• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIF DALAM MEMBENTUK SISWA MENJADI SISWA AKTIF : Studi Kasus di Kelas 4 SD Cendekia Muda Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIF DALAM MEMBENTUK SISWA MENJADI SISWA AKTIF : Studi Kasus di Kelas 4 SD Cendekia Muda Bandung."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI A. Tinjauan Pendidikan di Sekolah Dasar ... 14

1. Pendidikan di Sekolah Dasar ... 14

2. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 16

1. Tahap Perkembangan Anak ... 16

2. Karakteristik Siswa Kelas IV SD ... 19

3. Pendidikan Dasar ... 10

B. Pembelajaran Konstruktif ... 22

1. Pengertian dan Sejarah Teori Pembelajaran Konstruktif ... 22

2. Konstruktivisme Dalam Pendidikan ... 30

3. Pelaksanaan Konstruktivisme dalam Pembelajaran ... 39

C. Belajar Aktif dan Siswa Aktif ... 43

(2)

1. Pengertian dan Mekanisme Belajar Aktif ... 43

2. Siswa Aktif ... 67

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Kualitatif-Studi Kasus ... 70

B. Tahapan Penelitian ... 71

C. Subjek Penelitian ... 72

D. Teknik Pengumpulan Data ... 74

E. Pemilihan Sumber Data ... 78

F. Teknik Analisis Data ... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi SD Cendekia Muda ... 83

1. Gambaran Umum ... 83

2. Kurikulum dan Program SD Cendekia Muda ... 85

B. Hasil Analisis Data ... 112

C. Pembahasan ... 144

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 182

B. Rekomendasi ... 185

DAFTAR PUSTAKA ... 187

INSTRUMEN PENELITIAN ... 190

LAMPIRAN ... 204

(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pembagian Konstruktivisme ... 26

Gambar 2.2 Teori Belajar yang bergerak ... 32

Gambar 2.3 Faktor-faktor yang membangun konstruktivisme ... 33

Gambar 2.4 Pandangan Teori Konstruktif ... 35

Gambar 2.5 Pengertian belajar aktif... 46

Gambar 2.6 Prinsip-prinsip belajar aktif. ... 53

Gambar 2.7 Kerucut pengalaman ... 54

Gambar 2.8 Interaksi Dinamis antara guru-siswa-tugas ... 55

Gambar 2.9 Presentasi otak memberi perhatian terhadap gambar dan teks…... 61

Gambar 2.10 Presentasi otak memberi perhatian terhadap teks abstrak dan konkrit ... 62

Gambar 2.11 Kreativitas mensinergikan pengembangan multi-kecerdasan individu ... 64

Gambar 2.12 Kestabilan memori-gaya belajar pasif ... 66

Gambar 2.13 Kestabilan memori-gaya belajar aktif ... 66

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian ... 72

Gambar 3.2 Skema Lembaga di Yayasan Laju Pendidikan ... 73

Gambar 3.3 Teknik Analisis Data ... 80

Gambar 3.4 Tringulasi teknik sumber data guru dan siswa ... 81

Gambar 3.5 Tringulasi sumber yang akan dilakukan pada orangtua dan staf sekolah ... 81

(4)

Gambar 4.1 Whole Education with The Principle of God Centered ... 90

Gambar 4.2 Skema Alur Pelaksanaan Kurikulum SD Cendekia Mu da ... 107

Gambar 4.3 Metodologi Pembelajaran Rasulullah SAW ... 108

Gambar 4.4 Sistem Evaluasi Pembelajaran Siswa SD Cendekia Muda ... 109

Gambar 4.5 Salah satu bentuk formasi meja-kursi dan area ruang kelas ... 118

Gambar 4.6Contoh Pengaturan Mebeler dalam Kelas ... 145

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Peran Guru Sebagai Instruktur dan Fasilitator ... 51

Tabel 2.2 Perbandingan Antara Belajar Konvensional dan Belajar Aktif ... 65

Tabel 4.1 Jadwal Aktivitas Harian SD Cendekia Muda ... 93

Tabel 4.2 Mata pelajaran per minggu untuk Kelas 4 SD Cendekia Muda ... 94

(6)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan di sekolah dasar adalah pendidikan anak yang berusia antara 6

sampai 12 tahun yang merupakan pondasi dalam membangun kecerdasan dan

keterampilan hidup seorang anak. Pada tahap ini penting sekali untuk memulai

membangun potensi diri yang dimiliki siswa melalui pendekatan belajar aktif.

Dalam UU No. 20 Pasal 1 ayat 1 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dinyatakan bahwa “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana dan proses belajar agar peserta didik secara aktif

membangun potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Sedangkan salah satu penjabaran Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yaitu : (1) Proses

belajar-mengajar pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan minat, bakat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

(7)

Dari kedua penjabaran tentang Undang-undang Pendidikan Nasional di atas,

tampak bahwa pemerintah berkeinginan betul siswa Indonesia menjadi siswa aktif

baik dalam tujuan yang lebih besar tentang potensi diri, maupun yang lebih kecil

seperti pembelajaran sehari-hari siswa. Pada kenyataannya, proses pembelajaran

yang terjadi masih banyak siswa yang bersikap pasif (belum aktif) dalam proses

pembelajarannya.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar pada umumnya masih

menekankan aspek pengetahuan (kognitif) dan kurang melibatkan siswa secara

aktif dalam proses pembelajaran. Sebagai salah satu contohnya, penelitian yang

dilakukan oleh peneliti terdahulu, misalnya pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial : guru merasa sudah melaksanakan pembelajaran ketika menyampaikan

materi pembelajaran, tetapi karena model pembelajarannya kurang melibatkan

aktifitas siswa secara optimal maka sikap belajar yang ditunjukkan siswa adalah

sikap pasif. Guru berasumsi bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah pengetahuan

yang bisa ditransformasikan secara utuh dari pikiran guru ke benak siswa,

sehingga model pembelajaran yang menekankan transformasi aspek pengetahuan

mendominasi dalam kegiatan pembelajarannya. Hal ini akan menyebabkan bekal

pengetahuan dan keterampilan untuk hidup bermasyarakat sebagai hasil

pembelajaran IPS kurang memadai (Somantri, 2001).

Dari observasi yang dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan keaktifan siswa

(8)

rumah kebanyakan siswa yang hanya mengerjakan tugas sesuai permintaan guru

dengan kualitas yang minimal. Ada siswa yang senantiasa menyelesaikan

pekerjaan, namun jarang mengerjakan lebih dari batas minimal. Ia tahu bahwa ia

dapat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, namun tidak

memiliki kecenderungan untuk menunjukkannya. Siswa lainnya tidak nyaman

ketika menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya di muka umum, namun

tugas-tugas yang diselesaikan di rumah dikerjakannya secara lengkap dan

sebagian besar benar. Sedangkan siswa lain sengaja menunjukkan bahwa

dirinya tidak berusaha mengerjakan tugas, karena dengan tidak berusaha, ia

menciptakan sebuah eksplanasi alternatif untuk kegagalan, membiarkannya

menjadi pertanyaan terbuka bahwa ia akan mendapat menyelesaikan tugas

dengan lebih baik kalau ia berusaha.

Dalam proses penyusunan pemahaman, sebagian dari siswa menunjukkan

kualitas yang belum memuaskan, seperti ternyata siswa menyelesaikan tugas

dengan eksplorasi dan konsistensi yang masih belum memadai dibanding dengan

kapasitas dan latar belakang yang dimiliki. Kebanyakan siswa mengerjakan tugas

hanya karena ingin memenuhi standar yang ditetapkan oleh guru. Hal ini dapat

diukur dari kualitas eksplorasi topik atau materi yang ditugaskan, dan

sumber-sumber rujukan yang digunakan kebanyakan masih bersumber-sumber dari sumber-sumber yang

praktis, misalnya dari internet. Selain itu, siswa juga belum mampu

(9)

memecahkan masalah, siswa dapat melakukannya tetapi dengan prinsip yang

sangat praktis dan belum menggambarkan wawasan yang cukup tinggi.

Siswa Sekolah Dasar adalah siswa yang tahapan perkembangannya disebut

dalam teori Piaget sebagai The Stage of Concrete Operations (Barry J.

Wadsworth, 1989 : 95). Selama masa ini yaitu usia 7 – 11 tahun proses

penyusunan nalar menjadi logis dan konkrit. Pada saat ini anak mengembangkan

apa yang disebut Piaget sebagai tahap operasi logika yang merupakan fondasi

yang sangat penting dalam membangun operasi logika. Secara definitif operasi

logika adalah sebuah kegiatan kognitif yang terinternalisasi pada diri siswa

sehingga ia bisa sampai pada kesimpulan bahwa sesuatu itu “logis” (logical

operation). Dari pembangunan operasi logika ini, siswa diharapkan mengerti dan

memiliki keterampilan untuk mengakses dan memproses informasi yang mereka

perlukan untuk memenuhi pencapaian afeksi, kognisi, dan psikomotorik sesuai

perkembangan usianya. Dengan kata lain, proses pembangunan logika diusia ini

ditujukan agar anak dapat menjadi siswa aktif (active learner) yang keinginan dan

antusiasme belajarnya lebih dari sekedar kebutuhan pencapaian kompetensi yang

ditetapkan oleh sekolah, tetapi juga belajar lebih jauh dan lebih dalam lagi dari

yang diajarkan dan dilakukan secara lebih mandiri.

Seorang siswa disebut sebagai siswa aktif jika dalam proses belajarnya, siswa

menggunakan betul kapasitas otaknya, belajar mencari ide-ide, memecahkan

(10)

1996 -Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject). Sedangkan

menurut Menurut Glasgow (Doing Science, 1996 ) : “Siswa aktif secara

energetik berusaha untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam

proses pembelajarannya. Mereka mengambil peran yang lebih dinamis dalam

memutuskan bagaimana dan apa yang mereka perlu ketahui, apa yang seharusnya

bisa mereka lakukan, dan bagaimana melakukannya. Peran mereka berlanjut ke

dalam pendidikan manajemen diri, dan motivasi dirinya menjadi kekuatan yang

lebih besar dibalik proses belajarnya”.

Dalam membentuk siswa menjadi siswa aktif dibutuhkan sebuah situasi atau

kegiatan belajar yang dapat mengakomodasi kebutuhan belajar mereka. Kegiatan

yang diperlukan merupakan sebuah bentuk kegiatan belajar yang prosesnya

bersifat aktif yang mendorong siswa untuk melakukan pembelajarannya dengan

‘mencari sendiri pengayaan informasinya’, mampu menyajikan contoh, menguji

coba keterampilannya dan menyelesaikan tugas sesuai kapasitas dirinya. Kegiatan

belajar seperti ini membuat siswa mau mendengar, melihat dan menanyakan

sesuatu pada saat belajar. Jika situasi ini dilakukan, mudah bagi kita untuk

membayangkan bahwa pastilah kegiatan belajar yang terjadi adalah situasi belajar

yang menyenangkan, suportif (mendukung siswa), dan secara antar personal

merasa lebih dekat. Kegiatan belajar seperti ini yang disebut sebagai kegiatan

(11)

Dari penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa kebutuhan untuk membuat situasi

belajar menjadi active learning dan siswanya menjadi siswa aktif (active learner)

merupakan sebuah tuntutan yang bersifat alamiah. Sehingga adalah sebuah

kebutuhan yang cukup mendasar pula dari sebuah sekolah untuk membuat situasi

yang lebih aktif dalam proses pembelajaran siswanya.

Dalam lingkungan belajar aktif siswa akan membangun mental mereka sendiri

dari informasi yang mereka peroleh dan harus terus menguji validitas model yang

sedang dibangun. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat memperoleh

pemahaman yang lebih baik dan bertahan lama dalam ingatannya untuk bekal

kehidupannya di masa akan dating (Modell and Michael 1993 -Promoting Active

Learning in Life Science Classrooms).

Belajar aktif (active learning) ini adalah realisasi bentuk pembelajaran yang

berakar pada paham konstruktivisme yang konsep belajarnya disebut belajar

konstruktif. Konstruktivis merupakan sebuah epistemologi, atau penjelasan

filosofis tentang kealamiahan belajar. Pengetahuan tidak untuk dipaksakan dari

luar diri seseorang tetapi terbentuk dari dalam dirinya. Siswa menyusun /

mengkonstruksi pemahamannya tentang pengetahuan, tidak terbentuk secara

otomatis. Pendekatan konstruktivis meminta perhatian kita atas fakta bahwa kita

harus menyusun pengalaman belajar mengajar untuk menantang pemikiran siswa

(12)

Pendekatan Pembelajaran Konstruktif yang dimaksud adalah pendekatan

konstruktif dengan karakteristik umum, sebagai berikut :

a) Menciptakan lingkungan belajar yang .memiliki konteks yang relevan dengan

yang dipelajari.

b)Fokus pada pendekatan realistik untuk memecahkan masalah di dunia nyata.

c) Instruktur atau guru adalah pendamping yang membantu menganalisis problem

agar mudah dipecahkan.

d)Konsep pembelajaran yang saling terhubung dan menyediakan berbagai

macam bentuk penyampaian tentang konten.

e) Tujuan pembelajaran haruslah bisa dinegosiasikan dan tidak akan dipaksakan

untuk dilakukan jika memang tidak memungkinkan.

f) Melakukan evaluasi mandiri atas pemahaman yang dimiliki atau dicapai.

g) Menyediakan peralatan dan lingkungan yang dapat membantu siswa untuk

untuk menafsirkan berbagai hal.

Ketika terjadi situasi dimana siswa tidak menjadi siswa aktif akibat guru

memberikan pembelajaran dengan pembelajaran tradisional yaitu pembelajaran

yang kebanyakan diberikan dalam bentuk ceramah atau teacher-centered, maka

peluang siswa menjadi tidak aktif memang dapat dipahami. Karena itulah, peneliti

ingin meneliti, bagaimana situasi siswa aktif dalam pelaksanaan pembelajaran

konstruktif di sekolah dasar. Dalam hal ini yang dipilih untuk menjadi lokasi

(13)

B. Perumusan Masalah

Didasarkan atas kajian pada latar belakang masalah, maka peneliti ingin

memecahkan masalah bagaimana pembelajaran konstruktif dapat membuat

siswa aktif. Untuk itu, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana sistem pembelajaran konstruktif yang dilakukan secara

keseluruhan pada kurikulum sekolah SD Cendekia Muda.

2. Bagaimana proses keterlibatan siswa dalam pembelajaran konstruktif ini

seperti bagaimana siswa melakukan pembelajarannya dengan ‘mencari

sendiri pengayaan informasinya, menyajikan contoh, menguji coba

keterampilannya, mampu mengungkap gagasan/perasaan sendiri dan dapat

berpikir cara lain/berpikir alternatif , tidak takut salah.

3. Bagaimana peran guru dalam proses pembelajaran konstruktif ini sehingga

siswa bisa menjadi siswa aktif.

Sehingga dengan demikian, masalah utama penelitian ini adalah bagaimana

penerapan pembelajaran konstruktif yang berlangsung di SD Cendekia Muda

dan bagaimana hal ini memberi kontribusi pada pembentukan siswa menjadi

siswa aktif, faktor-faktor apa saja yang dapat memudahkan dan menghambat

keberhasilannya.

(14)

C.Tujuan Penelitian.

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui persepsi siswa, guru dan orangtua atas pendekatan

Pembelajaran Konstruktif yang sudah diterapkan di SD Cendekia Muda

Bandung.

2. Untuk mengetahui indikasi siswa aktif yang ditunjukkan oleh siswa dengan

pembelajaran konstruktif.

3. Untuk mengetahui partisipasi orangtua dan hal--hal yang harus dilakukan

orangtua dalam membentuk siswa jadi siswa aktif.

4. Faktor-faktor yang mendukung atau menghambat pembelajaran siswa aktif.

D. Pertanyaan Penelitian

Untuk mempertajam permasalahan penelitian maka pertanyaan penelitiannya

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi siswa, guru dan orangtua murid SD Cendekia Muda

terhadap pendekatan Pembelajaran Konstruktif? :

a) Apakah telah tercipta lingkungan belajar yang relevan dengan standar

kompetensi yang dipelajari?

b)Apakah sudah menggunakan pendekatan realistik untuk memecahkan

(15)

c) Apakah guru telah mengambil peran sebagai fasilitator dan membantu

menganalisis problem?

d)Apakah sudah menggunakan berbagai macam bentuk representasi dan

perspektif dari konten pembelajaran dan menekankan pada keterhubungan

konseptualnya?

e) Apakah sudah terjadi proses negosiasi dalam menetapkan tujuan

pembelajaran?

2. Apakah siswa menunjukkan indikasi siswa aktif dalam pembelajarannya

dengan merujuk kepada sub pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a) Apakah siswa telah berusaha untuk mengambil tanggung jawab yang lebih

besar dalam proses pembelajarannya?

b)Bagaimana motivasi siswa dalam proses belajarnya?

c) Apakah siswa telah mengambil peran yang lebih dinamis dalam

memutuskan keikutsertaan belajarnya?

d)Apakah siswa telah memiliki kemampuan manajemen diri dalam proses

belajarnya.”

3. Bagaimana partisipasi orangtua dan hal apa yang dilakukan orangtua dalam

membentuk siswa jadi siswa aktif?

4. Faktor-faktor apa saja yang mendukung terselengaranya pembelajaransiswa

(16)

E. Penjelasan Istilah

1. Pendekatan Pembelajaran Konstruktif yang dimaksud adalah pendekatan

pembelajaran yang memberi ruang kepada siswa untuk menyusun

pemahamannya sendiri atas materi pembelajaran yang diterimanya dengan

berbagai komponen belajar yang terlibat di dalamnya. Hal ini didasarkan atas

pendapat Jonassen (1991 )tentang karakteristik umum pembelajaran

konstruktif, sebagai berikut :

a) Menciptakan lingkungan belajar yang .memiliki konteks yang relevan

dengan yang dipelajari.

b) Fokus pada pendekatan realistik untuk memecahkan masalah di dunia

nyata.

c) Instruktur atau guru adalah pendamping yang membantu menganalisis

problem agar mudah dipecahkan.

d) Konsep pembelajaran yang saling terhubung dan menyediakan berbagai

macam bentuk pembelajaran.

e) Tujuan pembelajaran yang dinegosiasikan.

f) Menyediakan peralatan dan lingkungan yang dapat membantu siswa untuk

(17)

2. Siswa aktif adalah siswa yang secara aktif berusaha untuk mengambil

tanggung jawab dalam proses pembelajarannya. Mereka mengambil peran

yang lebih dinamis dalam memutuskan bagaimana dan apa yang mereka

perlu ketahui, apa yang seharusnya bisa mereka lakukan, dan bagaimana

melakukannya. Peran mereka berlanjut ke dalam pendidikan manajemen diri,

dan motivasi dirinya menjadi kekuatan yang lebih besar dibalik proses

belajarnya.

F. Manfaat Penelitian.

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan :

Dapat menguatkan, menambahkan, mengembangkan inovasi-inovasi yang

makin luas lagi terkait dengan keinginan untuk menjadikan siswa menjadi siswa

aktif dan mereviu Teori Belajar Konstruktif dalam pelaksanaan pembelajaran.

Selain itu, diharapkan hal ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas

kepada peneliti dalam memahami teori-teori pembelajaran serta mampu

mengembangkan temuan-temuan yang diperoleh menjadi penelitian yang

(18)

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bagi peneliti dapat

menginformasikan faktor-faktor yang dapat memudahkan atau menghambat

tercapainya tujuan Pembelajaran Konstruktif yaitu siswa menjadi siswa aktif.

Selain itu juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi penerapan

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) khususnya pada implementasinya di

Sekolah Dasar serta bagi orangtua dapat menjadi masukan yang bisa dibagikan

(19)

70

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian Kualitatif-Studi Kasus

Berdasarkan permasalahan, maka pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan asumsi bahwa penelitian bersifat holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna. Penerapan Pembelajaran Konstruktif adalah pendekatan yang bersifat psikologis yang diasumsikan dapat menstimulasi siswa berperilaku lebih positif sehingga hal ini dapat membuat siswa lebih fokus dan bertanggung jawab pada masa belajarnya.

Selanjutnya, penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus yang membahas tentang masalah khas yang terjadi di lokasi penelitian. Marilyn Lichtman (2010:81) dalam bukunya menjelaskan bahwa “A case study approach is in depth examination of a particular case or several case”.

Pendapat lain tentang studi kasus ini disampaikan oleh John Creswell (1997: 95) yang menyatakan bahwa :

”For a case study, the researcher should focus on an event, process, or program for which we have no in-depth perspective on this “case”. Conducting the case study provides a picture to help inform our practice or to see unexplored details of this case, thus, the need for the study, or the problem leading to it, can be related to the specific focus of the tradition of choice”.

(20)

studi kasus adalah eksplorasi dari sebuah “sistem yang dibatasi oleh waktu dan tempat, detail pengumpulan data cukup mendalam, melibatkan berbagai macam sumber informasi yang memiliki konteks yang luas”.

Pemilihan studi kasus untuk penelitian ini karena situasi yang menjadi objek penelitian yang dilakukan di SD Cendekia Muda dianggap sebagai sebuah kasus dimana ditemukannya sebagian siswa yang pencapaian nilai akademiknya belum berkembang seoptimal yang diinginkan. Penelitian ini juga dibatasi oleh waktu untuk mengetahui situasi yang sebenarnya terjadi agar dapat mengantisipasi kemungkinan berkembangnya situasi menjadi situasi yang lebih buruk.

B. Tahapan Penelitian

(21)

saja adalah menu

nuliskan hasil penelitian dan triangulasi. Taha rkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Tahapan Penelitian

tian

elitian kualitatif dikenal istilah subjek penelit akan “social situation” atau situasi sosial yang tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas tu dengan lainnya secara sinergis.. Selain it . Dalam penelitian kualitatif, sampel me ebuah penelitian kualitatif karena faktor ini m

(22)

yang mendesain

in penelitian kualitatif memerlukan kriteria ya rlu untuk memiliki pertimbangan-pertimbanga an hasil penelitiannya.

ang dipilih pada penelitian ini adalah : nelitian

ian ini dilakukan di Sekolah Dasar Cendek di kota Bandung, Jalan Puri Ayu Pratama Arca di bawah naungan Yayasan Laju Pendidi garakan sekolah dengan jenjang Taman Ka enengah Pertama.

(23)

guru, orangtua, staf sekolah, anggota keluarga lainnya yang satu rumah dengan siswa.

3. Aktivitas (Activity) proses belajar mengajar, proses pencarian

materi atau penunjang belajar oleh siswa.

Penelitian dilakukan dengan fokus penelitian dalam hal ini adalah :

1. Pendekatan dan penerapan Pembelajaran Konstruktif di sekolah yang dalam pelaksanaannya disebut belajar aktif (active learning), khususnya yang dilakukan di SD Cendekia Muda Bandung sehari-hari. 2. Siswa aktif, yaitu siswa SD Cendekia Muda Kelas 4 (empat) yang

memiliki motivasi dan tanggung jawab dalam belajar, meliputi : a) kemampuan menyelesaikan tugas. b) kemampuan mengorganisasi materi, c) berkomunikasi, d) memecahkan masalah, e) bekerjasama, f) Pencapaian nilai pelajaran dalam rapor serta bagaimana kemampuan siswa mengatur waktunya, meliputi : waktu untuk belajar, mengeksplorasi materi pengayaan (dengan membaca, menonton, berdiskusi, eksperimen, dll), dan bermain.

D. Teknik Pengumpulan Data

(24)

tentang studi kasus. Yin (1989) menyarankan untuk menggunakan enam bentuk teknik pengumpulan data yaitu : observasi langsung, observasi partisipan, wawancara, studi dokumen, data-data arsip, artefak fisik.

Seperti yang disarankan di atas, pada penelitian ini peneliti juga menggunakan berbagai bentuk observasi (partisipatif, terus terang/tersamar, tak berstruktur) , wawancara, dokumen, data-data arsip dan artefak fisik seperti audio visual material, dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Observasi

Marshal (1995) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”.

Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Dalam observasi partisipan, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan,dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka (Susan Stainback, 1988).

Kegiatan observasi pada penelitian ini meliputi melakukan pencataan secara sistematik yang terjadi di SD Cendekia Muda meliputi cara belajar aktif dan siswa aktif sebagai implementasi Pembelajaran Konstruktif, seperti : (a) bagaimana yang disebut setting real-world environment (lingkungan dunia nyata), (b) bagaimana pendekatan realistik (realistic approachment) yang dilakukan untuk memecahkan masalah nyata sesuai

(25)

fasilitator, manajer kelas.

Observasi meliputi belajar aktif di sekolah seperti bagaimana bentuk-bentuk mebeler dan setting ruang kelas (meja kursi siswa), material pendukung belajar Selain itu diobservasi juga bagaimana proses belajar mengajar seperti pada saat pemberian materi ajar, muatan dan jadwal belajar, metode belajar harian, cara guru mengajar, cara siswa menerima pembelajaran, keaktifan siswa (misalnya :apakah siswa memiliki inisiatif belajar atau menambah sendiri pengetahuannya dengan bertanya ke guru, atau mencari buku-buku penunjang sendiri, atau melakukan pencarian di website, atau berinisiatif melakukan diskusi dengan teman kelompok) ,

dan lain-lain.

Sedangkan observasi yang meliputi belajar aktif di rumah meliputi bagaimana keaktifan siswa belajar di rumah, mencari materi pendukung mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, bagaimana setting ruang atau tempat belajar di rumah, keterlibatan “orang-orang rumah” dalam proses belajar siswa, dan lain-lain.Dalam rangka ini peneliti akan melakukan homevisit ke rumah siswa.

(26)

Wawancara menurut Esterberg (2002) merupakan pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu (Sugiono,

2009:317). Selanjutnya Esterberg mengemukakan beberapa macam

wawancara yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak

terstruktur. Pada penelitian ini yang digunakan adalah wawancara

terstruktur dan semiterstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan jika

peneliti sudah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan

diperoleh yang karenanya pengumpul data atau peneliti telah menyiapkan

instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang

alternative jawabannyapun telah disiapkan. Dalam wawancara terstruktur

ini diberikan pertanyaan yang sama seputar metode belajar aktif konsep

siswa aktif. Selain wawancara terstruktur, dilakukan juga wawancara

semiterstruktur dimana respondennya adalah siswa dan orangtua (atau

orang rumah yang berkompeten) dengan isi wawancara yang

menghendaki jawaban apakah siswa telah melakukan metode belajar yang

sesuai dengan prinsip Pembelajaran Konstruktif yang direpresentasikan

(27)

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dalam hal ini Bogdan dan Bilken (1992) menyatakan “In most tradition of qualitative research, the phrase personal document is used broadly to refer to any

first person narrative produced by an individual which describes his or

her own actions, experience and belief”.

Studi dokumen yang akan dikumpulkan sebagai data bagi penelitian ini meliputi hasil karya akademik siswa, foto-foto proses pembelajaran dan lingkungan belajar, dokumen pendukung yang disiapkan guru dalam mengajar, dan lain-lain yang berlangsung di SD Cendekia Muda khususnya di kelas IV.

4. Data-data Arsip dan Artefak Fisik

Merupakan pelengkap dari data yang diikumpulkan adalah data-data arsip yang dapat menguatkan data-data sebelumnya. Data-data arsip dan artefak fisik misalnya tentang data-data siswa lainnya yang berhubungan serta mungkin data audio-visual pendukung pembelajaran di SD Cendekia Muda.

E. Pemilihan Sumber Data

(28)

purposive sampling dan snowball sampling, peneliti memilih orang-orang

tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan. Sumber data yang digunakan berjumlah 25 orang dengan inisial dengan rincian 11 orang siswa (RZ, ZK, GF, IR, KF, DE, KN, AL, DF, TR, ST; 9 orang guru dan staf (MU, BD, JD, HS, NN, FB, AN, RN, RS) ; 7 orang orangtua (NN, SA, LS, MAZ, NR, WH, ANR). Sumber data ini bisa berkembang dalam jumlah jika diperlukan untuk memperkaya data sehingga menjadi lebih lengkap. Praktek seperti inilah yang disebut “serial selection af sample units” (Lincoln dan Guba, 1985), atau dalam kata-kata Bogdan dan

Bilken (1982) dinamakan “snowball sampling technique”. Unit sampel yang dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan makin terarahnya focus penelitian. Proses ini dinamakan Bogdan dan Bilken (1982) sebagai “continuous adjustment of focusing of the sample”.

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel sumber data adalah guru-guru yang yang banyak berinteraksi dengan anak dan diasumsikan guru telah menjalankan prinsip-prinsip Pembelajaran Konstruktif, orangtua dari siswa yang diteliti, dan siswa itu sendiri, staf sekolah, orang-orang di sekitar siswa di rumah.

F. Teknik Analisis Data

(29)

melakukan analis

alisis domain menggunakan lembaran kerja a kan kategori sosialnya.

enentukan domainnya, pengumpulan data t ang terkumpul menjadi makin banyak. Pada

kategorisasi dimana disini disajikan gam stem dan kurikulum yang berlangsung di SD

um tentang pembelajaran konstruktif di SD C ilakukan analisis taksonomi dengan menjab ran fisik dan non fisik SD Cendekia Muda ser

a aktif yang dilakukan. Pada analisis ini aka elalui observasi, wawancara dan dokumentas

n.

Gambar 3.3. Teknik Analisis Data

akan dilakukan analisis komponensial yang me tras melalui triangulasi teknik dan trian knik berarti peneliti menggunakan teknik pen

(30)

menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi teknik dilakukan kepada sumber data guru dan siswa

Gambar 3.4. Triangulasi teknik untuk sumber data guru dan siswa Sedangkan triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Triangulasi sumber ini akan dilakukan kepada siswa, guru, orangtua dan staf sekolah.

Gambar 3.5. Triangulasi sumber yang akan dilakukan pada orangtua dan staf sekolah

Observasi partisipatif

Wawancara mendalam

Dokumentasi

Sumber data sama

Wawancara mendalam

A

B

(31)

Dengan pengamatan yang terus menerus diharapkan variasi data menjadi tinggi. Analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai dari lapangan. Dalam hal ini, Nasution (1988) menyatakan “Analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitiasn selanjutnya sampai, jika mungkin teori yang grounded”.

(32)

182

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dilakukan, peneliti menyimpulkan beberapa hal sesuai dengan tujuan penelitian,

sebagai berikut :

1. Persepsi siswa, guru dan orangtua memiliki kesamaan bahwa mereka senang

dengan pendekatan Pembelajaran Konstruktif yang telah diterapkan di SD

Cendekia Muda. Para siswa menyatakan senang dengan hampir semua yang

dilakukan di sekolah. Kebanyakan orangtua tidak mengetahui prinsip-prinsip

konstruktivis yang diterapkan, tetapi dapat merasakan sebuah penerapan yang

berbeda dengan sekolah lain. Sedangkan guru menyatakan senang dengan

pembelajaran Pembelajaran Konstruktif yang dilakukan, meskipun belum

sempurna karen belum secara konsisten melakukan negosiasi dengan siswa

atas tujuan pembelajaran. Atas persepsi itu terdapat beberapa hal sebagai

berikut sebagai simpulan tambahan:

a. Lingkungan belajar (learning environment) yang meliputi aspek-aspek

fisik ruang kelas (suhu, kebersihan, sirkulasi udara, desain interior kelas),

(33)

sumber-sumber belajar (class size management and resources), selama ini telah

berlangsung dan disediakan dengan baik.

b. Pendekatan realistik telah diterapkan dengan cukup baik melalui berbagai

macam strategi seperti cooperative learning, contextual teaching and

learning, colaborative learning, simulasi dan kegiatan belajar seperti

pembelajaran harian, fieldtrip, project day, portfolio, serta asesmennya.

c. Kebanyakan guru telah mengambil peran sebagai fasilitator dengan

menghidupkan budaya diskusi, bersikap dialogis, mendengarkan,

memberikan kebebasan dan kesempatan kepada siswa untuk aktif belajar

dan mengungkapkan gagasan serta ide-ide mereka.

d. Pembelajaran di kelas 4 SD cendekia Muda telah menggunakan berbagai

macam bentuk representasi dan perspektif dan konten pembelajaran

dengan tetap menekankan pada hubungan konseptualnya. Semuanya di

kemas dalam metode active learning yang bertujuan memberikan

pengalaman yang berarti dalam pembelajaran siswa.

e. Belum terjadi proses negosiasi dalam menetapkan tujuan pembelajaran.

Bahkan tujuan pembelajaran belum disampaikan dalam ’bahasa tujuan’.

2. Pendekatan Pembelajaran Konstruktif yang diterapkan memiliki

kecenderungan untuk membuat siswa menjadi siswa aktif meskipun dalam

penelitian ini belum dapat dibuktikan secara jelas karena ada salah satu unsur

(34)

pembelajaran dalam bahasa tujuan dan menegosiasikannya dengan siswa. Hal

ini dapat dibuktikan dengan terjadinya situasi dimana siswa mampu

melakukan dialog menyajikan pendapat yang analitis dan ekspresif, cukup

mandiri serta hasil pembelajaran yang cukup memuaskan. Siswa juga

memiliki motivasi belajar yang baik dan memiliki kemampuan manajemen

diri meskipun belum konsisten antara manajemen diri di sekolah dan di

rumah.

3. Sebagian besar orangtua juga cukup memperhatikan proses belajar di

sekolah meskipun tidak mengetahui dengan baik strategi dan

metode-metodenya yang digunakan di SD cendekia Muda. Orangtua belum

melakukan prinsip-prinsip konstruktivis di rumah untuk medukung

pembelajaran di sekolah.

4. Faktor-faktor yang mendukung terlaksananya pembelajaran konstruktif di

sekolah.

Faktor-faktor yang mendukung :

a. Cara pandang belajar konstruktif dari guru, bahwa siswa datang bukan

dalam keadaan kosong tetapi sudah memiliki program cara menyusun

pemahaman sendiri dalam dirinya.

b. Pendekatan belajar dilakukan secara tim, dan semua mengambil peran

(35)

c. Pelaksana pembelajaran konstruktif memiliki kompetensi dalam

merancang pembelajaran dan terbuka untuk perubahan dan pendalaman

yang lebih komprehensif tentang pembelajaran.

d. Komitmen untuk mengembangkan kemampuan literasi dan motivasi

siswa,

Faktor-faktor yang menghambat :

a. Jika guru atau tim pelaksana pembelajaran konstruktif tidak konsisten

menjalankan semua unsur-unsur pembelajaran ini.

b. Jika tim pelaksana tidak memiliki komitmen untuk sebuah hasil pembelajaran

yang lebih baik bagi siswa.

B. Rekomendasi

Didasarkan atas temuan bahwa menggunakan prinsip konstruktivisme pada

pembelajaran di sekolah, terdapat rekomendasi secara konsep maupun praktis.

Secara konsep :

1. Kepada manejemen sekolah-sekolah

Untuk mempertimbangkan menerapkan pembelajaran konstruktif di sekolah

masing-masing, mengingat baik guru maupun siswa merasa senang dan

memperoleh manfaat yang banyak. Guru dapat menjadi fasilitator dan siswa

(36)

2. Kepada guru

Agar menerapkan semua prinsip pembelajaran konstruktif secara konsisten

karena jika ada satu prinsip yang tidak dijalankan maka hasil maksimal tidak

dapat diperoleh. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pembelajaran

konstruktif memenuhi kriteria sebagai konsep belajar aktif.

3. Kepada peneliti

Untuk melanjutkan penelitian ini dari aspek hal-hal yang dapat menyebabkan

pembelajaran konstruktivis tidak berhasil dengan baik.

Secara praktis :

1. Kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Untuk mempromosikan prinsip pembelajaran terpadu antar matapelajaran

secara lebih intensif lagi agar proses pembangunan pemahaman siswa akan

materi pelajaran lebih komprehensif dan realistik.

2. Kepada orangtua

Meskipun tidak terlalu penting bagi orangtua mengetahui konsep

pembelajaran konstruktif secara lebih jauh, tetapi penting sekali bagi

orangtua untuk memberi bantuan dan motivasi belajar kepada anaknya agar

(37)

187

Daftar Pustaka

Brophy, Jere E. (2010). Motivating Students to Learn. Routledge, New York, NY

10016.

Camille J. Bunting. (2006). Interdisciplinary teaching through outdoor education,

Human Kinetics, New York.

Endraswara, Suwardi. (2006). Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan:

Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi, Pustaka Widyatama.

Englehart, Joshua M. (2011). Why class size effects cannot stand alone: Insights

from a qualitative exploration, Tersedia (Online) www.springerlink.com, 4

November 2011.

Fields, M.V. & Debby Fields. (2006). Constructive Guidance and Discipline. Fifth

Edition. Columbus: Upper Saddle River, New Jersey, USA.

Gary D, Fenstermacher, Jonas F, Soltis(2004), Approaches to teaching. Teachers

College Press, New York.

Gaskins, West, Irene. (2005). Success with struggling readers: the Benchmark School

approach. Benchmark School, The Guilford Press, New York.

Hilda, Jackman. (2009). Early Education Curriculum: A Child's Connection to the

World, Wadsworth, California.

Isjoni, Isjoni Ishaq. (2006). Pendidikan sebagai investasi masa depan. Yayasan Obor

(38)

Joe Wittmer, Robert D, Myrick. (1989) The teacher as facilitator. Educational Media

Corp, University of Virginia, Virginia.

John P. Hertel, Barbara J. Millis. (2002). Using simulations to promote learning in

higher education: an introduction, Stylus Publishing, LLC.

Ken, Jones. (1995). Simulations: a handbook for teachers and trainers. Routledge.

Kuhithau, Carol, Collier; Caspari, Ann K; Maniotes, Leslie K. (2007). Guide Inquiry:

Learning int the 21st Century. Libraries Unlimitied Inc, West Port, USA.

Leeder, Andy. Tips for trips, (2003). Continuum International Publishing Group,

London & New York.

Marshall, Catherine & Gretchen B. Rossman. (2006). Designing Qualitive Research.

Fourth Edition. California : Sage Publications, Inc.

Mc.Millan, J.H. & Sally Schumacher. (2001). Penelitian Dalam Pendidikan

(Terjemahaan). Fifth Edition. London: Longman.

Medina, John J. (2008). Brain Rules. Pear Press : Seattle, WA.

Sadulloh, Uyoh. M.Pd.Drs. (2007). Filsafat Pendidikan. Bandung : Cipta Utama.

Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta Purna Grafika, Jakarta.

Schunk, D.H. (2009). Learning Theories An Educational Perspective. Fourth Edition.

Columbus: Upper Saddle River, New Jersey.

Stipek, Deborah J, Seal, Kathy. (2001). Motivated minds: raising children to love

(39)

Sugiyono,Prof.Dr. (2009 ).Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Susan, Jones, Sears. (2002). Contextual teaching and learning : a primer for effective

instruction, Phi Delta Kappa Educational Foundation, Bloomington, Indiana.

Veer, Rene Van Der & Jaan, Valsiner. (1994). The Vygotsky Reader. USA: Blackwell

Publisher Ltd.

Wadsworth, B.J. (1989). Piagets’s Theory of Cognitive And Affective Development.

Gambar

Gambar 4.5 Salah satu bentuk formasi meja-kursi dan area ruang kelas .............  118
Tabel 2.2 Perbandingan Antara Belajar Konvensional dan Belajar Aktif ...........  65
Gambar 3.4.  Triangulasi teknik untuk sumber data guru dan siswa

Referensi

Dokumen terkait

Pembentukan Citra (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strateggi Komunikasi. Komunitas Klub Motor Dalam Pembentukan

10 Teori etika lingkungan hidup yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta.

untuk keperluan video editing, kita dapat ‘mencincang’ footage yang ada untuk kemudian disusun sesuai dengan keinginan kita, memberi latar belakang musik,

Muhammadiyah adalah gerakan berasas islam, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya, untuk melaksanakan fungsi

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mutu atau kelayakan BAE yang yang dirancang dan dikembangkan dengan sangat baik dalam arti sesuai prinsip desain pembelajaran,

EO Pendapatan investasi, realisasi laba dan rugi dan laba dan rugi belum terealisasi yang dicantumkan dalam statemen laba merupakan transaksi atau peristiwa yang terjadi dalam

Nasional Pendidikan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pernerintalr Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan.. Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

Kebanyakan gatra jauh lbh rumit drpd kubus biasa, prisma bujur sangkar atau bahkan raut L. Dlm penyusunan gatra menjadi racana perulangan gatra menjadi racana perulangan,