• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NEGERI 1 LURAGUNG PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGUNAKAN ALAT-ALAT UKUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NEGERI 1 LURAGUNG PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGUNAKAN ALAT-ALAT UKUR."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NEGERI 1

LURAGUNG PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGUNAKAN ALAT-ALAT UKUR (MEASURING TOOLS)

(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas X-SM4 SMKN 1 Luragung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin

Oleh

ASEP IYAN TAUFIK R E.0551.0605715

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NEGERI 1

LURAGUNG PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGUNAKAN ALAT-ALAT UKUR (MEASURING TOOLS)

(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas X-SM4 SMKN 1 Luragung)

Oleh

Asep Iyan Taufik R

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknik Mesin

© Asep Iyan Taufik R 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Student Centered Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SMK Negeri 1 Luragung Pada Standar Kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur (Measuring Tools) ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Maret 2013 Yang membuat pernyataan,

(4)

ASEP IYAN TAUFIK R E.0551.0605715

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NEGERI 1

LURAGUNG PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGUNAKAN ALAT-ALAT UKUR (MEASURING TOOLS)

(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas X-SM4 SMKN 1 Luragung)

DISETUJUI dan DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Drs. H. Syafarudin Siregar, M.Pd. NIP. 19500816 197903 1 001

Pembimbing II

Dr. H. Agus Solehudin, ST., M.T NIP. 19680218 199303 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin

(5)

ABSTRACT

ASEP IYAN TAUFIK R (2013). APPLICATION OF STUDENT CENTERED LEARNING MODEL FOR STUDENT RESULT IN SMK 1 LURAGUNG ON COMPETENCE STANDARDS USING MEASURING TOOLS. (Students Class Action Research in Class X-SM4 SMKN 1 Luragung).

The research was motivated by several issues such as: (1) the learning process still tends to be dominated by the teacher, (2) the learning process is still verbal and less use of existing facilities, (3) the low involvement of the student in the learning of students is also still not used to interact socially with teachers or friends. This sparked the student learning outcomes in low standards of competence using measuring tools. Student Centered Learning (SCL) is used Learning Cooperative Learning type STAD (Student Achievment Team Division). The purpose of this research is to improve and enhance student learning activities, improve students' understanding and improve student learning outcomes in competency standards using measuring tools. Methods research using class action research (PTK). Subjects were students of class X SMKN 1 Luragung Brass consisting of 31 students. The research instrument used to collect the data of observation, field notes, student worksheets and test questions. The results with increased, judging from the learning activities, students become active, enthusiastic, work together, help each other, there was peer tutors, support each other, and respect opinions of each member of the group. Siswapun further increase the level of understanding, students can answer both questions submitted by teachers both in apperception activities, group activities, as well as a final test, so as to improve student learning outcomes. Although there are still some students who score below average, it happens due to carelessness, but the overall value of the other students is quite good even considered successful, it is indicated by the percentage of students achieving grade graduation KKM in the first cycle of 55% , and on the second cycle to 90%.

(6)

ABSTRAK

ASEP IYAN TAUFIK R (2013). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

STUDENT CENTERED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA DI SMK NEGERI 1 LURAGUNG PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGUNAKAN ALAT-ALAT UKUR (MEASURING

TOOLS). (Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas X-SM4 SMKN 1 Luragung)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa permasalahan seperti: (1) proses pembelajaran masih cenderung didominasi oleh guru, (2) proses pembelajaran masih verbal dan kurang memanfaatkan fasilitas yang ada, (3) masih rendahnya keaktifan siswa dalam belajar juga siswa masih belum terbiasa untuk berinteraksi sosial dengan guru ataupun temannya. Hal tersebut menimbulkan rendahnya hasil belajar siswa pada standar kompetensi menggunakan alat-alat ukur (measuring tools). Model Student Centered Learning (SCL) yang dipakai adalah pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD (Student Team Achievment Division). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk perbaikan dan meningkatkan aktivitas belajar siswa, meningkatkan pemahaman siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa pada standar kompetensi menggunakan alat – alat ukur (measuring tools). Metode penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMKN 1 Luragung Kuningan yang terdiri dari 31 orang siswa. Hasil penelitian mengalami peningkatan, dilihat dari aktivitas belajar siswa, siswa menjadi aktif, antusias, saling bekerja sama, saling membantu, terjadi tutor sebaya, saling mendukung, dan menghargai pendapat masing-masing anggota kelompok. Tingkat pemahaman siswapun lebih meningkat, siswa dapat menjawab dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh guru baik dalam kegiatan apersepsi, kegiatan kelompok, maupun tes akhir, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Secara keseluruhan nilai siswa yang lainnya cukup baik bahkan dikategorikan berhasil, hal ini ditunjukan dari prosentase kelulusan siswa berdasarkan pencapaian nilai KKM pada siklus I yaitu 55%, dan pada siklus II menjadi 90%.

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI... v

C.Perumusan Masalah... 7

D.Pembatasan Masalah... 8

E.Tujuan Penelitian... 8

F. Manfaat Penelitian... 9

G.Definisi Operasional………. 10

H.Lokasi dan Sampel Penelitian………... 11

I. Sistematika Penulisan... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Pengertian Mengajar... 14

B.Pengertian Belajar... 15

C.Metode Pembelajaran... 16

D.Model Pembelajaran... 1. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning……….. 2. Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD.... 18 19 22 E.Ketuntasan Belajar... 27 F. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)………...

1. Pengertian KKM……….. 2. Fungsi KKM……….

(8)

G.Media dan Alat Peraga………... 31

H. Tujuan Standar Kompetensi Menggunakan Alat-alat Ukur... 32

I. Spektrum Kurikulum Teknik Sepeda Motor (TSM)... 33

J. Evaluasi Pembelajaran………... 36

K. Penelitian yang Relevan……….. 40

L. Asumsi Dasar……….. 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 42

B. Desain Penelitian………... 44

C. Setting dan Subyek Penelitian... 50

D. Instrumen Penelitian... 50

E. Teknik Pengumpulan Data... 54

F. Analisis Data... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Studi Awal... 65

B. Refleksi Awal……… 66

C. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)……… 1. Siklus I……… BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan... 99

B. Rekomendasi... 100

DAFTAR PUSTAKA... 101

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1.1 Nilai UAS Murni Semester Ganjil TA 2011/2012 Pada Kompetensi

Menggunakan Alat-alat Ukur (measuring tools)……… 4

1.2 Hasil Studi Awal Terhadap Keaktifan Siswa Pada Kompetensi Menggunakan Alat-alat Ukur (measuring tools)……….. . 4

2.1 Tahap Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ………. 24

2.2 Dasar Kompetensi Kejuruan ………. 34

3.1 Ilustrasi Kelompok STAD………. 48

3.2 Kriteria Normalized Gain ………. 57

3.3 Skor Keterampilan Kooperatif……… 59

3.4 Klasifikasi Aktivitas……….. 59

3.5 Kriteria Validitas………. 61

3.6 Interprestasi Kooefisien Korelasi Reliabilitas……….. 62

3.7 Interpretasi Daya Pembeda Instrumen Tes……….. 63

3.8 Kriteria Tingkat Kesukaran……….. 63

4.1 Prosentase Nilai Test……… 66

4.2 Ilustrasi Kelompok STAD……… 71

4.3 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Dalam KBM pada Siklus I……… 75

4.4 Data Nilai Pree-Test Siklus I……… 76

4.5 Data Nilai Post-Test Siklus I……… 76

4.6 Skor Belajar Kelompok dan Penghargaan Kelompok Siklus I……… 77

4.7 Kelompok Awal………. 84

4.8 Kelompok Gabungan……….. 84

4.9 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa……….. 90

4.10 Data Nilai Pree-Test Siklus II……….. 91

4.11 Data Nilai Post-Test Siklus II……….. 91

4.12 Skor Belajar Kelompok dan Penghargaan Kelompok pada Siklus II… 96 4.13 Hasil Gabungan Aktivitas Siswa dalam Kelompok PBM……… 96

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1.1 Lokasi SMKN 1 Luragung………. 12

3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ………. 45

4.1 Foto Siswa sedang Melaksanakan Pree-Test Siklus I………. 70

4.2 Foto Siswa sedang Belajar dalam Tim……… 72

4.3 Foto Siswa sedang Membuat Laporan Akhir untuk Presentasi……….. 73

4.4 Foto Siswa sedang Melakukan Post-Test……… 74

4.5 Diagram Peningkatan Prosesntase Hasil Belajar Siswa pada Siklus I…. 78 4.6 Siswa Belajar dalam Tim……… 86

4.7 Tahap Laporan Akhir……….. 87

4.8 Tahap Presentasi Kelompok……… 88

4.9 Foto Penghargaan Kelompok Terbaik pada Siklus II………. 89

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A……… 102

A1. Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan…….. A2. Daftar Hadir Siswa……….. A3. Daftar Kelompok……… A4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa………. A5. Catatan Tindakan Kelas……….. B3. Hasil Test Pra Tindakan……….. B4. Hasil Tes Siklus I……… B5. Hasil Tes Siklus II……….. B6. Hasil Lembar Observasi………. B7. Skor Belajar Kelompok dan Penghargaan Kelompok………… B8. Skor Lembar Kerja Siswa (LKS)……….

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan sekolah. Sekolah dijadikan tempat untuk mencari, mengembangkan dan membekali siswa dengan kompetensi, sehingga siswa dapat menyesuaikan dirinya dengan perubahan yang ada. Proses belajar di sekolah dapat membuat siswa belajar untuk berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip keilmuan. Melalui partisipasi aktif, diharapkan siswa memperoleh pengalaman melalui eksperimen, agar dapat menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Jika hal itu terjadi, siswa akan mengalami proses belajar yang menambah pengetahuan serta meningkatkan kemampuan dalam menghubungkan pengetahuan tersebut dengan situasi yang sedang dihadapi. Apabila hal tersebut dapat dilaksanakan, maka siswa akan mencapai hasil belajar yang baik.

Hal penting lainnya yang dapat menunjang tujuan pembelajaran adalah manajemen kelas yang baik untuk belajar. Manajemen yang baik adalah menyediakan kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya kepada guru sehingga mereka mampu membimbing kegiatannya sendiri.

(13)

sekarang adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), yaitu pembelajaran yang menekankan siswa untuk membangun pengetahuannya.

Salah satu model penunjang kegiatan belajar yang berpusat pada siswa adalah model Cooperative Learning. Menurut Karli dan Yuliariatiningsih (2002:70) model Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih.

Banyak tipe dalam model Cooperative Learning yang dikembangkan oleh para ahli antara lain : tipe mencari pasangan, bertukar pasangan, berfikir, berpasangan-berempat, jigsaw dan banyak model lainnya. Penulis hanya mengambil satu tipe yaitu tipe STAD (Student Team Achievment Division) dari berbagai tipe yang ada. Inti dari STAD ini adalah guru menyampaikan suatu materi kemudian para siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri atas empat atau lima orang untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru.

Pelaksanaan Student Centered Learning (SCL) diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti mendengarkan, berdiskusi, mengerjakan sesuatu, menyusun laporan, dan memecahkan masalah. Sehingga secara langsung keaktifan siswa dapat diamati.

(14)

bertukar pasangan, berfikir-berpasangan, bekerja sama dan dapat mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Pada akhirnya hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, dan pengembangan keterampilan sosial. Semakin siswa terlibat dalam, maka proses pembelajaran student centered learning (SCL) semakin baik.

Setiap kegiatan belajar mengajar sebaiknya guru memperhatikan dan menganggap siswa sebagai individu yang aktif. Demikian pula dalam pembelajaran alat–alat ukur (measuring tools), hendaknya diciptakan suasana belajar yang memfasilitasi siswa dalam mengembangkan potensinya.

Pemahaman serta penerapan teori-teori belajar dan teori-teori perkembangan siswa penting dan harus dikuasai seorang guru. Guru harus dapat memilih teori-teori belajar yang cocok dengan perkembangan siswanya. Jangan sampai menganut dan melaksanakan pembelajaran yang bersumber pada teori atau lebih tepatnya (teacher centered), konsep yang diajarkan guru hanya digambarkan di papan tulis dan disampaikan secara lisan. Guru berperan mentransfer materi namun terkadang kurang melibatkan keaktifan siswa yang akhirnya siswa hanya menerima secara verbalisme dan sibuk mencatat materi yang disampaikan guru.

(15)

Banyak faktor yang menyebabkan kegagalan atau belum optimalnya hasil yang dicapai dalam pembelajaran menggunakan alat-alat ukur (measuring tools). Faktor-faktor tersebut diantaranya : sarana dan alokasi biaya pendidikan yang kurang memadai, kurikulum yang telalu membebani siswa, model-model pembelajaran yang masih tradisional dan tidak interaktif, serta sistem evaluasi yang kurang baik.

Proses pengajaran cenderung berpusat pada guru, apabila hal ini terus dibiarkan, maka siswa akan senantiasa menganggap dirinya tanpa potensi untuk menemukan konsep-konsep sendiri, dan merasa terkekang kesempatannya untuk aktif. Sebaliknya guru sampai kapanpun akan merasa dirinya maha tahu dan menyebabkan konsep-konsep yang dipelajari siswa akan mudah dilupakan, karena siswa hanya mendengar, mencatat, menghapal kemudian mengerjakan tugas.

(16)

Pengunaan sumber belajar dan media belajar masih belum memenuhi, sehingga konsep kurang kuat dimiliki siswa, siswa cukup membayangkan apa yang dijelaskan guru dan menyebabkan siswa sulit mempelajari penggunaan alat ukur. Ditemukan bahwa dari 32 orang siswa yang hadir, hanya 11 orang siswa yang mendominasi aktivitas selama pembelajaran, 21 siswa tidak aktif dalam pembelajaran.Data yang diperoleh dari hasil observasi dokumentasi tersebut terlihat pada tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1

Nilai UAS Murni Semester Ganjil TA 2011/2012 pada Kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur (Measuring Tools)

No Rentang Nilai Kategori

Frekuensi Perolehan Nilai

(Sumber: Data nilai UAS siswa kelas X SM-1 SMKN 1 Luragung, tahun 2011)

Tabel 1.2

Hasil Studi Awal Terhadap Keaktifan Siswa pada Kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur (Measuring Tools)

No Indikator Keaktifan Jumlah siswa yang aktif

3 Komentar/mengemukakan gagasan

4 12,9

(17)

Berdasarkan temuan di lapangan tersebut, peneliti berinisiatif untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam pembelajaran menggunakan alat–alat ukur (measurimg tools) di kelas X, yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengurangi kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari alat–alat ukur (measuring tools), sehingga berdampak pula pada prestasi belajar siswa yang lebih baik. Alternatif pemecahan masalah yang akan dilaksanakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning, sehingga pembelajaran menggunakan alat–alat ukur (measuring tools) akan lebih bermakna bagi siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian yang berjudul : Penerapan Model Student Centered Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SMK Negeri 1 Luragung Pada Standar

Kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur (Measuring Tools) (Penelitian

Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas X SM-4 SMKN 1 Luragung).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan uraian di atas, maka permasalahan-permasalahan yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut:

(18)

2. Pembelajaran masih berorientasi pada pemberian materi, kurang memperhatikan bagaimana melakukan praktek yang dilandasi oleh pemahaman konsep.

3. Ada kecenderungan proses pembelajaran yang diarahkan kepada proses menghafalkan informasi yang disajikan oleh guru tanpa memberikan gambaran bagaimana memanfaatkan informasi tersebut dalam penerapannya baik pada praktikum, maupun dalam kehidupan sehari-hari.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah pokok penelitian ini adalah:

Apakah penerapan model student centered learning (SCL) untuk meningkatkan hasil belajar di SMK Negeri 1 Luragung pada standar kompetensi menggunakan alat-alat ukur (measuring tools)?”.

Supaya penelitian ini menjadi lebih terarah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dijabarkan secara operasional dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut ini:

1. Apakah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe STAD (Student Team Achievment Division)?

2. Apakah terjadi peningkatan pemahaman siswa dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe STAD (Student Team Achievment Division)?

(19)

D. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang diteliti agar tidak terlalu luas ruang lingkupnya serta tujuan yang ingin dicapai semakin terarah, maka penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Pendekatan Student Centered Learning yang dipakai adalah pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD (Student Team Achievment Division).

Media yang digunakan adalah media visual diam (gambar), media visual gerak (film/video).

2. Penelitian dilakukan pada siswa kelas X SM-4 di SMK Negeri 1 Luragung Kuningan untuk Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor (TSM) dengan standar kompetensi menggunakan alat–alat ukur (measuring tools), yaitu Jangka Sorong, Micrometer, Dial Gauge, dan Multitester.

3. Hasil belajar yang diteliti dilihat melalui nilai tes kognitif yang dilakukan pada awal dan akhir pembelajaran setiap siklus. Peningkatan hasil belajar dilihat dari hasil pre-test dan post-test, skor gain ternormalisasi dari tiap siklus.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut :

(20)

2. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran pada standar kompetensi menggunakan alat-alat ukur (measuring tools) dengan menggunakan Cooperative Learning tipe STAD.

3. Meningkatkan hasil belajar siswa pada standar kompetensi menggunakan alat – alat ukur (measuring tools) melalui penerapan model Cooperative Learning tipe STAD (Student Team Achievment Division).

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, yaitu: 1. Bagi Guru

a. Memberikan informasi serta gambaran tentang penggunaan model Cooperative Learning tipe STAD (Student Team Achievment Division).

b. Memberikan suatu alternatif dalam membantu siswa belajar secara aktif melalui model Cooperative Learning tipe STAD (Student Team Achievment Division).

c. Memperbaiki pembelajaran yang semula didominasi guru menjadi pembelajaran yang kaya akan aktivitas siswa dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe STAD (Student Team Achievment Division).

2. Bagi sekolah

(21)

b. Memberikan gambaran tentang pentingnya inovasi dalam kegiatan pembelajaran.

c. Memberikan masukan dalam menerapkan model model Cooperative Learning tipe STAD (Student Team Achievment Division), khususnya

dalam pengadaan fasilitas belajar. 3. Bagi Peneliti Lain

a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acauan bagi penelitian lebih lanjut sehingga diharapkan dapat membuka wawasan melalui pembelajaran Student Centered Learning (SCL).

b. Sebagai acuan untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan pembelajaran Student Centered Learning (SCL) terhadap hasil belajar siswa pada kompetensi yang berbeda.

G. Definisi Operasional

1. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang dengan struktur kelompok heterogen.

(22)

individu dan pemberian penghargaan. Proses pembelajarannya dilakukan oleh suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.

3. Hasil belajar adalah dapat diartikan sebagai penguasaan hasil belajar siswa secara utuh terhadap seluruh materi yang dipelajari pada satu mata pelajaran. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan di SMK Negeri 1 Luragung bahwa untuk mata pelajaran produktif, siswa telah dinyatakan tuntas apabila telah menguasai 75% dari bahan ajar.

4. Kompetensi menggunakan alat-alat ukur (measuring tools) merupakan salah satu standar kompetensi yang termasuk kepada mata pelajaran produktif pada bidang keahlian Teknik Otomotif. Kompetensi ini mulai diajarkan kepada siswa tingkat satu. Kompetensi ini dapat diukur berdasarkan hasil skor pretest-postest untuk setiap siklus pembelajaran.

H. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Luragung yang berlokasi di. Jl. Luragung-Cidahu Telp. (0232) 879932 Kuningan 45581. Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas X SM-4, semester ganjil tahun ajaran 2012/2013. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian adalah 31 orang.

(23)

dibantu oleh observer untuk mencatat siapa saja siswa yang aktif, dan dicatat pada lembar observasi aktivitas siswa selama KBM .

Gambar 1.1 Lokasi SMKN 1 Luragung (Dokumentasi Pribadi)

I. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini disusun harus sistematis, supaya dihasilkan sebuah karya ilmiah yang baik. Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Bab ini mengenukakan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi, definisi istilah dan sistematika penulisan.

(24)

Bab III Metodologi Penelitian. Bab ini berisi tentang metode penelitian, alur penelitian, setting dan subyek penelitian, instrumen penelitian, pengujian instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang meliputi deskripsi data, pembahasan hasil penelitian dan temuan hasil penelitian.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi. Bab ini membahas tentang kesimpulan dan rekomendasi dari penelitian penerapan model pembelajaraan Cooperative Learning tipe STAD (Student Team Achievment Division) di

(25)

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan yaitu penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi yang berlangsung di dalam kelas yang sering disebut dengan classroom action research. Penelitian tindakan kelas ini guru dapat meneliti

sendiri terhadap praktek pembelajaran yang dilakukan di kelas, guru juga dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari aspek interaksinya dalam proses pembelajaran, melalui tindakan-tindakan yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi, agar guru memperoleh umpan balik yang sistematis tentang apa yang telah dilakukannya dalam proses belajar mengajar.

Penelitian Tindakan Kelas merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata, penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama.

(26)

berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan tersebut”.

Mendeskripsikan secara rinci penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan, maka digunakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data secara deskriptif. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suharsimi (2006:26)

bahwa “penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang fenomena yang diteliti, sehingga mungkin muncul kejadian

yang dideskripsikan secara rinci, urut dan jujur”. Oleh karena itu fokus penelitian tindakan kelas adalah terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang direncanakan oleh guru, kemudian diuji cobakan dan kemudian dievaluasi, apakah tindakan-tindakan alternatif itu dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang sedang dihadapi oleh guru.

Penelitian tindakan kelas, guru berada dalam situasi unik yang dapat meneliti sendiri praktek pembelajaran yang dilakukannya dalam kelas. Sebagaimana diungkapkan Wiriaatmadja (2006:220), yaitu:

Guru berada pada situasi unik, yakni pada posisi untuk mengobservasi peserta didik dalam jangka waktu yang panjang dan di berbagai situasi, serta karenanya memiliki pengetahuan dari dalam mengenai pikiran dan tindakan peserta didik, budaya kelas, sekolah, komunitas yang kemudian dihubungkan dengan peran dan tanggung jawab guru.

(27)

penelitian tindakan kelas adalah adanya tindakan (action) yang benar-benar nyata.

B. Desain Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Setiap tindakan yang dilaksanakan merupakan hasil refleksi dari tindakan sebelumnya, dalam rangka mengadakan perubahan ke arah yang baik sesuai dengan faktor yang diteliti dalam perencanaan. Suharsimi (2006:20) mengungkapkan bahwa dalam penelitian tindakan kelas ada empat tahapan penting, yaitu (1) menyusun rancangan tindakan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).

Desain penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu model siklus. Model siklus yang digunakan yaitu model menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2006: 66-67) yaitu terdiri dari empat komponen yaitu :

a. Rencana yaitu rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi.

b. Tindakan yaitu apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.

c. Observasi yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.

(28)

rencana awal.

Kegiatan yang paling utama yang dilakukan oleh guru ketika akan melaksanakan penelitian yaitu guru harus membuat rencana yang matang dan baik tentang hal-hal apa saja yang akan dilakukan oleh siswa dan apa yang akan dilakukan oleh guru yang disusun secara sistematis, mulai dari materi, pendekatan, dan alat peraga yang digunakan, dan sebagainya. Setelah itu, guru melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Selama proses tindakan dilaksanakan, guru bersama observer melakukan pengamatan dengan menggunakan instrumen penelitian. Hasil dari observasi, dijadikan bahan untuk melakukan tahapan terakhir yaitu refleksi.

Desain penelitian dapat dikemukakan dalam gambar 3.1 sebagai berikut

Gambar 3.1

(29)

sebagai berikut:

a. Tahap persiapan, yang meliputi:

1. Menentukan materi yang akan disampaikan, yakni materi tentang standar kompetensi menggunakan alat-alat ukur (measuring tools) yaitu Jangka Sorong, Micrometer, Dial Gauge dan Multitester.

2. Menentukan metode dan pendekatan dalam pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter materi.

3. Menentukan fokus observasi, yaitu peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan model Cooperatif tipe STAD.

4. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berpedoman pada KTSP SMKN 1 Luragung sesuai model Cooperatif tipe STAD. RPP yang telah siap adalah RPP untuk siklus I, sedangkan untuk siklus berikutnya hanya berupa draft. Ini dimaksudkan apabila pada siklus I masalahnya belum terselesaikan, maka dilakukan siklus berikutnya sampai masalah selesai.

5. Menyusun modul dan menyusun alat tes yaitu tes berbentuk pilihan ganda.

6. Menentukan cara observasi, yaitu dengan menggunakan metode observasi terbuka dan akan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. 7. Menentukan jenis data dan cara pengumpulan data kuantitatif akan

(30)

dengan guru mitra yang akan dilakukan setiap usai pemberian tindakan dan pelaksanaan observasi untuk setiap siklusnya.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan sebanyak tiga siklus dengan tiga kali pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan observasi, evaluasi dan refleksi. Hasil observasi digunakan sebagai refleksi diri terhadap berbagai kekurangan tindakan pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan refleksi diri kemudian disusun rencana tindakan berikutnya dengan memperbaiki hal-hal yang masih dianggap kurang. Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini terdiri dari tiga siklus yang diuraikan sebagai berikut:

1. Siklus I

Pelaksanaan siklus I dilakukan dengan kegiatan pembelajaran teori dimana pelaksanaanya :

1) Sebelum pembagian kelompok setiap siswa telah diberikan teori dasar dan tujuan dari materi yang akan dibahas.

2) Pelaksanaan sistem pembelajaran kooperatip tipe STAD.

(31)

GROUP A

A B C D

JANGKA SORONG

MICROMETER DIAL GAUGE MULTITESTER

A1,A2,A3,A4 B1,B2,B3,B4 C1,C2,C3,C4 D1,D2,D3,D4

GROUP B

E F G H

JANGKA SORONG

MICROMETER DIAL GAUGE MULTITESTER

E1,E2,E3,E4 F1,F2,F3,F4 G1,G2,G3,G4 H1,H2,H3,H4

4) Guru membagi Lembar Kerja Siswa (LKS) menggunakan alat ukur. 5) Setiap kelompok membahas dan mendiskusikan dengan sesama

anggota kelompok.

6) Setiap siswa harus bisa memecahkan setiap pertanyaan pada LKS dan membantu sesama anggotanya yang mengalami kesulitan dalam memecahkan persoalan.

(32)

kemajuannya. Penghargaan kelompok (Team Reward) diberikan kepada tiga kelompok yang terdiri dari Good Team, great team dan Super team.

9) Pelaksanaan analisis dan refleksi, dilakukan oleh peneliti dan guru segera setelah usai pelaksanaan tindakan guna mengkaji dan menganalisis data yang diperoleh dari proses tindakan yang akan dijadikan sebagai bahan perencanaan tindakan baru yang dilakukan pada siklus berikutnya.

10) Pelaksanaan perencanaan ulang (re-plan) dilakukan setelah kesimpulan dari pelaksanaan refleksi didapat. Pelaksanaan perencanaan ini dilaksanakan bila pada siklus I belum tercapai hasil yang ingin dicapai.

2. Siklus II

Pelaksanaan siklus II dilakukan berdasarkan hasil refleksi dan analisis siklus I, segala kekurangan dan kelemahan pada tindakan pembelajaran siklus pertama dianalisis yang kemudian ditentukan penyelesaiannya. Siklus II ini dilakukan bila pada siklus I belum dapat menyelesaikan masalah yang ditemukan sebelumnya, tetapi beda kompetensi dasar.

3. Evaluasi dan Kesimpulan

(33)

meningkatkan hasil belajar siswa atau tidak? terlihat dari hasil test setiap siklusnya. Apakah naik, statis, atau bahkan turun.

C. Setting dan Subyek Penelitian

Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa SMKN 1 Luragung, Kuningan kelas X SM-4, semester ganjil tahun ajaran 2012/2013. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian adalah 31 orang. Terdiri dari 31 orang laki-laki dan 0 orang perempuan.

Fokus dalam penelitian tindakan kelas ini adalah pembelajaran menggunakan alat-alat ukur (measuring tools). Pada setiap tindakan, perlakuan kelas dilaksanakan dengan menugaskan siswa untuk bekerja dalam satu kelompok heterogen yang terdiri dari 4 orang setelah guru menyampaikan materi.

Penelitian ini bersifat kolaboratif, dilakukan oleh peneliti bersama satu guru mata pelajaran produktif sebagai pembimbing kelas X SM-4 di SMK Negeri 1 Luragung. Peneliti bertindak sebagai pelaku tindakan dan guru produktif sebagai observer.

D. Instrumen Penelitian.

(34)

Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis (Wiriaatmadja, 2006:104). Observasi kelas dimaksudkan untuk mengukur atau melihat aktivitas siswa, aktivitas guru dan motivasi siswa selama pembelajaran.

Hasil observasi kelas ditulis dalam lembar observasi juga dilengkapi dengan catatan tindakan kelas dan catatan temuan esensial. Hal ini dimaksudkan sebagai alat bantu untuk menganalisis dan merefleksi setiap tahapan tindakan pembelajaran, sehingga dapat diinventarisir faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan pembelajaran sehingga kekurangan-kekurangan pada kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung dapat diperbaiki pada pembelajaran berikutnya.

Observasi bila dilihat dari segi pelaksanaannya di bagi menjadi dua yaitu observasi non-partisipatif dan observasi partisipatif. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipatif yaitu jenis observasi yang pengamatnya terlibat pada sebagian atau seluruh kegiatan yang diamati.

Lembar observasi yang digunakan yaitu mengamati tentang aktivitas guru dan siswa, serta sejauhmana tingkat pemahaman siswa terhadap materi alat-alat ukur melaui model Cooperative Learning tipe STAD.

2. Wawancara

(35)

diungkapkan secara lisan dan tepat dengan kata-kata seperti ide, pendapat, pemikiran, wawasan dari orang yang di amati.

3. Catatan Lapangan

Menurut Suyanto (1997:7), catatan lapangan sangat cocok digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses. Catatan lapangan merupakan catatan teknis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.

Lembar catatan lapangan ini peneliti dapat mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari yaitu menggunakan alat-alat ukur (measuring tools) dan keberhasilan model pembelajaran yang digunakan yaitu Cooperative Learning tipe STAD. Sehingga peneliti dapat memperoleh data untuk dijadikan bahan refleksi dan tindakan selanjutnya.

4. Lembar Kerja Siswa

(36)

1. Pedoman Observasi

Observasi berfungsi untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang disusun sebelumnya dan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan.

Lembar observasi yang digunakan yaitu mengamati tentang aktivitas guru dan siswa, serta sejauhmana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep menggunakan alat-alat ukur (measuring tools) dan sejauhmana tingkat keberhasilan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD digunakan pada standar kompetensi menggunakan alat-alat ukur (measuring tools). Hasil dari observasi ini akan dijadikan peneliti sebagai bahan untuk melaksanakan refleksi dan merancang tindakan pembelajaran selanjutnya.

2. Lembar Kegiatan Siswa

LKS ini bertujuan untuk melihat hasil kerja siswa secara berkelompok untuk mengaplikasaikan konsep-konsep yang telah dikuasainya. Lembar kerja siswa ini berisi tentang beberapa kegiatan siswa yang berupa tugas, latihan atau permasalahan.

Lembar kegiatan siswa dikerjakan secara berkelompok dengan memperhatikan karakteristik-karakteristik pembelajaran model Cooperative Learning tipe STAD. Data atau hasil kerja dari LKS ini akan digunakan sebagai

(37)

Lembar catatan lapangan berisi catatan teknis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan pada saat proses pembelajaran berlangsung dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.

Lembar catatan lapangan ini peneliti dapat mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari yaitu menggunakan alat-alat ukur (measuring tools) dan keberhasilan model pembelajaran yang digunakan yaitu Cooperative Learning tipe STAD. Sehingga peneliti dapat memperoleh data untuk dijadikan bahan refleksi dan tindakan selanjutnya.

4. Alat Evaluasi

Untuk mengetahui atau mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi atau konsep yang telah dipelajari dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD, maka diadakan post test (tes akhir). Selain itu post test juga

bertujuan untuk menentukan apakah pembelajaran akan dilanjutkan pada tindakan berikutnya atau dilakukan pengulangan untuk perbaikan.

Soal tes yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada aspek kognitif saat sebelum dan sesudah pembelajaran, maka tes ini disusun sesuai dengan indikator yang dikembangkan.

F. Analisis Data

(38)

Data yang diperoleh dari lapangan dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu:

a) Data kuantitatif adalah data yang berkenaan dengan perkembangan siswa yang diukur melalui tes hasil belajar.

b) Data kualitatif adalah data yang berkenaan dengan hasil dari observasi aktivitas siswa, pemahaman siswa, hasil belajar siswa beserta faktor-faktor yang menyebabkan siswa kurang memahami pembelajaran menggunakan alat-alat ukur (measuring tools) selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD. Sedangkan menganalisis hasil wawancara siswa dan guru dilaksanakan setelah pembelajaran model Cooperative Learning tipe STAD dilaksanakan.

2. Interpretasi Data

Peneliti melakukan interpretasi atau menggambarkan temuan-temuan penelitian berdasarkan landasan teoritis yang telah dipilih. Hasil interpretasi ini diharap dapat memperoleh makna yang cukup berarti sebagai bahan untuk kegiatan tindakan selanjutnya atau untuk kepentingan peningkatan kinerja guru.

(39)

Siswa dikatakan tuntas belajar jika Tingkat Penguasaan ≥ 75%. 2) Nilai rata-rata ( ̅)

3) Menghitung skor akhir rata-rata kelompok pada setiap tindakan, menggunakan rumus dari Slavin (Rosyati, 2003 : 20) sebagai berikut :

4) Menentukan tingkat ketuntasan belajar berdasarkan pada KKM SMKN 1 Luragung yakni 75% dengan kategori berdasarkan pada nilai rata-rata kelas sebagai berikut:

Ketuntasan belajar =

×100%

2. Data tersusun dan terinpretasikan berdasarkan teori atau aturan yang disepakati peneliti dan guru untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif sebagai acuan dalam melakukan tindakan selanjutnya.

3. Lembar observasi dianalisis dalam bentuk tabel yang didapat selama pembelajaran berlangsung.

4. Data yang diperoleh dikelompokan menjadi kelompok positif dan negatif, untuk menganalisis data hasil jurnal siswa dan kesan siswa. Setelah itu data pengelompokan kemudian dipresentasekan dan diinterpretasikan.

5. Analisis N-Gain

(40)

dan mana yang dikatakan gain rendah. Misalnya, siswa yang memiliki gain 2 dari 4 ke 6 dan siswa yang memiliki gain dari 6 ke 8 dari suatu soal dengan nilai maksimal 8.

Gain absolut menyatakan bahwa kedua siswa memiliki gain yang sama.

Secara logis seharusnya siswa kedua memiliki gain yang lebih tinggi dari siswa pertama. Hal ini karena usaha untuk meningkatkan dari 6 ke 8 (nilai maksimal) akan lebih berat daripada meningkatkan 4 ke 6. Menyikapi kondisi bahwa siswa yang memiliki gain absolut sama belum tentu memiliki gain hasil belajar yang sama. Meltzer (2002) mengembangkan sebuah alternatif untuk menjelaskan gain yang disebut gain ternormalisasi (normalize gain). Gain ternormalisasi (N-gain) diformulasikan dalam bentuk persamaan seperti dibawah ini:

Pada data N- gain, besar N- gain yang ternormalisasi ini diinterprestasikan untuk menyatakan besarnya perbedaan pencapaian hasil belajar. Kategori gain ternormalisasi disajikan pada tabel 3.2 berikut

Tabel 3.2

Kriteria Normalized Gain

Skor N-Gain Kriteria Normalized Gain 0,70 < N-Gain Tinggi

0,30 < N-Gain< 0,70 Sedang N-Gain < 0,30 Rendah

(41)

dengan menggunakan rumus dari Rakhmat dan Solehudin (2006 : 59), yaitu sebagai berikut:

N Xi X  

Keterangan :

X = Skor rata-rata

∑Xi = Jumlah skor tes

N = Banyaknya yang mengikuti tes

7. Analisa Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa

Skor yang diperoleh siswa ditentukan jumlah dari setiap indikator keterampilan kooperatif dengan bobot dari setiap indikator yang bersangkutan. Skor yang diperoleh dihitung dengan rumus:

S = �X x B Keterangan :

S = Skor yang diperoleh siswa �X = Jumlah indikator

B = bobot untuk setiap indikator

(42)

- Persentase rata-rata aktivitas siswa dalam kelompok (%) P = S/ST x 100%

Keterangan:

P = Prosentase aktivitas siswa (%)

S = skor yang diperoleh pada aspek keterampilan kooperatif yang dilakukan siswa dalam kelompok.

ST = skor total pada aspek keterampilan kooperatif yang dilakukan siswa didalam kelompok.

c. Merumuskan tugas yang menjadi tanggungjawabnya

d. Bekerja sama dengan kelompok Mendengarkan dengan aktif

a. Mempraktikan informasi yang disampaikan teman

b. Menghargai pendapat teman. Berbagi dalam tugas

a. Bersedia menerima tugas

b. Membantu teman menyelesaikan tugas Bertanya

Bertanya kepada teman atau guru Mendorong partisipasi

(43)

2. Pengujian Instrumen

Pengujian instrumen dilakukan untuk mengetahui ketepatan dan kehandalan instrumen ketika melakukan penelitian. Pengujian instrumen dilakukan sebelum dilakukan pengambilan data dan dilakukan terhadap sumber data lain diluar data penelitian. Pengujian yang akan dilakukan meliputi pengujian validitas, daya pembeda (D), taraf kesukaran (TK) dan realibilitas.

1. Uji Validitas Tes

Validitas item dari suatu tes merupakan ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu kesatuan) dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut. Untuk mengetahui validitas item dari suatu tes dapat menggunakan korelasi product momen yang dikemukakan oleh Person. Dalam penelitian, besarnya

koofesien antara dua variabel dirumuskan:

r

    

rxy : Koofesien korelasi antara varibel x dan y x : Skor tiap butir soal

y : Skor total yang diperoleh oleh masing-masing siswa n : Skor total

xy : Jumlah perkalian xy

(44)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

Reliabilitas tes yang dimaksud berfungsi sebagai tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah). Dalam penelitian ini, reliabilitas bentuk uraian menggunakan product momen dahulu, yaitu:

r

    

Kemudian untuk menghitung indeks reliabilitas menggunakan Model belah dua (split-half method), yaitu:

(45)

rxy Interpretasi

0,800 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,600 < rxy ≤ 0,800 Tinggi 0,400 < rxy ≤ 0,600 Cukup 0,200 < rxy ≤ 0,400 Rendah 0,000 < rxy ≤ 0,200 Sangat rendah

(Arikunto, 2007:75)

3. Daya Pembeda Tes

Daya pembeda yang dimaksud adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dan siswa yang berkemampuan rendah.

Menghitung daya pembeda tiap item soal terlebih dahulu menentukan skor total siswa yang memperoleh skor tinggi ke rendah. Kemudian ambil beberapa sampel dari kelompok atas dan dari kelompok bawah. Kemudian hitung daya pembeda dengan menggunakan rumus :

D = = (Arikunto, 2007:213)

D : Indek daya pembeda item suatu soal tertentu

BA : Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang menjawab benar BB : Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang menjawab benar JA : Banyaknya peserta kelompok atas

JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

(46)

Daya Pembeda Kriteria

<0,00 Sebaiknya soal dibuang 0,00-0,20 Jelek (poor) 0,20-0,40 Cukup (statis factory) 0,40-0,70 Baik (good) 0,70-1,00 Baik sekali (excellent)

(Arikunto, 2007:218) 4. Taraf Kesukaran Tes

Suharsimi Arikunto (1993:210) menyatakan bahwa bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Selanjutnya Arikunto menjelaskan untuk menghitung taraf kemudahan dipergunakan rumus :

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk menginterpretasikan indeks kesukaran (P) tiap item soal tiap tahap dilakukan dengan interpretasi terhadap standar P pada tabel 3.8 berikut :

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan data penelitian yang diperoleh di lapangan selama menerapkan metode pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD pada standar kompetensi menggunakan alat-alat ukur (measuring tools) di SMKN 1 Luragung, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Melalui pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD aktivitas siswa dalam setiap proses pembelajaran cukup antusias, aktif, saling bekerja sama, saling memotivasi, bertukar pikiran, mengembangkan tanggung jawab pribadi sebagai bagian dari kelompok tersebut. Hal ini ditunjukan dari data pada siklus I memiliki prosentase 55,5% dan siklus II memiliki prosentase 87%.

2. Melalui model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD, tingkat pemahaman siswa pada umumnya baik, artinya siswa dapat mengerti dan memahami tentang standar kompetensi menggunakan alat-alat ukur (measuring tools).

(48)

B. Rekomendasi

Banyak kendala dan kekurangan yang dihadapi pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, maka dari itu peneliti menyertakan beberapa rekomendasi dengan harapan dapat dijadikan pertimbangan dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas selanjutnya, ataupun pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievment Division.

1. Penerapan model pembelajaran koopertif tipe STAD dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran bagi guru untuk dapat meningkatkan prestasi dan ketuntasan belajar siswa, terutama jika dituntut adanya kondisi Student Centered.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat diterapkan secara berkesinambungan dan divariasikan dengan model pembelajaran lain, dengan tujuan mengurangi kejenuhan siswa.

3. Kepada pihak sekolah diharapkan dapat menyediakan berbagai sarana dan fasilitas yang dibutuhkan untuk keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan model Kooperatif tipe STAD.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, H. (2007) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran Topik Prosedur Pemeliharaan Dasar Peralatan dan Perlengkapan untuk meningkatkan Ketuntasan Belajar Peserta Diklat. Skripsi Pendidikan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian (edisi Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Entang, Sri. (2007). Cooperative learning model STAD Dalam Pembelajaran Simetri Bangun Datar Sederhana Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Skripsi Pendidikan Jurusan PGSD FPTK UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

.

Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Karli, Hilda dan Yuliariatiningsih (2002). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Model-model Pembelajaran. Bandung: Bina Media Informasi.

Kusnandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Lie, Anita (2002). Cooperative Learning. Bandung : Grasindo

Mulyana, Deddy (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda. N.K, Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurman. (2009). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). [Online]. Tersedia:

http://nurmanspd.wordpress.com/2009/09/08/kriteria-ketuntasan-minimal-kkm/. [5 Desember 2010].

Rakhmat, Cece dan Solehudin, M (2006). Pengukuran dan Penelitian Hasil Belajar. Bandung : Andira

(50)

Rosyati (2003). Pembelajaran Keliling dan Luas Bangun Gabungan Melalui Model Kooperatif untuk siswa kelas VI Sekolah Dasar. Tesis PPS UPI : Tidak Dipublikasikan

Ruseffendi (1992). Pendidikan Matematika III. Jakarta : Depdikbud

Rusyan, T. (1993). Proses Belajar Mengajar yang Efektif. Bandung: Bina Budhaya.

Sagala, Saeful. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sardiman, A.M. 2008. Interaksi & Motivasi belajar Mengajar. Jakarta.PT Raja

Grafindo Persada Jakarta.

Sudjana, Nana. (2009). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alpabeta.

Sumantri, Mulyani dan Permana, Johar (1998/1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud.

Suyanto (1997). Pedoman Pelaksanaan Tindakan Kelas, Jogjakarta : Depdikbud. Towip. (2008). Penerapan Pembelajaran Tutor Sebaya pada Pembelajaran Topik

Perhitungan Performence Engine untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Pesrta Diklat. Skripsi Pendidikan Jurusan teknik Mesin FPTK UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Tim MKPBM (2001). Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

UPI. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Departemen Pendidikan Nasional UPI.

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 1.1
Gambar 1.1 Lokasi SMKN 1 Luragung (Dokumentasi Pribadi)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada 15 sampel es batu di 13 penjual es batu industri rumah tangga kotamadya Yogyakarta dan 2 perusahaan DIY, 66,67% sampel yang

Pengamatan terhadap persentase jumlah monosit dalam darah ikan koi menunjukkan bahwa nilai tertinggi terdapat pada perlakuan K(-) yaitu 6±0 % dan nilai terendah terdapat

Setelah dilakukan pengkajian pada klien ditemukan data An.T perut bagian atasnya nyeri, skala nyeri 3-6. Penulis memprioritaskan masalah ini sebagai diagnose keperawatan yang

[r]

 Selain ketentuan tersebut di atas, Penyedia Barang/Jasa untuk pekerjaan konstruksi, mampu menyediakan tenaga ahli dan/atau peralatan yang diperlukan dalam

Jenis data yang digunakan didalam penelitian ini, yaitu data sekunder yang yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya tetapi melalui sumber lain yang mempunyai

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan keuangan pemerintah daerah se-Jawa Tengah dengan menggunakan analisis rasio keuangan dalam rangka mendukung