• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Perbandingan Antara Pola Attachment Saat Bersama Ibu dan Suami pada Istri Korban KDRT di Lembaga "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Perbandingan Antara Pola Attachment Saat Bersama Ibu dan Suami pada Istri Korban KDRT di Lembaga "X" Bandung."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

vii

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan pola attachment saat bersama ibu dan saat bersama suami pada istri yang mengalami KDRT di lembaga “X” kota Bandung. Penelitian dilakukan kepada 35 orang istri berusia 18-40 tahun dan sedang dalam ikatan pernikahan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode perbandingan. Teknik penarikan sampel menggunakan accidental sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Experiences in Close Relationships Revised (ECR-R) dari Fraley, Waller, dan Brennan (2000). Terdapat 29 item valid untuk alat ukur ECR-R saat bersama ibu dan 31 item valid saat bersama suami dengan validitas item berkisar antara 0,348–0,845. Reliabilitas alat ukur berkisar 0,739-0,901 saat bersama ibu dan saat bersama suami. Data yang diperoleh diolah menggunakan uji McNemar dengan program SPSS 20.0.

Berdasarkan pengolahan data didapatkan nilai signifikansi = 0,02 dengan p < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara pola attachment saat bersama ibu dan saat bersama suami pada istri yang mengalami KDRT di lembaga “X” kota Bandung. Terdapat kecenderungan keterkaitan antara faktor-faktor yang memengaruhi pola attachment orang dewasa dengan pola attachment saat bersama pasangan, yaitu faktor situasi dan perubahan serta kepribadian.

(2)

viii

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

The research was conducted to see the differences in attachment pattern when with her mother and her husband toward wife who get an experience of household violence in institutions

“x” of the city of Bandung. Sample of 35 people in aged 18-40 years and being in marriage.

The method used in this research is comparative method. Accidental sampling technique was used. Measuring instrument used is modification of Experience in Close Relationships Revised (ECR-R) from Fraley, Waller, and Brennan (2000). Based on validity testing obtained 29 valid items for measuring instrument of ECR-R when she with her mother and 31 validity items when she with her husband with validity items ranged from 0.348-0.845. Measuring instrument of reliability ranged from 0.739-0.901 0.848 when she with her mother and when with her husband. The data obtained were processed in SPSS 20.0 with McNemar test.

Based on the processing of data obtained significant value = 0.02 and p <0.05, which means there are significant differences between the patterns of attachment with she with her mother and her husband who experience household violence in institutions "X" of the city of

Bandung. There’re relation between factors that influence wife’s attachment pattern with

attachment pattern to husband which is situational factors and personality factors’s.

(3)

ix

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR ORISINALITAS LAPORAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iii

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 9

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1.Maksud Penelitian ... 9

1.3.2.Tujuan Penelitian ... 9

1.4.Kegunaan Penelitian ... 9

(4)

x

Universitas Kristen Maranatha

1.4.2.Kegunaan Praktis ... 10

1.5.Kerangka Pemikiran ... 11

1.6.Asumsi ... 20

1.7.Hipotesis ... 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Attachment ... 22

2.1.1. Definisi Attachment ... 22

2.1.2. Attachment Masa Kanak – Kanak ... 23

2.1.2.1. Proses Perkembangan Attachment ... 23

2.1.2.2. Ikatan Bayi pada Ibu ... 26

2.1.3. Adult Attachment ... 27

2.1.4. Pola Attachment Dewasa ... 29

2.1.5. Dimensi Attachment ... 31

2.1.6. Stabilitas Attachment ... 32

2.1.7. Faktor yang Memengaruhi Adult Attachment ... 38

2.2. Tahap Perkembangan Dewasa Awal ... 39

2.2.1. Karakteristik Masa Dewasa Awal ... 39

2.2.2. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal ... 40

2.2.3. Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Dewasa Awal ... 40

2.3.Kekerasan Dalam Rumah Tangga ... 42

2.3.1.Definisi KDRT ... 42

(5)

xi

Universitas Kristen Maranatha

2.3.3.Dampak Terjadinya KDRT ... 43

2.4.Pernikahan ... 44

2.5.Keluarga ... 44

2.5.1.Definisi Keluarga ... 44

2.5.2.Fungsi Keluarga ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 46

3.2.Bagan Rancangan Penelitian ... 47

3.3.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 47

3.3.1.Variabel Penelitian ... 47

3.3.2.Definisi Konseptual ... 48

3.3.3.Definisi Operasional ... 49

3.4. Alat Ukur ... 51

3.4.1.Alat Ukur Attachment ... 52

3.4.2.Prosedur Pengisian ... 53

3.4.3.Sistem Penilaian ... 53

3.4.4.Data Pribadi dan Data Penunjang ... 55

3.4.5.Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 55

3.4.5.1.Validitas Alat Ukur ... 55

3.4.5.2.Reliabilitas Alat Ukur ... 56

3.5.Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 57

(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha

3.5.2.Karakteristik Sampel Populasi ... 57

3.5.3.Teknik Penarikan Sampel ... 57

3.6.Teknik Analisis Data ... 58

3.7.Hipotesis Statistik ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Sampel Penelitian ... 60

4.1.1. Berdasarkan Usia ... 60

4.1.2. Berdasarkan Lama Menikah ... 61

4.1.3. Berdasarkan Lama Mengalami KDRT ... 61

4.1.4. Berdasarkan Jumlah Anak ... 62

4.2.Hasil Penelitian ... 62

4.2.1. Gambaran Pola Attachment ... 62

4.2.2. Gambaran Perbedaan Pola Attachment Istri yang Mengalami KDRT saat Bersama Ibu dan Suami ... 62

4.2.3. Perbandingan Pola Attachment Saat Bersama Ibu dan Suami ... 64

4.2.4. Tabulasi Silang antara Kepribadian dengan Pola Attachment ... 65

4.3.Pembahasan ... 66

4.4.Diskusi ... 80

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 81

(7)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

5.2.1. Saran Teoritis ... 82

5.2.2. Saran Praktis ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

DAFTAR RUJUKAN ... 86

(8)

xiv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Jumlah Korban KDRT Tahun 2008 – 2014 ... 3

Tabel 3.1. Rancangan Kuesioner 1 ... 52

Tabel 3.2. Rancangan Kuesioner 2 ... 53

Tabel 3.3. Bobot Penilaian ... 54

Tabel 3.4. Kriteria Validitas... 56

Tabel 3.5. Kriteria Reliabilitas ... 56

Tabel 4.1. Gambaran Sampel Penelitian Berdasarkan Usia ... 60

Tabel 4.2. Gambaran Sampel Penelitian Berdasarkan Lama Menikah ... 61

Tabel 4.3. Gambaran Sampel Penelitian Berdasarkan Lama KDRT ... 61

Tabel 4.4. Gambaran Sampel Penelitian Berdasarkan Lama KDRT ... 62

Tabel 4.5. Gambaran Pola Attachment Saat Bersama Ibu ... 62

Tabel 4.6. Gambaran Pola Attachment Saat Bersama Suami ... 63

Tabel 4.7. Gambaran Perbedaan Pola Attachment Istri Saat Bersama Ibu dan Suami ... 63

Tabel 4.8. Hasil Uji Statistik McNemar... 64

(9)

xv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

(10)

xvi

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

(11)

xvii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

(12)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari individu melakukan interaksi. Interaksi antara satu manusia dengan manusia lain disebut interaksi sosial. Dengan adanya interaksi terus menerus maka memungkinkan adanya pola interaksi khusus yang berkembang terhadap individu lain yang di mulai dari persahabatan sampai bisa berubah menjadi hubungan romantis. Hubungan romantis tersebut akan membentuk ikatan emosional antara individu dengan pasangan romantis dewasanya.

Pada tahap dewasa awal, individu memiliki tugas perkembangan yang berbeda dari tahap perkembangan lainnya. Menurut Erikson (1968), tugas perkembangan individu dewasa adalah membentuk hubungan interpersonal yang intim dengan orang lain. Individu yang membentuk hubungan interpersonal dengan lawan jenisnya, umumnya akan membawa hubungan tersebut ke jenjang yang lebih serius. Saat seorang wanita sudah memutuskan untuk berkomitmen membentuk sebuah keluarga dengan pasangannya, maka wanita yang sudah menikah disebut sebagai seorang istri. Di dalam pernikahan dibutuhkan sebuah hubungan intim yang nyaman agar fungsi di dalam keluarga bisa di rasakan.

Wanita sebagai istri mengharapkan adanya rasa aman dan nyaman. Rasa aman dan nyaman yang di harapkan seorang istri di dalam sebuah pernikahan adalah suatu kondisi pernikahan yang ideal namun pada kenyataannya kasus seperti Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang menimpa istri adalah fenomena yang saat ini marak terjadi.

(13)

2

Universitas Kristen Maranatha seksual, psikologis, dan atau pelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan yang melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (UU KDRT Pasal 1).

Gambar 1.1 Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan (Sumber : Data Internal)

Bentuk kekerasan terhadap perempuan terbagi menjadi beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut mencakup kekerasan terhadap istri (KTI, 64%), kekerasan dalam pacaran (KDP, 21%), kekerasan terhadap anak perempuan (KTAP, 7%), kekerasan dari mantan suami (KMS,1%), kekerasan mantan pacar (KMP, 1%), dan kekerasan terhadap pekerja rumah tangga (PRT, 23 kasus) (Lembaga “X”). Berdasarkan jumlah kasus kekerasan yang terjadi menunjukkan bahwa kekerasan terhadap istri adalah jumlah kekerasan yang paling banyak terjadi.

(14)

3

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan gambar di atas, lima tahun terakhir jumlah perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia mengalami peningkatan.

Tabel 1.1 Jumlah Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga 2008 – 2014 (Sumber : Data Internal)

KTI: kekerasan terhadap istri, KTPr: kekerasan terhadap pria, KTA: kekerasan terhadap anak, KTS: kekerasan terhadap suami, KTP: kekerasan terhadap perempuan, KDP: kekerasan dalam pacaran, KDK : kekerasan dalam kelurga.

(15)

4

Universitas Kristen Maranatha Istri yang menjadi korban tindak kekerasan akan mengalami beberapa gangguan yang bersifat fisik dan psikis. Dampak fisik yang mungkin menyertai perilaku tindak kekerasan di antaranya cidera fisik, misalnya penyakit atau perlakuan di organ reproduksi, penyakit menular, kekurangan gizi kronis, sering merasa sakit kepala, mengalami kesulitan tidur, mengeluh nyeri yang tidak jelas penyebabnya, kesemutan dan nyeri perut. Sedangkan dampak psikologis yang di alami korban dapat bermanifestai ringan hingga berat, terjadi singkat atau kronik atau menahun, dapat terjadi langsung atau beberapa waktu kemudian, misalnya korban merasa rendah diri, cemas, penuh rasa takut, sedih putus asa, bersikap agresif tanpa penyebab yang jelas, menjadi lebih mudah marah atau tersinggung, banyak diam, merasa bersalah yang tidak jelas, dan linglung atau mudah lupa.

Ada 4 jenis kekerasan yang ditangani oleh Lembaga “X” yaitu, kekerasan fisik,

kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan kekerasan penelantaran rumah tangga. Beberapa korban ada yang mengalami kekerasan lebih dari satu jenis kekerasan. Hal tersebut mungkin saja akan memengaruhi kuliatas ikatan emosional istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga dengan suaminya. (Lembaga “X”)

Ikatan emosional yang kuat dengan orang lain disebut dengan istilah attachment. Bowlby (1979) berpendapat bahwa attachment itu berlangsung sepanjang kehidupan manusia dan pola attachment yang terbentuk pada masa infancy akan menjadi cerminan pola attachment yang individu miliki saat berhubungan dengan pasangan di masa dewasanya.

Bowlby (Mikulincer & Shaver, 2007) juga menyebutkan bahwa hubungan anak dengan orangtua khususnya ibu, di masa early childhood memiliki efek terhadap perkembangan kepribadian yang meresap dan berlangsung terus menerus sampai hubungan antar individu dewasa.

(16)

5

Universitas Kristen Maranatha emosional antara individu dengan pasangan romantis dewasanya. Teori tersebut di kenal dengan attachment dewasa atau yang biasa disebut dengan Adult Attachment. (Hazan dan Shaver,1987)

Hazan dan Shaver (1987) membagi pola attachment untuk melihat kecenderungan seseorang dalam membentuk ikatan emosional yang kuat dengan orang lain atau pasangannya pada individu dewasa berdasarkan teori Ainsworth (1978) menjadi dua pola yaitu, secure attachment (pola secure) dan insecure attachment. Pola attachment adalah pola harapan,

kebutuhan, emosi, dan perilaku sosial yang dihasilkan oleh sejarah tertentu dari pengalaman attachment, biasanya dimulai dalam hubungan dengan orang tua (Fraley & Shaver, 2000).

Individu dengan pola secure attachment akan mudah untuk dekat dan nyaman bergantung pada suaminya. Sementara individu dengan pola insecure attachment merasa tidak nyaman dekat dengan suaminya, mengalami kesulitan untuk memercayai suaminya, sulit untuk bergantung pada suaminya, dan khawatir bila suaminya tidak mencintai atau tidak mau bersama dirinya.

Pola attachment yang di miliki individu memengaruhi emosi dan perilaku seseorang ketika berinteraksi dengan suaminya termasuk ketika menghadapi masalah (Crowell dan Treboux, 1995). Jadi ketika seorang istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga menghayati situasi pernikahannya nyaman atau tidak nyaman akan, berhubungan dengan pola attachment yang di miliki oleh istri tersebut.

(17)

6

Universitas Kristen Maranatha secara terus menerus akan mengakibatkan kepala pusing hingga istri sulit untuk tidur, cemas suaminya tidak mencintai dirinya lagi, selalu merasa diri bersalah, atau merasa putus asa. Jika dilihat dari dari contoh tersebut kondisi pernikahan istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga merupakan kondisi pernikahan yang tidak ideal. Sebaliknya ada beberapa istri yang justru merasa khawatir ketika suaminya tidak berada dekat dengan dirinya, merasa takut suaminya memilih wanita lain sehingga istri merasa lebih nyaman suaminya ada dirumah dibandingakan suaminya tidak ada di rumah walaupun istri menerima beberapa bentuk kekerasan. (Lembaga “X”)

Attachment sebelum menikah merupakan kapasitas istri yang mengalami Kekerasan

Dalam Rumah Tangga untuk membuat ikatan emosional dengan orangtuanya terutama ibu. Attachment setelah menikah merupakan kapasitas istri yang mengalami Kekerasan Dalam

Rumah Tangga untuk membuat ikatan emosional dengan suaminya.

Berdasarkan fenomena Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Lembaga “X” tersebut, peneliti tertarik untuk memperjelas informasi yang peneliti dapatkan dari Lembaga “X” sehingga peneliti melakukan survey awal dengan tujuan ingin melihat pola attachment saat bersama ibu dan saat bersama suami yang di miliki oleh istri korban kekerasan di Lembaga

“X” kota Bandung.

(18)

7

Universitas Kristen Maranatha secure attachment dengan suaminya. Kemudian sebanyak 37,5% responden lainnya

menghayati nyaman saat bersama ibu yang menggambarkan pola secure attachment dengan ibunya, namun menghayati tidak nyaman saat bersama suami yang menggambarkan pola insecure attachment dengan suaminya. Sementara itu sebanyak 12,5% responden menghayati

nyaman saat bersama ibu yang menggambarkan pola secure attachment dengan ibu dan suaminya, lalu sebanyak 37,5% responden menghayati tidak nyaman saat bersama ibu dan saat bersama suami yang menggambarkan pola insecure attachment dengan ibu maupun suaminya. Hasil survey awal diatas menunjukkan variasi jawaban yang berbeda–beda.

Berbeda dengan pernyataan Bowlby, Hazan & Shaver (1994) berpendapat bahwa pola attachment yang terbentuk pada masa infancy tidak selamanya menetap di sepanjang

kehidupan manusia. Dalam internal working models of attachment, dapat terjadi fenomena stabilityplasticity, seperti halnya struktur kognitif secara umum dimana model kognitif manusia berusaha untuk tetap stabil tetapi juga harus dapat menjadi fleksibel agar tetap bisa beradaptasi dan berfungsi dengan baik.

(19)

8

Universitas Kristen Maranatha tinggal bersama suami sebagai figur signifikan baru atau istri tersebut mengalami perpisahan dengan ibu karena kematian.

Individu dengan pola insecure bisa berubah menjadi secure dengan formasi dari attachment yang secure dan stabil dengan suami, interaksi interpersonal yang positif,

pernikahan yang baik, menjadi orangtua, dan bertemu dengan suami yang sensitif dan suportif. Pola attachment yang sebelumnya insecure bisa menjadi secure melalui formasi dari attachment yang secure dan stabil dengan suami, misalnya istri bertemu dan diperlakukan

dengan baik dengan suami yang membuat istri merasa nyaman dengan situasi rumah tangga maka akan mengarahkan pola attachment ke pola secure. Interaksi interpersonal yang positif dengan suami misalnya istri mampu membentuk hubungan yang positif, bahagia, dan menyenangkan dengan suami maka akan mengarahkan pola attachment ke pola secure. Pernikahan yang baik sehingga istri merasa puas dengan pernikahannya. Menjadi orangtua misalnya dengan lahirnya anak dan menambah peran sebagai orangtua dalam kehidupannya dapat membuat istri merasa lebih bahagia sehingga nyaman dalam berhubungan dan berkomunikasi dengan suami yang mampu membuat pola attachment-nya menjadi lebih secure.

(20)

9

Universitas Kristen Maranatha 1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan pola attachment saat bersama ibu dan saat bersama suami pada istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga di lembaga “X” Kota Bandung.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memeroleh data dan gambaran mengenai pola attachment pada istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga di lembaga “X“ Kota Bandung saat bersama ibu dan suaminya.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara pola attachment terhadap ibu dan pola attachment terhadap suami serta faktor-faktor yang

memengaruhi adult attachment pada istri Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga di lembaga “X“ Kota Bandung

1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1Kegunaan Teoritis

(21)

10

Universitas Kristen Maranatha 2. Memberikan masukan dan informasi bagi peneliti lain yang berminat melakukan

penelitian lanjutan mengenai perbedaan pola attachment pada istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

1.4.2Kegunaan Praktis

1. Memberi informasi kepada istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga di

lembaga “X” kota Bandung mengenai pola attachment yang dimiliki. Dengan informasi tersebut diharapkan akan menjadi bahan evaluasi hubungan pernikahan mereka dan lebih mengenal karakter diri serta suami.

2. Memberi informasi kepada orangtua bahwa attachment pada masa kanak–kanak berhubungan dengan hubungan anak terhadap pasangannya. Dengan informasi tersebut diharapkan para orang tua mampu mengasuh anak dengan pola asuh yang baik agar anak–anak tersebut memiliki secure attachment.

3. Bagi para konselor di lembaga “X” kota Bandung

(22)

11

Universitas Kristen Maranatha 1.5 Kerangka Pikir

Menurut Hurlock (1999), tahap dewasa awal individu dimulai sekitar usia 18–40 tahun. Istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang berada di usia 18-40 memiliki tugas perkembangan membentuk hubungan interpersonal yang akrab dan stabil dengan orang lain. Jika istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga dapat membentuk hubungan interpersonal yang akrab dan stabil dengan individu lain, maka istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga mencapai intimasi, sebaliknya jika tidak istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga akan mengalamai isolation (Erikson, 1968).

Kemampuan seseorang dalam mencapai intimacy (keintiman) dipengaruhi oleh pola attachment yang dimilikinya (Feeney & Noller,1990). Pola attachment adalah pola harapan,

kebutuhan, emosi, dan perilaku sosial yang dihasilkan oleh sejarah tertentu dari pengalaman attachment, biasanya dimulai dalam hubungan dengan orang tua (Fraley & Shaver, 2000).

Bowbly (1969) mengungkapkan attachment adalah sebuah sistem yang telah dibawa sejak lahir di otak manusia yang berevolusi dengan cara-cara yang memengaruhi dan mengorganisasikan proses-proses motivasional, emosional, dan memori dengan hubungannya dengan figur signifikan. Attachment akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan attachment anak pada ibu atau figur lain pengganti ibu.

Menurut Bowlby (Shaver & Mikulincer, 2007), manusia dilahirkan dengan suatu innate psychobiological system atau yang biasa disebut the attachment behavioral system

yang memberi dorongan pada individu untuk menjalin relasi yang dekat dengan significant others. Significant others yang dimaksud adalah orang tua, saudara kandung, atau siapapun

(23)

12

Universitas Kristen Maranatha Pola Attachment terbentuk melalui dua dimensi menurut Fraley & Shaver (2000),yaitu dimensi avoidance dan dimensi anxiety. Dimensi avoidance attachment berhubungan dengan seberapa besar ketidaknyamanan istri korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga akan kedekatan dan ketergantungan dengan orang lain, keinginan untuk menjaga jarak secara emosional dengan orang lain, mengandalkan diri sendiri dan menggunakan strategi deactivating untuk menghadapi insecurity dan distress. Deactivation merupakan kegagalan

untuk bertindak mendekat. Istri korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang menggunakan strategi ini cenderung memperbesar jarak dengan orang lain, mengalami kegelisahan dengan kedekatan, berusaha menguatkan diri, self reliance, dan menekan pikiran-pikiran dan ingatan buruk.

Dimensi anxiety attachment berhubungan dengan seberapa kuat keinginan dari seorang istri korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga akan kedekatan dan mendapat perlindungan dari orang lain, kekhawatiran terus menerus mengenai keberadaan orang lain dan nilai diri istri korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga bagi orang lain, serta menggunakan strategi hyperactivating untuk mengahadapi insecurity dan distress. Hyperactivation yaitu usaha intens untuk memperoleh kedekatan dengan figur lekat dan

memastikan perhatian dan dukungan mereka. Istri korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang menggunakan strategi hyperactivation secara paksa mencari kedekatan dan perlindungan, menunjukkan hypersensitive jika ditolak atau diabaikan.

Untuk dapat melihat attachment yang dimiliki oleh seorang istri korban kekerasan dalam rumah tangga terhadap figur attachmentnya, Hazan dan Shaver (1987) membagi attachment pada individu berdasarkan teori Ainsworth (1978) menjadi dua pola, yaitu secure

attachment dan insecure attachment.

(24)

13

Universitas Kristen Maranatha rendah. Istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga merasa nyaman saat bersama ibu, tidak selalu bergantung dengan ibu, adanya perasaan ingin disukai oleh ibu dengan cara menunjukkan perasaan yang sesungguhnya kepada ibu, bercerita kepada ibu dan berdiskusi mengenai masalah yang dihadapi oleh istri, memandang ibu sebagai figure yang hangat, dan ibu merupakan sumber dukungan, hal tersebut merupakan gambaran pola secure attachment saat bersama ibu.

Sebaliknya pola insecure attachment akan terbentuk jika salah satu atau kedua dimensi menunjukkan skor yang tinggi. Istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga merasa tidak nyaman saat bersama dengan ibu tetapi terkadang tetap berusaha menjalin hubungan dengan ibu, tidak mampu terbuka akan masalah yang anaknya hadapi, tidak ingin bergantung dengan ibu, khawatir ibu tidak benar-benar mencintai anaknya, kurang nyaman ketika ibu ingin dekat, dan memiliki anggapan bahwa ibu tidak memberikan perhatian kepada anaknya, hal tersebut merupakan gambaran pola insecure attachment saat bersama ibu.

Saat seorang istri korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga tersebut beranjak dewasa, attachment itu tetap ada namun dapat juga terbentuk dengan figur attachment lain selain ibu.

(25)

14

Universitas Kristen Maranatha Hazan & Shaver (1994) berpendapat bahwa pola attachment yang terbentuk pada masa infancy tidak selamanya menetap di sepanjang kehidupan manusia. Dalam internal working models of attachment, dapat terjadi fenomena stability plasticity, seperti halnya struktur kognitif secara umum dimana model kognitif istri korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga berusaha untuk tetap stabil tetapi juga harus dapat menjadi fleksibel agar tetap bisa beradaptasi dan berfungsi dengan baik.

Menurut Mikulincer dan Shaver (2007), individu yang mengalami kejadian traumatic dengan pola secure dapat berubah menjadi insecure, melalui pengalaman penolakan, kritik, ejekan, dan perpisahan atau kehilangan figur signifikan. Individu yang mengalami kejadian traumatic dengan pola insecure juga bisa berubah menjadi secure dengan formasi dari

attachment yang secure dan stabil dengan suami, interaksi interpersonal yang positif,

pernikahan yang baik, menjadi orangtua, dan bertemu dengan figur signifikan yang sensitif dan suportif.

Didalam kehidupan berumah tangga tentu akan ada masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh pasangan suami istri. Masalah rumah tangga seperti kekerasan terhadap istri adalah kasus yang akhir – akhir ini banyak terjadi. Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang (terutama wanita) yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (UU KDRT Pasal 1).

(26)

15

Universitas Kristen Maranatha perlakuan kasar dari suaminya, istri tersebut tetap mampu menjalankan peran sebagai seorang ibu dalam keluarga, tetap menjalin komunikasi yang baik dengan suami, dan tetap terhadap suami walaupun suami tidak berada di dekatnya.

Lembaga “X” Kota Bandung adalah sebuah lembaga yang melayani orang – orang atau melayani korban Kekerasan Dalam rumah Tangga dalam bentuk konseling atau mediasi pendampingan ke pengadilan dan outreach. Lembaga ini membantu para istri yang menjadi tempat untuk mencurahkan segala keluh kesah mereka. Ada 4 jenis kekerasan yang ditangani

oleh Lembaga “X” yaitu, kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan kekerasan

penelantaran rumah tangga. Beberapa korban ada yang mengalami kekerasan lebih dari satu jenis kekerasan. Hal tersebut mungkin saja akan memengaruhi kuliatas ikatan emosional istri

yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga dengan suaminya. (Lembaga “X”) Dengan adanya kekerasan di dalam rumah tangga membuat istri menjadi tidak ingin intim dan secara langsung memunculkan situasi yang arousal bagi istri yang mengalami kekerasan tersebut. Pola attachment yang dimiliki oleh istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga tersebutlah yang pada masa dewasa akan membentuk bagaimana istri beradaptasi dengan lingkungannya.

Pola attachment yang sudah terbentuk pada anak saat bersama figur attachmentnya akan memengaruhi attachment anak terhadap pasangannya dimasa dewasa ketika sudah menikah atau memengaruhi cara istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga berhubungan dengan pasangannya. Shaver et al (1988) berpendapat bahwa hubungan antara pasangan romantis dewasa, sama seperti hubungan bayi dan caregiver-nya yang disebut attachment, dan hubungan individu dengan pasangannya adalah bagian dari sistem perilaku

attachment. Maka dari itu dapat digambarkan bahwa hubungan bayi dengan caregiver-nya,

(27)

16

Universitas Kristen Maranatha Istri korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga dengan pola secure attachment mudah untuk dekat dengan suami, nyaman bergantung dengan suami, istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga menunjukkan perasaan yang sesungguhnya dengan suami, berdiskusi mengenai permasalahan dengan suami, merasa disukai oleh suami, mencari keseimbangan antara kedekatan dan kemandirian dalam berelasi, dan merasa bahwa suami memiliki niat baik terhadap istri. Saat istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga berhadapan dengan situasi yang kurang menyenangkan istri dapat melakukan penyelesaian masalah, perencanaan, dan penilaian kognitif.

Istri korban kekerasan dalam rumah tangga dengan pola insecure attachment merasa tidak nyaman dekat dengan suami, sulit untuk percaya terhadap suami, sulit bergantung terhadap suami, khawatir bila suami tidak peduli, khawatir suami tidak sungguh-sungguh mencintainya, dan marah ketika istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga tersebut tidak mendapat dukungan serta kasih sayang dari suami.

Terjadi stabilitas yang kuat dalam pola attachment dari satu periode waktu ke periode waktu lain. Walaupun pada umumnya dapat dikatakan terdapat stabilitas attachment dari masa kecil ke masa–masa selanjutnya, hal ini bukan merupakan suatu kepastian. Ada kemungkinan pola attachment yang dibentuk istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga saat bersama ibu akan berbeda dengan pola attachment yang dibentuk istri saat bersama suami namun ada kemungkinan juga pola attachment yang dibentuk istri saat bersama ibu sama dengan pola attachment yang dibentuk istri saat bersama suami.

(28)

17

Universitas Kristen Maranatha

kekuatan, yaitu “homeothetic forces” yang menahan perubahan dalam pola attachment dari bayi hingga dewasa sehingga kecil kemungkinan untuk menyimpang dari pola awal dan

destabilizing forces” yang memungkinkan penyimpangan dari pola awal dan memberikan pengalaman yang kuat yang menuntut perubahan dan penyesuaian pola attachment. Jadi pola attachment berakar pada interaksi awal dengan pengasuh utama dan pengalaman attachment

berikutnya yang menantang validitas dari working model (Mikulincer & Shaver, 2007)

Menurut penelitian Hazan & Shaver (1994), pola attachment yang terbentuk pada masa kecil tidak selamanya menetap di sepanjang kehidupan. Davila, Karney, dan Bradbury (1999) menemukan tiga faktor yang dapat merubah pola attachment yaitu, situasi dan perubahan, perubahan dalam skema relasional, dan kepribadian.

Situasi dan perubahan yang terjadi pada seorang istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah istri yang mengalami perubahan dari situasi yang nyaman menjadi tidak nyaman atau tidak nyaman menjadi nyaman secara terus menerus dapat merubah pola attachment yang telah terbentuk sebelumnya. Saat seorang istri mendapatkan perlakuan yang kasar atau tidak menyenangkan dari suami maka hal tersebut dapat merubah pola attachmentnya. Kemudian ketika istri tersebut menjalin interaksi yang baik serta menerima dukungan dari keluarga atau orang lain di lingkungannya juga bisa merubah pola attachment yang dimiliki sebelumnya oleh istri korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

(29)

18

Universitas Kristen Maranatha mendukung dan mengarahkan individu dengan insecure attachment menjadi secure attachment.

Kemudian ada 3 faktor lain yang menimbulkan perubahan pola attachment pada istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga tersebut. Perubahan dalam skema relasional merupakan peristiwa kehilangan seorang figur signifikan seperti orangtua atau pengasuh dapat merubah pola attchment yang terbentuk sebelumnya karena belum tentu istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga tersebut mendapat figur signifikan yang sama seperti figur yang telah hilang. Pada umumnya setiap individu tidak mengharapakan adanya keterpisahan dengan orangtua atau pengasuhnya. Keterpisahan ini bisa terjadi karena orangtua atau pengasuhnya meninggal dunia atau bisa saja meninggalkan istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga dengan alasan tertentu. Contohnya ketika ibu mengalami perceraian yang harus berpisah dengan istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tannga. Keadaan yang biasanya ibu selalu ada setiap saat akan berkurang atau hilang dan suami sebagai figur signifikan yang baru belum tentu sama seperti figur signifikan yang sebelumnya. Hal tersebut dapat membuat pola attachment istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga berubah bisa ke arah secure atau sebaliknya ke arah insecure. Walaupun ibu dan suami merupakan individu yang berbeda namun dengan kualitas kasih sayang yang diberikan oleh kedua figur signifikan tersebut kepada istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga dapat membuat pola attachment istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga tetap secure.

(30)

19

Universitas Kristen Maranatha Five Personality terdapat 5 trait yaitu extraversion, conscientiousness, agreeableness, openess

to experience, dan neuroticism. Terdapat keterkaitan antara trait extraversion,

conscientiousness, agreeableness, openess to experience yang rendah dengan pola attachment

insecure dan ada keterkaitan antara trait extraversion, conscientiousness, agreeableness,

openess to experience yang tinggi dengan pola attachment secure (McCrae & Costa, 1989,

(31)

20

- Ketika istri membentuk rumah tangga, istri tersebut berupaya menjaga kedekatan dengan suaminya untuk menjaga dirinya tetap merasa aman dan nyaman dalam menjalani hubungan didalam ikatan pernikahan.

- Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang dialami istri dapat memengaruhi pola attachment istri dalam upayanya menjaga rasa aman dalam berhubungan dengan suami.

(32)

21

Universitas Kristen Maranatha - Pola attachment istri saat bersama ibu dapat menjadi dasar atau landasan dari pola

attachment saat bersama suami dengan situasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang

dilakukan suaminya, namun tidak menutup kemungkinan bahwa pola attachment tersebut mengalami ketidaksinambungan karena kondisi hubungan.

- Pola attachment yang dimiliki istri sejak kecil dapat mengalami perubahan karena adanya pengaruh situasi yang kurang menyenangkan, terdapat perubahan dalam skema relasional, dan kepribadian yang berbeda pada setiap istri.

1.7 Hipotesis

(33)

81

Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil interpretasi dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya beserta saran yang terarah sesuai dengan hasil penelitian.

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik suatu gambaran umum mengenai pola attachment saat bersama istri dan saat bersama suami pada istri yang mengalami

Kekerasan Dalam Rumah Tangga di lembaga “X” kota Bandung sebagai berikut :

1. Ada perbedaan antara pola attachment saat bersama ibu dan saat bersama suami artinya terdapat perubahan antara pola attachment saat bersama ibu dan saat bersama suami pada istri

yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga di lembaga “X” kota Bandung.

2. Terdapat peningkatan jumlah istri yang menghayati pola secure attachment saat bersama suami dalam situasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Peningkatan ini terjadi karena adanya keterkaitan antara pola attachment istri saat bersama suaminya dengan faktor-faktor yang memengaruhi, yaitu faktor situasi yang berhubungan dengan ketersediaan dukungan, sumber dukungan, dan bentuk dukungan dengan secure attachment.

(34)

82

Universitas Kristen Maranatha banyak istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga memiliki pola attachment insecure. Istri dengan trait extraversion, conscientiousness, agreeableness, openess to

experience yang tinggi cenderung lebih banyak istri yang mengalami Kekerasan Dalam

Rumah Tangga memiliki pola attachment secure. Istri dengan trait neuroticism yang rendah cenderung lebih banyak memiliki pola attachment insecure dan Istri dengan trait neuroticism yang tinggi cenderung lebih banyak memiliki pola attachment secure.

5.2. Saran

5.2.1. Saran Teoritis

- Dapat dijadikan masukan kepada para peneliti yang ingin meneliti perbandingan pola attachment saat bersama ibu dan saat bersama suami pada istri yang mengalami Kekerasan

Dalam Rumah Tangga serta sebagai bahan pertimbangan untuk meneliti keterkaitan pola attachment dengan faktor-faktor yang memengaruhi pola attachment khususnya dengan faktor

situasi dan perubahan, serta faktor kepribadian.

5.2.2. Saran Praktis

- Lembaga “X” kota Bandung dapat menggunakan informasi mengenai gambaran pola attachment yang dimiliki oleh istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga secara

(35)

83

Universitas Kristen Maranatha - Istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga dapat menggunakan informasi mengenai gambaran pola attachment yang dimilikinya untuk memertahankan apabila pola attachment yang yang dimiliki istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga tergolong

pola secure atau mengembangkan pola attachment kearah yang lebih secure dengan cara mendekatkan diri dengan suami, berdiskusi dengan suami mengenai masalah yang dihadapi, terbuka terhadap suami, dan bersikap hangat serta jujur pada suami.

- Sebagai orangtua atau istri, istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga diharapkan mampu menciptakan suasana attachment yang secure dirumah dengan bersikap lebih hangat kepada suami dan anak serta lebih mendekatkan diri pada suami dan anak.

- Bagi konselor yang ada di Lembaga “X”, dalam proses konseling perlu mengingat bahwa sebagai sebuah keluarga artinya suami dan istri adalah suatu sistem yang saling berkaitan dan mendukung maka dari itu dalam hal ini konselor bisa menangani masalah dari kedua belah pihak.

(36)

STUDI PERBANDINGAN ANTARA POLA ATTACHMENT

SAAT BERSAMA IBU DAN SUAMI PADA ISTRI KORBAN

KDRT DI LEMBAGA “X” KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Sidang Sarjana pada Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh:

MIKE YUNI MARGARETHA SITOHANG

NRP : 1230192

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(37)
(38)
(39)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya lah sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi di semester VIII Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Studi Perbandingan Antara Pola Attachment Saat Bersama Ibu dan

Suami pada Istri Korban KDRT di Lembaga “X” Bandung”. Peneliti juga

menyadari bahwa dalam tugas akhir yang telah disusun ini masih memiliki kekurangan, oleh karena itu besar harapan peneliti agar pembaca memberikan kritik dan saran yang dapat membangun demi perbaikan tugas akhir ini.

Dalam proses penyusunan tugas akhir ini, peneliti banyak menerima bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Irene P. Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

(40)

v

3. Heliany Kiswantomo, M. Si., Psikolog selaku dosen pembimbing pendamping yang telah menyediakan waktu dan perhatiannya dalam membimbing peneliti hingga akhirnya dapat menyelesaikan penelitian ini. 4. Dra. Kuswardhini, Psikolog dan Cindy Maria. M.Psi, Psikolog selaku

dosen pembahas pada seminar usulan penelitian yang telah memberikan arahan dan masukan pada penelitian ini.

5. Dra. Hj. Lenny Herlina, M.Si selaku Kepala Lembaga “X” Bandung yang telah bersedia memberi informasi mengenai sampel yang peneliti gunakan. 6. Sri Rahayu St, SST Keb.,Ssos selaku konselor di Lembaga “X” Bandung yang telah membantu saya dalam mengumpulkan informasi dari 5 responden yang diwawancarai peneliti pada saat survey awal.

7. 35 responden yang terdata di Lembaga “X” Bandung dan bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner peneliti.

8. Papa, Mama, adikku Dominggus dan Klara. Terima kasih untuk doa dan dukungan yang selalu diberikan selama proses studi selama ini. I Love You so much.

9. William Ardian Siregar yang telah menjadi teman berbagi suka dan duka dalam keseharian maupun selama perkuliahan.

(41)

vi

11.Para sahabatku, Kak Noprika, Dewi, Bang Derik, dan semua yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas doa, dukungan dan semangat yang diberikan.

12.Seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha dan pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan, saran, dan dukungan kepada peneliti.

Akhir kata penulis berharap bahwa penelitian ini dapat berguna bagi seluruh pembaca dan pihak-pihak yang terlibat.

(42)

84

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth, M., Blehar, M., Waters, E., & Wall, S. (1978). Patterns of Attachment: Assesed in the Strange Situation and at Home. Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Bowlby, J. (1990). A Secure Base: Parent Child Attachment and Healthy Human Development. London: The Hogarth Press.

Davila, J. Karney, B.R., and Bradbury, T.N. (1999). Attachment change processes in early years of marriage. Journal of Personality and Social Psychology. Vol.76: 783-802.

Duvall, E & Miller, C. M. (1977). Marriage and Family Development 5th ed. Philadelpia. J.B Lippincott Company.

Erikson, Erik H. (1989). Identitas dan Siklus Hidup Manusia. Bunga Rampai 1.Penerjemah: Agus Cremers. Jakarta: PT Gramedia.

Feeney, J.A. & Noller, P., (1990). Attachment style as a predictor of adult romanctic

relationship. Journal of Personality and Social Psychology. 58 (281-291). The American Psycologycal Association.

Fraley, R.C., & Shaver, P.R. (2000). Adult romantic attachment: theoretical developments, emerging controversies, and unanswered question. Review of General Psychology, 4, 132-154.

Fraley, R.C., & Shaver, P.R. (2002). Adult romantic attachment: theoretical developments, emerging controversies, and unanswered question. Review of General Psychology, 4, 132-154.

Hazan, C. & Shaver, P. (1987). Romantic Love Conceptualized as an Attachment Process. New York: The Guilford Press.

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Kaplan, R. M. & Saccuzzo, D. P. (2005). Psychological Testing Principles, Application, and Issues Sixth Edition. California: Brooks/Cole Publishing Compay.

Kirkpatrick, Lee A. (2005). Attachment, Evolution, and The Psychology of Religion. New York: The Guilford Press.

Kumar, R. (1999). Research Methodology: A Step-by-Step Guide for Beginners. New Delhi: Sage Publications

Mikulincer, M. & Shaver. (2007). Attachment in Adulthood. New York: The Guilford Press. Noftle, E. E. & Shaver, P. R. (2005). Attcachment dimensions and the big five personality

traits: Association and Comparative ability to predict relationship quality. Journal of Research in Personality, 40, 179-2008

(43)

85

Universitas Kristen Maranatha Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana. (2009). Edisi Revisi III. Bandung : Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha.

Rika Saraswati, (2006). Perempuan dan Penyelesaian Kekerasan dalam Rumah Tangga. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Santrock, John W. (2004). Life Span Development. Jilid 2. Alih Bahasa: Juda Damanik. Jakarta: Erlangga

Sugiyono, Dr. (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.

Undang – Undang RI No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT)

(44)

86

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Margaretha, Nessia Ragil Trifani. Pengaruh Gaya Kelekatan Romantis Dewasa Adult Romantic Attachment Style ) terhadap Kecenderungan untuk Melakukan Kekerasan dalam Pacaran. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial Volume 1 No 02 Juni 2012. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. http://journal.unair.ac.id/ filerPDF /110810022_4v.pdf. Diakses pada tanggal 18 April 2015 19:05:00 GMT. Lee, Erin J. The Attachment System Throughout the Life Course: Review and

Criticisms of attachment Theory. http://www.personalityresearch.org/papers/lee.html. Diakses pada tanggal 29 Mei 2015 19:56:00 GMT.

Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi. Juli 2015. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen maranatha

Dauvergne & Jhonson. (2001). Trauma Kekerasan Masa Kanak dan Kekerasan dalam Relasi Intim. Diunduh dari

Gambar

Gambar 1.2.  Jumlah Kekerasa Terhadap Perempuan Tahun 2004 – 2014  ......................
Gambar 1.1 Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan (Sumber : Data Internal)
Tabel 1.1 Jumlah Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga 2008 – 2014 (Sumber : Data Internal)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa tentang perilaku ibu dalam memilih tenaga penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Tembilahan

GGャ⦅セvji

(1) Seksi Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d angka 3 mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa instrumen yang berjumlah 24 butir pernyataan inilah yang akan digunakan sebagai instrumen final untuk mengukur variabel

Dari gambar diatas akan dideskripsikan penilaian performance dari hasil jawaban mahasiswa C (lihat gambar 8 subyek C) deskripsi penilaian dari jawaban yang

[r]

Analisa Perfomansi Alat Penukar Kalor Tiga Saluran Satu Laluan Dengan Aliran Yang Terbagi Dalam Konfigurasi Aliran Berlawanan Arah dan

Sedangkan sisanya sebanyak 19 orang menjawab salah (kurang tepat). Pada soal nomor 2 siswa banyak melakukan kesalahan dalam menyelesaikan model matematika. Dalam