• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA GURU DALAM MEN6EMBANBKAN KETERAMPILAN INTELEKTUAL SISWA : Studi Kasus Pada Pengajaran Ilmu Listrik Di STM Negeri Kotamadya Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA GURU DALAM MEN6EMBANBKAN KETERAMPILAN INTELEKTUAL SISWA : Studi Kasus Pada Pengajaran Ilmu Listrik Di STM Negeri Kotamadya Bandung."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

U P A Y A G U R U D A L A M M E N 6 E M B A N B K A N K E T E R A M P I L A N I N T E L E K T U A L S I S W A

(Studi Kasus Pada Pengajaran Ilmu Listrik Di STM Negeri Kotamadya Bandung)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Hagister Kependidikan

Bidang Studi Pengembangan Kurikulum

Oleh

SRIADHI

NRP.9232064

P R O G R A M P A S C A S A R J A N A

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG

(2)

Disetujui dan disahkan untuk Ujian Tahap I

PROF.DR. MOH.DJ

DR.MULYANI SUMANTRI, M.Sc

Pembimbing II

PROGRAM

PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

UCAPAN TERIMA KASIH iii

DAFTAR ISI V

DAFTAR TABEL DAN MATRIK vii

DAFTAR BAGAN viii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah 1

B.Rumusan dan Batasan Masalah 6

C.Definisi Operasional 10

D.Pertanyaan Penelitian

13

E.Tujuan dan Manfaat Penelitian 14

BAB II KONSEP PENGAJARAN KETERAMPILAN INTELEKTUAL DI

SEKOLAH KEJURUAN

A.Hakekat Belajar—mengajar.

l.Pengertian Belajar-mengajar

16

2. Proses Pembela jaran 18

3.Bentuk-bentuk Kapabilitas Hasil Belajar 20 B.Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan.

l.Konsep Kurikulum Sekolah Kejuruan 25 2.Garis-garis Besar Program Pengajaran STM

Tahun 1994 43

C.Implementasi Teori Gagne dalam Pengajaran

llmu Listrik 48

l.Persiapan Menga jar Guru

50

2. Pelaksanaan Pengajaran 53

3.Penilaian 63

(4)

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A.Metode Penelitian 68

B. Sumber Data 70

C.Teknik Penguapulan Data 71

D.Kredibil itas Data 77

E.Tahap-tahap Penelitian 79

BAB IV DESKRIPSI.INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Hasil Penelitian 84

1.Pengajaran Ilnu Listrik di STM A 84

2.Pengajaran Ilnu Listrik di STM B 101

3.Hasil Belajar Siswa 123

B. Interpretasi Data Hasil Penelitian 132

C.Pembahasan Hasi1 Penelitian 143

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesinpulan. 174

B.Rekomendasi 179

DAFTAR PUSTAKA 18©

LAMP IRAN-LAMP IRAN 189

(5)

DAFTAR TABEL DAN MATRIK

Ha laman Tabel: l.Struktur program kurikulum STM tahun 1994... 45

2.Kisi-kisi tes keterampilan intelektual siswa dalam pengajaran Ilmu Listrik untuk

caturwu-lan pertama 76

3.Kisi-kisi tes sumatif yang dikembangkan GX-A.... 100 4.Kisi-kisi tes formatif yang dikembangkan GX-B... 121 5.Kisi-kisi tes sumatif yang dikembangkan GX-B.... 122 6.Hasil tes keterampilan intelektual siswa STM A.. 127 7.Hasil tes keterampilan intelektual siswa STM B.. 131 S.Rekapitulasi hasil jawaban 18 orang siswa... 142

Matrik: l.Hubungan antara fase belajar dengan peristiwa

pembelajaran dan fungsinya 57

2.Peristiwa pembelajaran, media dan prosedur

pe-laksanaanya 59

3.Pola operasional pengajaran keterampilan

in-intelektual 182

(6)

DAFTAR BAGAN

Ha laman

l.Komponen dan proses pembela jaran 18

2.Sistem pemrosesan informasi 19

3.Hirarki jenjang keterampilan intelektual 23 4.Media bahan pelajaran yang dapat digunakan 39 S.Profil kemampuan kejuruan lulusan STM program

studi Listrik Instalasi berdasarkan kurikulum

SMK 1994 44

6.Alur kerja pengembangan bahan dan media penga

jaran. 52

7.Pengelompokan materi pelajaran 52

8.Hubungan antara usaha, daya dan hukum Ohm 92 9.Penyelesaian soal dengan analisis rangkaian 93 lO.Langkah-langkah untuk mencari harga resistansi

pengganti dalam hubungan campuran. 115 ll.Peta konsep hubungan usaha, daya dan hukum Ohm 151 12.Analisis perentetan materi pelajaran 153 13.Pengalokasian waktu dengan pola inti 180

(7)

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah.

Perkembangan

i1mu

pengetahuan

dan

teknologi

yang

semakin pesat dewasa ini membawa perubahan dalam

kehidupan

masyarakat.

Perubahan

tersebut menuntut

suatu

kemampuan

yang

lebih tinggi dari masyarakat agar tidak

tergilas oleh

kemajuan yang ada. Sebagaimana dikemukakan oleh Fraser

(1985:36),

perkembangan

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi

tinggi dewasa

ini memicu pesatnya perkembangan pada

sektor

industri dan informasi, yang menimbulkan perubahan

luas di

dalam kehidupan ekonomi, sosial dan politik. Perubahan itu makin menuntut kemampuan adaptif manusia sampai batas-batas paling maksimal. Sejalan dengan itu, T.Raka Joni (1991:8)

memperingatkan bahwa manusia yang mampu "bertahan hidup" di

era informasi

sekarang ini adalah orang—orang yang memiliki

kemampuan mencari, mengevaluasi dan memanfaatkan informasi yang diterima untuk meningkatkan kualitas dirinya.

Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam siklus permasalahan di atas. Pada penlok persiapan

dan

pelaksanaan

pendidikan kejuruan dengan

si stem

ganda

(PPPGT,1994a:2), masalah tersebut menjadi

salah satu

topik

bahasan.

Indonesia

merupakan salah satu negara yang berada

di

kawasan

Asia-Pasifik,

yaitu suatu kawasan

yang

telah

(8)

kawasan

ini,

tetapi

di sisi

lain

bisa

tertelan

menjadi

korban kemajuan negara tetangga. Oleh karena itu Indonesia harus mempersiapkan diri dengan berbagai keunggulan

kompetitif

dan

koperatif, untuk

menghadapi

persaingan

yang semakin ketat dan semakin tajam.

Menghadapi

kemajuan teknologi dewasa ini,

Indonesia

telah menentukan sikap, yaitu dengan melakukan alih teknolo

gi dari negara maju. Pada saat ini upaya tersebut

diperki-rakan

dapat membantu mempercepat usaha

peningkatan

kese-jahteraan

masyarakat. Dengan dilakukannya alih

teknologi,

Indonesia tidak dapat

terlepas dari siklus gejala

globali-sasi ekonomi,industri dan teknologi,sebab masuknya teknolo

gi maju akan membawa dampak dalam kehidupan masyarakat yang

menuntut penyesuaian pola pikir dan pola tindak tertentu.

Untuk

mencapai

pola pikir dan

pola

tindak

sesuai

dengan

kemajuan itu,diperlukan upaya yang

sungguh-sungguh

agar masyarakat siap menerima kemajuan yang ada.

Kenyataan

ini

menunjukkan

perlunya kemampuan

beradaptasi

terhadap

teknologi

maju.

Menurut Conny R.Semiawan

dan

T.Rakajoni

i " -*

(1993:10),

kemampuan beradaptasi terhadap

teknologi

maju

bukan hanya memasukkan <jrehgaruh Iingkungajn ke dalam

struk-tur yang sudah ada, tetapi harus mencakup kemampuan melaku

kan assimilasi dan akomodasi. Dengan demikian masyarakat

bukan

hanya siap menerima dan menggunakan

teknologi

yang

masuk, tetapi mampu pula

memodifikasi dan

mengembangkannya

sesuai dengan kebutuhan.

Berkenaan

dengan masuknya teknologi

maju

tersebut,

Keuper

dan Crass (1993:3)

memperingatkan

perlunya

setiap

(9)

guna

menghadapi perkembangan teknologi dewasa

ini.

Untuk

itu

perlu

terus

meningkatkan

keterampilan

intelektual,

sebab

dalam

kehidupan yang berkembang dan

dihujani

oleh

arus

informasi global

dewasa ini menuntut berbagai

kemam

puan untuk

beradaptasi. Kemampuan beradaptasi seperti

itu

menurut Holbrook (1987:85) membutuhkan kemampuan yang memiliki dimensi intelektual dan dimensi praktis.

Tanpa kemampuan yang cukup, masyarakat akan kalah dan

terombang-ambing

oleh arus kemajuan.

Seperti

dikemukakan

oleh

M.Djawad

Dahlan (1983:4), mengambangkan

diri

dalam

arus

kemajuan berarti

menyerah

kalah

terhadap

keadaan,

bahkan membiarkan diri dikendalikan dan diprogram oleh arus

kemajuan. Karena itu pendidikan harus menunjukkan

eksisten-sinya, sehingga kegiatan

yang dilaksanakannya bukan seper

ti kegiatan

pada,

sebuah

industri.

Sebagai realisasi dari sikap yang telah diambiI,yaitu

dengan

melakukan

alih teknologi

dari negara maju,

Indo

nesia

terus berusaha untuk meningkatkan

mutu

pendidikan.

Wardiman

Djojonegoro

(1991:17)

menyatakan,

pendidikan

menengah bukan saja menciptakan tenaga kerja menengah

yang

terampil, tetapi juga fleksibel dalam mempelajari dan mela

kukan

hal-hal

sejalan dengan

datangnya

teknologi

baru.

Dengan

fleksibi1itas yang tinggi, diharapkan tenaga

kerja

kita dapat dengan cepat mengikuti perkembangan teknologi.

Sekolah Teknologi Menengah (STM) merupakan salah satu

lembaga

pendidikan yang bertujuan menyiapkan tenaga

kerja

(10)

i1mu pengetahuan dan teknologi.Tujuan tersebut tertuang da

lam dokumen kurikulum (Depdikbud,1993a:1) sebagai berikut: 1.Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta

mengembangkan sikap profesional.

2.Menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, mampu ber-kompetensi dan mampu mengembangkan diri.

3.Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk meng-isi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun pada masa yang akan datang.

4.Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan kreatif.

Keempat tujuan di atas memberi kejelasan bahwa lulus an STM bukan hanya dituntut untuk terampil dalam praktek keteknikansaja,tetapi harus diimbangi dengan keterampilan intelektual yang sepadan. Hal ini dapat pula dilihat dari struktur program pengajaran,dimana mata pel ajaran yang diberikan dibedakan dalam empat kelompok, yaitu komponen pendidikan dasar umum (normatif), komponen pendidikan dasar

penunjang (adaptif), komponen pendidikan dasar profesi

dan

komponen pendidikan keahlian profesi (PPPGT,1994b:7).

Keterampilan intelektual bagi lulusan STM diperlukan sebagai bekal mengembangkan keterampilan kejuruan. Selain itu,pada dasarnya STM bukanlah lembaga pendidikan terminal, tetapi sebagai salah satu mata rantai dari serangkaian upaya pendidikan yang bersifat developmental. Dengan demi-kian para lulusannya bukan saja dapat bekerja dalam berba-gai lapangan kerja sejenis,tetapi dapat pula melanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Sukarato,1988:92).

(11)

pengadaan dan peningkatan fasilitas praktek serta pening-katan mutu guru. Dengan dilakukannya upaya tersebut diha rapkan dapat meningkatkan kualitas lulusan STM.

Dalam kenyataannya mutu lulusan STM masih jauh dari standar yang diharapkan. Keadaan ini dapat diketahui lewat hasil—hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Seperti penelitian Anna Poedjiadi (1985) yang menemukan masih belum

efektifnya

pengajaran kelompok mata pelajaran dasar

keju

ruan di STM,sehingga hasil yang dicapai

juga masih

rendah,

padahal

kelompok mata pel ajaran tersebut banyak

memberikan

kemampuan

adaptif dan merupakan dasar

untuk

pengembangan

bidang keteknikan. Setyabudhi (1991) lewat penelitiannya

juga

menemukan masih rendahnya kemampuan

berpikir

formal

siswa STM dalam konsep Fisika listrik arus searah. Selain

itu,Rahardjo (1989)

lewat penelitiannya berhasil mengungkap

tentang kurangnya

bekal formal siswa dalam kelompok

pela—

jaran dasar penunjang (adaptif), khususnya Matematika dan

Fisika, sehingga

banyak lulusan STM

yang

gagal

memasuki

Politeknik. Penelitian lain juga dilakukan oleh Marzuki

Hamsyad

(1987)

yang menemukan

masih

rendahnya

kesiapan

kerja lulusan STM. Demikian juga dengan penelitian yang

dilakukan Tedjo Narsoyo (1988) di kalangan

karyawan

. IPTN

Bandung,

yang berhasil mengungkap lebih rendahnya

perkem

bangan

kognitif karyawan

lulusan STM

dibanding

karyawan

lulusan SMA meskipun dengan mendapat perlakuan training

yang sama.

Upaya

untuk mengembangkan

keterampilan

intelektual

siswa STM sebenarnya telah

lama dilakukan. Dari survei awal

(12)

kelompok dasar penunjang dan dasar profesi umumnya

menekan-kan pada pengembangan keterampilan intelektual siswa.

Akan

tetapi

dalam kenyataannya seperti terungkap

lewat

hasil-hasil

penelitian

di

atas,

lulusan STM

masih

jauh

dari

standar

yang diharapkan. Keadaan seperti itu

tidak

dapat

dibiarkan

terus berlangsung,sebab akan

berdampak

negatif

bagi

mutu

Jbenaga

kerja kita, apa

lagi

dengan

kemajuan

teknologi

dewasa

ini yang semakin

menuntut

keterampilan

intelektual

lebih tinggi untuk beradaptasi dengan

kemajuan

yang

ada. Berkenaan dengan itu perlu dilakukan

penelitian

tentang

pengajaran

keterampilan

intelektual

di

sekolah

kejuruan, sehingga diperoleh temuan-temuan yang

bermanfaat

untuk meningkatkan kemampuan adaptif para lulusannya.

B.Rumusan dan Batasan Masalah.

Banyak

faktor yang turut menentukan

kualitas

hasil

belajar

siswa,

baik program

pengajaran,

kesiapan

guru,

kemampuan siswa,fasiIitas belajar,kualitas proses

belajar-mengajar dan faktor-faktor lain. Sebagai lembaga pendidikan

formal,

STM

dalam

pelaksanaannya

menggunakan

kurikulum

sentral yang dikembangkan oleh pusat, akan tetapi kurikulum

tersebut pada dasarnya masih berupa pedoman umum yang harus

dijabarkan lagi sesuai dengan kondisi nyata di sekolah.

Sebagai lembaga pendidikan yang berfungsi

menyiapkan

tenaga

kerja, STM harus membekali para

lulusannya

dengan

kemampuan

yang memiliki adaptabi1itas tinggi guna

mengha-dapi

perkembangan

teknologi.

Untuk itu, guru

yang

juga

(13)

kemampuan adaptif kepada siswa, salah—satu di antaranya adalah dengan mengembangkan keterampilan intelektualnya.

Menurut Gagne et al. (1992), ada tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam upaya mengajarkan keterampilan

intelektual siswa, yaitu:

D.Tujuan khusus pengajaran yang ingin dicapai harus diru-muskan secara operasional dan jelas, pada jenjang keterampilan intelektual mana ditujukan. Kriteria pokok setiap jenjang adalah sebagai berikut: (a) Jenjang diskriminasi difokuskan kepada keterampilan siswa untuk membedakan sesuatu objek menurut dimensi fisiknya. (b) Pada jenjang konsep konkrit lebih ditekankan pada keterampilan mengidentifikasi suatu objek, contoh atau peristiwa berdasarkan konsep atau karakteristik yang dimiliki, sedangkan jenjang konsep terdefinisi menguta-makan keterampilan mendemonstrasikan arti (karakteris tik dan fungsi) dari suatu objek atau peristiwa terten-tu. (c) Pada jenjang kaidah, penekanannya lebih tertumpu kepada keterampilan menggunakan suatu konsep dalam suatu kelas situasi dan hubungan serta pengembangan konsep-konsep tersebut. (d) Jenjang pemecahan masalah ditekankan pada keterampilan dalam memilih, mengembang kan dan menggunakan kaidah secara tepat untuk raenyele-saikan suatu permasalahan (Gagne et al, 1992:130-132).

(14)

yang masing-masing fase berisi peristiwa pembelajaran dan fungsi tertentu (Gagne et al, 1992:190). Lebih Ian jut Gagne et al- (1992:235) menyatakan perlunya mem beri penekanan khusus pada proses pembelajaran, sesuai dengan tujuan khusus yang ingin dicapai. Pada jenjang diskriminasi: memunculkan respon siswa, memberi beberapa stimuli/bahan yang sama dan berbeda, mengulanginya dan memberi contoh, memunculkan unjuk kerja siswa dan mem

beri balikan. Pada jenjang konsep konkrit: mengulas kembali perbedaan—perbedaan dari objek yang relevan, memberi contoh-contoh yang benar dan contoh yang kurang sesuai, memunculkan unjuk kerja siswa untuk mengidenti-fikasi contoh-contoh dan memberi balikan. Untuk jenjang

konsep terdefinisi dapat dilakukan: mengingatkan kembali komponen-komponen konsep, menyajikan konsep secara definisi dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendemonstrasikan contoh-contoh konsep. Untuk jenjang kaidah; mengingatkan kembali tentang bagian-bagian konsep dan kaidah, mendemonstrasikan suatu kaidah dengan kalimat verbal, memunculkan unjuk kerja siswa untuk mengaplikasikan kaidah ke dalam situasi tertentu. Pada jenjang pemecahan masalah: memunculkan kembali bagian-bagian dari kaidah yang relevan, memberikan suatu tugas/soal yang mengandung masalah, memunculkan unjuk kerja siswa agar dapat mengembangkan dan menggunakan kaidah baru untuk menyelesaikan masalah tersebut.

(15)

pengajaran,

perlu

dilakukan

penilaian

secara

tepat.

Gagne et al. (1992:197) menegaskan perlunya pertimbangan

dalam melakukan penilaian,di samping penggunaan tes yang

merefleksikan

tujuan khusus pengajaran.

Dalam

mengem

bangkan item tes, Gagne et al. (1992:127-129) mengingat

kan

perlunya

memperhatikan

komponen-komponen

tujuan

khusus

pengajaran, karena itu item-item

tes

sebaiknya

mencakup komponen situasi (latar persoalan), kapabilitas

kerja

(tingkah laku yang ingin dicapai), objek

(bentuk

kapabilitas yang ditanyakan) dan aksi (bentuk

perbuatan

yang diminta sebagai jawaban).

Dari konsep

pengembangan keterampilan intelektual di

atas, permasalahan pokok penelitian ini

dirumuskan sebagai

berikut:

"Bagaimanakah

upaya

guru

dalam

mengembangkan

keterampilan

intelektual siswa dan faktor-faktor apa

yang

mempengaruhinya ?"

Rincian masalah pokok dalam penelitian

ini

meliputi: (1) Upaya

yang

dilakukan guru, baik

dalam

mempersiapkan pengajaran, melaksanakan proses

pembelajaran

dan melakukan penilaian hasil belajar siswa. (2) Keteram

pilan

intelektual yang dicapai siswa

sebagai

kapabilitas

hasil belajarnya. (3) Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya

pengembangan keterampilan intelektual siswa.

Mengingat

luasnya permasalahan tentang

pengembangan

keterampilan

intelektual,

masalah

dalam

penelitian

ini

dibatasi hanya untuk pengajaran I1mu Listrik berdasarkan

kurikulum STM tahun 1994, sedangkan tempat

dilaksanakannya

(16)

10

C.Definisi Operasional. 1.Keterampi1 an inteIektua1.

Keterampilan intelektual dimaksudkan sebagai kemam

puan prosedural yang dimiliki siswa,untuk dapat

berinterak-si

dengan 1ingkungannya.

Dalam penelitian ini yang

dimak

sudkan adalah keterampilan intelektual berdasarkan teori

Gagne

(Gagne

et al.1992:54-66), yang. terdiri

dari

erapat

jenjang, yakni:

a.Diskriminasi, yaitu keterampilan untuk mengadakan

respon

berbeda

terhadap stimulus yang berbeda dalam

satu

atau

lebih

dimensi fisik. Misalnya merabedakan

sesuatu

objek

menurut bentuk, warna atau ukurannya.

b.Konsep konkrit dan konsep terdefinisi.

Konsep konkrit me

rupakan keterampilan untuk mengenal dan

mengidentifikasi

contoh-contoh, objek ataupun peristiwa, baik berdasarkan

sifat maupun berdasarkan konsep,

seperti konsep segitiga,

lingkaran

dan sebagainya. Konsep

terdefinisi

berkenaan

dengan

keterampilan

untuk mengemukakan

atau

mendemon

strasikan arti dari suatu objek, kejadian serta hubungan-hubungannya.

c.Kaidah-kaidah, merupakan kapabilitas internal yang membentuk tingkah laku dan mendemonstrasikan hubungan antara konsep-konsep dalam suatu kelas situasi. Misalnya setelah mempelajari formula R = p.l /A, siswa dapat

menggunakan formula tersebut dalam suatu peristiwa khusus

meskipun

terjadi

perobahan

pada

variabel-variabelnya,

(17)

11

d.Pemecahan

masalah,

yaitu

keterampilan

merailih

dan

•enggabungkan (menggunakan) aturan-aturan untuk

menyele-saikan

suatu permasalahan yang lebih

kompleks.

Jenjang

ini menuntut keterampilan memilih, mengembangkan dan

menggunakan

kaidah-kaidah

secara

tepat untuk

menyele-saikan permasalahan..

2.11mu Listrik.

llmu Listrik yang disebut juga dengan Teknik

Listrik

merupakan salah satu mata pel ajaran di STM yang berdasarkan

kurikulum

tahun

1994 termasuk dalam

komponen

pendidikan

dasar

profesi.

Mata

pelajaran ini

berisi

materi

dasar

kelistrikan

yang

menjadi landasan

pengembangan

keahlian

profesi.

Diajarkan pada kelas satu jurusan Listrik, selama

caturwulan

1,

11 dan III

masing-masing dengan

lima

jam

pelajaran setiap minggunya.

3.Upaya Guru.

Upaya guru dimaksudkan sebagai alttivitas yang

dilak-sanakan oleh guru untuk mengembangkan keterampilan intelek

tual

siswa

dalam nata pelajaran

llmu

Listrik.

Aktivitas

tersebut meliputi" tiga tahapan berikut.

a.Mempersiapkan

pengajaran, yaitu kegiatan yang

dilakukan

guru sebagai persiapan sebelum melaksanakan proses

bela-jar-mengajar,

baik tertulis maupun tidak. Kegiatan

yang

dilaksanakan di antaranya adalah menyusun program penga

jaran, menyusun rancangan pengajaran (meliputi: perumusan

tujuan

khusus

pengajaran, pemilihan

dan

pengembangan

(18)

12

aktivitas belajar-mengajar), menyusun diktat, menyiapkan

tugas-tugas

dan

catatan perkembangan

siswa.

Persiapan

lain

yang dilakukan guru adalah berkenaan

dengan

upaya

untuk menguasai bahan, metode dan media pengajaran.

b.Melaksanakan proses pembelajaran, yakni kegiatan yang di

lakukan guru dalam menciptakan interaksi belajar-mengajar

yang efektif, untuk mengembangkan keterampilan intelektual

siswa.

Kegiatan tersebut didasarkan kepada

teori

Gagne

(Gagne et a1,1992:190) yang meliputi kegiatan: (1)

raenga-rahkan

perhatian

siswa,

(2)

menumbuhkan

harapan

dan

raotivasi belajar, (3) merangsang ingatan tentang pengeta

huan relevan

sebelumnya,

(4) menyajikan

bahan

pela

jaran,

(5) memberi bimbingan belajar kepada

siswa,

(6)

memunculkan unjuk kerja siswa, (7) memberi penguatan, (8)

menilai

unjuk kerja dan pengayaan serta (9)

meningkatkan

kemampuan transfer belajar.

c.Melakukan penilaian, yakni

kegiatan guru dalam

melaksana-kan

penilaian hasil belajar

siswa. Dalam hal

ini

lebih

difokuskan

pada kemampuan guru dalam menyusun

instrumen

tes dan proses penilaian yang dilakukannya.

4.Interaksi Belajar-mengajar.

Interaksi belajar-mengajar merupakan aktivitas siswa

dengan

guru

dan siswa dengan siswa yang

terjalin

secara

efektif berdasarkan acuan tertentu. Acuan yang digunakan

ialah

kondisi

pembelajaran yang dikembangkan

oleh

Gagne

et al» (1992:235), dimana proses belajar-mengajar yang

(19)

siswa, dilakukan dalam beberapa fase belajar. Setiap fase belajar berisi aktivitas pembelajaran tertentu untuk menca pai suatu jenjang keterampilan yang tertentu pula. Dengan demikian aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan harus bersifat khusus, karena setiap jenjang keterampilan inte lektual yang ingin dicapai masing-masing menghendaki aktivitas pembelajaran yang tidak sama.

D.Pertanyaan Penelitian.

Dari rumusan dan rincian masalah di atas, pertanyaan

penelitian difokuskan kepada upaya apa yang dilakukan

guru

dalam mengembangkan keterampilan intelektual siswa. Secara

rinci,pertanyaan-pertanyaan itu dirumuskan sebagai berikut:

1.Kegiatan

apa

yang dilakukan

guru

dalam

mempersiapkan

pengajaran

untuk mengembangkan keterampilan

intelektual

siswa ?

2.Bagaimanakah peristiwa pembelajaran pada fase-fase

bela

jar

yang

sengaja

diciptakan oleh guru di kelas

untuk

• mengembangkan keterampilan intelektual siswa ?

3.Sejauh mana ketepatan penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru ?

4.Bagaimana kesesuaian antara persiapan mengajar dengan pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi hasil belajar yang dilakukan oleh guru ?

5-Sejauhmana keterampilan intelektual yang dicapai siswa

sebagai kapabilitas

hasil belajarnya dalam mata pelajar

an llmu Listrik ?

6.Faktor-faktor apa yang mempengaruhi upaya pengembangan

keterampilan intelektual siswa ?

/

-V2-*^

o

(20)

14

F.Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1.Tujuan Penelitian.

Penelitian ini bertujuan menemukan pola operasional

yang

efektif

untuk mengajarkan

keterampilan

intelektual

kepada

siswa. Untuk itu perlu diketahui

bagaimana

upaya

pembelajaran keterampilan intelektual

yang dilakukan

oleh

guru.

Dengan

demikian, ada beberapa kegiatan

yang

harus

dilakukan, yaitu:

a.Mengetahui kegiatan persiapan mengajar guru, baik

tertu-lis

maupun tidak, yang dimaksudkan untuk

mengembangkan

keterampilan intelektual siswa.

b.Mengungkap

bentuk-bentuk aktivitas belajar yang

sengaja

diciptakan

guru dalam proses belajai—mengajar di

kelas,

dalam upaya mengembangkan keterampilan intelektual siswa.

c.Mengetahui sampai sejauhmana ketepatan guru dalam melaku

kan evaluasi hasil belajar siswa.

d.Mengetahui kesesuaian antara apa yang telah

direncanakan

guru

dengan

yang

dapat

dilaksanakannya

dalam

proses

belajar-mengajar.

e.Mengetahui

kemampuan berpikir siswa, yaitu

keterampilan

intelektualnya dalam mata pelajaran llmu Listrik.

f.Memahami faktor-faktor yang mendukung dan menghambat

upaya pengembangan keterampilan intelektual siswa.

2.Manfaat Penelitian.

Dengan terlaksananya penelitian ini diharapkan

dapat

diperoleh

beberapa manfaat, baik manfaat

teoritis

maupun

(21)

15

a.Manfaat teoritis.

Penelitian ini diharapkan mampu mengungkap kekuatan I dan kelemahan teori Gagne,berkenaan dengan pengajaran keterampilan intelektual. Dengan demikian hasil peneli tian ini dapat memberi sumbangan pemikiran dalam melaku kan kajian terhadap teori-teori belajar, khususnya menyangkut pengembangan intelektual siswa.

b.Manfaat praktis.

Manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah memberi masukan kepada berbagai pihak yang

terkait dengan upaya pengembangan keterampilan intelektu

al siswa. Secara lebih rinci, manfaat praktis tersebut

dapat dinyatakan sebagai berikut:

(1) Memberi umpan balik

kepada para

guru,khususnya yang membina mata-mata

pela

jaran dalam kelompok adaptif dan dasar profesi. (2) Bagi

kepala sekolah,

penelitian ini akan memberikan

informasi

penting

yang

dapat dijadikan

sebagai

bahan

supervisi

kepada

para guru,guna meningkatkan

mutu

pengajarannya.

(3) Bagi pengembang kurikulum, penelitian ini dapat memberi masukan sebagaj. bahan untuk melakukan perbaikan

dan

penyempurnaan

kurikulum.

(4)

Bagi

pihak

lembaga

penghasil

tenaga

kependidikan,

temuan

penelitian

ini

dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk

meningkatkan

(22)
(23)

B A B III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A.Metode Penelitian.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap upaya-upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengembangkan keteram pilan intelektual siswa. Upaya—upaya tersebut meliputi persiapan mengajar, pelaksanaan belajar-mengajar dan peni laian hasil belajar siswa. Selain itu, penelitian ini juga akan mengungkap apa dampak dari upaya yang dilakukan oleh guru terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.

Untuk mengungkap permasalahan di atas diperlukan data-data yang bukan saja dapat menjawab pertanyaan "apa" tentang upaya guru, tetapi harus pula dapat menjawab perta

nyaan

"mengapa"

dan

"bagaimana"

upaya itu dilakukan.

Arti-nya, penelitian ini harus dapat menemukan jawaban tentang upaya yang dilakukan guru untuk mengembangkan keterampilan intelektual siswa, mengapa dan bagaimana guru melakukan upaya—upaya tersebut. Atas dasar itu maka penelitian ini

dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Ada beberapa pertimbangan mengapa studi kasus diguna kan dalam penelitian ini, di antaranya adalah hakekat dari

pendekatan itu sendiri yang memfokuskan pada kajian secara

rinci dan mendalam. Sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1982:58), studi kasus mengkaji secara rinci

tentang suatu keadaan, subjek, penyimpanan dokumen atau suatu peristiwa tertentu. Sejalan dengan itu, Nana Sudjana

(24)

fc'V

dan R.Ibrahim (1989:69) menyatakan, studi kasus yang

mengisyaratkan

pada penelitian kualitatif,

pada

dasarnya

mempelajari

secara mendalam dan menyeluruh, artinya

meng

ungkap

semua

variabel yang menyebabkan

terjadinya

kasus

tersebut dari berbagai aspek yang mempengaruhinya. Tekanan

utama dalam studi kasus ini adalah apa yang dilakukan,

mengapa

hal

itu dilakukan dan bagaimana

tingkah

lakunya

dalam kondisi tersebut serta pengaruhnya terhadap lingkung

an. Selain itu metode ini lebih menekankan kepada proses

dari

pada

hasil,

sehingga tepat sekali

untuk

mengungkap

permasalahan penelitian ini.

Dengan

menggunakan studi kasus maka

data-data

yang

dikumpulkan

lebih

mengutamakan data

kualitatif

meskipun

tidak dapat

mengabaikan

data

kuantitatif. Data

kualita

tif

tersebut

sangat besar

manfaatnya

dalam

penelitian-penelitian

kependidikan.

Lebih Ianjut

Nana

Sudjana

dan

R.Ibrahim

(1989:208)

menyatakan,

data

kualitatif

dalam

bidang pendidikan sangat bermanfaat untuk menemukan hakekat

dan

makna

yang

terkandung dalam

prases

pendidikan

itu

sendiri. Bentuk-bentuk pertanyaan seperti bagaimana proses

pendidikan

itu berlangsung, bagaimana

perubahan-perubahan

terjadi

dalam

proses tersebut, bagaimana

interaksi

guru

dengan siswa dan siswa dengan

siswa dalam proses

pembela

jaran,

bagaimana sumber belajar digunakan

secara

optimal

dalam prases

pendidikan,

bagaimana

guru menangani

kesu-litan-kesulitan belajar siswa, dan pertanyaan-pertanyaan

(25)

70

menganalisis konsep pendidikan dan menemukan konsep-konsep lain yang terkandung di dalamnya.

Sebagai konsekuensi dari digunakannya studi kasus ini maka hasil penelitian bukan dimaksudkan untuk kepentingan generalisasi, akan tetapi cukup esensial dijadikan sebagai contoh atau bahan bandingan terhadap penelitian—penelitian dengan kasus sejenis lainnya.

B.Sumber Data.

Penelitian ini dilaksanakan di STM Negeri Kotamadya

Bandung yang menyelenggarakan jurusan Listrik. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah STM Negeri 2 dan STM Negeri 5. Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada caturwulan pertama dan kedua tahun ajaran 1994/1995.

Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dipei— oleh dari beberapa sumber. Berkenaan dengan itu Spradley (dalam Sanapiah Faisal, 1990:57) menegaskan beberapa krite ria penting yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan sumber data atau subjek penelitian, di antaranya adalah:

(a) subjek sudah cukup lama dan intensif menyatu dalam

kegiatan atau bidang yang menjadi kajian penelitian, (b) subjek masih aktif atau terlibat penuh dengan kegiatan atau bidang tersebut dan (c) subjek memiliki waktu yang cukup untuk dimintai informasi. Berdasarkan kriteria di atas

(26)

7 1

dilaksanakan

dalam mempersiapkan pengajaran,

melaksanakan

pengajaran keterampilan intelektual,penilaian hasil belajar

siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhi upaya-upaya

tersebut.

Kedua

responden utama

itu

dipandang

memiliki

kedudukan

yang sama dalam penelitian ini dan

antara

satu

dengan

lainnya

saling melengkapi dalam

upaya

memberikan

data atau informasi yang dibutuhkan.

Di

samping

guru sebagai sumber

data

utama,

dalam

penelitian ini juga

digunakan sumber data yang lain.

Dari

siswa

akan diperoleh informasi berkenaan dengan

aktivitas

belajar dan tingkat keterampilan intelektual yang

dicapai-nya

sebagai kapabilitas hasil belajar serta

faktor-faktor

yang

mempengaruhinya. Dari kepala sekolah dapat

diperoleh

informasi

tentang

pelaksanaan

supervisi

kepada

para

guru

sedangkan dari wakil kepala sekolah bidang

kurikulum

dan

kepala instalasi dapat diperoleh

informasi

berkenaan

dengan

prioritas

pengembangan

tujuan

spesifik

setiap

mata

pelajaran.

Untuk

informasi

yang

berkenaan

dengan

perkembangan

siswa

dan

latar

belakang

sosialnya

dapat

diperoleh

lewat

guru BP dan dokumen-dokumen

yang

memuat

informasi tersebut.

C.Teknik Pengumpulan Data.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti memiliki

peran

yang

sangat besar dan rumit. Seperti dinyatakan oleh

Lexy

J.Moleong

(1988:103), kedudukan peneliti dalam

penelitian

kualitatif sangat rumit,

ia sekaligus merupakan

perencana,

pengumpul data, anal is, penafsir data dan pada akhirnya

ia

(27)

disebut

juga sebagai instrumen penelitian,

sebab

menjadi

segalanya dari keseluruhan proses penelitian itu.

Untuk

mengumpulkan data diperlukan

beberapa

teknik

atau

cara tertentu. Dalam penelitian ini data-data

dikum

pulkan

melalui

observasi, wawancara,

studi

dokumen

dan

melakukan tes hasil belajar siswa.

1.Observasi.

Observasi

merupakan

salah satu

teknik

yang

dapat

menghasilkan data lapangan secara lebih objektif. Guba

dan

Lincoln

(1981:191-193) memberikan beberapa alasan

mengapa

observasi

sangat diperlukan untuk mengumpulkan data

dalam

penelitian kualitatif, yaitu: (a) didasari oleh

pengalaman

langsung

di

lapangan, (b) dapat

mengamati

dan

mencatat

perilaku

dan kejadian sebagaimana adanya, (c) dapat

meng

ungkap

suatu peristiwa dengan segaia

keterkaitannya,

(d)

dapat mefltperkecil atau menghilangkan keraguan tentang

data

yang diperolehnya, (e) memungkinkan untuk memahami

situasi

yang rumit dan berbagai perilaku dalam suatu peristiwa yang

kompleks,

(f) dapat mengungkap suatu kasus

tertentu

yang

mungkin saja tidak dapat dilakukan dengan teknik lain.

Dari

pernyataan

Guba dan Lincoln di atas,

Lexy

J.

Moleong

(1988:108) menyimpulkan empat fungsi

pokok

pen-tingnya

melakukan observasi dalam

penelitian

kualitatif,

yaitu:

(a)

Mengoptimalkan kemampuan

peneliti

dari

segi

motif,perhatian, perilaku tak sadar dan kebiasaan. (b)

Me

mungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagai yang

(28)

arti fenomena berdasarkan pengertian subjek, menangkap

kehidupan budaya berdasarkan pandangan dan anutan para subjek saat itu. (c) Memungkinkan peneliti dapat merasakan

apa

yang dirasakan

dan

dihayati

subjek. (d)

Memungkin

kan pembentukan

pengetahuan berdasarkan apa yang diketahui

peneliti dan subjek penelitian.

Sejalan dengan pendapat di atas, Said Hamid Hasan

(1989: 131)

juga

menyatakan

pentingnya menggunakan obser

vasi

sebagai

teknik pengumpulan data

dalam

model

studi

kasus.

Posisi penting

ini

dikarenakan oleh

keterlibatan

langsung

pengumpul

data untuk

merekam

keadaan

lapangan

sebagaimana adanya.

Dalam

penelitian ini observasi dilakukan

untuk

me

ngumpulkan informasi tentang upaya guru baik dalam

memper-siapakn

pengajaran, melaksanakan proses

pembelajaran

dan

penilaian

hasil

belajar siswa. Di samping

itu

observasi

juga

dilakukan

untuk

mengumpulkan

informasi

tentang

aktivitas belajar siswa di luar kelas dan informasi ten tang kerja sama para guru bidang studi.

2.Wawancara.

Wawancara dimaksudkan untuk menemukan informasi

tentang sesuatu yang diketahui oleh seseorang atau

sekelom-pok

orang

yang menjadi sumber data

dalam

bentuk

lisan.

Dengan sifat komunikasi yang dua arah,

penggunaan wawancara

akan

memudahkan

orang yang

diwawancarai

untuk

memahami

(29)

Ada beberapa macam wawancara yang lazim dilakukan.

Patton (dalam Lexy J. Moleong,

1988:116)

membedakan

wawan

cara

dalam

tiga macam, yaitu

(1)

wawancara

pembicaraan

informal,

(b) wawancara dengan menggunakan

petunjuk

umum

dan (c) wawancara baku terbuka. Wawancara

informal berlang

sung

dalam situasi alamiah dan pertanyaan-pertanyaan

yang

diajukan sangat bergantung kepada spontanitas

pewawancara.

Pada wawancara yang menggunakan petunjuk umum, kerangka dan

garis besar mengenai pokok-pokok yang akan ditanyakan sudah

harus

disiapkan sebeiumnya oleh pewawancara.

Langkah

ini

dilakukan agar hal-hal yang ingin diketahui dapat

tercakup

seluruhpya. Kata-kata yang digunakan dan urutan

pertanyaan

tidak perlu direncanakan secara eksplisit,sebab disesuaikan

dengan

keadaan responden dalam konteks wawancara

sebenar-nya. Pada wawancara baku terbuka, urutan pertanyaan,

kata-kata yang digunakan dan cara penyajiannya disiapkan

secara

baku dan berlaku untuk semua responden yang diwawancarai.

Dalam

penelitian ini wawancara dengan petunjuk

umum

lebih

sering

dilakukan

di

samping

wawancara

informal.

Wawancara tersebut dilakukan kepada para guru, kepala/wakil

kepala sekolah dan juga kepada para siswa.

3.Studi Dokumen.

Studi dokumen dalam penelitian ini dilakukan untuk

menemukan

informasi

berkenaan dengan

kegiatan

belajar-mengajar.

Dokumen-dokumen

tersebut

di

antaranya

adalah

lembar

analisis

ketergantungan topik

berdasarkan

GBPP,

(30)

pembelajaran

(lembar

informasi,

lembar kerja,lembar

tugas

dan lembar penilaian), modul, buku paket, diktat dan Iain-lain. Selain itu dilakukan juga studi terhadap dokumen-dokumen lain yang memuat informasi tentang keadaan siswa,

seperti

daftar NEM, buku induk sekolah, catatan dari

guru

BP dan wali kelas mengenai perkembangan siswa.

4.Tes Hasil Belajar.

Tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini

disusun untuk menelusuri tingkat keterampilan intelektual

siswa

dalam mata pelajaran Ilmu Listrik. Untuk tujuan

itu

maka tes hasil belajar disusun dalam bentuk uraian. Hal ini

sesuai

dengan

pendapat

Nana

Sudjana

dan

R.Ibrahim

(1989:262)

yang

dinyatakan

sebagai

berikut:

"Soal-soal

bentuk uraian jika direncanakan dengan baik, sangat tepat

untuk

menilai proses

berpikir seseorang

serta

kemampuan

mengekspresikan buah pikirannya".

Soal-soal bentuk uraian terdiri dari dua macam, yaitu soal bentuk uraian terbatas (uraian objektif) dan uraian bebas (uraian non-objektif). Bentuk uraian terbatas menun

tut siswa memberikan jawaban secara terarah dan terikat

dengan

kriteria-kriteria pokok yang ditetapkan,

sedangkan

pada

soal

bentuk uraian bebas

siswa

dapat

mengutarakan

jawabannya secara lebih bebas menurut apa yang

diyakininya

sebagai jawaban benar terhadap soal-soal yang ditanyakan.

Tes

yang

digunakan dalam penelitian

ini

berbentuk

uraian

terbatas. Penyusunan item soal dikembangkan

sesuai

(31)

intelektual yang ingin dicapai. Untuk mendapatkan instrumen

yang baik maka perlu dilakukan pengujian yang dalam hal ini

mencakup uji validitas dan tingkat kesukaran.

Uji

validi

tas

(menggunakan validitas konten)

dan tingkat

kesukaran

dilakukan

dengan judgment tiga orang ahli.

Proporsi

item

tes tersebut disajikan pada tabel berikut ini.

TABEL 2

KISI-KISI TES KETERAMPILAN INTELEKTUAL SISWA

DALAM MATA PELAJARAN ILMU LISTRIK

UNTUK CATURWULAN PERTAMA

Pokok Bahasan

Butir Soal

No.Soal TK Jenjang Jumlah

1.Sumber Listrik arus 1 Md Dm

searah. 2 Md Kk 4

4 Sd Kd

10 Sd Pm

2.Rangkaian arus searah. 3 Sd Dm

6 Sd Kk 4

7 Sd Kd

9 Sk Pm

3.Elektrostatika. 5 Md Dm

8 Md Kk 4

11 Sd Kd

12 Sk Pm

J u m 1 a h S o a 1 12

Keterangan: Tinokat Kesukaran

Md - mudah Sd = sedang

Sk = sukar

Jenjano Intelektual Dm = diskriminasi Kk = konsep-konsep

Kd = kaidah

Pm = pemecahan masalah

Penelusuran

tingkat

keterampilan

intelektual

siswa

dalam

penelitian

ini

dilakukan terhadap 18

orang

siswa

(32)

seperti

aktivitas

belajar di kelas, juml«h NEM

SMP

yang

diperoleh, sekolah asal dan latar belakang keluarga siswa.

D.Kredibiiitas Data.

Untuk mendapatkan data yang dapat di«'«rcaya

keabsah-annya,

terutama yang diperoleh lewat obsoivasi,

wawancara

dan

studi

dokumen, diperlukan suatu

tel^nik

pemeriksaan.

Salah

satu teknik yang digunakan adalah »«meriksa

derajat

kepercayaan atau kredibilitasnya. Lexy J.Moleong

(1988:149-159)

menyatakan, kredibilitas data dapat diperiksa

dengan

beberapa

cara

yaitu dengan

melakukan:

<*>

perpanjangan

waktu

keikutsertaan,

(b>

pengamatan

s»'-*ra

tekun,

(c)

trianguiasi,

(d) pemeriksaan data melalui

diskusi

dengan

rekan

sejawat,

(e)

analisis kasus

negatif,

(f)

kajian

referensi yang cukup, (g) memberi kesempatan kepada anggota

untuk

memeriksa

data,

(h) uraian secara

rinci

dan

(i)

auditing.

Dalam penelitian ini upaya meningkatvan

kredibilitas

data

dilakukan

dengan

cara

seperti

b*" ikut:

1.Memperpanjang waktu keikutsertaan.

Usaha

peneliti dalam memperpanjang waktu

keikutser

taan

dengan responden atau sumber data arJ-lah dengan

cara

meningkatkan

frekuensi

pertemuan

dan

.wmggunakan

waktu

eeefisien

mungkin. Jika guru dalam satu h-ri itu

melaksa

nakan

pengajaran

pada lebih dari

satu

Kelas,

peneliti

tetap

melakukan

pengamatan

terhadap

k^iatan pengajaran

di semua kelas tersebut.

(33)

2.Melakukan pengamatan secara tekun.

Pengamatan secara tekun dilaksanakan untuk menemukan

ciri-ciri atau unsur

spesifik yang relevan dengan

situasi

yang

diteliti.

Ketekunan ini akan

menjadikan

pengamatan

berhasil mengungkap informasi yang

lebih mendalam

terhadap

permasalahan penelitian.

3«Triangulasi.

Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan keab-sahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Lexy J.Moleong, 1988:151). Triangu lasi dalam penelitian ini dilakukan dalam dua cara, yaitu mengumpulkan suatu data dari beberapa sumber yang berbeda, dan mengumpulkan data dari sumber yang sama tetapi dengan menggunakan beberapa metode yang berbeda. Menganalisis

data-data yang diperoleh dari kedua cara tersebut dimaksud kan untuk menemukan informasi yang lebih absah.

4.Mengupayakan referensi yang cukup.

Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan keabsahan

informasi yang dibutuhkan, dengan menggunakan dukungan bahan referensi secukupnya, seperti hasil rekaman wawanca ra, catatan pengamatan, hasil foto dan bahan—bahan dokumen— tasi lainnya.

5.Melakukan membercheck.

Sebagaimana halnya dengan cara pemeriksaan data yang

(34)

diinterpretasikan untuk selanjutnya dikonfirmasikan kembali kepada responden sebagai sumber data.

E.Tahap—tahap Penelitian.

Pelaksanaan suatu penelitian senantiasa dilakukan

dalam beberapa tahap yang antara satu dengan lainnya memi

liki

kaitan

erat.

Dengan merujuk

kepada

pendapat

Lexy

J.Moleong (1988:72-93) maka penelitian ini dilaksanakan

dalam tiga tahap, yaitu tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan serta tahap analisis data dan pelaporan.

1.Tahap pra-lapangan.

Tahap pra-lapangan yang merupakan tahap pertama dari

pelaksanaan

penelitian ini meliputi kegiatan survel

awal,

penyusunan rancangan penelitian dan mengurus perizinan.

a.Survel awal.

Kegiatan survel awal ini dilaksanakan di beberapa STM negeri dan swasta yang ada di kotamadya Bandung. Dari beberapa masalah yang diperoleh melalui survel tersebut,

peneliti tertarik dengan masalah pengembangan intelektual

yang pada saat ini sangat dituntut untuk ditingkatkan.

Hal itu dimaksudkan untuk dapat menghasilkan lulusan STM

yang memiliki kemampuan adaptabilitas tinggi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan kepada masalah

upaya guru dalam mengembangkan keteram-piIan intelektu

(35)

b'<j

b.Menyusun rancangan penelitian.

Penyusunan rancangan penelitian ini didasari oleh hasil survel pendahuluan yang telah dilaksanakan

sebelum-nya. Pada tahap ini ditentukan fokus dan rincian masalah,

subjek penelitian, metode yang digunakan, alat dan teknik

pengumpuian data, acuan analisis data dan kajian

teori-tis

berkenaan dengan permasalahan yang

diangkat.

Semua

itu dirangkum dalam bentuk suatu rancangan penelitian yang selanjutnya dijadikan sebagai acuan pokok untuk

melaksanakan penelitian ini.

c.Mengurus perizinan.

Penelitian ini dilaksanakan atas izin dari pihak-pihak yang berwenang sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Didasari oleh surat Direktur Program Pascasarjana (u.b

Kasubbag Tata Usaha) tertanggal 20 Mei 1994 dengan

nomor:347/PT.25.PPS.l/N/1994, Pembantu Rektor I atas nama Rektor IKIP Bandung, mengeluarkan surat permohonan izin penelitian dengan nomor:2894/PT.25.Hl/N/1994 tertanggal 27 Mei 1994. Surat itu ditujukan kepada Kepala Direktorat

Sosial Politik Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.

Selanjutnya Kepala Direktorat Sosial Politik menge luarkan surat dengan nomor: 070.1/2048, tertanggal 15 Juni 1994 yang ditujukan kepada Kepala Kantor Wilayah Depdikbud Propinsi Jawa Barat, berkenaan dengan masalah perizinan penelitian tersebut.

(36)

81

tertanggal 27 Juni 1994 dengan nomor: 482/102.5/N/1994 maka Kepala Kantor Wilayah Depdikbud Propinsi Jawa Barat

mengeluarkan

surat

izin

penelitian

dengan

nomor:

1914/502/N/1994 tertanggal 11 Juni 1994. Dengan dasar surat izin tersebut, selanjutnya peneliti dapat menuju ke lokasi untuk melaksanakan penelitian secara resmi.

2.Tahap Pekerjaan Lapangan.

Tahap ini mencakup dua kegiatan pokok, yaitu memahami latar penelitian dan persiapan diri, serta pengumpulan data dan analisis di lapangan.

a.Memahami latar penelitian dan persiapan diri.

Langkah pertama yang dilakukan pada tahap ini adalah menemui kepala sekolah, yaitu untuk menyampaikan maksud kedatangan peniliti. Langkah berikutnya menghu-bungi wakil kepala bidang kurikulum, kepala instalasi, guru BP dan guru bidang studi Ilmu Listrik yang merupa

kan sumber data utama.

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, yang pertama adalah memahami struktur organisasi sekolah dan personil yang mengemban tugas-tugas tersebut. Kemudian mengumpulkan informasi berkenaan dengan budaya kerja yang berlaku di sekolah tersebut. Selanjutnya bersama-sama dengan responden utama, peneliti menentu kan waktu, metode dan hal-hal lain berkenaan dengan masalah pengumpulan data. Kepada para responden, peneliti menjelaskan bahwa kehadiran di sekolah ini adalah untuk

(37)

62

pengajaran

yang dilaksanakannya. Langkah

ini

dilakukan

untuk menghindari timbulnya hal-hal yang dapat menghambat

upaya pengumpulan informasi.

b.Pengumpulan data dan analisis di lapangan.

Pada

tahap

ini

peneliti

mengumpulkan

data-data

berkenaan

dengan

permasalahan yang ingin

digali,

oleh

sebab itu pegamatan, wawancara dan studi dokumen lebih

difokuskan kepada masalah—masalah pokok penelitian.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada

saat

melakukan

pengumpulan dan pencatatan data

di

lapangan.

Dengan

merujuk

kepada pendapat Bogdan (dalam

Lexy

J.

Moleong,1988:86),

pencatatan data dalam

penelitian

ini

dilaksanakan

dengan memperhatikan hal-hal

berikut:

(1)

membuat

catatan secepatnya setelah data

yang

diperoleh

cukup jelas, tanpa menunda waktu atau menunggu

terkumpul-nya data yang lebih baterkumpul-nyak, (2) melakukan pencatatan data

secepatnya tanpa terlebih dahuiu mendiskusikannya

dengan

orang lain, (3) menyediakan waktu khusus untuk mencatat

kembali

data-data

yang

diperoleh

dari

lapangan,

(4)

mencatat data dengan mengikuti alur peristiwa dan struk

tur

organisasinya,

(5) menyediakan

tempat

atau

kolom

khusus

pada setiap

lembar pencatatan data untuk

memung

kinkan

mencatat kembali data-data yang

tertinggal

atau

terlewatkan pada saat itu.

Data-data

yang

berhasil

dikumpulkan

selanjutnya

dianalisis

apakah

sudah

mengarah

kepada

acuan

atau

masalah

yang

ingin diungkap atau

belum.

Kegiatan

ini

(38)

berada di latar penelitian, sehingga dapat memberi arah untuk menggali data secara lebih mendalam.

3.Tahap Analisis Data.

Tahap analisis data merupakan tahap dimana peneliti melakukan pengurutan dan pengorganisasian data ke dalam kelompok atau satuan—satuan dasarnya. Sebagaimana dinyata kan oleh Patton (dalam Lexy J.Moleong,1988:88), analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasi— kannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan dasarnya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dalam memberi arti, menelusuri pola urutan dan mencari kaitan antara

dimensi—dimensi uraian data.

Dalam melakukan analisis data juga dilakukan reduksi terhadap data tersebut. Miles dan Huberman (1992:16) menya takan, reduksi data bukanlah hal yang terpisah dari analisis. Ia merupakan bagian dari analisis, yakni suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarah kan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat ditemukan kesimpulannya. Dalam hal ini analisis dilakukan terhadap data-data yang

diperoleh berkenaan dengan latar belakang guru, latar belakang siswa, persiapan mengajar yang dilaklukan guru, pelaksanaan pengajaran dan interaksi belajar dari siswa,

penilaian

hasil

belajar,

kesesuaian

antara

persiapan

dengan

pelaksanaan

pengajaran

dan

penilaian

hasil

(39)
(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan.

Berdasarkan

analisis

dan pembahasan

seperti

telah

dikemukakan

pada bab IV, maka hasil penelitian

ini

dapat

disirapulkan sebagai berikut.

1.Upaya pengembangan keterampilan intelektual siswa.

Upaya guru dalam mengembangkan keterampilan

intelek

tual siswa, secara prosedural sudah sesuai dengan apa

yang

dituntut

oleh kurikulum dan aturan-aturan yang

ditetapkan

sekolah. Meskipun demikian, apabila dilihat dari sisi

intensitasnya, apa yang telah dilaksanakan guru

sebenarnya

belum

dapat memenuhi tuntutan

sebagaimana

dipersyaratkan

pada kondisi

pembelajaran yang difokuskan pada pengembangan

keterampilan intelektual

(penalaran)

siswa.

Hal

ini

dapat

diketahui dari temuan-temuan penelitian seperti dikemukakan beri kut ini.

Dalam mempersiapkan pengajaran.

Program

pengajaran

yang disusun

oleh

guru

dengan

menggunakan

pola

matrik,

kurang

raemperhitungkan

adanya

kendala-kendala yang dapat muncul

dalam pelaksanaan

penga

jaran. Misalnya saja pengalokasian jam belajar yang terlalu

ketat tanpa menyediakan waktu cadangan yang cukup sebagai pengganti proses be Iajar-mengajar yang tidak dilaksanakan sesuai jadwal karena adanya kegiatan-kegiatan tertentu.

(41)

175

Program pengajaran yang disusun guru sangat riskan

sekali,

sebab

ketidaktepatan waktu penyajian

materi

dalam

suatu

pokok/subpokok

bahasan akan menimbulkan dampak yang

tidak

baik

pada

penyajian materi berikutnya.

Hal

inilah

yang

menjadi penyebab utama gagalnya guru untuk mencapai

target

pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Selain

program

pengajaran

yang

terlalu

ketat,

peristiwa-peristiwa pembelajaran yang direncanakan

seperti

tertuang

dalam

rancangan (satuan)

pelajaran,

cenderung

hanya

untuk

mencapai tujuan

pada

jenjang

diskriminasi,

konsep-konsep

dan kaidah saja, padahal tujuan

yang

ingin

dicapai seperti telah dirumuskan dalam tujuan khusus penga

jaran

mencakup semua jenjang, baik

diskriminasi,

konsep-konsep,

kaidah

maupun jenjang pemecahan masalah. Demikian

juga dengan materi yang dikembangkan guru. Materi pelajaran

yang

disiapkan

lebih tertumpu pada jenjang

diskriminasi

dan konsep-konsep saja.

Melaksanakan pengajaran.

Proses belajar-mengajar yang dilaksanakan guru sesuai

dengan

rancangan

yang telah

disiapkan

sebelumnya,

baik

berkenaan

dengan

langkah-langkah (fase)

belajar,

materi

yang disajikan dan teknik-teknik reduksi penyelesaian soal,

penggunaan

metode mengajar dan alat bantu

yang

digunakan

serta

upaya untuk memotivasi. dan

meningkatkan

aktivitas

belajar siswa. Namun demikian, ada beberapa hal pokok

yang

sebenarnya

belum dapat terpenuhi melalui

proses

(42)

176

mengacu kepada tujuan khusus yang ingin dicapai, dan

peng

gunaan

jam belajar

yang

tidak

konsisten

dengan

alokasi

waktu yang telah ditetapkan.

Sebagaimana

telah

dirumuskan

dalam

tujuan

khusus

pengajaran,

bahwa

keterampilan

intelektual

yang

ingin

dicapai meliputi semua jenjang, baik diskriminasi,

konsep-konsep, kaidah maupun pemecahan masalah, akan tetapi proses

pembelajaran yang dilaksanakan hanya tertumpu pada

aktivi

tas belajar untuk mencapai jenjang diskriminasi dan

konsep-konsep saja. Meskipun lingkup materi pelajaran sudah

dapat

terpenuhi,

namun

kedalamannya jauh lebih

sederhana

dari

materi

yang

seharusnya diberikan, sesuai

dengan

jenjang

keterampilan intelektual

yang ingin dicapai.

Demikian

juga dengan penggunaan jam belajar.

Karena

proses belajar-mengajar yang dilaksanakan sangat bergantung

pada

kondisi kelas, maka jam belajar yang

digunakan

juga

tidak

lagi mengacu kepada alokasi waktu yang telah

dite

tapkan

sebelumnya. Oleh karena itu dapat

dikatakan

bahwa

kondisi

pembelajaran

yang dilaksanakan

belum

sepenuhnya

mengacu pada tujuan khusus pengajaran yang

ingin dicapai.

Melaksanakan penilaian.

Di

dalam

mengembangkan

instrumen

penilaian

hasil

belajar

siswa,

guru

lebih mengacu kepada

proses

belajar-menga jar yang telah dilaksanakan. Dalam hal ini tidak

semua

tujuan

khusus pengajaran yang ingin

dicapai

dapat

diungkap

melalui

tes hasil

belajar

yang

dikembangkan

oleh

guru,

bahkan

alokasi

waktu

yang

disediakan

untuk

(43)

177

kurang

sesuai apabila dibandingkan dengan jumlah

soal

dan

tingkat kesukarannya.

Selain kelemahan dalam mengembangkan tes hasil

bela

jar siswa, guru juga mengabaikan fungsi formatif dari

penilaian

yang telah dilaksanakannya.

Ini dapat

diketahui

dari

tidak

adanya upaya guru untuk

memberikan

perlakuan

tertentu,

berdasarkan hasil

evaluasi yang telah

dilaksana

kannya. Karena itu dapat dikatakan bahwa penilaian hasil

belajar yang dilakukan guru lebih dimaksudkan untuk

kepen

tingan

administrasi

atau laporan,

akibatnya

pelaksanaan

penilaian itu sendiri menjadi berkurang maknanya.

2.Hasil belajar siswa.

Keterampilan intelektual

siswa yang merupakan kapabi

litas hasil belajarnya cenderung hanya sampai

pada

jenjang

diskriminasi

dan

konsep-konsep

saja,

sedangkan

jenjang

kaidah dapat dikatakan belum berhasil dicapai dengan baik,

apa

lagi pada jenjang pemecahan masalah. Penyebab

utamanya

adalah proses belajar-mengajar yang tidak dikondistkan secara khusus untuk mencapai tujuan pada semua jenjang. Dengan tidak dikondisikannya proses pembelajaran untuk

mencapai jenjang pemecahan masalah, maka wajar jika hasil

belajar siswa tidak dapat mencapai jenjang tersebut.

3.Faktor-faktor yang mempengaruhi.

Ada empat faktor yang sangat mempengaruhi upaya guru dalam melaksanakan pengajaran, yaitu motif bekerja, kemam

(44)

178

Motif bekerja merupakan faktor paling menentukan kualitas dari upaya pengajaran yang dilakukan guru. Baik GX-A maupun GX-B keduanya memiliki motif bekerja yang tinggi. Para guru memandang aktivitas pengajaran yang

dilaksanakannya bukan sebagai beban, tetapi sebagai tugas dan tanggung jawab yang dilaksanakan dengan penuh dedikasi dan memberikan kepuasan batin. Keinginan memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada siswa untuk kepentingan hari depan— nya, merupakan motif utama guru untuk senantiasa berupaya melaksanakan pengajaran dengan sebaik-baiknya.

Kemampuan mengajar juga merupakan faktor penting yang menentukan berhasil atau tidaknya pengajaran yang dilakukan

oleh guru. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan menguasai

bahan dan kemampuan dalam menyajikannya. Kemampuan dalam menguasai bahan tidak terbatas hanya menguasai konsep-konsep pokok materi yang akan disajikan, akan tetapi lebih dari itu, yakni memiliki wawasan yang luas tentang materi yang akan diajarkan sehingga dapat memberi penje— lasan dan i1ustrasi—i1ustrasi secara tepat dan lebih luas.

Selain itu, kemampuan menguasai bahan juga mencakup kemam puan dalam mengorganisasikan konten pengajaran, baik berke naan dengan lingkup materi dan perentetannya, pengalokasian

jam belajar yang tepat maupun mengkoordinasikannya dengan mata-mata pelajaran lain.

(45)

179

sebagainya.

Berkenaan dengan

itu, pada dasarnya guru

cukup

memahami tentang upaya yang harus dilaksanakan dalam proses belajar-mengajar yang ditekankan untuk mengembangkan

keterampilan intelektual siswa. Dengan bekal pendidikan formal dan pengalaman mengajar yang dimiliki, pengajaran

yang selama ini dilaksanakan guru untuk mengembangkan

penalaran siswa pada prinsipnya tidak berbeda dengan pengajaran keterampilan intelektual seperti dikemukakan

oleh Gagne et al.(1992).

Penyebab utama tidak dapat dilaksanakannya proses belajai—mengajar sesuai dengan kondisi pembelajaran yang seharusnya adalah terbatasnya jam belajar yang tersedia, sedangkan materi pelajaran cukup sarat dan

Referensi

Dokumen terkait

The minimum expected count is 7,49.. Computed only for a 2x2 table

Tulisan ilmiah ini membahas tentang pembuatan aplikasi sistem absensi mahasiswa pada laboratorium Perbankan Universitas Gunadarma dengan menggunakan Microsoft Visual FoxPro

Alat ini terdiri dari mekanis pintu locker, motor stepper, android phone, buzzer, dan Bluetooth HC-05 yang berfungsi untuk mengirim password antara android ponsel dengan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG PERUBAHAN WUJUD BENDA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Langkah-langkah tersebut adalah mengumpulkan data dengan cara mewawancarai pihak SMA PSKD VII Depok guna mengidentifikasikan kebutuhan pengguna, membuat navigasi dan

Alat ini terdiri dari mekanis pintu locker, motor stepper, android phone, buzzer, dan Bluetooth HC-05 yang berfungsi untuk mengirim password antara android ponsel dengan

Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan Umum Bidang Bina Marga yang di Tetapkan berdasarkan Keputusan Pengguna Anggaran Kabupaten Lebong Nomor :

Dokumen kualifikasi perusahaan asli yang diupload atau dokumen yang dilegalisir oleh pihak yang berwenang dan menyerahkan 1 (satu) rangkap rekaman (foto copy).