Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui
STUDI PENINGKATAN PERAN LPMP
DALAM PELAKSANAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (SPMP)
MELALUI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
(Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Penjaminan Mutu Pendidikan
Oleh:
HADI SUPRIYATNO
1005044
PROGRAM STUDI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui
STUDI PENINGKATAN PERAN LPMP
DALAM PELAKSANAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (SPMP) MELALUI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
(Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)
Oleh Hadi Supriyatno
S.T. Universitas Brawijaya Malang, 1996
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana
© Hadi Supriyatno 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Hadi Supriyatno, 2013
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul “STUDI
PENINGKATAN PERAN LPMP DALAM PELAKSANAAN SISTEM
PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (SPMP) MELALUI PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan
Timur)” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika kelimuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
dikemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, 30 September 2013 Yang membuat pernyataan,
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
ABSTRAK
Hadi Supriyatno. Studi Peningkatan Peran LPMP dalam Pelaksanaan Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur). Tesis. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. 2013.
Tesis ini dibimbing oleh Pembimbing I: Prof. Dr. H. Djam’an Satori, MA; dan Pembimbing II: Prof. Dr. Johar Permana, MA.
Penelitian ini dilatarbelakangi peran penting yang diemban oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dalam penjaminan mutu pendidikan di daerah. Sebagai sebuah institusi yang melakukan penjaminan mutu pendidikan di daerah maka LPMP sudah seharusnya mempunyai kemampuan dan kapasitas yang sesuai untuk dapat melakukan penjaminan mutu secara efektif. Sumber daya manusia merupakan salah satu hal yang berperan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi yang ada pada LPMP, sehingga sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan kecakapan yang tinggi dalam penjaminan mutu pendidikan sangat diperlukan. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat menemukan jawaban dari permasalahan bagaimana aktifitas dan upaya pengembangan sumber daya manusia pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur dilaksanakan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan peran LPMP dalam pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana penelitian dilakukan di LPMP Provinsi Kalimantan Timur. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Penelitian menggunakan purposive
sampling (informan terpilih) pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur. Data yang
terkumpul dianalisis dengan menggunakan pendekatan analisis yang bersifat naratif kualitatif.
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
Kata kunci: Peran LPMP, sumber daya manusia, penjaminan mutu pendidikan
ABSTRACT
Hadi Supriyatno. Studies LPMP Increasing Role in the Implementation of
Quality Assurance System of Education (SPMP) Through Human Resource Development (Case Study in LPMP East Kalimantan Province). Thesis. Bandung: Post Graduate School – Indonesia University of Education. 2013.
This thesis guided by Advisor I: Prof. Dr. H. Djam'an Satori, MA; and Advisor II: Prof. Dr. Johar Permana, MA.
The background research carried by the important role of Educational Quality Assurance Institution (LPMP) on quality assurance of education in the province area. As an institution that performs quality assurance of education in the area, and then LPMP should have the capability and capacity appropriate on the issue of education quality assurance. So that it can carry out their duties effectively. Human resources are one of the things that contribute to the performance of duties and functions LPMP, the human resources with high competence and skills in quality assurance of education is necessary. This study aims to find an explanation how the activities and efforts of human resource development in the LPMP East Kalimantan Province done. That it is also as one of the efforts to enhance the role of LPMP in implementing quality assurance systems of education.
This study used a qualitative approach, where the study was conducted in the LPMP East Kalimantan Province. Data were collected by interview, observation, and documentation. Study used purposive sampling (selected informants) in the LPMP East Kalimantan Province. Data were analyzed by using a narrative approach to qualitative analysis.
The results showed that human resource development in the LPMP East Kalimantan Province done through education, training, and other professional activities that support the structural and functional staff in performing their duties. Where education and training are designed through the process of planning and implementation are quite good and tiered. But in the process of evaluation has not optimally done. Role played LPMP East Kalimantan Province is limited to programs that have been established by the shelter agencies, namely BPSDMPK - PMP. So LPMP East Kalimantan Province has not optimally performed the role of quality assurance in education according to the characteristics and needs of the region. This is influenced by the limited flexibility in the use of the budget for the development of innovative programs, and human resources need to be increased again its competence. Optimizing the use of Self-Evaluation – Implementation Tasks and Functions (ED – PTF) can be an important instrument for feedback LPMP capacity and improved performance LPMP on quality assurance of education in the area.
viii
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)
DAFTAR ISI
1.6 Struktur Organisasi Tesis ... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 20
2.1 Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ... 20
2.1.1 Konsep Mutu ... 20
2.1.2 Penjaminan Mutu Pendidikan ... 24
2.1.3 Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ... 28
2.1.4 Peningkatan Peran LPMP dalam SPMP ... 33
2.2 Sumber Daya Manusia ... 39
2.2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia ... 39
2.2.2 Pengembangan SDM ... 43
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan SDM ... 46
2.2.4 Model Strategi Pengembangan SDM ... 48
2.2.5 Jenis dan Metode Pengembangan SDM ... 50
2.2.6 Pendidikan dan Pelatihan ... 51
2.2.6.1 Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi ... 59
2.2.6.2 Perancangan dan Analisis Kebutuhan Diklat ... 63
ix
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)
2.3.1 Konsep Budaya ... 72
2.3.2 Konsep Kerja ... 77
2.3.3 Konsep Budaya Kerja ... 77
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Budaya Kerja ... 79
2.3.5 Tujuan dan Manfaat Budaya Kerja ... 81
2.3.6 Pendekatan dalam Penelitian Budaya ... 82
BAB III METODE PENELITIAN ... 86
3.1 Desain Penelitian ... 86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 101
4.1 Hasil Penelitian ... 102
4.1.1 Peran LPMP Prov. Kaltim dalam Pelaksanaan SPMP ... 102
4.1.1.1 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi dalam Penjaminan Mutu Pendidikan ... 102
4.1.1.2 Pelaksanaan SPMP oleh LPMP Prov. Kaltim ... 110
4.1.2 Penilaian Kinerja SDM Berkaitan dengan Tugas dan Fungsi dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan ... 121
4.1.2.1 Metode Penilaian ... 122
4.1.2.2 Pelaksanaan ... 126
4.1.3 Usaha LPMP Prov. Kaltim dalam Pengembangan SDM yang Sesuai dengan Tuntutan SPMP ... 128
4.1.3.1 Proses Perencanaan ... 129
4.1.3.2 Pelaksanaan ... 134
4.1.3.3 Evaluasi ... 140
4.1.4 Dampak Pengembangan Kapasitas SDM ... 142
4.1.4.1 Pengetahuan tentang SPMP ... 142
4.1.4.2 Pelaksanaan SPMP ... 143
4.1.5 Perspektif Pengembangan SDM LPMP Prov. Kalimantan Timur di Masa Depan ... 144
4.1.5.1 Pengembangan SDM yang Diharapkan Lembaga ... 144
4.1.5.2 Pengembangan SDM yang Diharapkan Pegawai ... 146
x
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)
4.2.1 Peran LPMP Prov. Kaltim dalam Pelaksanaan SPMP ... 147
4.2.1.1 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi dalam Penjaminan Mutu Pendidikan ... 149
4.2.1.2 Pelaksanaan SPMP oleh LPMP Prov. Kaltim ... 154
4.2.1.3 Upaya Peningkatan Peran LPMP Prov. Kaltim ... 157
4.2.2 Penilaian Kinerja SDM Berkaitan dengan Tugas dan Fungsi dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan ... 164
4.2.2.1 Metode Penilaian ... 164
4.2.2.2 Pelaksanaan ... 167
4.2.2.3 Optimalisasi Penilaian Kinerja ... 168
4.2.3 Usaha LPMP Prov. Kaltim dalam Pengembangan SDM yang Sesuai dengan Tuntutan SPMP ... 170
4.2.3.1 Proses Perencanaan ... 172
4.2.3.2 Pelaksanaan ... 175
4.2.3.3 Evaluasi ... 177
4.2.3.4 Pelatihan SDM sebagai Usaha Mencapai Distinctive Competence Tinggi ... 179
4.2.4 Dampak Pengembangan Kapasitas SDM ... 181
4.2.4.1 Pengetahuan tentang SPMP ... 182
4.2.4.2 Pelaksanaan SPMP ... 183
4.2.4.3 Pengembangan SDM dan Perubahan Budaya Kerja ... 184
4.2.5 Perspektif Pengembangan SDM LPMP Prov. Kalimantan Timur di Masa Depan ... 186
4.2.5.1 Pengembangan SDM yang Diharapkan Lembaga ... 186
4.2.5.2 Pengembangan SDM yang Diharapkan Pegawai ... 187
4.2.5.3 Model Pengembangan SDM dalam Upaya Peningkatan Peran LPMP Prov. Kaltim pada Penjaminan Mutu Pendidikan .... 189
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 197
5.1 Kesimpulan ... 197
5.2 Rekomendasi ... 202
DAFTAR PUSTAKA ... 205
xi
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)
DAFTAR TABEL
Tabel
1.1 Kategori Kinerja Lembaga Berdasar ED-PTF ... 13
2.1 Rangkuman Definisi Penjaminan Mutu Pendidikan ... 25
2.2 Perbedaan Antara Pelatihan (Training) dan Pendidikan (Education) ... 54
2.3 Evaluasi Hasil-Hasil Pelatihan (Training Outcomes) ... 69
2.4 Perbandingan Model Evaluasi Pelatihan ... 70
4.1 Sebaran SDM Menurut Latar Belakang Pendidikan ... 116
4.2 Peningkatan Kompetensi Melalui Pendidikan dan Pelatihan ... 132
4.3 Peningkatan Kualifikasi SDM ... 132
xii
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) di Indonesia ... 30
2.2 Model Pemenuhan Standar ... 32
2.3 Perbedaan Dasar antara Pelatihan dan Pendidikan ... 54
2.4 Elemen-Elemen yang Berkontribusi Pada Learning & Development ... 55
2.5 Kompetensi inti (core) dan permukaan (surface) ... 61
2.6 Model Instructional System Design ... 64
2.7 Level-Level Budaya ... 74
3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 93
3.2 Analisis Data Kualitatif ... 97
4.1 Grafik Jumlah SDM Menurut Usia ... 116
4.2 Grafik Hasil Penilaian Kompetensi Karyawan ... 127
4.3 Hasil Pengolahan Instrumen Penilaian Kompetensi ... 128
4.4 Tugas dan Fungsi LPMP ... 188
xiii
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Matriks Fokus Penelitian ... 210
2. Ringkasan Hasil Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumen ... 220
3. Ringkasan Hasil Wawancara ... 227
4. Transkrip Wawancara ... 273
5. Hasil Observasi ... 373
6. Hasil Studi Dokumen ... 400
7. Daftar Informan ... 417
8. Dokumen Profil LPMP Provinsi Kalimantan Timur ... 420
9. Dokumen Peta Jabatan LPMP Provinsi Kalimantan Timur ... 432
10. Dokumen Instrumen Lembar Penilaian Kompetensi Karyawan ... 433
11. Dokumen Grafik Hasil Penilaian Kompetensi Karyawan ... 436
12. Dokumen Kebutuhan Pelatihan Karyawan ... 447
13. Dokumen Daftar Hadir Peserta Internal Capacity Building ... 452
14. Dokumen Prosedur Mutu Peningkatan Kompetensi Karyawan ... 458
15. Dokumen Surat Ijin Penelitian ... 462
1
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Secara operasional pelaksanaan pendidikan di Indonesia harus merupakan
realisasi dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Dimana pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003,
Pasal 3). Segala upaya perlu dilakukan agar pelaksanaan pendidikan nasional
dapat berhasil sehingga tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.
Undang-Undang Sisdiknas ini memberikan visi, misi, dan strategi pembangunan
pendidikan nasional. Adapun visi pendidikan nasional yaitu:
Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Visi pendidikan nasional tersebut menjadi acuan Kementerian Pendidikan
Nasional dan dikembangkan dalam misi Kementerian Pendidikan Nasional 2010 –
2014 yang meliputi:
1. Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan;
2. Memperluas keterjangkauan layanan pendidikan;
3. Meningkatkan kualitas/mutu dan relevansi layanan pendidikan;
5. Menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan.
Berbagai kebijakan pembangunan pendidikan nasional dilakukan untuk
mewujudkan lima misi tersebut di atas. Tolok ukur efektifitas implementasi
kebijakan tersebut salah satunya dapat dilihat dari ketercapaian indikator-indikator
mutu penyelenggaraan pendidikan seperti yang telah ditetapkan dalam delapan
Standar Nasional Pendidikan (SNP) oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).
Paradigma baru dalam pendidikan itu menghendaki lulusan program
pendidikan harus mampu bersaing di dunia internasional dan memiliki
kompetensi yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perlu upaya keras untuk mewujudkan hal tersebut jika melihat peringkat
Indonesia dalam Human Development Index tahun 2012 berdasarkan laporan yang
dikeluarkan UNDP (United Nation Development Programme) berada dalam
kelompok medium (Medium Human Development) yaitu pada peringkat 121 dari
187 negara (www.hdr.undp.org/en/statistic). Di Asia Tenggara, Indeks
Pengembangan Manusia Indonesia itu berada pada urutan ke-6 setelah Singapura,
Brunai Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Philipina. Pendidikan (Education)
merupakan salah satu komponen atau dimensi yang berkontribusi pada Human
Development Index (HDI) – yang merupakan indikator kualitas hidup suatu
bangsa – disamping dimensi Kesehatan (Health) dan Standar Hidup (Living
Standards). Dibutuhkan komitmen semua pihak dan kebijakan yang tepat untuk
meningkatkan kualitas hidup bangsa tersebut, dimana salah satunya adalah
melalui pembangunan di bidang pendidikan yang dituangkan dalam misi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di atas.
Ada upaya-upaya strategis jangka panjang yang telah dilakukan
pemerintah untuk mewujudkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, antara
lain upaya tersebut diwujudkan dalam penetapan standar pendidikan yang jelas
dan satu sistem penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan yang dapat
membangun kerjasama dan kolaborasi di antara berbagai institusi yang terkait.
pendidikan tersebut diimplementasikan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut
penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua
pemangku kepentingan pendidikan, baik itu Pemerintah, Pemerintah Daerah,
maupun masyarakat.
Mutu pendidikan yang dimaksud disini adalah nilai, manfaat, kesesuaian
dengan suatu spesifikasi tertentu atas input, proses, dan output pendidikan yang
dirasakan oleh pemakai jasa pendidikan. Menurut Permendiknas Nomor 63 Tahun
2009 Pasal 1 disebutkan bahwa “mutu pendidikan adalah tingkat kecerdasan
kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional”.
Berkaitan dengan mutu pendidikan, Sallis (2010:59) mengemukakan bahwa mutu
barang atau jasa yang baik dijamin oleh sistem, yang dikenal sebagai sistem
penjaminan mutu, yang memposisikan secara tepat bagaimana produksi
seharusnya berperan sesuai dengan standar. Standar-standar mutu diatur oleh
prosedur-prosedur yang ada dalam sistem penjaminan mutu. Berdasarkan hal ini
maka Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) merupakan sistem yang
digunakan untuk menghasilkan mutu pendidikan nasional yang diharapkan,
dimana SPMP merupakan subsistem dari Sistem Pendidikan Nasional. Tersirat
adanya serangkaian proses dan prosedur untuk mengumpulkan, menganalisa, dan
melaporkan data mengenai kinerja dan mutu penyelenggaraan pendidikan sesuai
dengan standar-standar yang telah ditetapkan dalam 8 (delapan) Standar Nasional
Pendidikan (SNP). Penjaminan mutu dan peningkatan mutu pendidikan disini
memerlukan standar mutu, dilakukan dalam satu prosedur tata kerja yang jelas,
strategi, kerjasama dan kolaborasi antar stakeholders serta dilakukan secara terus
menerus.
Implementasi penjaminan mutu dalam konteks sistem pendidikan, dalam
kerangka akuntabilitas publik penyelenggaraan pendidikan, sudah seharusnya ada.
Setiap stakeholder memiliki kepentingan terhadap penyelenggaraan pendidikan
Satori, D. (2011: 12) adalah “serangkaian proses dan sistem yang saling berkaitan
untuk mengumpulkan, menganalisa, dan melaporkan data tentang kinerja dan
mutu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, program dan lembaga
pendidikan”. Proses penjaminan mutu mengidentifikasi aspek pencapaian dan
prioritas peningkatan, menyediakan data sebagai dasar perencanaan dan
pengambilan keputusan serta membantu membangun budaya peningkatan mutu
berkelanjutan. Pencapaian mutu pendidikan untuk pendidikan dasar dan
menengah dikaji berdasarkan delapan Standar Nasional Pendidikan dari Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Penjaminan mutu akan berkontribusi terhadap peningkatan mutu
pendidikan. Oleh karena itu perlu dipahami tentang bagaimana melakukan
penjaminan mutu secara komprehensif, terstruktur, dan sistematis sehingga
hasilnya dapat digunakan sebagai dasar peningkatan mutu guna mencapai tujuan
yang dicita-citakan yaitu peningkatan mutu pendidikan nasional. Kemampuan
untuk melaksanakan penjaminan mutu adalah suatu faktor penting untuk semua
lembaga. Tanpa kemampuan untuk melakukan penjaminan mutu, tidak akan ada
peningkatan kualitas yang dapat dicapai.
Penjaminan mutu pendidikan yang dimaksud meliputi penjaminan mutu
jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal; jenis pendidikan umum dan
kejuruan; serta jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Penjaminan
mutu pendidikan merupakan upaya sistematik untuk menghimpun dan mengolah
data yang handal dan sahih, sehingga dapat disimpulkan kenyataan yang dapat
digunakan sebagai landasan tindakan manajemen untuk mengelola kelangsungan
lembaga atau program pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa
aspek penting yang perlu dilakukan dalam penjaminan dan peningkatan mutu
pendidikan untuk pendidikan dasar dan menengah di Indonesia (Satori, D., 2011:
1), yaitu:
1. Pengkajian mutu pendidikan;
2. Analisis dan pelaporan mutu pendidikan;
3. Peningkatan mutu pendidikan;
5. Peningkatan mutu merujuk pada Standar Nasional Pendidikan.
Tujuan akhir penjaminan mutu pendidikan adalah tingginya kecerdasan
kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana dicita-citakan oleh Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dicapai
melalui penerapan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). Selain itu,
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) antara lain harus memuat hal-hal
berikut (Mulyasana, 2011: 131):
1. Terbangunnya budaya mutu pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal;
2. Pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan proporsional dalam
penjaminan mutu pendidikan formal dan/atau nonformal pada satuan atau
program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan,
pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, dan Pemerintah;
3. Ditetapkannya secara nasional acuan mutu dalam penjaminan mutu pendidikan
formal dan/atau nonformal;
4. Terpetakannya secara nasional mutu pendidikan formal dan nonformal yang
dirinci menurut provinsi, kabupaten atau kota, dan satuan atau program
pendidikan;
5. Terbangunnya sistem informasi mutu pendidikan formal dan nonformal
berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang andal, terpadu, dan
tersambung yang menghubungkan satuan atau program pendidikan,
penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah kabupaten atau
kota, pemerintah provinsi, dan Pemerintah.
Ada dua prinsip utama yang mendorong perlunya pengembangan sistem
penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan (Satori, D., 2011: 15), yaitu untuk:
1. Meningkatkan strategi pengumpulan data sehingga data yang terkumpulkan
menjadi relevan, valid, dan andal;
2. Menjamin bahwa data dipergunakan lebih efektif untuk tujuan perencanaan,
pengambilan keputusan dalam perencanaan dan alokasi sumber daya guna
Pengumpulan data penjaminan mutu pendidikan ini akan berguna bagi
peningkatan mutu pendidikan jika dikelola dengan baik, dianalisa secara seksama
serta dapat mudah diakses oleh stakeholders dalam rangka pembuatan rencana,
pengambilan keputusan, alokasi sumber daya, dan membangun budaya
peningkatan mutu. Lembaga-lembaga atau institusi-institusi yang terkait dalam
sistem penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan memegang tanggung jawab
yang besar dalam pengumpulan dan pengelolaan data penjaminan mutu
pendidikan ini, sehingga data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk tujuan
peningkatan mutu pendidikan. Ada prosedur tata kerja yang jelas, strategi,
kerjasama, dan kolaborasi antar lembaga atau institusi yang terlibat dalam sistem
penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan serta dilakukan secara terus
menerus.
Penjaminan mutu pendidikan yang dilakukan melalui SPMP pada awalnya
merupakan tindak lanjut dari hasil kajian kapasitas Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) dan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (PPPPTK) yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK, sekarang Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan) pada tahun 2007. Hasil kajian melahirkan
kesimpulan bahwa dalam melaksanakan penjaminan serta peningkatan mutu
pendidikan, LPMP dan PPPPTK tidak bisa berjalan sendiri, melainkan harus
melibatkan semua pihak, sehingga diperlukan sebuah sistem yaitu Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan atau disingkat dengan SPMP.
SPMP adalah subsistem dari sistem pendidikan nasional, merupakan siklus
penjaminan dan peningkatan mutu secara terpadu dan berkelanjutan.
Implementasi siklus penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan ini
membutuhkan sumberdaya dan dukungan dari pemerintah, pemerintah daerah,
baik provinsi, kota, atau kabupaten, dan masyarakat dimana LPMP merupakan
salah satu lembaga yang terlibat di dalam pelaksanaan SPMP tersebut. Ada
beberapa tugas dan kewenangan LPMP sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan
Mutu Pendidikan. Implementasi peraturan-peraturan ini menuntut kesiapan
sumber daya yang ada di LPMP untuk melaksanakan tugas dan kewenangannya
tersebut. LPMP sebagai salah satu institusi yang ikut berperan dalam proses
SPMP diharapkan mampu membangun jaringan kerja penjaminan dan
peningkatan mutu pendidikan yang melibatkan satuan pendidikan, pengawas
sekolah, Kantor Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten, dan Kota serta institusi
terkait di provinsi dan pusat. Adapun tahapan implemetasi kegiatan Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan pada LPMP adalah dimulai dari tahap pemetaan
mutu, yang selanjutnya diikuti tahap pemenuhan standar, pemantauan standar.
Dan kemudian berujung pada tahap pelaporan. Tahapan-tahapan ini merupakan
siklus yang terus berulang. Oleh karena itu, kemampuan untuk melaksanakan
penjaminan mutu adalah suatu faktor penting yang seharusnya dimiliki oleh
LPMP dan sumberdaya yang ada di dalamnya.
Sudah diketahui pula, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan yang
selanjutnya disebut LPMP adalah Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 37 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan, mempunyai tugas melaksanakan penjaminan mutu
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan kesetaraan pendidikan
dasar dan menengah di provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan. Dalam melaksanakan tugas tersebut LPMP menyelenggarakan
fungsi:
1. Pemetaan mutu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
kesetaraan pendidikan dasar dan menengah;
2. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan kesetaraan pendidikan dasar dan
menengah;
3. Supervisi satuan pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
kesetaraan pendidikan dasar dan menengah dalam pencapaian standar mutu
4. Fasilitasi peningkatan mutu pendidikan terhadap satuan pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan kesetaraan pendidikan dasar dan
menengah dalam penjaminan mutu pendidikan;
5. Pelaksanaan kerja sama di bidang penjaminan mutu pendidikan; dan
6. Pelaksanaan urusan administrasi LPMP.
Pembentukan LPMP yang ada sekarang memiliki sejarah yang panjang.
Berdasarkan dokumentasi yang tercatat bahwa LPMP Provinsi Kalimantan Timur
sebelumnya merupakan Balai Penataran Guru (BPG) Samarinda. Tugas dan
fungsinya saat itu sebagai tempat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (diklat)
bagi guru di Provinsi Kalimantan Timur. Dan kedudukan BPG Samarinda masih
di bawah Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Kalimantan Timur. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 0240a/O/1991 tanggal 2 Mei 1991 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Balai Penataran Guru (BPG) maka BPG Samarinda menjadi Unit
Pengelola Teknis Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di daerah yang
bertanggungjawab langsung kepada Direktorat Tenaga Kependidikan di bawah
lingkup Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Sesuai dengan SK Mendikbud RI tersebut tugas
pokok dan fungsi BPG Samarinda (Pasal 2) adalah “Melaksanakan penataran guru
dalam berbagai bidang studi”.
Pada Tahun 2003, BPG merintis perubahan paradigma dari BPG menjadi
LPMP dimana akhirnya menjadi LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan)
dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 087/O/2003 dengan
tugas pokok melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah di
provinsi berdasarkan kebijakan nasional. Pada prinsipnya LPMP bukan saja
sebagai lembaga diklat melainkan juga sebagai lembaga penjamin mutu
pendidikan di daerah agar penyelenggaraannya sesuai dengan standar, norma,
kriteria, dan pedoman penyelenggaraan pendidikan. Kemudian pada Tahun 2007
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 7 Tahun 2007 tanggal
menjadi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, yang mempunyai tugas
melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah
termasuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang
sederajat di provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional, dan
berada pada lingkup Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PMPTK) Departemen Pendidikan Nasional. Seiring dengan
perubahan organisasi dan tata kerja pada Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan pada tahun 2012, terbitlah Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 37 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja LPMP.
Berdasarkan peraturan ini LPMP sekarang berada di bawah Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan (BPSDMPK dan PMP) dengan tugas melaksanakan penjaminan mutu
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan kesetaraan pendidikan
dasar dan menengah di provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan.
Perjalanan perubahan dari BPG menjadi LPMP yang sekarang tersirat
adanya perubahan organisasi, visi, misi, serta tugas pokok dan fungsi dari
organisasi tersebut. LPMP dikondisikan untuk dapat memberikan layanan
penjaminan mutu pendidikan di provinsi agar proses penyelenggaraan pendidikan
memenuhi persyaratan mutu pendidikan nasional. Perubahan organisasi yang
terjadi disini karena adanya faktor eksternal berupa regulasi pemerintah.
Perubahan organisasi yang berupa refungsionalisasi organisasi LPMP ini
menuntut adanya kesiapan sumber daya yang ada pada LPMP, terutama pada
sumber daya manusianya. Visi, misi, dan tupoksi yang telah berubah ini menuntut
adanya perubahan pula pada persyaratan kompetensi dan keterampilan sumber
daya manusianya agar dapat melakukan layanan penjaminan mutu pendidikan di
provinsi dengan efektif. Dengan kata lain diperlukan investasi institusi (capacity
building) dengan fokus pada perubahan pola pemahaman (mind set) dan
perubahan budaya kerja (institutional/work culture) di antara orang-orang yang
terlibat di dalamnya, terutama yang menduduki posisi manajerial (Satori, D.,
Hal lain yang terkait dengan perubahan dari BPG menjadi LPMP adalah
budaya kerja dalam organisasi. Budaya ini diteliti secara intensif oleh para pakar
untuk mengetahui perannya dalam organisasi. Sejumlah penelitian menyimpulkan
bahwa budaya mempunyai peran besar dalam upaya mencapai tujuan organisasi
(Wirawan, 2008:35). Mengapa budaya dalam organisasi itu penting? Menurut
Ann L. Cunliffe (2008: 58), budaya kerja organisasi berkaitan dengan bagaimana
sesuatu dilaksanakan sehari-hari dalam suatu organisasi dan mempengaruhi
pegawai dalam berhubungan dengan sesama pegawai, pelanggan, dan stakeholder.
Sehingga tidak hanya berpengaruh pada kinerja organisasi tetapi juga kinerja
pegawai. LPMP Provinsi Kalimantan Timur sebagai organisasi memiliki visi,
misi, dan tujuan yang diinginkan sesuai dengan kedudukannya sebagai lembaga
penjaminan mutu pendidikan di provinsi. Jika budaya kerja sangat kondusif
terhadap pelaksanaan strategi organisasi dan terbukti merupakan faktor penentu
keberhasilan pencapaian tujuan organisasi, maka perlu dipertahankan. Budaya
kerja organisasi yang positif akan berperan dalam pencapaian tujuan organisasi
LPMP dalam pelaksanaan SPMP di daerah.
Peningkatan peran LPMP sekarang dalam pelaksanaan SPMP adalah
LPMP dituntut untuk bekerjasama dan berkoordinasi serta memiliki program
penjaminan mutu yang efektif dengan institusi/lembaga terkait yang juga terlibat
dalam pelaksanaan SPMP. Sebagai lembaga yang diberikan kewenangan untuk
menjadi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan di provinsi, LPMP harus mampu
menjadi mitra utama Pemerintah Daerah dalam melakukan setiap upaya
penjaminan mutu pendidikan di tingkat provinsi. Kesiapan sumber daya
manusianya akan sangat menentukan sehingga proses layanan penjaminan mutu
ini dapat berjalan efektif. Pada pelaksanaannya di lapangan, ada beberapa tugas
strategis yang dijalankan oleh LPMP dalam pelaksanaan SPMP ini, yaitu
(Kemendikbud, 2012: 2):
1. Koordinasi program dan data pendidikan, pemetaan mutu dan pengembangan
sistem mutu dengan Dinas Pendidikan Provinsi/ Kabupaten/ Kota;
2. Supervisi mutu dan fasilitasi, serta sampling mutu terhadap satuan pendidikan
3. Koordinasi/ sinkronisasi data serta program kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan, dan kerjasama pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan serta
sertifikasi guru dengan Perguruan Tinggi/ LPTK;
4. Koordinasi penjaminan mutu PAUD dengan BPPNFI/P2PNFI;
5. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan
(Balitbang) dan Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP) dalam hal
verifikasi data dan pengawasan ujian;
6. Pelaporan mutu pendidikan kepada Ditjen Dikmen, Ditjen Dikdas, BPSDMPK
dan PMP.
Ada beberapa faktor yang menjadi tantangan LPMP Provinsi Kalimantan
Timur dalam peningkatan perannya berkaitan dengan pelaksanaan Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) di daerah, yaitu (berdasarkan data
SIM-NUPTK per Maret 2012):
1. Satuan pendidikan, dalam hal ini sekolah/madrasah pada jalur pendidikan
formal, dan kelompok belajar pada jalur pendidikan non formal yang
memerlukan fasilitasi mutu pendidikan menuju standar nasional pendidikan
di Provinsi Kalimantan Timur berjumlah 5.364 Sekolah;
2. Tenaga pendidik yang perlu memperoleh layanan fasilitasi peningkatan
kompetensi dan profesionalisme sesuai dengan kebutuhan yang ada
berjumlah 60.689 guru;
3. Tenaga kependidikan (laboran, pustakawan, tenaga administrasi sekolah)
yang memerlukan fasilitasi peningkatan kompetensi dan profesionalisme
sebanyak 9.667 orang;
4. Kepala sekolah dan pengawas yang memerlukan fasilitasi peningkatan
kompetensi dan profesionalisme sebanyak 3.793 orang kepala sekolah dan
643 orang pengawas;
5. Peserta didik yang memerlukan pembelajaran yang bermutu sesuai dengan
standar nasional pendidikan berjumlah 833.956 siswa;
6. Forum Kelompok Kerja Guru/Musyawarah Kerja Guru Mata Pelajaran (152
Kepala Sekolah (33 KKKS/9 MKKS), dan Kelompok Kerja Pengawas
Sekolah/Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (20 KKPS/9 MKPS);
7. Kabupaten/kota yang memerlukan layanan penjaminan mutu pendidikan di
Provinsi Kalimantan Timur berjumlah 14 Kabupaten/Kota;
8. Kondisi wilayah Provinsi Kalimantan Timur yang luas wilayahnya
245.237,80 km2 atau sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura, atau
11% dari total wilayah Indonesia yang merupakan daerah yang luas dan sulit
terjangkau;
9. Masih terpakunya LPMP dengan paradigma pendidikan dan pelatihan (diklat)
pada pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam penjaminan mutu pendidikan,
ini dilatarbelakangi sejarah awal berdirinya LPMP yang bermula dari BPG.
Sementara tugas dan fungsi yang sekarang dalam penjaminan mutu
pendidikan bukan hanya pada fungsi fasilitasi (diklat), masih ada fungsi
pemetaan, supervisi, dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan;
10. Stakeholders terkait di daerah masih belum memahami tupoksi LPMP sebagai
Unit Pelaksana Teknis pusat di daerah dalam pelaksanaan penjaminan mutu
pendidikan sehingga diperlukan sosialisasi keberadaan LPMP, selain itu juga
adanya instansi formal maupun non formal yang dapat berperan sebagai
lembaga yang dapat melaksanakan sebagian program kegiatan yang sama
dengan tupoksi LPMP di daerah;
11. Dalam mendukung visi dan misi lembaga yang baru ke depan, maka
kemitraan dengan berbagai stakeholders yang terkait dengan tupoksi yang
baru menjadi sangat strategis dalam pencapaian sasaran program dan kegiatan
lembaga. Kerjasama dalam bentuk kemitraan dengan pemerintah
kabupaten/kota selama ini masih belum optimal sehingga keselarasan
program dan kegiatan kelembagaan dengan stakeholders tersebut belum
sesuai target dan sasaran yang optimal;
12. Masih ada stakeholders yang kurang mempercayai kemampuan SDM yang
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi dalam
penjaminan mutu pendidikan, maka LPMP Provinsi Kalimantan Timur masih
dalam katagori kinerja “Rendah” (1,50 – 2,00) dengan skor yang diperoleh 1,952 (Laporan Pelaksanaan Tugas LPMP, 2012: 16). Penilaian ini berdasarkan hasil
Evaluasi Diri Lembaga (EDL) atau disebut juga Evaluasi Diri Pelaksanaan Tugas
dan Fungsi (ED-PTF) LPMP. Dimana pembagian kategori kinerja pelaksanaan
tugas dibagi menjadi enam kategori, yaitu:
Tabel 1.1 Kategori Kinerja Lembaga Berdasar ED-PTF
Rentang NA ED-PTF Kategori Kinerja Kategori Huruf
3,50 – 4,00 Sangat Tinggi AA
3,00 – 3,50 Tinggi A
2,50 – 3,00 Cukup B
2,00 – 2,50 Sedang C
1,50 – 2,00 Rendah D
1,00 – 1,50 Sangat Rendah E
Sumber: Panduan Teknis ED-PTF LPMP
LPMP Provinsi Kalimantan Timur sudah seharusnya melakukan
penjaminan mutu internalnya untuk meningkatkan kinerjanya dalam penjaminan
mutu pendidikan. Kinerja organisasi berkaitan erat dengan efektifitas kinerja
sumber daya manusia (pegawai) yang ada pada organisasi tersebut dalam
pekerjaannya. Efektifitas kinerja pegawai ini salah satunya dipengaruhi oleh
kompetensi yang dimiliki pegawai tersebut (Spencer dan Spencer, 1993: 9;
Moeheriono, 2009: 3). Berdasarkan penilaian kompetensi pegawai yang dilakukan
oleh lembaga, menunjukkan masih perlunya upaya peningkatan kompetensi
pegawai yang ada. Ini terlihat dari grafik penilaian kompetensi pegawai LPMP
Provinsi Kalimantan Timur dari tahun 2008 – 2012, seperti ditampilkan pada
Lampiran 11. Komitmen terhadap peningkatan kualitas SDM secara berkelanjutan
(continous improvement) tentunya sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja
pegawai dalam pelaksanaan tugas dan fungsi penjaminan mutu pendidikan.
Berdasarkan tugas dan kewenangan LPMP yang baru serta tantangan yang
kompetensi dan keterampilan yang sesuai agar pelaksanaan SPMP tersebut dapat
berjalan efektif dan sesuai dengan harapan stakeholders. Untuk itu maka
dibutuhkan adanya program pengembangan SDM. Menurut Swanson dan Holton
(2009: 4), “pengembangan SDM merupakanproses pengembangan keahlian untuk
tujuan memperbaiki individu, tim, proses kerja, dan kinerja sistem organisasi”.
Ruky (2003) dalam Yuniarsih & Suwatno (2009: 38) berpendapat bahwa
“program pengembangan sumber daya manusia pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia dalam
organisasinya”. Program pengembangan sumber daya manusia tentunya bertujuan
agar organisasi tersebut mampu merealisasikan visi mereka dan mencapai
tujuan-tujuan jangka menengah dan jangka pendek. Pengembangan SDM merupakan
kegiatan-kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kompetensi pegawai
melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan aspek-aspek
lainnya. Pengembangan SDM ini penting dilaksanakan disebabkan adanya
perubahan baik manusia, teknologi, pekerjaan maupun organisasi.Pengembangan
sumber daya manusia dalam organisasi harus senantiasa berorientasi terhadap visi,
misi, tujuan, dan sasaran organisasi di mana dia berada di dalamnya (Yuniarsih
dan Suwatno, 2010: 63).
Rakhmawanto (2008: 120) dalam penelitiannya yang berjudul
“Membangun Model Pengembangan SDM Aparatur Pegawai Negeri Sipil” menyatakan bahwa mayoritas instansi pemerintah di Indonesia belum mempunyai
rancangan pengembangan SDM PNS secara jelas. Hal ini terlihat dari tidak
jelasnya arah pengembangan PNS melalui program – program diklat yang selama
ini diselenggarakan oleh instansi pemerintah. Dalam rangka menciptakan model
strategi pengembangan PNS yang tepat, guna membentuk PNS yang berkualitas
dan profesional aspek – aspek seperti visi, misi, dan tujuan organisasi harus
dijadikan sebagai dasar untuk membangun pola pengembangan PNS. Murgiyono
(2010: 2) menyatakan kualitas dan profesionalisme PNS tersebut harus dibentuk
melalui suatu proses dalam sistem pengembangan SDM yang terencana dan
Sementara Rosidah (2008) dalam penelitian yang berjudul “Manajemen
Diklat dalam Upaya Optimalisasi Kinerja Pegawai Publik” mengemukakan bahwa kebutuhan diklat muncul karena adanya masalah – masalah yang mengganggu
kinerja organisasi, seperti menurunnya atau rendahnya tingkat pelayanan.
Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu proses pembelajaran dalam organisasi
yang mengarah pada perubahan sikap dan perilaku pegawai untuk memenuhi
harapan kualifikasi kerja dan tuntutan perkembangan organisasi, baik internal
maupun eksternal. Keberhasilan diklat terwujud apabila diklat mempunyai
dampak positif pada peningkatan kinerja atau hasil diklat sesuai dengan kriteria
pengembangan tujuan yang telah ditentukan. Menurut Rakhmawanto (2009: 24)
untuk meningkatkan kinerja PNS penekanannya ada pada pengetahuan
(knowledge), kemampuan (capability), keterampilan (skill), sikap (attitudes),
perilaku dan etika (behavior and ethics), serta kebiasaan (habit).
Purwanto, E.A. (2007: 8) dalam penelitiannya menyatakan bahwa diklat
sebagai instrumen untuk meningkatkan kompetensi SDM belum mendapat
perhatian serius dari instansi pemerintah, ini terlihat dari belum adanya analisis
kebutuhan diklat yang terintegrasi antara bagian organisasi, masih lemahnya
metode diklat, kecilnya anggaran untuk pelaksanaan diklat.
1.2 Fokus Penelitian
Melihat dari beratnya tugas dan kewenangan serta tantangan eksternal
yang dihadapi oleh LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam pelaksanaan SPMP
di daerah maka diperlukan kesiapan sumber daya yang ada di LPMP, termasuk
sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang ada dituntut memiliki
kompetensi dan keterampilan yang sesuai dengan tugasnya dalam pelaksanaan
penjaminan mutu pendidikan. Dengan perubahan dari BPG menjadi LPMP tentu
ada perubahan pola pemahaman dalam pelaksanaan tugas penjaminan mutu dan
perubahan budaya kerja. Bagaimana LPMP Provinsi Kalimantan Timur merubah
pola pemahaman (mind set) dan merubah budaya kerja (work culture) agar sesuai
pada pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan merupakan hal menarik
untuk diteliti.
Penelitian ini difokuskan pada pengembangan sumber daya manusia yang
terjadi di LPMP Provinsi Kalimantan Timur berkaitan dengan refungsionalisasi
LPMP dan perannya dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan melalui
sistem penjaminan mutu pendidikan (SPMP). Untuk itu judul dalam penelitian ini
adalah “Studi Peningkatan Peran LPMP dalam Pelaksanaan Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) melalui Pengembangan Sumber Daya
Manusianya (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)”.
Adapun aspek-aspek yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:
1. Peran LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam penjaminan dan peningkatan
mutu pendidikan melalui pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
(SPMP).
2. Pelaksanaan penilaian (assesment) kinerja SDM berkaitan dengan tugas dan
fungsi dalam penjaminan mutu pendidikan.
3. Usaha LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam pengembangan kapasitas
SDM yang sesuai dengan tuntutan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.
4. Dampak pengembangan SDM terhadap budaya kerja di LPMP Provinsi
Kalimantan Timur.
5. Perspektif pengembangan SDM LPMP Provinsi Kalimantan Timur di masa
depan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian di atas, dapat
dibuat rumusan masalah yang dirinci ke dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Bagaimana peran LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam penjaminan dan
peningkatan mutu pendidikan melalui pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan (SPMP)?
2. Bagaimana pelaksanaan penilaian (assesment) kinerja SDM berkaitan dengan
3. Bagaimana strategi (usaha-usaha) LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam
pengembangan kapasitas SDM yang sesuai dengan tuntutan Sistem Penjaminan
Mutu Pendidikan?
4. Bagaimana dampak pengembangan SDM terhadap budaya kerja di LPMP
Provinsi Kalimantan Timur?
5. Bagaimana perspektif pengembangan SDM LPMP Provinsi Kalimantan Timur
di masa depan?
1.4 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan segala
gambaran dan informasi yang terkait dengan pengembangan sumber daya manusia
LPMP Provinsi Kalimantan Timur sehubungan dengan peningkatan perannya
dalam pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). Hal ini terkait
pula dengan adanya perubahan organisasi berupa refungsionalisasi LPMP, yang
dimulai dari BPG hingga menjadi LPMP yang sekarang.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan informasi
dan gambaran yang berkaitan dengan fokus penelitian di atas, yaitu:
1. Peran LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam penjaminan dan peningkatan
mutu pendidikan melalui pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
(SPMP).
2. Pelaksanaan penilaian (assesment) kinerja SDM berkaitan dengan tugas dan
fungsi dalam penjaminan mutu pendidikan.
3. Usaha LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam pengembangan kapasitas
SDM yang sesuai dengan tuntutan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.
4. Dampak pengembangan SDM terhadap budaya kerja di LPMP Provinsi
Kalimantan Timur.
5. Perspektif pengembangan SDM LPMP Provinsi Kalimantan Timur di masa
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini secara umum diharapkan memberikan sumbangan
pemikiran kepada lembaga dan pihak yang berkepentingan di LPMP Provinsi
Kalimantan Timur, terutama bagi pengembangan sumber daya manusia yang ada
di dalamnya terkait dengan peningkatan peran LPMP dalam pelaksanaan SPMP di
daerah. Juga dapat menjadi masukan bagi optimalisasi pelaksanaan tupoksi LPMP
dalam mendorong peningkatan mutu pendidikan di daerah melalui mekanisme
penjaminan mutu pendidikan. Selain manfaat praktis di atas, tentunya diharapkan
pula penelitian ini dapat menjadi sumbangan teoritis dalam bidang yang
berkenaan dengan organisasi, pengembangan sumber daya manusia, dan kinerja
instansi pemerintahan terutama di bidang yang terkait dengan penjaminan mutu
pendidikan.
Sebagai sebuah organisasi, LPMP Provinsi Kalimantan Timur dihadapkan
pada lingkungan yang saling tergantung dan senantiasa berubah. Untuk merespon
hal tersebut sebuah organisasi dituntut dapat beradaptasi dan berubah. Ada
beberapa isu kontemporer tentang perubahan yang dihadapi sebuah organisasi
dewasa ini (Robbins dan Judge, 2011: 358), yaitu: (1) bagaimana kemajuan
teknologi mengubah tempat kerja dan mempengaruhi kehidupan kerja para
pegawai; (2) bagaimana sebuah organisasi dapat menjadi lebih inovatif; (3)
bagaimana menciptakan organisasi yang senantiasa mau belajar dan melakukan
penyesuaian; dan (4) apakah pengelolaan perubahan terikat pada kultur atau
budaya. Organisasi pembelajar (learning organization) belakangan ini menjadi
perhatian besar dari para pakar teori organisasi dalam merespon perubahan yang
selalu terjadi. Organisasi pembelajar (Robbins dan Judge, 2011: 363) adalah
“sebuah organisasi yang telah mengembangkan kapasitas untuk terus menerus
melakukan penyesuaian dan perubahan”. Jadi ada upaya untuk meningkatkan
penguasaan ilmu, keterampilan, profesionalisme secara terus menerus dalam
organisasi tersebut. Penelitian ini hendak memberikan informasi bagaimana
aktifitas organisasi pembelajar terjadi pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur
dalam kerangka peningkatan peran LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan.
organisasi pembelajar (learning organization) dalam perspektif instansi atau
lembaga pemerintah.
1. 6 Struktur Organisasi Tesis
Secara garis besar struktur organisasi penulisan laporan penelitian ini
dibagi menjadi lima bagian atau bab, yang dimulai dari Bab I berisi Pendahuluan.
Kemudian berturut-turut: Bab II berisi Kajian Pustaka, Bab III berisi Metode
Penelitian, Bab IV tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan, serta Bab V berisi
Kesimpulan dan Rekomendasi.
Bab I Pedahuluan berisi beberapa sub bab, yaitu: Latar Belakang Penelitian;
Fokus Penelitian; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Manfaat
Penelitian; serta Struktur Organisasi Tesis.
Bab II Kajian Pustaka, terdiri dari sub bab: Sistem Penjaminan Mutu
Pen-didikan; Sumber Daya Manusia; serta Budaya Kerja.
Bab III Metode Penelitian terbagi menjadi sub bab: Desain Penelitian; Lokasi
Penelitian; Jenis Data Penelitian; Sumber Data Penelitian; Teknik
Pengumpulan Data; Teknik Analisis Data; dan Keabsahan Data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri dari sub bab: Hasil Penelitian;
dan Pembahasan.
Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, terbagi menjadi sub bab: Kesimpulan;
86
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan ini dipilih
berdasarkan pada tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan dan menganalisis
proses pengembangan sumber daya manusia di LPMP Provinsi Kalimantan Timur
terkait dengan refungsionalisasi LPMP dan peningkatan perannya dalam
pelaksanaan SPMP. Sebuah proses merupakan sebuah penggambaran
tahapan-tahapan sehingga data-data yang didapat akan sulit untuk dikuantifikasi. Untuk
mengeksplorasi fenomena-fenomena yang sulit dikuantifikasi ini maka
pendekatan kualitatif lebih banyak digunakan. Sebagaimana dinyatakan Satori dan
Komariah (2011: 23) bahwa:
Penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplorasi fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasi yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik suatu artifak, dan lain sebagainya.
Penelitian dilakukan melalui pengamatan secara intensif dalam situasi
yang wajar pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur. Pendekatan semacam ini
selanjutnya disebut dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
merupakan suatu paradigma penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa, perilaku
orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan dalam bentuk
narasi. Oleh karena itu, untuk mengungkapkan substansi penelitian kualitatif
diperlukan pengamatan secara mendalam dengan latar yang alami, dan data yang
diungkap bukan berupa angka-angka tetapi berupa kata-kata, kalimat, paragraf,
dan dokumen. Dengan pendekatan kualitatif dapat ditemukan data yang bersifat
proses kerja, perkembangan suatu kegiatan, deskripsi yang luas dan mendalam,
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
sekelompok orang dalam lingkungan kerjanya, dalam penelitian ini lingkungan
kerjanya adalah LPMP Provinsi Kalimantan Timur. Peneliti di sini pada
hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan kerjanya, berinteraksi
dengan mereka, berusaha memahami tafsiran mereka tentang lingkungan
kerjanya. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati
secara mendalam aktifitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat
(place) itu. Dalam penelitian ini peneliti merupakan instrumen penelitian yang
akan berinteraksi secara langsung dengan responden penelitian. Tujuan penelitian
kualitatif adalah memahami situasi, peristiwa, kelompok, atau interaksi sosial
tertentu.
Ada beberapa karakteristik penelitian kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982:
33-37; Creswell, 2010: 261-263; Satori dan Komariah, 2011: 27-32), yaitu:
a. Mempunyai latar alami (natural setting); peneliti mengumpulkan data lapangan
di lokasi dimana para informan beraktifitas berkaitan dengan masalah yang
diteliti, dalam konteks penelitian ini peneliti mengumpulkan data secara
langsung pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur, berinteraksi langsung
dengan informan dalam aktifitas mereka.
b. Peneliti sebagai instrumen kunci; peneliti mengumpulkan sendiri data melalui
dokumentasi, observasi, wawancara dengan para informan. Diri penelitilah
yang sebenarnya menjadi satu-satunya instrumen dalam mengumpulkan
informasi.
c. Bersifat deskriptif; data yang dikumpulkan berbentuk kata atau gambar
daripada angka. Narasi yang dihasilkan menggambarkan apa, mengapa dan
bagaimana suatu fenomena terjadi.
d. Analisis data induktif; peneliti membangun pola-pola, ketegori-kategori, dan
tema-temanya dari bawah ke atas (induktif). Peneliti menemukan data atau
fakta-fakta secara khusus atau bagian-bagian yang setelah dianalisis
menghasilkan suatu kesimpulan. Jadi berpikir dari yang khusus untuk menuju
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
e. Makna dari para informan; peneliti lebih fokus pada usaha mempelajari makna
yang disampaikan informan, jadi makna dalam perspektif informan.
f. Rancangan yang berkembang; proses penelitian akan berkembang dinamis
dimana rencana awal penelitian tidak bisa secara ketat dipenuhi.
g. Menjadikan fokus studi sebagai batasan penelitian; peneliti membatasi
kajiannya dengan menetapkan fokus studi sebagai batas penelitian sehingga
tidak menimbulkan kesulitan dalam memverifikasi, mereduksi, dan
menganalisis data.
h. Menggunakan kriteria khusus untuk ukuran keabsahan data.
Penelitian ini menggunakan data empiris, dimana data yang didapatkan
merupakan hasil pengamatan di lapangan. Peneliti tidak memanipulasi atau
mengendalikan keadaan, dalam hal ini lebih banyak memanfaatkan sumber bukti.
Adapun strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
strategi penelitian studi kasus pada lingkup LPMP Provinsi Kalimantan Timur.
Menurut Stake (1995) sebagaimana dikutip oleh Creswell (2010: 20) bahwa studi
kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki
secara cermat suatu program, peristiwa, aktifitas, proses, atau sekelompok
individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktifitas. Peneliti memiliki
kepentingan intrinsik pada suatu kasus, terfokus pada kasus dan konteks, dalam
hal ini kasus yang terjadi pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur berkaitan
dengan pengembangan SDM dan dampaknya pada budaya kerja dalam organinasi
dalam kerangka refungsionalisasi dan peningkatan peran LPMP dalam SPMP.
Tujuan dari studi kasus bukanlah untuk mewakili dunia, namun untuk mewakili
suatu kasus (Denzin dan Lincoln, 2009: 313). Jadi menurut Denzin dan Lincoln
bahwa penekanan studi kasus adalah memaksimalkan pemahaman tentang kasus
yang dipelajari dan bukan untuk mendapatkan generalisasi. Dimana manfaat dan
kegunaan studi kasus bagi para praktisi dan pembuat kebijakan terletak pada
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
Dari tiga tipe studi kasus (Yin, 2011: 1), yaitu: (1) Ekplanatoris; (2)
Ekploratoris; dan (3) Deskriptif, maka tipe studi kasus penelitian ini adalah studi
kasus deskriptif analitis (how). Studi kasus eksploratori bertujuan untuk
merumuskan pertanyaan atau hipotesis dari suatu penelitian (yang belum tentu
menggunakan studi kasus) atau menetapkan kelayakan dari suatu prosedur
penelitian yang diinginkan, cara pengumpulan data, bahkan strategi analisis data.
Apabila hal-hal tersebut telah ditetapkan, maka studi kasus eksploratori pun
berakhir. Studi kasus deskriptif menyajikan deskripsi lengkap suatu fenomena
yang diamati dalam konteks yang nyata. Sedangkan studi kasus eksplanatori
berusaha membuktikan suatu hubungan sebab akibat, dengan memberikan
penjelasan terhadap fenomena yang diamati.
3.2 Lokasi Penelitian
Peneliti mengambil lokasi tempat penelitian ini di Lembaga Penjaminan
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Kalimantan Timur, Jl. Cipto
Mangunkusumo Km 2, Kota Samarinda. Lokasi penelitian ditetapkan dengan
pertimbangan mampu menjawab masalah penelitian, dalam hal ini
refungsionalisasi LPMP dan peningkatan peran LPMP dalam pelaksanaan SPMP
di daerah yang difokuskan pada pengembangan sumber daya manusia yang ada di
dalamnya. Perubahan dari BPG menjadi LPMP serta peningkatan peran LPMP
dalam pelaksanaan SPMP di daerah membutuhkan sumber daya manusia yang
memiliki kompetensi dan keterampilan dalam bidang penjaminan mutu.
Berdasarkan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) LPMP Provinsi Kalimantan Timur
per 1 Maret 2012 lalu, sampai saat ini Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di
LPMP Provinsi Kalimantan Timur mencapai 86 orang, yang terdiri atas 66 orang
tenaga struktural dan 20 orang widyaiswara. Tantangan yang dihadapi oleh LPMP
Provinsi Kalimantan Timur cukup besar mengingat terbatasnya sumber daya dan
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
1. Satuan pendidikan, dalam hal ini sekolah/madrasah pada jalur pendidikan
formal, dan kelompok belajar pada jalur pendidikan non formal yang
memerlukan fasilitasi mutu pendidikan menuju standar nasional pendidikan di
Provinsi Kalimantan Timur berjumlah 5.364 Sekolah;
2. Pendidik yang perlu memperoleh layanan fasilitasi peningkatan kompetensi
dan profesionalisme sesuai dengan kebutuhan yang ada berjumlah 60.689 guru;
3. Tenaga kependidikan (laboran, pustakawan, tenaga administrasi sekolah) yang
memerlukan fasilitasi peningkatan kompetensi dan profesionalisme sebanyak
9.667 orang;
4. Kepala sekolah dan pengawas yang memerlukan fasilitasi peningkatan
kompetensi dan profesionalisme sebanyak 3.793 orang kepala sekolah dan 643
orang pengawas;
5. Peserta didik yang memerlukan pembelajaran yang bermutu sesuai dengan
standar nasional pendidikan berjumlah 833.956 siswa;
6. Forum Kelompok Kerja Guru/Musyawarah Kerja Guru Mata Pelajaran (152
KKG/128 MGMP), Kelompok Kerja Kepala Sekolah/Musyawarah Kerja
Kepala Sekolah (33 KKKS/9 MKKS), dan Kelompok Kerja Pengawas
Sekolah/Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (20 KKPS/9 MKPS);
7. Kabupaten/kota yang memerlukan layanan penjaminan mutu pendidikan di
Provinsi Kalimantan Timur berjumlah 14 Kabupaten/Kota;
8. Kondisi wilayah Provinsi Kalimantan Timur yang luas wilayahnya 245.237,80
km2 atau sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura, atau 11% dari total
wilayah Indonesia yang merupakan daerah yang luas dan sulit terjangkau;
9. Stakeholders terkait di daerah masih belum memahami tupoksi LPMP sebagai
Unit Pelaksana Teknis pusat di daerah dalam pelaksanaan penjaminan mutu
pendidikan sehingga diperlukan sosialisasi keberadaan LPMP, selain itu juga
adanya instansi formal maupun non formal yang dapat berperan sebagai
lembaga yang dapat melaksanakan sebagian program kegiatan yang sama
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
10. Dalam mendukung visi dan misi lembaga yang baru ke depan, maka
kemitraan dengan berbagai stakeholders yang terkait dengan tupoksi yang
baru menjadi sangat strategis dalam pencapaian sasaran program dan kegiatan
lembaga. Kerjasama dalam bentuk kemitraan dengan pemerintah
kabupaten/kota selama ini masih belum optimal sehingga keselarasan
program dan kegiatan kelembagaan dengan stakeholders tersebut belum
sesuai target dan sasaran yang optimal;
11. Masih ada stakeholders yang kurang mempercayai kemampuan SDM yang
ada di LPMP Provinsi Kalimantan Timur.
3.3 Jenis Data Penelitian
Ada beberapa jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, dimana
data-data ini diperoleh dari informan baik lisan maupun data-data dokumen yang tertulis,
perilaku subyek yang diamati di lapangan. Secara garis besar dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat,
dialami peneliti dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data
penelitian di lapangan (Satori dan Komariah, 2011: 176). Dalam konteks
penelitian ini peneliti membuat catatan lapangan yang bersumber dari
wawancara yang dilakukan terhadap informan yaitu Kepala/Pimpinan
Lembaga, Kepala Seksi, Widyaiswara, Bagian Perencanaan, Bagian
Kepegawaian, dan beberapa Staf. Selain itu juga catatan lapangan dibuat dari
hasil observasi di LPMP Provinsi Kalimantan Timur terhadap pelaksanaan
tugas dan fungsi pada seksi-seksi yang ada, pelaksanaan internal capacity
building. Peneliti juga membuat catatan lapangan dari studi dokumentasi di
lapangan. Catatan lapangan merupakan bentuk lengkap catatan dari lapangan
hasil wawancara, observasi atau pengamatan, dan studi dokumentasi, serta
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
2. Dokumentasi
Dokumen merupakan sumber informasi yang bukan manusia (non human
resources), berbentuk sesuatu yang tertulis atau dicetak. Peneliti
mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian, dalam
hal ini berupa dokumen resmi kantor seperti dokumen renstra, dokumen
program kerja/kegiatan, undang-undang, peraturan-peraturan, laporan-laporan
kegiatan, lembaran internal/surat, file pegawai, data statistik yang ada pada
LPMP Provinsi Kalimantan Timur yang terkait dengan pengembangan sumber
daya manusia, dan peran LPMP serta kegiatan LPMP dalam penjaminan mutu
pendidikan di daerah.
3. Foto
Foto dapat dijadikan bahan pelengkap penelitian karena foto dapat
menggambarkan situasi sebenarnya. Banyak hal yang dapat diperoleh dari foto
jika dipahami secara cermat dan mendalam. Foto-foto disini berupa foto-foto
kegiatan atau aktifitas yang berlangsung dan terjadi di LPMP Provinsi
Kalimantan Timur seperti pelaksanaan internal capacity building, forum
pembelajaran klaster, dan lain-lain.
3.4 Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana suatu data
diperoleh. Ada dua jenis sumber data dalam penelitian, yaitu manusia (human)
dan bukan manusia (non human).
Manusia merupakan informan penelitian yang penting dalam penelitian
kualitatif. Pada penelitian ini pelaku utama sumber data manusia adalah: Kepala
Lembaga, Kepala Seksi, Bagian Perencanaan, Bagian Kepegawaian, dan Staf.
Sedangkan sumber data non manusia yaitu berupa dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan renstra, program kerja, undang-undang, peraturan-peraturan,
laporan-laporan kegiatan, lembaran internal/surat, file pegawai, data statistik pada