• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMK Bumi Nusantara Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMK Bumi Nusantara Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Islam

OLEH

B U A N G

NPM. 14220101054

Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam

PROGRAM STUDI ILMU TARBIYAH PROGRAM PASCASARJANA (PPs)

(2)

ii TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Islam

OLEH

B U A N G

NPM. 14220101054

Pembimbing I : Dr. Hasan Mukmin, M. Ag. Pembimbing II : Dr. Nasir, M. Pd.

PROGRAM STUDI ILMU TARBIYAH PROGRAM PASCASARJANA (PPs)

(3)

iii Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Buang

NPM : 14220101054

Program Studi : Ilmu Tarbiyah

Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul “PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SMK BUMI NUSANTARA KECAMATAN WONOSOBO KABUPATEN TANGGAMUS” adalah benar karya asli saya, kecuali yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Bandar Lampung, Pebruari 2016 Yang menyatakan,

Materai 6000 BUANG

(4)

iv

Judul Tesis : PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SMK BUMI

NUSANTARA KECAMATAN WONOSOBO KABUPATEN TANGGAMUS

Nama Mahasiswa : Buang No. Pokok Mahasiswa : 14220101054 Program Studi : Ilmu Tarbiyah

Kosentrasi : Pendidikan Agama Islam

telah disetujui untuk diajukan dalam ujian tertutup pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

Bandar Lampung, Januari 2016

MENYETUJUI

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Hasan Mukmin, M. Ag. Dr. Nasir, M. Pd. NIP. 196104211994031002 NIP. 196904052009011003

Mengetahui

Ketua Program Studi PAI,

(5)

v

Tesis yang berjudul “PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SMK BUMI NUSANTARA KECAMATAN WONOSOBO KABUPATEN TANGGAMUS”, ditulis oleh : Buang, NPM 14220101054 telah diujikan dalam Ujian Tertutup dan disetujui untuk diajukan dalam Ujian Terbuka pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

Tim Penguji

Ketua : ………

Sekretaris : ………

Penguji I : ………

Penguji II : ………

Direktur Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung

Prof. Dr. H. Idham Kholid, M. Ag. NIP. 196010201988031005

(6)

vi

Tesis yang berjudul “PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SMK BUMI NUSANTARA KECAMATAN WONOSOBO KABUPATEN TANGGAMUS”, ditulis oleh Buang, NPM. 14220101054 telah diujikan dalam Ujian Tertutup pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

Tim Penguji :

Ketua : ………

Sekretaris : ………

Penguji I : ………

Penguji II : ………

Direktur Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung

Prof. Dr. H. Idham Kholid, M. Ag. NIP. 196010201988031005

(7)

vii

Pedoman transliterasi yang digunakan dalam penulisan tesis ini secara utuh mengacu pada pedoman transliterasi yang ditetapkan dalam pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi.

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

Tidak dilambangkan ţ

b ẓ

t „

ś g

j f

h q

kh k

d l

ż m

r n

z w

s h

sy `

ş y

(8)

viii

Syukur Alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia–Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga tesis ini dapat diselesaikan seperti apa yang diharapkan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat–syarat guna memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam dalam Program Studi Ilmu Tarbiyah Konsentrasi Pendidikan Agama Islam Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis merasa perlu menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi–tingginya kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Idham Kholid, M. Ag. selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

2. Prof. Dr. H. Sulthan Syahril, MA. selaku Wakil Direktur Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

3. Dr. H. Achmad Asrori, MA. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

4. Dr. Nasir, M. Pd. selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Agama Islam Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung sekaligus sebagai Pembimbing II dalam penyusunan Tesis.

(9)

ix

ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

7. Kepala SMK Bumi Nusantara Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus serta para guru dan staf yang telah memberikan bantuan hingga terselesainya tesis ini.

8. Rekan–rekan yang telah memberi bantuan baik petunjuk atau berupa saran– saran, sehingga penulis senantiasa mendapat informasi yang sangat berharga.

Semoga amal baik Bapak, Ibu dan rekan–rekan semua akan diterima oleh Allah SWT dan akan mendapatkan balasan yang sesuai dari Allah SWT. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, Pebruari 2016 Penulis

(10)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Pendidikan Islam adalah segala upaya atau proses pendidikan yang dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia baik individu maupun sosial, untuk mengarahkan potensi, baik potensi dasar (fitrah) maupun ajar yang sesuai dengan fitrahnya melalui proses intelektual dan spiritual berlandaskan nilai Islam untuk mencapai kehidupan bahagia dunia dan akhirat.2

Pendidikan merupakan kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu masyarakat/bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya kualitas masyarakat/bangsa tersebut. Karena itu, para peneliti dan pengembang Pendidikan Islam tiada henti-hentinya untuk membahas masalah tersebut. Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang pendidikan nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia secara menyeluruh. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subyek yang bertaqwa kepada Tuhan Yang

1

Siti Partini Suhardiman, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : Gema Eksprees, 2008), edisi revisi kelima, h. 52.

2

(11)

Maha Esa, berakhlaq mulia, tangguh, kreatif, mandiri, demokratis, dan professional pada bidangnya masing-masing.3

Dalam suatu lembaga pendidikan, kepala sekolah memiliki peran yang sangat menentukan maju mundurnya sebuah lembaga pendidikan karena kepala sekolah mempunyai peran yang sangat besar dalam mengembangkan sebuah lembaga pendidikan sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, yang berbunyi bahwa “pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakn kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri”.4

Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, salah satu cara yang bisa ditempuh untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu melalui peningkatan mutu pendidikan karena adanya peningkatan mutu pendidikan akan dapat mengikuti perkembangan dunia ilmu pengetahuan bahkan dapat mewarnai dinamika masyarakat.

Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam, guru harus mengetahui segala perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam lembaganya. Adanya tenaga pengajar yang professional dan yang tidak professional dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan akan mempengaruhi proses belajar mengajar, karena mereka harus mampu mewujudkan tujuan pendidikan dan juga menghasilkan peserta didik yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta menjadi warga negara yang

3

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2005), cet. V, h. 31.

4

Tim Penyusun, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

(12)

demokratis dan serta bertanggung jawab. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 102 yaitu :

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar

takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam

keadaan beragama Islam". (QS. Ali Imran : 102)5

Guru merupakan faktor penggerak dalam proses pembelajaran yang akan menentukan bagaimana tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya. Maka dari itu, guru dituntut senantiasa meningkatkan efektifitas pembelajaran yang ada di sekolah. Melihat penting dan posisi guru dalam mewujudkan tujuan pembelajaran, maka seharusnya guru mempunyai kemampuan relation yang baik dengan segenap warga di sekolah, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.

Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat, antara lain pendidikan agama. Dalam penjelasannya dinyatakan bahwa pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianutnya oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.6

Pendidikan Agama Islam di dalam sekolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan agama Islam mempunyai dua aspek terpenting. Aspek pertama dari Pendidikan Agama Islam adalah

5

Departemen Agama RI., Al Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penerjemah Al Quran, 2005), h. 93.

6

(13)

yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian. Anak didik diberikan kesadaran kepada adanya Tuhan Yang Maha Esa lalu dibiasakan melakukan perintah-perintah Tuhan dan meninggalkan larangan Nya. Dalam hal ini anak didik dibimbing agar terbiasa berbuat yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Aspek kedua dari pendidikan agama Islam adalah yang ditujukan kepada pikiran yaitu pengajaran agama Islam itu sendiri. Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa tidak akan sempurna bila isi dari ajaran-ajaran Tuhan tidak diketahui betul-betul. Anak didik harus ditunjukkan apa yang disuruh, apa yang dilarang, apa yang dibolehkan, apa yang dianjurkan melakukannya dan apa yang dianjurkan meninggalkannya menurut ajaran agama.7

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Islam

mutlak diperlukan di sekolah apalagi di sekolah umum. Oleh sebab itu guru yang mengajar pelajaran agama Islam sangat bertanggung jawab dalam pembinaan

sikap mental dan kepribadian anak didiknya. Guru Pendidikan Agama Islam harus mampu menanam nilai-nilai agama kepada setiap siswa dengan berbagai cara. Akan tetapi tujuan itu tidak akan tercapai apabila tidak ada kerjasama dengan semua pihak terutama dengan kepala sekolah sebagai pimpinan disekolah. Sebab pendidikan agama Islam dapat terbina apabila adanya kesinambungan atau keterpaduan antara pembinaan orang tua didalam keluarga, masyarakat dan guru di sekolah.

Selama ini pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang berlangsung disekolah masih mengalami banyak kelemahan dan kegagalan. Kegagalan ini disebabkan karena praktik pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan afektif dan konatif volitif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Akibatnya

7

(14)

terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan, antara gnosis dan praxis dalam kehidupan nilai agama. Atau dalam praktik pendidikan agama berubah menjadi pengajaran agama, sehingga mampu membentuk pribadi-pribadi bermoral.

Indikator atau kriteria yang dapat dijadikan tolok ukur mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu :

1. Hasil akhir pendidikan

2. Hasil langsung pendidikan melalui tes tertulis, skala rating dan skala sikap.

3. Pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik

4. Instrumen input, yaitu alat berinteraksi dengan raw input (siswa) 5. Raw input dan lingkungan8

Peran guru dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat penting karena dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya mutu pendidikan yang ada dalam sekolah itu sendiri. Guru sebagai tulang punggung mutu pembelajaran dituntut untuk bertindak sebagai pembangkit semangat, mendorong, agar mutu pembelajaran dapat meningkat.

Peranan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran antara lain :

1. Kreatif dan inovatif dalam mengajar

2. Mengikuti pelatihan, workshop maupun seminar guru 3. Meningkatkan kedisiplinan

4. Melakukan evaluasi

5. Penambahan jam pelajaram.9

Permasalahan yang ingin diungkap dalam penelitian ini yaitu bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Bumi Nusantara Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus. Dalam hal ini bagaimana sebenarnya peran yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan

8

Nurhasan, Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia, Kurikulum untuk Abad 21 : Indikator Cara Pengukuran dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan, (Jakarta, Sindo, 2004), h. 390

9

(15)

mutu pembelajaran di SMK Bumi Nusantara Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus tergambar dalam hasil interview pada saat pra survey dibawah ini :

“Saya sebagai guru Pendidikan Agama Islam telah melalukan berbagai peran dalam meningkatkan mutu pembelajaran yaitu selalu kreatif dan inovatif dalam mengajar, mengikuti pelatihan, workshop maupun seminar, meningkatkan kedisiplinan, melakukan evaluasi serta penambahan jam pelajaran”.10

Berdasarkan keterangan di atas jelas bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMK Bumi Nusantara Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus telah melakukan berbagai peran dalam meningkatkan mutu pembelajaran, namun berdasarkan hasil observasi pada saat pra survey peran yang dilakukan oleh kepala sekolah tersebut belum berdampak positif terhadap peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Bumi Nusantara Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus, hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 1

Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

di SMK Bumi Nusantara Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus

No Uraian Frekuensi

Tinggi Sedang Rendah

1 Hasil akhir pendidikan √

2 Hasil proses pendidikan √

3 Motivasi dan minat belajar siswa √

4 Interaksi siswa dalam pembelajaran √

5 Raw input dan lingkungan √

Sumber : Pengolahan data hasil observasi pada saat pra survey

Berdasarkan tabel di atas jelas bahwa mutu pembelajaran Pendidikan Agam Islam di SMK Bumi Nusantara Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus belum berjalan maksimal, hal inilah yang memotivasi penulis untuk mengungkap berbagai faktor yang mempengaruhi peran guru Pendidikan Agama Islam dalam usahanya meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan menuangkannya dalam

10

(16)

judul ”Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMK Bumi Nusantara Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan peneliti pada latar belakang masalah yang mengkaji tentang peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Bumi Nusantara Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus, dari hasil observasi dan wawancara, dapat ditelusuri beberapa masalah sebagai berikut :

a. Interaksi peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Bumi Nusantara Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus masih belum maksimal yaitu enggan bertanya kepada guru atau teman apabila tidak paham, kurang kerjasama dengan sesama teman dan tidak fokus dalam menerima pelajaran

b. Motivasi dan minat belajar peserta didik masih kurang, indikasinya adalah tidak suka mengulang pelajaran baik di sekolah maupun di rumah, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, melihat hasil pekerjaan orang lain dan tidak memperhatikan pada saat guru menjelaskan pelajaran.

(17)

2. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini penulis membatasi masalah hanya pada guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan tidak pada pelajaran lainnya, hal ini dikarenakan sesuai dengan spesifikasi keahlian yang penulis miliki.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan beberapa masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Bumi Nusantara Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus"?.

b. Apa faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Bumi Nusantara Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus"?.

D.Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Akademis

(18)

b. Tujuan Praktis

Secara praktis penelitian ini bertujuan untuk memberi masukan kepada guru Pendidikan Agama Islam dalam menjalankan dan mengoptimalkan peran yang dimilikinya khususnya dalam meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Bumi Nusantara Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.

2. Kegunaan Penelitian a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah cakrawala berfikir dan khasanah ilmu pengetahuan, terutama yang berkaitan dengan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu menambah referensi bacaan dan mengetahui bagaimana lembaga pendidikan sekolah dipengaruhi oleh peran guru Pendidikan Agama Islam sehingga bermanfaat bagi praktisi pendidikan. b. Manfaat Praktis

Memberikan solusi terhadap pelaksanaan pendidikan Islam di SMK Bumi Nusantara Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus supaya lebih maju dan yang penting tetap relevan dengan perkembangan zaman sehingga para outputnya (produk dari Pendidikan Agama Islam) sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan guna memenuhi harapan masyarakat sekarang dan masa mendatang.

E.Kerangka Pemikiran

(19)

mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan dilakukan.11

Guru Pendidikan Agama Islam adalah seorang yang memiliki profesi sebagai pengajar atau pendidik khusus pada mata pelajaran agama Islam secara terus menerus dan berkesinambungan dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam.12

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah konsep atau gambaran umum tentang pendidikan, sebagaimana dapat dipahami atau bersumber dari sumber ajaran Islam yaitu Al Quran dan As Sunnah sebagai sumber dasar ajaran ajaran Islam, Al Quran diturunkan oleh Allah kepada ummat manusia melalui Nabi Muhammad SAW untuk mnemberikan petunjuk dan penjelasan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan permasalahan hidup dan perikehidupan umat manusia.13

Mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah kemampuan sumberdaya sekolah mentransformasikan multi jenis masukan dan situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu bagai peserta didik. Hal-hal yang termasuk dalam mutu proses pendidikan ini adalah derajat kesehatan, keamanan, disiplin, keakrapan, saling menghormati kepuasan dan lain-lain dari subjek selain memberikan dan menerima jasa lainnya.

Di bawah ini digambarkan diagram peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran yaitu :

11

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D, (Jakarta: Alfabeta, 2011), h. 60.

12

Arifin, HM., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, Edisi V, 2001), h. 100.

13

(20)

Gambar 1

Kerangka Pikir Penelitian

Metode Penelitian

F. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini terdiri dan lima bab yaitu sebagai berikut :

Bab I, Pendahuluan. Kisi-kisinya memuat; latar belakang masalah, perumusan masalah, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.

Bab II, Landasan Teori

a. Menjelaskan tentang guru Pendidikan Agama Islam b. Menjelaskan tentang mutu pembelajaran

c. Menjelaskan tentang peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran

Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran yaitu : 1. Kreatif dan inovatif dalam mengajar 2. Mengikuti pelatihan, workshop maupun

seminar guru

(21)

Bab IV, Penyajian dan Analisis Data

(22)

A. Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Guru dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung-jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam, orang yang paling bertanggung-jawab adalah orang tua (ayah dan ibu). Tanggung bertanggung-jawab itu disebabkan oleh dua hal yaitu pertama, karena kodrat yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya, dan karena itu ia ditakdirkan bertanggung-jawab mendidik anaknya. Kedua, karena kepentingan kedua orangtua terhadap kemajuan perkembangan anaknya. Kemudian pendidik dalam Islam adalah guru. Kata guru berasal dalam bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam bahasa Inggris, dijumpai kata teacher yang berarti pengajar.

Dalam bahasa Arab istilah yang mengacu kepada pengertian guru lebih banyak lagi seperti al-alim (jamaknya ulama) atau al-mu’allim, yang berarti orang yang mengetahui dan banyak digunakan para ulama/ahli pendidikan untuk menunjuk pada hati guru. Selain itu ada pula sebagian ulama yang menggunakan istilah al-mudarris untuk arti orang yang mengajar atau orang yang memberi pelajaran. Selain itu terdapat pula istilah ustadz untuk menunjuk kepada arti guru yang khusus mengajar bidang pengetahuan agama Islam.1

1

(23)

Sedangkan guru pendidikan agama Islam atau kerap disingkat menjadi guru agama Islam adalah orang yang memberikan materi pengetahuan agama Islam dan juga mendidik murid-muridnya, agar mereka kelak menjadi manusia yang takwa kepada Allah SWT. Di samping itu, guru agama Islam juga berfungsi sebagai pembimbing agar para murid sejak mulai sekarang dapat bertindak dengan prinsip-prinsip Islam dan dapat mempraktikkan syariat

Islam”.2

Menurut M. Arifin, “guru Pendidikan Agama Islam adalah orang yang membimbing, mengarahkan dan membina anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiannya sehingga tergambarlah dalam tingkah lakunya nilai-nilai agama Islam”.3

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa guru Pendidikan Agama Islam adalah seseorang yang melaksanakan tugas pembinaan pendidikan dan pengajaran yang dibekali dengan pengetahuan tentang anak didik dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kependidikan.

2. Syarat Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam

Guru pendidikan agama Islam hendaknya mereka telah memiliki ijazah formal, memiliki badan yang sehat baik jasmani dan rohani dan berakhlaq yang baik. Sejalan dengan kutipan di atas, bahwa syarat-syarat guru agama Islam adalah :

2

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru Murid, (Jakarta: Raja Grafindo, 2010), h. 76.

3

(24)

“Seorang pendidik Islam harus seorang yang beriman, bertaqwa

kepada Allah SWT, ikhlas, berakhlak yang baik, berkepribadian yang integral (terpadu), mempunyai kecakapan mendidik, bertanggung jawab, mempunyai sifat keteladanan, serta memiliki kompetensi keguruan yang meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan pengajaran dan kompetensi dalam cara-cara mengajar”.4

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa seorang guru pendidikan agama Islam harus memiliki syarat-syarat sebagai guru agama, agar dapat berhasil di dalam menjalankan tugasnya. Diantara syarat seorang guru agama harus beriman serta berakhlak mulia dan berkepribadian. Di samping itu seorang guru harus menguasai ilmu-ilmu dalam bidangnya dan ilmu penunjang lainnya sebagai pelengkap dalam menyampaikan materi pelajaran serta memiliki kompetensi keguruan.

Adapun syarat-syarat kompetensi menjadi guru Pendidikan Agama Islam, yaitu :

a. Kompetensi Pedagogik

1) Pengertian Kompetensi Pedagogik Guru

Sebelum menguraikan tentang pengertian kompetensi pedagogik guru secara utuh, akan diuraikan terlebih dahulu tentang pengertian kompetensi.

Kompetensi secara etimologi berarti "kecakapan atau kemampuan".5 Sedangkan secara terminologi berarti pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak yang secara

4

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, Cetakan, VIII, 2008), h. 37-44.

5

(25)

konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu".6

Definisi lain menyatakan bahwa kompetensi adalah "pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya".7

Sedangkan guru dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005

diartikan sebagai “pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. 8

Pendapat lain menyatakan bahwa guru adalah "salah satu komponen manusiawi yang dalam proses belajar mengajar ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang potensial di dalam pembangunan".9

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan mengelola

6

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 9.

7

E. Mulyana, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 38.

8

Tim Penulis, Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 2.

9

(26)

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2) Indikasi Kompetensi Pedagogik Guru

Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menjelaskan bahwa kriteria yang harus dimiliki oleh

guru sebagai bagian dari kompetensi pedagogik yaitu meliputi :

i. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;

Guru sebagai tenaga pendidik yang sekaligus memiliki berperan penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di negara ini, terlebih dahulu harus mengetahui dan memahami wawasan dan landasan kependidikan sebagai pengetahuan dasar. Pengetahuan awal tentang wawasan dan landasan kependidikan ini dapat diperoleh ketika guru mengambil pendidikan keguruan di perguruan tinggi.

ii. Pemahaman terhadap peserta didik;

(27)

serasi, mengadakan diagnosis atas kesulitan belajar yang dialami oleh murid, membantu murid-murid mengatasi maslah-maslah pribadi dan social, mengatur disiplin kelas dengan baik, melayani perbedaan-perbedaan individual murid, dan kegiatan-kegiatan guru lainnya yang bertalian dengan individu murid.

iii. Pengembangan kurikulum/ silabus;

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pembelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan silabus adalah seperangkat rencana dan pengaturan untuk membantu mengembangkan seluruh potensi yang meliputi kemampuan fisik, intelektual, emosional, moral agama serta optimal dalam lingkungan pendidikan yang kondusif, demokratis, dan kooperatif. Dalam proses belajar mengajar, kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum/silabus sesuai dengan kebutuhan peserta didik sangat penting, agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan menyenangkan.

iv. Perancangan pembelajaran;

(28)

1) Identifikasi kebutuhan

Kebutuhan merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan kondisi yang sebenarnya, atau sesuatu yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan. Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya.

2) Identifikasi Kompetensi

(29)

hakikatnya merupakan suatu sistem, yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berhubungan serta berinteraksi satu sama lain, dan memuat langkah-langkah pelaksanaannya, untuk mencapai tujuan atau membentuk kompetensi.

v. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;

Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogis yang harus dimiliki guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran. Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu :

1. Identifikasi kebutuhan

Kebutuhan merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan kondisi yang sebenarnya, atau sesuatu yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan. Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya.

2. Identifikasi Kompetensi

(30)

peserta didik, dengan bukti penguasaan mereka terhadap suatu kompetensi sebagai hasil belajar.

3. Penyusunan Program Pembelajaran

Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sebagai produk program pembelajaran jangka pendek, yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen program mencakup kompetensi dasar, materi standar, metode dan teknik, media dan sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung lainnya. Dengan demikian, rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu sistem, yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berhubungan serta berinteraksi satu sama lain, dan memuat langkah-langkah pelaksanaannya, untuk mencapai tujuan atau membentuk kompetensi.

vi. Pemanfaatan teknologi pembelajaran

Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogis yang harus dimiliki guru yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran. Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu :

1. Identifikasi kebutuhan

(31)

harus dipenuhi untuk mencapai tujuan. Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya.

2. Identifikasi Kompetensi

Kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki oleh peserta didik, dan merupakan komponen utama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran, yang memiliki peran penting dan menentukan arah pembelajaran. Penilaian pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara objektif, berdasarkan kinerja peserta didik, dengan bukti penguasaan mereka terhadap suatu kompetensi sebagai hasil belajar.

3. Penyusunan Program Pembelajaran

(32)

langkah-langkah pelaksanaannya, untuk mencapai tujuan atau membentuk kompetensi.

vii. Evaluasi hasil belajar 1. Penilaian Kelas

Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum dan ujian akhir. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian ini terutama ditujukan untuk memperbaiki program pembelajaran, tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan-tujuan lain, misalnya sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peserta didik.

2. Tes Kemampuan Dasar

Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (program remedial).

3. Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi

(33)

belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja dan hasil belajar yang dicantumkan dalam Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada akhir jenjang sekolah. b. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya.10

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang telah demikian pesat, guru tidak lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi tetapi juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada pesera didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi. Dengan demikian keahlian guru harus terus dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada penguasaan prinsip mengajar.

Guru yang baik adalah guru yang selalu bersikap obyektif, terbuka untuk menerima kritik terhadap kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, misalnya dalam hal caranya mengajar, serta terus mengembangkan pengetahuannya terkait dengan profesinya sebagai pendidik. Hal ini diperlukan dalam upaya perbaikan mutu pendidikan demi kepentingan anak didik sehingga benar-benar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.

10

(34)

b. Komptensi Profesional

1) Pengertian Kompetensi Profesional

Sebelum menguraikan tentang pengertian kompetensi professional secara utuh, akan diuraikan terlebih dahulu tentang pengertian kompetensi dan profesional.

Kompetensi secara etimologi berarti "kecakapan atau kemampuan".11 Sedangkan secara terminologi berarti pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak yang secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu".12

Definisi lain menyatakan bahwa kompetensi adalah "pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya".13

Sedangkan professional berasal dari kata profesi, sedangkan profesi sendiri mempunyai pengertian suatu pekerjaan yang memerlukan suatu keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Maka pengertian profesionalisme adalah "suatu

11

Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaay: Gita Media Press, 2006), h. 256.

12

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 9.

13

(35)

pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus".14

Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa profesional adalah "paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang professional".15

Dalam Undang-undang Guru dan Dosen, profesional merupakan "sikap yang lahir dari keyakinan terhadap pekerjaan yang dipegang sebagai sesuatu yang bernilai tinggi sehingga dicintai secara sadar, dan hal itu nampak dari upaya yang terus-menerus dan berkelanjutan dalam melakukan perbaikan yang tiada hentinya".16

Berdasar beberapa pendapat uraian di atas dapat dipahami bahwa profesionalisme guru adalah suatu sikap perbuatan yang dimiliki oleh guru dalam menunjang pekerjaannya yang disadari oleh pemahaman yang mengajarkan bahwa dalam menjalankan suatu profesi haruslah dilandasi dengan kemampuan profesional yang meliputi keilmuan, keahlian dan keterampilan yang mendukung profesi yang ditekuninya.

Berdasarkan pengertian kompetensi dan professional dapat diperjelas bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan

14

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h.107

15

M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 105.

16

(36)

penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar, materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari dan kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.17

Pendapat lain menyatakan bahwa kompetensi profesional adalah memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di

dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya”.18

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa kompetensi profesional adalah adanya kecakapan, kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang pendidik, pengajar, pembimbing peserta didik dalam proses belajar mengajar. 2) Indikator Kompetensi Profesional

Seorang guru yang memiliki kompetensi profesional dapat dilihat dari indikasi sebagai berikutt :

a) Kemampuan Penguasaan Materi

Penguasaan materi adalah mengerti dan memahami secara meluas dan mendalam bahan belajar yang akan dibahas. Bahan

17

Abdul Majid dan Dian Andayani, Op. Cit., h. 9.

18

(37)

belajar merupakan rangsangan yang dirancang oleh guru agar direspon oleh siswa. Bahan belajar yang dirancang oleh guru berupa stimulus pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang tidak atau sedikit dimiliki oleh siswa. Bahan belajar yang dikuasai guru bukan terbatas pada bahan belajar yang akan disajikan kepada siswa saja, melainkan juga bahan ajar lain yang relevan.

b) Kemampuan Membuka Pelajaran

Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain, kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajarinya.

c) Kemampuan Bertanya

Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan yang penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat pula akan memberikan dampak positif terhadap siswa.

d) Kemampuan Mengadakan Variasi Pembelajaran

(38)

kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.

e) Kemampuan Menjelaskan Materi

Menjelaskan materi ialah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa di dalam kelas. Dan biasanya guru cenderung lebih mendominasi pembicaraan dan mempunyai pengaruh langsung.

f) Kemampuan Mengelola Kelas

(39)

baik antara guru dengan siswa dan antar siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.

g) Kemampuan Menutup Pelajaran

Menutup pelajaran ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran ini dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.

h) Kemampuan Ketepatan Waktu dan Materi 19

Kemampuan ketepatan waktu dan materi adalah kemampuan untuk mengatur, membagi, dan mengalokasikan waktu secara proporsional dan optimal dengan mempertimbangkan kesesuaian materi yang diberikan. Jadi kegiatan belajar mengajar akan sesuai dengan rencana pengajaran yang telah disusun guru sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung.

c. Kompetensi Kepribadian

1) Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru

Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar perlu memiliki berbagai macam kompetensi salah satunya adalah kompetensi

19

(40)

kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia.

Pribadi guru adalah hal yang sangat penting. Seorang guru harus memiliki sikap yang mempribadi sehingga dapat dibedakan ia dengan guru yang lain. Kepribadian disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, dan atau ucapan ketika menghadapi suatu persoalan, atau melalui atasannya saja.20

Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang, selama hal tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang. Begitu naik kepribadian seseorang maka akan naik pula wibawa orang tersebut.

Kompetensi kepribadian guru yaitu bahwa “kemampuan guru yang

memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mengevaluasi kinerja sendiri dan mengembangkan diri secara berkelanjutan.21

20

Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, Cet IV, 2004), h. 121.

21

(41)

2) Indikator Kompetensi Kepribadian Guru

Indikator yang dapat dijadikan sebagai pijakan untuk menilai seorang guru memiliki kompetensi kepribadian atau tidak adalah :22

a) Kepribadian yang mantap, stabil

Dalam hal ini untuk menjadi seseorang guru harus memiliki kepribadian yang mantap, stabil. Ini penting karena banyak masalah pendidikan yang disebabkan oleh faktor kepribadian guru yang kurang mantap dan kurang stabil. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut

“digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh

sikap dan perilakunya). Oleh sebab itu, sebagai seorang guru, seharusnya kita :

1) Bertindak sesuai dengan norma hukum 2) Bertindak sesuai dengan norma sosial 3) Bangga sebagai guru

4) Memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.23

Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).

22Ibid. 23

(42)

Berdasarkan uraian di atas dapat diperjelas bahwa guru sangat perlu memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, karena dengan kepribadian yang mantap dan stabil tersebut guru dalam dengan tenang dan memiliki konsentrasi dalam melaksanakan proses pembelajaran. b) Kepribadian yang dewasa

Sebagai seorang guru, kita harus memiliki kepribadian yang dewasa karena terkadang banyak masalah pendidikan yang muncul yang disebabkan oleh kurang dewasanya seorang guru. Kondisi kepribadian yang demikian sering membuat guru melakukan tindakan– tindakan yang tidak profesional, tidak terpuji, bahkan tindakan– tindakan tidak senonoh yang merusak citra dan martabat guru.

Ujian berat bagi setiap guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang sering memancing emosinya. Kestabilan emosi sangat diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan. Sehingga, sebagai seorang guru, seharusnya kita :

1) Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik. Artinya, kepribadian akan turut menetukan apakah para guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya. Sikap dan citra negative seorang guru dan berbagai penyebabnya seharusnya dihindari jauh-jauh agar tidak mencemarkan nama baik guru.

2) Memiliki etos kerja sebagai guru

Seorang guru perlu memiliki etos kerja yang tinggi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik dan pengajar. Dengan etos kerja tersebut seorang guru harus selalu mengevaluasi kemampuan yang dimilikinya dan harus selalu meningkatkan kemampuan tersebut.24

24Ibid

(43)

c) Kepribadian yang arif

Sebagai seorang guru kita harus memiliki pribadi yang disiplin dan arif. Hal ini penting, karena masih sering kita melihat dan mendengar peserta didik yang perilakunya tidak sesuai bahkan bertentangan dengan sikap moral yang baik. Oleh karena itu peserta didik harus belajar disiplin, dan gurulah yang harus memulainya. Dalam menanamkan disiplin, guru bertanggung jawab mengarahkan, berbuat baik, menjadi contoh sabar dan penuh pengertian.

Mendisiplinkan peserta didik harus dilakukan dengan rasa kasih sayang dan tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi, tetapi guru harus dapat membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik. Sehingga, sebagai seorang guru kita harus : 1) Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta

didik, sekolah, dan masyarakat. Artinya, sebagai seorang guru, kita juga bertindak sebagai pendidik dan murid sebagai anak didik sehingga dapat saja dipisahkan kedudukannya, akan tetapi mereka tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan diri murid dalam mencapai cita-citanya. Disinilah kemanfaatan guru bagi orang lain atau murid benar-benar dituntut.

2) Menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. Artinya sebagai seorang guru dalam perlu sekali memiliki sifat terbuka baik dalam berfikir maupun dalam bertindak. Seorang guru harus jujur baik kepada lembaga pendidikan dimana ia bernaung, kepada kepala sekolah maupun guru serta kepada peserta didik dan masyarakat. 25 d) Kepribadian yang berwibawa

Berwibawa mengandung makna bahwa seorang guru harus : 1) Memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik

Artinya, guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat citra baik dan

25Ibid

(44)

kewibawaannya, terutama di depan murid-muridnya. Disamping itu guru juga harus mengimplementasikan nilai-nilai tinggi terutama yang diambilkan dari ajaran agama, misalnya jujur dalam perbuatan dan perkataan, tidak munafik. Sekali saja guru didapati berbohong, apalagi langsung kepada muridnya, niscaya hal tersebut akan menghancurkan nama baik dan kewibawaan sang guru, yang pada gilirannya akan berakibat fatal dalam melanjutkan tugas proses belajar mengajar.

2) Memiliki perilaku yang disegani. Artinya seorang dalam ucapan, pakaian dan perbuatannya harus mampu memberi teladan yang baik khususnya kepada peserta didik dan masyarakat agar ia disegani dan dipandang sebagai seorang guru yang memiliki tugas dan tanggung jawab mulia.26

e) Menjadi berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik

Guru harus berakhlakul karimah, karena guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi para orang tua. Dengan berakhlak mulia, dalam keadaan bagaimanapun guru harus memiliki rasa percaya diri, istiqomah dan tidak tergoyahkan.

Kompetensi kepribadian guru yang dilandasi dengan akhlak mulia tentu saja tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi memerlukan ijtihad, yakni usaha sungguh–sungguh, kerja keras, tanpa mengenal lelah dan dengan niat ibadah tentunya. Dalam hal inni, guru harus merapatkan kembali barisannya, meluruskan niatnya, bahkan menjadi guru bukan semata–mata untuk kepentingan duniawi. Memperbaiki ikhtiar terutama berkaitan dengan kompetensi pribadinya, dengan tetap bertawakkal kepada Allah. Melalui guru yang demikianlah, kita berharap pendidikan menjadi ajang pembentukan karakter bangsa.

26Ibid

(45)

Untuk menjadi teladan bagi peserta didik, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan oleh seorang guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru.

1) Bertindak sesuai dengan norma religius (iman, taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong)

2) Memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. Artinya, guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya.27

Esensi kompetensi kepribadian guru semuanya bermuara ke dalam intern pribadi guru. Kompetensi pedagogik, profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran, pada akhirnya akan lebih banyak ditentukan oleh kompetensi kepribadian yang dimilikinya. Tampilan kepribadian guru akan lebih banyak memengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pribadi guru yang santun, respek terhadap siswa, jujur, ikhlas dan dapat diteladani, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan dalam pembelajaran apa pun jenis mata pelajarannya.

Oleh karena itu, dalam beberapa kasus tidak jarang seorang guru yang mempunyai kemampuan mumpuni secara pedagogis dan profesional dalam mata pelajaran yang diajarkannya, tetapi implementasinya dalam pembelajaran kurang optimal. Hal ini boleh jadi disebabkan tidak terbangunnya jembatan hati antara pribadi guru

27Ibid

(46)

yang bersangkutan sebagai pendidik dan siswanya, baik di kelas maupun di luar kelas. Upaya pemerintah meningkatkan kemampuan pedagogis dan professional guru banyak dilakukan, baik melalui pelatihan, workshop, maupun pemberdayaan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Akan tetapi, hal tersebut kurang menyentuh peningkatan kompetensi kepribadian guru.

Kita patut bertanya mengapa pendidikan kita banyak menghasilkan anak didik yang cerdas, pintar dan terampil, tapi belum banyak menghasilkan anak didik yang memiliki kepribadian yang sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga, bangsa kita mengalami krisis multidimensional yang berkepanjangan yang tiada ujungnya. Jangan-jangan ini semua buah kita sebagai pendidik yang belum menampilkan kepribadian yang patut diteladani oleh anak didik kita.

d. Kompetensi Sosial

1) Pengertian Kompetensi Sosial Guru

Dalam Standar nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial

adalah “kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan

masyarakat sekitar”.28

28

(47)

Kompetensi sosial itu sebagai social intellegence atau kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial merupakan salah satu dari sembilan kecerdasan (logika, bahasa, musik, raga, ruang, pribadi, alam, dan kuliner).29

Pendapat lain menyatakan bahwa kompetensi sosial adalah perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara efektif. Kompetensi sosial mencakup kemampuan interaktif dan pemecahan masalah kehidupan sosial.30

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa kompetensi sosial guru merupakan kemampuan sosial guru yang mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru dan kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota masyarakat. 2) Indikator Kompetensi Sosial

Guru di mata masyarakat pada umumnya dan di mata para peserta didik merupakan panutan dan anutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri tauladan dalam kehidupannya sehari-hari.31

Guru merupakan tokoh dan tipe makhluk yang diberi tugas dan beban membina dan membimbing masyarakat ke arah norma yang berlaku.

29

Sumardi, Tantangan Baru Dunia Pendidikan, (http://www.unisosdem.org/kliping, diakses Agustus 2015).

30

Hujair Sanaky, Kompetensi dan Sertifikasi Guru : Sebuah Pemikiran, (Jakarta: Gramedia Press, 2002), h. 64.

31

(48)

Untuk itu maka guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat dalam rangka menyelenggarakan proses belajar mengajar yang efektif karena dengan dimilikinya kemampuan sosial tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar sehingga, jika ada keperluan dengan orang tua peserta didik tentang masalah peserta didik yang perlu diselesaikan, tidak akan terlalu sulit menghadapi orang tua tersebut.32

Dalam konsepsi Islam, kompetensi sosial religius seorang pendidik dinyatakan dalam bentuk kepedulian terhadap masalah-masalah sosial yang selaras dengan Islam. Sikap gotong royong, suka menolong, egalitarian, toleransi dan sebagainya yang merupakan sikap yang harus dimiliki pendidik yang dapat diwujudkan dalam proses pendidikan.33

Untuk melaksanakan peranan ini, guru harus memenuhi syarat-syarat kepribadian dan syarat-syarat penguasaan ilmu tertentu. Guru harus bersikap terbuka, tidak bertindak secara otoriter, tidak bersikap angkuh, bersikap ramah tamah terhadap siapapun, suka menolong dimanapun dan kapan saja, simpati dan empati terhadap pimpinan, teman sejawat, dan para peserta didik. Agar guru mampu mengembangkan pergaulan dengan masyarakat, maka dia perlu menguasai psikologi sosial, khususnya mengenai hubungan antar manusia dalam rangka dinamika kelompok.34

32Ibid

.

33

Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2006), h. 121

34

(49)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa kompetensi sosial guru tercermin melalui indikator :

a) Hubungan Guru dengan Peserta Didik

Peranan guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari sekian banyak peran yang harus ia jalani. Hal ini dikarenakan komunitas utama yang menjadi wilayah tugas guru adalah di dalam kelas untuk memberikan keteladanan, pengalaman serta ilmu pengetahuan kepada mereka. Hubungan guru dengan murid/peserta didik meliputi :

1) Guru selaku pendidik hendaknya selalu menjadikan dirinya suri tauladan bagi anak didiknya

2) di dalam melaksanakan tugas harus dijiwai dengan kasih sayang, adil serta menumbuhkannya dengan penuh tanggung jawab.

3) guru wajib menjunjung tinggi harga diri setiap murid 4. guru seyogyanya tidak memberi pelajaran tambahan kepada muridnya sendiri dengan memungut bayaran.35

Dalam kitabnya Ihya Ulum al Din diungkap bahwa etika yang wajib dilakukan oleh seorang guru dalam hubungannya dengan peserta didik adalah sebagai berikut :

1) Bersikap lembut dan kasih sayang kepada para pelajar. 2) Seorang guru tidak meminta imbalan atas tugas mengajarnya. 3) Tidak menyembunyikan ilmu yang dimilikinya sedikitpun, ia harus

sungguh-sungguh tampil sebagai penasehat, pembimbing para pelajar ketika pelajar itu membutuhkannya.

4) Menjauhi akhlak yang buruk dengan cara menghindarinya sedapat mungkin.

5) Tidak mewajibkan kepada para pelajar agar mengikuti guru tertentu dan kecenderungannya.

6) Memperlakukan murid sesuai dengan kesanggupannya.

7) Kerja sama dengan para pelajar di dalam membahas dan menjelaskan.

35

(50)

8) Seorang guru harus mengamalkan ilmunya.36 b) Hubungan Guru dengan Sesama Guru

Sekolah merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur yang membentuk satu kesatuan yang utuh. Di dalam sekolah terdapat berbagai macam sistem sosial yang berkembang dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi menurut pola dan tujuan tertentu yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya sehingga membentuk perilaku dari hasil hubungan individu dengan individu maupun dengan lingkungannya.37

Untuk terjalinnya interaksi-interaksi yang melahirkan hubungan yang harmonis dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk bekerja diperlukan iklim kerja yang baik. Iklim sekolah memegang peran penting sebab iklim itu menunjukkan suasana kehidupan pergaulan dan pergaulan di sekolah itu. Iklim itu menggambarkan kebudayaan, tradisi-tradisi, dan cara bertindak personalia yang ada di sekolah itu, khususnya kalangan guru-guru.

Jadi Iklim kerja adalah hubungan timbal balik antara faktor-faktor pribadi, sosial dan budaya yang mempengaruhi sikap individu dan kelompok dalam lingkungan sekolah yang tercermin dari suasana hubungan kerjasama yang harmonis dan kondusif antara Kepala Sekolah dengan guru, antara guru dengan guru yang lain, antara guru

36

Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru Murid, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 97.

37

Muhlisin, Profesionalisme Kinerja Guru Menyongsong Masa Depan,

(51)

dengan pegawai sekolah dan keseluruhan komponen itu harus menciptakan hubungan dengan peserta didik sehingga tujuan pendidikan dan pengajaran tercapai.

Diantara kode etik hubungan guru dengan sesama guru adalah : 1) Di dalam pergaulan sesama guru, hendaknya bersifat terus terang,

jujur, dan sederajat.

2) Diantara sesama guru hendaknya selalu ada kesediaan untuk saling memberi saran, nasehat dalam rangka menumbuhkan jabatan masing-masing.

3) Di dalam menunaikan tugas dan memecahkan persoalan bersama hendaklah saling menolong dan penuh toleransi.

4) Guru hendaknya mencegah pembicaraan yang menyangkut pribadi sesama guru.38

Guru diharapkan dapat menjadi tempat mengadu oleh sesama kawan sekerja, dapat diajak berbicara mengenai berbagai kesulitan yang dihadapi guru lain baik di bidang akademis ataupun sosial. Ia selalu siap memberikan bantuan kepada guru-guru secara individual, sesuai dengan kondisi sosial psikologis guru dan sesuai pula dengan latar belakang sosial ekonomi dan pendidikannya. Terbentuknya iklim yang kondusif pada tempat kerja dapat menjadi faktor penunjang bagi peningkatan kinerja sebab kenyamanan dalam bekerja membuat guru berpikir dengan tenang dan terkonsentrasi hanya pada tugas yang sedang dilaksanakan.

c) Hubungan Guru dengan Orang Tua/Wali Murid

Keterampilan berkomunikasi dengan orang tua peserta didik, baik melalui bahasa lisan maupun tertulis, sangat diperlukan oleh guru.

38

(52)

Penggunaan bahasa lisan dan tulisan yang baik dan benar diperlukan agar orang tua peserta didik dapat memahami bahan yang disampaikan oleh guru.39

Mengingat peserta didik dan orang tuanya berasal dari latar belakang pendidikan dan sosial ekonomi keluarga yang berbeda, guru dituntut untuk mampu menghadapinya secara individual dan ramah. Ia diharapkan dapat menghayati perasaan peserta didik dan orang tua yang dihadapinya sehingga ia dapat berhubungan dengan mereka secara luwes.40

Adapun kode etik hubungan guru dengan orang tua peserta didik diantaranya :

1) Guru hendaknya selalu mengadakan hubungan timbal balik dengan orang tua/wali anak, dalam rangka kerjasama untuk memecahkan persoalan di sekolah dan pribadi anak.

2) Segala kesalahpahaman yang terjadi antara guru dan orang tua/wali anak, hendaknya diselesaikan secara musyawarah mufakat.41

Pengawasan dan kontrol pelaksanaan pendidikan agama tak mungkin sepenuhnya dilakukan oleh guru, orang tualah yang lebih berkesempatan mengawasinya. Karena itu, hubungan guru dengan orang tua/wali murid penting sekali agar dapat diketahui sampai dimana kemajuan-kemajuan yang telah dicapai, bagaimana pengaruh pelajaran terhadap aktivitas anak-anak dan lain-lain.42

(53)

d) Hubungan Guru dengan Masyarakat

Guru profesional tidak dapat melepaskan dirinya dari bidang kehidupan kemasyarakatan. Di satu pihak dia adalah warga masyarakat dan di lain pihak dia bertanggung jawab turut serta memajukan kehidupan masyarakat. Guru turut bertanggung jawab memajukan kesatuan dan persatuan bangsa, dan turut bertanggung jawab mensukseskan pembangunan sosial umumnya dan tanggung jawab pembangunan daerah khususnya yang dimulai dari pembangunan daerah yang lebih kecil ruang lingkupnya dimana ia tinggal.

Untuk melaksanakan tanggung jawab turut serta memajukan kesatuan dan persatuan bangsa, maka guru harus menguasai atau memahami semua hal yang bertalian dengan kehidupan nasional misalnya tentang suku bangsa, adat istiadat, kebiasaan, norma-norma, kebutuhan, kondisi lingkungan, dan sebagainya. Selanjutnya dia harus mampu bagaimana cara menghargai suku bangsa lainnya, menghargai agama yang dianut oleh orang lain, menghargai sifat dan kebiasaan suku lain dan sebagainya.43

Diantara kode etik hubungan guru dengan masyarakat :

1) Guru hendaknya selalu berusaha berpartisipasi terhadap masyarakat, lembaga serta organisasi-organisasi di dalam masyarakat yang berhubungan dengan usaha pendidikan.

2) Gguru hendaknya melayani dan membantu memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat sesuai dengan fungsi dan kemampuannya.

3) Guru menghormati dan menyesuaikan diri dengan adat kebiasaan masyarakat dengan sikap membangun

43

(54)

4) Guru menerima dan melaksanakan peraturan-peraturan Negara dengan sikap korektif dan membangun.44

Adapun peran guru di masyarakat dalam kaitannya dengan kompetensi sosial dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Guru sebagai petugas kemasyarakatan Guru bertugas membina masyarakat agar masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan. Untuk melaksanakan tugas itu, guru harus memiliki kompetensi sebagai berikut :

a) Aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi guru yang baik, tidak cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, kecakapan saja, tetapi juga harus beritikad baik sehingga hal ini menyatu dengan norma yang dijadikan landasan dalam melaksanakan tugasnya.

b) Mempunyai program meningkatkan kemajuan masyarakat dan kemajuan pendidikan.

2) Guru di mata masyarakat

Dalam pandangan masyarakat, guru memiliki tempat tersendiri, karena fakta menunjukkan, bahwa ketika seorang guru berbuat kurang senonoh, menyimpang dari ketentuan atau kaidah-kaidah masyarakat dan menyimpang dari apa yang diharapkan masyarakat, langsung saja masyarakat memberikan suara sumbang kepada guru itu. Untuk itu, guru harus memiliki kompetensi sebagai berikut :

a) Mampu berkomunikasi dengan masyarakat.

b) Mampu bergaul dan melayani masyarakat dengan baik. c) Mampu mendorong dan menunjang kreativitas masyarakat. d) Menjaga emosi dan perilaku yang kurang baik.45

3. Tugas dan Peranan Guru Pendidikan Agama Islam

Sebagaimana tersebut di atas bahwa guru agama merupakan manusia yang profesinya mengajar, mendidik anak dengan pendidikan agama, tentu tidak bisa lepas dari tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru agama.

(55)

a. Mengajar ilmu pengetahuan agama

b. Menanamkan keimanan ke dalam jiwa anak

c. Mendidik anak agar taat menjalankan ajaran agama d. Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.46

Berdasarkan pendapat tersebut di atas jelas bahwa tugas seorang guru itu bukan hanya sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan saja, akan tetapi memberikan bimbingan, pengarahan serta contoh teladan yang baik yang pada gilirannya membawa peserta didik kearah yang lebih positif dan berguna dalam kehidupannya.

Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan peserta didik yang utama sesama guru, maupun dengan staf yang lain.

Mengenai peranan guru akan disajikan beberapa pendapat para ahli pendidikan sebagaimana dikutip oleh Sardiman yaitu :

1. Prey Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator sahabat yang dapat memberikan nasehat-nasehat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan. 2. James W. Brown mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara

lain :menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan peserta didik.

3. Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia, mengungkapkan bahwa peranan guru di sekolah tidak hanya sebagai transmiter dari ide

46Ibid.,

Gambar

Tabel 1 Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Gambar 1  Kerangka Pikir Penelitian
gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan
gambaran mengenai kualitas, realitas sosial dan persepsi sasaran penelitian tanpa
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada skala menonton acara kekerasan televisi terdapat 24 item, yang kemudian dilakukan perhitungan item skala yang hasilnya menjadi 10 item gugur dan 14 item

Penelitian ini akan dituangkan dalam tesis mengenai Peran Kantor Urusan Agama dalam implementasi Undang-undang Nomer 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang diberikan

jumlah lima belas buah, sedangkan kita ada empat puluh satu orang dengan Pangeran," prajurit pengawal itu memberi penjelasan pada Randasitagi. Tak usah kalian

Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan evaluasi web usability pada modul ADORS e-health Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri berdasarkan Nielsen Model

Terdapat hubungan yang bermakna antara peningkatan jumlah leukosit dengan apendisitis akut perforasi di RSU Provinsi NTB pada tahun 2012-2013, akan tetapi

Ketercapaian aspek kognitif siklus I sebesar 56% dan meningkat menjadi 79% pada siklus II, aspek sikap pada siklus I sebesar 88% dan meningkat menjadi 100% pada siklus II,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) identitas konsumen yang berbelanja pada Toko Merah Yogyakarta. 2) urutan atribut-atribut yang menjadi prioritas konsumen dalam

terlihat dua orang bangsawan sedang membicarakan Kartini dengan lelucon negatif.Sedangkan makna konotasinya adalah dalam adegan tersebut menunjukkan sikap kekerasan