140/S/PPB/2013
BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK
MENGEMBANGKAN KESADARAN GENDER SISWA
(Studi Pra Eksperimen terhadap Siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh
ASTRI NOVITA SARI 0901662
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Hak Cipta
Bimbingan Pribadi Sosial untuk
Mengembangkan Kesadaran
Gender Siswa
(Studi Pra Eksperimen terhadap Siswa Kelas III
SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun
Ajaran 2013/2014)
Oleh Astri Novita Sari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Astri Novita Sari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ASTRI NOVITA SARI 0901662
BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN KESADARAN GENDER SISWA
(Studi Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Prof. Dr. Ahman, M.Pd. NIP. 19590104 1985031002
Pembimbing II
Dr. Ipah Saripah, M,Pd. NIP. 19771014 2001122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
ABSTRAK
Astri Novita Sari. (2013). Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kesadaran Gender Siswa. (Studi Pra Eksperimen terhadap Siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2013/2014).
Tujuan penelitian mengetahui efektivitas Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kesadaran Gender Siswa. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain pre-test dan post-test design. Alat pengungkap data menggunakan Inventori Tugas Perkembangan (ITP). Populasi penelitian adalah siswa Kelas III Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Jumlah subjek penelitian adalah 56 siswa yang meliputi kelas III. Analisis data dengan teknik persentase. Hasil penelitian menunjukkan bimbingan pribadi sosial efektif untuk mengembangkan kesadaran gender siswa. Struktur, komponen, dan materi bimbingan pribadi sosial dinilai layak untuk siswa kelas III. Satuan Layanan dapat langsung digunakan oleh guru BK dalam kegiatan bimbingan secara klasikal.
ABSTRACT
This paper aims to find out the effectiveness of Bimbingan Pribadi Sosial to enhance the
awareness of students’ gender. This research employed quantitative research design
involving pre-test and post-test. To reveal the data the research applied Inventori Tugas Perkembangan (ITP). The population was grade III students of elementary school of Laboratorium Percontohan UPI Bandung year 2013/2014. It involved 55 students in grade III as the subject of the research. To analyze the data percentage technique was used in this research. The result showed that Bimbingan Pribadi Sosial was effective to
enhance the awareness of students’ gender. Structure, component, and material of
Bimbingan Pribadi Sosial were suitable for the students in grade III. Satuan Layanan can directly applied by counselors in classical counseling.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GRAFIK ... xi
DAFTAR BAGAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Struktur Organisasi Skripsi... 6
BAB II KONSEP BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL DAN KESADARAN GENDER SISWA ... 8
A. Konsep Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial... 8
B. Konsep Gender ... 14
C. Pembelajaran Tematik Integratif Kurikulum 2013... 23
D. Pengembangan Layanan Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kesadaran Gender Siswa ... 24
E. Asumsi Penelitian ... 25
F. Hipotesis ... 26
G. Penelitian Sebelumnya ... 26
H. Kerangka Pemikiran ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 31
B. Desain Penelitian ... 31
C. Metode Penelitian ... 34
E. Instrumen Penelitian ... 37
F. Teknik Pengumpulan Data ... 38
G. Teknik Analisis Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Hasil Penelitian ... 50
B. Pembahasan ... 96
C. Keterbatasan Penelitian ... 104
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 105
A. Kesimpulan ... 105
B. Rekomendasi ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 107
DAFTAR LAMPIRAN ...110
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik 19
Tabel 3.1 Kategori Skor z 42
Tabel 3.2 Interpretasi Skor Berdasarkan Kategori Kelas III-A 43
Tabel 3.3 Interpretasi Skor Berdasarkan Kategori Kelas III-B 46
Tabel 4.1 Profil Umum Kesadaran Gender Siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014
50
Tabel 4.2 Hasil Analisis Tugas Perkembangan (ATP) di Kelas II-A SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013
53
Tabel 4.3 Profil Kesadaran Gender Kelas II-A SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013 Berdasarkan Kategori
55
Tabel 4.4 Hasil Analisis Tugas Perkembangan (ATP) di Kelas II-B SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013
58
Tabel 4.5 Hasil Analisis Tugas Perkembangan Aspek Kesadaran Gender di Kelas II-B SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013 Berdasarkan Kategori
59
Tabel 4.6 Rancangan Operasional Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kesadaran Gender Siswa
68
Tabel. 4.7 Pengembangan Tema Layanan Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kesadaran Gender Siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014
70
Tabel 4.8 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelas III Sekolah Dasar
72
Tabel 4.9 Hasil Post Test Analisis Tugas Perkembangan Aspek Peran Sosial sebagai Pria atau Wanita di Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014
80
Sosial sebagai Pria atau Wanita di Kelas III-A SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014
Tabel 4.11 Hasil Post Test Analisis Tugas Perkembangan Aspek Peran Sosial sebagai Pria atau Wanita di Kelas III-A SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014
84
Tabel. 4.12 Hasil Post Test Analisis Tugas Perkembangan Aspek Peran Sosial sebagai Pria atau Wanita di Kelas III-B SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014
89
Tabel 4.13 Hasil Post Test Analisis Tugas Perkembangan Aspek Peran Sosial sebagai Pria atau Wanita di Kelas III-B SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014
90
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1 Hasil Analisis Tugas Perkembagan (ATP) di kelas II-A SD S Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013
39
Grafik 3.2 Hasil Analisis Tugas Perkembagan (ATP) di kelas II-B SD S Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013
40
Grafik 4.1 Profil Umum Kesadaran Gender Siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014
51
Grafik 4.2 Kategorisasi Profil Kesadaran Gender Siswa Kelas IIIA SD Laboratorium Percontoha UPI Tahun Ajaran 2013/2014
56
Grafik 4.3 Profil Kesadaran Gender Siswa Kelas III-B SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014
59
Grafik 4.4 Hasil Analisis Tugas Perkembagan (ATP) di kelas II-A SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013
63
Grafik 4.5 Hasil Analisis Tugas Perkembagan (ATP) di kelas II-B SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013
64
Grafik 4.6 Perbandingan Pre Test dan Post Test Profil Kesadaran Gender di Kelas IIISD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014
81
Grafik 4.7 Perbandingan Pre Test dan Post Test Profil Kesadaran Gender di Kelas III-A SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014
88
Grafik 4.8 Perbandingan Pre Test dan Post Test Profil Kesadaran Gender di Kelas III-B SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014
93
Grafik 4.9 Perbandingan Post Test Profil Kesadaran Gender di Kelas III-A dan III-B SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka pemikiran Penilitian Layanan Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kesadaran Gender Siswa
29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap anak memiliki keunikan pada setiap fase perkembangannya. Anak
adalah titipan dari Tuhan yang perlu dijaga dan dibimbing dengan baik agar dapat
mencapai perkembangan secara optimal. Pada saat anak berada di lingkungan
rumah, orang tua bertanggung jawab penuh untuk mendidik putra putrinya dengan
cara yang baik dan benar. Pada saat anak telah memasuki dunia sekolah, guru
memiliki peran serta untuk bertanggung jawab membantu anak agar mendapatkan
pendidikan yang benar sesuai dengan tahap tugas perkembangannya serta
norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.
Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam
tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir
kanak-kanak ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian
pribadi dan penyesuaian sosial anak (Hurlock :1980).
Pada era modern ini anak-anak tidak hanya tumbuh dipengaruhi oleh
orang-orang sekelilingnya akan tetapi banyak mendapatkan informasi yang
berpengaruh terhadap dirinya melalui berbagai alat teknologi seperti handphone,
televisi, fasilitas internet juga media masa lainnya. Selain karena pesatnya
perkembangan teknologi, anak-anak menjadi lebih cepat matang secara seksual
karena ditunjang oleh gizi yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Risman (2006) bahwa pubertas dini telah dialami oleh anak-anak yang masih
duduk di bangku kelas empat Sekolah Dasar. Pubertas dini terjadi karena
meningkatnya kualitas gizi yang semakin baik dan faktor rangsangan seksual yang
tinggi.
Hal serupa diungkapkan oleh Handayani dan Amirudin (2008:12) bahwa
anak-anak saat ini dikelilingi ribuan informasi dari TV, majalah, dan media
lainnya, termasuk di dalamnya informasi tentang seksual. Iklan yang kerap
menghiasi acara TV sebagian di antaranya memuat isi seksual tanpa memandang
2
Adanya tayangan-tayangan televisi bertema cinta tentang ketertarikan
pada lawan jenis yang digambarkan dalam setting anak berseragam merah putih
membuat anak-anak semakin tergugah untuk mengikuti yang dilihatnya.
Tayangan tersebut dimungkinkan menjadi salah satu faktor perangsang sehingga
anak mengalami kematangan seksual lebih cepat.
Fakta bahwa anak-anak masa kini mengalami kematangan seksual lebih
cepat dibuktikan oleh penelitian Risman (2005) yang menunjukkan sekitar 30%
siswa-siswi kelas 4 SD telah mengalami menstruasi dan mimpi basah. Penelitian
pada tahun 2005 itu dilakukan terhadap 1.674 murid SD se-Jabotabek yang terdiri
dari 897 murid perempuan dan 777 murid laki-laki. Disebutkan, 3 dari 10 siswi
kelas 4 SD atau 30% telah mengalami menstruasi. Angka ini terus menanjak di
kelas 5 SD yang mencapai 48% dan kelas 6 sebanyak 59%. Sementara untuk
murid laki-laki di kelas 4 sebanyak 38% sudah mengalami mimpi basah, kelas 5
sebanyak 47% dan kelas 6 sebanyak 52%.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan rata-rata siswa-siswi kelas 4 hingga
6 SD telah mengalami menstruasi pada perempuan dan mimpi basah pada
laki-laki. Artinya, terdapat kecenderungan anak-anak mencapai kematangan seksual
atau memasuki masa pubertas lebih cepat. Masa pubertas (baligh) adalah masa
peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa ini penuh gejolak,
berontak dan tidak menentu (El-Qudsy: 2012) .
Pada saat anak telah mengalami menstruasi atau mimpi basah, anak akan
mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya. Selain secara fisik akan berubah,
kelenjar endokrin di dalam tubuh akan menghasilkan hormon-hormon yang dapat
memunculkan perilaku yang baru. Hormon berperan dalam perkembangan
perbedaan seks. Kedua kelas hormon seks yakni estrogen dan androgen, yang
dikeluarkan oleh gonads (indung telur pada wanita, testes pada pria). Estrogen,
seperti estradinol, mempengaruhi perkembangan karakteristik fisik pada
perempuan. Androgen, seperti testosteron, mendorong perkembangan
karakteristik fisik pada laki-laki. Hormon seks dapat mempengaruhi sosio-emosi
3
Menurut Freud (Kartono,995: 115) titik puncak diferensiasi seksual
(kesadaran akan perbedaan seksual) di antara anak laki-laki dan anak perempuan
terjadi pada masa “phallis” pada usia ±3,5 tahun. Pada fase ini kesadaran akan perbedaan anatomis yaitu perbedaan jenis alat kelamin antara anak laki-laki dan
anak perempuan akan memberikan arti yang sangat besar terhadap anak.
Berdasarkan hasil analisis tugas perkembangan dari inventori tugas
perkembangan yang disebar di kelas II SD Laboratorium Percontohon UPI Tahun
Ajaran 2012/2013 menunujukan bahwa dua puluh empat dari lima puluh lima
orang siswa, aspek peran sosial sebagai pria dan wanitanya berada pada kategori
rendah, yaitu sub aspek kesadaran gender. Ini menunjukkan bahwa hampir
43.64% siswa mengalami hambatan dalam kesadaran gendernya. Selain dari hasil
analisis tugas perkembangan, kasus terakhir yang ditemukan oleh guru BK di
Kelas II SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013 yaitu
terdapat beberapa siswa laki-laki yang menyimpan video dan gambar tidak
senonoh di telepon selulernya serta siswa perempuan mendapat perilaku yang
kurang baik dari teman laki-lakinya seperti disingkapkan rok yang dipakainya.
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kesadaran untuk menghormati dan
menghargai teman yang berbeda jenis kelamin belum dimiliki oleh siswa.
Minat seksualitas anak-anak memberikan pengaruh terhadap interest/minat
anak pada egonya; khususnya pada perbedaan kelamin. Berdasarkan
fenomena-fenomena yang telah diuraikan dapat dikatakan bahwa anak-anak pada masa akhir
yang telah matang secara seksual memerlukan bimbingan untuk membantu
mendapatkan pengetahuan yang baik dan benar mengenai perkembangan
seksualnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyimpangan serta pelecehan
seksual yang diakibatkan oleh minimnya pengetahuan anak mengenai
perkembangan seksual.
Bussey dan Bandura (Santrock, 2012:287) mengemukakan perkembangan
gender anak-anak terjadi melalui observasi dan imitasi terhadap hal-hal yang
dikatakan dan dilakukan orang lain, serta melalui penghargaan dan hukuman yang
4
Ketika berada di lingkungan sekolah guru menjadi penanggung jawab atas
pendidikan anak. Di sekolah, pada umumnya anak-anak memperoleh pengetahuan
mengenai anatomi dan reproduksi dari mata pelajaran IPA, akan tetapi pada mata
pelajaran tersebut hanya dijelaskan dari segi pengetahuan ilmiah. Anak-anak
jarang mendapatkan penjelasan mengenai aspek emosi dari masa pubertas,
pergaulan lawan jenis, alat kontrasepsi, penyakit menular seksual (PMS), serta
resiko kehamilan di usia dini (Handayani dan Amirudin, 2008: 56). Adanya mata
pelajaran keagamaan di sekolah pun seolah tidak cukup bagi anak dalam
memperoleh bimbingan mengenai kesadaran gender yang memuat materi
mengenai perkembangan seksual.
Egan dan Perry (Santrock, 2012:285) menyatakan bahwa identitas gender
merujuk pada penghayatan seseorang terhadap gendernya, termasuk pengetahuan,
pemahaman, dan penerimaan menjadi seorang pria atau wanita.
Oleh sebab itu bimbingan mengenai kesadaran gender pada anak diberikan
agar anak dapat menerima keadaan diri sebagai laki-laki atau perempuan, dapat
menampilkan perilaku sesuai dengan peran sebagai laki-laki atau perempuan.
Di samping itu, agar anak memiliki pemahaman tentang cara menghormati dan
menghargai teman yang berbeda jenis kelamin, cara bergaul yang baik dengan
teman lawan jenisnya, serta mengetahui cara menjaga organ-organ seksualnya
yang sangat berharga.
Berdasarkan uraian tersebut, menjadi sebuah tugas bagi guru bimbingan dan
konseling untuk merancang strategi bimbingan yang tepat diterapkan pada anak
mengenai kesadaran gender sebagai upaya membantu anak mendapatkan
bimbingan dan pengetahuan yang baik dan benar mengenai perkembangan
seksualnya.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Menurut Havighurst (1984) salah satu tugas perkembangan anak sekolah
dasar usia (6,0-12,0) adalah belajar membentuk sikap positif terhadap dirinya
sebagai makhluk bertumbuh serta belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis
5
Berdasarkan tugas perkembangan tersebut hakikatnya anak diharapkan
sudah mampu memelihara badan, meliputi kebersihan, keselamatan diri, dan
kesehatan. Selain itu, anak juga diharapkan mampu mengembangkan sikap
positif terhadap jenis kelaminnya (pria atau wanita) dan juga menerima dirinya
(baik rupa wajahnya maupun postur tubuhnya) secara positif. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Havighurst (Yusuf, 2009:69) pada usia (6,0-12,0) perbedaan jenis
kelamin akan semakin tampak.
Hasil analisis tugas perkembangan dari inventori tugas perkembangan
yang disebar di kelas II SD Laboratorium Percontohon UPI Tahun Ajaran
2012/2013 menunjukkan bahwa sekitar 43.64% siswa teridentifikasi memiliki
kesadaran gender yang rendah. Selain itu kondisi obyektif pelaksanaan bimbingan
dan konseling mengenai aspek kesadaran gender di SD Laboratorium UPI tahun
ajaran 2012/2013 diketahui belum terlaksana secara optimal.
Berdasarkan latar belakang di atas, layanan bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan kesadaran gender terhadap siswa kelas III SD Laboratorium UPI
Tahun Ajaran 2013/2014 penting untuk diteliti, maka rumusan masalah penelitian
ini adalah bagaimana rancangan layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial
untuk mengembangkan kesadaran gender siswa kelas III SD Laboratorium UPI
Tahun Ajaran 2013/2014?
Permasalah tersebut diuraikan ke dalam bentuk pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Seperti apa gambaran kesadaran gender siswa kelas III SD Laboratorium
percontohan UPI tahun ajaran 2013/2014?
2. Seperti apa perumusan layanan bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan kesadaran gender siswa sekolah dasar kelas III di SD
Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2013/2014?
3. Bagaimana efektivitas layanan bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan kesadaran gender siswa sekolah dasar kelas III di SD
6
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian adalah menghasilkan rumusan layanan
bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa sekolah
dasar Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014.
Adapun tujuan khusus penelitian adalah:
1. mendapatkan gambaran mengenai kesadaran gender pada siswa sekolah
dasar Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran
2013/2014;
2. menghasilkan rumusan layanan bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan kesadaran gender siswa sekolah dasar Kelas III SD
laboratorium percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014;
3. mengetahui efektifitas layanan bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan kesadaran gender siswa sekolah dasar Kelas III SD
laboratorium percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun
praktis.
1. Teoretis
Manfaat penelitian yaitu untuk pengembangan keilmuan dalam dunia
bimbingan dan konseling khususnya bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan kesadaran gender siswa sekolah dasar.
2. Praktis
a. Bagi Guru
Manfaat yang didapat dari penelitian ini yaitu guru dapat membantu
siswa untuk mengembangkan aspek kesadaran gendernya.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Manfaat bagi peneliti selanjutnya adalah memberikan pemahaman
mengenai kesadaran gender anak sebagai dasar untuk mengaplikasikan
salah teknik bimbingan dan konseling dalam mengembangkan kesadaran
7
E. Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika penulisan skripsi terdiri dari lima bab. Bab pertama mengenai
pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.
Bab kedua merupakan tinjauan teoretis mengenai permasalahan yang
diangkat. Isi tinjauan teoretis mencakup konsep perkembangan anak, gender dan
bimbingan konseling pribadi sosial.
Bab ketiga berisi metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian.
Metode penelitian mencakup pendekatan dan jenis penelitian, teknik
pengumpulan dan analisis data, sampel penelitian dan prosedur pengolahan data.
Bab keempat adalah hasil penelitian. Hasil penelitian berisi penjelasan
statistik mengenai gambaran umum kesadaran gender anak, pembahasan dan
analisis hasil penelitian.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI
Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian yakni belum tersedianya suatu
layanan bimbingan pribadi sosial yang difokuskan untuk mengembangkan
kesadaran gender siswa.
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik Kelas III SD
Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun ajaran 2013/2014. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh yaitu
penentuan sampel dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
(Sugiyono:2011). Jumlah subjek penelitian adalah 55 orang, yang terdiri dari
Kelas III A 29 orang, Kelas III B 26 orang. Alasan pemilihan populasi terhadap
kelas III antara lain sebagai berikut.
1. Salah satu tugas perkembangan anak pada usia 6-12 tahun adalah belajar
membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk
bertumbuh serta belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
2. Hasil analisis tugas perkembangan dari Inventori Tugas Perkembangan (ITP)
kelas II SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013
diketahui dua puluh empat dari lima puluh lima orang siswa, aspek peran
sosial sebagai pria dan wanitanya berada di bawah rata-rata tugas
perkembangan, yaitu sub aspek kesadaran gender. Ini menunjukkan bahwa
hampir 43.64% siswa mengalami hambatan dalam kesadaran gendernya.
B. Desain Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif yang bertujuan
untuk memperoleh gambaran kesadaran gender siswa. Alasan menggunakan
pendekatan kuantitatif adalah memungkinkan dilakukan pencatatan penganalisaan
data hasil penelitian secara matematis dengan menggunakan penghitungan
32
Alur penelitian dan pengembangan layanan BK yang layak menurut pakar
dan praktisi ini dapat dilihat dalam alur di bawah ini.
Bagan 3.1
Need Asessment Analisis hasil Inventori Tugas
Pelaksanaan layanan Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kesadaran Gender Siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun
Ajaran 2013/2014 Siswa kelas III SD
33
Penelitian dimulai dengan studi pendahuluan mengenai latar belakang
permasalahan yang dijadikan bahan penelitian. Setelah itu melakukan identifikasi
masalah yang didukung dengan studi empiris dan studi pustaka. Studi empiris
berpedoman pada fenomena yang terjadi pada anak dan tempat subjek penelitian.
Sedangkan studi pustaka berpedoman kepada literatur serta penelitian terdahulu
yang memperkuat penelitian ini.
Selanjutnya, setelah melakukan studi empiris dan studi pustaka dilakukan
analisis tugas perkembangan dari Inventori Tugas Perkembangan (ITP) yang telah
dilakukan di kelas II SD Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2012/2013. Analisis
tugas perkembangan ini dilakukan untuk mengetahui gambaran awal kesadaran
gender di kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI.
Setelah diketahui gambaran umum kesadaran gender di kelas II SD
Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2012/2013, tahap selanjutnya yaitu membuat
rancangan layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran
gender siswa yang akan dilakukan di SD Laboratorium UPI Kelas III Tahun
Ajaran 2013/2014. Sebelum melaksanakan bimbingan, rancangan layanan
bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa tersebut
diuji secara rasional oleh dua orang pakar bimbingan dan konseling serta satu
orang praktisi bimbingan dan konseling yaitu guru BK SD Laboratorium
Percontohan UPI Bandung.
Selanjutnya layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan
kesadaran gender siswa diberikan kepada siswa kelas III SD Laboratorium
Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014. Setelah layanan tersebut selesai
dilaksanakan tahap selanjutnya yaitu melakukan post tes menggunakan Inventori
Tugas Perkembangan (ITP) untuk mengetahui gambaran kesadaran gender siswa
setelah melalui layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan
34
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen dengan
desain penelitian pra-eksperimen one group pretest-posttest. Metode penelitian
eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan (Sugiyono:2011,72).
Dalam penelitian ini digunakan model penelitian pra-eksperimen one
group pretest-posttest yaitu terdapat pretest sebelum siswa diberi perlakuan.
Menurut Sugiyono (2011) hasil perlakuan diketahui lebih akurat, karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Seperti halnya dalam penelitian ini analisis tugas perkembangan dari
Inventori Tugas Perkembangan (ITP) yang telah dilakukan di kelas II SD
Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013 dijadikan sebagai
gambaran awal kesadaran gender siswa sebelum akhirnya diberikan layanan
bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa yang
disesuaikan dengan tugas perkembangan siswa sekolah dasar, kemudian setelah
diberi layanan siswa akan kembali melakukan post test dengan menggunakan
Inventori Tugas Perkembangan (ITP) siswa Sekolah Dasar untuk mengetahui
perkembangan kesadaran gender siswa setelah diberi layanan bimbingan pribadi
sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa.
D. Definisi Operasional Variabel
Penelitian mengenai bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan
kesadaran gender siswa terdiri dari dua variabel.
1. Bimbingan Pribadi-Sosial
Bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan untuk membantu individu
dalam memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial. Bimbingan pribadi sosial
diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan
individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan
35
memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang
dialami oleh individu (Yusuf dan Nurihsan, 2009).
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi sosial
adalah proses membantu individu dalam mencapai tugas perkembangan dan
mengatasi permasalahan pribadi-sosial yang dihadapinya.
Bimbingan pribadi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
upaya peneliti sebagai konselor bekerjasama dengan guru mata pelajaran untuk
mengembangkan kemampuan siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI
Tahun Ajaran 2013/2014 dalam peran sosialnya sebagai pria atau wanita.
Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender ini didasarkan
pada hasil Analisis Tugas Perkembangan (ATP) dari Inventori Tugas
Perkembangan (ITP) yang menunjukkan bahwa aspek terendah yang diperoleh
oleh siswa adalah aspek kesadaran gender.
Layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangakan aspek
kesadaran gender ini terintegrasi dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar
siswa kelas III pada kurikulum 2013. Mata pelajaran yang terintegrasi dengan
pengembangan aspek kesadaran gender ini yaitu PKN dan Pendidikan Agama
Islam. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya diperlukan kolaborasi antara peneliti
yang dalam penelitian ini berperan sebagai konselor dengan guru mata pelajaran
tersebut.
Adapun peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan bimbimbingan
pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender di kelas III SD
Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 yaitu:
1) mensosialisasikan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa agar
siswa dapat memahami kegiatan yang akan dilaksanakan serta agar siswa
dapat mengikuti kegiatan bimbingan dengan baik;
2) menyediakan informasi mengenai sikap dan kebiasaan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran;
3) mengidentifikasi peserta didik yang memerlukan layanan bimbingan dan
36
4) memantau perkembangan dan kemajuan para siswa setelah mengikuti
kegiatan bimbingan.
Adapun struktur pengembangan layanan bimbingan pribadi-sosial untuk
mengembangkan kesadaran gender siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan
UPI Tahun Ajaran 2013/2014 terdiri dari; rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan,
komponen program, rancangan operasional, pengembangan tema, pengembangan
satuan layanan dan evaluasi.
2. Kesadaran Gender
Kata ‘gender’ bisa diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dalam hal nilai dan perilaku (Neufeldt (ed.), 1984: 561). Secara terminologis, ‘gender’ bisa didefinisikan sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan (Lips, 1993: 4). Definisi lain mengenai gender
dikemukakan oleh Fakih (2012) bahwa gender merupakan suatu sifat yang
melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial
maupun kultural.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa gender adalah
suatu sifat yang dijadikan dasar untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki
dan perempuan dilihat dari segi kondisi sosial dan budaya, nilai dan perilaku,
mentalitas, dan emosi.
Kesadaran gender yang dimaksud dalam penilitian ini adalah upaya untuk
membantu siswa agar memiliki kemampuan untuk dapat membedakan peran
antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari, dapat membedakan
serta memahami perbedaan fisik dan emosional antara laki-laki dan perempuan
serta mampu untuk dapat saling menghargai dan menghormati antar teman yang
berbeda jenis kelamin. Kemampuan siswa kelas III SD Laboratorium UPI Tahun
2013/2014 dalam mengembangkan kesadaran gender ditandai dengan indikator
sebagai berikut:
1. Siswa memiliki sikap positif terhadap jenis kelaminnya (pria atau wanita).
2. Dapat menerima serta menghargai diri sebagai laki-laki atau perempuan
37
3. Dapat memainkan peran sesuai dengan jenis kelaminnya. Salah satu
contohnya dari segi permainan akan tampak bahwa laki-laki tidak akan
memperbolehkan anak perempuan mengikuti permainannya yang khas
laki-laki, seperti main kelereng, main bola dan layang-layang.
E. Instrumen Penelitian
Intrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Inventori Tugas Perkembangan (ITP). Nurhudaya (2011) mengemukakan ITP
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat perkembangan individu maupun
kelompok, mengidentifikasi masalah yang menghambat perkembangan dan
membantu siswa yang bermasalah dalam menyelesaikan tugas perkembangannya.
ITP dapat mengukur tingkat perkembangan sebelas aspek, yaitu: landasan
hidup religius, landasan perilaku etis, kematangan sosial, kematangan intelektual,
kesadaran tanggung jawab, peran sosial sebagai pria atau wanita, penerimaan diri
dan pengembangannya, kemandirian perilaku ekonomi, wawasan dan persiapan
karier, kematangan hubungan dengan teman sebaya dan persiapan diri untuk
pernikahan dan hidup berkeluarga. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus
pengembangan yaitu pada aspek kesadaran gender atau peran sosial sebagai pria
atau wanita pada jenjang sekolah dasar. Hal ini didasarkan pada tugas
perkembangan anak usia SD yang dirumuskan oleh Havighurst (Yusuf: 2011).
1. Mempelajari keterampilan fisik untu keperluan sehari-hari
2. Membentuk sikap positif/sehat terhadap dirinya sendiri
3. Belajar bergaul/bekerja dengan teman sebaya
4. Belajar peran sosial sebagai dengan jenis kelamin/gender
5. Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, berhitung
6. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan bagi kehidupan sehari-hari
7. Mengembangkan kata hati, moralitas, dan sistem nilai sebagai suatu pedoman
hidup
8. Belajar menjadi pribadi yang mandiri
9. Mengembangkan sikap positif terhadap
38
F. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai
kesadaran gender dalam penelitian ini yaitu Inventori Tugas Perkembangan (ITP)
untuk mendapatkan data mengenai gambaran kesadaran gender siswa kelas III SD
Laboratorium Percontohan UPI.
ITP diukur dengan memberikan siswa suatu angket yang terdiri atas
kumpulan pernyataan yang harus diisi oleh siswa. Setiap butir pernyataan
mengukur satu subaspek, terdapat 10 aspek dan 4 subaspek atau 40 butir
pernyataan. Siswa memilih satu pernyataan yang paling sesuai dengan keadaan
dirinya. Hasil pre-test Inventori Tugas Perkembangan (ITP) di kelas II SD
Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 diuraikan dalam grafik
39
2,62
3,26
2,76 2,77 2,84
2,4
2,8 2,7 2,7 2,95
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Analisis Tugas Perkembagan (ATP) di kelas II-A SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013
Grafik 3.1
Aspek
Keterangan :
1. Landasan Hidup Religius 2. Landasan Perilaku Etis 3. Kematangan Emosional 4. Kematangan Intelektual 5. Kesadaran Tanggung Jawab
6. Peran Sosial sebagai Pria atau Wanita 7. Penerimaan Diri dan Pengembangannya 8. Kemandirian Perilaku Ekonomis 9. Wawasan dan Persiapan Karir
40
Adapun hasil pre-test analisis tugas perkembangan (ATP) dari inventori tugas perkembangan (ITP) di kelas II-B
SD Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2012/2013 adalah sebagai berikut.
2,62
Analisis Tugas Perkembagan (ATP) di kelas II-B SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013
Grafik 3.2
Aspek
Keterangan :
1. Landasan Hidup Religius 2. Landasan Perilaku Etis 3. Kematangan Emosional 4. Kematangan Intelektual 5. Kesadaran Tanggung Jawab
6. Peran Sosial sebagai Pria atau Wanita 7. Penerimaan Diri dan Pengembangannya 8. Kemandirian Perilaku Ekonomis 9. Wawasan dan Persiapan Karir
41
Berdasarkan hasil pre test Inventori Tugas Perkembangan (ITP) di Kelas II
SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012/2013 diketahui aspek
terendah secara kelompok yang diperoleh oleh dua kelas tersebut adalah aspek peran
sosial sebagai pria atau wanita. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata siswa
Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 memerlukan
bimbingan dalam aspek peran sosial sebagai pria atau wanita agar siswa dapat
mencapai tugas perkembangan tersebut secara optimal.
Adapun analisis kebutuhan siswa kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI
Tahun Ajaran 2013/2014 berdasarkan analisis tugas perkembangan adalah siswa perlu
memiliki kemampuan untuk:
a. mengetahui perbedaan pokok laki-laki dan perempuan;
b. mengetahui peran sosial sesuai dengan jenis kelamin;
c. dapat bertingkah laku dan kegiatan sesuai dengan jenis kelamin
d. memiliki cita-cita sesuai dengan jenis kelamin.
Oleh karena itu berdasarkan hasil analisis tugas perkembangan tersebut
disusun layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender
siswa kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014, program
layanan terlampir.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui profil awal kesadaran
gender di SD Laboratorium Percontohan UPI yaitu menggunakan perangkat lunak
Analisis Tugas Perkembangan (ATP). Analisis Tugas Perkembangan (ATP) adalah
perangkat lunak yang digunakan khusus untuk membantu mengolah Inventori Tugas
Perkembangan (ITP). Dari ATP dapat diketahui ketercapaian tugas perkembangan
42
1. analisis kelompok, yang terdiri atas: profil kelompok, grafik distribusi frekuensi
untuk setiap aspek, grafik distribusi frekuensi konsistensi, delapan butir tertinggi
dan terendah;
2. analisis per individu, yang terdiri atas: profil individual, distribusi frekuensi
nilai, delapan butir tertinggi dan terendah untuk individu tersebut;
3. visualisasi hasil pengolahan skor dalam bentuk grafik.
Setiap kelas memperoleh kategori yang berbeda-beda, untuk menentukan
kategori digunakan perhitungan bilangan baku (skor z) yang diperoleh dari standar
deviasi data dan rata-rata. Berikut rumus yang digunakan dalam menentukan
kategorisasi:
Keterangan:
= skor z atau bilangan baku = skor yang diperoleh = rata-rata
s = simpangan baku
(Sudjana, 2005:99)
Setelah mengetahui nilai skor z langkah selanjutnya yaitu mengelompokkan
data menjadi tiga kategori dengan pedoman sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kategori Skor z
Rentang Skor z Kategori Skor z
z 1 Tinggi
-1 ≤ z ≤ 1 Sedang
43
Setelah mengelompokkan kategori berdasarkan perolehan skor z langkah
selanjutnya yaitu menginterpretasi setiap rentang skor yang diuraikan dalam tabel
sebagai berikut.
Tabel 3.2
Interpretasi Skor Berdasarkan Kategori Kelas III-A
Kategori Interval Interpretasi
Tinggi z 1
44
45
46
Adapun interpretasi rentang skor berdasarkan kategori kelas III-B adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.3
Interpretasi Skor Berdasarkan Kategori Kelas III-B
Kategori Interval Interpretasi
Tinggi z 1
47
48
kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan perempuan sehingga laki-laki harus bisa membantu pekerjaan perempuan, memilih cita-cita yang sesuai dengan jenis kelaminnya, bermain mainan yang sesuai dengan jenis kelaminnya), siswa belum memahami keadaan dirinya baik itu sebagai laki-laki atau perempuan, siswa belum dapat menampilkan perilaku sesuai dengan jenis kelaminnya (seperti, laki-laki tidak bersikap lemah gemulai serta perempuan teman yang berbeda jenis kelaminnya).
Setelah diperoleh profil awal kesadaran gender siswa di kelas III SD
Laboratorium UPI selanjutnya disusun layanan bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan kesadaran gender siswa yang berdasarkan pada hasil analisis tugas
perkembangan siswa. Dalam pengembangan program bimbingan pribadi sosial ini
difokuskan pada aspek tugas perkembangan siswa yang paling rendah. Hasil dari
49
sebagai pria atau wanita oleh karena itu program disusun secara khusus untuk
mengembangkan kesadaran gender siswa.
Selanjutnya, untuk mengetahui efektivitas layanan yang diberikan kepada
siswa yaitu dengan membandingkan hasil pre tes dan post test Analisis Tugas
Perkembangan (ATP). Selain menggunakan ATP, untuk mengetahui efektifitas
bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa
menggunakan uji t. Tujuan uji t adalah untuk membandingkan kedua data, yaitu
pre-test dan post-pre-test. Gunanya untuk menguji kemampuan generalisasi yang berupa dua
variabel berbeda dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
√
(Arikunto, 2008: 306)
Keterangan:
t = harga t untuk sampel berkorelasi
D = (difference), perbedaan antara skor tes awal dengan skor tes
akhir untuk setiap individu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai bimbingan pribadi
sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa kelas III SD Laboratorium
Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 diketahui profil kesadaran gender
siswa di kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014
rata-rata terkategori sedang.
Artinya, siswa sudah dapat memahami perbedaan fisik antara laki-laki dan
perempuan, mengetahui peran di masyarakat sesuai dengan jenis kelaminnya,
siswa memahami keadaan dirinya baik itu sebagai laki-laki atau perempuan serta
mengetahui perilaku sesuai dengan jenis kelaminnya akan tetapi siswa belum
mampu untuk menampilkan perilaku yang seharusnya ditampilkan dalam
lingkungan sosial.
Seperti dalam hubungan dengan teman sebayanya yang berbeda jenis
kelamin, siswa yang terkategori sedang masih belum mau untuk bergabung
dengan teman-teman yang berbeda jenis kelamin dan cenderung hanya bermain
dengan teman-teman yang berjenis kelamin sama.
Hasil pelaksanaan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan
kesadaran gender siswa Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun
Ajaran 2013/2014 mengalami peningkatan dalam aspek perkembangan peran
sosial sebagai pria atau wanita. Artinya, program bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan kesadaran gender tersebut terbukti efektif.
B. Rekomendasi
Rekomendasi ditujukkan untuk pihak-pihak terkait dalam penelitian ini.
Melalui adanya rekomendasi diharapkan dapat menjadi perbaikan dan
106
1. Pihak Sekolah
Pelaksanaan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran
gender siswa secara klasikal memerlukan media belajar yang memadai agar
materi yang disampaikan dapat tersampaikan dengan baik. Oleh karena itu
rekomendasi bagi pihak sekolah berdasarkan hasil penelitian mengenai bimbingan
pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa di kelas III SD
Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014 diharapkan adanya
penyediaan sarana dan prasarana yang lebih lengkap seperti penambahan jumlah
infocus agar proses belajar siswa dapat berjalan secara optimal karena ditunjang
oleh perlengkapan belajar yang lengkap.
2. Guru Bimbingan dan Konseling
Adapun rekomendasi bagi guru bimbingan dan konseling di SD
Laboratorium Percontohan UPI Bandung berdasarkan hasil penelitian yaitu
diperlukan upaya lebih lanjut berupa konseling individual bagi siswa yang masih
terkategori rendah dalam pencapaian tugas perkembangannya agar siswa dapat
mencapai tugas perkembangannya secara optimal.
3. Peneliti Selanjutnya
Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya yaitu diperlukan pengembangan
instrumen mengenai kesadaran gender yang lebih spesifik serta diperlukan alat
pengungkap data lain mengenai aspek peran sosial sebagai pria atau wanita
berupa waancara atau observasi.
Selanjutnya, diperlukan adanya pengembangan teknik-teknik bimbingan
dan konseling dalam upaya membantu siswa dalam mencapai tugas
perkembangannya dalam hal ini tugas perkembangan yang dikembangkan adalah
107
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Boeree, G. (2010). Personality Theories. Jakarta: Prismasophie.
Depdiknas. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta.
Echols, John M. dan Hassan Shadily (1983). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia. Cet. XII.
El-Qudsi, H. (2012). Ketika Anak Bertanya tentang Seks. Solo: Tinta Medina.
Fakih, M. (2012). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Handayani, A. dan Amirudin,A. (2008). Anak Anda Bertanya Seks. Bandung: Khazanah Intelektual.
Havighurst, J. (1984). Perkembangan Manusia dan Pendidikan (terjemahan). Bandung: Jemmars.
Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Imania Eliasa,E. dan Suwarjo. (2010). 55 Permainan dalam Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Paramitra Publishing.
Kartika, D. (2008).Perspektif Gender Anak Usia Dini Melalui Reproduksi Narasi Buku Cerita Anak Berarketip Gender. Thesis pada UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Kartono, K. (1995). Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju.
Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Lips, Hilary M. (1993). Sex and Gender: An Introduction. London: Myfield Publishing Caompany.
Neufeldt, Victoria (ed.). (1984). Webster’s New World Dictionary. New York:
108
Nurhudaya. (2011). “Penggunaan Inventori dan Analisis Tugas Perkembangan”,
dalam Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Bandung: Rajawali Press.
Olivia Femi. (2010). Visual Mapping. Elex Media Komputindo. Jakarta
Papalia,D. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
Pitt,R. (2011). Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Pada Sekolah Dasar Negri Dan Sekolah Dasar Agama Di Malang Dan Batu. Skripsi pada FISIP UM Malang: Tidak diterbitkan.
Risman, E. (2006). Bicara Seks Pada Anak. [Online]. Tersedia: http://nurulhuriahastuti.multiply.com/reviews/item/6. [September, 2012].
Risman,E. (2005) Media Mempengaruhi Anak Perempuan Cepat Menstruasi. [Online]. Tersedia: http://id.she.yahoo.com/media-mempengaruhi-anak-perempuan-cepat-menstruasi-080312978.html. [September, 2012].
Risman,E. (2006). Dewasanya Anak-anak Sekarang, Kelas 4 Sudah Haid &
Mimpi Basah. [Online]. Tersedia:
http://news.detik.com/read/2006/06/16/120015/617550/10/dewasanya-anak-anak-sekarang-kelas-4-sudah-haid-mimpi-basah. [September 2012].
Santrock, J. (2012). Life Span Development (Edisi Ketigabelas). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sudjana. (2005). Metode Statitika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
109
Yusuf, S dan Nurihsan. (2009). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda Karya.
Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.
Yusuf, S. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.
Yusuf. (2011). “Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah”.
110
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A SK Pengangkatan Pembimbing Skripsi
Lampiran B Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran C Instrumen Penelitian
Lampiran D Data Hasil Penelitian
Lampiran E Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan
Kesadaran Gender Siswa