• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN SISWA."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN

MENGGUNAKAN TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK

MENINGKATKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN SISWA

(Penelitian Quasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII

Sekolah Menengah Pertama Laboratorium Percontohan UPI Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Ilmu Kependidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

Oleh

AHMAD RIFQY ASH SHIDDIQY

1101174

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK

ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN SISWA

(Penelitian Quasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII

Sekolah Menengah Pertama Laboratorium Percontohan UPI Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf, L.N., M.Pd. NIP. 195206201980021001

Pembimbing II

Dr. Hj. Euis Farida, M.Pd. NIP. 195901101984032001

Mengetahui Asisten Direktur I Sekolah Pascasarjana UPI

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Program Bimbingan dan Konseling dengan mengggunakan Teknik Role Playing untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Laboratorium Percontohan UPI Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)” beserta keseluruhan isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan pada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak-pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, April 2013

(4)

Ahmad Rifqy Ash Shiddiqy. (2013). “Program Bimbingan dan Konseling dengan Menggunakan Teknik Role Playing untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Laboratorium Percontohan UPI Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)”.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena rendahnya sikap kepedulian, sikap menghormati, menghargai diri sendiri, dan jiwa memimpin terhadap orang lain di lingkungan sekitar para generasi muda, khususnya para remaja. Penelitian bertujuan untuk memperoleh program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan pre eksperimen one-group pretest-posttest design. Hasil penelitian menunjukkan: (1) profil karakter kepemimpinan siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 umumnya berada pada kategori tinggi; dan (2). program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing efektif dalam meningkatkan karakter kepemimpinan siswa. Penelitian direkomendasikan kepada (1) kepala Sekolah hendaknya memfasilitasi keterlaksanaan program bimbingan dan konseling menggunakan teknik role playing; (2) guru Bimbingan dan Konseling untuk dapat memanfaatkan dan menerapkan program layanan bimbingan dan konseling melalui teknik role playing dengan beberapa penyesuaian sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa; dan (3) peneliti selanjutnya menerapkan program bimbingan dan konseling menggunakan teknik role playing kepada subyek penelitian yang lebih luas seperti di SD, SMA, atau pun di SMK.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 16

D. HipotesisPenelitian ... 16

E. Manfaat Penelitian ... 16

F. Metodologi Penelitian ... 17

BAB II KONSEP PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING, KARAKTER KEPEMIMPINAN SISWA DAN TEKNIK ROLE PLAYING A. Konsep Dasar Program Bimbingan dan Konseling ... 19

B. Konsep Karakter ... 27

(6)

D. Program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa ...

E. Penelitian Terdahulu ... 68

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 70

B. Definisi Operasional ... 72

C. Pengembangan Instrumen ... 73

D. Prosedur Penelitian... 90

E. Populasi dan Sampel ... 96

F. Analisis Data ... 97

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Profil Karakter Kepemimpinan Siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 2. Program Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan

Karakter Kepemimpinan Siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 3. Efektivitas Program Bimbingan dan Konseling Untuk

Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013

102

107

121

B. Pembahasan Penelitian

1. Profil Karakter Kepemimpinan Siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 Setelah Mengikuti Program Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa

(7)

2. Program Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa Menggunakan Teknik Role Playing untuk Karakter Kepemimpinan Siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013

3. Efektivitas Program Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa Menggunakan Teknik Role Playing untuk Karakter Kepemimpinan Siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013

143

148

C. Keterbatasan Penelitian ... 159

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 160 B. Rekomendasi ... 161

DAFTAR PUSTAKA 165

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

Halaman

Tabel 3.1 Karakter Kepemimpinan ... 69

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Karakter Kepemimpinan Sebelum valid ... 71

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Karakter Kepemimpinan Sebelum valid ... 71

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Item Skala Karakter Kepemimpinan ... 81

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Karakter Kepemimpinan Setelah Validasi ... 82

Tabel 3.5 Kriteria Nilai Koefisien Reliabilitas ... 88

Tabel 3.6 Penyusunan Skala Konversi Skala Lima ... 89

Tabel 4.1 Profil Karakter Kepemimpinan Siswa Kelas VIII Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 94

Tabel 4.2 Profil Karakter Kepemimpinan Siswa Kelas VIII Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 ... 104

Tabel 4.3 Persentasi Aspek-aspek Karakter Kepemimpinan Per Indikator ... 107

Tabel 4.4 Rencana Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa Menggunakan Teknik Role Playing ... 118

Tabel 4.5 Tingkat Karakter Humanis Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 Setelah Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa Menggunakan Teknik Role Playing ... 125

Tabel 4.6 Tingkat Karakter Kepemimpinan Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung, Tahun Ajaran 2012-2013

Per Aspek Setelah Mengikuti Program Bimbingan Dan Konseling Untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa

(9)

Tabel 4.7 Uji t Pada Sampel Berpasangan Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen Peningkatan Karakter Kepemimpinan Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung

... 131

Tabel 4.8 Uji t Per Aspek Hasil Pretest dan Posttest Kelompok

Eksperimen untuk Meningkatkan Karakter Kepemimpinan Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung ... 132

Tabel 4.9 Presentase Perkembangan Per Aspek Karakter Kepemimpinan Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung, Tahun Ajaran 2012-2013 Per Aspek Sesudah Mengikuti Program Bimbingan Dan Konseling Untuk Meningkatkan Karakter

Kepemimpinan Siswa Menggunakan Teknik Role Playing ... 134

Tabel 4.10 Perbandingan Tingkat Karakter Kepemimpinan

Siswa KelasVIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 Sebelum dan Sesudah Intervensi ... 136

Tabel 4.11 Perbandingan Tingkat Karakter Kepemimpinan

Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 Per Aspek

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar.3.1. Rancangan Eksperimen Uji Keefektifan Program ... 64 Gambar 3.2. Alur Riset Pengembangan Program ... 65 Gambar 4.1. Gambar Grafik Profil Karakter Humanis Siswa Kelas

VIII Laboratorium Percontohan UPI Bandung

Tahun Ajaran 2012-2013 ... 95 Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Tingkat Karakter Kepemimpinan

Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses yang penting untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu. Secara filosofis dan historis pendidikan menggambarkan suatu proses yang melibatkan berbagai faktor dalam upaya mencapai kehidupan yang bermakna, baik bagi diri sendiri maupun masyarakat. Lebih jelas tentang makna pendidikan tercantum dalam UUSPN RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 1, yang berbunyi sebagai berikut.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintahpun telah merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan yang diharapkan bangsa Indonesia dalam UUSPN RI Nomor 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut.

(12)

Salah satu bagian dari pendidikan bangsa ini adalah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Siswa SMP tergolong dalam kelompok remaja (adolescence) yang merupakan masa transisi. Istilah adolescence mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2004:206). Usia remaja berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan. Pada usia ini terjadi perubahan pada diri remaja baik secara fisik, psikis, maupun sosial. Harold Alberty (Makmun, 2009:130) menyatakan bahwa periode masa remaja dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang dan terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai datang awal masa dewasa.

Piaget (Hurlock, 2004:206) mengatakan:

“secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi

dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.”

(13)

dimensi kehidupan dalam diri mereka. Salah satunya adalah dimensi perkembangan sosial. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial, dapat juga dimaknai sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi; meleburkan diri menjadi satu kesatuan, saling berkomunikasi dan bekerja sama.

Dalam proses “menjadi” diri remaja kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu. Kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan kepribadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat yang biasa disebut dengan kenakalan remaja, dan akhirnya remaja mengalami dekadensi moral.

Darajat (Yusuf & Nurihsan, 2008:122) mengemukakan bahwa masalah dekadensi moral (delinquency) disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: kurang tertatanya jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam masyarakat; keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun politik; pendidikan moral tidak terlaksana menurut semestinya, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat; dijualnya dengan bebas berbagai alat kontrasepsi; dan iklim keluarga yang tidak harmonis.

(14)

kadang memang membawa banyak dampak baik, tetapi dampak burukpun mengikuti di belakangnya. Selain memberi dampak positif dalam kehidupan manusia, globalisasi juga memberi dampak negatif ketika manusia tidak bisa mengendalikan diri.

Potret dekadensi moral melalui maraknya tawuran, seks bebas, kasus bullying dan fenomena kriminalitas di sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi menimbulkan sebuah tanda tanya besar mengenai profil generasi bangsa. Kondisi ini tentunya menjadi sebuah ironi mengingat perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya timur yang melekat pada karakter orang Indonesia.

Berdasarkan permasalahan sosial yang dipaparkan di atas, dekadensi moral perlu mendapat penanganan segera. Fenomena remaja yang berperilaku tidak menghargai diri dan menghormati orang lain semakin meluas. Tidak hanya di kalangan remaja urban, perlahan tetapi pasti juga mulai menyerang remaja desa. Untuk itu, perlu ada suatu kepedulian nyata untuk membangun dan mengembangkan karakter kemanusiaan remaja. Karakter kemanusiaan ini membentuk para remaja menjadi pribadi yang bisa menghargai diri sendiri dan orang lain serta lingkungan sekitar. Dengan demikian, mereka mampu hidup berbagi dengan orang lain.

(15)

Salah satu isi laporan komisi internasional tentang pendidikan abad XXI yang diterbitkan oleh UNESCO (1998) memberikan pengertian baru yang mendalam tentang pendidikan abad XII. Ditekankan bahwa setiap orang haruslah dilengkapi untuk merebut kesempatan-kesempatan belajar sepanjang hayat, baik untuk memperluas pengetahuan, keterampilan dan sikap pada dunia yang sedang berubah, rumit dan interpendensi. Dalam laporan tersebut disebutkan tentang empat pilar pendidikan sebagai berikut:

(1) learning to know, that is acquiring the instruments of understanding;

(2) learning to do, so as to be able to act creatively in one’s environment;

(3) learning to live together so as to participate in and cooperate with

other people in all human activities; and (4) learning to be, so as to better

develop one’s personality (UNESCO, 1998:19).

(16)

Beberapa ahli seperti Raven, Bell, dan Conant (Sasongko, 2004), menyebutkan salah satu tujuan pendidikan umum adalah mengembangkan nilai-nilai dan perilaku prososial. Artinya, nilai-nilai-nilai-nilai sosial termasuk di dalamnya karakter kepemimpinan sangat penting bagi remaja, karena berfungsi sebagai acuan bertingkah laku terhadap sesama sehingga dapat diterima di masyarakat.

Selain hal tersebut, terdapat data yang menyatakan terdapat hubungan antara perilaku prososial yang mengedepankan karakter kepemimpinan dengan pencapaian belajar di sekolah (Cartlede & Milburn, 1993). Perilaku prososial yang dimaksud berhubungan dengan aspek keterampilan di kelas seperti mendengarkan guru ketika berbicara atau menjelaskan pelajaran, keterampilan bertanya, dan menjawab pertanyaan guru.

(17)

Pada tahun 2007 dilakukan penelitian dengan subyek siswa SMP Negeri di Kota Singaraja untuk mengetahui jenis bimbingan yang dibutuhkan siswa. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar siswa memerlukan bimbingan sosial. Bimbingan sosial yang mereka harapkan adalah cara mengembangkan sikap empati pada orang lain, cara mengembangkan tingkah laku positif terhadap orang lain, dan cara bersikap santun dengan guru dan orang lain (Sedanayasa, 2010). Hasil penelitian tersebut semakin menegaskan bahwa remaja tingkat SMP mengalami masalah dalam berhubungan dengan orang lain. Masalah berhubungan dengan orang lain merupakan bagian dari karakter kepemimpinan.

(18)

Fenomena lain yang melanda remaja tampak pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Mega Pratiwi, dkk berpendapat bahwa aspek kepemimpinan merupakan inti dari organisasi yang memegang peranan sangat penting, karena pemimpin adalah orang utama yang menentukan hitam putihnya organisasi yang dibawahinya. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai. Kepemimpinan wajib dimiliki oleh siswa SMP N 3 Denpasar sebab untuk memiliki kedisiplinan, karakter pemimpin tersebut harus dimiliki. Kedisiplinan seorang siswa merupakan ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan-aturan yang berlaku di sekolah dengan disertai kesadaran dan keikhlasan hati bahwa memang demikianlah seharusnya.Aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh siswa sudah tertuang dalam buku saku siswa SMP N 3 Denpasar. (http://mademegapratiwi.blogspot.com)

Begitu pula dengan kondisi saat ini, karakter kepemimpinan menyiratkan adanya ketidakberesan mental di Indonesia. Misalnya, kasus korupsi pada anggota DPR dan para pejabat negara, suap, tawuran antarpelajar, mahasiswa, atupun kelompok-kelompok sosial tertentu. Inilah relevansi mempertanyakan “karakter

kepemimpinan” yang ada pada para pemimpin dalam mengayomi anggota

(19)

penting untuk mendukung tingkah laku (behavior) yang baik. Kepercayaan dan keterlibatan pengikut akan paralel dengan level karakter kita (pemimpin).

Lubis (2001:34) berpendapat bahwa ciri manusia Indonesia mempunyai watak yang lemah dan karakter kurang kuat. Manusia Indonesia kurang kuat mempertahankan atau memperjuangkan keyakinannya ketika adanya paksaan. Kegoyahan watak serupa ini merupakan akibat dari ciri masyarakat dan manusia feodal yang merupakan segi lain dari sikap menyenangkan atasan dan menyelamatkan diri.

Karakter kepemimpinan tepat seharusnya mampu memberikan contoh yang baik dan benar serta menjadi panutan bagi anggota kelompoknya. Arahan-arahan yang diberikan pun akan sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Bahkan, akan memberikan pemahaman yang benar pada perilaku anggota kelompoknya yang salah.

Hal tersebut sesuai dengan pendidikan karakter peserta didik untuk mampu beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Karakter itu sendiri merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

(20)

sehari-hari dengan sepenuh hati. Konteksnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia diyakini bahwa nilai dan karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional harus dimiliki peserta didik agar mampu menghadapi tantangan hidup pada saat ini dan pada masa yang akan datang.

Sudrajat (2010:25) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Pendidikan karakter dimaknai sebagai bentuk pengajaran yang sesuai dan memperhatikan kondisi sosial pada setiap lokasi pembelajaran. Artinya, pembelajaran ilmu pengetahuan tidak bisa disamakan antara satu tempat atau negara dengan negara lain karena jelas mempunyai karakteristik pola tradisi dan budaya yang berbeda.

Karakter adalah hasil pembiasaan dari sebuah gagasan dan perbuatan, seperti yang diutarakan oleh Stephen R. Covey (Kadir, 2001) “Taburlah gagasan, tuailah perbuatan. Taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan. Taburlah kebiasaan, tuailah karakter. Taburlah karakter, tuailah nasib.” Nasib di sini adalah sisa dari

rancangan.” Selanjutnya, Branch Rickey (Kadir, 2001) menyatakan “Nasib baik

(21)

perilaku atau kebiasaan dari pemimpin kita saat ini melenceng dari norma yang berlaku, banyak para pemimpin yang menyalahgunakan jabatan dan wewenangnya.

Sementara itu, kepemimpinan bukanlah hanya sekedar masalah prestise pada jabatan yang dimiliki, bukan hanya sekedar posisi atau seberapa besar gaji yang diperoleh dan bukan pula sekedar memiliki pengetahuan intelektual yang tinggi. Kepemimpinan menurut Elhasy (2008) adalah sebuah tindakan nyata dan lebih serta merupakan hasil dari proses panjang perubahan dan pengembangan (developmental process) karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang.

Hasil survei yang telah dilakukan oleh Vibiz Management Research di Indonesia pada Juni 2011 kepada 200 orang (vibiznews, 2011). Survei tersebut menggambarkan bahwa dari 20 ciri khas kepemimpinan, terpilih 5 ciri khas yang paling dikagumi yakni: memiliki rencana ke depan (unsur kemampuan), jujur (unsur karakter), peduli (unsur karakter), integritas (unsur karakter) dan bijaksana (unsur karakter dan kemampuan). Terlihat bahwa responden lebih memilih dan mendahulukan ciri khas karakter melebihi ciri khas yang berkaitan dengan kemampuan atau kecakapan pemimpin. Penelitian tersebut mengatakan bahwa karakter memainkan peranan yang sangat penting dan dominan. Sekalipun zaman semakin berkembang, dan kemauan unsur sangat penting di dalam diri pemimpin, tetapi karakter memegang peranan yang lebih penting. Kepemimpinan tidak akan bertahan lama apabila tidak ada karakter yang kuat dalam diri pemimpin.

(22)

dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Sementara, kepemimpinan (leadership) menurut Seligman dan Peterson (2004) adalah salah satu unsur dari salah satu kekuatan karakter yakni keadilan (justice).

Dengan adanya fenomena, dan dampak mengenai karakter kepemimpinan siswa, maka disusunlah suatu penelitian dengan desain quasi eksperiment dengan menggunakan teknik role playing untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa. Role playing dalam penelitian ini adalah mendramatisasi tingkah laku untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa dengan cara memainkan peran tokoh-tokoh khayalan yang dirajut dalam sebuah cerita, sehingga siswa berkesempatan melakukan, menafsirkan, dan memerankan suatu peranan, serta pemecahan masalahnya.

(23)

digambarkan sebagai rentang rangkaian kesatuan yang berujung pada bermain bebas, bermain dengan bimbingan dan berakhir pada bermain yang diarahkan.

Penelitian melalui bimbingan kelompok dengan teknik role playing dirancang dengan tujuan untuk membantu siswa agar dapat meningkatkan karakter kepemimpinan siswa dengan memerankan peran atau dikenal dengan bermain peran yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan atau keunggulan dirinya untuk dapat meningkatkan karakter kepemimpinan siswa.

Berkaitan dengan hal di atas, salah satu fungsi dari layanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah adalah untuk mengembangkan dan mengoptimalkan potensi serta kemampuan yang dimiliki siswa. Kemampuan yang dikembangkan secara optimal melalui layanan bimbingan dan konseling meliputi ranah Pribadi-Sosial, Akademis, Religi dan Karir. Selain itu, layanan bimbingan dan konseling berperan untuk mengembangkan kemampuan siswa agar terlaksana pendidikan yang berimbang dan bermutu.

(24)

SMP karena sesuai dengan karakteristik perkembangan yang berada pada taraf operasional formal (Yusuf, 2009:9). Metode bimbingan dan konseling digunakan agar seluruh siswa dapat mengembangkan kemampuan bekerjasama, berkomunikasi, dan menerima orang lain dengan cara yang menyenangkan sehingga siswa juga dapat mengembangkan karakter kepemimpinannya dengan tetap tidak merasa bosan dalam melakukan aktivitas yang melibatkan dirinya dan teman-teman kelompoknya.

Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan segala potensi dan kemampuan siswa agar mencapai perkembangan yang optimal. Bimbingan dan konseling harus mampu memberikan layanan bantuan yang bersifat psikoedukatif yang tidak diperoleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar di ruang kelas. Pada bimbingan sosial, bimbingan dan konseling diharapkan dapat mengembangkan hubungan sosial serta membantu siswa dalam menghadapi tugas-tugas perkembangan individu dalam meniti masa depan lebih lanjut.

(25)

B. Rumusan Masalah

Siswa pada jenjang Sekolah Menengah Pertama merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa remaja. Karakter kepemimpinan yang dimiliki oleh siswa SMP di sekolah terkadang tidak terpantau secara optimal. Para guru di sekolah terkadang memandang bahwa karakter kepemimpinan siswa yang baik hanya pada siswa yang aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan menjadi pengurus di dalamnya. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini merumuskan berbagai macam pertanyaan penelitian.

Secara terperinci rumusan masalah penelitian ini diturunkan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Seperti apakah profil karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI kelas VIII Tahun Ajaran 2012-2013?

2. Seperti apakah program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing efektif untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI kelas VIII Tahun Ajaran 2012-2013? 3. Apakah program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role

(26)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan akhir penelitian adalah menghasilkan program bimbingan dan konseling dalam meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI. Secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran berikut ini.

1. Mengetahui dan menganalisis profil karakter kepemimpinan siswa SMP

Laboratorium Percontohan UPI.

2. Menyusun program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP

Laboratorium Percontohan UPI.

3. Menemukan Efektivitas program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI.

D. Hipotesis Penelitian

”Program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing

dapat meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI”.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat teoritik. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah

(27)

Manfaat empirik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi (1)

peserta didik, yaitu membantu mengembangkan karakter kepemimpinan yang berkorelasi positif dengan prestasi belajar, (2) guru bimbingan dan konseling/konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru bimbingan dan konseling/konselor dalam menyusun program yang bertujuan meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP, (3) guru bidang studi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang karakter kepemimpinan siswa yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah, (4) kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP sehingga akhirnya dapat meningkatkan kualitas lulusan lembaga pendidikan yang dipimpinnya, dan (5) para akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat berimplikasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

F. Metodologi Penelitian

(28)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tujuan mendapatkan profil karakter kepemimpinan terhadap siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013, dan mengetahui efektivitas program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.

(29)

anggota kelompok eksperimen (treatment) dan kelompok kontrol tidak dilakukan dengan random assignment tetapi dengan menggunakan kelas yang telah tersedia.

Desain nonequivalent pretest-posttest control group design (pretes-postes dua kelompok) merupakan desain penelitian yang dilaksanakan pada dua kelompok, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol merupakan kelompok pembanding. Kedua kelompok dikenakan pengukuran sebanyak dua kali, yakni sebelum dan sesudah pemberian perlakuan.

Skema model penelitian dengan desain nonequivalent pretest-posttest control group design (pretes-postes dua kelompok) adalah sebagai berikut:

(Sugiono, 2010:110)

Skema Desain Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design Data yang diambil adalah data tentang karakter kepemimpinan siswa. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh data faktual berdasarkan informasi statistik. Kemudian, dianalisis untuk memahami tingkat karakter kepemimpinan siswa dan mengetahui efektivitas program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.

(30)

B. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari variabel-variabel yang ada pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Program Bimbingan dan Konseling adalah proses bantuan kepada individu peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan sebagai bagian dari program pendidikan agar individu dapat memahami dirinya dan lingkungannya sehingga individu tersebut sanggup mengarahkan diri dan bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan, keadaan keluarga dan masyarakat. Bentuk aktivitas program ini adalah peserta didik mengikuti aktivitas dalam berorganisasi selama beberapa waktu. Selama beraktivitas dalam organisasi, peserta didik mengambil nilai-nilai yang berharga bagi dirinya dan merefleksikannya untuk dijadikan miliknya.

(31)

3. Karakter Kepemimpinan Siswa SMP adalah kebiasaan, cara berpikir dan perilaku yang dilakukan siswa untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan sangat penting dalam kehidupan bersama dan harus diakui secara timbal balik, sasaran yang dipimpin harus mengakui bahwa orang tersebut adalah pemimpinnya.

C. Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Penyusunan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang karakter kepemimpinan siswa SMP yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner karakter kepemimpinan siswa SMP ini mengacu pada teori tentang karakter kepemimpinan yang dikemukakan oleh Seligman (2004:54). Kuesioner penelitian ini terdiri dari sejumlah pernyataan. Konstruk yang digunakan dalam instrumen penelitian ini adalah sikap, yaitu seberapa sesuai sikap para siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 dengan konsep karakter kepemimpinan sesuai dengan yang diungkap pada setiap pernyataan.

(32)

2. Kisi-kisi Instrumen Karakter Kepemimpinan

Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pengantar dan bagian pernyataan-pernyataan untuk mengukur karakter kepemimpinan siswa SMP yang terdiri dari 96 item/pernyataan (sebelum uji coba). Kuesioner ini terdiri dari 6 (enam) aspek karakter kepemimpinan.

Berikut ini penjabaran Dimensi Karakter Kepemimpinan siswa (Peterson & Seligman, 2004):

1. Creativity (originality, ingenuity): berpikir dengan cara baru dan produktif untuk konsep dan melakukan hal-hal termasuk prestasi artistik tetapi tidak terbatas

untuk itu.

2. Curiosity (interest, novelty-seeking, openness to experience): mengambil minat dari pengalaman yang

sedang berlangsung mengenai diri sendiri; menemukan subjek dan topik yang menarik; mengeksplorasi dan penemuan sesuatu.

3. Open – mindedness (judgement, critical thinking): memikirkan dan memeriksa semua hal dari berbagai sisi, tidak langsung ke kesimpulan; mampu merubah pikiran seseorang dengan bukti yang jelas; mempertimbangkan semua bukti secara cukup.

(33)

Kekuatan ini mendorong untuk mempelajari suatu yang baru.

5. Perspective (wisdom): mampu memberikan nasihat yang bijaksana kepada orang lain; memiliki pandangan terhadap dunia dengan masuk akal baik untuk dirinya dan untuk orang lain.

Keberanian (Courage)

melibatkan motivasi intrinsik untuk mencapai tujuan, meskipun terdapat berbagai halangan

Bravery (valor): tidak takut terhadap ancaman, tantangan, kesulitan, atau sakit; selalu berbicara tentang kebenaran, bahkan jika ada oposisi; selalu bertindak benar, walaupun tidak popular; lebih tertuju kepada keberanian fisik.

Persistence (perseverance, industriousness):

menyelesaikan segala hal yang telah dimulainya; bertahan dalam suatu tindakan meskipun ada hambatan; mendapatkan kesenangan dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Integrity (authencity, honesty): senantiasa

mengatakan kebenaran dan menampilkan diri apa adanya dan bertindak dalam cara yang tulus; tanpa kepura-puraan, mengambil tanggung jawab atas perasaan dan tindakan yang dilakukan.

(34)

mengacu pada perasaan bergairah dan antusias dalam menjalani segala aktivitas, tidak melakukan hal-hal setengah atau setengah hati, menganggap hidup sebagai petualangan; memiliki perasaan hidup dan aktif.

Kepedulian (caring) berarti tulus dan jujur kepada orang lain;

Love: menilai hubungan dekat dengan orang lain, khususnya mereka yang berbagi dan peduli akan membalasnya, dekat dengan orang lain.

Kindness (generousity, nurturance, care, compassion, althruistic love, “niceness”): melakukan kesenangan dan perbuatan baik bagi orang lain, membantu mereka, merawat mereka.

Social intelligence (emotional intelligence,

personal intelligence): menyadari motivasi serta

perasaan orang lain dan diri sendiri, mengetahui apa teamwork): bekerja dengan baik sebagai anggota kelompok atau tim yang setia pada kelompok.

2. Fairness: memberikan kesempatan kepada semua orang secara sama sesuai dengan pengertian keadilan, tidak membiarkan keputusan berdasarkan perasaan pribadi, memberi semua orang kesempatan yang adil. 3. Leadership: mendorong anggota kelompok untuk

(35)

mengorganisir kegiatan kelompok dan memastikan menerima kekurangan orang lain, memberikan orang kesempatan kedua, tidak menjadi pendendam.

Humility/modesty: membiarkan prestasi seseorang

berbicara sendiri, tidak mencari perhatian, tidak menganggap diri sendiri lebih istimewa dari yang lain.

Prudence: berhati-hati tentang pilihan seseorang,

tidak mengambil risiko yang tidak semestinya, tidak mengatakan atau melakukan hal-hal yang nantinya mungkin akan disesali.

Self regulation (self control): dapat mengatur apa yang dirasakan dan dilakukannya agar sesuai dengan situasi dan pandangan masyarakat, menjadi disiplin, satu pengendali yang selera dan emosi.

Komunikasi (communication)

Appreciation of beauty and excellence (awe,

wonder, elevation): mampu mengapresiasi keindahan

dalam segala aspek kehidupan.

Gratitude: menyadari dan bersyukur untuk

hal-hal baik yang terjadi, meluangkan waktu untuk mengungkapkan rasa terima kasih.

Hope (optimism, future-mindedness, future

(36)

Humor (playfulness): senang tertawa dan

menggoda, membuat orang lain tersenyum, melihat sisi terang, membuat (tidak harus menceritakan) lelucon.

Spirituality (religiousness, faith, purpose):

memiliki keyakinan yang koheren tentang tujuan dan makna yang lebih tinggi dari alam semesta, mengetahui di mana satu cocok dalam skema yang lebih besar, memiliki keyakinan tentang arti hidup dan melakukan sesuatu yang memberikan kenyamanan

Berikut ini Kisi-kisi Instrumen Karakter Kepemimpinan Sebelum Valid: Tabel 3.32

Kisi-kisi Instrumen Karakter Kepemimpinan Sebelum Valid

DIMENSI KARAKTER

INDIKAT OR

DESKRIPTOR NOMOR ITEM JUML

AH

1.2.2. Terbuka terhadap

(37)

menarik,

1.3.2. Mengkaji sesuatu

(38)
(39)
(40)
(41)
(42)

Siswa

Item-item pernyataan Kuesioner Karakter Kepemimpinan dirumuskan berdasarkan kriteria pernyataan yang baik seperti yang diuraikan Azwar (2010:35-40), sebagai berikut.

a. Item berupa rumusan pendek dan singkat;

(43)

e. Item tidak mengandung social desirability, yaitu isi item sesuai dengan keinginan sosial umumnya atau dianggap baik oleh norma sosial.

3. Pedoman Skoring

Skala yang digunakan dalam kuesioner karakter kepemimpinan ini mengacu pada prinsip-prinsip skala likert yang disusun oleh peneliti. Kuesioner ini merupakan alat untuk mengukur karakter kepemimpinan. Stimulus dari item-item instrumen ini adalah perilaku yang menggambarkan karakter kepemimpinan responden. Respon dari stimulus ini adalah memilih jawaban yang telah disediakan. Jawaban-jawaban tersebut akan menggambarkan karakter kepemimpinan diri responden (Azwar, 2005:32).

Instrumen karakter kepemimpinan yang disusun peneliti memiliki empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS) dan Tidak Sesuai (TS) Alasan peneliti membuat empat alternatif jawaban adalah agar pilihan subjek menjadi lebih tegas dan pasti, dan jawaban tidak ada yang berada di wilayah abu-abu.

(44)

Item-item terbagi dua, yaitu item positif (favorable) dan item (unfavorable). Pernyataan positif artinya pernyataan yang memihak pada objek ukur atau yang mengindikasikan tingginya atribut yang diukur, sedangkan pernyataan negatif artinya pernyataan yang tidak memihak pada objek ukur atau yang mengindikasikan rendahnya atribut yang diukur (Azwar, 2005:47). Jumlah pernyataan positif dan jumlah pernyataan negatif dibuat seimbang. Dalam hal ini, peneliti mengacu pada skala likert yang mensyaratkan pernyataan positif dan pernyataan negatif harus seimbang. Adapun penentuan skor untuk jawaban terhadap pernyataan positif adalah sangat sesuai = 4, sesuai = 3, kurang sesuai = 2, tidak sesuai = 1. Sementara, untuk skor jawaban item pernyataan negatif adalah: sangat sesuai = 1, sesuai = 2, kurang sesuai = 3, tidak sesuai = 4.

4. Uji Validitas Instrumen Karakter Kepemimpinan

(45)

Setelah instrumen direvisi berdasarkan saran dari para ahli, maka instrumen diuji keterbacaan kepada lima orang siswa SMP dan kemudian direvisi kembali, baik dalam penggunaan kata-kata ataupun struktur kalimat sehingga seluruh pernyataan dalam intrumen tidak mengandung ambiguitas dan cukup dapat dimengerti oleh responden. Instrumen kemudian diujicobakan kepada sampel yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden penelitian, yaitu siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2012-2013, yang berjumlah 62 siswa.

Setelah melakukan uji coba, peneliti melakukan pengolahan data uji validitas untuk mendapatkan daya beda secara empiris. Pengolahan data tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 16.0 (Statistical Programme For Social Windows). Dalam penelitian, item berdaya beda tinggi adalah

item yang mampu membedakan antara subjek yang memiliki karakter kepemimpinan yang tinggi dengan subjek yang memiliki karakter kepemimpinan yang rendah

Pengujian daya beda item dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi item-total (rix) yang dikenal dengan parameter daya

beda item. Untuk komputasi koefisien korelasi item-total digunakan korelasi Product Moment dari Pearson (Azwar, 2005:59), dengan rumus sebagai berikut:

ΣiX- (Σi)(ΣX)/n rix =

(46)

Keterangan:

rix = Koefisien korelasi antara i dan Y

i = Skor item X = Skor total

n = Banyaknya subjek

Penentuan kesahihan item didasarkan pada korelasi item-total dengan batasan rix ≥ 0,30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya

(47)

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Item Skala Karakter Kepemimpinan

No item pernyataan yang valid No item

pernyataan

yang tidak

valid

Favorab

le (+)

1,2,5,6,9,10,13,14,17,18,21,22,26,30,33,34, 38,40,41,42,45,46,49,50,53,57,58,61,62,65,66, 69,70,73,74,77,78,81,82,85,86,89,90,93,94

25,29,68

Unfavor

able (-)

3,4,7,8,11,12,15,16,19,20,23,27,28,31,32,35,36,37, 39,

43,44,47,48,51,52,54,55,59,60,63,64,67,71,75,76,7 9,80

84,87,88,91,92,95,96

24,56,69 ,72, ,89

5. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas skala karakter kepemimpinan menggunakan teknik analisis Alpha Chornbach. Penggunaan teknik analisis Alpha Conbach ini didasarkan atas pertimbangan penghitungan reliabilitas kuesioner karakter kepemimpinan yang diperoleh lewat penyajian satu bentuk kuesioner yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok responden (single trial administration) (Azwar, 2005:63).

(48)

Windows). Dari perhitungan reabilitas dengan menggunakan teknik analisis Alpha

Cronbach diperoleh reabilitas instrumen karakter kepemimpinan sebesar 0,975. Taraf

reliabilitas dinyatakan dalam suatu koefisien yaitu koefisien reliabilitas. Gulford dalam Furqon (2002:75) menjelaskan bahwa kualifikasi normatif nilai koefisien reliabilitas ditunjukkan pada Tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.4

Kriteria Nilai Koefisien Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,00-0,19

0,20-0,39 0,40-0,59 0,60-0,79 0,80-1,00

sangat rendah rendah

cukup tinggi sangat tinggi

Dengan demikian, alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kualifikasi reabilitas sangat tinggi. Artinya, kuesioner karakter kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian dinyatakan reliabel (handal).

D. Prosedur Penelitian

(49)

produk awal ( develop preliminary form of product); (4) revisi produk awal (main product revision); (5) uji coba terbatas (main field testing); (6) revisi produk ujicoba (operational product process); (7) ujicoba lebih luas (operasional field testing); (8) finalisasi produk (final product revision); (9) diseminasi dan

implementasi produk (dissemination and implementation).

Secara lebih rinci tahapan penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Tahap I Studi Pendahuluan.

(50)

Telaah empiris dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang program bimbingan dan konseling yang telah diberikan di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung, permasalahan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung dan gambaran gambaran karakter kepemimpinan siswa yang diungkap melalui inventori gambaran karakter kepemimpinan yang disebar kepada siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung yang menjadi sampel penelitian. Semua data digunakan untuk menyusun program hipotetik bimbingn dan konseling. Melalui studi pendahuluan ini dihasilkan potret awal kebutuhan pelaksanaan bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung. 2. Tahap II Penyusunan Program Hipotetik

(51)

3. Tahap III Uji Rasional

(52)

4. Tahap IV Uji Efektivitas Program

Pada tahap ini dilakukan pengujian efektivitas progarm bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung dengan metode quasi eksperimental desain pretest-posttest satu-kelompok. Metode quasi eksperimen desain pretest-posttest satu-kelompok melibatkan tiga langkah: (1) pemberian pretest yang mengukur variabel terikat; (2) implementasi perlakuan eksperimen (variabel bebas) untuk para partisipan; dan (3) pemberian posttest yang mengukur kembali variabel terikat. Efek-efek perlakuan eksperimen ditentukan dengan membandingkan skor-skor pretest dan posttest. Metode quasi eksperimen desain pretest-posttest satu-kelompok yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut:

Gambar.3.1.

Rancangan Pre-Eksperimental Uji Keefektifan Program

Pretest Posttest

Kelompok eksperiment

(KE)

Treatment

Treatment Kelompok

(53)

Keseluruhan rancangan penelitian dapat digambarkan dalam skema berikut :

.

Gambar 3.2. Alur Riset Pengembangan Program

TAHAP

KEGIATAN

HASIL

Studi Pendahuluan

Pengembangan & Validasi program

-Penimbangan ahli -validasi empirik -Revisi program

Uji Lapangan

Revisi Program

-kajian literatur -Kondisi Objektif lapangan

-Rancangan

Uji Efektivitas

Draft program

Operasional program

(54)

E. Populasi dan Sampel

Menurut Hadjar (1996:27), subjek penelitian adalah individu yang ikut serta dalam penelitan sebagai sumber data. Suatu penelitian bertujuan untuk mempelajari sesuatu berkenaan dengan sekelompok individu yang memiliki karakteristik umum yang sama. Kelompok individu tersebut dinamakan populasi penelitian. Gall (2003:129) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan jumlah pada kelompok yang dikaji. Menurut Nazir (2005:89), populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Angkatan 2011.

Sementara itu, Sugiono (2010:118) menyatakan bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi penelitian yaitu siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Subjek penelitian dalam penelitian ini tidak menggunakan sampel karena populasinya kecil dan bisa dijangkau.

(55)

Tabel 3.5

Data Sampel Penelitian

Kelas Jumlah Sub

Total Wanita Laki-laki

Kelas VIII A 11 10 21

Kelas VIII B 10 10 20

Kelas VIII C 10 11 21

TOTAL 31 31 62

F. Analisis Data

Data penelitian ini menggunakan analisis statistik. Pertanyaan penelitian pertama tentang tingkat karakter kepemimpinan siswa dijawab melalui konversi skor responden dengan skor ideal yang berpedoman pada Penilaian Acuan Patokan (PAP) untuk mendapatkan gambaran karakter kepemimpinan siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung, Tahun Ajaran 2012-2013.

Kategorisasi ditentukan berdasarkan formula seperti pada Tabel 3.7 berikut ini: Tabel 3.6

Penyusunan Skala Konversi Skala Lima

Skala Sigma

Skala Angka Keterangan

+1,5 µ +1,5σ < X Kategori sangat tinggi +0,5 µ + 0,5σ < X ≤ µ + 1,5σ Kategori tinggi

(56)

-1,5 µ - 0,5σ < X ≤ µ -1,5σ Kategori rendah

X ≤ µ-1,5σ Kategori sangat rendah

Keterangan:

X maksimum teoritik : skor tertinggi yang mungkin diperoleh dalam skala

X minimum teoritik : skor terendah yang mungkin diperoleh dalam skala

σ : standar deviasi, yaitu luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran µ : Mean teoritik, yaitu rata-rata teoritis dari

skor maksimum dan minimum

Adapun deskripsi masing-masing kategori adalah sebagai berikut:

1. Sangat Tinggi

(57)

dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari dengan sangat baik. Pada kategori ini, seseorang dengan sangat baik memahami, merasakan, dan meyakini serta menginternalisasi dalam dirinya nilai karakter kepemimpinan, serta mewujudkan dalam bentuk perilaku nyata.

2. Tinggi

Kategori tinggi menggambarkan seseorang memiliki seperangkat nilai dasar yang membangun pribadinya yaitu kekuatan interpersonal yang memberikan wawasan sosial, kepedulian kepada orang lain, dan kekuatan untuk memimpin atau menjalin hubungan baik dengan orang lain yang terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun lingkungan yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkannya dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari dengan baik. Pada kategori ini, seseorang dengan baik memahami, merasakan, dan meyakini serta menginternalisasi dalam dirinya nilai karakter kepemimpinan, serta mewujudkan dalam perilaku sehari-hari.

3. Sedang

(58)

diwujudkannya dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Pada kategori ini seseorang dengan baik memahami, merasakan, dan meyakini serta menginternalisasi dalam dirinya nilai karakter kepemimpinan, serta mewujudkan dalam perilaku sehari-hari tetapi belum baik, dan jarang dipraktikkan.

4. Rendah

Kategori ini menggambarkan seseorang memiliki seperangkat nilai dasar yang membangun pribadinya, yaitu kekuatan interpersonal yang memberikan wawasan sosial, kepedulian kepada orang lain, dan kekuatan untuk memimpin atau menjalin hubungan baik dengan orang lain yang terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun lingkungan yang membedakannya dengan orang lain. Namun, belum diwujudkannya secara baik dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Pada kategori ini, pemahaman, perasaan, dan penginternalisasian akan nilai-nilai karakter kepemimpinan kurang. Nilai-nilai karakter kepemimpinan tersebut juga belum diwujudkan dalam perilaku sehari-hari secara baik.

5. Sangat Rendah

(59)

diwujudkannya secara baik dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Pada kategori ini, pemahaman, perasaan, dan penginternalisasian akan nilai-nilai karakter kepemimpinan sangat kurang. Nilai-nilai karakter kepemimpinan tersebut juga tidak diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.

(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Secara keseluruhan studi ini telah memenuhi tujuannya yaitu menghasilkan Program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa, berdasarkan hasil

penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran umum karakter kepemimpinan siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2012-2013 berada pada kategori tinggi, artinya siswa telah memiliki karakter kepemimpinannya yang baik. Namun demikian, masih ada sebagian kecil siswa kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2012-2013 berada pada kategori “rendah” dan “sedang”. Artinya, mereka masih memerlukan pendampingan untuk meningkatkan dan memantapkan karakter kepemimpinan siswa tersebut.

2. Dari enam aspek karakter kepemimpinan, yaitu kearifan, keberanian, kepedulian, optimis, kontrol diri dan komunikasi, aspek keberanian menjadi aspek yang paling rendah persentasinya dibandingkan dengan lima aspek yang lain. Sementara, tiga indikator yang paling rendah adalah (1) indikator “Siswa mampu mengatur diri sendiri” pada aspek

(61)

terhadap orang lain untuk kemurahan hati orang lain tersebut” juga pada aspek kemanusiaan.

3. Program bimbingan dan konseling menggunakan teknik role playing untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa secara signifikan efektif meningkatkan karakter kepemimpinan siswa. Hasil penelitian juga menunjukkan peningkatan karakter kepemimpinan setelah pemberian treatmen dengan menggunakan program bimbingan dan konseling

menggunakan teknik role playing menunjukkan persentase yang cukup tinggi untuk setiap aspek dan indikator.

B. Rekomendasi

Berdasarkan analisis terhadap temuan penelitian dan pembahasan maka dikemukakan beberapa rekomendasi sebagai berikut :

1. Bagi Kepala Sekolah

Program bimbingan dan konseling menggunakan teknik role playing untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa merupakan program yang perlu melibatkan stakeholder pendidikan dan membutuhkan waktu dan dana yang besar. Agar program bimbingan dan konseling menggunakan teknik role playing dapat terlaksana dengan baik dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka kepala sekolah perlu memahami program bimbingan dan konseling menggunakan teknik role playing dalam kerangka pendidikan karakter siswa. Lebih lanjut, kepala

(62)

sarana dan prasarana, kesiapan SDM, dan juga pendanaan. Misalnya, kebijakan untuk mengadakan buku harian atau buku jurnal siswa yang digunakan para siswa selama mengikuti program bimbingan dan konseling menggunakan teknik role playing. Buku harian atau jurnal siswa ini berfungsi sebagai dokumentasi

pengalaman siswa yang dapat juga digunakan sebagai data dalam pembinaan siswa selanjutnya, serta sebagai data untuk evaluasi kegiatan dalam rangka perencanaan program selanjutnya.

2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Program bimbingan dan konseling menggunakan teknik role playing merupakan salah satu bentuk program bimbingan yang ditujukan untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa. Program ini digunakan untuk meningkatkan karakter-karakter yang lain, dan diharapkan bisa didesiminasi ke tingkat pendidikan yang lain atau ke sekolah-sekolah lain. Selanjutnya, program bimbingan dan konseling menggunakan teknik role playing dapat disosialisasikan melalui seminar dan workshop serta membuat buku program bimbingan dan konseling.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Terdapat dua rekomendasi kepada peneliti selanjutnya: a. Pengembangan instrumen penelitian.

(63)

kepemimpinan. Peneliti selanjutnya perlu mengkaji dan mengembangkan lebih mendalam Skala Karakter Kepemimpinan dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang mendasari karakter kepemimpinan.

b. Pengembangan program bimbingan dan konseling menggunakan teknik role playing.

(64)

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Bandung: Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia.

Alwasilah, Chaedar.A. (2008). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya. Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogykarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, Saifuddin. (2005). Reliabilitas dan Validitas. Yogykarta: Pustaka Pelajar. Azizah, Nur. “Perilaku Moral dan Religiusitas Siswa Berlatar Belakang

Pendidikan Umum dan Agama”. Jurnal Psikologi Volume 33 No.2 Desember 2006. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Baharuddin dan Esa Nur Wahyu. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Grup.

Brooks, D. (2005). Increasing Test Score and Character Education The Natural

Connection. (Online). Tersedia:

http://www.youngpeoplespress.com/Testpaper.pdf. [10 Juli 2012].

Chaplin, J. P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Alih bahasa: Kartini Kartono. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Cartlede & Milburn, J.F. (1993). Teaching Social Skill to Children and Youth Innovative Approaches (2 ed). Massachusset:Allyn and Bacon.

Cavanagh, Michael. (1982). The Counseling Experience. California: Brooks Cole Publishing Company.

Creswell, John.W. (2010). Qualitative Inquiry and Research Design. Thousand Oaks: Sage Publication Inc.

Cobin & Donna. (2003). Ego Strength Developmentof Adolescents Involved in Adult-Sponsored Structured Activities. Journal of Youth and Adolescence, Vol.34, Nc.2,April 2005,pp.85-95(2005). DOI: 10.1007/s 10964-005-3208-8

(65)

Dahlan, M.D. (1988). Posisi Bimbingan dan Penyuluhan Pendidikan dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Pidato Pengukuhan Guru Besar IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Dammon, Willian. (2002). Bringing in New Era in Character Education. California: Hoover Institution Press.

Debdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. DEPKES RI. (2008). Tindak Kekerasan Siswa Di Sekolah. Bandung: Harian

Umum Pikiran Rakyat.

Fleet, Van. (2001). Definisi Bermain Peran. (Online) Tersedia: http://artikelpsikologi.blogspot.com. [7 Januari 2013].

Furqon. (2002). Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabet.

Gall, M.D dan Borg, W.R (2003). Educational Research An Introduction. United States of America: Pearson Education.

Gardner, H. (1983). Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. New York: Basic Books.

Ginnot. (1961). Definisi dan Fungsi Bermain Peran. (Online). Tersedia di http://www.lead.sabda.org. (1 April 2013).

Golemen, Daniel. (2007). Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT. Gramedia Utama. Gunarsa, Singgih. (1981). Moral dan Masalahnya. Yogyakarta: Kanisius.

Gunarto. (2004). Implementasi Pendidikan Budi Pekerti. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hidayat, Asep Saepul. (2011). Manajemen Sekolah Berbasis Karakter. Desertasi pada Program Studi Administrasi Pendidikan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: tidak diterbitkan.

Hadi. (1990). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(66)

Hill, T.A. (2005). Character First Kimray Inc. (online) Tersedia:http://www.charactercities.org/downloads/publications/Whatischar acter.[7 Juli 2012].

Hurlock, E. B. (2004). Alih Bahasa. Istiwidayanti dan Soedjarwo. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Jacobs, EF. et al. (1987). Leadership. London. Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.

Kadir, Abdul. (2001). Membangun Karakter Kepemimpinan. Yogyakarta: Andi Offset.

Kasman, Rusdi. (2010). Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Meningkatkan Kecerdasan Moral Siswa. Tesis Program Studi Bimbingan dan Konseling SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum. (2010) Bahan Pelatihan. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas.

Kartadinata, Sunaryo. (2000). Pendidikan Untuk Pengembangan Sumberdaya Manusia Bermutu Memasuki Abad XXI, Implikasi Bimbingannya. Bandung: FIP UPI.

Klann (2007). Education for Character. New York: Bantam Books.

Koesoema, Doni. (2007). Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.

Kohlberg, Lawrence. (1991). (Alih Bahasa: Istiwidayanti). Tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta: Kanisius.

Kolb. (1984). Experiential Learning: Experience as the Source of Learning and Development. New Jersey: Prentice Hall.

Lickona, Thomas. (1991). Education for Character, How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Lubis, Mochtar. (2001). Manusia Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Lwin, May dan kawan-kawan(Alih Bahasa: Soejarwo) (2007). How to Multiply

(67)

Magniz-Suseno. (1987). Hati Nurani. (Online) Tersedia: http://hatinurani.blogspot.com. [7 Oktober 2012].

Mahardayani, H.I & Latifah Nur Ahyani.(2010). Identifikasi Perilaku Bullying Pada Remaja Di Kabupaten Kudus. (Online) Tersedia: http://Jurnal.Umk.Ac.Id/Jurnal/2010/Sosbud juni 2010/Identifikasi perilaku bullying pada remaja.Pdf. [7 Juli 2012].

Makmun, Abin Syamsudin. (2009). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Makmun, Abin Syamsudin.(2003). Psikologi Kependidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung:Rosda.

Megawangi, Ratna. (2004). Pendidikan Karakter. Solusi yang Tepat Membangun Bangsa. Bogor: Indonesia Heritage Fondation.

Mulyasa. (2007). Definisi Bermain Peran. (Online). Tersedia di

(68)

Natawidjaia, Rochman. (1987). Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyuluhan Kelompok I. Bandung: Diponegoro.

Nazir, Moh., (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nurgiantoro, dkk. 2002. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nurhayati. (1998). Program Layanan Bimbingan dan Konseling Kesehatan Seksual Remaja. Skripsi FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Nurihsan, A. Juntika. (2007). Bimbingan dan Konseling, Dalam Berbagai Latar Belakang Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.

Nurihsan, A, Juntika dan A. Sudianto. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA Kurikulum 2004. Jakarta: PT. Gramedia.

Nurihsan, A. Juntika. (2002). Pengantara Bimbingan dan Konseling. Bandung: PPB FIB dan UPC LBK UPI.

Nugraha, B.D. (2004) Waspadai Seks Bebas Kalangan Remaja. (Online). Tersedia: http://www.solusisehat.net. [18 Mei 2012].

Oktavianti, Ridha. (2008). Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk mengembangkan konsep diri siswa. Skripsi di Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Oxford University Press. (2006). Concis Oxford English Dictonary. New York: Oxford University Press. Inc.

Park, Nansook.(2009). Bulding Strengths of Character: Keys to Positive Youth Development. Jurnal of Reclaiming Children and Youth.18 (2), 42-47. Peterson, C. & Seligman, M. E. P. (2004). Character Strengths and Virtues: A

Handbook and Classification. New York: Oxford University Press

Prayitno, dkk. (1997). Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMP. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi.

Prayitno. (1997). Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(69)

Kelas Tinggi (IV-V) SD Lab UNG.Tesis Program Studi Bimbingan dan Konseling SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rahman, Fathur. (tt). Pendidikan Profesi Guru Bimbingan Dan Konseling/Konselor (PPGBK). Modul Ajar Pengembangan dan Evaluasi Program BK. Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Ridwan. (2004). Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Samani, Muchlas dan Hariyanto. (2011). Pendidikan Karakter. Bandung: Rasda. Santrock, John W. (2007). Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soejarwo.

Perkembangan Anak, edisi ke tujuh, jilid dua. Jakarta: Erlangga.

Santrock, John W. (2003). Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soejarwo. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Sarlito Wirawan. (2005). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Sasongko. Luddy Bambang. 2004. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD Pada Materi Relasi dan Grafik di Kelas 2 SMP. Tesis Magister SPS UNESA Surabaya: tidak diterbitkan.

Sedanayasa. (2010). “Model Bimbingan Sosial Kolaboratif Berbasis Multi-kultur untuk Peningembangan Kohesivitas Sosial SMP”. Jurnal Bimbingan dan Konseling. Edisi April 2010. Malang: Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP Universitas Negeri Malang dan ABKIN, 96-103

Sinaga, Juster Donal. (2012). Program Bimbingan Pribadi-Sosial Berbasis Experiential Learning Untuk Meningkatkan Karakter Humanis Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas IX SMP Salman Al Farisi, Bandung, Tahun Ajaran 2011-2012). Tesis di Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sinurat, R.H.Dj. (1996). Hand-out Bimbingan Kelompok. Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Gambar

Tabel 4.8 Uji t Per Aspek Hasil Pretest dan Posttest Kelompok
Gambar.3.1. Rancangan Eksperimen Uji Keefektifan Program  .......................................
Tabel 3.1 Dimensi Karakter Kepemimpinan
Tabel 3.32
+4

Referensi

Dokumen terkait

Masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik role playing dapat mengembangkan karakter kemandirian siswa

Dalam hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan diangkatnya judul meningkatkan “ layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik role playing untuk

Berdasarkan pelaksanaan penelitian tentang keefektifan bimbingan kelompok dengan teknik role playing dihasilkan pengolahan data penelitian yang telah dilaksanakan, maka hasil

4.2.2 Bimbingan Kelompok Menggunakan Gabungan Teknik Role Play dan Teknik Storytelling Lebih Efektif dari pada Bimbingan Kelompok Menggunakan Teknik Storytelling Untuk

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing efektif pada regulasi emosi siswa kelas VIII-A

Hasil kajian menunjukkan bahwa teknik role playing adalah teknik yang tepat digunakan untuk peningkatan motivasi belajar siswa, karena teknik role playing membantu siswa memperkuat

“Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Menggunakan Teknik Role Playing Untuk Mengurangi Kecemasan Sosial Siswa Terisolir Kelas X Di SMAN 12 Banjarmasin” Masalah yang menjadi fokus

Berdasarkan hasil Pre-Test pada 10 responden di kelas XI MIPA SMA Negeri 3 Pati sebelum dilakukan suatu treatment yakni layanan bimbingan kelompok dengan teknik Role Playing,