk mengetahui validitas butir soal digunakan teknik korelasi product-moment,
yang dikemukakan yang dikemukakan oleh Pearson.
Rumus korelasi Product-Moment
√
(Arifin, 2009:254)
Keterangan :
r =Koefisien korelasi yang dicari.
∑X = Skor item tes.
(∑X2
) = Kuadrat skor item tes.
∑Y = Skor responden.
(∑Y2) = Kuadrat responden.
∑XY = Hasil kali skor X dan Y untuk setiap responden.
Untuk menafsirkan koefisien korelasi dapat menggunakan kriteria sebagai
berikut:
(Arifin, 2009:257) 0,81 – 1,00 sangat tinggi
Setalah diperoleh hasil validitas tersebut kemudian diuji tingkat signifikansi
dengan menggunakan rumus :
√ √
Keterangan :
t = nilai t hitung
r = koefisien korelasi
n = jumlah banyak subjek
dimana jika thitung > ttabel ada taraf signifikansi 0,05 dengan dk=n-1, maka
soal ini dikatakan valid.
(Nana Sudjana, 2007:49)
2. Expert Judgement
Setelah instrumen disusun berikutnya dilakukan validasi kepada para ahli
(expert judgement). Expert Judgement juga dilakukan pada modul untuk
mengetahui apakah modul yang dibuat baik dan benar. Expert Judgement modul
akan dilakukan oleh dosen ahli bidang bahan ajar di Universitas Pendidikan
Indonesia dan dosen Pendidikan Agama Kristen. Sedangkan Expert Judgement
instrumen akan dilakukan oleh dosen ahli pendidikan agama Kristen Universitas
Pendidikan Indonesia.
3. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrument.
Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat
dipercaya sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan. Suatu tes dapat dikatakan
reliable jika selalu member hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang
suatu tes, antara lain dapat dilakukan dengan memperbanyak butir soal. Uji
reliabilitas menggunakan rumus Spearman Bronwn.
Rumus Spearman Brown
(Arifin, 2009:261)
Keterangan:
rnn : korelasi antara skor-skor setiap belahan tes.
r12 : koefisien reabilitas yang sudah disesuaikan.
n : panjang tes yang selalu sama dengan 2 karena seluruh tes = 2x
2 1
.
Sebagai tolak koefisien reliabilitas, digunakan kualifikasi sebagai berikut
(Arikunto (2005:75) :
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 : sangat rendah
4. Daya Pembeda (Discriminating Power)
Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir
soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi
dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan
mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta didik yang menguasai
kompetensi dengan peserta didik yang kurang menguasai kompetensi. Untuk
menghitung daya pembeda setiap butir soal dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
Rumus Daya Pembeda
(Arifin, 2009:273)
Keterangan:
DP : daya pembeda.
WL : jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah.
WH : jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas.
n : 27% x N.
Untuk menginterpretasikan koefesien daya pembeda tersebut dapat
digunakan kriteria yang dikembangkan oleh Ebel sebagai berikut:
Index Of
Discrimination
Item Evaluation
0.4 and up Very good items.
0.30 – 0.39 Reasonably good, but possibly subject to improvement.
0.20 – 0.29 Marginal items, usually needing and being subject to
impronement.
Jika WL–WH lebih besar dari harga table signifikansi daya pembeda, maka soal tersebut signifikan. Artinya, soal tersebut mampu membedakan antara
peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang
kurang/belum menguasai kompetensi.
5. Tingkat Kesukaran Soal (Difficulty Index)
Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar
derajat kesukaran soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang
(proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Soal suatu tes
hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Untuk menghitung
tingkat kesukaran soal bentuk objektif dapat menggunakan rumus Tingkat
Kesukaran (TK) sebagai berikut:
Rumus Tingkat Kesukaran
(Arifin,2009:266)
Keterangan:
WL : jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah.
WH : jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas.
nL : jumlah kelompok bawah.
Nh : jumlah kelompok atas.
Sebelum menggunakan rumus di atas, harus ditempuh terlebih dahulu
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyusun lembar jawaban peserta didik dari skor tertinggi sampai
b. Mengambil 27% lembar jawaban dari atas yang selanjutnya disebut
kelompok atas (higher group), dan 27% lembar jawaban dari bawah
yang selanjutnya disebut kelompok bawah (lower group). Sisa
sebanyak 46% disisihkan.
c. Membuat tabel untuk mengetahui jawaban (benar atau salah) dari setiap
peserta didik, baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah.
Untuk memperoleh presentasi belajar yang baik, sebaiknya proporsi
antrara tingkat kesukaran soal tersebar secara normal. Perhitungan proporsi
tersebut dapat diatur sebagai berikut:
a. Soal sukar 25%, soal sedang 50%, soal mudah 25%, atau
b. Soal sukar 20%, soal sedang 60%, soal mudah 20%, atau
c. Soal sukar 15%, soal sedang 70%, soal mudah 15%.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai tujuan penelitian (Arikunto, 2006:149). Teknik
pengumpulan data adalah cara-cara yang dipergunakan untuk memperoleh data
empiris yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Tes Tulis
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan instrumen tes, instrumen tes yang digunakan adalah tes hasil
belajar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moh. Ali (1992 : 83) bahwa “Tes hasil belajar adalah tes untuk mengukur kemampuan seseorang dalam suatu
bidang tertentu yang diperoleh dari mempelajari bidang itu”
Dalam penelitian ini, tes yang digunakan berupa tes hasil belajar berbentuk
pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban (a,b,c dan d). Jenis tes bentuk pilihan
ganda yang digunakan adalah distracters (pertanyaan atau pernyataan yang
mempunyai beberapa pilihan jawaban yang salah, tetapi disediakan satu pilihan
jawaban yang benar. Tugas peserta didik adalah memilih satu jawaban yang
semuanya benar, tetapi ada satu jawaban yang paling benar. Tugas peserta didik
adalah memilih jawaban yang paling benar tersebut). Soal-soal tes yang
digunakan adalah mengenai manusia dan keutuhan ciptaan yang terdiri dari
subpokok bahasan kesaksian alkitab tentang keutuhan ciptaan, hubungan manusia
dengan ciptaan lain, makna keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan. Soal-soal
tes yang digunakan dibatasi hanya pada aspek Mengingat (C1) dan Memahami
(C2). Soal diberikan pada pretest dan posttest. Pretest diberikan dengan tujuan
untuk mengetahui kemampuan awal sebelum diberi perlakuan, sedangkan posttest
diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan dan perbandingan
peningkatan hasil belajar mahasiswa pada kelompok eksperimen setelah diberi
perlakuan.
2. Wawancara
Wawancara sebagai alat pengumpul data digunakan untuk mendapatkan
informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi,
keinginan, keyakinan dan lain-lain dari individu. Wawancara yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah wawancara terbuka yang dilakukan kepada dosen mata
kuliah Pendidikan Agama Kristen. Hal ini dilakukan untuk mencari informasi
mengenai kondisi perkuliahan yang dilakukan.
H. Teknik Analisis Data
1. Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu cara untuk memeriksa
keabsahan/normalitas sampel. Uji normalitas dalam peneltian menggunakan
program pengolahan data SPSS (Statistical Product And Service Solution) versi
16.0 dengan uji normalitas one sample Kolmogorov Smirnov. Kriteria pengujian
adalah jika nilai Sig. (Signifikasi) atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi
adalah tidak normal. Nilai Sig. (Signifikasi) atau nilai probabilitas > 0,05 maka
2. Hipotesis
Uji Hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus uji-t dependent
dengan paired samples t test dengan menggunakan software SPSS (Statistical
Product And Service Solution) versi 16.0. Adapun yang diperbandingkan pada uji
hipotesis ini adalah gain skor post test dan pre test kelompok eksperimen pada
aspek pengetahuan dan aspek pemahaman.
I. Prosedur Penelitian dan Alur Penelitian
1. Prosedur Penelitian
a) Tahap Persiapan
1) Telaah kurikulum, dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar
yang akan dicapai pada pembelajaran.
2) Studi literatur, dilakukan untuk mendapatkan teori yang melandasi
penelitian.
3) Studi pendahuluan, dilakukan untuk mendapat gambaran mengenai
kondisi tempat penelitian.
4) Menentukan sampel penelitian.
5) Menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan
Skenario Pembelajaran.
6) Menyusun instrumen penelitian.
7) Melakukan uji coba dan analisis instrumen penelitian.
b) Tahap Pelaksanaan
1) Memberi tes awal (pre test).
2) Memberi treatment dengan menggunakan modul dengan pendekatan
Generative Learning.
3) Memberi tes akhir (post test).
c) Tahap Pengolahan Data dan Pelaporan
1) Mengolah data hasil penelitian.
2) Menganalisis data hasil penelitian.
2. Alur Penelitian
Alur penelitian dapat digambarkan seperti di bawah ini:
Bagan 3.1
ALUR PENELITIAN
Studi Pendahuluan
Pembuatan RPP
Penyusunan instrumen Penelitian
Uji coba instrumen
Tes Awal Expert Judgement
Pembuatan Modul
Expert Judgement Modul
Treatment
Tes Akhir Observasi Pembelajaran
Analisis Data
Hasil dan Pembahasan
J. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Objektif
1. Uji Validitas
a) Validitas Alat Ukur
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap data hasil uji coba instrumen
dengan menggunakan rumus korelasi product moment, diperoleh data seperti
pada tabel berikut:
Table 3.3
VALIDITAS ALAT UKUR
Koefisien korelasi r = 0.647 diperoleh dari hasil perhitungan korelasi
antara jumlah skor benar soal genap dengan jumlah skor benar soal ganjil.
Berdasarkan kriteria, koefisien korelasi r = 0.647 berada pada kriteria tinggi.
Berdasarkan hasil uji signifikansi yang menggunnakan uji-t dengan uji pihak
kanan t > t1 - α, diperoleh thitung 4.492 dan ttabel dengan df (n-1) dengan α = 0.05
(5%) adalah 1.699. Alat pengumpul data dikatakan memiliki validitas jika thitung
> ttabel (4.492 > 1.699). Disimpulkan bahwa uji signifikansi alat pengumpul
data adalah valid.
b) Validitas Butir Soal
Berdasarkan uji validitas butir soal, diketahui ada beberapa soal yang
tidak valid. Soal-soal yang tidak valid yaitu soal-soal yang nilai thitung lebih
kecil dari rtabel, yaitu soal 2, 5, 9, 19, dan 30. Soal-soal yang tidak valid tersebut
dibuang atau tidak digunakan. Analisis validitas butir soal dapat dilihat pada
lampiran.
2. Uji Reliabilitas
r Kriteria thitung ttabel Keterangan
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap data hasil uji coba reliabilitas
instrument tes objektif yang digunakan reliabel. Analisis reliabilitas dapat dilihat
pada lampiran.
Tabel 3.4
UJI RELIABILITAS
3. Tingkat Kesukaran Soal (Difficulty Index)
Berdasarkan penghitungan tingkat kesukaran soal, diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 3.5
TINGKAT KESUKARAN SOAL
Berdasarkan tabel tingkat kesukaran soal diatas, terdapat 6 soal yang
mudah, 17 soal yang sedang, dan 7 soal yang sukar serta 1 soal yang
diperbaiki. Analisis tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada lampiran.
4. Daya Beda (Discriminating Power)
Dari tabel daya beda yang terdapat pada lampiran, terdapat 4 soal buruk,
Berdasarkan hasil pengujian instrumen uji coba dengan menghitung
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda diperoleh 25 soal yang
70
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan analisis dan pengolahan data terhadap data hasil penelitian
yang telah dilakukan pada mahasiswa Pendidikan Agama Kristen Semester 2
Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia, dapat disimpulkan
bahwa penggunaan modul dengan pendekatan Generative Learning dapat
meningkatkan prestasi belajar mahasiswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Kristen.
Secara khsusus, simpulan di atas dapat diuraikan lebih rinci yaitu:
1) Penggunaan model Generative Learning dengan bahan ajar modular dapat
meningkatkan prestasi belajar mahasiswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Kristen ranah kognitif aspek mengingat. Hal ini ditunjukkan dengan
terdapatnya perbedaan hasil belajar mahasiswa pada ranah kognitif aspek
mengingat antara sebelum menggunakan modul dengan sesudah menggunakan
modul. Hasil belajar mahasiswa pada ranah kognitif aspek mengingat sesudah
menggunakan modul lebih baik dibandingkan dengan sebelum menggunakan
modul.
2) Penggunaan model Generative Learning dengan bahan ajar modular dapat
meningkatkan prestasi belajar mahsiswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Kristen ranah kognitif aspek memahami. Hal ini ditunjukkan dengan
terdapatnya perbedaan hasil belajar mahasiswa pada ranah kognitif aspek
memahami antara sebelum menggunakan modul dengan sesudah menggunakan
modul. Hasil belajar mahasiswa pada ranah kognitif aspek memahami sesudah
menggunakan modul lebih baik dibandingkan dengan sebelum menggunakan
71
Sesuai dengan kesimpulan di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan model Generative Learning dengan bahan ajar modular
dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa aspek mengingat dan memahami
pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen di Universitas Pendidikan
Indonesia.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model Generative Learning dengan bahan
ajar modulardapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa aspek mengingat dan
memahami pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen di Universitas
Pendidikan Indonesia, penulis merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1) Bagi Pendidik
Untuk para pendidik khususnya dosen Pendidikan Agama Kristen, disarankan
untuk mengimplementasi modul dengan pendekatan Generative Learning
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen modul dalam proses
pembelajaran dengan memperhatikan seluruh aspek pendukung yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik mahasiswa agar proses belajar
mengajar berlangsung dengan efektif dan efisien sehingga dengan begitu
diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa terhadap mata
kuliah Pendidikan Agama Kristen.
2) Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan,
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi disiplin ilmu
Teknologi Pendidikan dalam pengembangan metode pengajaran yang efektif
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Penggunaan bahan ajar modular
merupakan suatu inovasi inovasi baru yang sebelumnya belum pernah
digunakan dalam proses pembelajaran pada mata kuliah Pendidikan Agama
Kristen di Universitas Pendidikan Indonesia. Oleh karena itu Jurusan
72
media pembelajaran diharapkan dapat memunculkan inovasi-inovasi baru
mengenai metode pengajaran yang sesuai dengan kurikulum terkini dan
kebutuhan mahasiswa demi meningkatkan prestasi peserta didik.
3) Peneliti selanjutnya.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai studi pustaka bagi peneliti
selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian tentang pengembangan
dan pengimplementasian model Generative Learning dengan bahan ajar
modular dalam pembelajaran dan diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk
lebih kreatif dalam pengembangan metode pengajaran sebagai sumber belajar
dengan memperhatikan berbagai komponen serta melanjutkan penelitian ini
DAFTAR PUSTAKA
Ache, P. (___). Apakah Perbedaan Bahan Ajar dan Sumber Belajar. [Online]. Tersedia : http://www.scribd.com/doc/17530363/Apakah-Perbedaan-Bahan-Ajar-Dan-Sumber-Belajar. [19 Mei 2012 ]
Ali, M. (1992). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Anni. (2004). Hasil Belajar. [online] Tersedia:
http://www.scribd.com/doc/83287304/15/B-Hasil-belajar. [ 11 April 2012]
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Dikmenjur. (2009). Pengertian Bahan Ajar. [Online]. Tersedia : http://www.Andy-Sapta-Blog's-Pengertian-Bahan-Ajar. [19 Mei 2012]
Dimyati,. Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Depdikbud. (2003). Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal. Jakarta: Depdikbud
Maulana, H. (2011). Efektivitas penggunaan modul terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di SMA Islam Al Maarif Singosari Malang. Skripsi, Universitas Negeri Malang
Hamalik, O. ( 2006), Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Lusiana. (2009). Jurnal Pendidikan Matematika Volume 3 No. 2 - Peenerapan Model Pembelajaran Generatif (MPG) untuk Pelajaran Matematika di Kelas X SMA Negeri 8 Palembang
Rahma. (2010). Pengaruh Penggunaan Modul Bergambar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Sosiologi di SMA Negeri 3 Subang. Skripsi. Tidak diterbitkan. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia
Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group
Sitompul. (2010). Penggunaan Modul dengan Pendekatan Learning Cycle 5E : Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen di Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi. Tidak diterbitkan. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhiya. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Sudjana, N., Ibrahim. (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sukitman, T. (2011). Pengembangan Bahan Ajar IPS Berbasis Pendidikan Kecakapan Hidup (LIFE SKILL) dI SDI Surya Buana Malang. Tesis. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Sulistyowaty, E. (2009). Apakah Perbedaan Bahan Ajar dan Sumber Belajar. [Online]. Tersedia : http://www.scribd.com/doc/17530363/Apakah-Perbedaan-Bahan-Ajar-Dan-Sumber-Belajar. [19 Mei 2012 ]
Sutarman., Swarsono. (2003). Implementasi Pembelajaran Generatif Berbasis Konstruktivisme sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas III pada Bidang Fisika diSLTP 17 Malang. Lemlit-UM, Malang
Syamsudin, A. (2002). Psikologi Kependidikan.Bandung: Remaja Rosda karya.
Thomson. (2003). Riset PISA. [Online]. Tersedia :
Tim penulis materi diklat kompetensi pengawas sekolah yang terdiri atas dosen LPTK dan widya iswara dari LPMP dan P4TK .(2008). Penulisan Modul.
UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.
Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara
Wijaya, Cece., Djadjuri., dan Rusyan T. (1992). Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.