v
Universitas Kristen Maranatha Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai dimensi-dimensi Psychological Well-Being pada mantan pecandu di Rumah Cemara Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan teknik survey. Penarikan sampel menggunakan teknik purposive sampling, dengan jumlah sampel 30 orang.
Alat ukur yang digunakan merupakan terjemahan dari Scale of Psychological Well-Being (SPWB) dari Carol Ryff (1989) dan terdiri atas 84 item. Berdasarkan hasil uji validitas item dengan SPSS Statistic 20.0 melalui uji Rank Spearman, maka diperoleh 60 item yang valid dengan validitas item berkisar 0,330-0,762. Reliabitas alat ukur diukur dengan Alpha Cronbach menggunakan SPSS Statistic 20.0 dan diperoleh reliabilitas sebesar 0,946 yang artinya alat ukur ini memiliki reliabilitas yang tergolong tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa mantan pecandu di Rumah Cemara Bandung, 50% menunjukkan derajat PWB yang tinggi dan 50% menunjukkan derajat PWB yang rendah. Derajat dimensi yang tinggi akan diikuti peningkatan pada derajat PWB. Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara dukungan sosial, ciri khas budaya terhadap derajat dimensi PWB.
vi
Universitas Kristen Maranatha Abstract
This Reasearch is conducted to gather insights about Psychological Well-Being in A Past Drug Addict at Rumah Cemara Bandung City. The method that used in this research is “Descriptive” with survey method. While sampling, using “Accidental Sampling” Method, with 30 persons as samples.
The Measuring instruments that being use is a translation from “Scale of Psychological Well-Being (SPWB) from Carol Ryff (1989) which consists of 84 items. Based on validity tes with SPSS Statistic 20.0 using Rank Spearman test, then obtained 60 items which valid with the validity items up to 0,330-0,762. The reliability of the measurement tools is measured with “Alpha Cronbach” using SPSS Statistic 20.0 and the result is 0,946 which means this measurement tools had a reliability that classified high.
Based on the research result, it is known that in A Past Drug Addict at Rumah Cemara Bandung, 50% shows high PWB degree and 50% shows low PWB degree. Researchers advise there should be another step research about relation between social support and culture about PWB degree.
ix
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDALUHUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8
1.3.1 Maksud Penelitian ... 8
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Kegunaan Penelitian ... 9
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9
1.5 Kerangka Pemikiran ... 9
Universitas Kristen Maranatha
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Psychological Well-Being ... 17
2.1.1 Definisi Psychological Well-Being ... 17
2.1.2 Dimensi Psychological Well-Being ... 17
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psychological Well Being ... 21
2.1.3.1 Faktor Sosiodemografi ... 21
2.1.3.2 Faktor Dukungan Sosial ... 22
2.2 Usia Dewas Awal ... 23
2.2.1 Definisi dan Batasan Usia Dewasa Awal ... 23
2.2.2 Ciri-ciri Masa Dewasa Awal ... 23
2.3 Penyalahgunaan Narkoba ... 24
2.3.1 Jenis-jenis Narkoba ... 24
2.3.2 Penyebab dan Dampak Penyalahgunaan Narkoba ... 27
2.3.3 Ketergantungan Narkoba ... 27
2.3.4 Relapse ... 28
2.3.5 Tahap-tahap Rehabilitasi bagi Pecandu Narkoba ... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 32
3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 32
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 33
3.3.1 Variabel Penelitian ... 33
3.3.2 Definisi Operasional ... 33
Universitas Kristen Maranatha
3.4.1 Alat Ukur Dimensi PWB ... 34
3.4.1.1 Prosedur Pengisian ... 36
3.4.1.2 Sistem Penilaian ... 37
3.4.2 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 38
3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 38
3.4.3.1 Validitas Alat Ukur ... 38
3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 39
3.5 Karakteristik Responden dan Teknik Penarikan Sampel ... 40
3.5.1 Karakteristik Responden ... 40
3.5.2 Teknik Penarikan Sampel ... 40
3.6 Teknik Analisis Data ... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Sampel Penelitian ... 42
4.1.1 Berdasarkan Usia ... 42
4.1.2 Berdasarkan Ciri Khas Budaya ... 43
4.2 Hasil Penelitian ... 43
4.2.1 Gambaran PWB Subyek Penelitian ... 43
4.2.2 Gambaran Tabulasi Silang dimensi PWB terhadap PWB Subjek Penelitian ... 44
4.3 Pembahasan ... 47
4.4 Diskusi ... 52
Universitas Kristen Maranatha
5.2 Saran ... 54
5.2.1 Saran Teoritis ... 54
5.2.2 Saran Praktis ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 55
DAFTAR RUJUKAN ... 56
xiii
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Tabel Kisi-kisi Alat Ukur Dimensi PWB ... 34
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kuesioner Dimensi PWB ... 37
Tabel 3.3 Nilai Median Dimensi-Dimensi PWB ... 38
Tabel 3.4 Kriteria Validitas ... 38
Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas Guilford ... 39
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 42
Tabel 4.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Ciri Khas Budaya 43 Tabel 4.3 Gambaran PWB Subjek Penelitian ... 43
Tabel 4.4 Tabulasi silang Self Acceptance terhadap derajat PWB ... 44
Tabel 4.5 Tabulasi silang Positive Relation with Others terhadap Derajat PWB ... 44
Tabel 4.6 Tabulasi silang Autonomy terhadap derajat PWB ... 45
Tabel 4.7 Tabulasi silang Enviromental Mastery terhadap derajat PWB ... 45
Tabel 4.8 Tabulasi silang Purpose in Life terhadap derajat PWB ... 46
xiv
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
xv
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : KUESIONER PWB
KATA PENGANTAR
Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha pada kesempatan kali ini meminta kesediaan Saudara untuk mengisi kuesioner ini. Maksud dari pengisian kuesioner ini adalah melakukan pengambilan data yang berguna dalam penyusunan Skripsi saya yang berjudul “Studi Deskriptif Mengenai
Psychological Well-Being pada Mantan Pencandu Narkoba di Rumah Cemara
Bandung”. Hasil pengambilan data ini bersifat rahasia, maka diharapkan kesediaan
Saudara untuk mengisi kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya. Atas kesediaan Saudara saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
INFORM CONSENT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :
Menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, dengan topik Psychological Well-being. Saya juga menyadari bahwa:
1. Identitas saya sebagai responden akan dirahasiakan
2. Saya harus mengisi kuesioner yang diberikan secara lengkap dan jujur 3. Saya dapat bertanya kepada peneliti, jika ada hal yang kurang jelas,
4. Saya dapat menghentikan proses pengisian kuesioner, jika mendapatkan pernyataan atau pertanyaan yang kurang menyenangkan
Bandung, Maret 2016
Data Pribadi
Nama (inisial) :
Usia :
Data Penunjang
Lingkarilah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri Saudara
- Ciri Khas Budaya
a. Kolektif / kebersamaan ( kerja sama, saling ketergantungan, memililki rasa empati terhadap sesama, mementingkan tujuan bersama).
b. Individualis (kemandirian, kurang memerhatikan kepentingan bersama, fokus pada diri sendiri)
- Menurut Saudara, apakah Saudara mendapatkan dukungan sosial yang baik? a. Ya, berasal dari …(masyarakat/keluarga/komunitas)*
b. Tidak
Kuesioner
Instruksi Pengerjaan :
Dibawah ini terdapat sejumlah pernyataan dan Saudara diminta untuk menjawab dengan cara memberikan tanda checklist ( ) pada salah satu kolom STS (Sangat Tidak Sesuai), TS (Tidak Sesuai), KS (Kurang Sesuai), CS (Cukup Sesuai), S (Sesuai), SS (Sangat Sesuai) yang paling sesuai dengan diri Saudara.
No. Pernyataan STS TS KS CS S SS
1. Saya tidak mampu berpikir positif terhadap kehidupan yang saya jalani 2. Keputusan saya untuk berhenti
mengkonsumsi narkoba berasal dari diri sendiri walaupun latar belakang saya sebagai mantan pecandu narkoba
6. Terkadang saya mengubah cara berpikir saya sesuai dengan cara berpikir orang-orang di sekitar saya 7. Saya sering merasa kewalahan dengan
tanggung jawab saya
8. Saya sulit untuk peduli dengan teman saya
No. Pernyataan STS TS KS CS S SS
memiliki potensi di bidang tertentu 10. Saya menilai kelemahan saya lebih
banyak dibandingkan kelemahan orang lain
11. Saya mampu menyuarakan pendapat saya meskipun berbeda dengan orang lain orang lain membuat saya frustrasi 15. Saya tidak pernah merencanakan
kegiatan saya
16. Saya menerima diri saya baik dari kelebihan dan kekurangan
17. Bagi saya lebih baik mengikuti saran orang lain dibandingkan diri sendiri 18. Saya memiliki cinta dan kasih sayang
untuk orang lain 19. Saya ingin berkeluarga
No. Pernyataan STS TS KS CS S SS membangun hubungan interpersonal yang hangat
26. Saya harus lebih menjiwai diri saya untuk mengetahui potensi yang saya miliki
27. Saya tidak tahu bagaimana cara mencapai tujuan
28. Saya melakukan kesalahan di masa lalu, tetapi saya anggap hal tersebut sebagai suatu pembelajaran dalam hidup
29. Saya menilai diri saya dengan apa yang saya anggap penting, bukan oleh nilai-nilai apa yang orang lain anggap penting
30. Saya mengabaikan kesempatan yang datang kepada saya
31. Saya merasa nyaman berbicara dengan orang lain di komunitas
32. Bagi saya, hidup merupakan suatu proses pembelajaran yang dapat terus bertumbuh dan berkembang
33. Saya merasa terasingkan saat saya kembali ke lingkungan sosial saya 34. Saya merasa tertekan ketika saya tidak
No. Pernyataan STS TS KS CS S SS
untuk bergabung di organisasi ini 36. Saya memiliki kepercayaan diri
37. Saya adalah orang yang menyukai kegiatan-kegiatan baru
38. Saya mampu untuk menjadwalkan waktu saya sehingga saya dapat menyesuaikan segala sesuatu yang perlu diselesaikan
39. Saya sulit percaya dengan teman saya 40. Saya mampu mengenal diri saya baik
kelebihan dan kelemahan
41. Saya berubah pikiran tentang suatu keputusan jika teman atau keluarga saya tidak setuju
42. Saya hanya berfokus pada masa sekarang saja
43. Saya ingin masuk ke komunitas lain untuk mendapatkan pengalaman yang baru
44. Saya mengalami kesulitan dalam memilih lingkungan sosial yang saya inginkan
45. Menurut saya penting untuk mendengarkan keluh kesah teman-teman saya mengenai permasalahan mereka
46. Saya membiarkan diri saya seperti ini saja
47. Saya tidak ingin mencoba hal-hal baru dalam melakukan sesuatu- hidup saya baik-baik saja seperti ini
No. Pernyataan STS TS KS CS S SS
kehidupan saya yang sekarang dengan tidak mengkonsumsi narkoba
49. Saya khawatir mengenai bagaimana orang lain menilai pilihan yang telah saya buat
50. Saya mampu berempati terhadap permasalahan yang dialami oleh teman saya
51. Saya merasa bahwa saya telah banyak berkembang sebagai individu dari waktu ke waktu
52. Saya akan membaca kembali buku-buku saya agar saya bisa studi kembali 53. Saya tidak memiliki banyak teman
yang mau mendengarkan cerita saya 54. Saya mengikuti seminar yang diadakan
oleh organisasi ini dan saya menyukainya
55. Saya merasa putus asa dengan kehidupan saya selanjutnya
56. Keputusan yang saya ambil tidak berdasarkan pengaruh dari keluarga dan kerabat
57. Saya mengikuti seminar yang berasal dari luar organisasi
58. Saya menjalani hidup dengan santai 59. Saya merasa kesepian karena saya
memiliki sedikit teman
60. Saya akan mencari lowongan pekerjaan baik di internet ataupun sumber-sumber lainnya
No. Pernyataan STS TS KS CS S SS
melakukan perubahan besar dalam hidup saya
62. Saya merasa kehidupan teman saya lebih baik dibandingkan kehidupan saya
63. Saya mengubah dirinya menjadi lebih baik sesuai dengan harapan dan keinginan saya
64. Saya tidak terlalu cocok dengan tetangga saya ataupun masyarakat disekitar saya
65. Saya belum memikirkan masa depan saya selanjutnya
66. Saya dapat meluangkan waktu untuk teman-teman saya
67. Saya tidak senang berada dalam situasi baru yang mengharuskan saya mengubah cara lama saya dalam melakukan berbagai hal
68. Kehidupan sehari-hari saya sibuk, tetapi saya memperoleh kepuasan dalam menjalaninya
69. Saya iri dengan kehidupan orang lain 70. Saya ingin melanjutkan studi saya
kembali
71. Saya senang dapat bertindak sesuai dengan keyakinan saya
72. Saya mau menjadi pembicara seminar di organisasi saya atau komunitas lain 73. Saya akan aktif bertanya kepada teman
No. Pernyataan STS TS KS CS S SS
74. Dengan pengalaman saya di masa lalu, saya telah mendapatkan banyak pelajaran tentang kehidupan yang membuat saya menjadi orang yang
kecewa dengan hidup yang saya jalani 78. Saya tidak takut menyuarakan
pendapat saya bahkan ketika bertentangan pendapat dengan kebanyakan orang
79. Saya aktif dalam membantu kegiatan yang ada di organisasi ini
80. Saya merasa saya belum meningkatkan kapasitas saya seperti orang lain
83. Apabila waktu dapat terulang, akan ada banyak hal yang akan saya ubah
LAMPIRAN 2 : HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Self Acceptance Positive Relation with Others
Item Validitas Keterangan Item Validitas Keterangan
1 0,400 Valid 8 0,700 Valid
Item Validitas Keterangan Item Validitas Keterangan
Purpose in Life Personal Growth
Item Validitas Keterangan Item Validitas Keterangan
5 0,401 Valid 9 0,167 Tidak Valid
15 0,212 Tidak Valid 12 0,700 Valid
19 0,595 Valid 26 0,136 Tidak Valid
22 0,169 Tidak Valid 32 0,758 Valid
27 0,752 Valid 37 0,535 Valid
42 0,172 Tidak Valid 43 0,394 Valid
52 0,368 Valid 47 0,394 Valid
58 0,476 Tidak Valid 51 0,776 Valid
60 0,228 Tidak Valid 57 0,476 Valid
65 0,762 Valid 61 0,505 Valid
70 0,128 Tidak Valid 67 0,384 Valid
73 0,441 Tidak Valid 72 0,172 Tidak Valid
76 0,527 Valid 74 0,695 Valid
81 0,671 Valid 80 0,097 Tidak Valid
Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
LAMPIRAN 3 : KUESIONER SETELAH VALIDITAS
Kuesioner
Instruksi Pengerjaan :
Dibawah ini terdapat sejumlah pernyataan dan Saudara diminta untuk menjawab dengan cara memberikan tanda checklist ( ) pada salah satu kolom STS (Sangat Tidak Sesuai), TS (Tidak Sesuai), KS (Kurang Sesuai), CS (Cukup Sesuai), S (Sesuai), SS (Sangat Sesuai) yang paling sesuai dengan diri Saudara.
No. Pernyataan STS TS KS CS S SS
1. Saya tidak mampu berpikir positif terhadap kehidupan yang saya jalani 2. Keputusan saya untuk berhenti
mengkonsumsi narkoba berasal dari diri sendiri
3. Saya merasa bertanggung jawab atas pekerjaan saya
4. Saya merasa senang ketika saya sudah tidak mengkonsumsi narkoba
5. Saya memiliki tujuan untuk bekerja walaupun latar belakang saya sebagai mantan pecandu narkoba
6. Terkadang saya mengubah cara berpikir saya sesuai dengan cara berpikir orang-orang di sekitar saya 7. Saya sulit untuk peduli dengan teman
saya
No. Pernyataan STS TS KS CS S SS
saya meskipun berbeda dengan orang lain orang lain membuat saya frustrasi 12. Saya menerima diri saya baik dari
kelebihan dan kekurangan
13. Saya memiliki cinta dan kasih sayang untuk orang lain
14. Saya ingin berkeluarga
15. Saya dapat menerima pengalaman membangun hubungan interpersonal yang hangat
18. Saya tidak tahu bagaimana cara mencapai tujuan
19. Saya melakukan kesalahan di masa lalu, tetapi saya anggap hal tersebut sebagai suatu pembelajaran dalam hidup
No. Pernyataan STS TS KS CS S SS
penting
21. Saya mengabaikan kesempatan yang datang kepada saya
22. Saya merasa nyaman berbicara dengan orang lain di komunitas
23. Bagi saya, hidup merupakan suatu proses pembelajaran untuk dapat terus bertumbuh dan berkembang
24. Saya merasa terasingkan saat saya kembali ke lingkungan sosial saya 25. Saya memiliki kepercayaan diri
26. Saya adalah orang yang menyukai kegiatan-kegiatan baru
27. Saya mampu untuk menjadwalkan waktu saya sehingga saya dapat menyesuaikan segala sesuatu yang perlu diselesaikan
28. Saya sulit percaya dengan teman saya 29. Saya mampu mengenal diri saya baik
kelebihan dan kelemahan
30. Saya berubah pikiran tentang suatu keputusan jika teman atau keluarga saya tidak setuju
31. Saya ingin masuk ke komunitas lain untuk mendapatkan pengalaman yang baru
32. Saya mengalami kesulitan dalam memilih lingkungan sosial yang saya inginkan
33. Saya membiarkan diri saya seperti ini saja
No. Pernyataan STS TS KS CS S SS
dalam melakukan sesuatu- hidup saya baik-baik saja seperti ini
35. Saya bangga akan diri saya dengan kehidupan saya yang sekarang dengan tidak mengkonsumsi narkoba
36. Saya merasa bahwa saya telah banyak berkembang sebagai individu dari waktu ke waktu
37. Saya akan membaca kembali buku-buku saya agar saya bisa studi kembali 38. Saya tidak memiliki banyak teman
yang mau mendengarkan cerita saya 39. Saya mengikuti seminar yang diadakan
oleh organisasi ini dan saya melakukan perubahan besar dalam hidup saya
No. Pernyataan STS TS KS CS S SS
47. Saya dapat meluangkan waktu untuk teman-teman saya
48. Saya tidak senang berada dalam situasi baru yang mengharuskan saya mengubah cara lama saya dalam melakukan berbagai hal
49. Kehidupan sehari-hari saya sibuk, tetapi saya memperoleh kepuasan dalam menjalaninya
50. Saya iri dengan kehidupan orang lain 51. Saya senang dapat bertindak sesuai
dengan keyakinan saya
52. Dengan pengalaman saya di masa lalu, saya telah mendapatkan banyak pelajaran tentang kehidupan yang membuat saya menjadi orang yang
kecewa dengan hidup yang saya jalani 56. Saya aktif dalam membantu kegiatan
yang ada di organisasi ini
57. Saya telah menetapkan tujuan saya, tetapi tampaknya seperti sia-sia
58. Saya mendapat manfaat yang banyak dari persahabatan saya di organisasi ini
No. Pernyataan STS TS KS CS S SS
LAMPIRAN 7 : GAMBARAN TAMBAHAN SUBJEK PENELITIAN
7A. Gambaran Mantan Pecandu Berdasarkan Ciri Khas Budaya
Tabel 7.A Gambaran Mantan Pecandu Berdasarkan Ciri Khas Budaya
Ciri Khas Budaya Jumlah Persentase
Kolektif 30 100%
Individualis 0 0%
Total 30 100%
Sebanyak 30 mantan pecandu (100%) memiliki ciri khas budaya yang kolektif dan tidak mantan pecandu (0%) memiliki ciri khas budaya individualis.
7B. Gambaran Mantan Pecandu Berdasarkan Sumber Dukungan Sosial yang didapatkan
Tabel 7.B.1 Gambaran Mantan Pecandu Berdasarkan Dukungan Sosial yang di dapat
Dukunga Sosial Jumlah Persentase
Ya 30 30%
Tidak 0 0%
Total 30 100%
Tabel 7.B.2 Gambaran Mantan Pecandu Berdasarkan Sumber Dukungan Sosial yang Didapatkan
Sumber Jumlah Persentase
Masyarakat 6 20%
Keluarga 7 23%
Komunitas 17 57%
Tidak ada 0 0%
Total 30 100%
LAMPIRAN 8 : HASIL TABULASI SILANG
Tabel 8.A Tabulasi Silang Usia Mantan Pecandu dengan Dimensi PWB
Tabel 8.A.1 Tabulasi Silang Usia Mantan Pecandu dengan Dimensi Self Acceptance
Usia Self Acceptance Total
Rendah Tinggi
Tabel 8.A.2 Tabulasi Silang Usia Mantan Pecandu dengan Dimensi Positive Relation with Others
Tabel 8.A.3 Tabulasi Silang Usia Mantan Pecandu dengan
Tabel 8.A.4 Tabulasi Silang Usia Mantan Pecandu dengan Dimensi Enviromental Mastery
Usia Enviromental Mastery Total
Tabel 8.A.5 Tabulasi Silang Usia Mantan Pecandu dengan
Tabel 8.A.6 Tabulasi Silang Usia Mantan Pecandu dengan Dimensi Personal Growth
Usia Personal Growth Total
Tabel 8.B Tabulasi Silang Dukungan Sosial dengan Dimensi PWB
Tabel 8.B.1 Tabulasi Silang Dukungan Sosial dengan Dimensi Self Acceptance
Tabel 8.B.2 Tabulasi Silang Dukungan Sosial dengan Dimensi Positive Relations with Other
Dukungan Tabel 8.B.3 Tabulasi Silang Dukungan Sosial dengan
Dimensi Autonomy
Tabel 8.B.5 Tabulasi Silang Dukungan Sosial dengan Dimensi Purpose in Life
Dukunga Sosial
Purpose in Life
Total
Rendah Tinggi
Rendah 11 4 15
73,33% 26,67% 100%
Tinggi 2 13 15
13,33% 86,67% 100%
Tabel 8.B.6 Tabulasi Silang Dukungan Sosial dengan Dimensi Personal Growth
Dukungan Sosial
Personal Growth
Total
Rendah Tinggi
Rendah 10 2 12
83,33% 16,67% 100%
Tinggi 2 16 18
LAMPIRAN 9 : PROFIL RUMAH CEMARA
Visi: Indonesia tanpa diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS dan orang
yang menggunakan narkoba
Misi: terciptanya kualitas hidup yang lebih baik bagi orang dengan HIV/AIDS
dan pengguna narkoba di Indonesia
Tujuan: Dengan kedua semangat dukungan sebaya dan profesionalisme, Rumah
Cemara bekerja untuk:
• Mengurangi bahaya dari kecanduan narkoba
• Memberikan Perawatan, Dukungan Psycho - sosial, dan Pengobatan untuk
orang dengan HIV/AIDS
• Mencegah infeksi HIV di antara yang paling populasi yang berisiko
• Melibatkan masyarakat umum dalam kegiatan yang mengurangi diskriminasi
mereka terhadap orang dengan HIV dan kecanduan narkoba
Cakupan: keanggotaan Rumah Cemara ini merupakan jaringan terbesar orang
yang hidup dengan HIV dan orang yang menggunakan narkoba di Jawa Barat,
Indonesia. Pada Desember 2009, Rumah Cemara telah dirawat 200 pengguna
narkoba di Pusat Pengobatan kami. keanggotaan kami meliputi 4.317 orang
dengan HIV/AIDS dan pengguna narkoba, dan 1.276 orang yang terkena
HIV/AIDS dalam 61 kelompok dukungan sebaya, termasuk 3 lokasi kantor di
Bandung, Sukabumi, dan Cianjur
Nilai inti:
• Menghormati hak-hak individu
• Menghormati perbedaan jenis kelamin, ras, dan orientasi seksual
• Komitmen untuk mencapai kesepakatan dengan para pemangku kepentingan
• Tingginya kadar transparansi
• Independensi dalam sikap dan pengambilan keputusan
• Tidak berafiliasi dengan partai politik
• Keterbukaan terhadap hubungan kerja yang konstruktif dengan beragam
pemangku kepentingan
SEJARAH
2003 Rumah Cemara didirikan pada tanggal 1 Januari 2003 oleh lima pecandu narkoba
pulih yang percaya bahwa jika perubahan itu terjadi dalam masyarakat , perubahan
itu harus dimulai dari dalam komunitas pengguna narkoba .
Rumah Cemara secara hukum dilembagakan sebagai organisasi berbasis
masyarakat di Jawa Barat , dan sebagai unit kerja dari Insan Hamdani Foundation
Setelah mendirikan Pusat Perawatan untuk pengguna narkoba , lima pendiri RC
menyadari bahwa masalah HIV / AIDS itu mempengaruhi sebagian besar
penduduk , khususnya pengguna narkoba suntik . Mereka memutuskan untuk
kembali fokus pada dua kelompok sasaran , yaitu orang-orang yang menggunakan
obat-obatan dan orang yang hidup dengan HIV / AIDS , sebagai penerima manfaat
dari layanan mereka .
Pada 12 Maret 2003 Rumah Cemara membentuk divisi khusus bernama Bandung
Plus Support , untuk menyediakan layanan peer- menyebabkan orang dengan HIV
/ AIDS dari berbagai latar belakang baik melalui individu dan kelompok
pendekatan .
2004 Rumah Cemara menciptakan divisi Outreach untuk populasi paling berisiko
tertular HIV , seperti pengguna narkoba , pekerja seks laki-laki dan perempuan ,
dan tahanan .
2005 Rumah Cemara membuka kantor cabang di kota-kota Sukabumi dan Cianjur ,
karena layanan bagi pengguna narkoba dan orang dengan HIV / AIDS adalah
layanan ini .
2006 The Rumah Cemara Interminal Football Club didirikan , melibatkan staf dan
anggota sebagai pemain dalam pertandingan sepak bola mingguan , termasuk
pertandingan di penjara , untuk mengurangi diskriminasi tentang HIV / AIDS dan
membuktikan bahwa kecanduan dan HIV dapat diatasi dengan gaya hidup sehat .
2007 Bandung Plus Support secara resmi digagas Grup Jawa Barat oleh Spiritia ,
Jaringan Nasional kelompok dukungan HIV / AIDS
2008 Rumah Cemara memulai program klinik untuk memberikan layanan kesehatan
dasar kepada orang-orang di daerah pedesaan di Bandung yang tak punya akses ,
sekaligus mengurangi stigma sekitar HIV / AIDS
2009 Rumah Cemara adalah menghubungkan Organisasi HIV / AIDS Alliance
International.
2010 Rumah Cemara meluncurkan kampanye penggalangan dana yang disebut " For
Life " untuk melibatkan masyarakat umum lokal sebagai pendukung Rumah
Cemara.
Rumah Cemara Interminal Football Club diundang untuk mewakili Indonesia di
1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Permasalahan narkoba merupakan hal yang tidak asing terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. (http://www.bnn.go.id/).
Menurut perkiraan BNN, saat ini ada sekitar 5,6 juta pengguna narkoba. Dampak dari kecanduan narkoba (drugs addiction) meliputi aspek fisik, mental, psikis dan sosial. Dampak fisik yang diakibatkan dari kecanduan narkoba adalah fisik lemah sehingga rentan terhadap berbagai macam penyakit, gangguan dan kerusakan fungsi organ vital (seperti otak, jantung dan paru-paru). Fisik yang lemah menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit, yang terparah adalah terserang virus HIV/AIDS. Penggunaan narkoba akan merusak organ tubuh lainnya, seperti sistem saraf pusat bahkan bisa menyebabkan kematian jika mengalami over
dosis (OD).
Universitas Kristen Maranatha muncul adalah menurunnya kualitas sumber daya manusia, gangguan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial, dan ancaman bahaya hancurnya kehidupan keluarga. Menurunnya kualitas sumber daya ini disebabkan karena rata-rata pengguna narkoba adalah remaja atau individu dengan masa-masa produktif (19-30 tahun). (http://www.depkes.go.id).
Berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009 menyatakan bahwa pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Di Indonesia, terdapat 105 unit panti rehabilitasi (www.nasional.tempo.co) yang sebenarnya masih dinilai kurang memadai mengingat jumlah pecandu yang terus meningkat. Rehabilitasi sangat diperlukan agar pecandu narkoba tidak lagi terlibat dalam mengonsumsi narkoba yang terus menerus dapat merusak kehidupan mereka. Setelah menjalani berbagai macam terapi dari rehabilitasi, pada akhirnya pecandu narkoba akan menjadi mantan pecandu narkoba dan siap terjun untuk kembali pada kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009 Pasal 1 angka 13, menyebutkan Pecandu adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis. Sehingga mantan pecandu narkoba memiliki arti seseorang yang sudah tidak menggunakan narkoba atau tidak bergantung pada Narkotika, baik secara fisik dan psikisnya.
Bukan hanya pemerintah saja yang mendirikan panti rehabilitasi, tetapi dari berbagai elemen masyarakat juga menciptakan dan membangun komunitas mantan pecandu narkoba sebagai upaya rehabilitasi. Salah satu komunitas yang ada di kota Bandung adalah Rumah Cemara.
Universitas Kristen Maranatha bekerja setiap harinya untuk memberikan pelayanan pencegahan dan perawatan kepada komunitas pecandu narkoba dan HIV. Rumah Cemara ini memiliki tempat rehabilitasi dan juga organisasinya tersendiri. Mantan pecandu dari Rumah Cemara ini dapat berasal dari mantan pecandu yang mendapatkan rehabilitasi di Rumah Cemara dan juga orang-orang luar yang tidak direhabilitasi di Rumah Cemara.
Rumah Cemara didirikan pada tahun 2003 oleh lima orang mantan pecandu yang dilatarbelakangi oleh kondisi sosial para pengidap HIV/AIDS dan pengguna NAPZA yang dianggap sebagai kaum marginal dalam masyarakat. Rumah Cemara didirikan dengan tujuan dapat menjadi wadah atau tempat yang aman bagi orang-orang pengguna narkoba dan pengidap HIV untuk menerima perawatan. Rumah Cemara merupakan jejaring orang dengan HIV/AIDS dan pecandu NAPZA terbesar di Jawa Barat. Komunitas ini memiliki ±45 karyawan (staff), 70% pria dan 30% wanita dengan rentang usia 20-35 tahun. Hampir seluruh karyawan adalah mantan pecandu dan 85% adalah HIV positif. Rumah Cemara sudah memiliki 4.317 klien dengan HIV/AIDS dan pecandu narkoba. (http://rumahcemara.org/en/).
Menurut salah satu karyawan di Rumah Cemara, seseorang yang sudah “sembuh” dalam arti tidak aktif menggunakan narkoba lagi bisa disebut sebagai
mantan pengguna narkoba karena telah bersih. Istilah “bersih” yang dimaksud adalah
sudah berhenti memakai zat adiktif. Pada kenyataannya, tidak ada istilah “mantan pecandu narkoba” karena apabila seseorang pernah menjadi pecandu maka akan
Universitas Kristen Maranatha Rumah Cemara merupakan wadah penting bagi para mantan pecandu narkoba. Berbagai mantan pecandu berkumpul untuk bertukar pikiran, mendengarkan setiap keluhan, dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya seperti belajar untuk bekerja sama (teamwork), dan melatih kepercayaan dirinya untuk dapat berbicara di depan umum. Terdapat beberapa metode yang digunakan Rumah Cemara mengenai perawatan dan pendampingan, yaitu Therapeutic Community dan Pemulihan Adiksi Berbasis Masyarakat. Metode ini dilakukan dengan cara sharing antar karyawan dan mantan pecandu narkoba berkaitan dengan pengalaman akan kegagalan yang pernah dialami. Melalui sharing pengalaman ini, mantan pecandu narkoba diharapkan dapat menerima masa lalu dan mau berubah agar bermanfaat bagi orang lain.
Rumah Cemara memiliki 45 pengurus yang mau dan mampu membantu mantan pecandu untuk dapat menjalani kehidupan mereka lebih baik. Menurut salah satu dari pengurus Rumah Cemara mengatakan bahwa pada awalnya rata-rata klien memiliki sifat yang sulit untuk diubah. Mereka enggan untuk dapat terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Rumah Cemara. Misalkan, ada suatu acara yang akan diselenggarakan di kemudian harinya, tetapi para klien enggan untuk diajak mengikuti kegiatan tersebut. Klien di Rumah Cemara memilih untuk dapat mengobrol dengan para klien sesama mantan pecandu narkoba. Mereka menjadi acuh dengan kehidupan selanjutnya, yang terpenting adalah mereka sudah tidak menjadi pecandu narkoba. Keinginan untuk belajar seperti membaca buku dan mendengarkan seminar pun sulit untuk dilakukan oleh para klien. Tetapi terdapat beberapa klien yang mau terlibat dalam kepanitiaan kegiatan dan jumlahnya pun tidak terlalu sedikit.
Universitas Kristen Maranatha bangunan utuh seperti kantor, yang dimana setiap klien atau pengurus tidak bertempat tinggal di Rumah Cemara tersebut. Disetiap hari sabtu dan minggu, Rumah Cemara ini tutup. Para klien memiliki tugas dan tanggungjawabnya di luar Rumah Cemara, seperti bekerja, menjaga atau mengasuh anak-anaknya yang berada dirumah, dan membersihkan rumahnya. Setelah itu mereka biasanya datang ke Rumah Cemara untuk bersilahturahmi atau mengobrol dengan sesama klien. Terkadang juga mereka membawa teman-temannya untuk mengobrol di Rumah Cemara. Selain itu mereka juga merokok baik perempuan dan laki-laki. Apabila ada tamu yang sedang berkunjung di Rumah Cemara, para klien biasanya tidak menyapa tamunya, sehingga membuat tamu merasa takut untuk datang ke tempat tersebut. Hal ini dirasakan juga oleh mantan pecandu, bahwa para tamu terlihat takut berbicara kepada mereka.
Komunitas ini sekarang memiliki 35 klien yang aktif, yang artinya 35 klien yang sering berkunjung ke Rumah Cemara. Rumah Cemara membuat setiap kliennya merasa nyaman saat sedang berkunjung di Rumah Cemara, sehingga rata-rata klien disana jarang berbaur dengan masyarakat atau tetangga yang berada disekitar Rumah Cemara. Kliennya lebih merasa nyaman apabila berkomunikasi dengan sesama klien atau pengurus yang sedang berada di Rumah Cemara dibandingkan masyarakat luar. Dengan budaya kolektif yang dimiliki oleh setiap klien, membuat kebersamaan adalah arti penting dari kehidupan.
Hal yang membuat para klien tidak berkomunikasi dengan masyarakat luar adalah kebencian mereka terhadap masyarakat yang memandang mereka dengan sebelah mata, yang artinya mereka dianggap rendah dan juga dikucilkan. Hal ini juga yang membuat mereka untuk tidak peduli dengan orang lain.
Universitas Kristen Maranatha pengalaman hidupnya. Contohnya, perbedaan kemampuan berpikir orang yang mengonsumsi narkoba berbeda dengan orang yang tidak pernah menggunakan narkoba. Selain itu juga perbedaan dari berapa lama orang mengonsumsi narkoba, begitu juga dengan pengalaman hidupnya. Orang yang tidak mengonsumsi narkoba memiliki pengalaman hidup yang berbeda dengan orang yang mengonsumsi narkoba. Pengalaman hidup pada mantan pecandu narkoba biasanya lebih memiliki pengalaman yang buruk di bandingkan dengan orang yang tidak mengonsumsi narkoba. Pengalaman hidup mereka dirasakan sia-sia dan tidak memiliki nilai yang berharga. Karena itu setiap manusia berbeda. Mantan pecandu memiliki rasa kurang percaya diri yang lebih tinggi daripada orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya beban mental dan juga diskriminasi (diasingkan) oleh masyarakat sekitar.
Universitas Kristen Maranatha Diskriminasi masyarakat terhadap mantan pecandu merupakan hal yang sering dijumpai. Menurut salah satu karyawan Rumah Cemara, diskriminasi dapat membuat mantan pecandu termotivasi untuk relapse yang artinya kembali mengonsumsi narkoba. Selain itu, mantan pecandu kemungkinan akan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Di sisi lain, ada anggota masyarakat yang tidak mendiskriminasi mantan pecandu narkoba dan bahkan terlibat dalam penyembuhan. Misalnya seperti keluarga, kerabat, tetangga yang mendukung mantan pecandu untuk dapat percaya diri dan termotivasi dalam menjalani hidup. Keadaan ini menyebabkan beberapa mantan pecandu untuk bangkit dari masa lalu dan beraktivitas dalam kehidupan sehari-harinya dengan lebih baik. Para mantan pecandu ini menilai kehidupannya penuh dengan warna dan berbeda dengan orang lain pada umumnya. Salah satu contoh artis mantan pecandu yang bangkit dari keterpurukan adalah Alm. Ustad Jeffry Al Buchori yang menjadi Ustad terkenal di Indonesia dan menjadi panutan bagi jamaahnya.
Universitas Kristen Maranatha dengan penanggulangan narkoba, merasa menemukan tempat yang nyaman dan aman bergabung di Rumah Cemara.
Berbagai kesulitan yang dialami mantan pecandu narkoba pada akhirnya akan memengaruhi kesejahteraan psikologisnya (Psychological Well-Being). Pengalaman menjadi mantan pecandu akan dinilai berbeda-beda pada masing-masing mantan pecandu. Penilaian seseorang terhadap pengalaman-pengalaman hidupnya dinamakan
Psychological Well-Being (Ryff & Singer, 2003). Psychological Well-Being terdiri
atas enam dimensi, yaitu Self-Acceptance, Positive Relation with Other, Autonomy,
Enviromental Mastery, Purpose in Life, dan Personal Growth. Keenam dimensi akan
membentuk Psychological Well-Being. Psychological Well-Being tidak berdiri sendiri melainkan dipengaruhi oleh faktor usia, ciri khas budaya serta faktor dukungan sosial.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 mantan pecandu di Rumah Cemara, didapatkan tujuh mantan pecandu menilai menyalahkan dirinya karena telah melakukan banyak kesalahan di masa lalu dengan mengonsumsi narkoba. Sedangkan tiga mantan pecandu menilai dirinya kuat melewati segala kesulitan di dalam hidup. Kegagalan dianggap suatu pengalaman yang sangat berharga bagi dirinya. Mereka dapat menerima dirinya baik dalam hal positif dan negatif. Hal ini memberikan gambaran mengenai penilaian mantan pecandu terhadap kemampuan dirinya dalam melakukan penerimaan diri.
Universitas Kristen Maranatha mengatakan enggan untuk membuka diri dan menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain. Mereka enggan menceritakan permasalahan yang ada. Hal ini memberikan gambaran mengenai penilaian mantan pecandu terhadap kemampuan dirinya dalam menjalin relasi dengan orang lain.
Sebanyak enam mantan pecandu mengatakan bahwa mereka sulit untuk mengambil suatu keputusan secara mandiri. Biasanya mereka menanyakan kepada teman di Rumah Cemara dalam mengambil keputusan. Bagi mereka, teman-teman di Rumah Cemara lebih mengetahui sisi baik dan buruknya dalam pengambilan keputusan. Sedangkan empat mantan pecandu lainnya mengatakan bahwa mereka sudah dapat mengambil keputusan secara pribadi. Biasanya mereka hanya meminta saran kepada teman-teman di Rumah Cemara, setelah itu mereka yang memutuskan sendiri. Hal ini memberikan gambaran mengenai penilaian mantan pecandu terhadap kemampuan dirinya dalam kemandirian.
Sebanyak tujuh orang mantan pecandu mengatakan bahwa sehari-hari mereka menghabiskan waktu dalam berorganisasi di Rumah Cemara. Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari ketujuh mantan pecandu mengalami kesulitan untuk mengatur situasi sehari-hari, seperti pembagian tugas pekerjaan, mengurus anak dan berorganisasi. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di Rumah Cemara dibandingkan tugas pekerjaan yang diembaninya. Sedangkan tiga mantan pecandu lainnya mengatakan dapat membagi waktu antara pekerjaan, keluarga, dan organisasi. Gambaran tersebut menunjukkan penilaian mantan pecandu narkoba terhadap kemampuan dirinya dalam mengelola kehidupan sehari-hari.
Universitas Kristen Maranatha dapat menerima dirinya sebagai mantan pecandu. Sedangkan tiga mantan pecandu lainnya masih memiliki harapan dan tujuan hidup untuk dapat bersekolah kembali agar dapat bekerja di perusahaan yang mereka inginkan.
Selain itu, berdasarkan hasil survey awal di dapatkan bahwa empat responden aktif dalam mengikuti kegiatan diorganisasi tersebut seperti mengikuti seminar dan
public speaking untuk pengembangan dirinya. Melalui kegiatan-kegiatan di organisasi
Rumah Cemara mereka merasa semakin berkembang. Sedangkan enam mantan pecandu lainnya mengatakan enggan untuk mengembangkan dirinya seperti mengikuti seminar atau menjadi pembicara di kegiatan tertentu. Hal ini dikarenakan mereka merasa tidak nyaman dengan kegiatan-kegiatan tersebut, dan tidak berniat untuk terlalu aktif dalam mengembangkan dirinya. Hal ini menggambarkan penilaian mantan pecandu terhadap kemampuan dirinya dalam mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki.
Mantan pecandu yang menilai diri dari pengalaman yang dialaminya secara lebih positif memiliki psychological well-being yang tinggi sehingga dapat menjalani hidup dengan lebih baik, bisa beradaptasi dengan lingkungan, memiliki tujuan hidup dan bisa mengembangkan diri dengan mengambil kesempatan-kesempatan yang ada di lingkungan. Sedangkan mantan pecandu yang menilai diri dari pengalaman yang dialaminya secara lebih negatif maka memiliki psychological well-being yang rendah, sehingga memiliki kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan, tidak menjalani kehidupan dengan baik, belum memiliki tujuan hidup dan belum bisa mengembangkan diri dengan optimal.
Universitas Kristen Maranatha mengembangkan diri secara optimal dan melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan tahap perkembangannya secara lebih positif.
Melihat pentingnya penilaian mantan pecandu terhadap kemampuan dirinya, maka peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran Psychological Well-Being pada mantan pecandu di Rumah Cemara Bandung
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui seperti apa gambaran
Psychological Well-Being pada individu mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara
Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud Penelitian
Untuk mengetahui gambaran Psychological Well-Being pada mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat Psychological Well-Being pada mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoretis
Universitas Kristen Maranatha
Memberikan informasi kepada peneliti lainnya yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai Psychology Well-Being.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Memberikan informasi Kepala Rumah Cemara ataupun pihak-pihak yang terkait (konselor, psikolog) mengenai pentingya Psychological Well-Being bagi individu mantan pecandu dan memberikan gambaran mengenai dimensi PWB sehingga dapat mengetahui dimensi mana yang perlu ditingkatkan dengan cara konseling.
Memberikan informasi kepada individu mantan pecandu mengenai pentingnya meningkatkan Psychological Well-Being.
1.5 Kerangka Pemikiran
Mantan pecandu di Rumah Cemara Bandung berada pada usia dewasa awal. Menurut Santrock (2002), dewasa awal berlangsung dari usia 20-35 tahun. Mantan pecandu yang berada pada masa dewasa awal mengalami perubahan dari pola pemikiran dualistik menjadi pola pemikiran beragam. Mantan pecandu mulai memahami bahwa setiap orang memiliki pandangan dan pendapat pribadi masing-masing. Mantan pecandu tidak lagi memandang dunia dalam dualisme mendasar, seperti benar/salah, kita/mereka, atau baik/buruk (William Perry, 1970 dalam Live Span Development: 92).
Universitas Kristen Maranatha melainkan kesuksesan dan kebahagiaan dalam pengalaman hidupnya. Hal inilah yang disebut dengan Psychological Well-Being. Psychological Well-Being merupakan penilaian seseorang terhadap kehidupan yang dijalani (Ryff, 1995). Penilaian mantan pecandu narkoba akan memengaruhi keenam dimensi Psychological Well-Being, yaitu Self-Acceptance, Positive Relation with Others, Autonomy, Enviromental
Mastery, Purpose in Life, dan Personal Growth.
Self-Acceptance merupakan penilaian mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara Bandung terhadap kemampuan dirinya dan pengalaman masa lalunya (Ryff, 1989). Mantan pecandu narkoba yang menilai dirinya mampu dalam dimensi ini, mampu menerima diri dan juga memiliki kepercayaan diri. Kegagalan dimasa lalu dianggap sebagai sebuah motivasi dalam hidup untuk dapat menjadi pribadi yang lebih menghargai dirinya. Kondisi sebaliknya terjadi pada mantan pecandu narkoba yang menilai dirinya tidak mampu dalam dimensi ini, yang artinya kesalahan yang ada pada masa lalu dijadikan sebagai sebuah penyesalan, selain itu para mantan pecandu narkoba kurang puas terhadap dirinya dan berharap menjadi orang lain.
Positive Relations with Others adalah penilaian mantan pecandu narkoba di
Universitas Kristen Maranatha orang lain dan tidak bersikap hangat dengan orang lain. Selain itu, mantan pecandu menuntut kasih sayang dari orang-orang disekitarnya.
Autonomy adalah penilaian mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara
Bandung terhadap kemandirian dan kemampuan untuk mengatur tingkah laku (Ryff dan Singer, 1989). Mantan pecandu narkoba yang menilai dirinya mampu melakukan
Autonomy berani untuk berpendapat sesuai dengan keinganannya, selain itu berani
untuk menolak paksaan orang lain yang tidak sejalan dengan pemikirannya. Mantan pecandu narkoba yang menilai dirinya tidak mampu untuk melakukan Autonomy akan mengalami kesulitan dalam mengutarakan opininya dan cenderung bersikap konformis. Ia juga mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan karena bergantung pada penilaian dan pendapat orang lain.
Environmental Mastery mengacu pada penilaian mantan pecandu narkoba di
Rumah Cemara Bandung terhadap kemampuan dirinya dalam mengelola kehidupan dan lingkungan sekitar. Mantan pecandu narkoba yang menilai dirinya mampu akan dapat mengatur waktunya secara efisien dan membuat langkah-langkah efektif dalam mengerjakan tugas sehari-hari. Dalam hal misalnya, mantan pecandu narkoba mampu membagi waktu antara pekerjaan, berorganisasi, dan urusan rumah tangga. Mantan pecandu narkoba juga dapat melihat kesempatan dengan efektif dan menciptakan kondisi lingkungan sekitar sesuai dengan kebutuhan dirinya. Sementara mantan pecandu narkoba yang menilai dirinya tidak mampu akan mengalami kesulitan dalam mengatur situasi sehari-hari. Hal ini membuat mantan pecandu narkoba merasa tidak puas dengan kehidupan yang dijalaninya, baik dalam kehidupan keluarga dan relasi.
Purpose in Life adalah penilaian mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara
Universitas Kristen Maranatha dimensi ini bukan hanya sekedar memiliki tujuan hidup namun juga merasa optimis bahwa dirinya mampu untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya. Selain itu bukan hanya memiliki tujuan saja, tetapi memiliki tujuan hidup yang jelas. Masa lalu dianggap sebagai sebuah tantangan untuk kehidupan kedepannya dengan lebih baik. Sementara mantan pecandu narkoba yang menilai dirinya tidak mampu pada dimensi ini akan merasa pesimis terhadap apa yang menjadi tujuannya. Mantan pecandu lebih banyak terpaku pada kehidupannya saat ini dan menganggap hidupnya tidak bermakna.
Universitas Kristen Maranatha
Psychological Well-Being pada mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang diantaranya faktor sosiodemografis yang terdiri atas usia dan latar belakang budaya serta dukungan sosial (Ryff & Keyes, 1995,1994; Ryff &Essex, 1992; Sarafino, 1990). Menurut Ryff (1995) faktor usia mempengaruhi dimensi Autonomy, Enviromental Mastery. Bertambahnya usia pada mantan pecandu narkoba akan membuat dirinya lebih matang dan mandiri. Hal ini akan menyebabkan mantan pecandu narkoba merasa lebih yakin dengan keputusan yang dibuatnya. Selain itu, mantan pecandu narkoba belajar untuk mengembangkan kemampuan dirinya sehingga dapat lebih menguasai tuntutan kehidupan sehari-harinya (Enviromental Mastery).
Faktor latar belakang budaya pada mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara seperti individualistik dan kolektivistik. Budaya yang memiliki nilai individualistik berpengaruh pada dimensi seperti Autonomy dan Self-Acceptance, sedangkan kolektivistik akan berpengaruh pada dimensi Psychological Well-Being seperti
Positive Relations with Others namun memiliki nilai yang rendah pada dimensi
Autonomy. Mantan pecandu narkoba yang memiliki budaya individualistik cenderung
lebih dapat mengambil keputusan dalam hidupnya (Autonomy) sehingga mantan pecandu narkoba lebih mudah dalam menerima dirinya sendiri (Self-Acceptance). Mantan pecandu narkoba yang memiliki budaya kolektivistik sangat senang berelasi dengan lingkungan sekitar (Positive Relations with Others). Hal ini mengakibatkan mantan pecandu narkoba sulit untuk mandiri dan melibatkan orang lain dalam pengambilan keputusan, perencanaan, maupun aktivitas yang dilakukan sehari-hari (Autonomy).
Faktor dukungan sosial juga turut berpengaruh terhadap dimensi
Universitas Kristen Maranatha mendapatkan dukungan dari keluarga, komunitas/organisasi yang diikuti, masyarakat dan lain-lain. Dukungan yang diberikan mantan pecandu narkoba akan membuat dirinya merasa dicintai, dipedulikan, dihargai, dan memiliki tempat bagi dirinya untuk bergantung ketika mengalami kesulitan. Tidak adanya dukungan dari orang-orang sekitarnya akan membuat mantan pecandu narkoba merasa sendiri di tengah permasalahan hidupnya karena merasa tidak ada yang dapat diandalkan untuk membantu dirinya.
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir Psychological Well-Being
Dimensi PWB:
1. Self-acceptance
2. Positive Relation With Others
3. Autonomy
1. Sosiodemografis (usia, latar belakang budaya)
Universitas Kristen Maranatha
1.6 Asumsi
Dalam menghadapi tantangan hidup, setiap mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara Bandung menilai dirinya dengan cara yang berbeda-beda.
PWB pada mantan pecandu narkoba di Rumah Cemara Bandung dapat dilihat dari enam dimensinya yaitu: Self Acceptance, Positive Relation with Others, Autonomy,
Environmental Mastery, Purpose in Life, Personal Growth.
51
Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN HASIL
Pada bab ini, peneliti akan memaparkan hasil interpretasi dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya beserta saran yang terarah sesuai dengan hasil penelitian.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat Psychological
Well-Being (PWB) pada mantan pecandu di Rumah Cemara Bandung maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian mantan pecandu di Rumah Cemara Bandung yang menilai PWB yang tinggi dan sebagian mantan pecandu yang menilai PWB yang rendah.
2. Mantan pecandu yang menilai PWB yang tinggi menunjukkan derajat yang tinggi pada dimensi, yaitu Self-Acceptance, Positive Relation With Others, Autonomy,
Enviromental Mastery, Purpose in Life, dan Personal Growth begitu juga
sebaliknya.
3. Seluruh mantan pecandu narkoba menilai Self Acceptance yang rendah menunjukkan PWB yang rendah.
4. Faktor usia tidak berkaitan dengan dimensi Autonomy dan Enviromental Mastery. 5. Dukungan sosial yang berasal dari komunitas menunjukkan derajat yang tinggi
pada empat dimensi PWB, yaitu dimensi Positive Relation with Others, Autonomy,
Universitas Kristen Maranatha
5.2 Saran
5.2.1 Saran Teoritis
1. Perlu dipertimbangkan melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh usia, dukungan sosial, dan ciri khas budaya
5.2.2 Saran Praktis
1. Bagi pihak Rumah Cemara (Kepala Organisasi, Konselor) disarankan untuk memberikan konseling bagi mantan pecandu yang lebih intens.
BEING PADA MANTAN PECANDU NARKOBA DI RUMAH
CEMARA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Ujian Sidang Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Disusun oleh :
CAROLINA OCTAVIA SIRAIT
NRP : 1130185
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Studi Deskriptif mengenai
Psychological Well-Being pada Mantan Pecandu Narkoba di Rumah Cemara
Bandung” dengan baik. Penelitian ini disusun untuk menempuh sidang sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Dalam penyelesaian Skripsi ini, ada banyak pihak yang membantu peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. Irene P Edwina, M.Si., Psikolog, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.
2. Ibu Ira Adelina, M.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan outline penelitian ini.
3. Ibu Djusmierly E., S.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan outline penelitian ini.
4. Seluruh staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranataha yang telah membantu peneliti.
5. Seluruh subyek penelitian yang bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk dapat membantu peneliti dalam pengambilan data.
7. Opung, Orangtua, David, dan Nathania terkasih yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun materil.
8. Theo Cosner Tambunan yang selalu menjadi penyemangat, memberi masukan dan dukungan.
9. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Psikologi UKM Angkatan 2011, Rara, Shinta, Jaini, Grecia, Eva, dan Steffani.
10. Terima kasih kepada teman-teman yang lain, Anita Erma, Elysa Surbakti, Debora, Adohari, Kak Christine, Kak Opta, Kak Echa, Kak Stevy, Gege.
11. Keluarga Gerakan Mahasiswa Kristen Bandung (GMKI) cabang Bandung dan Komisariat Maranatha
12. Terimakasih untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu peneliti dalam pembuatan penilitian ini.
Bandung, Mei 2016
53
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, Ranjit. (1999). Research Methodology: A Step-By-Step Guide for Beginner. New Delhi: SAGE Publications India Pvt Ltd.
Ryff, Carol. (1989). Scales Of Psychological Well-Being. University of Wisconsin: Institute on Aging.
Ryff, Carol. (1989). Happiness is Everything or Is it? Explorations on the Meaning of Pscyhological Well-Being. “Journal of Personality and Social Psychology”.
(Vol 57:1069-1081). University of Wisconsin: America Psychological Association.
Ryff, Carol & Keyes. (1995). The Structure of Psychological Well-Being Revisited “Journal of Personality and Social Psychology”. vol 69:719-727.
Ryff, Carol. Singer, Burton. (2002). From Social Structre to Biology : Integrative
Sciense in Pursuit of Human Health and Well-Being. Dalam Synder, Lopez.
(2002). Handbook of Positive Psychology. New York : Oxford University Press, Inc.
Ryff, C.D & Singer, Burton. (2003). Ironies of the Human Condition : well-being and
health on the way to mortality. Dalam L.G Aspinwall & U.M Staudiner (Eds), A Psychology of human strengths : fundamental questions and future directions for a positive psychology. Washington : American Psychology Association.
Santrock, John W. (2002). Life Span Development Fifth edition. Jakarta : Erlangga. Friedenberg, liza. (1995). Psychological Testing, Design, Analysis, And Use. Boston
Allyn and Bacon.
Hidalgo, Jesus L. T., Bravo., Beatriz N., Martinez, dkk (Ed). (2010). Psychological
Well-Being. Assesment Tools and Related Factors. Dalam Wells, Ingrid E. Psychology
54
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
Administrator. (2016). “UU Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika”. (http://www.bnn.go.id, diakses 23 Februari 2016).
Administrator. (2016). “NAPZA”. (http://www.depkes.go.id, diakses pada tanggal 25 Februari 2016).
Administrator. Tanpa tahun. “Rumah Cemara”. (http://rumahcemara.org/en/, diakses pada tanggal 3 Maret 2016 ).
Dedi. (2016). “Penyalahgunaan Narkoba”. (http://dedihumas.bnn.go.id, diakses pada tanggal 19 April 2016).
Mochtar, Soraya. (2015). Psychological Well-Being pada Ibu yang Memiliki Anak Tunagrahita di SLB-C Kota Bandung (Skripsi). 2015. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.