• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENINGKATAN PERAN LPMP DALAM PELAKSANAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (SPMP)MELALUI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA :Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PENINGKATAN PERAN LPMP DALAM PELAKSANAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (SPMP)MELALUI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA :Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

Hadi Supriyatno, 2013

Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui

STUDI PENINGKATAN PERAN LPMP

DALAM PELAKSANAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (SPMP)

MELALUI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

(Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Penjaminan Mutu Pendidikan

Oleh:

HADI SUPRIYATNO

1005044

PROGRAM STUDI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Hadi Supriyatno, 2013

Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui

STUDI PENINGKATAN PERAN LPMP

DALAM PELAKSANAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (SPMP) MELALUI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

(Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)

Oleh Hadi Supriyatno

S.T. Universitas Brawijaya Malang, 1996

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana

© Hadi Supriyatno 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Hadi Supriyatno, 2013

(4)

Hadi Supriyatno, 2013

Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul “STUDI

PENINGKATAN PERAN LPMP DALAM PELAKSANAAN SISTEM

PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (SPMP) MELALUI PENGEMBANGAN

SUMBER DAYA MANUSIA (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan

Timur)” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika kelimuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan

ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

dikemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 30 September 2013 Yang membuat pernyataan,

(5)

Hadi Supriyatno, 2013

Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)

ABSTRAK

Hadi Supriyatno. Studi Peningkatan Peran LPMP dalam Pelaksanaan Sistem

Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur). Tesis. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. 2013.

Tesis ini dibimbing oleh Pembimbing I: Prof. Dr. H. Djam’an Satori, MA; dan Pembimbing II: Prof. Dr. Johar Permana, MA.

Penelitian ini dilatarbelakangi peran penting yang diemban oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dalam penjaminan mutu pendidikan di daerah. Sebagai sebuah institusi yang melakukan penjaminan mutu pendidikan di daerah maka LPMP sudah seharusnya mempunyai kemampuan dan kapasitas yang sesuai untuk dapat melakukan penjaminan mutu secara efektif. Sumber daya manusia merupakan salah satu hal yang berperan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi yang ada pada LPMP, sehingga sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan kecakapan yang tinggi dalam penjaminan mutu pendidikan sangat diperlukan. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat menemukan jawaban dari permasalahan bagaimana aktifitas dan upaya pengembangan sumber daya manusia pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur dilaksanakan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan peran LPMP dalam pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana penelitian dilakukan di LPMP Provinsi Kalimantan Timur. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Penelitian menggunakan purposive

sampling (informan terpilih) pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur. Data yang

terkumpul dianalisis dengan menggunakan pendekatan analisis yang bersifat naratif kualitatif.

(6)

Hadi Supriyatno, 2013

Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)

Kata kunci: Peran LPMP, sumber daya manusia, penjaminan mutu pendidikan

ABSTRACT

Hadi Supriyatno. Studies LPMP Increasing Role in the Implementation of

Quality Assurance System of Education (SPMP) Through Human Resource Development (Case Study in LPMP East Kalimantan Province). Thesis. Bandung: Post Graduate School – Indonesia University of Education. 2013.

This thesis guided by Advisor I: Prof. Dr. H. Djam'an Satori, MA; and Advisor II: Prof. Dr. Johar Permana, MA.

The background research carried by the important role of Educational Quality Assurance Institution (LPMP) on quality assurance of education in the province area. As an institution that performs quality assurance of education in the area, and then LPMP should have the capability and capacity appropriate on the issue of education quality assurance. So that it can carry out their duties effectively. Human resources are one of the things that contribute to the performance of duties and functions LPMP, the human resources with high competence and skills in quality assurance of education is necessary. This study aims to find an explanation how the activities and efforts of human resource development in the LPMP East Kalimantan Province done. That it is also as one of the efforts to enhance the role of LPMP in implementing quality assurance systems of education.

This study used a qualitative approach, where the study was conducted in the LPMP East Kalimantan Province. Data were collected by interview, observation, and documentation. Study used purposive sampling (selected informants) in the LPMP East Kalimantan Province. Data were analyzed by using a narrative approach to qualitative analysis.

The results showed that human resource development in the LPMP East Kalimantan Province done through education, training, and other professional activities that support the structural and functional staff in performing their duties. Where education and training are designed through the process of planning and implementation are quite good and tiered. But in the process of evaluation has not optimally done. Role played LPMP East Kalimantan Province is limited to programs that have been established by the shelter agencies, namely BPSDMPK - PMP. So LPMP East Kalimantan Province has not optimally performed the role of quality assurance in education according to the characteristics and needs of the region. This is influenced by the limited flexibility in the use of the budget for the development of innovative programs, and human resources need to be increased again its competence. Optimizing the use of Self-Evaluation – Implementation Tasks and Functions (ED – PTF) can be an important instrument for feedback LPMP capacity and improved performance LPMP on quality assurance of education in the area.

(7)

viii

Hadi Supriyatno, 2013

Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)

DAFTAR ISI

1.6 Struktur Organisasi Tesis ... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 20

2.1 Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ... 20

2.1.1 Konsep Mutu ... 20

2.1.2 Penjaminan Mutu Pendidikan ... 24

2.1.3 Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ... 28

2.1.4 Peningkatan Peran LPMP dalam SPMP ... 33

2.2 Sumber Daya Manusia ... 39

2.2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia ... 39

2.2.2 Pengembangan SDM ... 43

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan SDM ... 46

2.2.4 Model Strategi Pengembangan SDM ... 48

2.2.5 Jenis dan Metode Pengembangan SDM ... 50

2.2.6 Pendidikan dan Pelatihan ... 51

2.2.6.1 Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi ... 59

2.2.6.2 Perancangan dan Analisis Kebutuhan Diklat ... 63

(8)

ix

Hadi Supriyatno, 2013

Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)

2.3.1 Konsep Budaya ... 72

2.3.2 Konsep Kerja ... 77

2.3.3 Konsep Budaya Kerja ... 77

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Budaya Kerja ... 79

2.3.5 Tujuan dan Manfaat Budaya Kerja ... 81

2.3.6 Pendekatan dalam Penelitian Budaya ... 82

BAB III METODE PENELITIAN ... 86

3.1 Desain Penelitian ... 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 101

4.1 Hasil Penelitian ... 102

4.1.1 Peran LPMP Prov. Kaltim dalam Pelaksanaan SPMP ... 102

4.1.1.1 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi dalam Penjaminan Mutu Pendidikan ... 102

4.1.1.2 Pelaksanaan SPMP oleh LPMP Prov. Kaltim ... 110

4.1.2 Penilaian Kinerja SDM Berkaitan dengan Tugas dan Fungsi dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan ... 121

4.1.2.1 Metode Penilaian ... 122

4.1.2.2 Pelaksanaan ... 126

4.1.3 Usaha LPMP Prov. Kaltim dalam Pengembangan SDM yang Sesuai dengan Tuntutan SPMP ... 128

4.1.3.1 Proses Perencanaan ... 129

4.1.3.2 Pelaksanaan ... 134

4.1.3.3 Evaluasi ... 140

4.1.4 Dampak Pengembangan Kapasitas SDM ... 142

4.1.4.1 Pengetahuan tentang SPMP ... 142

4.1.4.2 Pelaksanaan SPMP ... 143

4.1.5 Perspektif Pengembangan SDM LPMP Prov. Kalimantan Timur di Masa Depan ... 144

4.1.5.1 Pengembangan SDM yang Diharapkan Lembaga ... 144

4.1.5.2 Pengembangan SDM yang Diharapkan Pegawai ... 146

(9)

x

Hadi Supriyatno, 2013

Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)

4.2.1 Peran LPMP Prov. Kaltim dalam Pelaksanaan SPMP ... 147

4.2.1.1 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi dalam Penjaminan Mutu Pendidikan ... 149

4.2.1.2 Pelaksanaan SPMP oleh LPMP Prov. Kaltim ... 154

4.2.1.3 Upaya Peningkatan Peran LPMP Prov. Kaltim ... 157

4.2.2 Penilaian Kinerja SDM Berkaitan dengan Tugas dan Fungsi dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan ... 164

4.2.2.1 Metode Penilaian ... 164

4.2.2.2 Pelaksanaan ... 167

4.2.2.3 Optimalisasi Penilaian Kinerja ... 168

4.2.3 Usaha LPMP Prov. Kaltim dalam Pengembangan SDM yang Sesuai dengan Tuntutan SPMP ... 170

4.2.3.1 Proses Perencanaan ... 172

4.2.3.2 Pelaksanaan ... 175

4.2.3.3 Evaluasi ... 177

4.2.3.4 Pelatihan SDM sebagai Usaha Mencapai Distinctive Competence Tinggi ... 179

4.2.4 Dampak Pengembangan Kapasitas SDM ... 181

4.2.4.1 Pengetahuan tentang SPMP ... 182

4.2.4.2 Pelaksanaan SPMP ... 183

4.2.4.3 Pengembangan SDM dan Perubahan Budaya Kerja ... 184

4.2.5 Perspektif Pengembangan SDM LPMP Prov. Kalimantan Timur di Masa Depan ... 186

4.2.5.1 Pengembangan SDM yang Diharapkan Lembaga ... 186

4.2.5.2 Pengembangan SDM yang Diharapkan Pegawai ... 187

4.2.5.3 Model Pengembangan SDM dalam Upaya Peningkatan Peran LPMP Prov. Kaltim pada Penjaminan Mutu Pendidikan .... 189

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 197

5.1 Kesimpulan ... 197

5.2 Rekomendasi ... 202

DAFTAR PUSTAKA ... 205

(10)

xi

Hadi Supriyatno, 2013

Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Kategori Kinerja Lembaga Berdasar ED-PTF ... 13

2.1 Rangkuman Definisi Penjaminan Mutu Pendidikan ... 25

2.2 Perbedaan Antara Pelatihan (Training) dan Pendidikan (Education) ... 54

2.3 Evaluasi Hasil-Hasil Pelatihan (Training Outcomes) ... 69

2.4 Perbandingan Model Evaluasi Pelatihan ... 70

4.1 Sebaran SDM Menurut Latar Belakang Pendidikan ... 116

4.2 Peningkatan Kompetensi Melalui Pendidikan dan Pelatihan ... 132

4.3 Peningkatan Kualifikasi SDM ... 132

(11)

xii

Hadi Supriyatno, 2013

Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) di Indonesia ... 30

2.2 Model Pemenuhan Standar ... 32

2.3 Perbedaan Dasar antara Pelatihan dan Pendidikan ... 54

2.4 Elemen-Elemen yang Berkontribusi Pada Learning & Development ... 55

2.5 Kompetensi inti (core) dan permukaan (surface) ... 61

2.6 Model Instructional System Design ... 64

2.7 Level-Level Budaya ... 74

3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 93

3.2 Analisis Data Kualitatif ... 97

4.1 Grafik Jumlah SDM Menurut Usia ... 116

4.2 Grafik Hasil Penilaian Kompetensi Karyawan ... 127

4.3 Hasil Pengolahan Instrumen Penilaian Kompetensi ... 128

4.4 Tugas dan Fungsi LPMP ... 188

(12)

xiii

Hadi Supriyatno, 2013

Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Matriks Fokus Penelitian ... 210

2. Ringkasan Hasil Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumen ... 220

3. Ringkasan Hasil Wawancara ... 227

4. Transkrip Wawancara ... 273

5. Hasil Observasi ... 373

6. Hasil Studi Dokumen ... 400

7. Daftar Informan ... 417

8. Dokumen Profil LPMP Provinsi Kalimantan Timur ... 420

9. Dokumen Peta Jabatan LPMP Provinsi Kalimantan Timur ... 432

10. Dokumen Instrumen Lembar Penilaian Kompetensi Karyawan ... 433

11. Dokumen Grafik Hasil Penilaian Kompetensi Karyawan ... 436

12. Dokumen Kebutuhan Pelatihan Karyawan ... 447

13. Dokumen Daftar Hadir Peserta Internal Capacity Building ... 452

14. Dokumen Prosedur Mutu Peningkatan Kompetensi Karyawan ... 458

15. Dokumen Surat Ijin Penelitian ... 462

(13)

1

Hadi Supriyatno, 2013

Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Secara operasional pelaksanaan pendidikan di Indonesia harus merupakan

realisasi dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Dimana pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003,

Pasal 3). Segala upaya perlu dilakukan agar pelaksanaan pendidikan nasional

dapat berhasil sehingga tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.

Undang-Undang Sisdiknas ini memberikan visi, misi, dan strategi pembangunan

pendidikan nasional. Adapun visi pendidikan nasional yaitu:

Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Visi pendidikan nasional tersebut menjadi acuan Kementerian Pendidikan

Nasional dan dikembangkan dalam misi Kementerian Pendidikan Nasional 2010 –

2014 yang meliputi:

1. Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan;

2. Memperluas keterjangkauan layanan pendidikan;

3. Meningkatkan kualitas/mutu dan relevansi layanan pendidikan;

(14)

5. Menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan.

Berbagai kebijakan pembangunan pendidikan nasional dilakukan untuk

mewujudkan lima misi tersebut di atas. Tolok ukur efektifitas implementasi

kebijakan tersebut salah satunya dapat dilihat dari ketercapaian indikator-indikator

mutu penyelenggaraan pendidikan seperti yang telah ditetapkan dalam delapan

Standar Nasional Pendidikan (SNP) oleh Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP).

Paradigma baru dalam pendidikan itu menghendaki lulusan program

pendidikan harus mampu bersaing di dunia internasional dan memiliki

kompetensi yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perlu upaya keras untuk mewujudkan hal tersebut jika melihat peringkat

Indonesia dalam Human Development Index tahun 2012 berdasarkan laporan yang

dikeluarkan UNDP (United Nation Development Programme) berada dalam

kelompok medium (Medium Human Development) yaitu pada peringkat 121 dari

187 negara (www.hdr.undp.org/en/statistic). Di Asia Tenggara, Indeks

Pengembangan Manusia Indonesia itu berada pada urutan ke-6 setelah Singapura,

Brunai Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Philipina. Pendidikan (Education)

merupakan salah satu komponen atau dimensi yang berkontribusi pada Human

Development Index (HDI) – yang merupakan indikator kualitas hidup suatu

bangsa – disamping dimensi Kesehatan (Health) dan Standar Hidup (Living

Standards). Dibutuhkan komitmen semua pihak dan kebijakan yang tepat untuk

meningkatkan kualitas hidup bangsa tersebut, dimana salah satunya adalah

melalui pembangunan di bidang pendidikan yang dituangkan dalam misi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di atas.

Ada upaya-upaya strategis jangka panjang yang telah dilakukan

pemerintah untuk mewujudkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, antara

lain upaya tersebut diwujudkan dalam penetapan standar pendidikan yang jelas

dan satu sistem penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan yang dapat

membangun kerjasama dan kolaborasi di antara berbagai institusi yang terkait.

(15)

pendidikan tersebut diimplementasikan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor

19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem

Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut

penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua

pemangku kepentingan pendidikan, baik itu Pemerintah, Pemerintah Daerah,

maupun masyarakat.

Mutu pendidikan yang dimaksud disini adalah nilai, manfaat, kesesuaian

dengan suatu spesifikasi tertentu atas input, proses, dan output pendidikan yang

dirasakan oleh pemakai jasa pendidikan. Menurut Permendiknas Nomor 63 Tahun

2009 Pasal 1 disebutkan bahwa “mutu pendidikan adalah tingkat kecerdasan

kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional”.

Berkaitan dengan mutu pendidikan, Sallis (2010:59) mengemukakan bahwa mutu

barang atau jasa yang baik dijamin oleh sistem, yang dikenal sebagai sistem

penjaminan mutu, yang memposisikan secara tepat bagaimana produksi

seharusnya berperan sesuai dengan standar. Standar-standar mutu diatur oleh

prosedur-prosedur yang ada dalam sistem penjaminan mutu. Berdasarkan hal ini

maka Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) merupakan sistem yang

digunakan untuk menghasilkan mutu pendidikan nasional yang diharapkan,

dimana SPMP merupakan subsistem dari Sistem Pendidikan Nasional. Tersirat

adanya serangkaian proses dan prosedur untuk mengumpulkan, menganalisa, dan

melaporkan data mengenai kinerja dan mutu penyelenggaraan pendidikan sesuai

dengan standar-standar yang telah ditetapkan dalam 8 (delapan) Standar Nasional

Pendidikan (SNP). Penjaminan mutu dan peningkatan mutu pendidikan disini

memerlukan standar mutu, dilakukan dalam satu prosedur tata kerja yang jelas,

strategi, kerjasama dan kolaborasi antar stakeholders serta dilakukan secara terus

menerus.

Implementasi penjaminan mutu dalam konteks sistem pendidikan, dalam

kerangka akuntabilitas publik penyelenggaraan pendidikan, sudah seharusnya ada.

Setiap stakeholder memiliki kepentingan terhadap penyelenggaraan pendidikan

(16)

Satori, D. (2011: 12) adalah “serangkaian proses dan sistem yang saling berkaitan

untuk mengumpulkan, menganalisa, dan melaporkan data tentang kinerja dan

mutu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, program dan lembaga

pendidikan”. Proses penjaminan mutu mengidentifikasi aspek pencapaian dan

prioritas peningkatan, menyediakan data sebagai dasar perencanaan dan

pengambilan keputusan serta membantu membangun budaya peningkatan mutu

berkelanjutan. Pencapaian mutu pendidikan untuk pendidikan dasar dan

menengah dikaji berdasarkan delapan Standar Nasional Pendidikan dari Badan

Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Penjaminan mutu akan berkontribusi terhadap peningkatan mutu

pendidikan. Oleh karena itu perlu dipahami tentang bagaimana melakukan

penjaminan mutu secara komprehensif, terstruktur, dan sistematis sehingga

hasilnya dapat digunakan sebagai dasar peningkatan mutu guna mencapai tujuan

yang dicita-citakan yaitu peningkatan mutu pendidikan nasional. Kemampuan

untuk melaksanakan penjaminan mutu adalah suatu faktor penting untuk semua

lembaga. Tanpa kemampuan untuk melakukan penjaminan mutu, tidak akan ada

peningkatan kualitas yang dapat dicapai.

Penjaminan mutu pendidikan yang dimaksud meliputi penjaminan mutu

jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal; jenis pendidikan umum dan

kejuruan; serta jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Penjaminan

mutu pendidikan merupakan upaya sistematik untuk menghimpun dan mengolah

data yang handal dan sahih, sehingga dapat disimpulkan kenyataan yang dapat

digunakan sebagai landasan tindakan manajemen untuk mengelola kelangsungan

lembaga atau program pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa

aspek penting yang perlu dilakukan dalam penjaminan dan peningkatan mutu

pendidikan untuk pendidikan dasar dan menengah di Indonesia (Satori, D., 2011:

1), yaitu:

1. Pengkajian mutu pendidikan;

2. Analisis dan pelaporan mutu pendidikan;

3. Peningkatan mutu pendidikan;

(17)

5. Peningkatan mutu merujuk pada Standar Nasional Pendidikan.

Tujuan akhir penjaminan mutu pendidikan adalah tingginya kecerdasan

kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana dicita-citakan oleh Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dicapai

melalui penerapan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). Selain itu,

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) antara lain harus memuat hal-hal

berikut (Mulyasana, 2011: 131):

1. Terbangunnya budaya mutu pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal;

2. Pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan proporsional dalam

penjaminan mutu pendidikan formal dan/atau nonformal pada satuan atau

program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan,

pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, dan Pemerintah;

3. Ditetapkannya secara nasional acuan mutu dalam penjaminan mutu pendidikan

formal dan/atau nonformal;

4. Terpetakannya secara nasional mutu pendidikan formal dan nonformal yang

dirinci menurut provinsi, kabupaten atau kota, dan satuan atau program

pendidikan;

5. Terbangunnya sistem informasi mutu pendidikan formal dan nonformal

berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang andal, terpadu, dan

tersambung yang menghubungkan satuan atau program pendidikan,

penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah kabupaten atau

kota, pemerintah provinsi, dan Pemerintah.

Ada dua prinsip utama yang mendorong perlunya pengembangan sistem

penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan (Satori, D., 2011: 15), yaitu untuk:

1. Meningkatkan strategi pengumpulan data sehingga data yang terkumpulkan

menjadi relevan, valid, dan andal;

2. Menjamin bahwa data dipergunakan lebih efektif untuk tujuan perencanaan,

pengambilan keputusan dalam perencanaan dan alokasi sumber daya guna

(18)

Pengumpulan data penjaminan mutu pendidikan ini akan berguna bagi

peningkatan mutu pendidikan jika dikelola dengan baik, dianalisa secara seksama

serta dapat mudah diakses oleh stakeholders dalam rangka pembuatan rencana,

pengambilan keputusan, alokasi sumber daya, dan membangun budaya

peningkatan mutu. Lembaga-lembaga atau institusi-institusi yang terkait dalam

sistem penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan memegang tanggung jawab

yang besar dalam pengumpulan dan pengelolaan data penjaminan mutu

pendidikan ini, sehingga data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk tujuan

peningkatan mutu pendidikan. Ada prosedur tata kerja yang jelas, strategi,

kerjasama, dan kolaborasi antar lembaga atau institusi yang terlibat dalam sistem

penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan serta dilakukan secara terus

menerus.

Penjaminan mutu pendidikan yang dilakukan melalui SPMP pada awalnya

merupakan tindak lanjut dari hasil kajian kapasitas Lembaga Penjaminan Mutu

Pendidikan (LPMP) dan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan

Tenaga Kependidikan (PPPPTK) yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal

Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK, sekarang Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan

Penjaminan Mutu Pendidikan) pada tahun 2007. Hasil kajian melahirkan

kesimpulan bahwa dalam melaksanakan penjaminan serta peningkatan mutu

pendidikan, LPMP dan PPPPTK tidak bisa berjalan sendiri, melainkan harus

melibatkan semua pihak, sehingga diperlukan sebuah sistem yaitu Sistem

Penjaminan Mutu Pendidikan atau disingkat dengan SPMP.

SPMP adalah subsistem dari sistem pendidikan nasional, merupakan siklus

penjaminan dan peningkatan mutu secara terpadu dan berkelanjutan.

Implementasi siklus penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan ini

membutuhkan sumberdaya dan dukungan dari pemerintah, pemerintah daerah,

baik provinsi, kota, atau kabupaten, dan masyarakat dimana LPMP merupakan

salah satu lembaga yang terlibat di dalam pelaksanaan SPMP tersebut. Ada

beberapa tugas dan kewenangan LPMP sesuai dengan Peraturan Pemerintah

(19)

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan

Mutu Pendidikan. Implementasi peraturan-peraturan ini menuntut kesiapan

sumber daya yang ada di LPMP untuk melaksanakan tugas dan kewenangannya

tersebut. LPMP sebagai salah satu institusi yang ikut berperan dalam proses

SPMP diharapkan mampu membangun jaringan kerja penjaminan dan

peningkatan mutu pendidikan yang melibatkan satuan pendidikan, pengawas

sekolah, Kantor Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten, dan Kota serta institusi

terkait di provinsi dan pusat. Adapun tahapan implemetasi kegiatan Sistem

Penjaminan Mutu Pendidikan pada LPMP adalah dimulai dari tahap pemetaan

mutu, yang selanjutnya diikuti tahap pemenuhan standar, pemantauan standar.

Dan kemudian berujung pada tahap pelaporan. Tahapan-tahapan ini merupakan

siklus yang terus berulang. Oleh karena itu, kemampuan untuk melaksanakan

penjaminan mutu adalah suatu faktor penting yang seharusnya dimiliki oleh

LPMP dan sumberdaya yang ada di dalamnya.

Sudah diketahui pula, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan yang

selanjutnya disebut LPMP adalah Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 37 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

Penjaminan Mutu Pendidikan, mempunyai tugas melaksanakan penjaminan mutu

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan kesetaraan pendidikan

dasar dan menengah di provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan. Dalam melaksanakan tugas tersebut LPMP menyelenggarakan

fungsi:

1. Pemetaan mutu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan

kesetaraan pendidikan dasar dan menengah;

2. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan kesetaraan pendidikan dasar dan

menengah;

3. Supervisi satuan pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan

kesetaraan pendidikan dasar dan menengah dalam pencapaian standar mutu

(20)

4. Fasilitasi peningkatan mutu pendidikan terhadap satuan pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan kesetaraan pendidikan dasar dan

menengah dalam penjaminan mutu pendidikan;

5. Pelaksanaan kerja sama di bidang penjaminan mutu pendidikan; dan

6. Pelaksanaan urusan administrasi LPMP.

Pembentukan LPMP yang ada sekarang memiliki sejarah yang panjang.

Berdasarkan dokumentasi yang tercatat bahwa LPMP Provinsi Kalimantan Timur

sebelumnya merupakan Balai Penataran Guru (BPG) Samarinda. Tugas dan

fungsinya saat itu sebagai tempat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (diklat)

bagi guru di Provinsi Kalimantan Timur. Dan kedudukan BPG Samarinda masih

di bawah Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi

Kalimantan Timur. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 0240a/O/1991 tanggal 2 Mei 1991 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Balai Penataran Guru (BPG) maka BPG Samarinda menjadi Unit

Pengelola Teknis Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di daerah yang

bertanggungjawab langsung kepada Direktorat Tenaga Kependidikan di bawah

lingkup Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Sesuai dengan SK Mendikbud RI tersebut tugas

pokok dan fungsi BPG Samarinda (Pasal 2) adalah “Melaksanakan penataran guru

dalam berbagai bidang studi”.

Pada Tahun 2003, BPG merintis perubahan paradigma dari BPG menjadi

LPMP dimana akhirnya menjadi LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan)

dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 087/O/2003 dengan

tugas pokok melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah di

provinsi berdasarkan kebijakan nasional. Pada prinsipnya LPMP bukan saja

sebagai lembaga diklat melainkan juga sebagai lembaga penjamin mutu

pendidikan di daerah agar penyelenggaraannya sesuai dengan standar, norma,

kriteria, dan pedoman penyelenggaraan pendidikan. Kemudian pada Tahun 2007

berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 7 Tahun 2007 tanggal

(21)

menjadi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, yang mempunyai tugas

melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah

termasuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang

sederajat di provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional, dan

berada pada lingkup Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan (PMPTK) Departemen Pendidikan Nasional. Seiring dengan

perubahan organisasi dan tata kerja pada Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan pada tahun 2012, terbitlah Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 37 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja LPMP.

Berdasarkan peraturan ini LPMP sekarang berada di bawah Badan Pengembangan

Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu

Pendidikan (BPSDMPK dan PMP) dengan tugas melaksanakan penjaminan mutu

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan kesetaraan pendidikan

dasar dan menengah di provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan.

Perjalanan perubahan dari BPG menjadi LPMP yang sekarang tersirat

adanya perubahan organisasi, visi, misi, serta tugas pokok dan fungsi dari

organisasi tersebut. LPMP dikondisikan untuk dapat memberikan layanan

penjaminan mutu pendidikan di provinsi agar proses penyelenggaraan pendidikan

memenuhi persyaratan mutu pendidikan nasional. Perubahan organisasi yang

terjadi disini karena adanya faktor eksternal berupa regulasi pemerintah.

Perubahan organisasi yang berupa refungsionalisasi organisasi LPMP ini

menuntut adanya kesiapan sumber daya yang ada pada LPMP, terutama pada

sumber daya manusianya. Visi, misi, dan tupoksi yang telah berubah ini menuntut

adanya perubahan pula pada persyaratan kompetensi dan keterampilan sumber

daya manusianya agar dapat melakukan layanan penjaminan mutu pendidikan di

provinsi dengan efektif. Dengan kata lain diperlukan investasi institusi (capacity

building) dengan fokus pada perubahan pola pemahaman (mind set) dan

perubahan budaya kerja (institutional/work culture) di antara orang-orang yang

terlibat di dalamnya, terutama yang menduduki posisi manajerial (Satori, D.,

(22)

Hal lain yang terkait dengan perubahan dari BPG menjadi LPMP adalah

budaya kerja dalam organisasi. Budaya ini diteliti secara intensif oleh para pakar

untuk mengetahui perannya dalam organisasi. Sejumlah penelitian menyimpulkan

bahwa budaya mempunyai peran besar dalam upaya mencapai tujuan organisasi

(Wirawan, 2008:35). Mengapa budaya dalam organisasi itu penting? Menurut

Ann L. Cunliffe (2008: 58), budaya kerja organisasi berkaitan dengan bagaimana

sesuatu dilaksanakan sehari-hari dalam suatu organisasi dan mempengaruhi

pegawai dalam berhubungan dengan sesama pegawai, pelanggan, dan stakeholder.

Sehingga tidak hanya berpengaruh pada kinerja organisasi tetapi juga kinerja

pegawai. LPMP Provinsi Kalimantan Timur sebagai organisasi memiliki visi,

misi, dan tujuan yang diinginkan sesuai dengan kedudukannya sebagai lembaga

penjaminan mutu pendidikan di provinsi. Jika budaya kerja sangat kondusif

terhadap pelaksanaan strategi organisasi dan terbukti merupakan faktor penentu

keberhasilan pencapaian tujuan organisasi, maka perlu dipertahankan. Budaya

kerja organisasi yang positif akan berperan dalam pencapaian tujuan organisasi

LPMP dalam pelaksanaan SPMP di daerah.

Peningkatan peran LPMP sekarang dalam pelaksanaan SPMP adalah

LPMP dituntut untuk bekerjasama dan berkoordinasi serta memiliki program

penjaminan mutu yang efektif dengan institusi/lembaga terkait yang juga terlibat

dalam pelaksanaan SPMP. Sebagai lembaga yang diberikan kewenangan untuk

menjadi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan di provinsi, LPMP harus mampu

menjadi mitra utama Pemerintah Daerah dalam melakukan setiap upaya

penjaminan mutu pendidikan di tingkat provinsi. Kesiapan sumber daya

manusianya akan sangat menentukan sehingga proses layanan penjaminan mutu

ini dapat berjalan efektif. Pada pelaksanaannya di lapangan, ada beberapa tugas

strategis yang dijalankan oleh LPMP dalam pelaksanaan SPMP ini, yaitu

(Kemendikbud, 2012: 2):

1. Koordinasi program dan data pendidikan, pemetaan mutu dan pengembangan

sistem mutu dengan Dinas Pendidikan Provinsi/ Kabupaten/ Kota;

2. Supervisi mutu dan fasilitasi, serta sampling mutu terhadap satuan pendidikan

(23)

3. Koordinasi/ sinkronisasi data serta program kompetensi pendidik dan tenaga

kependidikan, dan kerjasama pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan serta

sertifikasi guru dengan Perguruan Tinggi/ LPTK;

4. Koordinasi penjaminan mutu PAUD dengan BPPNFI/P2PNFI;

5. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan

(Balitbang) dan Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP) dalam hal

verifikasi data dan pengawasan ujian;

6. Pelaporan mutu pendidikan kepada Ditjen Dikmen, Ditjen Dikdas, BPSDMPK

dan PMP.

Ada beberapa faktor yang menjadi tantangan LPMP Provinsi Kalimantan

Timur dalam peningkatan perannya berkaitan dengan pelaksanaan Sistem

Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) di daerah, yaitu (berdasarkan data

SIM-NUPTK per Maret 2012):

1. Satuan pendidikan, dalam hal ini sekolah/madrasah pada jalur pendidikan

formal, dan kelompok belajar pada jalur pendidikan non formal yang

memerlukan fasilitasi mutu pendidikan menuju standar nasional pendidikan

di Provinsi Kalimantan Timur berjumlah 5.364 Sekolah;

2. Tenaga pendidik yang perlu memperoleh layanan fasilitasi peningkatan

kompetensi dan profesionalisme sesuai dengan kebutuhan yang ada

berjumlah 60.689 guru;

3. Tenaga kependidikan (laboran, pustakawan, tenaga administrasi sekolah)

yang memerlukan fasilitasi peningkatan kompetensi dan profesionalisme

sebanyak 9.667 orang;

4. Kepala sekolah dan pengawas yang memerlukan fasilitasi peningkatan

kompetensi dan profesionalisme sebanyak 3.793 orang kepala sekolah dan

643 orang pengawas;

5. Peserta didik yang memerlukan pembelajaran yang bermutu sesuai dengan

standar nasional pendidikan berjumlah 833.956 siswa;

6. Forum Kelompok Kerja Guru/Musyawarah Kerja Guru Mata Pelajaran (152

(24)

Kepala Sekolah (33 KKKS/9 MKKS), dan Kelompok Kerja Pengawas

Sekolah/Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (20 KKPS/9 MKPS);

7. Kabupaten/kota yang memerlukan layanan penjaminan mutu pendidikan di

Provinsi Kalimantan Timur berjumlah 14 Kabupaten/Kota;

8. Kondisi wilayah Provinsi Kalimantan Timur yang luas wilayahnya

245.237,80 km2 atau sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura, atau

11% dari total wilayah Indonesia yang merupakan daerah yang luas dan sulit

terjangkau;

9. Masih terpakunya LPMP dengan paradigma pendidikan dan pelatihan (diklat)

pada pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam penjaminan mutu pendidikan,

ini dilatarbelakangi sejarah awal berdirinya LPMP yang bermula dari BPG.

Sementara tugas dan fungsi yang sekarang dalam penjaminan mutu

pendidikan bukan hanya pada fungsi fasilitasi (diklat), masih ada fungsi

pemetaan, supervisi, dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan;

10. Stakeholders terkait di daerah masih belum memahami tupoksi LPMP sebagai

Unit Pelaksana Teknis pusat di daerah dalam pelaksanaan penjaminan mutu

pendidikan sehingga diperlukan sosialisasi keberadaan LPMP, selain itu juga

adanya instansi formal maupun non formal yang dapat berperan sebagai

lembaga yang dapat melaksanakan sebagian program kegiatan yang sama

dengan tupoksi LPMP di daerah;

11. Dalam mendukung visi dan misi lembaga yang baru ke depan, maka

kemitraan dengan berbagai stakeholders yang terkait dengan tupoksi yang

baru menjadi sangat strategis dalam pencapaian sasaran program dan kegiatan

lembaga. Kerjasama dalam bentuk kemitraan dengan pemerintah

kabupaten/kota selama ini masih belum optimal sehingga keselarasan

program dan kegiatan kelembagaan dengan stakeholders tersebut belum

sesuai target dan sasaran yang optimal;

12. Masih ada stakeholders yang kurang mempercayai kemampuan SDM yang

(25)

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi dalam

penjaminan mutu pendidikan, maka LPMP Provinsi Kalimantan Timur masih

dalam katagori kinerja “Rendah” (1,50 – 2,00) dengan skor yang diperoleh 1,952 (Laporan Pelaksanaan Tugas LPMP, 2012: 16). Penilaian ini berdasarkan hasil

Evaluasi Diri Lembaga (EDL) atau disebut juga Evaluasi Diri Pelaksanaan Tugas

dan Fungsi (ED-PTF) LPMP. Dimana pembagian kategori kinerja pelaksanaan

tugas dibagi menjadi enam kategori, yaitu:

Tabel 1.1 Kategori Kinerja Lembaga Berdasar ED-PTF

Rentang NA ED-PTF Kategori Kinerja Kategori Huruf

3,50 – 4,00 Sangat Tinggi AA

3,00 – 3,50 Tinggi A

2,50 – 3,00 Cukup B

2,00 – 2,50 Sedang C

1,50 – 2,00 Rendah D

1,00 – 1,50 Sangat Rendah E

Sumber: Panduan Teknis ED-PTF LPMP

LPMP Provinsi Kalimantan Timur sudah seharusnya melakukan

penjaminan mutu internalnya untuk meningkatkan kinerjanya dalam penjaminan

mutu pendidikan. Kinerja organisasi berkaitan erat dengan efektifitas kinerja

sumber daya manusia (pegawai) yang ada pada organisasi tersebut dalam

pekerjaannya. Efektifitas kinerja pegawai ini salah satunya dipengaruhi oleh

kompetensi yang dimiliki pegawai tersebut (Spencer dan Spencer, 1993: 9;

Moeheriono, 2009: 3). Berdasarkan penilaian kompetensi pegawai yang dilakukan

oleh lembaga, menunjukkan masih perlunya upaya peningkatan kompetensi

pegawai yang ada. Ini terlihat dari grafik penilaian kompetensi pegawai LPMP

Provinsi Kalimantan Timur dari tahun 2008 – 2012, seperti ditampilkan pada

Lampiran 11. Komitmen terhadap peningkatan kualitas SDM secara berkelanjutan

(continous improvement) tentunya sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja

pegawai dalam pelaksanaan tugas dan fungsi penjaminan mutu pendidikan.

Berdasarkan tugas dan kewenangan LPMP yang baru serta tantangan yang

(26)

kompetensi dan keterampilan yang sesuai agar pelaksanaan SPMP tersebut dapat

berjalan efektif dan sesuai dengan harapan stakeholders. Untuk itu maka

dibutuhkan adanya program pengembangan SDM. Menurut Swanson dan Holton

(2009: 4), “pengembangan SDM merupakanproses pengembangan keahlian untuk

tujuan memperbaiki individu, tim, proses kerja, dan kinerja sistem organisasi”.

Ruky (2003) dalam Yuniarsih & Suwatno (2009: 38) berpendapat bahwa

“program pengembangan sumber daya manusia pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia dalam

organisasinya”. Program pengembangan sumber daya manusia tentunya bertujuan

agar organisasi tersebut mampu merealisasikan visi mereka dan mencapai

tujuan-tujuan jangka menengah dan jangka pendek. Pengembangan SDM merupakan

kegiatan-kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kompetensi pegawai

melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan aspek-aspek

lainnya. Pengembangan SDM ini penting dilaksanakan disebabkan adanya

perubahan baik manusia, teknologi, pekerjaan maupun organisasi.Pengembangan

sumber daya manusia dalam organisasi harus senantiasa berorientasi terhadap visi,

misi, tujuan, dan sasaran organisasi di mana dia berada di dalamnya (Yuniarsih

dan Suwatno, 2010: 63).

Rakhmawanto (2008: 120) dalam penelitiannya yang berjudul

“Membangun Model Pengembangan SDM Aparatur Pegawai Negeri Sipil” menyatakan bahwa mayoritas instansi pemerintah di Indonesia belum mempunyai

rancangan pengembangan SDM PNS secara jelas. Hal ini terlihat dari tidak

jelasnya arah pengembangan PNS melalui program – program diklat yang selama

ini diselenggarakan oleh instansi pemerintah. Dalam rangka menciptakan model

strategi pengembangan PNS yang tepat, guna membentuk PNS yang berkualitas

dan profesional aspek – aspek seperti visi, misi, dan tujuan organisasi harus

dijadikan sebagai dasar untuk membangun pola pengembangan PNS. Murgiyono

(2010: 2) menyatakan kualitas dan profesionalisme PNS tersebut harus dibentuk

melalui suatu proses dalam sistem pengembangan SDM yang terencana dan

(27)

Sementara Rosidah (2008) dalam penelitian yang berjudul “Manajemen

Diklat dalam Upaya Optimalisasi Kinerja Pegawai Publik” mengemukakan bahwa kebutuhan diklat muncul karena adanya masalah – masalah yang mengganggu

kinerja organisasi, seperti menurunnya atau rendahnya tingkat pelayanan.

Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu proses pembelajaran dalam organisasi

yang mengarah pada perubahan sikap dan perilaku pegawai untuk memenuhi

harapan kualifikasi kerja dan tuntutan perkembangan organisasi, baik internal

maupun eksternal. Keberhasilan diklat terwujud apabila diklat mempunyai

dampak positif pada peningkatan kinerja atau hasil diklat sesuai dengan kriteria

pengembangan tujuan yang telah ditentukan. Menurut Rakhmawanto (2009: 24)

untuk meningkatkan kinerja PNS penekanannya ada pada pengetahuan

(knowledge), kemampuan (capability), keterampilan (skill), sikap (attitudes),

perilaku dan etika (behavior and ethics), serta kebiasaan (habit).

Purwanto, E.A. (2007: 8) dalam penelitiannya menyatakan bahwa diklat

sebagai instrumen untuk meningkatkan kompetensi SDM belum mendapat

perhatian serius dari instansi pemerintah, ini terlihat dari belum adanya analisis

kebutuhan diklat yang terintegrasi antara bagian organisasi, masih lemahnya

metode diklat, kecilnya anggaran untuk pelaksanaan diklat.

1.2 Fokus Penelitian

Melihat dari beratnya tugas dan kewenangan serta tantangan eksternal

yang dihadapi oleh LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam pelaksanaan SPMP

di daerah maka diperlukan kesiapan sumber daya yang ada di LPMP, termasuk

sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang ada dituntut memiliki

kompetensi dan keterampilan yang sesuai dengan tugasnya dalam pelaksanaan

penjaminan mutu pendidikan. Dengan perubahan dari BPG menjadi LPMP tentu

ada perubahan pola pemahaman dalam pelaksanaan tugas penjaminan mutu dan

perubahan budaya kerja. Bagaimana LPMP Provinsi Kalimantan Timur merubah

pola pemahaman (mind set) dan merubah budaya kerja (work culture) agar sesuai

(28)

pada pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan merupakan hal menarik

untuk diteliti.

Penelitian ini difokuskan pada pengembangan sumber daya manusia yang

terjadi di LPMP Provinsi Kalimantan Timur berkaitan dengan refungsionalisasi

LPMP dan perannya dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan melalui

sistem penjaminan mutu pendidikan (SPMP). Untuk itu judul dalam penelitian ini

adalah “Studi Peningkatan Peran LPMP dalam Pelaksanaan Sistem

Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) melalui Pengembangan Sumber Daya

Manusianya (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)”.

Adapun aspek-aspek yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:

1. Peran LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam penjaminan dan peningkatan

mutu pendidikan melalui pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

(SPMP).

2. Pelaksanaan penilaian (assesment) kinerja SDM berkaitan dengan tugas dan

fungsi dalam penjaminan mutu pendidikan.

3. Usaha LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam pengembangan kapasitas

SDM yang sesuai dengan tuntutan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.

4. Dampak pengembangan SDM terhadap budaya kerja di LPMP Provinsi

Kalimantan Timur.

5. Perspektif pengembangan SDM LPMP Provinsi Kalimantan Timur di masa

depan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian di atas, dapat

dibuat rumusan masalah yang dirinci ke dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimana peran LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam penjaminan dan

peningkatan mutu pendidikan melalui pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu

Pendidikan (SPMP)?

2. Bagaimana pelaksanaan penilaian (assesment) kinerja SDM berkaitan dengan

(29)

3. Bagaimana strategi (usaha-usaha) LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam

pengembangan kapasitas SDM yang sesuai dengan tuntutan Sistem Penjaminan

Mutu Pendidikan?

4. Bagaimana dampak pengembangan SDM terhadap budaya kerja di LPMP

Provinsi Kalimantan Timur?

5. Bagaimana perspektif pengembangan SDM LPMP Provinsi Kalimantan Timur

di masa depan?

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan segala

gambaran dan informasi yang terkait dengan pengembangan sumber daya manusia

LPMP Provinsi Kalimantan Timur sehubungan dengan peningkatan perannya

dalam pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). Hal ini terkait

pula dengan adanya perubahan organisasi berupa refungsionalisasi LPMP, yang

dimulai dari BPG hingga menjadi LPMP yang sekarang.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan informasi

dan gambaran yang berkaitan dengan fokus penelitian di atas, yaitu:

1. Peran LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam penjaminan dan peningkatan

mutu pendidikan melalui pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

(SPMP).

2. Pelaksanaan penilaian (assesment) kinerja SDM berkaitan dengan tugas dan

fungsi dalam penjaminan mutu pendidikan.

3. Usaha LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam pengembangan kapasitas

SDM yang sesuai dengan tuntutan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.

4. Dampak pengembangan SDM terhadap budaya kerja di LPMP Provinsi

Kalimantan Timur.

5. Perspektif pengembangan SDM LPMP Provinsi Kalimantan Timur di masa

(30)

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini secara umum diharapkan memberikan sumbangan

pemikiran kepada lembaga dan pihak yang berkepentingan di LPMP Provinsi

Kalimantan Timur, terutama bagi pengembangan sumber daya manusia yang ada

di dalamnya terkait dengan peningkatan peran LPMP dalam pelaksanaan SPMP di

daerah. Juga dapat menjadi masukan bagi optimalisasi pelaksanaan tupoksi LPMP

dalam mendorong peningkatan mutu pendidikan di daerah melalui mekanisme

penjaminan mutu pendidikan. Selain manfaat praktis di atas, tentunya diharapkan

pula penelitian ini dapat menjadi sumbangan teoritis dalam bidang yang

berkenaan dengan organisasi, pengembangan sumber daya manusia, dan kinerja

instansi pemerintahan terutama di bidang yang terkait dengan penjaminan mutu

pendidikan.

Sebagai sebuah organisasi, LPMP Provinsi Kalimantan Timur dihadapkan

pada lingkungan yang saling tergantung dan senantiasa berubah. Untuk merespon

hal tersebut sebuah organisasi dituntut dapat beradaptasi dan berubah. Ada

beberapa isu kontemporer tentang perubahan yang dihadapi sebuah organisasi

dewasa ini (Robbins dan Judge, 2011: 358), yaitu: (1) bagaimana kemajuan

teknologi mengubah tempat kerja dan mempengaruhi kehidupan kerja para

pegawai; (2) bagaimana sebuah organisasi dapat menjadi lebih inovatif; (3)

bagaimana menciptakan organisasi yang senantiasa mau belajar dan melakukan

penyesuaian; dan (4) apakah pengelolaan perubahan terikat pada kultur atau

budaya. Organisasi pembelajar (learning organization) belakangan ini menjadi

perhatian besar dari para pakar teori organisasi dalam merespon perubahan yang

selalu terjadi. Organisasi pembelajar (Robbins dan Judge, 2011: 363) adalah

“sebuah organisasi yang telah mengembangkan kapasitas untuk terus menerus

melakukan penyesuaian dan perubahan”. Jadi ada upaya untuk meningkatkan

penguasaan ilmu, keterampilan, profesionalisme secara terus menerus dalam

organisasi tersebut. Penelitian ini hendak memberikan informasi bagaimana

aktifitas organisasi pembelajar terjadi pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur

dalam kerangka peningkatan peran LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan.

(31)

organisasi pembelajar (learning organization) dalam perspektif instansi atau

lembaga pemerintah.

1. 6 Struktur Organisasi Tesis

Secara garis besar struktur organisasi penulisan laporan penelitian ini

dibagi menjadi lima bagian atau bab, yang dimulai dari Bab I berisi Pendahuluan.

Kemudian berturut-turut: Bab II berisi Kajian Pustaka, Bab III berisi Metode

Penelitian, Bab IV tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan, serta Bab V berisi

Kesimpulan dan Rekomendasi.

Bab I Pedahuluan berisi beberapa sub bab, yaitu: Latar Belakang Penelitian;

Fokus Penelitian; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Manfaat

Penelitian; serta Struktur Organisasi Tesis.

Bab II Kajian Pustaka, terdiri dari sub bab: Sistem Penjaminan Mutu

Pen-didikan; Sumber Daya Manusia; serta Budaya Kerja.

Bab III Metode Penelitian terbagi menjadi sub bab: Desain Penelitian; Lokasi

Penelitian; Jenis Data Penelitian; Sumber Data Penelitian; Teknik

Pengumpulan Data; Teknik Analisis Data; dan Keabsahan Data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri dari sub bab: Hasil Penelitian;

dan Pembahasan.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, terbagi menjadi sub bab: Kesimpulan;

(32)

86

Hadi Supriyatno, 2013

Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan ini dipilih

berdasarkan pada tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan dan menganalisis

proses pengembangan sumber daya manusia di LPMP Provinsi Kalimantan Timur

terkait dengan refungsionalisasi LPMP dan peningkatan perannya dalam

pelaksanaan SPMP. Sebuah proses merupakan sebuah penggambaran

tahapan-tahapan sehingga data-data yang didapat akan sulit untuk dikuantifikasi. Untuk

mengeksplorasi fenomena-fenomena yang sulit dikuantifikasi ini maka

pendekatan kualitatif lebih banyak digunakan. Sebagaimana dinyatakan Satori dan

Komariah (2011: 23) bahwa:

Penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplorasi fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasi yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik suatu artifak, dan lain sebagainya.

Penelitian dilakukan melalui pengamatan secara intensif dalam situasi

yang wajar pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur. Pendekatan semacam ini

selanjutnya disebut dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif

merupakan suatu paradigma penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa, perilaku

orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan dalam bentuk

narasi. Oleh karena itu, untuk mengungkapkan substansi penelitian kualitatif

diperlukan pengamatan secara mendalam dengan latar yang alami, dan data yang

diungkap bukan berupa angka-angka tetapi berupa kata-kata, kalimat, paragraf,

dan dokumen. Dengan pendekatan kualitatif dapat ditemukan data yang bersifat

proses kerja, perkembangan suatu kegiatan, deskripsi yang luas dan mendalam,

(33)

Hadi Supriyatno, 2013

Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)

sekelompok orang dalam lingkungan kerjanya, dalam penelitian ini lingkungan

kerjanya adalah LPMP Provinsi Kalimantan Timur. Peneliti di sini pada

hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan kerjanya, berinteraksi

dengan mereka, berusaha memahami tafsiran mereka tentang lingkungan

kerjanya. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati

secara mendalam aktifitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat

(place) itu. Dalam penelitian ini peneliti merupakan instrumen penelitian yang

akan berinteraksi secara langsung dengan responden penelitian. Tujuan penelitian

kualitatif adalah memahami situasi, peristiwa, kelompok, atau interaksi sosial

tertentu.

Ada beberapa karakteristik penelitian kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982:

33-37; Creswell, 2010: 261-263; Satori dan Komariah, 2011: 27-32), yaitu:

a. Mempunyai latar alami (natural setting); peneliti mengumpulkan data lapangan

di lokasi dimana para informan beraktifitas berkaitan dengan masalah yang

diteliti, dalam konteks penelitian ini peneliti mengumpulkan data secara

langsung pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur, berinteraksi langsung

dengan informan dalam aktifitas mereka.

b. Peneliti sebagai instrumen kunci; peneliti mengumpulkan sendiri data melalui

dokumentasi, observasi, wawancara dengan para informan. Diri penelitilah

yang sebenarnya menjadi satu-satunya instrumen dalam mengumpulkan

informasi.

c. Bersifat deskriptif; data yang dikumpulkan berbentuk kata atau gambar

daripada angka. Narasi yang dihasilkan menggambarkan apa, mengapa dan

bagaimana suatu fenomena terjadi.

d. Analisis data induktif; peneliti membangun pola-pola, ketegori-kategori, dan

tema-temanya dari bawah ke atas (induktif). Peneliti menemukan data atau

fakta-fakta secara khusus atau bagian-bagian yang setelah dianalisis

menghasilkan suatu kesimpulan. Jadi berpikir dari yang khusus untuk menuju

(34)

Hadi Supriyatno, 2013

Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)

e. Makna dari para informan; peneliti lebih fokus pada usaha mempelajari makna

yang disampaikan informan, jadi makna dalam perspektif informan.

f. Rancangan yang berkembang; proses penelitian akan berkembang dinamis

dimana rencana awal penelitian tidak bisa secara ketat dipenuhi.

g. Menjadikan fokus studi sebagai batasan penelitian; peneliti membatasi

kajiannya dengan menetapkan fokus studi sebagai batas penelitian sehingga

tidak menimbulkan kesulitan dalam memverifikasi, mereduksi, dan

menganalisis data.

h. Menggunakan kriteria khusus untuk ukuran keabsahan data.

Penelitian ini menggunakan data empiris, dimana data yang didapatkan

merupakan hasil pengamatan di lapangan. Peneliti tidak memanipulasi atau

mengendalikan keadaan, dalam hal ini lebih banyak memanfaatkan sumber bukti.

Adapun strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

strategi penelitian studi kasus pada lingkup LPMP Provinsi Kalimantan Timur.

Menurut Stake (1995) sebagaimana dikutip oleh Creswell (2010: 20) bahwa studi

kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki

secara cermat suatu program, peristiwa, aktifitas, proses, atau sekelompok

individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktifitas. Peneliti memiliki

kepentingan intrinsik pada suatu kasus, terfokus pada kasus dan konteks, dalam

hal ini kasus yang terjadi pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur berkaitan

dengan pengembangan SDM dan dampaknya pada budaya kerja dalam organinasi

dalam kerangka refungsionalisasi dan peningkatan peran LPMP dalam SPMP.

Tujuan dari studi kasus bukanlah untuk mewakili dunia, namun untuk mewakili

suatu kasus (Denzin dan Lincoln, 2009: 313). Jadi menurut Denzin dan Lincoln

bahwa penekanan studi kasus adalah memaksimalkan pemahaman tentang kasus

yang dipelajari dan bukan untuk mendapatkan generalisasi. Dimana manfaat dan

kegunaan studi kasus bagi para praktisi dan pembuat kebijakan terletak pada

(35)

Hadi Supriyatno, 2013

Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)

Dari tiga tipe studi kasus (Yin, 2011: 1), yaitu: (1) Ekplanatoris; (2)

Ekploratoris; dan (3) Deskriptif, maka tipe studi kasus penelitian ini adalah studi

kasus deskriptif analitis (how). Studi kasus eksploratori bertujuan untuk

merumuskan pertanyaan atau hipotesis dari suatu penelitian (yang belum tentu

menggunakan studi kasus) atau menetapkan kelayakan dari suatu prosedur

penelitian yang diinginkan, cara pengumpulan data, bahkan strategi analisis data.

Apabila hal-hal tersebut telah ditetapkan, maka studi kasus eksploratori pun

berakhir. Studi kasus deskriptif menyajikan deskripsi lengkap suatu fenomena

yang diamati dalam konteks yang nyata. Sedangkan studi kasus eksplanatori

berusaha membuktikan suatu hubungan sebab akibat, dengan memberikan

penjelasan terhadap fenomena yang diamati.

3.2 Lokasi Penelitian

Peneliti mengambil lokasi tempat penelitian ini di Lembaga Penjaminan

Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Kalimantan Timur, Jl. Cipto

Mangunkusumo Km 2, Kota Samarinda. Lokasi penelitian ditetapkan dengan

pertimbangan mampu menjawab masalah penelitian, dalam hal ini

refungsionalisasi LPMP dan peningkatan peran LPMP dalam pelaksanaan SPMP

di daerah yang difokuskan pada pengembangan sumber daya manusia yang ada di

dalamnya. Perubahan dari BPG menjadi LPMP serta peningkatan peran LPMP

dalam pelaksanaan SPMP di daerah membutuhkan sumber daya manusia yang

memiliki kompetensi dan keterampilan dalam bidang penjaminan mutu.

Berdasarkan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) LPMP Provinsi Kalimantan Timur

per 1 Maret 2012 lalu, sampai saat ini Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di

LPMP Provinsi Kalimantan Timur mencapai 86 orang, yang terdiri atas 66 orang

tenaga struktural dan 20 orang widyaiswara. Tantangan yang dihadapi oleh LPMP

Provinsi Kalimantan Timur cukup besar mengingat terbatasnya sumber daya dan

(36)

Hadi Supriyatno, 2013

Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)

1. Satuan pendidikan, dalam hal ini sekolah/madrasah pada jalur pendidikan

formal, dan kelompok belajar pada jalur pendidikan non formal yang

memerlukan fasilitasi mutu pendidikan menuju standar nasional pendidikan di

Provinsi Kalimantan Timur berjumlah 5.364 Sekolah;

2. Pendidik yang perlu memperoleh layanan fasilitasi peningkatan kompetensi

dan profesionalisme sesuai dengan kebutuhan yang ada berjumlah 60.689 guru;

3. Tenaga kependidikan (laboran, pustakawan, tenaga administrasi sekolah) yang

memerlukan fasilitasi peningkatan kompetensi dan profesionalisme sebanyak

9.667 orang;

4. Kepala sekolah dan pengawas yang memerlukan fasilitasi peningkatan

kompetensi dan profesionalisme sebanyak 3.793 orang kepala sekolah dan 643

orang pengawas;

5. Peserta didik yang memerlukan pembelajaran yang bermutu sesuai dengan

standar nasional pendidikan berjumlah 833.956 siswa;

6. Forum Kelompok Kerja Guru/Musyawarah Kerja Guru Mata Pelajaran (152

KKG/128 MGMP), Kelompok Kerja Kepala Sekolah/Musyawarah Kerja

Kepala Sekolah (33 KKKS/9 MKKS), dan Kelompok Kerja Pengawas

Sekolah/Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (20 KKPS/9 MKPS);

7. Kabupaten/kota yang memerlukan layanan penjaminan mutu pendidikan di

Provinsi Kalimantan Timur berjumlah 14 Kabupaten/Kota;

8. Kondisi wilayah Provinsi Kalimantan Timur yang luas wilayahnya 245.237,80

km2 atau sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura, atau 11% dari total

wilayah Indonesia yang merupakan daerah yang luas dan sulit terjangkau;

9. Stakeholders terkait di daerah masih belum memahami tupoksi LPMP sebagai

Unit Pelaksana Teknis pusat di daerah dalam pelaksanaan penjaminan mutu

pendidikan sehingga diperlukan sosialisasi keberadaan LPMP, selain itu juga

adanya instansi formal maupun non formal yang dapat berperan sebagai

lembaga yang dapat melaksanakan sebagian program kegiatan yang sama

(37)

Hadi Supriyatno, 2013

Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)

10. Dalam mendukung visi dan misi lembaga yang baru ke depan, maka

kemitraan dengan berbagai stakeholders yang terkait dengan tupoksi yang

baru menjadi sangat strategis dalam pencapaian sasaran program dan kegiatan

lembaga. Kerjasama dalam bentuk kemitraan dengan pemerintah

kabupaten/kota selama ini masih belum optimal sehingga keselarasan

program dan kegiatan kelembagaan dengan stakeholders tersebut belum

sesuai target dan sasaran yang optimal;

11. Masih ada stakeholders yang kurang mempercayai kemampuan SDM yang

ada di LPMP Provinsi Kalimantan Timur.

3.3 Jenis Data Penelitian

Ada beberapa jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, dimana

data-data ini diperoleh dari informan baik lisan maupun data-data dokumen yang tertulis,

perilaku subyek yang diamati di lapangan. Secara garis besar dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat,

dialami peneliti dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data

penelitian di lapangan (Satori dan Komariah, 2011: 176). Dalam konteks

penelitian ini peneliti membuat catatan lapangan yang bersumber dari

wawancara yang dilakukan terhadap informan yaitu Kepala/Pimpinan

Lembaga, Kepala Seksi, Widyaiswara, Bagian Perencanaan, Bagian

Kepegawaian, dan beberapa Staf. Selain itu juga catatan lapangan dibuat dari

hasil observasi di LPMP Provinsi Kalimantan Timur terhadap pelaksanaan

tugas dan fungsi pada seksi-seksi yang ada, pelaksanaan internal capacity

building. Peneliti juga membuat catatan lapangan dari studi dokumentasi di

lapangan. Catatan lapangan merupakan bentuk lengkap catatan dari lapangan

hasil wawancara, observasi atau pengamatan, dan studi dokumentasi, serta

(38)

Hadi Supriyatno, 2013

Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)

2. Dokumentasi

Dokumen merupakan sumber informasi yang bukan manusia (non human

resources), berbentuk sesuatu yang tertulis atau dicetak. Peneliti

mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian, dalam

hal ini berupa dokumen resmi kantor seperti dokumen renstra, dokumen

program kerja/kegiatan, undang-undang, peraturan-peraturan, laporan-laporan

kegiatan, lembaran internal/surat, file pegawai, data statistik yang ada pada

LPMP Provinsi Kalimantan Timur yang terkait dengan pengembangan sumber

daya manusia, dan peran LPMP serta kegiatan LPMP dalam penjaminan mutu

pendidikan di daerah.

3. Foto

Foto dapat dijadikan bahan pelengkap penelitian karena foto dapat

menggambarkan situasi sebenarnya. Banyak hal yang dapat diperoleh dari foto

jika dipahami secara cermat dan mendalam. Foto-foto disini berupa foto-foto

kegiatan atau aktifitas yang berlangsung dan terjadi di LPMP Provinsi

Kalimantan Timur seperti pelaksanaan internal capacity building, forum

pembelajaran klaster, dan lain-lain.

3.4 Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana suatu data

diperoleh. Ada dua jenis sumber data dalam penelitian, yaitu manusia (human)

dan bukan manusia (non human).

Manusia merupakan informan penelitian yang penting dalam penelitian

kualitatif. Pada penelitian ini pelaku utama sumber data manusia adalah: Kepala

Lembaga, Kepala Seksi, Bagian Perencanaan, Bagian Kepegawaian, dan Staf.

Sedangkan sumber data non manusia yaitu berupa dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan renstra, program kerja, undang-undang, peraturan-peraturan,

laporan-laporan kegiatan, lembaran internal/surat, file pegawai, data statistik pada

Gambar

Tabel 1.1  Kategori Kinerja Lembaga Berdasar ED-PTF  ........................................
Gambar  2.1   Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) di Indonesia ....................
Tabel 1.1 Kategori Kinerja Lembaga Berdasar ED-PTF
Gambar 3.1 Teknik Pengumpulan Data
+3

Referensi

Dokumen terkait

1) Gambaran efektivitas pelaksanaan program pemberdayaan sumber daya manusia ditunjukkan oleh hasil penelitian bahwa pada indikator mendidik karyawan memperoleh skor jawaban

Kata Kunci : Implementasi, Penjaminan Mutu, Pengembangan Sumber Daya Manusia Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan penjaminan mutu dalam pengembangan mutu sumber daya manusia

Rencana Kerja Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2020 ini merupakan pelaksanaan tahun keempat dari periode RPJMD

Berdasarkan latar belakang itu, maka bisa muncul permasalahan tentang bagaimana implementasi manajemen keragaman dalam praktik Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis pengaruh praktek manajemen sumber daya manusia (perencanaan karir, penilaian prestasi, penempatan kerja

bahwa Keputusan Kepala Badan Pemgembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Jawa Timur Nomor : 188.4/1253/205.1/2021 tentang Pedoman dan Tata Tertib bagi peserta Pelatihan

Dengan memanfaatkan sistem informasi berbasis komputer, memungkinkan bagi Universitas X untuk menjalankan penjaminan mutu sumber daya manusia secara konsisten dan

Dalam konteks perguruan tinggi agama Katolik, pengembangan sumber daya manusia dapat dipandang sebagai upaya berkesinambungan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam